Anda di halaman 1dari 6

Hubungan tinggi badan terhadap keseimbangan statis dengan kekuatan otot anggota

gerak bawah lansia?

Tinggi badan dapat memiliki pengaruh terhadap keseimbangan statis dan kekuatan otot
anggota gerak bawah pada lansia. Umumnya, lansia yang memiliki tinggi badan lebih tinggi
cenderung memiliki keseimbangan statis yang lebih baik dan kekuatan otot yang lebih besar
pada anggota gerak bawah.

Keseimbangan statis mengacu pada kemampuan seseorang untuk menjaga posisi tubuhnya
dengan stabil saat berdiri atau berjalan tanpa bergantung pada dukungan eksternal. Tinggi
badan dapat mempengaruhi distribusi berat tubuh, pusat gravitasi, dan kestabilan tubuh
secara keseluruhan. Lansia dengan tinggi badan lebih tinggi biasanya memiliki pusat gravitasi
yang lebih tinggi, yang dapat membantu meningkatkan keseimbangan dan stabilitas.

Selain itu, tinggi badan juga dapat mempengaruhi kekuatan otot anggota gerak bawah pada
lansia. Ukuran otot sering kali berkorelasi dengan tinggi badan seseorang. Lansia yang lebih
tinggi umumnya memiliki massa otot yang lebih besar, terutama di anggota gerak bawah
seperti kaki dan paha. Keberadaan otot yang lebih besar ini dapat memberikan kekuatan yang
lebih besar pada lansia saat melakukan aktivitas yang melibatkan anggota gerak bawah,
seperti berjalan, berdiri, atau naik tangga.

Namun, perlu dicatat bahwa faktor lain juga dapat memengaruhi keseimbangan statis dan
kekuatan otot anggota gerak bawah pada lansia, seperti tingkat aktivitas fisik, kesehatan
umum, dan faktor genetik. Tinggi badan hanyalah salah satu faktor yang dapat berkontribusi
terhadap perbedaan dalam keseimbangan dan kekuatan otot di antara populasi lansia.
(Morgenthal, AP. 2001)

Perubahan fungsional otot, yaitu terjadi penurunan kekuatan dan kontraksi otot, elastisitas
dan fleksibilitas otot, serta kecepatan dan waktu reaksi .Hal ini mengakibatkan perubahan
bentuk tulang terutama bagian veterbra yang akan berpengaruh pada postur tubuhnya.
Perubahan-perubahan yang terjadi pada vertebra yaitu kifosis, lordosis, skoliosis. Postur
tubuh lansia sebagian besar mengalami kifosis. Kifosis merupakan salah satu bentuk kelainan
yang terjadi pada tulang belakang manusia yang menjadi membungkuk. Akibat perubahan ini
mengakibatkan penurunan kemampuan mempertahankan keseimbangan postural atau
keseimbangan tubuh lansia. Lansia merupakan kelompok umur yang paling berisiko
mengalami gangguan keseimbangan postural. ( Ceranski, S. 2006)
Hubungan keseimbangan statis dengan kekuatan otot anggota gerak bawah lansia

Ada hubungan yang kuat antara keseimbangan statis dan kekuatan otot anggota gerak bawah
pada lansia. Penelitian menunjukkan bahwa keseimbangan statis yang baik dikaitkan dengan
kekuatan otot yang lebih baik pada lansia.

Keseimbangan statis merujuk pada kemampuan seseorang untuk menjaga posisi tubuh
dengan stabil saat berdiri atau berjalan tanpa bergantung pada dukungan eksternal. Kekuatan
otot anggota gerak bawah, seperti otot paha dan otot pergelangan kaki, memiliki peran
penting dalam menjaga keseimbangan tubuh.

Kekuatan otot anggota gerak bawah membantu mencegah jatuh dan mempertahankan
stabilitas tubuh. Otot-otot ini berperan dalam menjaga posisi tubuh yang seimbang,
menstabilkan sendi-sendi, dan memberikan kekuatan yang diperlukan untuk melakukan
gerakan sehari-hari seperti berjalan, berdiri, atau bangkit dari posisi duduk.

Kekuatan otot adalah merupakan kekuatan suatu otot atau group otot yang dihasilkan untuk
dapat melawan tahanan dengan usaha yang maksimum. Kekuatan otot merupakan suatu hal
penting untuk setiap orang, karena kekuatan otot merupakan suatu daya dukung gerakan
dalam menyelesaikan tugas-tugas. Setelah umur 30 tahun, manusia akan kehilangan kira-kira
3-5 % jaringan otot total per dekade. (Janssen et al, 2000: 81-88).

Kekuatan otot akan berkurang secara bertahap seiring bertambahnya umur. Penurunan
kekuatan otot tidak hanya mengganggu keseimbangan tubuh dan aktivitas berjalan tetapi juga
berhubungan dengan peningkatan resiko jatuh. Daya tahan otot adalah kemampuan otot untuk
melakukan suatu pekerjaan yang berulang-ulang atau kontraksi pada waktu yang sama. Daya
tahan berkurang secara bertahap sesuai dengan bertambahnya umur. Penurunan daya tahan
otot tidak terjadi secepat penurunan kekuatan otot (Janssen et al, 2000: 81-88).

Masalah pada kemampuan gerak dan fungsi lansia berhubungan erat dengan kekuatan otot
yang bersifat individual. Lansia dengan kekuatan otot kuadrisep yang baik dapat melakukan
aktivitas berdiri dari posisi duduk dan berjalan 6 meter dengan lebih cepat (Bonder dan
Wagner, 1994). Penelitian menunjukkan bahwa kelemahan otot abduktor sendi panggul dapat
mengurangi kemampuan mempertahankan keseimbangan berdiri pada satu tungkai dan
pemulihan gangguan postural. Kelambanan serabut otot reaksi cepat (tipe II) dapat
meningkatkan risiko jatuh karena penurunan respons terhadap keseimbangan (Bonder dan
Wagner, 1994).
Hubungan tekanan darah terhadap keseimbangan statis dengan kekuatan otot anggota
gerak bawah lansia

Terdapat hubungan antara tekanan darah, keseimbangan statis, dan kekuatan otot anggota
gerak bawah pada lansia. Tekanan darah yang tinggi atau rendah dapat mempengaruhi
keseimbangan statis dan kekuatan otot pada lansia.

1. Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi): Hipertensi dapat berdampak negatif pada


keseimbangan statis dan kekuatan otot anggota gerak bawah pada lansia. Penelitian
menunjukkan bahwa hipertensi dapat menyebabkan penurunan keseimbangan dan
penurunan kekuatan otot pada lansia.

Tekanan darah yang tinggi dapat mempengaruhi aliran darah ke otot-otot dan saraf yang
terlibat dalam keseimbangan, sehingga dapat mengganggu kemampuan seseorang untuk
menjaga keseimbangan tubuh dengan baik. Selain itu, hipertensi juga dapat berkontribusi
pada penurunan kekuatan otot anggota gerak bawah. (Abdi et al., 2017).

2. Tekanan Darah Rendah (Hipotensi): Hipotensi juga dapat berdampak pada keseimbangan
statis dan kekuatan otot anggota gerak bawah pada lansia. Tekanan darah yang rendah
dapat mengurangi aliran darah ke otot-otot dan saraf, yang dapat mempengaruhi fungsi
keseimbangan dan kekuatan otot pada lansia. Lansia dengan hipotensi sering mengalami
gejala seperti pusing atau pingsan, yang dapat mempengaruhi kemampuan mereka untuk
menjaga keseimbangan dan beraktivitas secara normal.

Kesehatan pada lansia dipengaruhi oleh aktivitas fisik lansia, jika lansia mandiri dalam
melakukan aktivitas fisik maka status kesehatan lansia tersebut dalam keadaan normal.
Kemandirian pada lansia dinilai dari kemampuannya untuk melakukan aktivitas fisik (Abdi et
al., 2017). Hipertensi merupakan riwayat penyakit terbanyak kedua setelah tidak ada penyakit
dan hipertensi dapat mempengaruhi aktivitas fisik seseorang terutama pada lansia(Iswahyuni
et al 2017).

Riwayat penyakit merupakan hal yang mempengaruhi aktivitas fisik lansia dimana lansia
dengan beberapa penyakit lebih rendah tingkat keseimbangannya dari pada lansia yang tidak
memiliki riwayat penyakit sama sekali (Redha et al. 2022).

Lansia dengan riwayat penyakit menyebabkan penurunan aktivitas fisik sehingga terjadi
penurunan kekuatan otot secara perlahan dan ditambah dengan permasalahan pada berbagai
sistem tubuh yang disebabkan oleh Penyakit yang diderita sehingga lansia dengan komplikasi
lebih sulit untuk menjaga keseimbangannya dibandingkan dengan lansia yang tidak memiliki
riwayat penyakit (Mualif et al., 2021)
Hubungan Nadi terhadap keseimbangan statis dengan kekuatan otot anggota gerak
bawah lansia

Hubungan antara nadi (denyut jantung) dengan keseimbangan statis dan kekuatan otot
anggota gerak bawah pada lansia dapat memiliki beberapa aspek yang relevan. Berikut ini
adalah penjelasan mengenai hubungan tersebut:

Nadi dan Keseimbangan Statis: Tingkat nadi atau denyut jantung dapat memberikan indikasi
aktivitas kardiovaskular dan kecepatan sirkulasi darah dalam tubuh. Keseimbangan statis
melibatkan kemampuan seseorang untuk menjaga posisi tubuh dengan stabil saat berdiri atau
berjalan. Meskipun hubungan langsung antara nadi dan keseimbangan statis belum
sepenuhnya dipahami, beberapa penelitian menunjukkan adanya korelasi antara keduanya.

Tingkat nadi yang tinggi dapat mengindikasikan adanya gangguan sirkulasi atau aktivitas
kardiovaskular yang lebih tinggi. Hal ini dapat mempengaruhi aliran darah ke otak dan otot-
otot yang terlibat dalam keseimbangan, yang pada gilirannya dapat memengaruhi
kemampuan seseorang untuk menjaga keseimbangan tubuh dengan baik. Oleh karena itu,
adanya peningkatan nadi mungkin dapat berdampak negatif pada keseimbangan statis pada
lansia.

Namun, penting untuk dicatat bahwa keseimbangan statis dipengaruhi oleh faktor-faktor lain
seperti kekuatan otot, koordinasi, dan kemampuan sensoris. Nadi hanyalah salah satu aspek
yang dapat memengaruhi keseimbangan secara keseluruhan.

Nadi dan Kekuatan Otot Anggota Gerak Bawah: Nadi tidak memiliki hubungan langsung
dengan kekuatan otot anggota gerak bawah. Kekuatan otot lebih terkait dengan faktor-faktor
seperti latihan fisik, aktivitas fisik sehari-hari, dan kebugaran fisik secara keseluruhan.
Latihan yang teratur dan tepat dapat meningkatkan kekuatan otot anggota gerak bawah pada
lansia.

Namun, secara tidak langsung, tingkat nadi dapat memberikan indikasi umum tentang tingkat
kebugaran kardiorespirasi seseorang. Kebugaran kardiorespirasi yang baik dapat mendukung
kemampuan seseorang untuk menjalani latihan fisik dengan intensitas dan durasi yang sesuai,
yang pada gilirannya dapat mempengaruhi kekuatan otot dan keseimbangan secara
keseluruhan. (Sri Surini dan Budi Utomo, 2003: 31-32)
Frekuensi Keseimbangan Statis pada Lansia laki laki dan Perempuan

Frekuensi keseimbangan statis pada lansia dapat bervariasi antara laki-laki dan perempuan.
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mempelajari perbedaan ini. Berikut adalah
beberapa informasi umum mengenai frekuensi keseimbangan statis pada lansia laki-laki dan
perempuan:

Penelitian menunjukkan bahwa lansia perempuan cenderung memiliki tingkat keseimbangan


statis yang lebih buruk dibandingkan dengan lansia laki-laki. Studi yang dilakukan pada
populasi lansia umumnya menemukan bahwa perempuan lebih mungkin mengalami masalah
keseimbangan seperti ketidakstabilan saat berdiri atau risiko jatuh yang lebih tinggi.
Nugroho, W. 2008

Faktor-faktor seperti perubahan hormonal selama menopause dan kehilangan massa otot dan
kekuatan otot yang lebih besar pada lansia perempuan dapat memengaruhi keseimbangan
statis mereka. Penurunan estrogen yang terjadi selama menopause dapat berkontribusi pada
penurunan kepadatan tulang dan kekuatan otot, yang dapat memengaruhi kemampuan
perempuan untuk menjaga keseimbangan tubuh dengan baik.

Namun, penting untuk dicatat bahwa ini adalah tren umum dan tidak berlaku untuk semua
lansia laki-laki dan perempuan. Terdapat variasi individu yang signifikan dalam
keseimbangan statis, dan faktor-faktor seperti tingkat aktivitas fisik, riwayat kesehatan, dan
faktor genetik juga dapat memainkan peran penting dalam keseimbangan individu. Nugroho,
W. 2008

Anda mungkin juga menyukai