Anda di halaman 1dari 7

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Jumlah lansia dari tahun ke tahun semakin meningkat hal ini tidak terlepas

dari keberhasilan program pemerintah dalam pembangunan nasional. Berdasarkan

data proyeksi penduduk diperkirakan tahun 2017 terdapat 23,66 juta jiwa

penduduk lansia di Indonesia (9,03%) dan diprediksi jumlah penduduk lansia

tahun 2020 sebesar 27,08 juta , tahun 2025 33,69 juta tahun 2030 40,95 juta dan

tahun 2035 sebesar 48,19 juta (Kementrian Kesehatan RI, 2017). Hal ini tentu

dapat berdampak positif maupun negatif. Berdampak positif apabila penduduk

lansia dalam keadaan sehat, aktif dan produktif lalu berdampak negatif apabila

peningkatan jumlah lansia namun lansia memiliki berbagai masalah kesehatan

yang akan berdampak pada peningkatan biaya pelayanan kesehatan, penurunan

penghasilan, tidak terdapat dukungan sosial maupun kondisi lingkungan yang

tidak ramah dengan lansia.

Lansia merupakan tahap lanjut dalam proses kehidupan yang dapat

ditandai dengan penurunan kemampuan dalam menjalankan aktifitas yang

disebabkan karena adanya proses perubahan fisiologis hal ini bukan merupakan

suau patologis, perubahan tersebut akan mengenai seluruh organ tubuh

manusia..Dampak perubahan fisiologis pada lansia akan menganggu sistem


2

muskuloskeltal, neurologis, kardiovaskuler, kardiorespirasi sensori dan

integumen.

Pada sistem muskuloskeletal akan terjadi penurunan fungsi otot karena

adanya penurunan massa serta kekuatan otot sehingga akan terjadi. Pada sistem

sensori mengakibatkan gangguan penerima pada reseptor sendi sehingga terjadi

penurunan kontrol motorik yang mempunyai gejala berupa gangguan propioseptif

seperti gangguan gerak , rasa getar dan posisi hal ini akan membuat terjadi

gangguan keseimbangan.

Keseimbangan merupakan kemampuan bereaksi secara cepat dan efisien

untuk menjaga stabilitas postural sebelum, selama, dan setelah pergerakan serta

dalam berespon terhadap gangguan eksternal. Keseimbangan dibutuhkan untuk

mempertahankan posisi dan stabilitas ketika bergerak dari satu posisi ke posisi

yang lain (Lee dan Scudds, 2003).

Gangguan keseimbangan merupakan gangguan pada fungsi sensomotorik

yang terjadi terutama pada lansia dan fungsi sensomotorik berkaitan dengan

fungsi neuromuskular. Hal ini terjadi karena adanya penurunan persepsi sensorik

dan respon motorik pada susunan saraf pusat serta penurunan reseptor sendi yaitu

propioseptif..

Ganggguan keseimbangan dapat dicegah maupun ditingkatkan dengan

balance exercise. Balance exercise berfungsi untuk meingkatkan kekuatan otot

pada anggota tubuh bagian bawah, melatih fungsi visual, vestibular, serta

propioseptif.
3

Theraband adalah bentuk lain dari resistance elastis yang memungkinkan

orang untuk melakukan latihan dengan tujuan untuk meningkatkan kekuatan otot,

mobilitas, gerak dan fungsi. Theraband merupakan alat yang murah, sangat ringan

dan alat serbaguna untuk pelatihan rutin atau rehabilitasi fisik. Theraband dengan

berbagai tingkat resistance yang di tujukan oleh berbagai warna (Landstrake,

2006). Theraband Exercise digunakan sebagai alat untuk merehabilitasi,

memulihkan otot dan fungsi tubuh, meningkatkan keseimbangan dan kekuatan.

Theraband Exercise bertujuan untuk meningkatkan kekuatan dinamik, endurance,

dan power otot dengan menggunakan tahanan yang berasal dari external force

(Landstrake, 2006).

Proprioceptive merupakan persepsi sendi sebagai pengatur untuk posisi

tubuh dan gerakan sebagai propiosepsi . propiosepsi adalah informasi aferen dari

proprioceptors. Propioceptos merupakan reseptor sensorik perifer terletak pada

bidang propioseptif. Bidang propioseptif merupakan area dalam jaringan sendi

yang dalam dan mampu untuk memberikan persepsi posisi dan gerakan pada

tubuh (Kim et al, 2011).

Propioseptif terletak pada kulit,otot , dan sendi yang terdiri dari korpus

water paccini, organ golgi, dan muscle spindle.pada saat berdiri maka otot-otot

postural akan menjaga pusat massa tubuh agar berada dalam base of support. Tiap

gerakan otot maka akan menyebabkan peregangan pada korpus water paccini,

organ golgi, dan muscle spindle (Kim et al, 2011).

B. Rumusan Masalah
4

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) Apakah terdapat

pengaruh latihan theraband terhadap keseimbangan? , (2) Apakah terdapat

pengaruh latihan proprioseptif terhadap keseimbangan? (3) Apakah terdapat beda

pengaruh latihan theraband dengan latihan proprioseptif terhadap keseimbangan?

(4) Apakah latihan proprioseptif lebih baik dalam meningkatkan keseimbangan

pada lansia di banding dengan latihan theraband?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui pengaruh latihan

theraband terhadap keseimbangan pada lansia (2) untuk mengetahui pengaruh

latihan proprioseptif terhadap keseimbangan pada lansia (3) untuk mengetahui

perbedaan pengaruh latihan theraband dengan latihan proprioseptif terhadap

keseimbangan pada lansia (4) untuk mengetahui apakah berpengaruh antara

latihan theraband dengan latihan proprioseptif

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat secara teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang

manfaat latihan theraband dan latihan proprioceptive terhadap keseimbangan

lansia

2. Manfaat secara praktis

Manfaat dilakukannya penelitian ini adalah (1) sebagai bahan acuan

fisioterapi untuk meningkatkan keseimbangan pada lansia (2) memberikan


5

pengetahuan kepada masyarakat tentang latihan theraband dan proprioceptive

untuk meningkatkan keseimbangan pada lansia (3) sebagai pembelajaran untuk

melakukan penilitian, menambah wawasan dalam berpikir tentang pengaruh

latihan theraband dan proprioceptive terhadap keseimbangan lansia

Elastic-band resistance training memiliki pengaruh

terhadap penurunan nilai resiko jatuh pada lansia. Namun

modified OEP didapatkan lebih baik dalam menurunkan nilai

resiko jatuh. Hal ini dilihat dari selisih rata-rata dari kedua

latihan. Elastic-band resistance training memiliki selisih 2,86 dan

modified OEP memiliki selisih 3,67.

Kekuatan otot merupakan salah satu komponen untuk

dapat mencapai stabilisasi. Elastic-band resistance training

merupakan salah satu bentuk latihan resisten yang diberikan

kepada lansia dan dapat meningkatkan kekuatan otot karena


6

terjadinya adaptasi neuromuskular pada lansia sejalan dengan

penelitian oleh Kwak et al, (2016), yang meneliti tentang

pengaruh latihan menggunakan elastic-band terhadap

keseimbangan, mobilitas dan gaya berjalan, serta fleksibilitas

dan resiko jatuh pada lansia. Dengan kelompok eksperimen

berjumlah 23 orang dan kelompok kontrol berjumlah 22 orang.

Pada penelitian ini latihan dilakukan 3 kali setiap satu minggu

selama 8 minggu, didapatkan hasil bahwa latihan ini dapat

meningkatkan keseimbangan, mobilitas dan gaya berjalan, serta

fleksibilitas dan menurunkan resiko jatuh pada lansia.

Peningkatan kekuatan otot didapatkan dengan pelatihan

secara kontinyu sehingga kekuatan otot tonik dapat

meningkatkan sirkulasi pembuluh darah kapiler yang dapat

meningkatkan kekuatan otot fasik sehingga mengakibatkan

terjadinya penambahan recruitment motor unit pada otot yang

akan mengaktivasi badan golgi sehingga otot akan bekerja

secara optimal, sehingga membentuk stabilitas yang baik,

sehingga dapat mencegah terjadinya jatuh.

Modified OEP dapat menurunkan resiko jatuh sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Kulkarni & Pouliasi (2017)

yang meneliti mengenai efek latihan kelompok tehadap resiko

jatuh pada lansia secara acak. Dengan subjek 45 orang lansia


7

yang berusia diatas 60 tahun dan memiliki peningkatan resiko

jatuh yang dibagi menjadi 2 kelompok. Latihan dilakukan 2 kali

dalam satu minggu selama 10 minggu. Kemudian didapatkan

hasil bahwa latihan ini dapat meningkatkan keseimbangan,

control dinamis, dan menurunkan resiko jatuh.

Latihan dengan modified OEP memiliki prinsip latihan

olahraga. Resiko jatuh yang meningkat diakibatkan penurunan

massa otot dan berkurangnya fungsi otot. Kemudian otot pada

lansia beradaptasi dengan baik saat dilakukan latihan dengan

resisten dan penguatan, yang ditandai dengan peningkatan

aktivasi motorik sehingga dapat meningkatkan massa dan

kekuatan otot kaki serta proprioseptif dari sistem neuromuskuler

melalui kontraksi otot, yang akhirnya berdampak pada

berkurangnya kesulitan dalam melakukan tugas harian dan

peningkatan energi, komposisi tubuh, dan mempercepat reaksi.

Latihan dengan metode modified OEP ini juga diperkuat

dengan adanya sesi balance retraining exercise, yang dapat

meningkatkan meningkatkan fungsi sistem musculoskeletal

dengan beberapa latihan yang kemudian dapat meningkatkan

keseimbangan. Sehingga dengan adanya peningkatan tersebut

dapat meminimalisir terjadinya jatuh pada lansia.

Anda mungkin juga menyukai