OLEH
RISKA AMELIA
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa tua merupakan masa yang pasti akan dilewati oleh semua orang dalam
kehidupannya dan merupakan masa terakhir dalam kehidupan (Nugroho, 2008).
Seorang lanjut usia akan membawa perubahan yang menyeluruh pada fisiknya yang
berkaitan menurunya kemampuan jaringan tubuh terutama pada fungsi fisiologi
dalam sistem muskuloskeletal dan sistem neurologis (Padila, 2013). Perubahan fungsi
fisiologis diantaranya terjadi pada sistem neurologis dan muskuloskeletal (Wallace,
2008). Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia dapat mempengaruhi
keseimbangan tubuh. Kemampuan keseimbangan tubuh. Kemampuan keseimbangan
berkurang seiring penambahan usia karena perubahan pada sistem saraf pusat atau
neurologis, sistem sensori seperti visua, vestibuler, dan proprioseptif pada sistem
muskuloskeletal (Miller dalan Jusnimar, 2013).
Batasan usia menurut WHO usia pertengahan (middle age) 45-49 tahun, (elderly)
antara 60-74 tahun, (old) 75-79 tahun, (very old) usia >90 tahun (Kemenkes RI,
2015).
2
2015, serta diperkirakan pada tahun 2025 dan tahun 2030 akan mencapai 14,9% dan
16,4% sedangkan di Indonesia pada tahun 2010 jumlah penduduk lansia yaitu
sebanyak 9,5%, 8,1% di tahun 2015, dan 9,03% atau 23,66 juta jiwa di tahun 2017,
serta diperkirakan mengikat pada tahun 2025 yaitu sebanyak 11,1% dan 12,9% dari
total populasi (Kemenkes, 2017).
Diperkirakan bahwa di tahun 2050 Indonesia akan masuk menjadi sepuluh besar
negara dengan jumlah lansia terbesar yaitu berkisar 10 juta lansia. Karakteristik
demografi penduduk lansia saat ini dan di masa yang mengindikasikan tentang
fungsi normalnya, sehinga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang diderita menggambarkan lansia sebagai suatu unit yang juga
Ketika lansia sering mengalami jatuh maka maka resiko gangguan pada
lunak yang serius seperti, memar dan keseleo otot merupakan komplikasi akibat
jatuh, disamping itu akibat dari jatuh tidak hanya menimbulkan perlukaan fisik tapi
juga menimbulkan masalah psikis, seperti perasaan takut akan jatuh itu sendiri ketika
3
lansia berjalan. Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan proyeksi
pusat tubuh pada landasan penunjang baik saat berdiri, duduk, transit, dan berjalan
Darmojo, (2011)
Dampak jatuh yang terjadi pada lansia perlu dilakukan evaluasi terhadap faktor
yang dapat menyebabkan jatuh, antara lain yaitu penilaian terhadap keseimbangan
tubuh serta dapat dilakukan latihan keseeimbangan untuk lansia. Aktivitas fisik
termasuk mobilisai yang tinggi diidentifikasi merupakan salah satu kegiatan yang
dapat meningkatkan keseimbangan tubuh. Salah satu latihan yang dapat mencegah
terjadinya resiko jatuh pada lansia yaitu dengan latihan Tandem Walking
Jalan Tandem (Tandem Walking) merupakan suatu tes dan juga latihan yang
dilakukan dengan cara berjalan dalam satu garis lurus dalam posisi tumit kaki
menyentuh jari kaki yang lainnya sejauh 3-6 meter, latihan ini dapat meningkatkan
keseimbangan postural bagian laterla yang berperan dalam mengurangi resiko jatuh
pada lansia dan merupakan salah satu dari jenis latihan keseimbangan (balance
2009).
setiap tahunnya yang berarti meningkat pula umur harapan hidup penduduk, baik di
tingkat dunia maupun di Indonesia. Adanya peningkatan jumlah penduduk lansia ini
yang umumnya muncul pada lanjut usia karena faktor kemunduran fisiologis.
4
Menurut Kemenkes RI (2013) bahwa peningkatan umur harapan hidup dapat
Dari hasil studi pendahuluan didapatkan 70% mengalami resiko jatuh. selain
melakukan pengukuran keseimbangan diberikan pertanyaan kepada lansia tentang
cara untuk menghindari resiko jatuh yang terjadi karena keseimbangan tubuh
didapatkan hasil bahwa lansia hanya mempunyai satu cara yaitu dengan berjalan
pelan-pelan serta selalu berpegangan dengan dinding saat berjalan. Resiko jatuh pada
lansia dapat dikurangi dengan latihan jalan dalam garis lurus sehingga meningkatkan
keseimbangan postural bagian lateral yang disebut dengan istilah Tandem Walking
(Batson et al., 2009) terhadap tingkat keseimbangna tubuh untuk mengurangi resiko
jatuh lansia di UPT PSTW Ilomata Kota Gorontalo sehingga, dalam hal ini penulis
tertarik untuk menganalisis tentang “Pengaruh Latihan Tandem Walking Exercise
Terhadap Peningkatan Keseimbangan Dinamis Pada Lansia”
1.1. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh latihan tandem walking exercise terhadap
peningkatan keseimbangan dinamis pada lansia. .
1.2. Manfaat
a. Bagi program studi profesi ners
Diharapkan analisis jurnal ini dapat dijadikan tambahan materi dan bahan
bacaan tentang pengaruh latihan tandem walking exercise terhadap
peningkatan keseimbangan dinamis pada lansia.
b. Bagi perawat
Diharapkan analisis jurnal ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi
perawat dalam melakukan intervensi.
c. Bagi UPT PSTW Ilomata
5
Diharapkan analisis jurnal ini dapat menjadi masukan bagi UPT PSTW
Ilomata dalam melaksanakn penatalaksanan pada Lansia.
d. Bagi pasien dan Keluarga
Diharapkan analisis jurnal ini dapat menjadi referensi bagi pasien dan
keluarga agar dapat menggunakan pengaruh latihan tandem walking exercise
terhadap peningkatan keseimbangan dinamis pada lansia.
6
BAB II
METODE DAN TINJAUAN TEORITIS
7
2.2 Konsep Tentang Tinjauan Teoritis
2.2.1 Definisi Tandem Walking
Jalan tandem (Tandem Walking) adalah suatu tes dan juga latihan
keseimbangan yang dilakukan dengan berjalan dalam satu garis lurus dengan
posisi tumit kaki menyentuh jari-jari kaki yang lainnya denga berjalan sejauh 3-6
lateral, yang berperan dalam mengurangi resiko jatuh pada lansia, dan juga
latihan ini salah satu dari jenis latihan keseimbangan (balance exercise) dengan
atau stabilitas tubuh, namun yang mana yang lebih efektif dan efisien untuk
Latihan jalan tandem ini bertujuan untuk melatih posisi tubuh atau sikap
tubuh, gerak pada tubuh, dan koordinasi serta pengontrol keseimbangan (World
&Organitation). Latihan ini melatih sistem visual dengan cara melihat ke depan
serta memperluas arah pandangan mata untuk berjalan lurus dan juga
mempertahankan posisi pada tubuh agar tetap tegak selama berjalan dan
8
Jalan tandem juga merupakan salah satu metode untuk menumbuhkan
kebiasaan dalam mengontrol postur tubuh langkah demi langkah yang dilakukan
dengan bantuan koognisi dan koordinasi otot trank, lumbal spine, pelvic, hip,
tidak mampu menjaga keseimbangan bahkan dengan kondisi mata terbuka, bahkan
dilakukan dengan cara merapatkan kedua kakinya dan berdiri tegak selama 10
gerakkan kepala kekiri, kakana, atas, dan bawah, selanjutnya teknik yang
9
Gambar: 2.1 side by side
Sumber Gambar :Batson, 2009
2. Semi tandem standing adalah gerakan untuk melatih keseimbangan kaki yang
dilakukan dengan cara meletakkan tumit kaki di sebelah ibu jari sebelahnya
dan bertahan selama 10 detik atau semampunya. Selama 10 detik klien dapat
3. Full tandem standing adalah gerakkan untuk melatih keseimbangan kaki yang
dilakukan dengan cara meletakkan tumit kaki di ujung ibu jari kaki
sebelahnya. Selama 10 detik klien dapat sambil menggerak-gerakkan kepala
ke kiri, kanan, atas, dan bawah. Subjek diminta untuk berjalan maju pada jalur
(satu garis lurus) dengang menempatkan kaki kanan menyentuh tumit kaki
kiri dan berjalan sejauh 3-6 meter. Lakukan sebanyak 10 kali kemudian
isitirahat.
10
Gambar 2.1 : Tandem Side View
Sumber Gambar :Batson, 2009
Latihan jalan tandem dapat dilakukan dengan mata terbuka dan tertutup.
Latihan jalan tandem yang dilakukan dengan mata yang terbuka akan lebih mudah
untuk dilakukan karena adanya korelasi visual terhadap vestibular dan prorioseptif.
Sedangkan jalan tandem yang dilakukan dengan mata tertutup dilakukan untuk
menguji fungsi vestibular. Latihan ini dan tes ini akan berhasil dilakukan jika dari
cereberal dan propriosetfi normal. Dosis yang danjurkan untuk menghasilkan
keseimbangan yang adekuat adalah 2-4 minggu (Batson, 2009).
tubuh pada landasan penunjang baik saat berdiri, duduk, istirahat, dan berjalan (Howe
ketika bergerak dari satu posisi ke posisi yang lain (Lee dan Scudds, 2013).
Keseimbangan juga merupakan kemapuan bereaksi secara cepat dan efisien untuk
menjaga stabilitas postural sebelum, selama, dan setelah pergerakkan serta dalam
yang dinamik dari faktor internal dan eksternal yang melibatkan lingkungan (Cetin,
2008).
11
Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan equilibrium baik
statis maupun dinamis tubuh ketika ditempatkan pada berbagai posisi. Equlibrium
adalah kemampuan tubuh untuk mempertahankan posisi pada waktu bergerak (Delito,
2003).
untuk mempertahankan kepala dan tubuh terhadap gravitasi dan kekuatan dari luar
lainnya, mempertahankan tegak dan seimbangnya pusat masa tubuh salam bidang
tumpu, dan menstabilkan bagian tubuh tertentu sementara bagian tubuh lainnya
bergerak (Setiawan, 2008). Keseimbangan terbagi menjadi 2 yaitu statis dan dinamis
untuk mempertahankan posisi tubuh dimana Center of Gravity (COG) tidak berubah.
1. Sistem Vestibuler
2. Sistem Somatosensoris
12
Sistem somatosensoris terdiri dari taktil atau proprioseptif serta persepsi
3. Sistem Visual
Visual memegang peran penting dala sistem sensori. Cratty & Martin (1969)
berkembang sesuai umur, mata akan membantu agar tetap fokus pada titik
muncul ketika mata menerima sinar matahari yang berasal dari objek sesuai
jarak pandang.
Pusat gravitasi terdapat pada semua objek, pada benda, pusat gravitasi terletak
tepat di tegah benda tersebut. Pusat garvitasi adalah titik utama paa tubuh
yang akan mendistribusikan masa tubuh secara merata. Bila tubuh selalu
ditopang oleh titik inimaka tubuh dalam keadaan seimbang. pada manusia,
13
pusat gravitasi manusia ketika berdiri tegak adalah tepat di atas pinggang
Garis gravitasi merupakan garis imajiner yang berada vertikal melalui pusat
gravitasi dengan pusat bumi. Hubungan antara garis gravitasi, pusat gravitasi
tumpuan. Ketika garis gravitasi tepat berada di bidang tumpu, tubuh dalam
keadaan seimbang.
14
4. Kecepatan Reaksi
5. Koordinasi Neuromuskular
indera (visual, auditor, dan proprioceptif untuk mengetahui jarak pada posisi
gerak.
6. Kekuatan Otot
Kekuatan otot adalah kemampuan otot atau group otot menghasilkan tegangan
dan tenaga selama usaha maksiamal baik secara dinamis maupun secara statis.
7. Usia
Letak titik berat tubuh berkaitan dengan pertambahan usia. pada anak-anak
letaknya lebih tinggi karena ukuran kepala anak relatif lebih besar dari
kakinya yang lebih kecil. Keadaan ini akan berpengaruh pada keseimbangan
tubuh, dimana semakin rendah letak titik berat terhadap bidang tumpu akan
8. Jenis kelamin
15
Meski banyak sumber yang menyatakan bahwa jenis kelamin tidak
bedrasarkan jenis kelamin antara pria dan wanita disebabkan oleh adanya
perbedaan letak titik berat. Pada pria letaknya kira-kira 56% dari tinggi
badannya.
9. Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik adalah suatu gerakan fisik yang dapat menyebabkan terjadinya
tubuh.
yang pasti akan dialami semua manusia tetapi masa tua ini bisa ditunda dengan cara
menjaga kesehatan dan melakukan pola hidup sehat dimasa mudanya. Masa tua
sangat erat kaitannya dengan istilah degenerasi yang ditandai dengan penurunan
masalah kesehatan yang paling kompleks diantara semua siklus tumbuh kembang
16
Lanjut usia adalah fenomena biologis yang tidak dapat dihindari oleh setiap
individu. UU No. IV Tahun 1965 Pasal 1, yang menyatakan bahwa seseorang dapat
dikatakan lanjut usia setelah mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak
berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima
Menurut (Roehadi, 2016) menggambarkan lansia sebagai suatu unit yang juga
Lanjut usia adalah seorang yang mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke
atas.
2. Menurut WHO
17
a. Definisi Menua
bertentangan dan belum ada kesepakatan diantara para ahli. Berikut ini teori-
Dikatakan bahwa tubuh dan sel-selnya rusak karena banyak dipakai. Jika
dipakai berlebihan tentu akan lebih cepat rusak. Organ-organ tubuh kita menjadi
cepat rusak bila ada racun (toksin) yang kita dapatkan melalui makanan dan
mengkonsumsi gula dan kopi, dan lain-lain. dapat juga berasal dari lingkungan
sekitar kita, misalnya dari asap rokok, polusi dari kendaraan bermotor, dan paparan
kimia lainnya.
pada unsur terkecil dalam inti sel. Setiap mahkluk hidup seakan-akan
18
memiliki jam genetik yang berjalan terus sampai masanya habis dan
hidup tikus lebih pendek dari pada marmut, lalat lebih cepat mati
dengan kuda, dan lain-lain. Jadi, umur rata-rata manusia dikontrol secara
genetik atau keturunan dan menurut teori umur manusia tidak dapat
b.Teori Neuro-Endokrin
tubuh ini diatur oleh sistem jaringan biokimiawi yang kompleks dan
fungsi organ tubuh. Pada proses penuaan, produksi hormon tubuh akan
menjadi menurun. Oleh karena itu, para ahli mengatakan bahwa terapi
19
b. Kebutuhan dan masalah yang bervasi dari rentang sehat sampai sakit, dari
kondisi maladaptif.
Menurut Maryam, dkk. (2008) tipe lanjut usia bergantung pada karakter
pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya. Tipe
a. Tipe arif/bijaksana
b. Tipe Mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari
c. Tipe Pasrah
20
Konflik lahir batin menentang proses pemarah sehingga menjadi pemarah,
menuntut.
e. Tipe bingung
f. Tipe bermusuhan
Lansia tipe ini lebih negatif dari poin sebelumnya. Mereka selalu
dirinya. Maka dari itu mereka selalu megeluh, bersifat negatif, dan
curiga. Karena rasa takut akan kematian, masa tua bagi mereka
bukanlah hal baik. Untuk itu, kerap timbul dalam hati rasa iri pada yang
21
e. Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial/masyarakat secara
santai.
degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia, tidak
hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial dan seksual (Azizah dan
Lilik M, 2011).
1. Perubahan fisik
a. Sistem Indra
b.Sistem integument
c. Sistem musculoskeletal
d. Sistem Kardiovaskular
e. Sistem Respirasi
g. Sitem saraf
h. Sistem Reproduksi
2. Perubahan Kognitif
b. IQ (Intellegent Quotien)
c. Kemampuan belajar
22
d.Kemampuan pemahaman (Comperhension)
f. Kebijakan (Wisdom)
g.Kinerja (Perfomance)
h.Perubahan mental
i. Perubahan Spritual
j. Perubahan Psikososial.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Kartya Nur 2018 Pengaruh Jalan Jenis penelitian Haisl penelitian ini @Google
Sholihatul Tandem ini adalah pra diketahui bahwa Cendekia
Umah Terhadap eksperimental terdapat 15
Keseimbangan design dengan responden
Untuk
one group pra- mengalami
Mengurangi
Resiko Jatuh
post test. peningkatan
Lansia DI keseimbangan
PSTW setelah dilakukan
Kabupaten jalan tandem. Hasil
Ponogoro. analisa Wilcoxon
diperoleh nilai P
value = 0,001< α =
0.05 artinya ada
pengaruhjalan
tandem terhadap
tingkat
keseimbangan tubuh
23
untuk mengurangi
resiko jatuh pada
lansia di UPT PSTW
Kabupaten Magetan
Asrama Ponogoro.
Sri Rejeki 2018 Pengaruh Metode penelitian Hasil uji normalitas @Google
latiahan Jalan ini adalah Quasi dengan Shapiro – Cendekia
Tandem Experimental, Wilk Test didapatkan
Terhadap dengan data berdistribusi
Keseimbangan membandingkan normal. Hasil latihan
Lanjut Usia Di dua hasil ayitu jalan tandem
Desa Luwang Pre dan Post test meningkatkan
Gatak With Control keseimbangan pada
Sukoharto Group Design. lansia. Sedangkan
pada hasil uji beda
pengaruh Paried
Sample T-Test
diperoleh nilai
p=0.000 yang berarti
adanya peningkatan
keseimbangan pada
lansia. Sedangkan
pada hasil uji beda
pengaruh
Independent Sample
T-Test diperoleh
nilai p=0,000 yang
berarti adanya
peningkatan adanya
peningkatan
keseimbangan pada
lansia yang
signifikan antara
kelompok perlakuan
dan kontrol.
Carolina 2016 Pengaruh Jenis penelitian ini Hasil penelitian @Google
Putri Latihan Jalan menggunakan menunjukkan ada Cendekia
Kusuma tandem metode Quasi pengaruh positif
Rahmadani (Tandem Experiment denga latiahn jalan tandem
Stance) desain The Static terhadap Square
Terhadap Group didapatkan nilai
Pengingkatan Comparasion yaitu signifikansi 0,015
Keseimbangan desain yang dengan alat ukur TUG,
24
Untuk dirancang untuk dan nilai signifikansi
Mengurangi meneliti pengaruh 0,009 dengan alat ukur
Resiko Jatuh dari sebuah uji Leg Dynamometer.
Pada Lanjut coba terhadap Perlakuan jalan tandem
Usia. kelompok kontrol. pada lansia mampu
meningkatkan
keseimbangan jalan
berdasarkan catatatn
kecepatan jalan yang
diukur dengan TUG.
Helen S, 2017 Jalan Tandem Metode penelitian Hasil dari penelitian @Pubmad-
Cohen EdD, Sebagai Test yang dilakukan tersebut yaitu NCBI
Jasmine Skrining cepat yaitu metode yaitu menunjukkan analisis
Stitz MS, Untuk kelompok yang kinematik
Sangi- Gangguan diberikan perlakuan menunjukkan bahwa
Haghpykar, Vestibular dan kontrol. menggunakan langkah-
PhD Populasi pada langkah itu tidak
penelitian ini meningkatkan
sebanyak 292 dan kemampuan untuk
responden yang memisahkan kontrol
memiliki gangguan sehat dari pasien
vestibular yaitu 90 dengan gangguan
responden vestibular. Dengan
hasil seubjek berjalan
jauh lebih cepat pada
percobn yang berhasil
p=0,001
Adina Zeki 2017 Perspsi Metode penelitian Dari hasil penelitian @Pubmad-
Al Kecepatan ini memakai menunjukkan ada NCBI
Hazzouri, Jalan Tandem metode hubungan antara
Elizabeth Terukur, wawancara persepsi berjalan,
Rose Insiden Stroke
telepon dan kecepatan, dan
Mayeda dan Kematian
dkk. Pada Orang
mengunjungi insiden stroke dari
Dewasa yang rumah-rumah Model Hazard
lebih tua pada 168 Proposional Cox.
seorang calon responden dengan Dalam model Cox
Studi Kohort riwayat stroke. yang disesuaikan,
Dalam penelitian termasuk
ini mereka penyesuaian untuk
menguji tiga titik kesehatan yang
akhir dari suatu dimiliki sendiri, dan
kejadian stroke, ada gradien yang
yang pertama jelas sehingga resiko
total stroke (tidak stroke total tidak
fatal atau fatal) fatal.
25
yang ke dua
(stroke tidak
fatal) dan yang
ketiga stroke fatal
3.2 Pembahasan
Jalan Tandem (Tandem Walking) merupakan suatu tes dan juga latihan yang
dilakukan dengan cara berjalan dalam satu garis lurus dalam posisi tumit kaki
menyentuh jari kaki yang lainnya sejauh 3-6 meter, latihan ini dapat meningkatkan
keseimbangan postural bagian laterla yang berperan dalam mengurangi resiko jatuh
pada lansia dan merupakan salah satu dari jenis latihan keseimbangan (balance
2009).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Kartya Nur Sholihatul Umah dengan Judul
“Pengaruh Jalan Tandem Terhadap Keseimbangan Untuk Mengurangi Resiko Jatuh Lansia
DI PSTW Kabupaten Ponogoro”. Jenis penelitian ini adalah pra eksperimental design
dengan one group pra-post test. Populasi dalam penelitian ini sejumlah 20 orang,
Waktu intensitas pada penelitian ini berlangsung 13 detik dan skor tertinggi yaitu
31 detik pada saat diberikan latihan tandem walking, Hasil dari penelitian ini yaitu
adanya peningkatan nilai keseimbangan tubuh dari sebelum dilakukan latihan jalan
26
tandem didapatkan rata-rata keseimbangan tubuh setelah melakukan latihan jalan
tandem adalah 19.89. Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh latihan jalan tandem
terhadap keseimbangan tubuh lansia. Dari hasil uji statistik menggunakan uji
Wilcoxon niali (p) yang diperoleh yaitu 0.001 kurang dari nilai α yaitu 0.05, maka
dapat dikatakan hipotesa diterima. Hal ini menyatakan bahwa terdapat peningkatan
yang signifikan antara sebelum dan sesudah pemberian latihan jalan tandem.
Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Sri Rejeki degan Judul :
penelitian Quasi Experimental, dengan membandingkan dua hasil yaitu Pre dan Post
test With Control Group Design. Pada penelitian ini terdapat 20 lansia yang
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok
kontrol. Kelompok kontorl diberikan latihan jalan tandem dan kontrol tidak diberikan
jalan tandem selama 3 kali dalam 4 minggu. Pengukuran lansia menggunakan Time
Up and Go Test
Dari hasil uji pengaruh menggunakan uji Paired Sample T-Test pre test dan post
test pada kelompok perlakuan menunjukkan bahwa adanya pengaruh latihan jalan
tandem terhadap keseimbangan lanjut usia yang signifikan karena nilai p= 0,000 yang
berarti nilai p<0,005. Latihan jalan tandem ini merupakan bentuk latihan untuk
27
Hasil uji pengaruh menggunakan uji Paired Sample T-Test sebelum dan sesudah
pengaruh yang signifikan pada kelompok kontrol terhadap keseimbangan lanjut usia
karena nilai p=0,000 p<0,005. Pada kelompok perlakuan sama-sama signifikan yang
berarti memiliki pengaruh yang lebih banyak daripada kelompok kontrol. Dengan
hasil pada kelompok perlakuan didapatkan nilai pre test dengan rata-rata 18,765 dan
post test perlakuan dengan nilai rata-rata menjadi 5,410. Sedangkan pre test pada
kelompok kontrol didapatkan nilai rata-rata 18,114 dan post test kontrol dengan nilai
reata-rata 11,725. Yang berarti pada kelompok perlakuan hasilnya resiko rendah
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Carolina Putri Kusuma
Rahmadani dengan judul “Pengaruh Latihan Jalan tandem (Tandem Stance) Terhadap
Pengingkatan Keseimbangan Untuk Mengurangi Resiko Jatuh Pada Lanjut Usia”. Penelitian
ini menggunakan jenis penelitian ini menggunakan metode Quasi Experiment denga desain
The Static Group Comparasion yaitu desain yang dirancang untuk meneliti pengaruh dari
sebuah uji coba terhadap kelompok kontrol. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak
71 responden lansia. Jumlah sampel dalam penelitian ini yatiu berjumlah 50 responden lansia
sesua dengan inklusi dan eksklusi. Dalam penelitian ini adalah jalan tandem dengan alat ukur
meteran. Sedangakn untuk variabel terkait yaitu keseimbangan jalan untuk mengurangi resiko
jatuh dengan alat ukur Time Up and Go Test (TUG) dan Leg Dynamometer.
Berdasarkan hasil analisis kecepatan jalan lansia antara kelompok eksperimen dengan
kelompok kontrol diketahui nilai signifikan uji bedan pada chi square 0,05 sehingga kurang
28
dari 0.05. Perlakuan jalan tandem bagi lansia mampu meningkatkan keseimbangan jalan
berdasarkan catatatn kecepatan jalan yang diukur dengan TUG. Sedangkan hasil dari Leg
Dynamometer, untuk mengukur kekuatan otot quadricept, ada perbedaan kekuatan otot lansia
sebelum dan sesudah perlakuan tandem. Perlakuan jalan tandem bagi lansia mampu
meningkatkan keseimbangan jalan berdasarkan catatan kekuatan otot yang diukur dengan
LEG.
Berdasarkan penelit yang dilakukan oleh Helen S, Cohen EdD, Jasmine Stitz MS, Sangi-
Haghpykar, PhD Judul : Jalan Tandem Sebagai Test Skrining cepat Untuk Gangguan
Vestibular (Tandem Walking As Quick Screening Test For Vestibular Disorders” Metode
penelitian yang dilakukan yaitu metode yaitu kelompok yang diberikan perlakuan dan
kontrol. Populasi pada penelitian ini sebanyak 292 dan responden yang memiliki
kaki, tanpa spasi, di antara langkah-langkah dengan lengan mereka bersaling. Setiap
subjek melakukan uji coba praktik dengan 3 hingga 5 langkah untuk medapatkan ide
gerakan dan kemudian melakukan uji tugggal 10 langkah dengan mata terbuka.
memisahkan kontrol sehat dari pasien dengan gangguan vestibular. Dengan hasil
seubjek berjalan jauh lebih cepat pada percobn yang berhasil p=0,001.
29
Pada penelitian yang dilakukan oleh Adina Zeki Al Hazzouri, Elizabeth Rose
Mayeda dkk. Judul : “Perspsi Kecepatan Jalan Tandem Terukur, Insiden Stroke dan
Kematian Pada Orang Dewasa yang lebih tua seorang calon Studi Kohort” Metode
pada 168 responden dengan riwayat stroke. Dalam penelitian ini mereka menguji tiga
titik akhir dari suatu kejadian stroke, yang pertama total stroke (tidak fatal atau fatal)
yang ke dua (stroke tidak fatal) dan yang ketiga stroke fatal.
Hasil dari penelitian ini yaitu menunjukkan ada hubungan antara persepsi
berjalan, kecepatan, dan insiden stroke dari Model Hazard Proposional Cox. Dalam
model Cox yang disesuaikan, termasuk penyesuaian untuk kesehatan yang dimiliki
sendiri, dan ada gradien yang jelas sehingga resiko stroke total tidak fatal.
Temuan dalam penelitian ini memiliki beberapa implikasi bagi lahan praktek dan
penelitian keperawatan.
peningkatan keseimbangan pada lansia untuk mencegah terjadinya resiko jatuh pada
lansia. Hasil temuan penelitian ini juga menggambarkan sikap perawat yang sduah
bagi perawat bahwa sikap profesional akan memberikan kepuasan dan ketenangan
30
bagi klien, sehingga sudah seharusnya perawat menunjukkan sikap profesional
kepada klien dalam memberikan asuhan keperawatan. Jika klien puas terhadap
pelayanan keperawatan yang diberikan, maka tingkat keseimbangan pada lansia akan
Penelitian ini juga memiliki implikasi bagi pendidikan keperawatan untuk lebih
menggali seluruh aspek yang dibutuhkan baik oleh partisipan, bukan hanya dari aspek
fisik, tetapi juga aspek psikososial dan spiritual juga harus menjadi perhatian.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa yang telah diuraikan dengan pemberian tandem walking
dapat disimpulkan dari ke 5 jurnal yang telah di uraikan yaitu sebagai berikut.
Pada jurnal/artikel penelitian yang pertama yang dilakukan oleh Kartya Nur
Sholihatul Umah dengan Judul “Pengaruh Jalan Tandem Terhadap Keseimbangan Untuk
tubuh menggunakan TUGT. Waktu intensitas pada penelitian ini berlangsung 13 detik
dan skor tertinggi yaitu 31 detik pada saat diberikan latihan tandem walking, Namun
pada penelitian yang kedua dilakukan oleh Sri Rejeki degan Judul : “Pengaruh
31
latiahan Jalan Tandem Terhadap Keseimbangan Lanjut Usia Di Desa Luwang Gatak
Sukoharto”. Intensitas waktu dalam penelitian ini yaitu diberikannya latihan tandem
walking diberikan pada selama 3 kali dalam 4 minggu, dengan 2 kelompok perlakuan
dan kontrol.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Helen S, Cohen EdD, Jasmine Stitz MS, Sangi-
Haghpykar, PhD Judul : Jalan Tandem Sebagai Test Skrining cepat Untuk Gangguan
Vestibular (Tandem Walking As Quick Screening Test For Vestibular Disorders” dengan
subjek diminta berjalan 10 langkah, tumit ke kaki, tanpa spasi, di antara langkah-
langkah dengan lengan mereka bersaling. Setiap subjek melakukan uji coba praktik
dengan 3 hingga 5 langkah untuk medapatkan ide gerakan dan kemudian melakukan
iga percobaan dari 10 langkah dengan mata tertutup. Pengamat mencatat jumlah
Pada penelitian yang dilakukan oleh Carolina Putri Kusuma Rahmadani dengan judul
Untuk Mengurangi Resiko Jatuh Pada Lanjut Usia” dengan hasil penelitian yaitu kelompok
pada eksperimen dengan kelompok kontrol diketahui nilai signifikan uji bedan pada chi
Pada penelitian yang dilakukan oleh Adina Zeki Al Hazzouri, Elizabeth Rose
Mayeda dkk. Judul : “Perspsi Kecepatan Jalan Tandem Terukur, Insiden Stroke dan
Kematian Pada Orang Dewasa yang lebih tua seorang calon Studi Kohort” Metode
32
penelitian ini memakai metode wawancara telepon dan mengunjungi rumah-rumah
pada 168 responden dengan riwayat stroke. Dalam penelitian ini mereka menguji tiga
titik akhir dari suatu kejadian stroke, yang pertama total stroke (tidak fatal atau fatal)
yang ke dua (stroke tidak fatal) dan yang ketiga stroke fatal. Hasil dari penelitian ini
yaitu menunjukkan ada hubungan antara persepsi berjalan, kecepatan, dan insiden
stroke dari Model Hazard Proposional Cox. Hal ini menunjukkan bahwa ada
4.2 Saran
Dari hasil analisis jurnal yang penulis lakukan, maka penulis ingi menyampaikan
Diharapkan para lansia meiliki jadwal yang rutin dalam melakukan aktivitas
fisik seperti olahraga ataupun senam. Selain itu pihak panti diharapkan
yang tidak licin, serta dinding yang dipasang pegangan untuk lansia.
2. Bagi Mayarakat
33
usia agar mengetahui dan mencegah faktor-faktor yang dapat mengakibatnkan
resiko jatuh.
DAFTAR PUSTAKA
Azizah L.M. 2011,.“Keperawatan Lanjut Usia” Graha Ilmu. Yogyakarta
Batson, G. 2009. “Update On Propriocetion : Consideration For Dance Education
(online). www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed
Delito, A. 2010 “The Link Between Balance Confidence And Falling”. Physical
Therapy Research That Benefit You, American Phisical Therapy
Association.
Darmojo. 2009. “GeriatriIlmu Kesehatan Usia Lanjut. Edisi 4, Jakarta: Balai
Penerbiit FKUI. 2009.
Guntur. (2006). Gaya Hidup Lansia Dengan Hipertensi
Howe, TE, Rochester dkk. 2008. “ Exercise For Improving Balance In Older People”
(Online) http://www.google.co.id
Kementerian Kesehatan RI, 2015. “Pelayanan dan Peningkatan Kesehatan Usia
lanjut”. http://www.depkes.go.id.
Kementrian Kesehatan RI, 2013. Buletin Lansia. Jakarta
Muhith A, Siyoto S 2016. :”Pendidikan Keperawatan Gerontik” CV. ANDI OFFSET,
Yogyakart
34
Nugrahani, P.N. (2014). ”Latihan Jalan Tandem Lebih Baik Dari Pada Latuhan
Dengan Menggunakan Swiss Ball Terhadap Peningkatan Keseimbangan
Untuk Mengurangi Resiko Jatuh Pada Lanjut Usia (LANSIA)” Jurnal
Fisioterapi.
Padila. 2013. “Buku Ajaran Keperawatan Gerontik”. Yogyakarta : Nuha Medika
Ratnawati E, 2015 “Asuhan Keperawatan Gerontik” Pustaka Baru Pres, Yogyakarta
Indinesia.
Santoso, dkk. 2009. Memahami Krisis Lanjut Usia. PT. BPK Gunung Mulia. Jakarta
Suhartono. 2015. “Mekanisme Keseimbangan Postural Pada Lansia” (online)
http://www.google.co.id
35