Anda di halaman 1dari 16

Jurnal Keperawatan Jiwa (JKJ): Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Volume 10 No 4, November 2022, e-ISSN 2655-8106, p-ISSN2338-2090


FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah

LATIHAN FISIK UNTUK MENURUNKAN RESIKO JATUH PADA LANSIA:


LITERATUR REVIEW

Iwan Shalahuddin*, Indra Maulana, Theresia Eriyani, Devi Nurrahmawati


Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran Bandung, Jl. Raya Bandung-Sumedang KM 21, Jatinangor,
Sumedang, Jawa Barat 45363, Indonesia
*shalahuddin@unpad.ac.id

ABSTRAK
Seseorang yang telah memasuki lanjut usia (lansia) akan mengalami penurunan kondisi fisik dan terdapat
perubahan fisik yang ditandai dengan pendengaran yang kurang jelas, penglihatan yang semakin
memburuk, penurunan kekuatan otot yang akan mengakibatkan gerakan-gerakan yang lambat, dan
gerakan tubuh. Perubahan fisik lansia mengakibatkan gangguan mobilitas fisik yang akan membatasi
kemandirian lansia dalam memenuhi aktivitas sehari-hari dan akan menyebabkan terjadinya resiko
jatuh pada lansia. Gangguan keseimbangan merupakan penyebab utama yang sering mengakibatkan
seorang lansia mudah jatuh Tujuan penelitian ini dengan bentuk literatur review adalah untuk mengetahui
intervensi Latihan fisik yang dapat dilakukan untuk menurunkan resiko jatuh pada lansia. Penelitian ini
menggunakan pendekatan metode literatur review yang sesuai untuk digunakan dalam studi literatur ini
adalah scoping review dikarenakan tujuan dari studi literatur ini adalah untuk mengetahui intervensi
Latihan fisik yang dapat dilakukan untuk menurunkan resiko jatuh pada lansia. Pencarian artikel dilakukan
secara sistematis sesuai dengan PRISMA Flow Diagram tahun 2020 berdasarkan pada tiga basis data yang
digunakan yaitu PubMed, Sciencedirect, dan Sage Journals. Hasil penelusuran literatur ada beberapa
intervensi Latihan fisik yang dapat dilakukan untuk menurunkan resiko jatuh pada lansia dengan cara
Balance-Enhancing Exercise Program (BEEP), terapi fisik meditasi jalan (Walking Meditation), dan Multi-
system Physical Exercise (MPE). Kesimpulan bahwa Resiko jatuh menjadi salah satu keluhan utama pada
penderita lanjut usia. Resiko jatuh pada lansia sebenarnya dapat diatasi terutama bagi lansia yang aktif
melakukan latihan dan mempunyai fungsi mental yang baik. Salah satu latihan fisik yang paling efektif
untuk mengatasi resiko jatuh pada lansia yaitu Self-Administered Balance-Enhancing Exercise Program
(BEEP).

Kata kunci: lansia; latihan fisik; resiko jatuh

PHYSICAL EXERCISE TO LOWER THE RISK OF FALLING IN THE ELDERLY:


LITERATURE REVIEW

ABSTRACT
Someone who has entered the elderly (elderly) will experience a decrease in physical condition and there
are physical changes marked by poor hearing, worsening vision, decreased muscle strength which will
result in slow movements, and body movements. Physical changes in the elderly result in impaired physical
mobility which will limit the independence of the elderly in fulfilling daily activities and will lead to the risk
of falling in the elderly. Balance disorders are the main cause that often causes an elderly person to fall
easily The purpose of this study in the form of a literature review is to find out what physical exercise
interventions can be done to reduce the risk of falling in the elderly. This study uses a literature review
method approach that is suitable for use in this literature study is a scoping review because the purpose of
this literature study is to find out what physical exercise interventions can be done to reduce the risk of
falling in the elderly. The search for articles was carried out systematically according to the 2020 PRISMA
Flow Diagram based on the three databases used, namely PubMed, Sciencedirect, and Sage Journals. The
results of a literature search show that there are several physical exercise interventions that can be done to
reduce the risk of falling in the elderly by means Balance-Enhancing Exercise Program (BEEP), walking
meditation physical therapy (Walking Meditation), and Multi-system Physical Exercise (MPE). The
conclusion that the risk of falling is one of the main complaints in elderly patients. The risk of falling in the
elderly can actually be overcome, especially for the elderly who are active in exercising and have good

739
Jurnal Keperawatan Jiwa (JKJ): Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Volume 10 No 4, November 2022, e-ISSN 2655-8106, p-ISSN2338-2090
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah

mental function. One of the most effective physical exercises to overcome the risk of falling in the elderly is
the Self-Administered Balance-Enhancing Exercise Program (BEEP).

Keywords: elderly; fall risk; physical exercise

PENDAHULUAN
Usia harapan hidup merupakan salah satu indikator tingkat kesehatan di masyarakat.
Harapan hidup yang panjang terjadi dengan meningkatnya orang dengan usia lanjut. Lanjut usia
(lansia) yaitu suatu perkembangan hidup manusia secara biologis (Panglipurethias, 2015). Secara
fisik lansia akan mengalami penurunan fungsi tubuh, seperti proses degeneratif. Karakteristik
lansia akan terlihat dari fisiknya kulit yang mulai keriput, kurangnya fungsi penglihatan dan
pendengaran, aktivitas berkurang, mudah letih, rambut yang menipis dan berubah warna, dan
umumnya lansia mudah terserang penyakit karena sistem imunnya yang berkurang. (Fitriani,
2009).

Di Indonesia, terdapat sekitar 18 juta jiwa lansia. Jumlah ini merupakan 7,8% dari total
populasi. WHO (World Health Organization) Data lansia di dunia pada tahun 2015 dan
2050 diperkirakan meningkat dua kali lipat, dari 12% menjadi 22% atau sekitar 900 juta
menjadi 2 milyar pada umur diatas 60 tahun. Data Biro Pusat Statistika Jawa Barat
menunjukkan jumlah penduduk lansia diatas 60 tahun terjadi peningkatan dari tahun ke
tahun dan pada tahun 2009 sebanyak 3.331.241 jiwa 7,9%, dan pada tahun 2010
sebanyak 3.441.746 jiwa 8,01% (BPS Jawa Barat, 2010) (Bratanegara et al., 2012). Seseorang
yang telah memasuki lanjut usia (lansia) akan mengalami penurunan kondisi fisik dan terdapat
perubahan fisik yang ditandai dengan pendengaran yang kurang jelas, penglihatan yang semakin
memburuk, penurunan kekuatan otot yang akan mengakibatkan gerakan-gerakan yang lambat,
dan gerakan tubuh (Shalahuddin et al., 2021). Perubahan fisik lansia mengakibatkan gangguan
mobilitas fisik yang akan membatasi kemandirian lansia dalam memenuhi aktivitas sehari-hari
dan akan menyebabkan terjadinya resiko jatuh pada lansia (Stanley, 2006). Gangguan
keseimbangan merupakan penyebab utama yang sering mengakibatkan seorang lansia mudah
jatuh (Pramadita et al., 2019).

Jatuh dapat mengancam keselamatan lansia dan mengakibatkan berbagai jenis cedera, kerusakan
fisik dan psikologis. Prevalensi risiko jatuh yaitu penduduk diatas usia 55 tahun
mencapai 49,4% dan pada umur diatas 65 tahun ke atas 67,1% (Kemenkes, RI, 2013).
Insidensi jatuh pada setiap tahunnya yaitu lanjut usia yang tinggal di komunitas meningkat dari
25% pada umur 70 tahun menjadi 35% setelah berusia >75 tahun. Kejadian jatuh terjadi
sekitar 30% lanjut usia yang berumur 65 tahun keatas yang tinggal di komunitas, sebagian
dari angka tersebut yang mengalami jatuh berulang (Afnesta et al., 2015). Dampak psikologis
adalah walaupun cedera fisik tidak terjadi, syok setelah jatuh dan rasa takut akan jatuh lagi
dapat memiliki banyak konsekuensi termasuk ansietas, hilangnya rasa percaya diri, pembatasan
dalam aktivitas sehari-hari, fala phobia atau fobia jatuh (Palvanen et al., 2014). Terdapat
beberapa cara yang dapat dilakukan untuk pencegahan jatuh pada lansia yaitu diantaranya
mengkonsumsi nutrisi yang seimbang, penggunaan kalsium, menggunakan fasilitas di sekitar
dengan aman, dan Latihan fisik (Trombetti et al., 2011). Latihan fisik yang terstruktur dapat
meningkatkan kebugaran tubuh lansia. Latihan fisik secara teratur dapat meningkatkan
kekuatan dan ketangkasan, mencegah jatuh serta meningkatkan kemandirian lansia dalam
beraktivitas sehari-hari (Supriyono, 2015). Selain itu,latihan fisik dapat bermanfaat untuk

740
Jurnal Keperawatan Jiwa (JKJ): Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Volume 10 No 4, November 2022, e-ISSN 2655-8106, p-ISSN2338-2090
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah

memperbaiki komposisi tubuh seperti lemak, massa otot, peningkatan imunitas, meningkatkan
kekuatan otot, menyehatkan jantung, nafas menjadi teratur dan mengurangi kecemasan atau
depresi (Patti et al., 2017).

Latihan pada lansia meliputi faktor kelenturan, kekuatan, keseimbangan dan peregangan. Latihan
fisik juga dapat memperlambat kehilangan kepadatan tulang serta meningkatkan massa dan
kekuatan otot termasuk otot jantung (Mayo Clinc. 1999 dalam Clemson et al., 2012). Berbagai
jenis latihan termasuk berjalan ditemukan secara signifikan dapat meningkatkan keseimbangan
(Setyoadi et al., 2013). Penelitian Terroso et al., (2014) dengan sampel 113 lansia dengan riwayat
jatuh didapatkan hasil bahwa kejadian jatuh berkurang 46% pada kelompok lansia yang
dilakukan program latihan dua kali dalam seminggu selama lima minggu. Hasil penelitian
yang dilakukan (Javad, S., et al, 2009) adalah lansia yang diberikan intervensi berupa latihan
keseimbangan sebanyak 3 kali seminggu selama selama 6 minggu lebih baik daripada
lansia yang tidak melakukan latihan tersebut dan juga menghasilkan bahwa lansia yang
melakukan latihan keseimbangan fisik meningkat keseimbangannya daripada sebelumnya.

Pada lansia penurunan kualitas hidup dapat diakibatkan oleh masalah kesehatan jiwa yang muncul
seiring proses menua (Mahadewi & Ardani, 2018). Depresi adalah salah satu masalah kesehatan
jiwa yang umum ditemukan pada populasi lansia, serta dapat menimbulkan konsekuensi medis,
masalah penting di bidang sosial dan ekonomi. Hal ini menyebabkan penderitaan bagi pasien dan
keluarga, memperburuk kondisi medis dan membutuhkan sistem pendukung yang mahal. Depresi
merupakan contoh penyakit paling umum dengan tampilan gejala yang tidak spesifik
(Kristyaningsih, 2011). Depresi pada lansia sulit diidentifikasi sehingga sering terlambat ditangani,
karena gejala yang tumpang tindih dengan penyakit medis lain sehingga lebih menonjol gejala
somatik daripada gejala depresinya (Mahadewi & Ardani, 2018). Depresi dapat mengakibatkan
penurunan berat kualitas hidup lansia. Gejala umum depresi, seperti berkurangnya energi, dan
menurunnya motivasi dapat mengarah pada penurunan fungsi fisik.

Penelitian terbaru membuktikan bahwa pada populasi lansia yang mengalami depresi terjadi
penurunan signifikan kualitas hidup secara umum (Livana et al., 2018). Hal tersebut ditegaskan
oleh penelitian Utami et al., (2018), bahwa depresi merupakan faktor yang menyebabkan
penurunan kualitas hidup pada lansia. Berdasarkan Undang-Undang Lansia No.13 Tahun 1998
BAB IV pasal 14 yaitu lansia harus meningkatkan kesadaran untuk membina dirinya sendiri,
meningkatkan support system, penggunaan layanan kesehatan, dan meningkatkan mutu pelayanan
lansia (Rachmawati & Umiyati, 2019). Hal tersebut menjadi motivasi dalam meningkatkan
kualitas hidup lansia dapat diawali dengan latihan fisik secara teratur. Tujuan penelitian ini
dengan bentuk literatur review adalah untuk mengetahui intervensi Latihan fisik yang dapat
dilakukan untuk menurunkan resiko jatuh pada lansia.

METODE
Metode yang digunakan untuk melakukan tinjauan pustaka adalah dengan pencarian melalui
internet. Pencarian artikel dilakukan secara sistematis sesuai dengan PRISMA Flow Diagram
tahun 2020 berdasarkan pada tiga basis data yang digunakan yaitu PubMed, Sciencedirect, dan
Sage Journals. Scoping review merupakan analisis yang komprehensif dan mengidentifikasi
literatur yang berkaitan dengan pertanyaan penelitian (Arksey, H., & O'Malley, L, 2005). Terdapat
lima tahapan dalam melakukan metode scoping review. Lima tahapan tersebut yaitu

741
Jurnal Keperawatan Jiwa (JKJ): Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Volume 10 No 4, November 2022, e-ISSN 2655-8106, p-ISSN2338-2090
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah

mengidentifikasi pertanyaan penelitian, mencari dan mengidentifikasi literatur yang dapat


digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian yang telah ditetapkan, melakukan sortir literatur,
menyajikan data atau informasi dari setiap literatur, dan membentuk kesimpulan, saran serta
laporan hasil analisis literatur secara keseluruhan (Arksey & O’Malley, 2005).

Berdasarkan total pencarian artikel dari tiga database didapatkan 610 artikel. Artikel diidentifikasi
berdasarkan penggabungan kata kunci dengan penerapan pendekatan PICO meliputi Population:
Lansia, Intervention: Latihan fisik, Comparison: -, Outcome: Penurunan resiko jatuh. Kriteria
inklusi dalam tinjauan literatur ini adalah artikel Free full-text yang dipublikasikan 10 tahun
terakhir (2011 - 2021) dengan desain penelitian Randomized Control Trial dan Quasi Experiment,
diterbitkan dalam bahasa Inggris, dan jumlah sampel minimal 30 pada masing-masing kelompok
untuk yang terdiri dari 2 kelompok. Kata kunci yang digunakan dalam pencarian artikel adalah:
((“Aged” OR “Elderly” OR Frail elderly) AND (“Physical exercise” OR Physical activity OR
“Physical training” OR “Exercise training”) AND (“Fall risk reduction” OR “Balance.

HASIL

Diagram 1. Diagram PRISMA dari hasil penelusuran

Hasil dari pencarian literatur review, didapatkan 3 artikel yang memenuhi kriteria inklusi yang
ditetapkan penulis sebelumnya. Dari jurnal artikel yang didapat dan dianalisis menunjukkan hasil
bahwa jurnal artikel menggunakan desain penelitian Randomized Controlled Trial (RCT) dan
Randomized One-arm Crossover Design (Quasi experiment). Jumlah sampel yang terlibat dalam
penelitian paling rendah yaitu 40 orang dan paling tinggi 72 orang.

742
Jurnal Keperawatan Jiwa (JKJ): Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Volume 10 No 4, November 2022, e-ISSN 2655-8106, p-ISSN2338-2090
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah

Hasil dari analisis penulis didapatkan bahwa terdapat beberapa jenis latihan fisik yang dapat
diberikan kepada lansia untuk menurunkan atau mengurangi resiko jatuh, diantaranya Balance-
Enhancing Exercise Program (BEEP), terapi fisik meditasi jalan (Walking Meditation), dan Multi-
system Physical Exercise (MPE). Dari ketiga latihan fisik tersebut menunjukkan peningkatan yang
signifikan terhadap keseimbangan, kekuatan otot, dan koordinasi gerakan pada lansia. Hal ini
dibuktikan dari artikel jurnal yang penulis analisis.

Penyajian hasil dari telaah setiap literatur yang digunakan, informasinya akan disajikan dalam
bentuk tabulasi. Tabulasi yang dibuat akan berisikan mengenai cara untuk mengetahui intervensi
Latihan fisik yang dapat dilakukan untuk menurunkan resiko jatuh pada lansia, penulis artikel
beserta tahun publikasi artikel, jenis penelitian, metode penelitian dan hasil penelitian.
Berdasarkan hasil pencarian jurnal didapatkan 3 jurnal dengan berbagai cara yang menunjukan
hasil positif dari beberapa intervensi Latihan fisik yang dapat dilakukan untuk menurunkan resiko
jatuh pada lansia, yang disajikan sebagai berikut

Tabel 1.
Intervensi Latihan fisik yang dapat dilakukan untuk menurunkan resiko jatuh pada lansia
No Judul Artikel, Kekuatan dan
Design Variabel &
Peneliti dan Sample Hasil Kelemahan Penelitian
Penelitian Instrumen
Tahun
1 Improved Randomized Empat puluh Variabel Waktu berdiri Kekuatan:
Balance one-arm peserta Independen: satu kaki Satu kekuatan khas
Confidence crossover design lansia yang Self- meningkat dalam intervensi
and Stability (Quasi tinggal di Administered 32% dengan mungkin termasuk
for Elderly experiment) komunitas Balance- mata terbuka latihan yang dirancang
After 6 Weeks direkrut Enhancing (EO), 206% untuk melatih
of a untuk Exercise dengan mata keseimbangan ketika
Multimodal penelitian Program (BEEP) tertutup (EC) penglihatan kurang.
Self- ini. Berusia pada Menyeimbangkan
Administered minimal 60 Variabel permukaan dengan EC sangat sulit
Balance- tahun, Dependen: padat, dan dan dengan demikian
Enhancing sebagai serta - Kontrol 54% EO pada tampaknya menjadi
Exercise hidup motorik permukaan latihan keseimbangan
Program: A mandiri, dan yang sesuai (P yang tepat untuk
Randomized diperlukan koordinasi < .001). menantang lansia yang
Single Arm untuk - Kekuatan Posturografi relatif sehat.
Crossover berpartisipas otot mengkonfirma
Study i. - Deteksi si peningkatan Kelemahan:
posisi dan keseimbangan Keterbatasan studi
Anna gerakan saat terganggu potensial adalah bias
Hafström, - Stabilitas pada rekrutmen peserta.
MD, PhD , tatapan permukaan Para peserta yang
Eva-Maj - Kontrol padat dan direkrut sudah, atau
Malmström, keseimban sesuai dengan dibuat, sadar akan
PhD, Josefine gan EO dan EC (P kesehatan dan
Terdèn, MD , - Proses .033). keseimbangan terlebih
Per-Anders reweightin Berjalan, dahulu menerima dan
Fransson, PhD g sensorik melangkah kemudian
, and Måns bangku, dan berpartisipasi dalam
Magnusson, Instrumen: kecepatan penelitian. Relatif
MD, PhD Kemampuan Timed Up and sedikit peserta dalam
keseimbangan Go meningkat kohort dapat

743
Jurnal Keperawatan Jiwa (JKJ): Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Volume 10 No 4, November 2022, e-ISSN 2655-8106, p-ISSN2338-2090
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah

No Judul Artikel, Kekuatan dan


Design Variabel &
Peneliti dan Sample Hasil Kelemahan Penelitian
Penelitian Instrumen
Tahun
Tahun 2016 yang dirasakan (P .001), menjelaskan
sendiri dan seperti halnya kurangnya
pusing diukur skor di Berg peningkatan dalam
dengan Skala Balance dan beberapa pengukuran
Keyakinan skala hasil keseimbangan
Keseimbangan kepercayaan serta dalam kuesioner
Aktivitas- keseimbangan setelah intervensi
Spesifik (ABC) (P .018). untuk intervensi awal
(Powell & dan kelompok kontrol
Myers, 1995).
Kuesioner
Human Activity
Profile (HAP)
dengan skor
maksimum 94
digunakan untuk
mengukur
tingkat aktivitas
fisik dan
pengeluaran
energi, yaitu
menilai
kebugaran fisik
(Davidson & de
Morton, 2007)

2 Walking Randomized 60 wanita Variabel WM Kekuatan :


meditation controlled trial tua, secara Independen : meningkatkan Selain bermanfaat
promotes acak Terapi fisik proprioception untuk fisik latihan
ankle ditugaskan meditasi jalan pergelangan Walking Meditation
proprioception ke kelompok (WM). kaki dan ini memberikan
and balance kontrol (n¼ kinerja latihan mental. Selain
performance 30) atau Variabel keseimbangan itu, temuan ilmu
among elderly grup WM (n Dependen : wanita lanjut kedokteran saat ini
women ¼ 30) - Kontrol usia. telah mengungkapkan
Apsornsawan berdasarkan keseimb Karakteristik bahwa ketenangan
Chatutain, undian acak angan WM, sebagai atau kondisi damai
Jindarut nomor lot. - Reposis bentuk dapat mendorong
Pattana, Dua peserta i berjalan regenerasi saraf. Dan
Tunyakarn berhenti pergela lambat aktivitas kiprah lambat
Parinsarum, karena salah ngan bersama selama WM dapat
Saitida satu dari kaki dengan diklasifikasikan
Lapanantasin mereka perhatian sebagai olahraga
pindah ke Instrumen : gerakan kaki ringan untuk orang
Tahun 2019 provinsi lain Efek utama WM dan kaki, tua.
dan satu lagi dan waktu memberikan
jatuh sakit. pelatihan pada periode berdiri Kelemahan :
Akhirnya, parameter yang kaki tunggal Penelitian ini hanya
ada 29 dipelajari yang lebih melibatkan orang tua
peserta di dianalisis dengan lama dan dengan tingkat
setiap model campuran meningkatkan aktivitas fisik sedang.
kelompok ANOVA dua kontrol Dengan demikian,
arah dan post hoc neuromuskular hasil penelitian ini

744
Jurnal Keperawatan Jiwa (JKJ): Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Volume 10 No 4, November 2022, e-ISSN 2655-8106, p-ISSN2338-2090
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah

No Judul Artikel, Kekuatan dan


Design Variabel &
Peneliti dan Sample Hasil Kelemahan Penelitian
Penelitian Instrumen
Tahun
oleh Bonferroni, . Oleh karena tidak dapat merujuk
kecuali BBS. itu, WM pada lansia dengan
Data BBS adalah bentuk tingkat aktivitas fisik
dianalisis latihan lembut tinggi atau rendah.
menggunakan dan Juga, penelitian ini
statistik non keseimbangan tidak meneliti
parametrik, dengan latihan perubahan fungsional
karena data tidak tubuh-pikiran otak selama latihan
berdistribusi yang WM. Oleh karena itu,
normal. Tes mempromosik peningkatan
peringkat tanda an proprioception
Wilcoxon dan proprioception pergelangan kaki
Mann- dan kinerja dalam penelitian ini
Whitneykamutes keseimbangan mungkin tidak secara
digunakan untuk di antara para jelas terkait dengan
membandingkan, penatua. peningkatan proses
baik di dalam Selain itu, otak dari mekanisme
maupun di antara hasilnya juga meditasi atau
kelompok, mendukung perhatian.
parameter BBS. kinerja
Signifikansi keseimbangan
statistik dan
ditetapkan pada proprioception
p <0,05. pergelangan
kaki terkait
dengan
penurunan
terkait usia di
antara orang
tua, yang tidak
terlibat dalam
pelatihan fisik
apa pun.
3 Physical Randomized 72 peserta Variabel Intervensi Kekuatan:
Exercise controlled trial dipilih Independen : terdiri dari Hasil penelitian
Intervention secara acak Multi-system proprioception konsisten dengan
for Fall dan Physical , penguatan penelitian sebelumnya,
Prevention and kemudian Exercise (MPE) otot, waktu yang menunjukkan
Quality of Life secara acak reaksi, dan bahwa intervensi
in Pre-Frail ditugaskan Variabel pelatihan olahraga memiliki efek
Older Adults: ke kelompok Dependen : keseimbangan menguntungkan pada
A Randomized Multi-system - Propriocept dan dilakukan peningkatan kinerja
Controlled Physical ion tiga hari per fisik dan mengurangi
Trial Exercise - Kekuatan minggu risiko jatuh pada lansia
(MPE) (n = otot selama 12 yang lemah dan pra-
Jiraporn 36) dan - Waktu minggu. Hasil lemah yang tinggal di
Chittrakul, kontrol (n = reaksi utama adalah masyarakat.
Penprapa 36) - keseimbang risiko jatuh
Siviroj1, menggunaka an postural yang dinilai Kelemahan:
Somporn n menggunakan Penelitian ini memiliki
Sungkarat dan pengacakan Instrumen : PPA pada 12 beberapa keterbatasan
Ratana blok Risiko jatuh minggu pasca- yang perlu
Sapbamre diukur dengan dasar dan pada diperhatikan. Pertama,

745
Jurnal Keperawatan Jiwa (JKJ): Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Volume 10 No 4, November 2022, e-ISSN 2655-8106, p-ISSN2338-2090
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah

No Judul Artikel, Kekuatan dan


Design Variabel &
Peneliti dan Sample Hasil Kelemahan Penelitian
Penelitian Instrumen
Tahun
menggunakan 24 minggu program latihan
Tahun 2020 Physiological tindak lanjut. penelitian ini
Profile Perbedaan dirancang sebagai
Assessment signifikan latihan kelompok,
(PPA) yang ditemukan yang tidak
mengidentifikasi pada memungkinkan untuk
pra-kelemahan peningkatan mengatur intensitas
dan mengukur risiko jatuh, latihan yang sesuai
skor risiko jatuh proprioception untuk setiap individu.
ringan dan , kekuatan Namun, latihan
sedang. otot, waktu kelompok sering
Sedangkan, rasa reaksi dan menghasilkan tingkat
takut jatuh goyangan euforia yang lebih
diukur dengan postural, dan tinggi daripada latihan
menggunakan skor ketakutan individu. Dalam studi
Skala Khasiat jatuh pada selanjutnya, kebugaran
Jatuh Thailand— kelompok fisik setiap orang
kuesioner MPE harus dinilai dan
Internasional, dibandingkan subjek harus diatur ke
yang memiliki dengan dalam kelompok
koefisien alfa kontrol pada dengan kemampuan
Cronbach minggu ke 12 yang sama untuk
sebesar 0,95. dan 24 (P < melakukan latihan.
Depresi dinilai 0,001 dan P < Kedua, program ini
menggunakan 0,05). Selain dirancang sebagai
Skala Depresi itu, HRQOL program latihan
Geriatri Thailand telah berbasis pusat,
(TGDS), yang meningkat sehingga menyulitkan
memiliki secara subjek untuk tampil di
koefisien alfa signifikan rumah. Oleh karena
Cronbach 0,85. pada itu, program berbasis
HRQOL dinilai kelompok rumah harus dirancang
menggunakan MPE untuk penggunaan
kuesioner Survei dibandingkan yang berkelanjutan
Kesehatan dengan dan efektif pada
Bentuk Pendek kelompok lansia.
36- Item (SF-36) kontrol (pada
versi Thailand. minggu ke-12
p<0,05) .
Program MPE
secara
signifikan
meningkatkan
kekuatan otot
dan
meningkatkan
proprioception
, waktu reaksi,
dan goyangan
postural yang
mengarah
pada
pengurangan

746
Jurnal Keperawatan Jiwa (JKJ): Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Volume 10 No 4, November 2022, e-ISSN 2655-8106, p-ISSN2338-2090
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah

No Judul Artikel, Kekuatan dan


Design Variabel &
Peneliti dan Sample Hasil Kelemahan Penelitian
Penelitian Instrumen
Tahun
risiko jatuh
pada orang
dewasa yang
lebih tua
dengan pra-
kelemahan.
Oleh karena
itu, program
MPE
direkomendasi
kan untuk
digunakan
dalam praktik
perawatan
primer sehari-
hari pada
populasi pra-
lemah.

PEMBAHASAN
Balance-Enhancing Exercise Program (BEEP)
Dari penelitian yang dilakukan oleh Anna Hafström, MD, PhD, dkk pada tahun 2016 yang
berjudul “Improved Balance Confidence and Stability for Elderly After 6 Weeks of a Multimodal
Self-Administered Balance-Enhancing Exercise Program: A Randomized Single Arm Crossover
Study” menunjukan waktu berdiri satu kaki meningkat 32% dengan mata terbuka (EO), 26%
dengan mata tertutup (EC) pada permukaan padat, dan 54% EO pada permukaan yang sesuai (P <
.001). Posturografi mengkonfirmasi peningkatan keseimbangan saat terganggu pada permukaan
padat dan sesuai dengan EO dan EC (P .033). Berjalan, melangkah bangku, dan kecepatan Timed
Up and Go meningkat (P .001), seperti halnya skor di Berg Balance dan skala kepercayaan
keseimbangan (P .018). Intervensi yang diberikan kepada partisipan pada penelitian ini yaitu
balance-enhancing exercise program (BEEP) selama 6 minggu (Hafström et al., 2016). Hanya
latihan yang mudah diterapkan dan aman dilakukan di lingkungan rumah yang disertakan. Untuk
meminimalkan risiko hipotensi ortostatik dan sinkop, program dimulai dengan pemanasan 3 menit.
Hal Ini juga memungkinkan para peserta untuk fokus secara mental pada pelatihan. Program ini
termasuk latihan yang memfasilitasi proses reweighting sensorik karena penuaan menyebabkan
banyak proses degeneratif yang mempengaruhi kemampuan semua sistem sensorik untuk
mendeteksi posisi dan gerakan. Oleh karena itu, BEEP terdiri dari latihan pada permukaan padat
(lantai) dan sesuai (matras latihan lipat ganda) sambil membuka mata dan mata tertutup. Meski
diminta untuk melakukan pelatihan setiap hari, para peserta melakukan intervensi BEEP rata-rata
selama 16 menit 4 kali per minggu. Tak satupun dari peserta melaporkan insiden atau efek
samping dari pelatihan.

Walking Meditation (WM)


Dalam penelitian selanjutnya yang dilakukan Apsornsawan Chatutain, Jindarut Pattana, Tunyakarn
Parinsarum, dan Saitida Lapanantasin pada tahun 2018 yang berjudul “Walking meditation
promotes ankle proprioception and balance performance among elderly women” menunjukkan
Walking Meditation meningkatkan proprioception pergelangan kaki dan kinerja keseimbangan

747
Jurnal Keperawatan Jiwa (JKJ): Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Volume 10 No 4, November 2022, e-ISSN 2655-8106, p-ISSN2338-2090
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah

wanita lanjut usia (Chatutain et al., 2019). Karakteristik WM, sebagai bentuk berjalan lambat
bersama dengan perhatian gerakan kaki dan kaki, memberikan periode berdiri kaki tunggal yang
lebih lama dan meningkatkan kontrol neuromuskular. Oleh karena itu, WM adalah bentuk latihan
lembut dan keseimbangan dengan latihan tubuh-pikiran yang mempromosikan proprioception dan
kinerja keseimbangan di antara para penatua. Selain itu, hasilnya juga mendukung kinerja
keseimbangan dan proprioception pergelangan kaki terkait dengan penurunan terkait usia di antara
orang tua, yang tidak terlibat dalam pelatihan fisik apa pun. Intervensi yang dilakukan kepada
kelompok peserta WM mengikuti latihan WM selama 8 minggu (3 hari/ minggu), sedangkan
kelompok kontrol melakukan kegiatan sehari-hari seperti biasa. Pelatihan WM dilakukan oleh
seorang biksu Buddha, yang memiliki pengalaman lebih dari 5 tahun dalam pelatihan WM.
Latihan WM dilakukan dengan bantuan pikiran (atau perhatian) yang mantap dengan fokus pada
gerakan tungkai dan kaki pada setiap langkah kiri dan kanan, secara bergantian, sambil berjalan
maju mundur secara perlahan 8 sampai 12 langkah berulang kali selama 30 menit setiap hari. Rasa
proprioseptif sendi pergelangan kaki kanan dan kinerja keseimbangan dinilai pada awal, minggu
ke-4 pasca pelatihan, dan minggu ke-8 pasca-pelatihan. Para penilai adalah orang yang sama
selama percobaan dan dibutakan dari pengacakan kelompok.

Multi-System Physical Exercise (MPE)


Selanjutnya, dalam penelitian yang dilakukan oleh Jiraporn Chittrakul, Penprapa Siviroj, Somporn
Sungkarat dan Ratana Sapbamre pada tahun 2020, intervensi dengan Multi-System Physical
Exercise (MPE) menunjukkan pengurangan risiko jatuh pada orang dewasa yang lebih tua dengan
pra-kelemahan (Chittrakul et al., 2020). Intervensi dilakukan dengan program Multi-System
Physical Exercise (MPE) yang dirancang berdasarkan komponen penilaian risiko jatuh
(menggunakan Physiological Profile Assesment (PPA)) dan literatur tentang intervensi olahraga
untuk pencegahan jatuh. Program MPE terdiri dari empat bagian: pelatihan proprioception,
pelatihan kekuatan otot, pelatihan waktu reaksi dengan isyarat pendengaran, dan pelatihan
keseimbangan postural.

Program MPE dilakukan dengan peserta pada kelompok intervensi selama tiga hari per minggu
selama 12 minggu, sebanyak 36 sesi. Untuk memastikan bahwa semua peserta berolahraga dengan
benar dan aman, mereka berolahraga dalam sub-kelompok yang diawasi yang terdiri dari dua belas
peserta. Setiap sesi latihan dilakukan selama 60 menit, dimulai dengan pemanasan sepuluh menit,
dan diakhiri dengan pendinginan lima menit. Semua peserta memulai program dengan
mempelajari dasar-dasar empat komponen program. Program ini dibagi menjadi tiga level,
pemula, menengah, dan lanjutan, namun semua peserta dalam penelitian ini memiliki kemampuan
yang sebanding di awal, oleh karena itu, semua peserta dimulai di tingkat pemula kemudian
pindah ke tingkat menengah dan lanjutan secara kelompok.

Rejimen latihan diarahkan untuk memungkinkan orang untuk melewati setiap tingkat. Setiap
komponen latihan memiliki tiga set, masing-masing dilakukan selama 15 repetisi, dan peserta
diinstruksikan untuk mempertahankan kontraksi selama 10 detik. Interval istirahat ditetapkan
sebagai 10 detik antara setiap set. Seorang instruktur utama yang merupakan fisioterapis dengan
pengalaman dalam mengajar latihan menyampaikan kursus pelatihan 12 minggu. Sedangkan,
kelompok kontrol menerima pelatihan latihan fleksibilitas tiga kali setiap minggu program.
Mereka bertemu dengan seorang peneliti di unit perawatan primer seminggu sekali selama 12
minggu berturut-turut penelitian untuk berbagi pengalaman kesehatan mereka.

748
Jurnal Keperawatan Jiwa (JKJ): Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Volume 10 No 4, November 2022, e-ISSN 2655-8106, p-ISSN2338-2090
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah

Berdasarkan penjelasan setiap intervensi di atas, secara keseluruhan didapatkan bahwa ketiga
intervensi tersebut dapat menurunkan resiko jatuh yang ditandai dengan peningkatan
keseimbangan, kekuatan otot dan koordinasi gerakan. Namun terdapat salah satu latihan fisik yang
paling efektif untuk mengatasi resiko jatuh pada lansia yaitu Self-Administered Balance-
Enhancing Exercise Program (BEEP). Masa lanjut usia atau lansia merupakan sebuah tahap akhir
kehidupan yang penting untuk diperhatikan kesehatannya. Hal ini karena pada lanjut usia akan
mengalami penurunan fungsi fisiologis, psikologis, kognitif, dan fungsional. Perubahan fisik
lansia mengakibatkan gangguan mobilitas fisik yang akan membatasi kemandirian lansia dalam
memenuhi aktivitas sehari-hari dan akan menyebabkan terjadinya resiko jatuh pada lansia
(Stanley, 2006).

Berdasarkan tiga artikel jurnal yang kami analisis didapatkan efektivitas pengaruh intervensi
latihan fisik untuk menurunkan atau mengurangi resiko jatuh pada lansia. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Quanjer et al., (2012), bahwa latihan fisik yang terstruktur dapat
meningkatkan kebugaran tubuh lansia. Latihan fisik secara teratur dapat meningkatkan kekuatan
dan ketangkasan, mencegah jatuh serta meningkatkan kemandirian lansia dalam beraktivitas
sehari-hari. Latihan fisik juga dapat memperlambat kehilangan kepadatan tulang serta
meningkatkan massa dan kekuatan otot termasuk otot jantung (Anderson, E. T., & McFarlane,
J. M, 2015).

Berbagai jenis latihan termasuk berjalan ditemukan secara signifikan dapat meningkatkan
keseimbangan (Supriyono, 2015). Beberapa intervensi latihan fisik sudah banyak diaplikasikan
untuk menurunkan resiko jatuh pada lansia diantaranya yaitu dengan Balance-Enhancing Exercise
Program (BEEP), terapi fisik meditasi jalan (Walking Meditation), dan Multi-System Physical
Exercise (MPE). Peneliti menganalisis masing-masing intervensi tersebut dan didapatkan hasil
secara keseluruhan terdapat peningkatan yang signifikan terhadap keseimbangan pada lansia
setelah dilakukannya intervensi dari 3 latihan fisik tersebut. Namun, seperti yang telah disebutkan
pada penjelasan hasil di atas, Balance-Enhancing Exercise Program (BEEP) dinilai menjadi
intervensi paling efektif dan tergolong mudah untuk diikuti lansia dalam mengurangi risiko jatuh.

Pada intervensi Balance-Enhancing Exercise Program (BEEP) didapatkan peningkatan


keseimbangan saat terganggu pada permukaan padat dan sesuai dengan mata terbuka dan mata
tertutup, berjalan, melangkah bangku, dan kecepatan Timed Up and. Setelah dilakukannya
intervensi, kecepatan berjalan 30 m, tes langkah bangku yang dimodifikasi, serta skor di BBS juga
telah meningkat untuk semua peserta. Para peserta juga menjelaskan bahwa keseimbangan mereka
telah meningkat saat berjalan dan lebih mudah bagi mereka untuk , terutama memakai kaus kaki.
Selain itu, kelebihan dari Balance-Enhancing Exercise Program (BEEP) sendiri adalah bahwa
BEEP memiliki potensi untuk diterapkan sebelum disfungsi keseimbangan menjadi terlalu lanjut
atau semakin parah, yang dimana diharapkan intervensi tersebut memiliki potensi untuk mencegah
kecelakaan jatuh dalam jangka panjang dengan berhasil meningkatkan keseimbangan dan
meningkatkan kesehatan.

Program ini dapat membantu dan membantu mempertahankan kemampuan fungsional dan kinerja
mobilitas lansia yang tinggal di komunitas dengan risiko jatuh yang relatif rendah. Hal ini juga
diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Wahyuri, (2018) yang dimana dalam penelitiannya
menyebutkan ketika peserta telah menyelesaikan 6 minggu intervensi, kemampuan untuk

749
Jurnal Keperawatan Jiwa (JKJ): Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Volume 10 No 4, November 2022, e-ISSN 2655-8106, p-ISSN2338-2090
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah

menyeimbangkan pada satu kaki dengan informasi visual yang tersedia telah meningkat lebih dari
30%.

Peningkatan ini dapat memiliki dampak positif yang signifikan dalam mencegah patah tulang
akibat jatuh karena pengukuran keseimbangan ini telah divalidasi untuk memprediksi kelemahan
dan patah tulang pinggul pada populasi lansia yang tinggal di komunitas. Salah satu kekuatan khas
dalam intervensi ini mungkin termasuk latihan yang dirancang untuk melatih keseimbangan ketika
penglihatan kurang. Sebagian besar intervensi latihan keseimbangan lainnya telah disampaikan
oleh profesional perawatan kesehatan baik secara individu di rumah atau dalam sesi kelompok
atau dengan pendekatan campuran beberapa kali seminggu dan dengan demikian relatif mahal
dibandingkan dengan pelatihan mandiri (Clemson et al., 2012; Robitaille et al., 2012).

BEEP adalah intervensi berbasis rumah murni di mana latihan dapat disesuaikan secara individual
oleh para peserta seiring dengan meningkatnya kemampuan keseimbangan mereka. Hasil
keseimbangan yang ditingkatkan menunjukkan bahwa latihan dapat dibuat cukup sulit oleh peserta
untuk menantang sistem kontrol postural mereka dan memicu proses pembelajaran (Tjernström et
al., 2010). Namun, dibalik berbagai kelebihan Balance-Enhancing Exercise Program (BEEP) yang
telah dipaparkan di atas, Balance-Enhancing Exercise Program (BEEP) juga terdapat berbagai
kekurangan, seperti yang ditunjukkan oleh skor tinggi dalam kuesioner BBS, HAP, ABC, dan
Mattiasson-Nilo, yang pesertanya adalah lansia yang mungkin tidak memiliki tingkat risiko jatuh
yang tinggi. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa lansia yang memiliki risiko jatuh yang tinggi
tidak dianjurkan untuk melakukan intervensi BEEP ini.

SIMPULAN
Resiko jatuh menjadi salah satu keluhan utama pada penderita lanjut usia. Resiko jatuh pada lansia
sebenarnya dapat diatasi terutama bagi lansia yang aktif melakukan latihan dan mempunyai fungsi
mental yang baik. Terdapat beberapa terapi non farmakologi untuk mengatasi resiko jatuh seperti
Self-Administered Balance-Enhancing Exercise Program (BEEP), Walking Meditation, dan Multi-
System Physical Exercise (MPE). Berdasarkan hasil literature review yang telah kami lakukan
menunjukkan salah satu latihan fisik yang paling efektif untuk mengatasi resiko jatuh pada lansia
yaitu Self-Administered Balance-Enhancing Exercise Program (BEEP). Peneliti menemukan studi
tentang efek Self-Administered Balance-Enhancing Exercise Program (BEEP) terdapat penurunan
nilai resiko jatuh pada subjek yang berlatih secara teratur. Dalam dunia keperawatan, perawat
sebaiknya dapat menjadikan Self-Administered Balance-Enhancing Exercise Program (BEEP)
sebagai salah satu intervensi bagi pasien dengan masalah keperawatan resiko jatuh.

DAFTAR PUSTAKA
Afnesta, M. Y., Sabrian, F., & Novayelinda, R. (2015). Hubungan Status Spiritual dengan Kualitas
Hidup pada Lansia. Jom, 2(2), 1266–1274.
Allender, J. A., & Spradley, B. W. (2001). Clients in home health, hospice, and long-term
settings. Community Health Nursing Concepsts and Practice, 5, 739-753
Alviana, F., Mulyani, S., & Azuma, A. P. (2017). Efektifitas Latihan Fisik Terhadap Resiko Jatuh
Pada Lansia: Systematic Review. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 8(1), 78-89.
Anderson, E. T., & McFarlane, J. M. (2015). Community as partner: Theory and practice in
nursing. Philadelphia, PA: Wolters Kluwer

750
Jurnal Keperawatan Jiwa (JKJ): Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Volume 10 No 4, November 2022, e-ISSN 2655-8106, p-ISSN2338-2090
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah

Apsornsawan Chatutain, J. P. (2018). Walking meditation promotes ankle proprioception and


balance performance among elderly women. Journal of Bodywork & Movement Therapies,
1-6
Arksey, H., & O’Malley, L. (2005). Scoping studies: Towards a methodological framework.
International Journal of Social Research Methodology: Theory and Practice.
https://doi.org/10.1080/1364557032000119616
Bafirman, B., & Wahyuri, A. S. (2019). Pembentukan Kondisi Fisik.
Bratanegara, A. S., Lukman, M., & Hidayati, N. O. (2012). Gambaran Dukungan Keluarga
Terhadap Pemanfaatan Posbindu Lansia di Kelurahan Karasak Kota Bandung. Jurnal
Unpad, Vol. 1(1), 1–15.
Chatutain, A., Pattana, J., Parinsarum, T., & Lapanantasin, S. (2019). Walking meditation
promotes ankle proprioception and balance performance among elderly women. Journal of
Bodywork and Movement Therapies, 23(3), 652–657.
https://doi.org/10.1016/j.jbmt.2018.09.152
Chittrakul, J., Siviroj, P., Sungkarat, S., & Sapbamrer, R. (2020). Multi-system physical exercise
intervention for fall prevention and quality of life in pre-frail older adults: A randomized
controlled trial. International Journal of Environmental Research and Public Health, 17(9),
1–13. https://doi.org/10.3390/ijerph17093102
Clemson, L., Fiatarone Singh, M. A., Bundy, A., Cumming, R. G., Manollaras, K., O’Loughlin,
P., & Black, D. (2012). Integration of balance and strength training into daily life activity to
reduce rate of falls in older people (the LiFE study): Randomised parallel trial. BMJ
(Online), 345(7870), 1–15. https://doi.org/10.1136/bmj.e4547
Fadila, A. N. (2021). Latihan Taichi Untuk Kemampuan Keseimbangan Pada Lansia (Doctoral
dissertation, UNIVERSITAS dr. SOEBANDI).
Fauziah, R. N. (2019). Intervensi Perawat Dalam Penatalaksanaan Resiko Jatuh Pada Lansia di
Satuan Pelayanan RSLU Garut. Jurnal Keperawatan BSI, 7(2), 97-107
Fitriani, E. (2009). Lansia Dalam Keluarga Dan Masyarakat.
Hafström, A., Malmström, E.-M., Terdèn, J., Fransson, P.-A., & Magnusson, M. (2016). Improved
Balance Confidence and Stability for Elderly After 6 Weeks of a Multimodal Self-
Administered Balance-Enhancing Exercise Program. Gerontology and Geriatric Medicine,
2, 233372141664414. https://doi.org/10.1177/2333721416644149
Javad, S., Maryam, A., Ali, K., & Moosa, Z. (2009). Analysis of 274 patients with extremity
injuries caused by the Bam earthquake. Chinese journal of traumatology, 12(01), 10-13
Kemenkes RI. Riset Kesehatan Dasar 2013. [Internet] Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementrian Kesehatan RI Tahun 2013; 2013. Diakses Tanggal 13 Maret 2022
pukul 20.00 WIB dari: http://www.depkes
.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%202013.pdf
Kristyaningsih, D. (2011). Tingkat Depresi Pada Lansia. Hubungan Antara Dukungan Keluarga
Dengan Tingkat Depresi Pada Lansia.

751
Jurnal Keperawatan Jiwa (JKJ): Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Volume 10 No 4, November 2022, e-ISSN 2655-8106, p-ISSN2338-2090
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah

Livana, Susanti, Y., Darwati, L. E., & Anggraeni, R. (2018). Gambaran Tingkat Depresi Lansia.
NURSCOPE : Jurnal Keperawatan Dan Pemikiran Ilmiah.
Mahadewi, G. A., & Ardani, G. A. I. (2018). Hubungan Tingkat Depresi dengan Kualitas Hidup
pada Lansia di Panti Sosial Werdha Wana Seraya Denpasar Bali. E-Jurnal Medika.
McMahon, S. (2012). Enhancing motivation for physical activity to reduce fall risk among
community dwelling older adults. Arizona State University.
Palvanen, M., Kannus, P., Piirtola, M., Niemi, S., Parkkari, J., & Järvinen, M. (2014).
Effectiveness of the Chaos Falls Clinic in preventing falls and injuries of home-dwelling
older adults: A randomised controlled trial. Injury, 45(1), 265–271.
https://doi.org/10.1016/j.injury.2013.03.010
Panglipurethias, D. A. (2015). Pengaruh Senam Latih Otak ( Brain Gym ) Terhadap Tingkat
Depresi Lansia di Posyandu Lansia Aji Yuswa Ngebel Tamantirto Kasihan Bantul.
Repository UMY, 4(4). thesis.umy.ac.id/datapublik/t53794.pdf%0A%0A
Patti, G., Lucerna, M., Pecen, L., Siller-Matula, J. M., Cavallari, I., Kirchhof, P., & De Caterina,
R. (2017). Thromboembolic Risk, Bleeding Outcomes and Effect of Different
Antithrombotic Strategies in Very Elderly Patients With Atrial Fibrillation: A Sub-Analysis
From the PREFER in AF (PREvention oF Thromboembolic Events–European Registry in
Atrial Fibrillation). Journal of the American Heart Association, 6(7).
https://doi.org/10.1161/JAHA.117.005657
Pramadita, A. P., Wati, A. P., Muhartomo, H., Kognitif, F., & Romberg, T. (2019). Hubungan
Fungsi Kognitif Dengan Gangguan. Diponegoro Medical Journal (Jurnal Kedokteran
Diponegoro), 8(2), 626–641.
Quanjer, P. H., Stanojevic, S., Cole, T. J., Baur, X., Hall, G. L., Culver, B. H., Enright, P. L.,
Hankinson, J. L., Ip, M. S. M., Zheng, J., Stocks, J., & Schindler, C. (2012). Multi-ethnic
reference values for spirometry for the 3-95-yr age range: The global lung function 2012
equations. European Respiratory Journal, 40(6), 1324–1343.
https://doi.org/10.1183/09031936.00080312
Rachmawati, A., & Umiyati, S. (2019). Proses Improvement Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia (
Lansia ) Di Puskesmas Klampis Ngasem Kota Surabaya. Aplikasi Administrasi: Media
Analisa Masalah Administrasi, 22(1), 1. https://doi.org/10.30649/aamama.v22i1.110
Robitaille, C., Dai, S., Waters, C., Loukine, L., Bancej, C., Quach, S., Ellison, J., Campbell, N.,
Tu, K., Reimer, K., Walker, R., Smith, M., Blais, C., & Quan, H. (2012). Diagnosed
hypertension in Canada: Incidence, prevalence and associated mortality. Cmaj, 184(1), 49–
56. https://doi.org/10.1503/cmaj.101863
Setyoadi, Utami, Y., & M, S. S. (2013). Senam Dapat Meningkatkan Keseimbangan Tubuh Lansia
Di Yayasan Gerontologi Kecamatan Wajak Kabupaten Malang. Ilmu Kesehatan, 1(69), 35–
40.
Shalahuddin, I., Maulana, I., & Rosidin, U. (2021). Intervensi Untuk Peningkatan Kualitas Hidup
Lanjut Usia dari Aspek Psikologis. Jurnal Keperawatan Jiwa, 9(2), 335–348.

752
Jurnal Keperawatan Jiwa (JKJ): Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Volume 10 No 4, November 2022, e-ISSN 2655-8106, p-ISSN2338-2090
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah

Stanley, M. (2006). Immune responses to human papillomavirus. Vaccine, 24(SUPPL. 1), S16.
https://doi.org/10.1016/j.vaccine.2005.09.002
Stanley, M., & Beare, P. G. 2012. Buku Ajar KG Perawatan Gerontik. (2nd ed). Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Supriyono, E. (2015). AKTIFITAS FISIK KESEIMBANGAN GUNA MENGURANGI RESIKO
JATUH PADA LANSIA. J u r n a l O l a h r a g a P r e s t a s I , 11(2), 91–101.
https://doi.org/https://doi.org/10.21831/jorpres.v11i2.5731
Terroso, M., Rosa, N., Torres Marques, A., & Simoes, R. (2014). Physical consequences of falls in
the elderly: A literature review from 1995 to 2010. European Review of Aging and Physical
Activity, 11(1), 51–59. https://doi.org/10.1007/s11556-013-0134-8
Tjernström, F., Fransson, P. A., Patel, M., & Magnusson, M. (2010). Postural control and
adaptation are influenced by preceding postural challenges. Experimental Brain Research,
202(3), 613–621. https://doi.org/10.1007/s00221-010-2166-x
Trombetti, A., Hars, M., Herrmann, F. R., Kressig, R. W., Ferrari, S., & Rizzoli, R. (2011). Effect
of music-based multitask training on gait, balance, and fall risk in elderly people: A
randomized controlled trial. Archives of Internal Medicine, 171(6), 525–533.
https://doi.org/10.1001/archinternmed.2010.446
Utami, A. W., Gusyaliza, R., & Ashal, T. (2018). Hubungan Kemungkinan Depresi dengan
Kualitas Hidup pada Lanjut Usia di Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas
Nanggalo Padang. Jurnal Kesehatan Andalas. https://doi.org/10.25077/jka.v7i3.896
Wahyuri, B. H. A. S. (2018). Pembentukan Kondisi Fisik (1st ed.). PT RAJAGRAFINDO
PERSADA.
Yuzefo, M. A. (2015). Hubungan Status Spiritual Dengan Kualitas Hidup Pada Lansia (Doctoral
dissertation, Riau University).

753
Jurnal Keperawatan Jiwa (JKJ): Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Volume 10 No 4, November 2022, e-ISSN 2655-8106, p-ISSN2338-2090
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah

754

Anda mungkin juga menyukai