Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Lanjut usia merupakan tahap akhir dari proses tumbuh kembang yang dialami

oleh setiap individu (Wahyuni Novianti et al., 2018). Ketika seseorang memasuki

tahap lanjut usia secara alamiah terjadi beberapa perubahan dan akan terus

berlangsung secara terus menerus seiring bertambahnya usia. Perubahan yang

terjadi berupa penurunan fungsi baik secara anatomi, fisiologi dan kognitif yang

dapat mempengaruhi fungsi tubuh (Irliani et al., 2021). Karena penurunan fungsi

ini membuat lansia sangat rentan mengalami gangguan kesehatan. Hal ini juga

dipengaruhi oleh penurunan kapasitas intrinsik dan fungsional tubuh lansia itu

sendiri yang kemudian akan berdampak pada sistem imun tubuh yang menurun

yang menyebabkan lansia menjadi lebih rentan terkena penyakit dan masalah

kesehatan (Girsag et al., 2021).

Populasi lansia sendiri di Indonesia menurut badan pusat statistik 2021 populasi

lansia pada tahun 2020 mencapai lebih dari 10 %. Namun angka ini diprediksi

akan terus meningkat. Tidak hanya di Indonesia yang mengalami peningkatan

populasi pada lansia. Berdasarkan data United Nations (2020)populasi lansia

terjadi peningkatan pesat, secara global sebesar 727 juta orang pada tahun 2020.

Semakin meningkatnya angka populasi lansia ini berpengaruh terhadap tingkat

ketergantungan lansia yang sebelumnya sebesar 14,06 di tahun 2017 menjadi

16,76 pada tahun 2021. Terjadinya peningkatan ketergantungan lansia terhadap


usia produktif ini disebabkan karena masalah kesehatan yang dialami. Ini menjadi

sebuah tantangan untuk menagani masalah kesehatan yang terjadi pada lansia.

Permasalah kesehatan yang dialami lansia sendiri umumnya bukan karena

penyakit menular, tetapi lebih kearah penyakit tidak menular yang disebabkan

karena adanya proses degeneratif yang terjadi (Girsag et al., 2021). Ini terbukti

berdasarkan hasil data riskesdas dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

(2018) bahwa penyakit terbanyak yang dialami oleh lansia adalah penyakit tidak

menular. Penyakit tidak menular yang dialami oleh lansia terjadi karena

perubahan fungsi tubuh dari lansia itu sendiri yang dialami secara alamiah yang

kemudian yang dapat mempengaruhi kondisi kesehatan dari lansia (Irliani et al.,

2021).

Dampak dari perubahan fungsi tubuh dari lansia yang disebabkan karena adanya

proses degeneratif yang terjadi pada lansia terhadap sistem muskuloskeletalnya

sendiri terjadi penurunan pada massa otot, kekuatan, kontraksi, elasitisitas dan

fleksibilitas dari otot (Irliani et al., 2021). Selain sistem muskuloskeletal yang

mengalami perubahan, lansia juga mengalami penurunan pada sistem neurologis

dan sensoris seperti sistem visual, vestibular dan proprioceptive (Suadnyana et

al., 2019). Karena perubahan yang terjadi yang terjadi ini menyebabkan

perubahan fungsional yang mengakibatkan terjadinya penurunan fungsi tubuh

untuk mempertahankan keseimbangan postural pada lansia (Prasetyo & Indardi,

2015).
Terjadinya kondisi penurunan fungsi pada sistem tubuh yang dialami lansia

menyebabkan penurunan kemampuan tubuh dalam mempertahankan

keseimbangan posturalnhya. Ketika keseimbangan postural mengalami penurunan

ini menyebabkan peningkatan risiko jatuh yang terjadi pada lansia. Risiko jatuh

meningkat ketika seseorang yang memasuki usia 65 dan lebih tua, diperkiraan

mengalami jatuh pada prevalensi tahunan jatuh sebesar 28% (Osoba et al., 2019).

Prevalensi risiko jatuh pada lansia di Indonesia sendiri cukup tinggi menurut

Riskesdas (2018) sebesar 67,1 % pada usia 65 -74 tahun, dan sebesar 78,2 % pada

usia diatas 75 tahun. Karena meningkatnya risiko jatuh yang terjadi pada lansia

dapat membatasi kemandirian lansia dalam melakukan aktivitas sehari – hari

(Ramadhani & Arivia, 2021).

Penanganan terhadap risko jatuh yang terjadi pada lansia harus dilakukan secara

serius. Karena jika penanganan dilakukan secara terlambat dapat menyebabkan

kecacatan, kelupuhan bahkan bisa menyebabkan kematian (Noorratri et al., 2020).

Pemerintah menyediakan pelayanan kesehatan berupa preventif, kuratif,

rehabilitatif. Pelayanan kesehatan yang di sediakan oleh pemerintah. Namun

lansia di Indonesia lebih memilih mengobati permasalahan kesehatan nya sendiri

(Girsag et al., 2021). Karena hal ini penanganan risiko jatuh masih kurang

maksimal.

Hal tersebut menjadi tantangan untuk lansia, ditambah pada masa pandemi

COVID – 19 ini memberikan dampak negatif bagi kesehatan fisik dari lansia (Al

Mubarroh et al., 2021). Ini dipicu dengan adanya kebijakan dari pemerintah

berupa penerapan kebijakan untuk melakukan pembatasan sosial berskala besar


dimana kegiatan dari masyarakat guna menjaga dan meminimalisir lansia untuk

terkena virus ini. Karena kebijakan ini membuat lansia cenderung hanya berdiam

diri dirumah. Kegiatan yang dilakukan oleh sebagian besar lansia cenderung

bersantai dan tidak banyak melakukan aktivitas. Menurut Nopiyanto et al. (2021)

penurunan aktivitas pada lansia dimasa pandemi ini tidak baik, karena dapat

menyebabkan penurunan dari fungsi tubuh pada lansia semakin menurun.

Penurunan aktivitas yang terjadi pada lansia memperparah terjadinya penurunan

pada sistem tubuh lansia. Turunnya aktivitas fisik ini dapat menurunkan kekuatan

otot yang mengakibatkan terjadinya penurunan keseimbangan tubuh dari lansia

(Manangkot et al., 2016).

Keseimbangan merupakan proses yang terjadi ketika tubuh dapat

mempertahankan posisi kepala dan tubuh serta pusat massa tubuh (Irliani et al.,

2021). Menurut Suadnyana et al., (2019) yang menjelasakan bahwa keseimbangan

merupakan suatu interaksi yang kompleks dari sistem muskuloskeletal, sistem

sensorik (vestibular, visual, dan somatosensory serta proprioceptive). Untuk

keseimbagan postural sendiri merupakan kemampuan dari tubuh untuk

mempertahankan tubuh dengan pusat gravitasi dimana tubuh dapat menjaga posisi

tanpa berubah. Keseimbangan postural ini sangat penting untuk melakukan

aktivitas sehari – hari karena dengan keseimbangan yang baik, maka akan

mengurangi resiko jatuh pada lansia (Prasetyo & Indardi, 2015).

Seiring perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan, fisioterapi terus

mengembangkan latihan yang tepat untuk untuk menangani permasalahan

keseimbangan yang terjadi pada lansia. Menurut Manangkot et al., (2016) upaya
yang dapat dilakukan untuk mengatasi gangguang keseimbangan yang terjadi

pada lansia dengan menggunakan olahraga yang terdiri dari gerakan dengan

pelatihan kekuatan otot serta kelenturan dari otot salah satu upaya yang

direkomendasikan adalah senam lansia. Senam lansia dirancang atas beberapa

gerakan yang memang melibatkan pergerakan pada hampir seluruh otot dan

persendian tubuh selain itu untuk pelaksanaanya secara fleksibel, mudah dan

memiliki unsur rekreasi. Senam lansia ini diberikan untuk melatih dan membuat

otot dan sendi pada lansia untuk tetap bergerak, karena pergerakan yang dilakukan

secara teratur dan terus menerus dapat memberikan efek terhadap otot dan sendi

agar tidak mengalami penurunan yang cepat yang dapat berefek pada penurunan

keseimbangan pada lansia yang dapat menunjang mobilitas lansia (Prasetyo &

Indardi, 2015). Ini dibuktikan oleh penelitian Manangkot et al., (2016) yang

berjudul “Pengaruh Senam Lansia Terhadap Keseimbangan Tubuh pada Lansia di

Lingkungan Dajan Bingin Sading” didapatkan bahwa senam lansia berpengaruh

terhadap keseimbangan tubuh lansia.

Berdasarkan hasil observasi peneliti berkunjung ke sasana tresna wherda

Ria Pembangunan terdapat senam lansia yang memang diciptakan sendiri oleh

fisioterapi yang ahli dalam bidang geriatri yaitu bapak drs. Soeparman SST. Ft.

Senam yang beliau ciptakan ini bernama senam Tri Loka. Senam ini merupakan

salah satu senam yang memang dirancang untuk lansia. Menurut bapak

Soeparman dalam buku panduan senam lanjut usia, senam Tri Loka ini yang

mengambil konsep yaitu air, udara dan sikap tubuh. Senam Tri Loka ini tersusun

dari 3 bagian pokok yang terdiri dari pemanasan, latihan inti yang terdiri dari
latihan pernapasan, koreksi sikap tubuh yang terdiri dari latihan keseimbangan,

dan vertigo, kemudian latihan koordinasi(senam otak), massage, dan latihan

tungkai. Dari tiga konsep senam Tri Loka dapat diadaptasi dengan salah satu

konsep senam ini dengan terjadinya perbaikan sikap tubuh pada lansia melalui

senam ini dapat memberikan efek terhadap keseimbangan postural pada lansia.

Berdasarkan uraian diatas penurunan keseimbangan postural memicu peningkatan

risiko jatuh yang terjadi pada lansia terutama di masa pandemi COVID – 19 ini

yang dapat menyebabkan terganggunya aktivitas sehari – hari dari lansia,

berdasarkan wawancara dari dari hasil pencarian peneliti mengenai penelitian

mengenai senam tri loka terhadap keseimbangan postural belum ada penelitian

mengenai ini.

Berdasarkan fenomena diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan studi eksperimental tentang “Pengaruh Senam Lansia Tri Loka Terhadap

Keseimbangan Postural Pada Lansia.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, peneliti merumuskan masalah

penelitian mengenai “ Apakah terdapat pengaruh senam lansia Tri Loka terhadap

keseimbangan postural pada lansia?”

C. Tujuan penulisan

1. Tujuan umum

a. Mengetahui pengaruh senam lansia Tri Loka terhadap keseimbangan postural

pada lansia.
2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui perubahan terhadap keseimbangan postural sebelum dan

sesudah diberikan senam lansia Tri Loka pada lansia.

b. Untuk menganalisis pengaruh senam lansia Tri Loka terhadap keseimbangan

postural pada lansia

D. Manfaat penelitian

1. Bagi peneliti

Diharapkan dengan dilakukan penelitian ini peneliti dapat menambah ilmu

pengetahuan terkait pengaruh senam Tri Loka terhadap keseimbangan postural

pada lansia.

2. Bagi institusi pendidikan

Diharapkan dengan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan untuk pengetahuan

dan wawasan berfikir secara ilmiah.

3. Bagi masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber informasi bagi masyarakat

mengenai pengaruh senam Tri Loka terhadap keseimbangan postural pada lansia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan teori

1. Lansia

a. Definisi

Lanjut usia merupakan seseorang yang telah memasuki tahap akhir dari

proses tumbuh kembang yang dialami oleh setiap individu (Wahyuni Novianti et

al., 2018). Proses akhir dari tumbuh kembang ini akan terjadi secara berkala dan

secara alami (Khadhiroh, 2018). Menurut UU Nomor 13 tahun 1998 menyebutkan

bahwa seseorang dikatakan sebagai lansia adalah mereka yang sudah memasuki

usia 60 tahu keatas. Menurut Sunarti et al., (2019) lansia merupakan seseorang

yang sudah memasuki usia 65 tahun atau lebih yang diklasifikasikan menjadi

early elderly lansia dengan usia 65 – 74 tahun dan late elderly yaitu lansia dengan

usia diatas 75 tahun.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan jenis penelitian pra

eksperimental dengan desaim pretest dan post test one group design. Penelitian ini

dilakukan dua kali pengukuran yaitu pengukuran sebelum diberikan sebelum

perlakuan yang disebut pre test dan pengukuran setelah diberikan setelah

perlakuan yang disebut post test. Ini bertujuan untuk melihat pada subyek

penelitian ada atau tidaknya pengaruh setelah diberikan perlakuan.

B. Lokasi dan waktu penelitian

1. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah RW 07 kelurahan Cempaka Putih Barat.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai bulan April 2022. Dimulai dari

penyusunan dan pengajuan proposal hingga pembuatan skripsi. Pengumpulan data

dilakukan pada bulan Februari sampai dengan April 2022.

C. Populasi dan sample

Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai dengan bulan April 2022.

Penelitian ini dimulai dari penyusunan proposal hingga pembuatan


skripsi.Pengumpulan data dilakukan pada bulan Januari sampai dengan April

2022.

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia yang ada di RW 06 di

Kelurahan Cempaka Putih Barat.

2. Sample

a. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi merupakan suatu kriteria karakteristik umum sebagai subjek

penelitian dari suatu populasi yang akan diteliti. Kriteria inklusi dari penelitian ini

adalah sebagi berikut:

1. Responden Berusia 65 tahun - 80 tahun.

2. Responden kooperatif dan komunikatif.

3. Bersedia mengikuti program penelitian untuk menjadi sampel penelitian sampai

akhir.

b. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi merupakan kriteria yang digunakan untuk mengeluarkan subyek

sebagai responden adalah :

1. Sedang mengikuti penelitian lain.

2. Menggunakan alat bantu berjalan.

3. Memiliki bentuk morfologi tubuh (Genu valrus atau Genu valgum)


4. Tidak mengikuti latihan sebanyak 3 kali.

D. Variabel Penelitian

1. Variabel Independent

Variabel independent merupakan variabel bebas. Variabel independent pada

penelitian ini adalah senam lansia Tri Loka.

2. Variabel Dependent

Variabel dependent merupakan variabel terikat. Variabel dependent pada

penelitian ini adalah keseimbangan postural pada lansia.

E. Definisi operasional

No Variabel Definisi Cara Hasil Skala

. Ukur Ukur Ukur


1. Senam Tri Senam Tri Loka Absensi 0 = Nominal

Loka merupakan salah satu Tidak

senam yang memang hadir

dirancang untuk lansia.


1 =
Menurut Soeparman dalam
Hadir
buku panduan senam

lanjut usia, senam Tri

Loka ini yang mengambil

konsep yaitu air, udara dan

sikap tubuh. Senam Tri


Loka ini tersusun dari 3

bagian pokok yang terdiri

dari pemanasan, latihan

inti yang terdiri dari

latihan pernapasan, koreksi

sikap tubuh yang terdiri

dari latihan keseimbangan,

dan vertigo, kemudian

latihan koordinasi(senam

otak), massage, dan latihan

tungkai.
2. Keseimbanga Keseimbangan postural Berg Skor 41 Ordinal

n postural merupakan suatu Balace -56 =

kemampuan yang dimiliki Scale mandiri

tubuh dalam menjaga


Skor 21
center of mass yang
– 40 =
memiliki batasan stabilitas.
butuh aat
Batasan stabilitas
bantu
merupakan tempat pada
Skor 0 –
suatu ruang dan pada
20 =
ruang tersebut tubuh dapat
menggun
menjaga posisi tanpa
akan
terjadi perubahan dari
kursi
base of support. roda

F. Pengumpulan data

1. Metode pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan pengukuran awal dengan

mengukur nilai keseimbangan terlebih dahulu sebelum diberikan perlakuan.

Pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Berg Balance

Scale, dimana pengukuran ini terdiri dari 14 item dengan setiap item terdiri dari

skala 0 – 4 poit dengan skor total 56 point. Kemudian hasil pengukuran sebelum

diberikan perlakuan akan dibandingkan dengan hasil pengukuran sesudah

diberikan perlakuan.

2. Instrumen pengumpulan data

Instrument yang diperlukan pada penelitian ini antara lain :

a. Lembar informed consent yang berisi kesediaan responden untuk mengikuti

program penelitian sampai akhir.

b. Formulir data demografi dari responden.

c. Timbangan berat badan

d. Alat ukur tinggi badan

e. Kursi tanpa pegangan

f. Kursi dengan pegangan


g. stopwatch

h. Penggaris

i. Alat tulis untuk mencatat data dan hasil

j. Formulir instrument berg balance scale

j. Ruangan untuk melakukan test

3. Prosedur pengumpulan data

a. Meminta perizinan dengan membuat surat perizinan dari Jurusan Fisioterapi

Poltekkes Kemenkes Jakarta III Jurusan Fisioterapi.

b. Meminta izin dan menjelaskan maksud dan tujuan kepada ketua RW 07

kelurahan Cempaka Putih Barat untuk melakukan penelitian dan pengambilan

data.

c. Memberikan lembar informed consent sebagai bukti bahwa responden telah

menyetujui dan besedia untuk mengikuti penelitian.

d. Melakuakan pengumpulan data demografi.

e. Meminta persetujuan pengumpulan data responden secara tertulis.

f. Pengukuran berat badan, tinggi badan, vital sign.

g. Melakukan pengumpulan data pengukuran awal untuk keeimbangan postural

dari responden dengan menggunakan Berg Balance Scale.

h. Melakukan senam lansia Tri Loka.


i. Melakukan pengukuran keseimbangan postural dari responden dengan

menggunakan Berg Balance Scale kembali setelah pemberian senam Tri Loka.

G. Pengolahan data dan analisis data

Pengolahan dan analisis data dilakukan setelah data terkumpul kemudian data

akan diproses dan dianalisis untuk menginterpretasikan hasil penelitian yang

didapat secara sistematis. Adapun prosedur pengolahan data sebagai berikut :

1. Pengolahan data

a. Editing

Pada tahap ini peneliti memeriksa data yang didapatkan untuk memastikan

kebenaran dari data yang diperoleh.

b. Coding

Pada tahap ini peneliti melakukan penggolongan atau mengklasifikasikan data

yang didapatkan dari responden ke dalam beberapa kategori.Mengklasifikasikan

dengan cara memberi skor untuk masing – masing data yang didapatkan untuk

mempermudah dalam pengolahan data menggunakan program komputer.

c. Entry

Pada tahap ini data yang sudah melalui tahap sebelumnya dimasukan kedalam

program pengolahan data yaitu SPSS.

d. Cleaning
Pada tahap ini merupakan proses pengecekan kembali data yang sudah di entry

apakah masih ada kesalahan atau tidak.

2. Analisis data

a. Analisis univariat

Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian, yaitu data

demografi responden (usia, jenis kelamin) dan hasil pre dan post dari nilai berg

balance scale. Dalam bentuk tabel, grafik dan narasi yang terdiri dari frekuensi,

presentase, nilai mean, standar deviasi, nilai min-maks dan CI 95%.

b. Analisis bivariat

Setelah diketahui karakteristik dari masing – masing variabel dialakukan analisis

lebih lanjut yaitu analisis bivariat. Sebelum dilakukan uji beda dilakukan uji

normalitas terlebih dahulu menggunakan uji Kolomogorov – Smironov. Kemudian

dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji ...........

H. Etika penelitian

Penelitian ini akan dilakukan sesudah mendapat persetujuan dari institusi

pendidikan Program Studi D-IV Fisioterapi Poltekkes Jakarta III. Dalam

penelitian ini terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan etik,

yaitu :

1. Peneliti memberikan penjelasan kepada responden penelitian tujuan dan

prosedur penelitian.
2. Responden penelitian akan diminta persetujuan terlebih dahulu melalui lembar

informed consent.

3. Menjaga kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden.

4. Menjaga agar penelitian yang dilakukan tidak merugikan responden baik dari

segi materi, fisik, psikologis, dan sosial.

5. Melaksanakan penelitian secara baik dan benar sesuai dengan kaidah ilmiah.

Anda mungkin juga menyukai