Anda di halaman 1dari 13

TOPIK 1

PERSIAPAN OPTIMALISASI PENERAPAN MTBS DI PUSKESMAS

I. Tinjauan Mata Kuliah


A. Deskripsi Mata Kuliah
Mata kuliah ini menguraikan tentang konsep manajemen terpadu balita sakit Yang Mencakup
Kesehatan bayi baru lahir, bayi, dan balita ; Persiapan optimalisasi penerapan MTBS di
puskesmas ; penerapan manajemen terpadu balita sakit ( MTBS ) ; dan pencatatan dan
pelaporan MTBS .
B. Kegunaan Mata Kuliah
1. Menguasai konsep manajemen terpadu balita sakit
2.
C. Sasaran Belajar
Sasaran belajar adalah mahasiswa D-III Keperawatan semester 4
D. Urutan Penyajian
1. Pendahuluan
a. Sasaran pembelajaran yang akan dicapai
b. Ruang lingkup bahan modul
c. Manfaat mempelajari modul
d. Urutan pembahasan
e. Petunjuk khusus
2. Materi pembelajaran
3. Latihan
4. Rangkuman
5. Tes formatif
6. Umpan balik atau tindak lanjut
7. Kunci tes formatif
8. Daftar pustaka
E. Petunjuk Belajar Bagi Mahasiswa Dalam Mempelajari Modul
1. Mahasiswa diharapkan dapat mempelajari keseluruhan modul ini dengan cara yang
berurutan
2. Jangan memaksakan diri sebelum benar-benar menguasai bagian demi bagian dalam
modul ini, karena masing-masing saling berkaitan

1
3. Setiap kegiatan belajar dilengkapi dengan latihan dan tes formatif. Pelatihan ini menjadi
alat ukur tingkat penguasaan anda setelah mempelajari materi dalam modul ini. Jika anda
belum menguasai 75% dari setiap kegiatan belajar, maka anda dapat mengulangi untuk
mempelajari materi yangtersedia dalam modul ini. Apabila anda masih mengalami kesulitan
memahami materi yang ada dalam modul ini, silahkan diskusikan dengan teman atau
guru/dosen anda.

II. Pendahuluan
A. Sasaran pembelajaran yang ingin dicapai
B. Ruang lingkup bahan modul
Persiapan optimalisasi penerapan MTBS di puskesmas
a. Persiapan SDM: Diseminasi atau informasi berkala, refresing, dan on the job training
b. Persiapan optimalisasi faktor pendukung pelayanan MTBS:
logistik (obat, persiapan alat dan bahan habis pakai, vaksin, buku bagan MTBS, formulir
tata laksana bayi muda, formalis tata laksana balita sakit, buku resgister rawat jalan balita
sakit, resgister bayi muda, dan formulir rujukan, buku foto MTBS dan bagan dinding MTBS,
persiapan media KIE, biaya operasional dan ruangan
c. Penyesuaian alur pelayanan:
Pendaftaran, pemeriksaan, KIE pemberian tindakan yang di perlukan, pemberian obat atau
rujukan bila diperlukan
C. Manfaat mempelajari modul
1. Kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik
2. Kesempatan untuk belajar secara mandiri dan mengurangi ketergantungan terhadap
kehadiran guru
3. Mendapatkan kemudahan dalam mempelajari setiap kompetensi yang harus dikuasai
D. Urutan pembahasan
Persiapan optimalisasi penerapan MTBS di puskesmas
a. Persiapan SDM: Diseminasi atau informasi berkala, refresing, dan on the job training
b. Persiapan optimalisasi faktor pendukung pelayanan MTBS:
logistik (obat, persiapan alat dan bahan habis pakai, vaksin, buku bagan MTBS, formulir
tata laksana bayi muda, formalis tata laksana balita sakit, buku resgister rawat jalan balita
sakit, resgister bayi muda, dan formulir rujukan, buku foto MTBS dan bagan dinding MTBS,
persiapan media KIE, biaya operasional dan ruangan

2
c. Penyesuaian alur pelayanan:
Pendaftaran, pemeriksaan, KIE pemberian tindakan yang di perlukan, pemberian obat atau
rujukan bila diperlukan
E. Petunjuk khusus
1. Bacalah secara cermat modul ini secara berurutan
2. Kerjakanlah setiap latihan dan tes formati pada setiap materi pembelajaran dalam modul ini
untuk memperlancar pemahaman anda

III. Materi pembelajaran


1. Persiapan optimalisasi penerapan mtbs di puskesmas
Pada dasarnya persiapan optimalisasi penerapan MTBS harus dilakukan pada
puskesmas yang telah menerapkan MTBS dengan baik, pada puskesmas yang sudah
menerapkan namun belum sesuai harapan, atau puskesmas baru dibangun belum menerapkan
MTBS. Optimalisasi persiapan penerapan dilakukan secara berkala agar terjadi kesinambungan
optimaslisasi peningkatan penerapan MTBS, adapun bagi puskesmas baru yang belum
menerapkan MTBS perlu diketahui langkah-langkah yang harus dilaksanakan. Terkait dengan
kegiatan ini kepala puskesmas dan dokter puskesmas wajib memfasilitasi, memotivasi, dan
memastikan kesinambungan penerapan MTBS yang sesuai standar di puskesmas dan
jaringannya.
A. Persiapan SDM
Pada penerapan mtbs kepala puskesmas sebagai penanggung jawab, dokter sebagai
supervisor, motivator dan penerima rujukan. Bidan, perawat, penanggung jawab program gizi,
petugas imunisasidan petugas obat menjalankan fungsinya sesuai dengan kompetensi, tugas
pokok dan fungsinya. Tidak kalah pentingnya peran petugas pendaftaran, dan petugas
sanitarian puskesmas bila mana dijumpai kasus terkait dengan hygnene sanitasi. Kepala
puskesmas menghitung kebutuhan jumlah dan jenis ketenagaan yang menerapkan mtbs dan
menginventaris SDM yang telah memiliki kemampuan dan keterampilan dalam melakukan mtbs.
Terkait dengan SDM kepala puskesmas melakukan langkah-langkah sbb:
1) Diseminasi atau informasi berkala kepada seluruh petugas kesehatan di puskesmas dan
jaringannya terkait dengan Mtbs
Pada kesempatan ini kepala puskesmas menyampaikan dan mengingatkan pentingnya
penerapan MTBS dikaitkan dengan regulasi dan tujuannya serta isu-isu terkini yang

3
berhubungan dengan MTBS. Ditekankan pula bahwa keberhasilan penerapan MTBS perlu
dukungan semua pihak yang terkait dengan pelayanan balita sakit dan bayi muda. Hakekat
dari MTBS haruslah dipahami oleh semua SDM kesehatan yang ada di puskesmas dan
saling mendukung sesuai dengan tugas pokok fungsinya agar pelayanan MTBS dapat
berjalan secara optimal.
2) Refreshing
Kegiatan refreshing MTBS dilakukan secara berkala (minimal setahun sekali bagi
perawat dan bidan). Tujuan refreshing menjaga kualitas SDM dalam memberi pelayanan
MTBS. Hal ini penting agar kepala puskesmas dan dokter bisa memonitor kemapuan SDM
kesehatan dalam memberikan pelyanan MTBS. Refreshing ini adalah salah satu strategi
untuk menjaga kemampuan dan kepatuhan petugas dalam menerapkan MTBS.
Metode refreshing dilakukan dengan cara :
a. Penyampaian perubahan yang terjadi (bila ada)
b. Penyampaian secara singkat langkah-langkah penerapan MTBS
c. Kepala puskesmas/dokter puskesmas menyampaikan studi kasus dan meminta
beberapa SDM kesehatan melaksanakan simulasi penerapan MTBS. Setelah selesai
simulasi diminta juga komentar serta masukan dari SDM kesehatan lainnya. Diakhir sesi
baik kepala puskesmas/ dokter puskesmas memberikan masukan terkait dengan
pelaksanaan simulasi kasus dan langkah-langkah yang harus dilakukan bersama
penerapan MTBS lebih baik lagi.
3) On the job training (kalakarya)
On the job training atau in house taraining pada MTBS adalah salah satu metode
meningkatkan kapasitas perawat/bidan dalam menerapkan pelayanan balita sakit atau
pelayanan bayi muda dengan pendekatan MTBS yang dilaksanakan dengan metode
pendampingan. Metode on the job training ini lebih efektif karena peserta di pacu untuk
lebih aktif dan memiliki kesempatan praktik lebih banyak.
Beda on the job training dengan in house training adalah pada in house training
pendamping datang dari luar puskesmas, sedangkan on the job training peserta dan
pendamping berasal dari puskesmas yang sama atau peserta on the job training belajar
ke puskesmas lainnya.

4
B. Persiapan optimalisasi factor pendukung pelayanan MTBS
Kepala puskesmas dan dokter puskesmas harus memastikan bahwa factor pendukung
pelayanan MTBS selalu tersedia, sipa pakai dan aman digunakan, sehingga perlu dilakukan
supervise internal secara berkala. Supervisi internal ini terintegrasi dengan memantau kualitas
pelayanan MTBS yang diberikan oleh perawat, bidan dan tenaga kesehatan lain yang terkait.
Kesiapan logistic dan ruangan juga dibahas pada saat lokakarya mini.
1) Logistik
Logistic merupakan bagian penting yang tidak terpisahkan untuk pelayanan
MTBS. Harus direncanakan secara benar, dijaga kesinambungan keberadaannya dan
dipastikan siap pakai. Kondisi ini hanya akan tercapai bilamana di dukung dengan
mekanisme pencatatan dan pelaporan sesuai dengan kaidah yang berlaku.
a. Obat
Secara umum , obat yang digunakan pada MTBS telah termasuk dalam
formularium nasional ( Fornas) yang digunakan di puskesmas. Apabila penanganan
balita sakit dengan MTBS ini pasien membutuhkan obat yang belum tercantum di
fornas maka puskesmas dapat memberikan obat tersebut dengan ketentuan bahwa
obat yang dibutuhkan sesuai dengan indikasi medis dan sesuai dengan standar
pelayanan kedokteran.
b. Persiapan alat dan bahan habis pakai
Alat kesehatan
No. Item No. Item
1. Timbangan bayi 9. Pita LILA
2. Timbangan anak 10. Gelas, sendok dan teko digunakan
dilayanan rehidrasi oral aktif (LROA/
pojok oralit)
3. Pengukur panjang badan 11. Alat pengisap lendir
4. Pengukur tinggi badan 12. Tensimetr, manset anak, stetoskop
neonatal dan stetoskop anak
5. Pengkur suhu tubuh 13. Sungkup ukuran 0.1 dan 2
6. Ari Sound Timer atau arloji dengan 14. Pipa lambung/ nasogastric tube- NGT
jarum detik no. 3,5 dan no. 5

5
7. Senter 15. Pulse oximeter dengan sensor bayi
dan anak
8. Spatula lidah 16. Mikroskop

Bahan habis pakai


No. Item
1. Kasa
2. Semprit dan jarum suntik 1cc
3. Infus set mikro dengan intravena kateter no. 24 atau wing needles no. 21G
4. Kateter urine untuk bayi no. 6, untuk balita no. 8 atau no. 10

a. Vaksin
Petugas imunisasi memperthitungkan kebutuhan vaksin baik jenis maupun jumlahnya
berdasarkan jumlah sasaran bayi dan balita diwilayahnya ditanbah dengan kebuthan untuk
memenuhi pelayanan imunisasi bagi bayi dan balita diluar wilayah berdasarkan pencatatan
laporan sebelumnya. Dipastikan bahwa ketersediaan vaksin yang ada termasuk buffer stock
mencukupi kebutuhan akan pelayanan imunisasi di puskesmas dan jaringannya. Hal ini
penting agar bayi dan balita tetap mendapatkan pelayanan imunisasi begitu akses ke
puskesmas dan jaringannya.
b. Buku bagan MTBS, formulir tatalaksana bayi muda, formulir tatalaksana balita sakit,
buku register rawat jalan balita sakit, register rawat jalan bayi muda, dan buku
registrasi.
Ketersediaan buku bagan MTBS harus disesuaiakan dengan proposi jumlah
tenaga medis yang ada dipuskesmas dan jaringannya dengan demikian memberi
kesempatan bagi semua untuk mempelajari ketersediaan bagan dinding dan buku foto
cukup pada tempat dimana pelayanan MTBS diberiksn.
Kebutuhan ketersediaan lembar formulir tatalaksana balita sakit di puskesmas
dan jaringannya disesuaikan dengan jumlah kasus sebelumnya plus bufferstock.
Adapun kebutuhan formulir tatalaksana bayi muda sesuai dengan sasaran bayi lahir x
3 ( sesuai dengan kunjungan neonatal) ditambah dengan jumlah kasus bayi muda sakit
tahun sebelumnya plus bufferstock.

6
A. Persiapan Alur Pelayanan

1) Persiapan Pendaftaran
 Pendaftaran bayi/balita menuju ruang KIA dan lanjut pelayanan MTBS
 Petugas menulis identitas pasien pada kartu rawat jalan
 Setelah menanyakan dan mencatat identitas pasien, petugas menanyakan buku KIA
pada ibu atau pengasuh, untuk disertakan bersama dengan rekam medis pasien ke
petugas pemberi pelayanan. Selain mencatat tanggal kunjungan di buku KIA, petugas
juga mengingatkan agar setiap ibu hamil/bersalin/nifas dan balita berobat ke fasilitas
kesehatan tidak lupa membawa kartu dan buku KIA.
 Petugas mengarahkan untuk menunggu di ruang tunggu pelayanan MTBS.

2) Pemeriksaan KIE
 Petugas melakukan pemeriksaan
 Ukur berat badan dan suhu badan
 Apabila batuk selalu hitung napas dan dilihat tarikan dinding dada
 Apabila diare dilihat kesadaran balita, mata cekung, apakah tidak bisa minum atau
malas dan diperiksa kulit perut untuk memeriksa derajat dehidrasi
 Diperiksa status gizi, status imunisasi dan pemberian kapsul vitamin A.
 Klasifikasi hasil pemeriksaan akan menjadi diagnosa.

3) Tindakan yang diperlukan


1. Pemberian terapi : resep yang diberikan di bawa keruang obat
2. Konseling bagi Ibu
Konseling pada ibu bertujuan agar ibu mengetahui dan dapat menilai keadaan anak secara
dini. penilaian berupa :
a. Menilai cara pemberian makan anak :
Langkah yang dilakukan tenaga kesehatan, tanyakan kepada ibu cara pemberian
makanan anak sehari-hari dan selama sakit. Bandingkan jawaban ibu dengan anjuran
pemberian makan yang sesuai umur anak.
b. Nasehat kunjungan ulang, dan nasehat kapan harus kembali segera.
c. Konseling lain misalnya, kesehatan lingkungan, imunisasi, dan konseling cara
perawatan di rumah.

7
4) Pemberian obat atau rujukan bila di periksa
Tindakan yang diperlukan jika bayi diperiksa mengalami diare yaitu pengambilan keputusan
oleh petugas dalam menangani diare, tindakan MTBS mencangkup 3 rencana terapi :
a. Terapi A : Terapi dirumah untuk mencegah dehidrasi, cairan yang biasa diberikan berupa
oral gula-garam, sayuran dan sup yang mengandung garam.
b. Terapi B : Dehidrasi sedang dengan pemberian CRO. Ex : oralit
c. Terapi C : Dehidrasi berat dengan pemberian cairan RL.

IV. Latihan
1. Jelaskan pengertian bayi baru lahir, bayi dan balita !
2. Jelaskan pengertian angka kematian neonatal !
3. Sebutkan faktor penyebab kematian bayi baru lahir !
4. Sebutkan cara pencegahan kematian bayi baru lahir, bayi dan balita !
5. Bagaimana cara penanggulangan kematian bayi baru lahir, bayi dan balita ?

V. Rangkuman
I. Pada dasarnya persiapan optimalisasi penerapan MTBS harus dilakukan pada puskesmas yang
telah menerapkan MTBS dengan baik, pada puskesmas yang sudah menerapkan namun belum
sesuai harapan, atau puskesmas baru dibangun belum menerapkan MTBS. Optimalisasi
persiapan penerapan dilakukan secara berkala agar terjadi kesinambungan optimaslisasi
peningkatan penerapan MTBS, adapun bagi puskesmas baru yang belum menerapkan MTBS
perlu diketahui langkah-langkah yang harus dilaksanakan. Terkait dengan kegiatan ini kepala
puskesmas dan dokter puskesmas wajib memfasilitasi, memotivasi, dan memastikan
kesinambungan penerapan MTBS yang sesuai standar di puskesmas dan jaringannya.
II. Pada penerapan mtbs kepala puskesmas sebagai penanggung jawab, dokter sebagai
supervisor, motivator dan penerima rujukan. Bidan, perawat, penanggung jawab program gizi,
petugas imunisasidan petugas obat menjalankan fungsinya sesuai dengan kompetensi, tugas
pokok dan fungsinya.
III. Kepala puskesmas dan dokter puskesmas harus memastikan bahwa factor pendukung
pelayanan MTBS selalu tersedia, sipa pakai dan aman digunakan, sehingga perlu dilakukan
supervise internal secara berkala.

8
IV. Persiapan Pendaftaran
 Pendaftaran bayi/balita menuju ruang KIA dan lanjut pelayanan MTBS
 Petugas menulis identitas pasien pada kartu rawat jalan
 Setelah menanyakan dan mencatat identitas pasien, petugas menanyakan buku KIA
pada ibu atau pengasuh, untuk disertakan bersama dengan rekam medis pasien ke
petugas pemberi pelayanan. Selain mencatat tanggal kunjungan di buku KIA, petugas
juga mengingatkan agar setiap ibu hamil/bersalin/nifas dan balita berobat ke fasilitas
kesehatan tidak lupa membawa kartu dan buku KIA.
 Petugas mengarahkan untuk menunggu di ruang tunggu pelayanan MTBS.
V. Pemeriksaan KIE
 Petugas melakukan pemeriksaan
 Ukur berat badan dan suhu badan
 Apabila batuk selalu hitung napas dan dilihat tarikan dinding dada
 Apabila diare dilihat kesadaran balita, mata cekung, apakah tidak bisa minum atau
malas dan diperiksa kulit perut untuk memeriksa derajat dehidrasi
 Diperiksa status gizi, status imunisasi dan pemberian kapsul vitamin A.
 Klasifikasi hasil pemeriksaan akan menjadi diagnosa.

VI. Tes Formatif


1. Menjaga kualitas SDM dalam memberi pelayanan MTBS sangat penting agar kepala
puskesmas dan dokter bisa memonitor kemapuan SDM kesehatan dalam memberikan pelyanan
MTBS merupakan tujuan dari …
A. Refreshing
B. Diseminasi
C. On the job training
D. Persiapan alur pelayanan
E. Pemeriksaan KIE
2. Bagian penting yang tidak terpisahkan untuk pelayanan MTBS yang harus direncanakan secara
benar, dijaga kesinambungan keberadaannya dan dipastikan siap pakai disebut....
A. Logistik
B. Persiapan alur pelayanan

9
C. Persiapan SDM
D. Refreshing
E. Pemeriksaan KIE
3. Konseling pada ibu perlu dilakukan pada saat persiapan alur pelayanan, hal ini bertujuan agar ...
A. Ibu mengetahui dan dapat menilai keadaan anak secara dini.
B. Ibu dapat mengetahui penyakit anak
C. Ibu dapat mengetahui perkembangan anak
D. Ibu dapat mengetahui kemauan anak
E. Ibu dapat mengetahui kesehatan anak
4. Apa tindakan yang diperlukan jika bayi diperiksa mengalami diare ...
A. Berikan bayi obat diare
B. Memberi kompres air hangat
C. Memberi makanan berserat
D. Terapi A : Terapi dirumah untuk mencegah dehidrasi, cairan yang biasa
diberikan berupa oral gula-garam, sayuran dan sup yang mengandung garam
; Terapi B : Dehidrasi sedang dengan pemberian CRO. Ex : oralit ; Terapi C :
Dehidrasi berat dengan pemberian cairan RL.
E. Memberi ibu menyusui obat diare
5. Langkah pertama yang harus dilakukan dalam pemeriksaan KIE yaitu ..
A. Ukur berat badan dan suhu badan
B. Petugas melakukan pemeriksaan
C. Diperiksa status gizi, status imunisasi dan pemberian kapsul vitamin A.
D. Apabila batuk selalu hitung napas dan dilihat tarikan dinding dada.
E. Apabila diare dilihat kesadaran balita, mata cekung, apakah tidak bisa minum
atau malas dan diperiksa kulit perut untuk memeriksa derajat dehidrasi.

VII. Umpan balik atau tindak lanjut


1. Menjaga kualitas SDM dalam memberi pelayanan MTBS sangat penting agar kepala
puskesmas dan dokter bisa memonitor kemapuan SDM kesehatan dalam memberikan pelyanan
MTBS merupakan tujuan dari …

10
A. Jawaban benar karena tujuan dari refreshing yaitu menjaga kualitas SDM dalam memberi
pelayanan MTBS sangat penting agar kepala puskesmas dan dokter bisa memonitor
kemapuan SDM kesehatan dalam memberikan pelyanan MTBS
B. Jawaban salah karena tujuan dari diseminasi yaitu bukan menjaga kualitas SDM dalam
memberi pelayanan MTBS sangat penting agar kepala puskesmas dan dokter bisa
memonitor kemapuan SDM kesehatan dalam memberikan pelyanan MTBS
C. Jawaban salah karena tujuan dari on the job training yaitu bukan menjaga kualitas SDM
dalam memberi pelayanan MTBS sangat penting agar kepala puskesmas dan dokter bisa
memonitor kemapuan SDM kesehatan dalam memberikan pelyanan MTBS
D. Jawaban salah karena tujuan dari persiapan alur pelayanan yaitu bukan menjaga kualitas
SDM dalam memberi pelayanan MTBS sangat penting agar kepala puskesmas dan
dokter bisa memonitor kemapuan SDM kesehatan dalam memberikan pelyanan MTBS
E. Jawaban salah karena tujuan dari pemeriksaan KIE yaitu bukan menjaga kualitas SDM
dalam memberi pelayanan MTBS sangat penting agar kepala puskesmas dan dokter bisa
memonitor kemapuan SDM kesehatan dalam memberikan pelyanan MTBS
2. Bagian penting yang tidak terpisahkan untuk pelayanan MTBS yang harus direncanakan secara
benar, dijaga kesinambungan keberadaannya dan dipastikan siap pakai disebut....
A. Jawaban benar karena logistik merupakan bagian penting yang tidak terpisahkan untuk
pelayanan MTBS yang harus direncanakan secara benar, dijaga kesinambungan
keberadaannya dan dipastikan siap pakai
B. Jawaban salah karena persiapan alur pelayanan bukan merupakan bagian penting yang
tidak terpisahkan untuk pelayanan MTBS yang harus direncanakan secara benar, dijaga
kesinambungan keberadaannya dan dipastikan siap pakai
C. Jawaban salah karena persiapan SDM bukan merupakan bagian penting yang tidak
terpisahkan untuk pelayanan MTBS yang harus direncanakan secara benar, dijaga
kesinambungan keberadaannya dan dipastikan siap pakai
D. Jawaban salah karena refreshing bukan merupakan bagian penting yang tidak
terpisahkan untuk pelayanan MTBS yang harus direncanakan secara benar, dijaga
kesinambungan keberadaannya dan dipastikan siap pakai

11
E. Jawaban salah karena pemeriksaan KIE bukan merupakan bagian penting yang tidak
terpisahkan untuk pelayanan MTBS yang harus direncanakan secara benar, dijaga
kesinambungan keberadaannya dan dipastikan siap pakai
3. Konseling pada ibu perlu dilakukan pada saat persiapan alur pelayanan, hal ini bertujuan agar ...
A. Jawaban benar karena tujuan dari konseling pada ibu yaitu agar ibu mengetahui dan
dapat menilai keadaan anak secara dini.
B. Jawaban salah karena tujuan dari konseling pada ibu yaitu bukan agar ibu dapat
mengetahui penyakit anak
C. Jawaban salah karena tujuan dari konseling pada ibu yaitu bukan agar ibu dapat
mengetahui masalah pribadi anak
D. Jawaban salah karena tujuan dari konseling pada ibu yaitu bukan agar ibu dapat
mengetahui kemauan anak
E. Jawaban salah karena tujuan dari konseling pada ibu yaitu bukan agar ibu dapat
mengetahui kesehatan anak.
4. Apa tindakan yang diperlukan jika bayi diperiksa mengalami diare …
A. Jawaban salah karena berikan bayi obat diare bukan merupakan tindakan yang
diperlukan pada bayi yang mengalami diare.
B. Jawaban salah karena memberi kompres air hangat bukan merupakan tindakan yang
diperlukan pada bayi yang mengalami diare.
C. Jawaban salah karena memberi makanan berseratbukan merupakan tindakan yang
diperlukan pada bayi yang mengalami diare.
D. Jawaban benar karena Terapi A : Terapi dirumah untuk mencegah dehidrasi, cairan yang
biasa diberikan berupa oral gula-garam, sayuran dan sup yang mengandung garam ;
Terapi B : Dehidrasi sedang dengan pemberian CRO. Ex : oralit ; Terapi C : Dehidrasi
berat dengan pemberian cairan RL merupakan tindakan yang diperlukan pada bayi yang
mengalami diare.
E. Jawaban salah karena memberi ibu menyusui obat diare bukan merupakan tindakan yang
diperlukan pada bayi yang mengalami diare.
5. Langkah pertama yang harus dilakukan dalam pemeriksaan KIE yaitu ..
A. Jawaban salah karena ukur berat badan dan suhu badan bukan merupakan langkah
pertama dalam pemeriksaan KIE.

12
B. Jawaban benar karena petugas melakukan pemeriksaan merupakan langkah pertama
dalam pemeriksaan KIE.
C. Jawaban salah karena diperiksa status gizi, status imunisasi dan pemberian kapsul
vitamin A bukan merupakan langkah pertama dalam pemeriksaan KIE.
D. Jawaban salah karena apabila batuk selalu hitung napas dan dilihat tarikan dinding dada
bukan merupakan langkah pertama dalam pemeriksaan KIE.
E. Jawaban salah karena Apabila diare dilihat kesadaran balita, mata cekung, apakah tidak
bisa minum atau malas dan diperiksa kulit perut untuk memeriksa derajat dehidrasi bukan
merupakan langkah pertama dalam pemeriksaan KIE.

6. Kunci Jawaban Tes Formatif


1. A
2. A
3. A
4. D
5. B

7. Daftar Pustaka
1. Depkes RI. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), Modul 1 – 8, Edisi Revisi Dirjen
Kesehatan RI Jakarta, 2008.
2. Dinas Kesehatan Kota Malang. Laporan Kegiatan KIA. Sie Kesga, Juni 2009
3. Depkes RI.Petunjuk Teknis Penggunaan Buku Kesehatan Ibu dan Anak, Depkes Ri dan JICA,
Jakarta,2009
4. PP I. Standar Pelayanan Kebidanan. Jakarta: IBI; 2006.

13

Anda mungkin juga menyukai