Anda di halaman 1dari 10

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Lanjut usia sering kali dihadapkan dengan menjauhkan mereka dari

lingkungan sosialnya. Dalam mitos biologis hidupnya, lansia dianggap selalu

mengeluh mengenai fisik dan penyakitnya dan penuaan tidak selalu sama

dengan penurunan kondisi biologis. Aspek biologis, sosial, dan psikologi

memiliki kaitan erat dengan jangka hidup. Jika dikaitkan dengan memori,

perubahan memori pada lansia diakibatkan adanya perlambatan syaraf pada

bagian otak tertentu. Hal ini menyebabkan tingkat respon tubuh menjadi lebih

lambat. Lansia tidak perlu berusaha sendiri melakukan segala sesuatu. Mereka

memiliki serangan jantung, resiko jatuh dan patah tulang. Seharusnya lansia

dapat berusaha dan berpartisipasi dalam kegiatan yang tidak membahayakan

tubuh nya, biasanya dapat dimulai dengan senam aerobik dengan instruktur

yang memahami lansia (Sunaryo & Dkk, 2016).

Menurut World Health Organization (WHO) menggolongkan lanjut

usia berdasarkan usia kronologis atau biologis menjadi 4 kelompok yaitu usia

pertengahan (middle age) antara usia 45 -59 tahun, lanjut usia (ederly) berusia

antara 60 -74 tahun, lanjut usia tua (old) usia 75 -90 tahun, usia sangat tua

(very old ) diatas 90 tahun. Pembagian umur berdasarkan pendapat beberapa

ahli, bahwa yang disebut lanjut usia adalah orang yang telah berumur 65 tahun

keatas. Perubahan fisik pada lansia disebabkan karena perubahan komposisi

tubuh umumnya bersifat fisiologis, misalnya turunya tinggi badan, berat


badan, kekuatan otot,daya lihat, kemampuan rasa, toleransi tubuh terhadap

glukosa dan berbagai fungsi otak.

Meurut data dari World Heath Organisation (WHO) Negara Amerika

Serikat mengalami peningkatan lansia pada tahun 2000, sebanyak 35 juta

orang dewasa yang berusia di atas 65 tahun jumlahnya mencapai 12,4% dari

total populasi. Populasi di asia tenggara sebesar 8% atau sekitar atau sekitar

142 juta jiwa. Pada tahun 2000 jumlah lansia sekitar 5.300.000(7,4%) dari

total populasi, sedangkan pada tahun 2010 jumlah 24.000.000(9,77%) dari

total populasi. Hasil sensus penduduk tahun 2010 menyatakan bahwa

Indonesia termasuk kedalam urutan kelima besar negara dengan jumlah

penduduk lansia terbanyak di dunia, yakni 18,1 juta jiwa atau 9,6 % dari

jumlah penduduk. Saat ini diseluruh dunia jumlah lanjut usia diperkirakan

sekitar 500 juta jiwa dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada

tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar jiwa (Imron & Dkk, 2015). Di Indonesia

pada tahun 2017 yakni menjadi 8,97 persen (23,4 juta) dimana lansia

perempuan sekitar 1% lebih banyak dibandingkan lansia laki-laki (9,47%

dibanding 8,48%). Pada tahun ini sudah ada 5 provinsi yang memiliki tingkat

penduduk tua dimana penduduk lansianya sudah mencapai 10% yaitu: di

Yogyakarta (13,90%), jawa tengah (12,46%), jawa imur(12,16%), bali

(10,79%) dan Sulawesi barat (10,37%) (Maylasari & Dkk, 2017)

Perawatan lanjut usia yaitu perawatan yang memperhatikan kesehatan

yang objektif, kebutuhan, kejadian yang dialami lanjut usia semasa hidupnya,

perubahan fisik pada organ tubuhnya, tingkat kesehatan yang masih bisa
dicapai dan dikembangkan, dan penyakit yang dapat dicegah atau ditekan

progesivitasnya. Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia dapat

dibagi atas dua bagian, yaitu a) Klien lanjut usia yang masih aktif, yang

keadaan fisiknya masih mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga

masih mampu melakukan kegiatan sehari-hari sendiri. b) Klien lanjut usia

yang pasif atau yang tidak dapat bangun, yang keadaan fisiknya mengalami

kelumpuhan atau sakit. Perawat harus mengetahui dasar perawatan klien lanjut

usia ini, terutama tentang hal- hal yang berhubungan dengan keberhasilan

lansia untuk mempertahankan kesehatannya. Kebersihan pada lansia sangat

penting dalam usaha mencegah timbulnya peradangan, akibat sumber infeksi

dapat timbul bila kebersihan kurang dapat di perhatikan. Untuk meningkatkan

keamanan dan keselamatan pada usia lanjut ada beberapa penyebab

kecelakaan pada lanjut usia antara lain: fleksibilitas kaki berkurang, fungsi

penglihatan dan pendengaran berkurang, pencahayaan berkurang lantai licin

dan tidak rata, tangga tidak ada pengaman, dan kursi atau tempat tidur yang

mudah bergerak. Tindakan untuk mencegah timbulnya kecelakaan pada lanjut

usia adalah petama, tunjukan kepada klien atau lanjut usia, antara lain biarkan

lansia menggunakan alat bantu untuk meningkatkan keselamatan, latih lansia

untuk berpindah dari tempat tidutr ke kursi, biasakan menggunakan pengaman

pada tempat tidur ,jika mengalami masalah fisik, misalnya reumatik, latih

klien untuk menggunakan alat bantu berjalan, bantu klien ke kamar mandi,

terutama untuk lansia yang, menggunakan kaca mata bila berjalan atau
melakukan sesuatu dan usahakan selalu ada orang yang menemaninya

(Sunaryo & Dkk, 2016).

Perubahan menurut umur pada system otot skelet adalah adanya

penurunan yang signifikan pada massa otot (sarkopenia) dan kekuatan otot.

Pada proses menua biasanya terjadi penurunan produksi cairan synovial pada

persendian, tonus otot menurun, kartilago sendi menjadi lebih tipis dan

ligamentum menjadi lebih kaku dan serta terjadinya penurunan kelenturan

(fleksibilitas), sehingga mengurangi gerakan persendian terutama pada sendi

lutut. Pada sendi lutut terdapat komponen yang mengalami kekakuan.

Fleksibilitas atau sendi lutut merupakan suatu gerakan maksimal yang dapat

dilakukan oleh persendian yang meliputi hubungan antara bentuk persendian,

otot tendon dan ligament disekeliling persendian (Sabar, 2016). Fleksibilitas

sendi lutut, merupakan kemampuan menggerakan tumit ke arah belakang

paha (Sabar, 2016).

Fleksibilitas sendi lutut otot kaki dengan latihan gerakan range of motion

(ROM). Range of motions (ROM) adalah kemampuan maksimal seseorang

dalam melakukan gerakan. Rom juga dapat mencegah kontrakrtur, atropi

otot,meningkatkan peredaran darah ke ektremitas, mengurangi kelumpuhan

vaskuler dan besar efeknya terhadap peningkatan fleksibilitas sendi (Sabar,

2016). Latihan ROM merupakan latihan yang menggerakan persendian

seoptimal mungkin sesuai kemampuan seseorang yang tidak menimbulkan

rasa nyeri pada sendi yang digerakan. Adanya pergerakan pada persendian

yang menyebabkan terjadinya peningkatan aliran darah kedalam kapsula


sendi. Sehingga dilakukan latihan ROM pada klien gangguan sendi, agar dapat

menjalankan aktivitas sehari-hari dengan lebih mandiri (Sabar, 2016).

Hasil dari penelitan Prisilia M. Pinontoan tahun 2015 dengan judul

“Gambaran Kekuatan Otot Pada Lansia Di Bplu Senja Cerah Paniki Bawah”

hasil penelitian selama bulan oktober- desember 2014 telah dilakukan

penelitian pada lansia berumur 50 tahun ke atas yang tinggal di balai

penyantunan lanjut usia senja cerah paniki bawah. Pada penelitian diperoleh

30 orang yang memenuhi kriteria inklusi mengalami drop out sehingga jumlah

responden yang dianalisis sebanyak 26 orang, sampel yang digunakan dengan

cara purposive sampling. Kekuatan otot pada lansia diukur dengan

menggunakan metode 1 RM yang diukur pada gerakan fleksi siku, ekstensi

siku, fleksi bahu, ekstensi bahu, abduksi bahu, fleksi lutut, ekstensi lutut serta

dorsofleksi. Data yang sudah didapatkan kemudian di kumpul dan diolah

secara manual dan komputersisasi serta disajikan dalam bentuk table. Hasil

penelitian menunjukan rata-rata kekuatan otot responden laki-laki lebih besar

dibanding perempuan dan rata-rata kekuatan responden yang termasuk dalam

kelompok umur 60-79 tahun lebih besar dibandikan kelompok umur 80-99

tahun.

Hasil penelitian menurut syamsyuriyana sabar tahun 2016 dengan

judul “Pengaruh Latihan Range Of Motion (ROM) Terhadap Fleksibilitas

Sendi Lutut Pada Lansia Di Panti Social Tresna Wredha Gau Mabaji Kab

Gowa” penelitian ini dilaksnakan dipanti social tresna wredha gau mabaji kab.

Gowa dam ini dilaksnakan dari tanggal 18 juni -18 juli 2015. Banyaknya
sampel dapat diperoleh dari data sekunder yang diambil dari PSTW penetapan

sampel diambil dengan cara purposive sampling. Jumlah sampel yang

memenuhi syarat penelitian sebanyak 22 responden. Setelah data sudah

terkumpul dilakukan pengolahan data terdiri dari proses editing, koding, dan

tabulasi dengan menggunakan program SPSS dengan tingkat kemaknaan

q=0,05. Berdasarkan hasil pengolahan data, maka berikut ini penelitan akan

menyajikan analisa data dan univariat untuk melihat distribusi dan presentase

dan bivariat untuk melihat pengaruh dari variable independent terhadap

variable dependent. Dari data penelitian terdapat 22 responden yang

mengalami peningkatan fleksibilitas pada sendi lututnya setelah dilakukan

latihan ROM dimana terdiri dari 8 responden laki-laki sedangkan 14 lainnya

perempuan. hal ini dikarenakan jenis kelamin sangat berpengaruh pada

fleksibilitas sendi lutut pada lansia, diamana pada wanita lebih rentang terkena

gangguan pada fleksibilitas sendi lutut, dikarenakan secara keseluruhan,

dibawah 45 tahun, frekuensi fleksibilitas sendi kurang lebih sama antara pada

pada laki-laki dan wanita, tetapi diatas usia 50 tahun (setelah menopause)

frekuensi fleksibilitas sendi lebih banyak pada wanita dari pada pria. Hal ini

menunjukan adanya peran hormonal pada system endokrin,dimana produksi

hormonnya mengalami penurunan (Sabar, 2016)

Menurut Junaidi Imron tahun 2015 dengan judul penelitian “Pengaruh

Latihan Rom Aktif Terhadap Keaktifan Fifik Pada Lansia Di Dusun Karang

Templek Desa Andongsari Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember” dengan

metode penelitian ini bersifat eksperimental semu(quasy-experiment)


rancangan ini berupaya untuk mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan

cara melibatkan kelompok kontrol di samping kelompok eksperimental. Tapi

pemilihan kedua kelompok ini tidak mengguankan teknik acak. Rancangan ini

menggunakan kelompok subjek yang telah terbentuk secara wajar (teknik

runpunan), sehingga sejak awal bisa saja kedua kelompok subjek telah

memiliki karasteristik yang berbeda. Dalam rancangan ini, kelompok

eksperimental diberi perlakuan sedangkan kelompok kontrol tidak. Desain

penelitian ini menggunakan pre test and post test with control design, di mana.

Pada kedua kelompok diawali dengan pre test, dan setelah pemberian

perlakuan diadakan pengukuran kembali (post-test). Dengan jumlah populasi

70 lansia. Desain pada penelitian ini adalah (quasy-experiment). Dengan

menggunakan pre test and post test with control design, sampel yang diambil

30 sampel secara purposive sampling (Imron & Dkk, 2015).

Menurut penelitian Christi Viviane tulandi pada tahun 2016 dengan

judul “Pengaruh Latihan Range Of Motion Pasif Terhadap Luas Gerak Sendi

Pinggul Pada Lansia Di Balai Penyantunan Lanju Usia Senja Cerah Paniki”

penelitian ini mengguanakan rancangan penelitian quasi eksperiment, dengan

one grup pre-posttest yang merupakan suatu penelitian yang dilakukan dengan

satu kelompok yang diberi perlakuan tertentu, dan observasi dilakukan

sebelum dan sesudah diberi perlakuan(brocopp & hasting tolsma,2000).

Penelitian ini dilaksanakan di balai penyantunan lanjut usia senja cerah paniki

pada tanggal 30 juni – 02 agustus 2014. Populasi lansia yang ada di bplu senja

cerah paniki yaitu 36 orang.


A. Rumusan Masalah

Berdasrkan latar belakang tersebut, maka penelitian ini

merumuskan masalah penelitian apakah ada pengaruh latihan Range of

motion (ROM ) aktif terhadap peningkatan rentang gerak sendi dan

kekuatan otot kaki pada usia lanjut di upt puskesmas Batu Aji Batam

Tahun 2019 ?

B. Tujuan Penelieti

1) Tujuan umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya

pengaruh latihan rangen of motion aktif terhadap peningkatan rentang gerak

sendi dan kekuatan otot kaki pada lansia di puskesmas Batu Aji Batam Tahun

2019.

2) Tujuan khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui peningkatan rentang gerak sendi dan kekuatan otot

kaki pada lansia sebelum dilakukan latihan ROM aktif.

2. Untuk mengetahui peningkatan rentang gerak sendi dan kekuatan otot kaki

pada lansia setelah dilakukan latihan ROM akktif.

3. Untuk menganalisa pengaruh latihan range of motion aktif terhadap

peningkatan rentang gerak sendi pada lansia.

C. Manfaat Peneliti

 Bagi tempat penelitian


 Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan

yang berguna tentang penting nya latihan ROM aktif terhadap rentang

gerak sendi dan kekuatan otot kaki pada lansia.

 hasil penelitian ini diharapkan dan dapat dijadikan masukan sebagai

tempat penelitian.

 Meningkatkan latihan rom aktif terhadap rentang gerak sendi dan kekutan

otot kaki pada lansia.

Bagi praktek keperawatan

Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan atau memberikan

informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan latihan rom terhadap

rentang gerak sendi dan kekuatan otot kaki pada lansia dan dapat dijadikan

sebagai informasi bagi tenaga kesehatan khusunya perawat dalam

menambah pengetahun terhadap pentingnya latihan rom aktif terhadap

rentang gerak sendi dan kekuatan otot kaki pada lansia.

Bagi penelitian selanjutnya

Dapat digunakan sebagai dasar untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut

yang berkaitan dengan pengaruh latihan rom aktif terhadap peningktan

rentang gerak sendi dan kekuatan otot kaki pada lansia dan dapat

digunakan sebagai bahan masukan untuk penelitian lebih lanjut dalam

pengembangan ilmu pengetahuan.

D. Ruang Lingkup Penelitian


Untuk mempermudah penulisan laporan proposal penelitian ini dan agar

lebih terarah serta berjalan dengan baik maka penelitian membatasi ruang

lingkup penelitian. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui latihan ROM

aktif terhadap peningktan rentang gerak sendi dan kekuatan otot kaki pada

lansia di upt wilayah Batu Aji Batam tahun 2019 dengan populasi 15- 20 jiwa

lansia dalam penelitian ini adalah usia lanjut dengan usia 60- 74 tahun, akan

dilasanakana pada bulan mei sampai juni tahun 2019. Dan penelitian ini

dilakukan pada penderita lansia yang mengalami perbatasan pergerakan sendi

dilakukan dengan latihan ROM pada lansia dengan metode quasi eksperiment.

Anda mungkin juga menyukai