Anda di halaman 1dari 13

askep lansia dengan

osteoporosis

luthvia syari putri - 21006


STIKes Dr. Sismadi
pembahasan

1 konsep dasar lansia

2 konsep dasar osteoporosis

3 askep lansia dengan osteoporosis


konsep dasar lansia
 menurut WHO
lansia adalah seorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia
yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya, kelompok yang dikatagorikan lansia ini akan terjadi suatu
proses yang disebut aging process atau proses penuaan.

 Depkes RI (2013) mengklasifikasikan lansia dalam kategori sebagai berikut :


1. Pralansia, seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
2. Lansia, seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
3. Lansia resiko tinggi, seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.
4. Lansia potensial, lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan atau kegiatan yang dapat menghasilkan
barang/jasa.
5. Lansia tidak potensial, lansia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang
lain
ciri-ciri lansia
 ciri-ciri lansia menurut Kholifah, (2016) yang dijelaskan sebagai berikut ini :
1) Lansia mengalami proses kemunduran
Lanjut usia akan mengalami berbagai hal kemunduran mulai dari kemunduran bentuk fisik, factor psikologis, aspek
kognitif, motoricsensorik. Hal tersebut motivasi sangat berperan penting untuk menunda proses penuaan dan
kemunduran seperti dalam segi bentuk fisik, factor psikologis, aspek kognitif dan motoric sensorik.
2) Penyesuaian yang buruk pada lanjut usia
Lanjut usia yang tinggal serumah bersama anak dan keluarganya cenderung lebih menarik diri karena lansia sering
tidak dilibatkan dalam mengambil sebuah keputusan yang membuat lansia merasa bahwa harga diri rendah dan mudah
tersinggung.
3) Lansia membutuhkan perubahan peran
Lansia yang memiliki kedudukan atau jabatan tentunya memiliki cara berfikir yang luas, sehingga jika mereka harus
berhenti dari massa jabatannya akan menikmati masa tua yang bahagia. Misalnya lansia yang baru saja mengalami
pension dari pekerjaannya atau jabatannya, maka lansia harus menerima dengan lapang dada.
konsep dasar
osteoporsis
Osteoporosis atau keropos tulang adalah penyakit kronik yang ditandai dengan
rendahnya massa tulang yang disertai mikro arsitektur tulang dan penurunan kualitas
jaringan tulang yang dapat menimbulkan kerapuhan tulang (Zaviera, 2007).
Osteoporosis adalah penyakit tulang sistemik yang ditandai dengan rendahnya
masa tulang dan terjadinya perubahan mikroarsitektur jaringan tulang sehingga
tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Penyakit ini merupakan salah satu masalah
kesehatan yang sering dialami oleh perempuan setelah menopause. Proses
osteoporosis sebenarnya sudah dimulai sejak usia 40-45 tahun. Pada usia tersebut
akan mengalami proses penyusutan massa tulang yang menyebabkan kerapuhan
tulang, proses kerapuhan tulang menjadi lebih cepat setelah menopause sekitar umur
50 tahun karena kadar hormon esterogen yang mempengaruhi kepadatan tulang
sangat menurun (Mangoenprasodjo, 2005).
 penyebab osteoporosis
Ada 2 penyebab utama osteoporosis, yaitu :
1. Pembentukan massa puncak tulang yang kurang baik selama masa pertumbuhan.
2. Meningkatnya pengurangan massa tulang setelah menopause.

 jenis jenis osteoporosis


Bila disederhanakan, terdapat dua jenis osteoporosis, yaitu:
1. Osteoporosis Primer
Osteoporosis primer adalah kehilangan massa tulang yang terjadi sesuai
dengan proses penuaan. Sampai saat ini osteoporosis primer masih menduduki
tempat utama karena lebih banyak ditemukan dibandingkan osteoporosis sekunder
(Ode, 2012).
2. Osteoporosis Sekunder
Osteoporosis sekunder disebabkan oleh penyakit tertentu, gangguan hormonal, dan juga
kesalahan pada gaya hidup seperti konsumsi alkohol secara berlebihan, rokok, kafein, dan
kurangnya aktifitas fisik. Berbeda dengan osteoporosis primer yang terjadi karena faktor
usia, osteoporosis sekunder bisa saja terjadi pada orang yang masih berusia muda (Syam
dkk, 2014).
ASKEP LANSIA DENGAN OSTEOPOROSIS

A. PENGKAJIAN
Pengkajiaan adalah tindakan mengumpulkan informasi mengenai klien,
mengorganisasikan informasi, dan menentukan signifikasinya. Ini merupakan fase
pertama dalam proses keperawatan, pengkajian terus berlangsung disemua fase
dalam proses keperawatan (TeresiaTiarma S, 2017).

B. DIAGNOSA
1. Nyeri akut berhubungan dengan fragmen tulang dan spasme otot.
2. Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan disfungsi skunder skeletal.
3. Risiko Cedera berhubungan dengan Kegagalan Mekanisme Pertahanan Tubuh.
5. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan Ketidaktahuan Menemukan Sumber
Informasi.
C. INTERVENSI
1.Dx : Nyeri akut b.d perubahan patologis oleh atritis rematik.
 NOC
Krateria hasil :
- mampu mengontrol nyeri ( mengetahui penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri, mencari bantuan
- melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajeman nyeri
- mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)

 NIC
Pain mangement
- lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
presipitasi
- observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
- gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
2.Dx : Hambatan mobilitas fisik b.d kerusakan integritas struktur tulang, kekakuan sendi.
NOC
- join movement active :
- mobility level
- transfer perfomance
Kriteria Hasil : - pasien meningkat dalam aktivitas fisik
- mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas
- memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindah
NIC
Execise therapy : Ambulation
- monitoring vital sign sebelum/sesudah latihan dan lihat respon pasien saat latihan
- konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan
- bantu pasien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah terhadap cedera
- ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lainnya tentang teknik ambulasi
- kaji kemampuan pasein dalam mobilisasi
D. IMPLEMENTASI
Implementasi keperawatan adalah kategori dari perilaku keperawatan, dimana perawat melakukan tindakan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan (Potter & Perry 1997,
dalam Haryanto, 2007).

E. EVALUASI
Proses keperawatan dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai
atau tidak dan perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah
ditetapkan, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. Tujuan evaluasi untuk melihat kemampuan klien dalam
mencapai tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap perencanaan. Untuk mempermudah
mengevaluasi atau memantau perkembangan pasien digunakan komponen SOAP adalah sebagai berikut :
S : Data subjektif
Perawat menuliskan keluhan pasien yang masih dirasakan setelah dilakukan tindakan keperawatan.
O : Data objektif
Data berdasarkan hasil pengukuran atau observasi perawat secara langsung kepada pasien dan yang dirasakan
pasien setelah dilakukan tindakan keperawatan.
A : Analisa
Merupakan suatu masalah atau diagnosis keperawatan yang masih terjadi, atau juga dapat dituliskan suatu
masalah/ diagnosis baru yang terjadi akibat perubahan status kesehatan pasien yang telah teridentifikasi datanya
dalam data subjektif dan objektif.
P : Planning
Perencanaan keperawatan yang dilanjutkan, dihentikan, dimodifikasi atau ditambahkan dari rencana tindakan
keperawatan yang telah ditentukan sebelumnya, tindakan yang telah menunjukkan hasil yang memuaskan data
tidak memerlukan tindakan ulang pada umumnya dihentikan.
TERIMAKASI

Anda mungkin juga menyukai