Anda di halaman 1dari 83

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perubahan-perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan

makin meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga

usia lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian itu tampak

pula pada semua sistem muskuloskeletal dan jaringan lain yang ada kaitannya

dengan kemungkinan timbulnya beberapa golongan penyakit terutama

osteoartritis dan osteoporosis.

Osteoporosis merupakan kondisi saat kepadatan tulang berada dalam titik

mengkhawatirkan, sehingga tulang kehilangan kekuatan serta kelenturan. Pada

kondisi ini tulang menyusut dan mudah patah. Tubuh pun bisa membungkuk

karena tulang tak mampu menyangganya dengan baik. Setiap orang harus

memperhatikan asupan nutrisi sesuai kebutuhan. Jika berlebih atau kekurangan

akan berdampak pada proses pembentukan tulang (Setiawati, 2016).

Satu dari empat kasus patah tulang panggul karena osteoporosis

menyebabkan pasien dirawat di tempat perawatan selama jangka panjang dan

tidak bisa berjalan tanpa bantuan. Sementara itu di negara berkembang seperti

Amerika Serikat sekitar 28 juta orang menderita osteoporosis. Dari jumlah

tersebut 80% nya adalah wanita. Begitu pula di Indonesia dalam kurun waktu 11

tahun terakhir osteoporosis menjelma menjadi salah satu penyakit berbahaya

Karena itu kementrian Kesehatan memasukkan osteoporosis dalam kategori

masalah kesehatan serius di tahun 2016.

1
2

Menurut WHO pada tahun 2012 osteoporosis menduduki peringkat kedua

di bawah penyakit jantung sebagai masalah kesehatan utama dunia. Menurut data

Internasional Osteoporosis Foundation lebih dari 30% wanita diseluruh dunia

mengalami resiko seumur hidup untuk patah tulang akibat osteoporosis, bahkan

mendekati 40%, sedangkan pada pria, resikonya berada pada angka 13%.

(Setiawati, 2016).

Secara khusus prevalensi osteoporosis di Indonesia berjumlah 5% pada

usia< 40 tahun, 30% pada usia 40-60 tahun dan 65% pada usia > 61 tahun

(Bachtiar, 2018). Provinsi Jawa Barat menunjukan bahwa diantara 4.683 orang

berusia 15-45 tahun yang diteliti, 0,05% wanita diantaranya sudah mengalami

osteoporosis. Sedangkan dari hasil data yang diperoleh dari Puskesmas Cikalapa

1 Tahun 2018 terdapat 424 pasien osteoporosis dan 128 diantaranya warga

Kelurahan Pasirkareumbi.

Perempuan dewasa memiliki massa tulang yang lebih sedikit daripada

pria dewasa, dan setelah menopause mereka mulai kehilangan tulang lebih cepat

daripada pria. Akibatnya perempuan lebih rentang menderita osteoporosis serius.

Penyebab utama berkurangnya tulang setelah menopause adalah

defesiensi hormone estrogen. Pada osteoporosis, matriks dan mineral tulang

hilang, hingga massa dan kekuatan tulang, dengan peningkatan fraktur (Ganong,

2013).

Osteoporosis sering menimbulkan fraktur kompresi pada vertebra

torakalis. Terdapat penyempitan diskus vertebra, apabila penyebaran berlanjut

keseluruh korpus vertebra akan menimbulkan kompresi vertebra dan terjadi

gibus. Fraktur kolum femur sering terjadi pada usia di atas 60 tahun dan lebih
3

sering pada perempuan, yang disebabkan oleh penuaan dan osteoporosis pasca

menopause.

Fungsi perawatan kesehatan yang perlu dilakukan untuk pencegahan

penyakit osteoporosis pada lansia yaitu pemberian nutrisi yang benar dan

olahraga teratur, pemberian nutrisi yang tidak benar dan olahraga yang kurang

akan menyebabkan menurunnya kemampuan tubuh untuk menyerap kalsium

yang umumnya terjadi pada orang tua sehingga dapat menyebabkan

osteoporosis.

Perawat kesehatan peran membantu dalam mengatasi peningkatan angka

prevalensi dari osteoporosis, perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan

berperan dalam upaya pendidikan dengan memberikan penyuluhan tentang

pengertian osteoporosis, penyebab dan gejala osteoporosis serta pengelolaan

osteoporosis. Berperan juga dalam meningkatkan mutu dan pemerataan

pelayanan kesehatan serta peningkatan pengetahuan, sikap dan praktik pasien

serta keluarganya dalam melaksanakan pengobatan osteoporosis. Peran yang

terakhir adalah peningkatan kerja sama dan system rujukan antar berbagai

tingkat fasilitas pelayanan kesehatan, hal ini akan memberi nilai posistif dalam

upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

Satu hal yang penting dalam fungsi perawatan kesehatan yang perlu

dilakukan untuk pencegahan penyakit osteoporosis pada lansia yaitu pemberian

nutrisi yang benar dan olahraga teratur, pemberian nutrisi yang tidak benar dan

olahraga yang kurang akan menyebabkan menurunnya kemampuan tubuh untuk

menyerap kalsium yang umumnya terjadi pada orang tua sehingga dapat

menyebabkan osteoporosis (Setiawati, 2016).


4

Salah satu aspek yang penting dalam keperawatan adalah keluarga.

Keluarga adalah bagian dari masyarakat yang perannya sangat penting untuk

membentuk kebudayan yang sehat. Dari keluarga inilah pendidikan kepada

individu dimulai dan akan tercipta tatanan masyarakat yang baik, sehingga untuk

membangun suatu kebudayaan maka sebaiknya dimulai dari keluarga. Saat ini

perhatian pada keluarga sudah mulai berkembang berkaitan progam pendidikan

maupun progam pemerintah yang berorientasi pada keluarga (Padila, 2014).

Berkaitan dengan peran keluarga yang bersifat ganda, yakni satu sisi

keluarga berperan sebagai suatu matriks bagi anggotanya, disisi lain keluarga

harus memenuhi tuntutan dan harapan masyarakat. Keluarga mempunya lima

fungsi keluarga yaitu fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi reproduksi, fungsi

ekonomi, dan fungsi perawatan keluarga. Fungsi lain keluarga adalah fungsi

perawatan kesehatan. Selain keluarga menyediakan makanan, pakaian dan

rumah, keluarga juga berfungsi melakukan asuhan kesehatan terhadap

anggotanya baik untuk mencegah terjadinya gangguan maupun merawat anggota

yang sakit. Keluarga juga menentukan kapan anggota keluarga yang mengalami

gangguan kesehatan memerlukan bantuan atau pertolongan tenaga profesional.

Kemampuan ini sangat mempengarui status kesehatan individu dan keluarga

(Padila, 2014).

Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas

dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan, meliputi mengenal

kesehatan keluarga, memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga,

merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan, memodifikasi


5

lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga, memanfaatkan

fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnya bagi keluarga (Suprajitno, 2012).

Perawat memiliki peranan penting dalam memberikan pelayanan

kesehatan kepada masyarakat. Salah satu peran penting seorang perawat adalah

sebagai Educator, dimana pembelajaran merupakan dasar dari osteoporosis yang

berhubungan dengan semua tahap kesehatan dan tingkat pencegahan. Peranan

perawat dalam penanggulangan osteoporosis yaitu perawat dapat memberikan

pendidikan kesehatan pada klien dan keluarga dalam hal pencegahan penyakit,

pemulihan dari penyakit, memberikan informasi yang tepat tentang kesehatan

untuk penderita osteoporosis (Sutrisno, 2015).

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk mengangkat masalah

tersebut dalam suatu karya tulis ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan

Kebutuhan Rasa Nyaman Nyeri Pada Ny. M Dengan Osteoporosis di

Kampung Sidodadi Kelurahan Pasirkareumbi Wilayah Kerja Puskesmas

Cikalapa Kecamatan Subang Kabupaten Subang”

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk memperoleh pengetahuan dan gambaran secara nyata dalam

melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan osteoporosis secara

komprehensif meliputi aspek bio-psiko-sosial dan spiritual melalui

pendekatan proses keperawatan.


6

2. Tujuan Khusus

Setelah melakukan asuhan keperawatan pada klien diharapkan

mampu :

a. Mampu melaksanakan pengkajian keperawatan kebutuhan rasa nyaman

nyeri pada pasien osteoporosis

b. Mampu menegakan diagnosa keperawatan kebutuhan rasa nyaman nyeri

pada pasien osteoporosis

c. Mampu menyusun rencana asuhan keperawatan kebutuhan rasa nyaman

nyeri pada pasien osteoporosis

d. Mampu melakukan asuhan keperawatan kebutuhan rasa nyaman nyeri

pada pasien osteoporosis

e. Mampu melakukan evaluasi asuhan keperawatan kebutuhan rasa

nyaman nyeri pada pasien osteoporosis

C. Metode Telaahan

Karya tulis menggunakan metode deskriptif yang berupa study kasus

untuk mendapatkan gambaran yang lebih nyata terhadap masalah yang

berlangsung sekarang melalui proses keperawatan pada klien dengan

osteoporosis.

Dalam pengumpulan data penulis menggunakan beberapa tekhnik antara

lain : pengamatan, wawancara, pemeriksaan fisik, dokumentasi atau catatan

perawat, partisipasi dan lain-lain.


7

1. Pengamatan / Observasi

Penulis melihat secara langsung dan mencatat segalah masalah dengan cara

pemeriksaan fisik.

2. Wawancara

Dengan mengadakan komunikasi lisan secara langsung terhadap klien,

keluarga dan tim kesehatan.

3. Studi Kepustakaan

Penulis membaca dan mempelajari buku-buku masalah yang ada untuk

mendapatkan teori-teori yang berhubungan dengan klien.

4. Partisipasi Aktif

Penulis langsung melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan

osteoporosis.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis

a. Penulis

Penelitian ini dapat menambah wawasan dalam memberikan asuhan

keperawatan keluarga dengan osteoporosis, serta meningkatkan

kemampuan berpikir kritis, bijaksana dalam menghadapi kehidupan di

masyarakat

b. Pendidikan

Manfaat penulisan ini dimaksudkan dapat memberikan kontribusi

laporan kasus bagi pengembangan praktik keperawatan keluarga dan

pemecahan masalah dibidang keperawatan pada pasien osteoporosis.


8

c. Puskesmas

Sebagai bahan pertimbangan oleh pihak Puskesmas untuk membuat

kebijakan dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan asuhan

keperawatan pada pasien osteoporosis.

d. Masyarakat

Dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang penyakit

osteoporosis, serta meningkatkan kemampuan masyarakat untuk

mengenal, mengerti dan mengetahui cara penyelesaian masalah

kesehatan yang ada.

2. Manfaat Teoritis

Mendapat pengetahuan baru, sehingga mampu untuk melaksanakan

pencegahan di rumah untuk menghindari terjadi osteoporosis serta

melaksanakan perawatannya akibat gangguan sistem muskuloskeletal.


BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Keluarga

1. Pengertian Keluarga

Adalah unit terkecil dari masayarakat yang terdiri atas kepala

keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di

bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Setiadi, 2015).

Keluarga adalah dua atau tiga individu yang tergabung karena

hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka

hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan di dalam

peranannya masing-masing, menciptakan serta mempertahankan

kebudayaan (Bailon dan Maglaya dalam Setiadi, 2015).

Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan

perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan

mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik,

mental, emosional dan social diri tiap anggota keluarga (Duval dalam

Setiadi, 2015).

Dari tiga difinisi diatas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa

keluarga adalah :

a. Unit terkecil dari masyarakat.

b. Terdiri atas dua orang atau lebih.

c. Adanya ikatan perkawinan dan pertalian darah.

9
10

d. Hidup dalam satu rumah tangga.

e. Di bawah asuhan seseorang kepala rumah tangga.

f. Berinteraksi diantara sesama anggota keluarga.

g. Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing.

h. Menciptakan, mempertahankan suatu kebudayaan.

2. Tipe Keluarga

Menurut Setyowati (2017) tipe keluarga dibagi menjadi dua macam

yaitu :

a. Tipe Keluarga Tradisional

1) Keluarga Inti (Nuclear Family) , adalah keluarga yang terdiri dari

ayah, ibu dan anak-anak.

2) Keluarga Besar (Exstended Family), adalah keluarga inti di tambah

dengan sanak saudara, misalnya nenek, keponakan, saudara

sepupu, paman, bibi dan sebagainya.

3) Keluarga “Dyad” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami

dan istri tanpa anak.

4) “Single Parent” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu

orang tua (ayah/ibu) dengan anak (kandung/angkat). Kondisi ini

dapat disebabkan oleh perceraian atau kematian.

5) “Single Adult” yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri

seorang dewasa (misalnya seorang yang telah dewasa kemudian

tinggal kost untuk bekerja atau kuliah)


11

b. Tipe Keluarga Non Tradisional

1) The Unmarriedteenege mather.

Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak

dari hubungan tanpa nikah.

2) The Stepparent Family.

Keluarga dengan orang tua tiri.

3) Commune Family.

Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada

hubungan saudara hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan

fasilitas yang sama, pengalaman yang sama : sosialisasi anak

dengan melelui aktivitas kelompok atau membesarkan anak

bersama.

4) The Non Marital Heterosexual Conhibitang Family.

Keluarga yang hidup bersama dan berganti – ganti pasangan tanpa

melelui pernikahan.

5) Gay And Lesbian Family.

Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama

sebagaimana suami-istri (marital partners).

6) Cohibiting Couple.

Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan

karena beberapa alas an tertentu.

7) Group-Marriage Family.

Beberapa orang dewasa menggunakan alat-alat rumah tangga

bersama yang saling merasa sudah menikah, berbagi sesuatu

termasuk sexual dan membesarkan anaknya.


12

8) Group Network Family.

Keluarga inti yang dibatasi aturan atau nilai-nilai, hidup bersama

atau berdekatan satu sama lainnya dan saling menggunakan

barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan dan tanggung

jawab membesarkan anaknya.

9) Foster Family.

Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga atau

saudara didalam waktu sementara, pada saat orang tua anak

tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali

keluarga yang aslinya.

10) Homeless Family.

Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang

permanent karena krisis personal yang dihubungkan dengan

keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental.

11) Gang.

Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang- orang muda

yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai

perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan criminal dalam

kehidupannya.

3. Struktur Keluarga

Menurut Setiadi (2015), struktur keluarga terdiri dari bermacam-

macam, diantarannya adalah :


13

a. Patrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara

sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui

jalur garis ayah.

b. Matrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara

sedarah dalam beberapa generasi di mana hubungan itu disusun melalui

jalur garis ibu.

c. Matrilokal : adalah sepasang suami istri yang tingga bersama keluarga

sedarah istri.

d. Patrilokal : adalah sepasang suami istri yang tingga bersama keluarga

sedarah suami.

e. Keluarga kawinan : adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi

pembina keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian

keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.

4. Fungsi Keluarga

Menurut Setiadi (2015) fungsi keluarga adalah beberapa fungsi yang

dapat dijalankan keluarga sebagai berikut :

a. Fungsi Biologis

1) Untuk meneruskan keturunan.

2) Memelihara dan membesarkan anak.

3) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga

4) Memelihara dan merawat anggota keluarga

b. Fungsi Psikologis

1) Memberikan kasih sayang dan rasa aman.


14

2) Memberikan perhatian diantara anggota keluarga.

3) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga.

4) Memberikan identitas keluarga.

c. Fungsi sosialisasi

1) Membina sosial pada anak.

2) Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat

perkembangan anak.

3) Menaruh nilai-nilai budaya keluarga.

d. Fungsi Ekonomi

1) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi

kebutuhankeluarga.

2) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi

kebutuhan keluarga.

3) Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di

masa yang akan datang, misalnya pendidikan anak-anak, jaminan

hari tua dan sebagainya.

e. Fungsi pendidikan

1) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan,

ketrampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat

dan minat yang dimiliki.

2) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang

dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.

3) Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.


15

5. Tugas Kesehatan

Tugas Kesehatan menurut pendapat Friedman dalam (Murwani,

2017) yaitu :

a. Mengenal masalah kesehatan.

b. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.

c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.

d. Mempertahankan/menciptakan suasana rumah sehat.

e. Mempertahankan hubungan dengan menggunakan fasilitas kesehatan

masyarakat.

6. Peran Keluarga

Menurut Setiadi (2015), peranan keluarga menggambarkan

seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan

individu dalam posisi dan situasi tertentu. Berbagai peranan yang terdapat di

dalam keluarga adalah sebagai berikut :

a. Peranan ayah : ayah sebagai suami dan istri dan anak-anak, berperan

sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman,

sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta

sebagai anggota masyarakat dari lingkunmgan.

b. Peranan ibu : sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai

peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik

anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan

sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya,


16

disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan

dalam keluarga.

c. Peranan anak : anak- anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai

dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan

spriritual.

7. Peran Perawat memberikan Asuhan Keperawatan Kesehatan Keluarga.

Menurut Setiadi (2015), memberikan asuhan keperawatan kesehatan

keluarga ada beberapa peranan yang dapat dilakukan oleh perawat antara

lain :

a. Pemberian Asuhan Keperwatan kepada anggota keluarga.

b. Pengenal/pengamat masalah dan kebutuhan kesehatan keluarga.

c. Koordinator pelayanan kesehatan dan perawatan kesehatan keluarga.

d. Fasilitator menjadikan pelayanan kesehatan itu mudah dijangkau.

e. Pendidikan kesehatan, perawat dapat berperan sebagai pendidikan

untuk merubah perilaku keluarga dari perilaku tidak sehat.

f. Penyulun dan konsultan, perawat dapat berperan memberikan petunjuk

tentang Asuhan Keperawatan dasar terhadap keluarga disamping

menjadi penasehat dalam mengatasi masalah-masalah perawatan

keluarga.
17

B. Konsep Dasar Penyakit

1. Pengertian Osteoporosis

Osteoporosis adalah suatu kondisi berkurangnya massa tulang secara

nyata yang berakibat pada rendahnya kepadatan tulang, sehingga tulang

menjadi keropos dan rapuh. “Osto” berarti tulang, sedangkan “porosis”

berarti keropos. Tulang yang mudah patah akibat Osteoporosis adalah tulang

belakang, tulang paha, dan tulang pergelangan tangan (Purwoastuti, 2015) .

Osteoporosis yang dikenal dengan keropos tulang menurut WHO

adalah penyakit skeletal sistemik dengan karakteristik massa tulang yang

rendah dan perubahan mikroarsitektur dari jaringan tulang dengan akibat

meningkatnya fragilitas tulang dan meningkatnya kerentanan terhadap tulang

patah. Osteoporosis adalah kelainan dimana terjadi penurunan massa tulang

total (Ningsih, 2014).

Osteoporosis adalah kelainan di mana terjadi penurunan massa tulang

total. Terdapat perubahan pergantian tulang homeostasis normal, kecepatan

resorpsi tulang lebih besar dari kecepatan pembentukan tulang,

pengakibatkan penurunan masa tulang total. Tulang secara progresif menjadi

porus, rapuh dan mudah patah; tulang menjadi mudah fraktur dengan stres

yang tidak akan menimbulkan pengaruh pada tulang normal (Brunner &

Suddarth, 2013).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat dissimpulkan bahwa

osteoporosis adalah kondisi saat kepadatan tulang berada dalam titik

mengkhawatirkan, sehingga tulang kehilangan kekuatan serta kelenturan.

Pada kondisi ini tulang menyusut dan mudah patah. Tubuh pun bisa

membungkuk karena tulang tak mampu menyangganya dengan baik.


18

2. Klasifikasi Osteoporosis

Klasifikasi osteoporosis dibagi ke dalam dua kelompok yaitu

osteoporosis primer dan osteoporosis sekunder. Osteoporosis primer terdapat

pada wanita post menopause (postmenopause osteoporosis) dan pada laki-

laki lanjut usia (senile osteoporosis). Penyebab osteoporosis belum diketahui

dengan pasti. Sedangkan osteoporosis sekunder disebabkan oleh penyakit

yang berhubungan dengan Kelainan endokrin misalnya Chusing’s disease,

hipertiriodisme, hiperparatiriodisme, hipogonadisme, kelainan hepar, gagal

ginjal kronis, kurang gerak, kebiasaan minum alcohol, pemakaian obat-

obatan/kortikosteroid, kelebihan kafein, dan merokok (Ningsih, 2014).

Djuwantoro (2016) membagi osteoporosis menjadi osteoporosis

postmenopause (Tipe I), Osteoporosis involutional (Tipe II), osteoporosis

idiopatik, osteoporosis juvenil dan osteoporosis sekunder.

a. Osteoporosis Postmenopause (Tipe I)

Merupakan bentuk yang paling sering ditemukan pada wanita kulit putih

dan Asia. Bentuk osteoporosis ini disebabkan oleh percepatan resopsi

tulang yang berlebihan dan lama setelah penurunan sekresi hormon

estrogen pada masa menopause.

b. Osteoporosis Involutional (Tipe II)

Terjadi pada usia diatas 75 tahun pada perempuan maupun laki-laki.

Tipe ini diakibatkan oleh ketidakseimbangan yang samar dan lama

antara kecepatan resorpsi tulang dengan kecepatan pembentukan tulang.


19

c. Osteoporosis Idiopatik

Adalah tipe osteoporosis primer yang jarang terjadi pada wanita

premenopouse dan pada laki-laki yang berusi di bawah 75 tahun. Tipe

ini tidak berkaitan dengan penyebab sekunder atau faktor resiko yang

mempermudah timbulnya penurunan densitas tulang.

d. Osteoporosis Juvenil

Merupakan bentuk yang paling jarang terjadi dan bentuk osteoporosis

yang terjadi pada anak-anak prepubertas.

e. Osteoporosis Sekunder.

Penurunan densitas tulang yang cukup berat untuk menyebabkan fraktur

atraumatik akibat faktor ekstrinsik seperti kelebihan kortikosteroid,

atraumatik reumatoid, kelainan hati/ ginjal kronis, sindrom malabsorbsi,

mastisitosis sistemik, hipertiriodisme , varian status hipogonade dan

lain-lain.

3. Etiologi Osteoporosis

Osteoporosis postmenopouse terjadi karena kekurangan estrogen

(hormon utama pada wanita), yang membantu mengatur pengangkutan

kalsium ke dalam tulang pada wanita. Biasanya gejala timbul pada wanita

yang berusia diantara 51-75 tahun, tetapi bisa mulai muncul lebih cepat

ataupun lebih lambat. Tidak semua wanita memiliki resiko yang sama untuk

menderita osteoporosis postmenopouse, pada wanita kulit putih dan daerah


20

timur lebih mudah menderita penyakit ini daripada wanita kulit hitam

(Ningsih, 2014).

Osteoporosis senilis kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan

kasium yang berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan diantara

kecepatan hancurnya tulang dan pembentukan tulang yang baru. Senilis

yaitu keadaan penurunan masa tulang yang hanya terjadi pada usia lanjut.

Penyakit ini biasanya terjadi pada usia diatas 70 tahun dan dua kali lebih

sering menyerang wanita. Wanita sering kali menderita osteoporosis senilis

dan postmenopouse (Ningsih, 2014).

Kurang dari lima persen penderita osteoporosis juga mengalami

osteoporosis sekunder, yang disebabkan oleh keadaan medis lainnya atau

oleh obet-obatan. Penyakit ini bisa disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan

kelainan hormonal (terutama tiroid, paratiroid, dan adrenal) dan obat- obatan

(misalnya kortikosteroid, barbiturat, anti-kejang, hormon tiroid yang

berlebihan). Pemakaian alkohol yang berlebihan dan kebiasaan merokok bisa

memperburuk keadaan ini (Ningsih, 2014).

Osteoporosis juvenil idiopatik merupakan jenis osteoporosis yang

penyebabnya tidak diketahui. Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa

yang normal dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang

(Ningsih, 2014).

Faktor genetik juga berpengaruh terhadap timbulnya osteoporosis.

Pada seseorang dengan tulang yang kecil akan lebih mudah mendapat risiko

fraktur daripada seseorang dengan tulang yang besar. Sampai saat ini tidak
21

ada ukuran universal yang dapat dipakai sebagai ukuran tulang normal.

Setiap individu memiliki ketentuan normal sesuai dengan sifat genetiknya

beban mekanis dan besar badannya. Apabila individu dengan tulang besar,

kemudian terjadi proses penurunan massa tulang (osteoporosis) sehubungan

dengan lanjutnya usia, maka individu tersebut relatif masih mempunyai

tulang lebih banyak daripada individu yang mempunyai tulang kecil pada

usia yang sama (Ningsih, 2014).

4. Patofisiologi Osteoporosis

Genetik, nutrisi, gaya hidup (misal merokok, konsumsi kafein, dan

alkohol), dan aktivitas mempengaruhi puncak massa tulang. Kehilangan

masa tulang mulai terjadi setelah tercaipainya puncak massa tulang. Pada

pria massa tulang lebih besar dan tidak mengalami perubahan hormonal

mendadak. Sedangkan pada perempuan, hilangnya estrogen pada saat

menopouse dan pada ooforektomi mengakibatkan percepatan resorpsi

tulang dan berlangsung terus selama tahun-tahun pasca menopouse (Ningsih,

2014).

Diet kalsium dan vitamin D yang sesuai harus mencukupi untuk

mempertahankan remodelling tulang selama bertahun-tahun mengakibatkan

pengurangan massa tulang dan fungsi tubuh. Asupan kasium dan vitamin D

yang tidak mencukupi selama bertahun-tahun mengakibatkan pengurangan

massa tulang dan pertumbuhan osteoporosis. Asupan harian kalsium yang

dianjurkan (RDA : Recommended Daily Allowance) meningkat pada usia 11


22

– 24 tahun (adolsen dan dewasa muda) hingga 1200 mg per hari, untuk

memaksimalakan puncak massa tulang. RDA untuk orang dewasa tetap 800

mg, tetapi pada perempuan pasca menoupose 1000-1500 mg per hari.

Sedangkan pada lansia dianjurkan mengkonsumsi kalsium dalam jumlah

tidak terbatas. Karena penyerapan kalsium kurang efisisien dan cepat

diekskresikan melalui ginjal (Smeltzer, 2012).

Demikian pula, bahan katabolik endogen (diproduksi oleh tubuh) dan

eksogen dapat menyebabkan osteoporosis. Penggunaan kortikosteroid yang

lama, sindron Cushing, hipertiriodisme dan hiperparatiriodisme

menyebabkan kehilangan massa tulang. Obat- obatan seperti isoniazid,

heparin tetrasiklin, antasida yang mengandung alumunium, furosemid,

antikonvulsan, kortikosteroid dan suplemen tiroid mempengaruhi

penggunaan tubuh dan metabolisme kalsium.

Imobilitas juga mempengaruhi terjadinya osteoporosis. Ketika

diimobilisasi dengan gips, paralisis atau inaktivitas umum, tulang akan

diresorpsi lebih cepat dari pembentukannya sehingga terjadi osteoporosis.

5. Manifestasi Klinis Osteoporosis

Kepadatan tulang berkurang secara perlahan, sehingga pada awalnya

osteoporosis tidak menimbulkan gejala pada beberapa penderita. Jika

kepadatan tulang sangat berkurang yang menyebabkan tulang menjadi

kolaps atau hancur, maka akan timbul nyeri tulang dan kelainan bentuk.

Tulang-tulang yang terutama terpengaruh pada osteoporosis adalah radius


23

distal, korpus vertebra terutama mengenai T8-L4, dan kollum femoris

(Ningsih, 2014).

Kolaps tulang belakang menyebabkan nyeri punggung menahun.

Tulang belakang yang rapuh bisa mengalami kolaps secara spontan atau

karena cedera ringan. Biasanya nyeri timbul secara tiba-tiba dan dirasakan di

daerah tertentu dari pungung yang akan bertambah nyeri jika penderita

berdiri atau berjalan. Jika disentuh, daerah tersebut akan terasa sakit, tetapi

biasanya rasa sakit ini akan menghilang secara bertahap setelah beberapa

minggu atau beberapa bulan. Jika beberapa tulang belakang hancur, maka

akan terbentuk kelengkungan yang abnormal dari tulang belakang (punuk),

yang menyebabkan terjadinya ketegangan otot dan rasa sakit (Ningsih,

2014).

Tulang lainnya bisa patah, yang sering kali disebabkan oleh tekanan

yang ringan atau karena jatuh. Salah satu patah tulang yang paling serius

adalah patah tulang panggul. Selain itu , yang juga sering terjadi adalah

patah tulang lengan (radius) di daerah persambungannya dengan

pergelangan tangan, yang disebut fraktur Colles. Pada penderita

osteoporosis, patah tulang cenderung mengalami penyembuhan secara

perlahan (Ningsih, 2014).

6. Penatalaksanaan Osteoporosis

Pengobatan osteoporosis yang telah lama digunakan yaitu terapi

medis yang lebih menekankan pada pengurangan atau meredakan rasa sakit
24

akibat patah tualng. Selain itu, juga dilakukan terapi hormone pengganti

(THP) atau hormone replacement therapy (HRT) yaitu menggunakan

estrogen dan progresteron. Terapi lainnya yaitu terapi non hormonal antara

lain suplemen kalsium dan vitamin D.

a. Terapi Medis.

Sebenarnya belum ada terapi yang secara khusus dapat

mengembalikan efek dari osteoporosis. Hal yang dapat dilakukan adalah

upaya-upaya untuk menekan atau memperlambat menurunnya massa

tulang serta mengurangi rasa sakit.

Pada tahap awal setelah terjadinya patah tulang, biasanya

diperlukan obat pereda sakit yang kuat, seperti turunan morfin. Namun,

obat tersebut memberikan efek samping seperti mengantuk, sembelit dan

linglung. Bagi yang mengalami rasa sakit yang sangat dan tidak dapat

diredakan dengan obat pereda sakit, dapat diberikan suntikan hormone

kalsitonin.

Bila rasa sakit mulai mereda, tablet pereda rasa sakit seperti

paracetamol atau codein ataupun kombinasi keduanya seperti co-

dydramol, co-codramol, atau co-proxamol bagi banyak pasien cukup

memadai untuk menghilangkan rasa sakit sehingga pasien dapat

melakukan aktivitas sehari-hari.

b. Terapi Hormone pada Wanita

Osteoporosis memang tidak dapat disembuhkan, semua upaya

pengobatan hanya dimaksudkan untuk mencegah kehilangan massa


25

tulang yang lebih besar. Namun, demikian, pengobatan masih perlu

dilakukan pada kasus osteoporosis berat untuk mencegah terjadinya

patah tulang. Obat-obat untuk mencegah penurunan massa tulang

biasanya bekerja lambat dan efeknya kurang terasa sehingga banyak

pasien penderita osteoporosis merasa putus asa dan menghentikan

pengobatan. Hal tersebut sangat tidak baik karena pengobatan jangka

panjang diperlukan untuk dapat secara maksimal menekan laju

penurunan massa tulang dan patah tulang.

Terapi hormone pada wanita diberikan pada masa pramenopause.

Lamanya pemberian terapi hormone sulit ditentukan. Yang jelas jika

ingin terhindar dari osteoporosis, terapi hormone dapat terus dilakukan.

Sebagian dokter menganjurkan untuk dilakukan terapi hormone seumur

hidup semenjak menopause pada wanita yang mengalami osteoporosis.

Namun, sebagian juga berpendapat bahwa penggunaan terapi hormone

sebaiknya dihentikan setelah penggunaan selama 5-10 tahun untuk

menghindari kemungkinan terjadinya kanker.

1) Hormone Replacement Theraphy (HRT)

Hormone Replacement Theraphy (HRT) atau terapi hormone

pengganti (THP) menggunakan hormone estrogen atau kombinasi

estrogen dan progesterone. Hormone-hormon tersebut sebenarnya

secara alamiah diproduksi oleh indung telur, tetapi produksinya

semakin menurun selama menopause sehingga perlu dilakukan

HRT.
26

Penggunaan estrogen memang efektif dalam upaya

pengobatan dan pencegahan osteoporosis. Namun, tidak terlepas

dari kemungkinan terjadinya efek samping berupa munculnya

kanker endometrium (dinding rahim). Dengan adanya hormone

tersebut akan merangsang pertumbuhan sel-sel di dinding rahim

yang apabila pertumbuhannya terlalu pesat dapat berkembang

menjadi kanker ganas. Oleh karena itu, penggunaan estrogen

biasanya dikombinasikan dengan progesterone untuk mengurangi

resiko tersebut.

Efek lain yang juga dapat timbul dalam pemberian terapi

hormone, diantaranya adalah pembesaran payudara, kembung,

retensi cairan, mual, muntah, sakit kepala, gangguan pencernaan,

dan gangguan emosi. Namun, demikian, efek tersebut biasanya

hanya terjadi pada awal terapi dan kondisi berangsur membaik

dengan sendirinya. Dapat juga dilakukan pemberian hormone

estrogen dan progesterone secara bertahap, dosis kecil diberikan

pada awal terapi dilihat dulu reaksinya terhadap tubuh. Bila dosis

dapat diterima tubuh, dosis kemudian dinaikkan secara bertahap.

2) Kalsitonin.

Selain hormone estrogen dan progesterone, hormone lain

yang biasa digunakan dalam pencegahan dan pengobatan

osteoporosis adalah kalsitonin. Kalsitonin turut menjaga kestabilan


27

struktur tulang dengan mengaktifkan kerja sel osteoblast dan

menekan kinerja sel osteoclast.

Kalsitonin juga berperan dalam mengurangi rasa sakit yang

mungkin timbul pada keadaan patah tulang. Hormone ini secara

normal dihasilkan oleh kelenjar tiroid yang memiliki sifat

meredakan rasa sakit yang cukup ampuh. Kalsitonin biasanya

diberikan dalam bentuk suntikan yang diberikan setiap hari atau dua

hari sekali selama dua atau tiga minggu. Hormone ini juga dapat

menimbulkan efek samping berupa rasa mual dan muka merah,

mungkin pula terjadi muntah dan diare serta rasa sakit pada bekas

suntikan.

3) Testosterone

Testosterone adalah hormone yang biasa dihasilkan oleh

tubuh pria. Penggunaan hormone testosterone pada wanita dengan

osteoporosis pasca menopause mampu menghambat kehilangan

massa tulang. Namun, dapat muncul efek maskulinasi seperti

penambahan rambut secara berlebihan di dada, kaki, tangan,

timbulnya jerawat dimuka dan pembesaran suara seperti yang biasa

terjadi pada pria.

c. Terapi Non-Hormonal

Terapi hormone selama ini memang dianggap sebagai jalan yang

paling baik untuk mengobati osteoporosis. Namun, karena banyaknya

efek samping yang dapat ditimbulkan dan tidak dapat diterapkan pada
28

semua pasien osteoporosis, maka sekarang mulai dikembangkan terapi

non-hormonal.

1) Bisfosfonat

Bisfosfonat merupakan golongan obat sintetis yang saat ini

sangat dikenal dalam pengobatan osteoporosis non-hormonal. Efek

utama dari obat ini adalah menonaktifkan sel-sel penghancur tulang

(osteoclast) sehingga penurunan massa tulang dapat dihindari. Obat-

obat yang termasuk golongan bisfosfonat adalah etidronat dan

alendronat.

2) Etidronat.

Etidronat adalah obat golongan bisfosfonat pertama yang

biasa digunakan dalam pengobatan osteoporosis. Obat ini diberikan

dalam bentuk tablet dengan dosis satu kali sehari selama dua

minggu. Penggunaan obat ini harus dikombinasikan dengan

konsumsi suplemen kalsium. Namun, perlu diperhatikan agar

konsumsi suplemen kalsium harus dihindari dalam waktu dua jam

sebelum dan sesudah mengkonsumsi etidronat karena dapat

mengganggu penyerapannya. Kadang kala konsumsi etidronat

memberikan efek samping,tetapi relative kecil. Misalnya timbul

mual, diare, ruam kulit dan lain-lain.

3) Alendronat

Alendornat mempunyai fungsi dan peran yang serupa dengan

etidronat, perbedaannya adalah pada penggunaannya tidak perlu


29

dikombinasikan dengan konsumsi suplemen kalsium, tetapi bila

asupan kalsium masih rendah, pemberian kalsium tetap dianjurkan.

Efek samping yang mungkin ditimbulkan pada konsumsi alendronat

adalah timbulnya diare, rasa sakit dan kembung pada perut, serta

gangguan pada tenggorokan.

d. Terapi Alamiah

Terapi alamiah adalah terapi yang diterapkan untuk mengobati

osteoporosis tanpa menggunakan obat-obatan atau hormone. Terapi ini

berhubungan dengan gaya hidup dan pola konsumsi. Beberapa

pencegahan yang dapat diberikan yaitu dengan berolahraga secara

teratur, hindari merokok, hindari minuman beralkohol dan menjaga pola

makan yang baik.

7. Pemeriksaan Diagnostik

Sebenarnya langkah terbaik dalam penanganan osteoporosis adalah

pencegahan karena bila sudah terkena susah, bahkan tidak dapat dipulihkan.

Seyogyanya, sedini mungkin dilakukan diagnosis untuk mendeteksi keadaan

massa tulang sebelum terjadi akibat yang lebih fatal seperti terjadinya patah

tulang. Penilaian langsung tulang untuk mengetahui ada tidaknya

osteoporosis dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu sebagai berikut :

a. Pemeriksaan radiologic

b. Pemeriksaan radioisotope

c. Pemeriksaan Quantitative

d. Magnetic resonance imaging (MRI)


30

e. Quantitative Ultra Sound (QUS)

f. Densitometer (X-ray absorptiometry)

g. Tes darah dan urine

C. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar

Kenyamanan atau rasa nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya

kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan

yang meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan (kebutuhan telah

terpenuhi), dan transenden (keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah dan

nyeri). Menurut Wahyudi & Wahid (2016) kenyamanan harus dipandang secara

holistik yang mencakup empat aspek yaitu:

1. Fisik, berhubungan dengan sensasi tubuh.

2. Sosial, berhubungan dengan hubungan interpersonal, keluarga, dan sosial.

3. Psikososial, berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam diri sendiri

yang meliputi harga diri, seksualitas, dan makna kehidupan.

4. Lingkungan, berhubungan dengan latar belakang pengalaman eksternal

manusia seperti cahaya, bunyi, temperatur, warna, dan unsur alamiah

lainnya.

Dalam meningkatkan kebutuhan rasa nyaman diartikan perawat lebih

memberikan kekuatan, harapan, dorongan, hiburan, dukungan dan bantuan.

Secara umum dalam aplikasinya pemenuhan kebutuhan rasa nyaman adalah

kebutuhan rasa nyaman bebas dari rasa nyeri, dan hipo/hipertermia. Hal ini

disebabkan karena kondisi nyeri dan hipo/hipertermia merupakan kondisi yang


31

mempengaruhi perasaan tidak nyaman pasien yang ditunjukkan dengan

timbulnya gejala dan tanda pada pasien (Wahyudi & Wahid, 2016).

1. Gangguan Rasa Nyaman

a. Definsi gangguan rasa nyaman

Gangguan rasa nyaman adalah perasaan kurang senang, lega dan

sempurna dalam dimensi fisik, psikospiritual, lingkungan dan emosional

(SDKI PPNI, 2016).

b. Penyebab gangguan rasa nyaman:

1) Gejala penyakit

2) Kurang pengendalian situasional/lingkungan

3) Ketidakadekuatan sumber daya

4) Kurangnya privasi

5) Gangguan stimulus lingkungan

6) Efek samping terapi (misal medikasi, radiasi dan kemoterapi)

c. Gejala dan tanda mayor

Subjektif : Mengeluh tidak nyaman

Objektif : Gelisah

d. Gejala dan tanda minor

Subjektif:

1) Mengeluh sulit tidur dan mengeluh lelah

2) Tidak mampu rileks

3) Mengeluh kedinginan/kepanasan

4) Merasa gatal
32

5) Mengeluh mual

Objektif:

1) Menunjukkan gejala distres

2) Tampak merintih/menangis

3) Pola eleminasi berubah

4) Postur tubuh berubah

5) Iritabilitas

e. Kondisi klinis terkait:

1) Penyakit kronis dan Keganasan

2) Distres psikologis, Kehamilan (SDKI PPNI, 2016).

2. Gangguan Rasa Nyaman Nyeri

a. Pengertian nyeri

Nyeri adalah pengalaman sensori dan pengalaman emosional

yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang

aktual atau potensial yang dirasakan dalam kejadian dimana terjadi

kerusakan jaringan tubuh (Wahyudi & Wahid, 2016).

Nyeri adalah pengalaman sensori atau emosional yang berkaitan

dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset

mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang

berlangsung kurang dari 3 bulan (SDKI PPNI, 2016).

Berdasarkan beberapa definisi tersebut, dapat ditarik kesimpulan

nyeri merupakan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan,


33

presepsi nyeri seseorang sangat ditentukan oleh pengalaman dan status

emosionalnya. Presepsi nyeri bersifat sangat pribadi dan subjektif. Oleh

karena itu, suatu rangsang yang sama dapat dirasakan berbeda oleh dua

orang yang berbeda bahkan suatu rangsang yang sama dapat dirasakan

berbeda oleh satu orang karena keadaan emosionalnya yang berbeda.

b. Fisiologi Nyeri

Terdapat tiga komponen fisiologis dalam nyeri yaitu resepsi,

presepsi, dan relaksi. Stimulus penghasil nyeri mengirimkan impuls

melalui serabut saraf perifer. Serabut nyeri memasuki medula spinalis

dan menjalani salah satu dari beberapa rute saraf dan akhirnya sampai di

dalam masa berwarna abu-abu di medula spinalis. Terdapat pesan nyeri

dapat berinteraksi dengan sel-sel saraf inhibitor, mencegah stimulus

nyeri sehingga tidak mencapai otak atau ditransmisi tanpa hambatan ke

korteks serebral, maka otak menginterpretasi kualitas nyeri dan

memproses informasi tentang pengalaman dan pengetahuan yang

dimiliki serta asosiasi kebudayaan dalam upaya mempersiapkan nyeri

(Wahyudi & Wahid, 2016).

c. Klasifikasi Nyeri

Menurut SDKI PPNI (2016) nyeri dapat diklasifikasikan menjadi

nyeri akut dan nyeri kronis.


34

Tabel 2.1
Klasifikasi Nyeri
Nyeri Akut Nyeri Kronis Nyeri Akut Nyeri Kronis
Nyeri akut adalah pengalaman Nyeri kronis adalah pengalaman
sensorik atau emosional yang sensorik atau emosional yang berkaitan
berkaitan dengan kerusakan dengan kerusakan jaringan aktual atau
jaringan aktual atau fungsional, fungsional, dengan onset mendadak atau
dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga
lambat dan berintensitas ringan berat dan konstan, yang berlangsung
hingga berat yang berlangsung lebih dari 3 bulan.
kurang dari kurang 3 bulan.
Penyebab nyeri akut antara lain: Penyebab nyeri kronis antara lain:
1. Agen pencedera fisiologis (mis: 1. Kondisi muskuloskeletal kronis
inflamasi, iskemia, meoplasma) 2. Kerusakan sistem saraf
2. Agen pencedera kimiawi (mis: 3. Penekanan saraf
terbakar, bahan kimia iritan) 4. Infiltrasi tumor
3. Agen pencedera fisik (mis: 5. Ketidakseimbangan neuromedulator,
abses, amputasi, terbakar, dan reseptor
terpotong, mengangkat berat, 6. Gangguan imunitas (mis: neuropati
prosedur operasi, trauma, terkait HIV, virus vericella-zoster)
latihan fisik berlebihan) 7. Gangguan fungsi metabolik
8. Riwayat posisi kerja statis
9. Peningkatan indeks massa tubuh
10. Kondisi pasca trauma
11. Tekanan emosional
12. Riwayat penganiayaan (mis: fisik,
psikologis, seksual)
13. Riwayat penyalahgunaan obat/za
Sumber: SDKI PPNI (2016).
35

d. Penanganan Nyeri

1) Penanganan Nyeri Farmakologis

a) Analgesik narkotik

Analgesik narkotik terdiri dari berbagai derivate opium seperti

morfin dan kodein. Narkotik dapat memberikan efek penurunan

nyeri dan kegembiraan karena obat ini mengaktifkan penekan

nyeri endogen pada susunan saraf pusat. Namun penggunaan

obat ini menimbulkan efek menekan pusat pernapasan di

medulla batang otak sehingga perlu pengkajian secara teratur

terhadap perubahan dalam status pernapasan jika menggunakan

analgesik jenis ini (Wahyudi & Wahid, 2016).

b) Analgesik non narkotik

Analgesik non narkotik seperti aspirin, asetaminofen, dan

ibuprofen selain memiliki efek anti nyeri juga memiliki efek anti

inflamasi dan anti piretik. Obat golongan ini menyebabkan

penurunan nyeri dengan menghambat produksi prostalglandin

dari jaringan yang mengalami atau inflamasi. Efek samping

yang paling umum terjadi adalah gangguan pencernaan seperti

adanya ulkus gaster dan perdarahan gaster (Wahyudi & Wahid,

2016).

2) Penanganan nyeri non farmakologis

a) Distraksi

Distraksi adalah memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu

selain nyeri, atau dapat diartikan lain bahwa distraksi adalah

suatu tindakan pengalihan perhatian pasien ke hal-hal di luar


36

nyeri. Dengan demikian, diharapkan pasien tidak terfokus pada

nyeri lagi dan dapat menurunkan kewaspadaan pasien terhadap

nyeri bahkan meningkatkan toleransi terhadap nyeri.

Distraksi diduga dapat menurunkan presepsi nyeri dengan

menstimulasi sistem kontrol desenden, yang mengakibatkan

lebih sedikit stimuli nyeri yang ditransmisikan ke otak.

Keefektifan distraksi tergantung pada kemampuan pasien untuk

menerima dan membangkitkan input sensori selain nyeri.

Berikut jenis-jenis teknik distraksi:

(1) Distraksi visual/penglihatan

Yaitu pengalihan perhatian selain nyeri yang diarahkan ke

dalam tindakan-tindakan visual atau melalui pengamatan.

(2) Distraksi audio/pendengaran

Yaitu pengalihan perhatian selain nyeri yang diarahkan ke

dalam tindakan melalui organ pendengaran.

(3) Distraksi intelektual

Yaitu pengalihan perhatian selain nyeri yang dialihkan ke

dalam tindakan-tindakan dengan menggunakan daya

intelektual yang pasien miliki (Andarmoyo, 2017).

b) Relaksasi

Relaksasi adalah suatu tindakan untuk membebaskan mental dan

fisik dari ketegangan dan stres sehingga dapat meningkatkan

toleransi terhadap nyeri. Teknik relaksasi yang sederhana terdiri

atas napas abdomen dengan frekuensi lambat, berirama. Pasien


37

dapat memejamkan matanya dan bernapas dengan perlahan dan

nyaman. Irama yang konstan dapat dipertahankan dengan

menghitung dalam hati dan lambat bersama setiap inhalasi

(“hirup, dua, tiga”) dan ekhalasi (“hembuskan, dua, tiga”). Pada

saat perawat mengajarkan ini, akan sangat membantu bila

menghitung dengan keras bersama pasien pada awalnya. Napas

yang lambat, berirama, juga dapat digunakan sebagai teknik

distraksi. Hampir semua orang dengan nyeri mendapatkan

manfaat dari metode-metode relaksasi. Periode relaksasi yang

teratur dapat membantu untuk melawan keletihan dan

ketegangan otot yang terjadi dengan nyeri akut dan yang

meningkatkan nyeri (Andarmoyo, 2017).

c) Imajinasi Terbimbing

Imajinasi terbimbing adalah menggunakan imajinasi seseorang

dalam suatu cara yang dirancang secara khusus untuk mencapai

efek positif tertentu. Tindakan ini membutuhkan konsentrasi

yang cukup. Upayakan kondisi lingkungan klien mendukung

untuk tindakan ini. Kegaduhan, kebisingan, bau menyengat, atau

cahaya yang sangat terang perlu dipertimbangkan agar tidak

mengganggu klien untuk berkonsentrasi. Beberapa klien lebih

rileks dengan cara menutup matanya (Andarmoyo, 2017).


38

e. Pengukuran Nyeri

Numerical Rating Scale (NRS) menilai nyeri dengan

menggunakan skala 0-10. Skala ini sangat efektif untuk digunakan saat

mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi terapeutik.

Gambar 2.1
Pengukuran Skala Nyeri

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Keterangan:

Tabel 2.2
Skala Nyeri
0 Tidak ada nyeri (merasa normal).
1 Nyeri hampir tidak terasa (nyeri sangat ringan). Sebagian besar
tidak pernah berfikir tentang rasa sakit, seperti gigitan nyamuk.
2 Tidak menyenangkan. Nyeri ringan, seperti cubitan ringan pada
kulit.
3 Bisa ditoleransi. Nyeri sangat terasa, seperti suntikan oleh dokter
4 Menyedihkan. Kuat, nyeri yang dalam, seperti sakit gigi atau rasa
sakit dari sengatan lebah.
5 Sangat menyedihkan. Kuat dalam, nyeri yang menusuk, seperti
kaki terkilir.
6 Intens. Kuat dalam, nyeri yang menusuk begitu kuat sehingga
tampak memengaruhi sebagian indra, menyebabkan tidak fokus,
komunikasi terganggu
7 Sakit intens. Sama seperti skala 6, rasa sakit benar-benar
mendominasi indra, tidak mampu berkomunikasi dengan baik dan
tidak mampu melakukan perawatan diri.
8 Benar – benar mengerikan. Nyeri sangat kuat dan sangat
mengganggu sampai sering mengalami perubahan perilaku jika
nyeri terjadi
9 Menyiksa tak tertahankan. Nyeri sangat kuat, tidak bisa ditoleransi
dengan terapi.
10 Nyeri tak terbayangkan dan tak dapat diungkapkan. Nyeri sangat
berat sampai tidak sadarkan diri.
39

Dikelompokkan menjadi:

Tabel 2.3
Pengelompokan Skala Nyeri
Skala Nyeri Grade Interpretasi
1–3 Nyeri ringan Nyeri bisa ditoleransi dengan baik/
tidak mengganggu aktivitas
4–6 Nyeri sedang Mengganggu aktivitas fisik
7–9 Nyeri berat Tidak mampu melakukan aktivitas
secara mandiri
10 Nyeri sangat berat Malignan/nyeri sangat hebat dan
tidak berkurang dengan terapi/obat-
obatan pereda nyeri dan tidak dapat
melakukan aktivitas
Sumber: Wahyudi & Wahid (2016)

D. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga

1. Pengkajian

Pengkajian adalah suatu tahapan dimana seorang perawat mengambil

informasi secara terus-menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya

(Murwani, 2015).

Hal-hal yang dikaji dalam keluarga adalah :

a. Data Umum

Pengkajia terhadap data umum keluarga meliputi :

1) Nama kepala keluarga (KK)

2) Alamat dan telepon

3) Pekerjaan kepala keluarga

4) Pendidikan kepala keluarga

5) Komposisi keluarga
40

6) Tipe keluarga

Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau

masalah-masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.

7) Tipe bangsa

Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta mengidentifikasi

budaya suku bangsa tersebut terkait dengan kesehatan.

8) Agama

Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang

dapat mempengaruhi kesehatan.

9) Status sosial ekonomi keluarga

Status ekonomi sosial keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari

kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu status

sosial ekonomi keluarga ditentuka pula oleh kebutuhan-kebutuhan

yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang dimiliki

oleh keluarga.

10) Aktivitas rekreasi keluarga

Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan saja keluarga pergi

bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu namun

dengan menonton TV dan mendengarkan radio juga merupakan

aktivitas rekreasi.

b. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

Yang perlu dikaji pada tahap perkembangan adalah :


41

1) Tahap perkembangan keluarga saat ini

Tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua dari

keluarga inti

2) Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Menjelaskan mengenai tugas perkembangan keluarga yang belum

terpenuhi oleh keluarga serta kendala mengapa tugas perkembangan

tersebut belum terpenuhi.

3) Riwayat keluarga Inti.

Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada inti, yang meliputi

riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing

anggota keluarga, perhatian terhadap pencegahan penyakit

(imunisasi), sumber pelayanan kesehatan yang bisa digunakan serta

riwayat perkembangan dan kejadian-kejadian atau pengalaman

penting yang berhubungan dengan kesehatan.

4) Riwayat keluarga sebelumnya

Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak

suami dan istri.

c. Data Lingkungan

1) Karakteristik rumah

Karakteristik rumah dididentifikasikan dengan melihat luas rumah,

tipe rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan ruangan,

peletakan perabotan rumah tangga, jenis septic tank, jarak septic

tank dengan sumber air, sumber air minum yang digunakan serta

denah rumah.
42

2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW

Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas

setempat, yang meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan/

kesepakatan penduduk setempat, budaya setempat yang

mempengaruhi kesehatan.

3) Mobiltas geografis keluarga

Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan keluarga

berpindah tempat.

4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk

berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana

keluarga interaksinya dengan masyarakat.

5) Sistem pendukung keluarga

Yang termasuk pada sistem pendukung keluarga adalah jumlah

keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga untuk

menunjang kesehatan. Fasilitas mencakup, fasilitas fisik, fasilitas

psikologis atau dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas sosial

atau dukungan dari masyarakat setempat.

d. Struktur Keluarga

1) Pola komunikasi keluarga

Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota keluarga.

2) Struktur kekeuatan keluarga

Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi

orang lain untuk merubah perilaku.


43

3) Struktur peran

Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara

formal maupun informal.

4) Nilai atau norma keluarga

Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga,

yang berhubungan denga kesehatan.

e. Fungsi-fungsi Keluarga

1) Fungsi afektif

Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga,

perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga

terhadap anggota keluarga lainnya, bagaimana kehangatan tercipta

pada anggota keluarga, dan bagaimana keluarga mengembangkan

sikap saling menghargai.

2) Fungsi sosialisasi

Hal yang perlu dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam

keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, norma,

budaya dan perilaku.

3) Fungsi perawatan kesehatan

Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian,

perlindungan serta merawat anggota keluarga yang sakit. Sejauh

mana pengetahuan keluarga mengenai sehat sakit. Kesanggupan

keluarga di dalam melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat

dari kemampuan keluarga melaksanakan 5 tugas kesehatan keluarga,


44

yaitu keluarga mampu mengenal masalah kesehatan, mengambil

keputusan untuk melakukan tindakan, melakukan perawatan

terhadap anggota keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan yang

dapat meningkatkan kesehatan, dan keluarga mampu memanfaatkan

fasilitas kesehatan yang terdapat dilingkungan setempat.

4) Fungsi reproduksi

Hal yang perlu dikaji megenai fungsi reproduksi keluarga adalah:

a) Berapa jumlah anak

b) Bagaimana keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga

c) Metode apa yang digunakan keluarga dalam upaya

mengendalikan jumlah anggota keluarga.

5) Fungsi ekonomi

Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga adalah :

a) Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan

dan papan

b) Sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di

masyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga.

f. Stres dan Koping Keluarga

1) Stresor jangka pendek dan panjang

a) Stresor jangka pendek yaitu stresor yang dialami keluarga yang

memerlukan penyelesaian dalam waktu ± 6 bulan.

b) Stresor jangka panjang yaitu stresor yang dialami keluarga yang

memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan.


45

2) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi / stresor

Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga berespon

terhadap situasi / stresor.

3) Strategi koping yang digunakan

Strategi koping apa yang digunakan keluarga bila meghadapi

permasalahan.

4) Strategi adaptasi disfungsional

Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang digunakan

keluarga bila menghadapi permasalahan.

g. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode yang

digunakan pada pemeriksaan fisik berbeda dengan pemeriksaan fisik di

klinik.

h. Harapan Keluarga

Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap

petugas kesehatan yang ada.

2. Penerapan Prioritas Masalah

Skala untuk menentukan prioritas


Asuhan Keperawatan Keluarga
(Bailon dan Maglaya, 1978 dalam Murwani, 2015)

No Kriteria Bobot
1 Sifat masalah 1
Skala : Tidak/ kurang sehat 3
Ancaman kesehatan 2
Keadaan sejahtera 1
46

No Kriteria Bobot
2 Kemungkinan masalah dapat dirubah 2
Skala : Mudah 2
Sebagian 1
Tidak dapat 0
3 Potensial masalah untuk dicegah 1
Skala : Tinggi 3
Cukup 2
Rendah 1
4 Menonjolnya masalah 1
Skala : Masalah berat harus segera ditangani 2
Ada masalah tetapi tidak perlu 1
ditangani
Masalah tidak dirasakan 0

Skoring :

1) Tentukan skore untuk setiap kriteria

2) Skore dibagi dengan angka tertinggi dan kalikanlah dengan bobot

Skore
× bobot
Nilai Tertinggi

3) Jumlahkanlah skore untuk semua kriteria

3. Diagnosa Keperawatan

Dengan melihat kriteria yang pertama, yaitu sifatnya masalah, bobot

yang lebih berat diberikan pada tidak / kurang sehat karena pertama

memerlukan tindakan segera dan biasanya disadari dan dirasakan oleh

keluarga.

Untuk kriteria kedua, yaitu untuk kemungkinan masalah dapat diubah

perawat perlu memperhatikan terjangkaunya faktor-faktor sebagai berikut :


47

a. Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk

menangani masalah.

b. Sumber daya keluarga : dalam bentuk fisik, keuangan dan tenaga.

c. Sumber daya perawat : dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan

waktu.

d. Sumber daya masyarakat : dalam bentuk fasilitas, organisasi dalam

masyarakat, dan sokongan masyarakat.

Untuk kriteria ketiga, yaitu potensial masalah dapat dicegah, faktor-

faktor yang perlu diperhatikan ialah :

a. Lamanya masalah, yang berhubungan dengan jangka waktu maslah itu

ada.

b. Tindakan yang sedang dijalankan adalah tindakan-tindakan yang tepat

dalam memperbaiki masalah.

c. Adanya kelompok “high risk” atau kelompok yang sangat peka

menambah potensi untuk mencegah masalah.

Untuk kriteria keempat, yaitu menonjolnya masalah perawat perlu

menilai persepsi atau bagaimana keluarga melihat masalah kesehatan

tersebut. Nilai skore yang tinggi yang terlebih dahulu dilakukan intervensi

keperawatan keluarga (Murwani, 2015).

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai, keluarga,

atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan data dan

analisa data secara cermat, memberikan dasar untuk menetapkan tindakan-


48

tindakan dimana perawat bertanggungjawab untuk melaksanakannya

(Mubarak, 2017).

4. Rencana Keperawatan Keluarga

Tindakan keperawatan terhadap keluarga mencakup hal-hal berikut

ini (Murwani, 2017) :

a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenal masalah-

masalah kesehatan dengan cara :

1) Memberikan informasi

2) Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan

3) Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah

b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat,

dengan cara :

1) Mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan

2) Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga

3) Mendiskusikan tentang konsekuensi tiap tindakan

c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang

sakit dengan cara :

1) Mendemonstrasikan cara perawatan

2) Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah

3) Mengawasi keluarga melakukan perawatan

d. Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat

lingkuan menjadi sehat, dengan cara :

1) Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga


49

2) Melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin

e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada,

dengan cara :

1) Mengenakan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan keluarga

2) Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan proses keperawatan yang mengukur respon klien

terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan klien kearah pencapaian

tujuan (Potter & Perry, 2015).

a. Sifat Evaluasi

Evaluasi tahap kelima atau tahap akhir dari proses keperawatan keluarga

dan yang menentukan apakah tujuan dapat tercapai sesuai yang

ditetapkan dalam perencanaan.

Apa bila setelah dilakukan evaluasi tujuan tidak tercapai maka ada

beberapa kemungkinan yang perluditinjau kembaliyaitu :

1) Tujuan tidak realitis.

2) Tindakan keperawatan tidak tepat.

3) Faktor- faktor lingkungan yang tidak bisa di atasi.

b. Kriteria dan Standar

Kriteria akan memberkan gambaran tentang faktor-faktor tidak tetap

yang memberikan petunjuk bahwa tujuan telah tercapai. Standar telah

menunjukan tingkat pelaksanaan yang diinginkan untuk

membandingkan dengan pelaksanaan yang sebenarnya.


50

c. Evaluasi Kualitatif dan Kuantitatif

Dalam evaluasi kuantitatif menekan kanpa jumlah pelayanan atau

kegiatan yang telah diberikan.

1) Evaluasi Struktur

Berhubungan dengan tenaga atau bahan yang diperlukan dalam

suatu kegiatan.

2) Evaluasi Proses

Evaluasi yang dilakukan selama kegiatan berlangsung.

3) Evaluasi Hasil

Merupakan hasil dari pemberian asuhan keperawatan.

d. Metode Evaluasi

1) Observasi langsung.

2) Memeriksa laporan atau dokumentasi.

3) Wawancara.

4) Latihan stimulasi.
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian

Fasilitas Pelayanan Kesehatan : Puskesmas Cikalapa

Nama Perawat yang Mengkaji : Opan Rahmat Nugraha

Nomor Register : B01997812

Tanggal Pengkajian : 16 Nopember 2019

1. Data Keluarga

Nama Kepala Keluarga : Tn. D

Alamat Rumah : Kp. Sidodadi Kelurahan Pasirkareumbi

Kecamatan Subang Kabupaten Subang

Agama & Suku : Islam / Sunda

Bahasa Sehari-hari : Sunda

Jarak Yankes terdekat : Puskesmas Cikalapa

Alat Transportasi : Sepeda Motor

Data Anggota Keluarga

Hub Pend. Status Status Alat


No Nama Umur JK Suku Pekerjaan TTV
Klg Terakhir Gizi Imunisasi Bantu
1 Tn. D Suami 50 th L Sunda SMA Swasta BB : 60 TD:130/90 - Tidak
TB : 170 S : 36.5C ada
RR:20x/m
N:80x/m
2 Ny. M Istri 47 th P Sunda SMA IRT BB : 70 TD:148/96 - Tidak
TB : 160 S : 36.5C ada
RR:20x/m
N:80x/m
3 An. A Anak 18 th L Sunda SMA Pelajar BB : 47 TD:120/90 Lengkap Tidak
TB : 160 S : 36C ada
RR:20x/m
N:80x/m
4 An. B Anak 15 th P Sunda SMP Pelajar BB : 40 TD:110/90 Lengkap Tidak
TB : 150 S : 36C ada
RR:22x/m
N:80x/m

51
52

Penampilan Status Kesehatan Riwayat Analisis Masalah


No Nama
Umum Saat ini Penyakit/Alergi Kesehatan Individu
1 Tn. D Sedang Tidak ada keluhan Tidak ada
2 Ny. M Wajah Meringis Nyeri sendi Osteoporosis
3 An. A Sedang Tidak ada keluhan Tidak ada
4 An. B Sedang Tidak ada keluhan Tidak ada

2. Data Pengkajian Individu Yang Sakit

a. Nama Individu yang sakit : Ny. M

b. Sumber dana kesehatan : BPJS

c. Diagnosa Medik : Osteoporosis

d. Keadaan Umum : Klien terlihat lemas, klien mengeluh nyeri

semua persendian

Kesadaran : Composmetis

GCS :E:M:V=4:6:5

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Pernafasan : 72x/menit

Suhu : 36 C

Nadi : 24 x/menit

e. Sirkulasi / Cairan

1) Tidak ada edema, bunyi jantung sekuler

2) Tidak ada asites

3) Tidak ada tanda pendarahan

4) Tidak ada tanda anemia

5) Tidak ada tanda dehidrasi

Klien mengatakan pusing dan cepat berkeringat


53

f. Perkemihan

1) Pola BAK 3x/hari

2) Poliuria

3) Tidak ada nyeri saat BAK

4) BAK mandiri, BAB mandiri

g. Pernafasan

1) Tidak ada sianosis

2) Tidak ada sekret

3) Tidak menggunakan alat bantu nafas

4) Tidak sesak

h. Pencernaan

1) Tidak ada mual, muntah

2) Nafsu makan baik, klien terlalu banyak mengkonsumsi garam

i. Muskuloskeletal : Tidak ada keluhan

j. Neurosensori

1) Fungsi penglihatan : Baik, itu terlihat klien dapat membaca

tulisan dengan jarak 30 cm

2) Fungsi pendengaran : Baik, itu terlihat klien bisa menjawab

pertanyaan dari perawat

3) Fungsi perasa : Baik, itu terlihat klien bisa merasakan asin

atau manis

k. Kulit : Tidak ada lesi


54

l. Tidur dan Istirahat : Klien mengatakan kurang tidur karena kalau

malam tidak bisa tidur, frekuensi 5 jam/hari

m. Mental : Baik

n. Komunikasi : Baik, berbicara lancar

o. Perawatan diri Sehari-hari :

1) Mandi 2 x sehari

2) Berpakaian mandiri

3) Menyisir rambut

3. Data Penunjang Keluarga

a. Rumah dan Lingkungan

1) Kondisi Rumah

Type rumah permanen, status kepemilikan rumah milik sendiri, jenis

lantai kramik

2) Ventilasi

Sistem ventilasi rumah ada dan dapat dipergunakan

3) Pencahayaan Rumah

Sistem pencahayaan rumah pada siang hari cukup terang dengan

adanya ventilasi rumah

4) Saluran Buang Limbah

Pembuangan air limbah jenis resapan

5) Sumber Air Bersih

Sumber air untuk memasak dan minum adalah sumur bor


55

6) Jamban Memenuhi Syarat

Keluarga memiliki sumber air dengan sumur bor serta septik tank,

jarak septik tank dan sumur lebih dari 10 meter

7) Tempat Sampah

Tempat penampungan sampah sementara ada di depan rumah

8) Luas Rumah

Luas rumah adalah 8 m x 7 m = 48 m2

b. PHBS di Rumah Tangga

1) Jika ada Bunifas, Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan : Tidak

ada ibu yang sedang nifas

2) Jika ada bayi, memberi ASI ekslusif : tidak ada

3) Jika ada Balita, menimbang Balita tiap bulan : tidak ada balita

4) Menggunakan air bersih untuk makan dan minum : Iya,

menggunakan air bersih untuk minum dan makan dari sumur bor

5) Menggunakan air bersih untuk kebersihan diri : Iya, menggunakan

air bersih untuk membersihkan diri

6) Mencuci tangan dengan ari bersih dan sabun : Iya, mencuci tangan

dengan air bersih dan sabun

7) Melakukan pembuangan sampah pada tempatnya : Iya, melakukan

pembuangan sampah pada tempatnya

8) Menjaga lingkungan rumah tampak bersih : Iya, selalu menjaga

lingkungan rumah
56

9) Mengkonsumsi lauk dan pauk tiap hari : Iya, setiap hari selalu

mengkonsumsi lauk pauk dengan ganti-ganti

10) Menggunakan jamban sehat : Iya, selalu menggunakan jamban

keluarga

11) Memberantas jentik di rumah sekali seminggu: Iya, selalu

membersihkan rumah agar terbebas dari jentik nyamuk

12) Makan buah dan sayur setiap hari : Tidak, keluarga tidak tiap hari

makan buah-buahan, sedangkan sayuran hampir setiap hari

mengkonsumsi

13) Melakukan aktivitas fisik setiap hari : Iya, keluarga selalu

melakukan aktivitas fisik setiap hari

14) Tidak merokok di dalam rumah: ada anggota keluarga yang

merokok

4. Kemampuan Keluarga Melakukan Tugas Pemeliharaan Kesehatan

Anggota Keluarga

a. Adakah perhatian keluarga kepada anggotanya yang menderita sakit?

Anggota keluarga selalu memperhatikan anggota keluarganya yang

sedang sakit.

b. Apakah keluarga mengetahui masalah kesehatan yang dialami anggota

dalam keluarganya?

Keluarga mengetahui masalah yang sedang dihadapi oleh anggota

keluarganya yang sakit, yaitu nyeri disetiap sendi


57

c. Apakah keluarga mengetahui penyebab masalah kesehatan yang dialami

anggota dalam keluarganya?

Keluarga tidak mengetahui penyebab masalah nyeri semua sendi yang

dialami oleh salah satu anggota keluarganya.

d. Apakah keluarga mengetahui tanda dan gejala masalah kesehatan yang

dialami anggota dalam keluarganya?

Keluarga tidak mengetahui tanda dan gejala masalah kesehatan yang

dialami oleh salah satu anggota keluarganya

e. Apakah keluarga mengetahui akibat masalah kesehatan yang dialami

anggota dalam keluarganya bila tidak diobati/dirawat?

Keluarga mengetahui akibat bila anggota keluarga yang sakit tidak

segera diobati/dirawat

f. Pada siapa keluarga biasa menggali informasi tentang masalah kesehatan

yang dialami anggota keluarganya?

Anggota keluarga selalu bertanya masalah kesehatan kepada petugas

kesehatan di Puskesmas.

g. Keyakinan keluarga tentang masalah kesehatan yang dialami anggota

keluarganya?

Keluarga yang sakit harus berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk

mendapat perawatan atau pengobatan, untuk menghilangkan rasa

sakitnya

h. Apakah keluarga melakukan upaya peningkatan kesehatan yang dialami

anggota keluarganya secara aktif?


58

Keluarga berupaya meningkatkan kesehatan yang dialami oleh salah satu

anggota keluarga yang sakit dengan melakukan pengobatan secara

teratur ke puskesmas.

i. Apakah keluarga mengetahui kebutuhan pengobatan masalah kesehatan

yang dialami yang dialami anggota keluarganya?

Keluarga belum mengetahui betul kebutuhan pengobatan kesehatan yang

dialami salah satu anggota keluarga

j. Apakah keluarga dapat melakukan cara merawat anggota keluarga

dengan masalah kesehatan yang dialaminya?

Keluarga belum terlalu paham cara merawat salah satu anggota keluarga

yang sakit

k. Apakah keluarga dapat melakukan pencegahan masalah kesehatan yang

dialami anggota keluarganya?

Keluarga dapat melakukan pencegahan masalah kesehatan yang dialami

anggota keluarga salah satunya diet makanan.

l. Apakah keluarga mampu memelihara atau memodifikasi lingkungan

yang mendukung kesehatan anggota keluarga yang mengalami masalah

kesehatan?

Keluarga belum melakukan modifikasi lingkungan untuk mendukung

kesehatan anggota keluarga yang sakit.

m. Apakah keluarga mampu menggali dan memanfaatkan sumber di

masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatan anggota keluarganya?

Keluarga belum dapat menggali dan dan memanfaatkan sumber di

masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatan anggota keluarganya


59

5. Pengkajian Data Fokus

Keluarga Tn. D tidak ada yang memiliki penyakit menular dan penyakit

keturunan tetapi salah satu anggota keluarganya yaitu Ny. M (istri)

mengalami nyeri sendi.

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Pernafasan : 72 x/menit

Suhu : 36 C

Nadi : 24 x/menit

6. Pengelompokan Data Subyektif dan Obyektif

a. Data Subjektif

1) Ny. M mengatakan sering mengalami nyeri pada punggung, mudah

merasakan capek dan pegal, sakit pada tulang tangan (bahu) sebelah

kiri, nyeri pada tulang, sehingga menyebabkan aktivitas Ny. M

terbatas dan terganggu.

2) Ny. M juga mengatakan beberapa tahun yang lalu sudah mengalami

pengapuran tulang, khususnya pada kaki bagian sebelah kanan.

3) Ny. M mengatakan waktu pemeriksaan penyakit sekitar 1 tahun yang

lalu, dokter mengatakan bahwa Ny. M mengalami osteoporosis,

namun saat ditanyakan hasil pemeriksaan foto rontegn Ny. M tidak

menyimpan hasil foto rontegn tersebut.

4) Ny. M juga mengatakan pernah mengikuti pemeriksaan osteoporosis

yang dilakukan oleh pihak Anlene


60

5) Ny. M mengatakan osteoporosis adalah berkurangnya kepadatan

tulang, sehingga tulang mudah rapuh dan keropos.

6) Ny. M mengatakan tanda dan gejala osteoporosis adalah nyeri pada

tulang, patah tulang, nyeri pada punggung, dan pengapuran tulang.

7) Ny. M mengatakan penyebab dari osteoporosis adalah kekurangan

hormon, kekurangan kalsium dan faktor usia.

8) Keluarga mengatakan dan menganggap penyakit yang diderita Ny.

M tidak begitu serius, namun harus segera ditangani.

b. Data Obyektif

1) Ny. M aktifitas sehari-harinya tampak terbatas karena penyakit yang

dideritanya

2) Hasil pemeriksaan densitas massa tulang tulang -2,5 (hasil

pemeriksaan Tim Anlene)

7. Tipologi Masalah Kesehatan

No Daftar Masalah Kesehatan


1 Ancaman Terjadi komplikasi akibat Osteoporosis yang
tidak terkontrol
2 Kurang/ Tidak Sehat Nyeri pada punggung, mudah merasakan capek
dan pegal
Keterbatasan gerak akibat rasa nyeri dan
kekakuan sendi
3 Defisit Kurang pengetahuan keluarga Tn. D tentang
penyakit yang diderita oleh Ny. M
61

8. Analisa Data

No Data Problem Etiologi


1 Data Subjektif
a. Ny. M mengatakan sering Keterbatasan aktivitas Keterbatasan
mengalami nyeri punggung, pada keluarga Tn. D aktivitas
mudah merasakan capek dan khususnya Ny. M
pegal, sakit pada tulang tangan berhubungan dengan
(bahu) sebelah kiri, nyeri pada ketidakmampuan
tulang, sehingga menyebabkan keluarga merawat
aktivitas Ny. M terbatas dan anggota keluarga
terganggu. dengan osteoporosis
b. Ny. M juga mengatakan
beberapa tahun yang lalu sudah
mengalami pengapuran tulang,
khususnya pada kaki bagian
sebelah kanan.
c. Ny. M mengatakan waktu
pemeriksaan penyakit sekitar 1
tahun yang lalu, dokter
mengatakan bahwa Ny. M
mengalami osteoporosis, namun
saat ditanyakan hasil
pemeriksaan foto rontegn Ny. M
tidak menyimpan hasil foto
rontegn tersebut.
Data Objektif
a. Ny. M aktifitas sehari – harinya
tampak terbatas karena penyakit
yang dideritanya
b. Hasil pemeriksaan densitas
massa tulang tulang -2,5 (hasil
pemeriksaan Tim Anlene)
62

No Data Problem Etiologi


2 Data Subjektif :
a. Ny. M mengatakan mengalami Gangguan rasa Mobilisasi
nyeri disekitar tumit dan betis, nyaman : nyeri dikaki penyakit
biasanya timbul setelah ber-
pada keluarga Tn. D osteoporosis
aktivitas dengan skala nyeri 4
khusus-nya Ny. M
b. Ny. M mengatakan nyeri
berhubungan dengan
seperti ditusuk-tusuk disekitar
ketidakmampu-an
betis.
c. Ny. M mengatakan bahwa
keluarga merawat
varises adalah pembuluh darah anggota keluarga
vena yang membengkak mengalami nyeri
d. Ny. M mengatakan tanda dan dikaki (varises)
gejala varises adalah kaki
mudah capek, pembuluh darah
melebar, terasa bengkak dan
nyeri.
e. Ny. M mengatakan penyebab
dari varises adalah duduk atau
berdiri terlalu lama, kelebihan
berat badan, keturunan,
hormon dan kurang makan
makanan berserat. Keluarga
menganggap penyakit yang
diderita Ny. M buakan
masalah dan tidak harus segera
ditangani.
Data Objektif :
a. Ny. M tampak meringis saat
nyeri dikaki muncul
b. Terdapat varises disekitar betis
kaki sebelah kanan
c. Vena bengkak dan warna
kebiruan di kaki sebelah kanan
63

9. Rumusan Diagnosa Keperawatan

a. Keterbatasan aktifitas pada keluarga Tn. D khususnya Ny. M

berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota

keluarga dengan osteoporosis

b. Gangguan Rasa Nyaman: Nyeri di kaki pada keluarga Tn. D khususnya

Ny. M berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat

keluarga dengan nyeri dikaki (varises)

10. Skoring Diagnosa Keperawatan

a. Skoring Prioritas Masalah

1) Keterbatasan aktifitas pada keluarga Tn. D khususnya Ny. M

berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota

keluarga dengan osteoporosis

No Kriteria Skala Bobot Skoring Pembenaran


1. Sifat Masalah : Aktual 1 3/3 x 1 = 1 Ny. M sering mengalami
nyeri pada punggung, mudah
merasakan capek dan
pegal, sakit pada tulang
tangan (bahu) sebelah kiri,
nyeri pada tulang, sehingga
menyebabkan aktivitas Ny. M
terbatas dan terganggu, hasil
dari densitas tulang -2,5,
keluarga memandang masalah
ini adalah masalah yang perlu
diatasi, tetapi keluarga tidak
mengetahui cara
perawatannya
64

No Kriteria Skala Bobot Skoring Pembenaran


2. Kemungkinan Cukup 2 ½x2=1 Keluarga mempunyai harapan
masalah dapat tinggi untuk kesembuhan Ny.
diubah : M, dengan pekerjaan dan
segi ekonomi keluarga Ny. M
sendiri, sangat sulit untuk
mengatasi masalah saat
ini, namun dari Ny. M ini
sendiri mempunyai kemauan
keras untuk merubah masalah
yang ada

3. Potensial Masalah Rendah 1 2/3x1= 2/3 Berhubungan dengan faktor


untuk dicegah : penyebab terjadinya penyakit,
1faktor usia merupakan salah
satu penyebab terjadinya
osteoporosis, keluarga tidak
mengetahui cara perawatan
Ny. M yang mengalami
osteoporosis

4. Menonjolnya Masalah 1 1/2x1=1/2 Keluarga menganggap


masalah : dirasakan, penyakit yang dialami Ny. M
harus ini merupakan hal yang harus
segera di segera di tangani, karena
tangani dapat mengganggu aktivitas
sehari-hari

Jumlah total 3½
65

2) Gangguan Rasa Nyaman: Nyeri di kaki pada keluarga Tn. D

khususnya Ny. M berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

merawat keluarga dengan nyeri dikaki (varises)

No Kriteria Skala Bobot Skoring Pembenaran


1. Sifat Masalah : Aktual 1 3/3x1= 1 Ny. M mengatakan nyeri
setelah melakukan aktifitas
nyeri yang dirasakan meng-
ganggu aktifitas dari Ny. M
sendiri. Keluarga memandang
ini adalah masalah yang tidak
terlalu perlu diatasi, hanya
memerlukan informasi untuk
perawatan
2. Kemungkinan Cukup 2 1/2x2 = 1 Keluarga memiliki harapan
masalah dapat yang tunggi untuk sembuh
diubah : Ny. M. Namun untuk
masalah pengobatan terhalang
oleh masalah biaya, dan
keluarga membutuhkan
pengarahan dari perawat
untuk penanganan varises
3. Potensial Masalah Cukup 1 2/3x1=2/3 Karena penyakit yang diderita
untuk dicegah : Ny. M sudah merupakan
gangguan, Ny. M mengata-
kan sering merasakan nyeri di
kaki, keluarga tidak
mengetahui cara perawatan
terhadap Ny. M, sehingga
perlu informasi cara
perawatan terhadap Ny. M
yang mengalami nyeri
(varises)
4. Menonjolnya Tidak 1 0/2x1= 0 Keluarga menganggap nyeri
masalah : dirasakan dikaki yang dialami Ny. M
merupakan hal yang biasa dan
bukan masalah

Jumlah total 2 2/3


66

B. Diagnosa Keperawatan

1. Keterbatasan aktifitas pada keluarga Tn. D khususnya Ny. M berhubungan

denagn ketidak mampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan

osteoporosis, skore : 3 ½

2. Gangguan rasa nyaman: nyeri pada keluarga Tn. D khusunya Ny. M

berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga

dengan nyeri di kaki (varises), skore : 2 2/3.


67

C. Rencana Keperawatan

Masalah Masalah Kriteria Evaluasi


No Tujuan Intervensi
Kesehatan Keperawatan Kriteria Standar
1 Keterbatasan Keterbatasan Tujuan umum : Respon verbal 1. Pengertian osteoporosis 1. Diskusikan dengan keluarga
aktifitas aktifitas Setelah dilakukan 2x keluarga adalah berkurangnya pengertian osteoporosis dengan
berhubungan kunjungan kerumah keluarga, kepadatan tulang yang menggunakan leaflet.
dengan ketidak keluarga mampu mengenal progresif, sehingga tulang 2. Motivasi kembali keluarga
mampuan keluarga masalah osteoporosis dan menjadi rapuh dan mudah untuk menyebutkan pengertian
keterbatasan aktifitas teratasi. patah. osteoporosis.
merawat anggota
2. Menyebutkan 3 dari 7 3. Berikan reinforcement positif
keluarga dengan
Tujuan khusus : penyebab osteoporosis yaitu : atas usaha keluarga.
osteoporosis
Setelah 1 x 10 menit faktor usia, genetik, 4. Diskusikan dengan keluarga
kunjungan dan memberikan lingungan, defisiensi penyebab terjadinya
pendidikan kesehatan, kalsium, aktivitas fisik osteoporosis.
keluarga mampu mengenal berkurang, merokok/ 5. Motivasi kembali keluarga
masalah osteoporosis, alkohol, obat-obatan. untuk menyebutkan penyebab
dengan: 3. Menyebutkan 3 dari 6 tanda / terjadinya osteoporosis.
1. Menyebutkan pengertian gejala osteoporosis yaitu : 6. Berikan reinforcement positif
osteoporosis Patah tulang, punggung yang atas usaha keluarga.
2. Menyebutkan penyebab semakin membungkuk, 7. Diskusikan dengan keluarga
osteoporosis hilangnya tinggi badan, nyeri tanda dan gejala terjadinya
3. Menyebutkan tanda dan punggung, pengapuran osteoporosis.
gejala osteoporosis tulang, nyeri pada tulang 8. Motivasi kembali keluarga
untuk menyebutkan tanda dan
gejala terjadinya osteoporosis.
9. Berikan reinforcement positif
atas usaha keluarga.
68

Masalah Masalah Kriteria Evaluasi


No Tujuan Intervensi
Kesehatan Keperawatan Kriteria Standar
2 Mobilisasi Risiko keterbatasan Tupan : Respon verbal 1. Keluarga dapat menyebutkan 1. Memberi salam
penyakit mobilisasi pada Tidak terjadi keterbatasan fasilitas yang dapat 2. Dorong keluarga untuk
osteoporosis Ny. M mobilisasi akibat osteoporosis dikunjungi: klinik, dokter menyebutkan jenis fasilitas
berhubungan praktek, puskesmas dan kesehatan yang dikunjungi.
dengan Tupen : rumah sakit. 3. Beri reinforcement positif atas
ketidakmampuan Setelah dilakukan 1 x 10 2. Manfaat mengunjungi kemampuan keluarga
keluarga merawat menit dilakukan pendidikan pelayanan kesehatan : menyebutkan fasilitas
anggota keluarga kesehatan dan melakukan mendapatkan pelayanan kesehatan yang dikunjungi.
dengan kunjungan, diharapkan kesehatan pengobatan 4. Diskusikan bersama keluarga
osteoporosis keluarga mampu memanfaat- osteoporosis, mendapatkan mengenai manfaat pelayanan
kan fasilitas pelayanan penkes tentang osteoporosis. kesehatan.
kesehatan dengan cara : 3. Menunjukkan tempat berobat 5. Motivasi keluarga untuk
1. Menyebutkan jenis untuk penderita osteoporosis menyebutkan kembali hasil
fasilitas kesehatan yang diskusi.
dikunjungi 6. Beri reinforcement positif atas
2. Menyebutkan kembali kemampuan keluarga
manfaat kunjungan menyebutkan manfaat
kepelayanan kesehatan pelayanan kesehatan.
3. Memanfaatkan pelayanan 7. Diskusikan tempat pelayanan
kesehatan dalam merawat kesehatan yang tepat untuk
osteoporosis. keluarga.
8. Beri reinforcement positif atas
tindakan yang tepat yang
dilakukan keluarga.
69

D. Pelaksanaan Keperawatan

Diagnosa
No Tanggal Tujuan Implementasi Paraf
Keperawatan
1 26/11/2019 Keterbatasan Setelah dilakukan 2x kunjungan 1. Mendiskusikan dengan keluarga pengertian osteoporosis
aktivitas kerumah keluarga, keluarga dengan menggunakan leaflet.
mampu mengenal masalah 2. Memotivasi kembali keluarga untuk menyebutkan
osteoporosis dan keterbatasan pengertian osteoporosis.
aktifitas teratasi 3. Memberikan reinforcement positif atas usaha keluarga.
4. Mendiskusikan dengan keluarga penyebab terjadinya
osteoporosis.
5. Memotivasi kembali keluarga untuk menyebutkan
penyebab terjadinya osteoporosis.
6. Memberikan reinforcement positif atas usaha keluarga.
7. Mendiskusikan dengan keluarga tanda dan gejala
terjadinya osteoporosis.
8. Memotivasi kembali keluarga untuk menyebutkan tanda
dan gejala terjadinya osteoporosis.
9. Memberikan reinforcement positif atas usaha keluarga.
70

Diagnosa
No Tanggal Tujuan Implementasi Paraf
Keperawatan
2 26/11/2019 Mobilisasi Setelah dilakukan kunjungan 1. Memberikan salam
penyakit rumah sebanyak 2x tidak terjadi 2. Mendorong keluarga untuk menyebutkan jenis fasilitas
osteoporosis keterbatasan mobilisasi akibat kesehatan yang dikunjungi.
osteoporosis 3. Memberi reinforcement positif atas kemampuan
keluarga menyebutkan fasilitas kesehatan yang
dikunjungi.
4. Mendiskusikan bersama keluarga mengenai manfaat
pelayanan kesehatan.
5. Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali hasil
diskusi.
6. Memberi reinforcement positif atas kemampuan
keluarga menyebutkan manfaat pelayanan kesehatan.
7. Mendiskusikan tempat pelayanan kesehatan yang tepat
untuk keluarga.
8. Memberi reinforcement positif atas tindakan yang tepat
yang dilakukan keluarga.
71

E. Evaluasi Keperawatan
Diagnosa
No Tanggal Evaluasi Paraf
Keperawatan
1 26/11/2019 Nyeri S : Keluarga mampu mengenal masalah
osteoporosis dan keterbatasan aktifitas
teratasi
O : Keluarga mampu
1. Menyebutkan pengertian
osteoporosis
2. Menyebutkan penyebab osteoporosis
3. Menyebutkan tanda dan gejala
osteoporosis
A : Tujuan tercapai
P : Lanjutkan intervensi
I : Melaksanakan tindakan sesuai
intervensi
E : Masalah teratasi
R : -
2 26/11/2019 Mobilisasi S : Tidak terjadi keterbatasan mobilisasi
penyakit akibat osteoporosis
osteoporosis O : Keluarga mampu menyebutkan
1. Jenis fasilitas kesehatan yang
dikunjungi
2. Manfaat kunjungan kepelayanan
kesehatan
3. Memanfaatkan pelayanan kesehatan
dalam merawat osteoporosis.
A : Tujuan tercapai
P : Lanjutkan intervensi
I : Melaksanakan tindakan sesuai
intervensi
E : Masalah teratasi
R : -
BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah penulis melakukan Asuhan Keperawatan Kebutuhan Rasa Nyaman

Nyeri Pada Ny. M Dengan Osteoporosis di Kampung Sidodadi Kelurahan

Pasirkareumbi Wilayah Kerja Puskesmas Cikalapa Kecamatan Subang Kabupaten

Subang dengan menggunakan pendekatan proses Keperawatan yang dimulai dari

tahap pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

A. Pengkajian

Tahan pengkajian pada proses Keperawatan merupakan langkah awal

dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi tentang

bio, psiko, sosial, spiritual termasuk data-data yang menyangkut lingkungan,

rumah, riwayat penyakit masing-masing anggota keluarga, fasilitas kesehatan,

transportasi dan budaya sehingga dapat diidentifikasi masalah-masalah keluarga.

Selama tahap pengkajian penulis tidak menemukan hambatan yang berarti

dikarenakan keluarga dan klien dapat bekerjasama dengan baik. Dalam

melakukan pengkajian penulis menggunakan metode deskriptif berupa kasus

yang memberi gambaran, kondisi nyata dalam asuhan keperawatan yang melalui

tehnik pengumpulan data sebagai berikut;

1. Observasi/pengamatan; dengan melakukan observasi penulis melihat

keadaan rumah Keluarga Ny. M dengan kondisi rumah kotor, perabotan

kurang tertata rapih, lantai kamar mandi agak licin, ada kandang ternak di

depan rumah, penerangan lampu dirumah Ny. M remang-remang, cahaya

72
73

matahari pada siang hari masuk kerumah, rumah tidak lembab, jendela

rumah selalu tertutup, jarak sumber air dengan septik tank > 5 meter, kondisi

tempat penampungan air terbuka, jarak tempat penampungan sampah dengan

rumah > 5 meter.

2. Wawancara; hasil dari wawancara dengan keluarga Ny. M mengatakan

bahwa Ny. M mengalami nyeri disekitar tumit dan betis, biasanya timbul

setelah beraktivitas dengan skala nyeri 4, nyeri seperti ditusuk-tusuk

disekitar betis. Varises adalah pembuluh darah vena yang membengkak,

dengan tanda dan gejala varises adalah kaki mudah capek, pembuluh darah

melebar, terasa bengkak dan nyeri. Keluarga menganggap penyakit yang

diderita Ny. M buakan masalah dan tidak harus segera ditangani.

Wawancara mulai dari data kepala keluarga. Keluarga yang tinggal serumah,

keadaan keluarga, data psikologis, pola perawatan keluarga, data psikososial

dan sosial.

3. Pemeriksaan Fisik; Dari hasil pemeriksaan fisik terhadap Ny. M hasil

observasi tanda-tanda vital : tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 72x/menit,

pernafasan 22x/menit, suhu 37°C.

4. Studi dokumentasi; melihat data kunjungan mengenai Osteoporosis di

Puskesmas Cikalapa dan juga menggunakan refenrensi pustaka lain

berhubungan dengan kasus Osteoporosis.

Pada proses pengkajian dalam pemberian asuhan keperawatan keluarga

memerlukan terbinanya hubungan yang baik antara keluarga dengan petugas

kesehatan sehingga pada proses pengkajian dapat diperoleh informasi yang


74

dibutuhkan untuk menentukan masalah yang terjadi dalam keluarga, Informasi

diperoleh melalui wawancara, pemeriksaan fisik dan observasi secara langsung

pada lingkungan keluarga dan membandingkan dengan keadaan normal untuk

menentukan adanya data senjang yang menimbulkan masalah kesehatan yang

muncul.

Pada proses pengkajian yang diperoleh penulis diperoleh informasi bahwa

keadaan rumah klien tidak sesuai dengan standar kesehatan, karena kondisi

rumah agak kotor, terdapat kandang ternak dekat dengan rumah, pencahaan

rumah kurang terutama disiang hari jarak sumber air dengan septik tank > 5

meter. Ny. M mengalami nyeri disekitar tumit dan betis, biasanya timbul setelah

beraktivitas dengan skala nyeri 4, nyeri seperti ditusuk-tusuk disekitar betis,

gejala tersebut sesuai dengan tanda-tanda penyakit Osteoporosis.

B. Diagnosa Keperawatan

Pada pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga adalah melakukan asuhan

keperawatan sesuai dengan intervensi yang disusun dengan hasil evaluasi

keluarga mampu memahami penjelasan yang diberikan dan akan melaksanakan

anjuran yang diberikan oleh petugas kesehatan. Sedangkan penyebab diagnosa

yang muncul pada asuhan keperawatan keluarga pada Ny. M adalah kesiapan

peningkatkan manajemen kesehatan. Pada penentuan diagnosa keperawatan dan

penyebabnya tidak mengalami hambatan dikarenakan adanya faktor pendukung

yaitu data wawancara dan pemeriksaan fisik lengkap sesuai kebutuhan.


75

Berdasarkan hasil pengkajian yang penulis lakukan kemudian penulis

menyusun analisa data priorotas masalah, sehingga terbentuk diagnosa

keperawatan sebagai berikut : Keterbatasan aktifitas pada keluarga Tn. D

khususnya Ny. M berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat

anggota keluarga dengan osteoporosis. Gangguan Rasa Nyaman: Nyeri di kaki

pada keluarga Tn. D khususnya Ny. M berhubungan dengan ketidakmampuan

keluarga merawat keluarga dengan nyeri dikaki (varises)

Dalam menetapkan diagnosa keperawatan keluarga, ditetapkan

berdasarkan faktor risiko dan faktor potensial terjadinya penyakit atau masalah

kesehatan keluarga, serta mempertimbangkan kemampuan keluarga dalam

mengatasi masalah kesehatan.

C. Rencana Keperawatan

Perencanaan keperawatan yang telah direncanakan sama dengan teori.

Perencanaan pada asuhan keperawatan ini mengacu pada perencanaan

keperawatan keluarga yang meliputi diagnose keperawatan, tujuan umum, tujuan

khusus, criteria dan standart. Intervensi ketidakpatuhan menurut Wilkinson

(2016) yaitu meliputi aktivitas keperawatan dan pendidikan kesehatan sebagai

penyuluhan kepada pasien dan keluarga tentang penyakit hipertensi dan

pentingnya rutin dalam pengobatan hipertensi.

Tahap perencanaan keperawatan masalah diagnosa kesiapan peningkatan

manajemen kesehatan pada kasus keluarga Ny. M dengan masalah utama

osteoporosis. tidak mengalami kesulitan, dengan membaca tinjauan pustaka


76

sebagai landasan teori penyusunan dengan memperhatikaan data obyektif dan

subyektif yang ditemukan.

Faktor pendukungnya adalah keluarga memahami masalah yang

ditegakkan dan mau mengikuti perencanaan keperawatan yang disusun. Keluarga

menyatakan paham tentang perencanaan yang disusun untuk mengatasi masalah

keperawatan yaang muncul, ditunjukkan dengan menyatakan paham penjelasan

yang diberikan.

Berdasarkan diagnosa keperawatan yang penulis susun diatas, penulis

merencanakan tindakan keperawatan bersama keluarga disesuaikan dengan

masalah yang ada dengan diagnosa keperawatan. Adapun perencanaan yang

akan dilakukan antara lain :

1. Keterbatasan aktifitas pada keluarga Tn. D khususnya Ny. M berhubungan

dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan

osteoporosis, dengan perencanaan sebagai berikut:

a. Diskusikan dengan keluarga pengertian osteoporosis dengan

menggunakan leaflet.

b. Motivasi kembali keluarga untuk menyebutkan pengertian osteoporosis.

c. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga.

d. Diskusikan dengan keluarga penyebab terjadinya osteoporosis.

e. Motivasi kembali keluarga untuk menyebutkan penyebab terjadinya

osteoporosis.

f. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga.

g. Diskusikan dengan keluarga tanda dan gejala terjadinya osteoporosis.


77

h. Motivasi kembali keluarga untuk menyebutkan tanda dan gejala

terjadinya osteoporosis.

i. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga.

2. Gangguan Rasa Nyaman: Nyeri di kaki pada keluarga Tn. D khususnya Ny.

M berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat keluarga dengan

nyeri dikaki (varises), dengan perencanaan sebagai berikut:

a. Dorong keluarga untuk menyebutkan jenis fasilitas kesehatan yang

dikunjungi.

b. Beri reinforcement positif atas kemampuan keluarga menyebutkan

fasilitas kesehatan yang dikunjungi.

c. Diskusikan bersama keluarga mengenai manfaat pelayanan kesehatan.

d. Motivasi keluarga untuk menyebutkan kembali hasil diskusi.

e. Beri reinforcement positif atas kemampuan keluarga menyebutkan

manfaat pelayanan kesehatan.

f. Diskusikan tempat pelayanan kesehatan yang tepat untuk keluarga.

g. Beri reinforcement positif atas tindakan yang tepat yang dilakukan

keluarga.

D. Pelaksanaan Keperawatan

Berdasarkan perencanaan Asuhan Keperawatan diatas maka penulis dapat

melakukan Asuhan Keperawatan sebagai berikut :

1. Keterbatasan aktifitas pada keluarga Tn. D khususnya Ny. M berhubungan

dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan


78

osteoporosis, penulis memberikan penyuluhan tentang pengertian

osteoporosis yaitu berkurangnya kepadatan tulang yang progresif, sehingga

tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Memberikan contoh penyebab

osteoporosis yaitu : faktor usia, genetik, lingungan, defisiensi kalsium,

aktivitas fisik berkurang, merokok/ alkohol, obat-obatan. Serta tanda / gejala

osteoporosis yaitu : Patah tulang, punggung yang semakin membungkuk,

hilangnya tinggi badan, nyeri punggung, pengapuran tulang, nyeri pada

tulang.

2. Gangguan Rasa Nyaman: Nyeri di kaki pada keluarga Tn. D khususnya Ny.

M berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat keluarga dengan

nyeri dikaki (varises), penulis memberikan penyuluhan tentang fasilitas yang

dapat dikunjungi: klinik, dokter praktek, puskesmas dan rumah sakit.

Manfaat mengunjungi pelayanan kesehatan : mendapatkan pelayanan

kesehatan pengobatan osteoporosis, mendapatkan pendidikan kesehatan

tentang osteoporosis. Menunjukkan tempat berobat untuk penderita

osteoporosis.

E. Evaluasi Keperawatan

Sesuai dengan tujuan dan pelaksanaan Asuhan Keperawatan maka penulis

dapat mengevaluasi yaitu sebagai berikut :

1. Keluarga mengerti tentang :

a. Keterbatasan aktifitas pada keluarga Tn. D khususnya Ny. M

berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota

keluarga dengan osteoporosis


79

1) Pengertian osteoporosis adalah berkurangnya kepadatan tulang yang

progresif, sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah.

2) Menyebutkan 3 dari 7 penyebab osteoporosis yaitu : faktor usia,

genetik, lingungan, defisiensi kalsium, aktivitas fisik berkurang,

merokok/ alkohol, obat-obatan.

3) Menyebutkan 3 dari 6 tanda / gejala osteoporosis yaitu : Patah

tulang, punggung yang semakin membungkuk, hilangnya tinggi

badan, nyeri punggung, pengapuran tulang, nyeri pada tulang

b. Gangguan Rasa Nyaman: Nyeri di kaki pada keluarga Tn. D khususnya

Ny. M berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat

keluarga dengan nyeri dikaki (varises)

1) Keluarga dapat menyebutkan fasilitas yang dapat dikunjungi: klinik,

dokter praktek, puskesmas dan rumah sakit.

2) Manfaat mengunjungi pelayanan kesehatan : mendapatkan

pelayanan kesehatan pengobatan osteoporosis, mendapatkan penkes

tentang osteoporosis.

3) Menunjukkan tempat berobat untuk penderita osteoporosis

2. Adanya dukungan dan partisifasi aktif keluarga pada saat memberikan

penjelasan.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis melaksanakan “Asuhan Keperawatan Kebutuhan Rasa

Nyaman Nyeri Pada Ny. M Dengan Osteoporosis di Kampung Sidodadi

Kelurahan Pasirkareumbi Wilayah Kerja Puskesmas Cikalapa Kecamatan

Subang Kabupaten Subang” maka dapat di simpulan sebagai berikut:

1. Pengkajian

Pengkajian pada keluarga, penulis melakukannya secara

komprehenship yang meliputi pengkajiann Identitas keluarga, daftar anggota

keluarga yang tinggal serumah, genogram, tipe keluarga, sifat keluarga,

faktor sosial, budaya dan ekonomi, suku dan agama factor lingkungan,

riwayat kesehatan dan pengkajian fisik dengan menggunakan alat dan sarana

yang tersedia sehingga didapatkan data yang diperlukan untuk perumusan

masalah. Penggunaan metode deskriftif dapat menemukan masalah keluarga

maupun masalah keperawatan yang lebih akurat dan langsung dapat

ditemukan melalui metode yang penulis lakukan.

2. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan hasil pengkajian yang penulis lakukan sehingga

terbentuklah diagnosa keperawatan yaitu :Keterbatasan aktifitas pada

keluarga Tn. D khususnya Ny. M berhubungan dengan ketidakmampuan

80
81

keluarga merawat anggota keluarga dengan osteoporosis. Gangguan Rasa

Nyaman: Nyeri di kaki pada keluarga Tn. D khususnya Ny. M berhubungan

dengan ketidakmampuan keluarga merawat keluarga dengan nyeri dikaki

(varises)

3. Perencanaan

Dalam perencanaan, penulis merencanakan tindakan keperawatan

bersama keluarga yang di sesuaikan dengan diagnosa keperawatan dan

tujuan yang penulis susun. Rencana tindakan tersebut disesuaikan dengan

masalah yang dialami keluarga, tingkat pendidikan keluarga dan sumber

daya keluarga, serta didukung oleh partisifasi aktif keluarga.

4. Implementasi

Dalam melaksanakan tindakan keperawatan, penulis melaksanakan

sesuai dengan perencanaan yang lebih ditekankan kepada peningkatan

pengetahuan tentang masal-masalah yang dihadapi keluarga melalui

penyuluhan. Dalam melaksanakan tindakan keperawatan. Penulis tidak

mendapatkan, hal ini dikarenakan keluarga bersikap sangat kooperatif.

5. Evaluasi

Dalam mengevaluasi tindakan penulis mengacu kepada tujuan yang

telah di tetapkan.
82

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis mengemukakan beberapa saran

sebagai berikut :

1. Untuk Institusi Pendidikan

Diharapkan kepada institusi pendidikan untuk melengkapi buku-buku

sebagai referensi dengan tahun penerbitan yang baru dengan masalah-

masalah asuhan keperawatan, khususnya asuhan keperawatan penyakit

osteoporosis sehingga dapat memudahkan mahasiswa dalam penyusunan

karya tulis ilmiah selanjutnya.

2. Untuk Puskesmas

Diharapkan dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan hendaknya

Melakukan kerjasama antara Puskesmas dengan pihak Kelurahan dan

instasnsi yang terkait sehingga memudahkan pihak puskesmas memberikan

pendidikan kesehatan kepada masyarakat dan masyarakat dapat

memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada di Puskesmas.

3. Untuk Klien dan Keluarga

Diharapkan Klien dan Keluarga dapat menjaga pola hidup sehat dan

merubah gaya hidup menjadi lebih baik, serta mampu memanfaatkan

fasilitas kesehatan yang terjangkau dan ekonomis seperti puskesmas.

Para anggota keluarga diharapkan dapat membantu dan saling mengingatkan

serta memotivasi keluarga untuk melakukan pola hidup sehat dengan olah

raga dan pola hidup bagi penderita osteoporosis yang dianjurkan.


83

4. Untuk Penulis Selanjutnya

Dalam penerapan asuhan keperawatan diharapkan mahasiswa dapat

melakukan pengkajian yang lebih lengkap untuk mendapatkan hasil yang

optimal dan mampu memberikan asuhan keperawatan yang kompeten bagi

klien. Mahasiswa juga diharapkan dapat mengaplikasikan ilmu yang

diperolehnya selama proses pembelajaran baik di kampus maupun

dilapangan.

Anda mungkin juga menyukai