PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
makin meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga
usia lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian itu tampak
pula pada semua sistem muskuloskeletal dan jaringan lain yang ada kaitannya
kondisi ini tulang menyusut dan mudah patah. Tubuh pun bisa membungkuk
karena tulang tak mampu menyangganya dengan baik. Setiap orang harus
tidak bisa berjalan tanpa bantuan. Sementara itu di negara berkembang seperti
tersebut 80% nya adalah wanita. Begitu pula di Indonesia dalam kurun waktu 11
1
2
di bawah penyakit jantung sebagai masalah kesehatan utama dunia. Menurut data
mengalami resiko seumur hidup untuk patah tulang akibat osteoporosis, bahkan
mendekati 40%, sedangkan pada pria, resikonya berada pada angka 13%.
(Setiawati, 2016).
usia< 40 tahun, 30% pada usia 40-60 tahun dan 65% pada usia > 61 tahun
(Bachtiar, 2018). Provinsi Jawa Barat menunjukan bahwa diantara 4.683 orang
berusia 15-45 tahun yang diteliti, 0,05% wanita diantaranya sudah mengalami
osteoporosis. Sedangkan dari hasil data yang diperoleh dari Puskesmas Cikalapa
1 Tahun 2018 terdapat 424 pasien osteoporosis dan 128 diantaranya warga
Kelurahan Pasirkareumbi.
pria dewasa, dan setelah menopause mereka mulai kehilangan tulang lebih cepat
hilang, hingga massa dan kekuatan tulang, dengan peningkatan fraktur (Ganong,
2013).
gibus. Fraktur kolum femur sering terjadi pada usia di atas 60 tahun dan lebih
3
sering pada perempuan, yang disebabkan oleh penuaan dan osteoporosis pasca
menopause.
penyakit osteoporosis pada lansia yaitu pemberian nutrisi yang benar dan
olahraga teratur, pemberian nutrisi yang tidak benar dan olahraga yang kurang
osteoporosis.
terakhir adalah peningkatan kerja sama dan system rujukan antar berbagai
tingkat fasilitas pelayanan kesehatan, hal ini akan memberi nilai posistif dalam
Satu hal yang penting dalam fungsi perawatan kesehatan yang perlu
nutrisi yang benar dan olahraga teratur, pemberian nutrisi yang tidak benar dan
menyerap kalsium yang umumnya terjadi pada orang tua sehingga dapat
Keluarga adalah bagian dari masyarakat yang perannya sangat penting untuk
individu dimulai dan akan tercipta tatanan masyarakat yang baik, sehingga untuk
membangun suatu kebudayaan maka sebaiknya dimulai dari keluarga. Saat ini
Berkaitan dengan peran keluarga yang bersifat ganda, yakni satu sisi
keluarga berperan sebagai suatu matriks bagi anggotanya, disisi lain keluarga
fungsi keluarga yaitu fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi reproduksi, fungsi
ekonomi, dan fungsi perawatan keluarga. Fungsi lain keluarga adalah fungsi
yang sakit. Keluarga juga menentukan kapan anggota keluarga yang mengalami
(Padila, 2014).
kesehatan kepada masyarakat. Salah satu peran penting seorang perawat adalah
pendidikan kesehatan pada klien dan keluarga dalam hal pencegahan penyakit,
tersebut dalam suatu karya tulis ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
mampu :
C. Metode Telaahan
osteoporosis.
1. Pengamatan / Observasi
Penulis melihat secara langsung dan mencatat segalah masalah dengan cara
pemeriksaan fisik.
2. Wawancara
3. Studi Kepustakaan
4. Partisipasi Aktif
osteoporosis.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
a. Penulis
masyarakat
b. Pendidikan
c. Puskesmas
d. Masyarakat
2. Manfaat Teoritis
TINJAUAN TEORITIS
1. Pengertian Keluarga
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di
hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan di dalam
mental, emosional dan social diri tiap anggota keluarga (Duval dalam
Setiadi, 2015).
keluarga adalah :
9
10
2. Tipe Keluarga
yaitu :
3) Keluarga “Dyad” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami
4) “Single Parent” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak
3) Commune Family.
bersama.
melelui pernikahan.
6) Cohibiting Couple.
7) Group-Marriage Family.
9) Foster Family.
11) Gang.
kehidupannya.
3. Struktur Keluarga
sedarah istri.
sedarah suami.
4. Fungsi Keluarga
a. Fungsi Biologis
b. Fungsi Psikologis
c. Fungsi sosialisasi
perkembangan anak.
d. Fungsi Ekonomi
kebutuhankeluarga.
kebutuhan keluarga.
e. Fungsi pendidikan
5. Tugas Kesehatan
2017) yaitu :
masyarakat.
6. Peran Keluarga
individu dalam posisi dan situasi tertentu. Berbagai peranan yang terdapat di
a. Peranan ayah : ayah sebagai suami dan istri dan anak-anak, berperan
b. Peranan ibu : sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai
disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan
dalam keluarga.
spriritual.
keluarga ada beberapa peranan yang dapat dilakukan oleh perawat antara
lain :
keluarga.
17
1. Pengertian Osteoporosis
berarti keropos. Tulang yang mudah patah akibat Osteoporosis adalah tulang
porus, rapuh dan mudah patah; tulang menjadi mudah fraktur dengan stres
yang tidak akan menimbulkan pengaruh pada tulang normal (Brunner &
Suddarth, 2013).
Pada kondisi ini tulang menyusut dan mudah patah. Tubuh pun bisa
2. Klasifikasi Osteoporosis
Merupakan bentuk yang paling sering ditemukan pada wanita kulit putih
c. Osteoporosis Idiopatik
ini tidak berkaitan dengan penyebab sekunder atau faktor resiko yang
d. Osteoporosis Juvenil
e. Osteoporosis Sekunder.
lain-lain.
3. Etiologi Osteoporosis
kalsium ke dalam tulang pada wanita. Biasanya gejala timbul pada wanita
yang berusia diantara 51-75 tahun, tetapi bisa mulai muncul lebih cepat
ataupun lebih lambat. Tidak semua wanita memiliki resiko yang sama untuk
timur lebih mudah menderita penyakit ini daripada wanita kulit hitam
(Ningsih, 2014).
yaitu keadaan penurunan masa tulang yang hanya terjadi pada usia lanjut.
Penyakit ini biasanya terjadi pada usia diatas 70 tahun dan dua kali lebih
oleh obet-obatan. Penyakit ini bisa disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan
kelainan hormonal (terutama tiroid, paratiroid, dan adrenal) dan obat- obatan
penyebabnya tidak diketahui. Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa
yang normal dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang
(Ningsih, 2014).
Pada seseorang dengan tulang yang kecil akan lebih mudah mendapat risiko
fraktur daripada seseorang dengan tulang yang besar. Sampai saat ini tidak
21
ada ukuran universal yang dapat dipakai sebagai ukuran tulang normal.
beban mekanis dan besar badannya. Apabila individu dengan tulang besar,
tulang lebih banyak daripada individu yang mempunyai tulang kecil pada
4. Patofisiologi Osteoporosis
masa tulang mulai terjadi setelah tercaipainya puncak massa tulang. Pada
pria massa tulang lebih besar dan tidak mengalami perubahan hormonal
2014).
pengurangan massa tulang dan fungsi tubuh. Asupan kasium dan vitamin D
– 24 tahun (adolsen dan dewasa muda) hingga 1200 mg per hari, untuk
memaksimalakan puncak massa tulang. RDA untuk orang dewasa tetap 800
kolaps atau hancur, maka akan timbul nyeri tulang dan kelainan bentuk.
(Ningsih, 2014).
Tulang belakang yang rapuh bisa mengalami kolaps secara spontan atau
karena cedera ringan. Biasanya nyeri timbul secara tiba-tiba dan dirasakan di
daerah tertentu dari pungung yang akan bertambah nyeri jika penderita
berdiri atau berjalan. Jika disentuh, daerah tersebut akan terasa sakit, tetapi
biasanya rasa sakit ini akan menghilang secara bertahap setelah beberapa
minggu atau beberapa bulan. Jika beberapa tulang belakang hancur, maka
2014).
Tulang lainnya bisa patah, yang sering kali disebabkan oleh tekanan
yang ringan atau karena jatuh. Salah satu patah tulang yang paling serius
adalah patah tulang panggul. Selain itu , yang juga sering terjadi adalah
6. Penatalaksanaan Osteoporosis
medis yang lebih menekankan pada pengurangan atau meredakan rasa sakit
24
akibat patah tualng. Selain itu, juga dilakukan terapi hormone pengganti
estrogen dan progresteron. Terapi lainnya yaitu terapi non hormonal antara
a. Terapi Medis.
diperlukan obat pereda sakit yang kuat, seperti turunan morfin. Namun,
linglung. Bagi yang mengalami rasa sakit yang sangat dan tidak dapat
kalsitonin.
Bila rasa sakit mulai mereda, tablet pereda rasa sakit seperti
HRT.
26
resiko tersebut.
pada awal terapi dilihat dulu reaksinya terhadap tubuh. Bila dosis
2) Kalsitonin.
diberikan dalam bentuk suntikan yang diberikan setiap hari atau dua
hari sekali selama dua atau tiga minggu. Hormone ini juga dapat
mungkin pula terjadi muntah dan diare serta rasa sakit pada bekas
suntikan.
3) Testosterone
c. Terapi Non-Hormonal
efek samping yang dapat ditimbulkan dan tidak dapat diterapkan pada
28
non-hormonal.
1) Bisfosfonat
alendronat.
2) Etidronat.
dalam bentuk tablet dengan dosis satu kali sehari selama dua
3) Alendronat
adalah timbulnya diare, rasa sakit dan kembung pada perut, serta
d. Terapi Alamiah
7. Pemeriksaan Diagnostik
pencegahan karena bila sudah terkena susah, bahkan tidak dapat dipulihkan.
massa tulang sebelum terjadi akibat yang lebih fatal seperti terjadinya patah
a. Pemeriksaan radiologic
b. Pemeriksaan radioisotope
c. Pemeriksaan Quantitative
terpenuhi), dan transenden (keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah dan
nyeri). Menurut Wahyudi & Wahid (2016) kenyamanan harus dipandang secara
lainnya.
kebutuhan rasa nyaman bebas dari rasa nyeri, dan hipo/hipertermia. Hal ini
timbulnya gejala dan tanda pada pasien (Wahyudi & Wahid, 2016).
1) Gejala penyakit
4) Kurangnya privasi
Objektif : Gelisah
Subjektif:
3) Mengeluh kedinginan/kepanasan
4) Merasa gatal
32
5) Mengeluh mual
Objektif:
2) Tampak merintih/menangis
5) Iritabilitas
a. Pengertian nyeri
karena itu, suatu rangsang yang sama dapat dirasakan berbeda oleh dua
orang yang berbeda bahkan suatu rangsang yang sama dapat dirasakan
b. Fisiologi Nyeri
dan menjalani salah satu dari beberapa rute saraf dan akhirnya sampai di
c. Klasifikasi Nyeri
Tabel 2.1
Klasifikasi Nyeri
Nyeri Akut Nyeri Kronis Nyeri Akut Nyeri Kronis
Nyeri akut adalah pengalaman Nyeri kronis adalah pengalaman
sensorik atau emosional yang sensorik atau emosional yang berkaitan
berkaitan dengan kerusakan dengan kerusakan jaringan aktual atau
jaringan aktual atau fungsional, fungsional, dengan onset mendadak atau
dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga
lambat dan berintensitas ringan berat dan konstan, yang berlangsung
hingga berat yang berlangsung lebih dari 3 bulan.
kurang dari kurang 3 bulan.
Penyebab nyeri akut antara lain: Penyebab nyeri kronis antara lain:
1. Agen pencedera fisiologis (mis: 1. Kondisi muskuloskeletal kronis
inflamasi, iskemia, meoplasma) 2. Kerusakan sistem saraf
2. Agen pencedera kimiawi (mis: 3. Penekanan saraf
terbakar, bahan kimia iritan) 4. Infiltrasi tumor
3. Agen pencedera fisik (mis: 5. Ketidakseimbangan neuromedulator,
abses, amputasi, terbakar, dan reseptor
terpotong, mengangkat berat, 6. Gangguan imunitas (mis: neuropati
prosedur operasi, trauma, terkait HIV, virus vericella-zoster)
latihan fisik berlebihan) 7. Gangguan fungsi metabolik
8. Riwayat posisi kerja statis
9. Peningkatan indeks massa tubuh
10. Kondisi pasca trauma
11. Tekanan emosional
12. Riwayat penganiayaan (mis: fisik,
psikologis, seksual)
13. Riwayat penyalahgunaan obat/za
Sumber: SDKI PPNI (2016).
35
d. Penanganan Nyeri
a) Analgesik narkotik
ibuprofen selain memiliki efek anti nyeri juga memiliki efek anti
2016).
a) Distraksi
b) Relaksasi
c) Imajinasi Terbimbing
e. Pengukuran Nyeri
menggunakan skala 0-10. Skala ini sangat efektif untuk digunakan saat
Gambar 2.1
Pengukuran Skala Nyeri
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Keterangan:
Tabel 2.2
Skala Nyeri
0 Tidak ada nyeri (merasa normal).
1 Nyeri hampir tidak terasa (nyeri sangat ringan). Sebagian besar
tidak pernah berfikir tentang rasa sakit, seperti gigitan nyamuk.
2 Tidak menyenangkan. Nyeri ringan, seperti cubitan ringan pada
kulit.
3 Bisa ditoleransi. Nyeri sangat terasa, seperti suntikan oleh dokter
4 Menyedihkan. Kuat, nyeri yang dalam, seperti sakit gigi atau rasa
sakit dari sengatan lebah.
5 Sangat menyedihkan. Kuat dalam, nyeri yang menusuk, seperti
kaki terkilir.
6 Intens. Kuat dalam, nyeri yang menusuk begitu kuat sehingga
tampak memengaruhi sebagian indra, menyebabkan tidak fokus,
komunikasi terganggu
7 Sakit intens. Sama seperti skala 6, rasa sakit benar-benar
mendominasi indra, tidak mampu berkomunikasi dengan baik dan
tidak mampu melakukan perawatan diri.
8 Benar – benar mengerikan. Nyeri sangat kuat dan sangat
mengganggu sampai sering mengalami perubahan perilaku jika
nyeri terjadi
9 Menyiksa tak tertahankan. Nyeri sangat kuat, tidak bisa ditoleransi
dengan terapi.
10 Nyeri tak terbayangkan dan tak dapat diungkapkan. Nyeri sangat
berat sampai tidak sadarkan diri.
39
Dikelompokkan menjadi:
Tabel 2.3
Pengelompokan Skala Nyeri
Skala Nyeri Grade Interpretasi
1–3 Nyeri ringan Nyeri bisa ditoleransi dengan baik/
tidak mengganggu aktivitas
4–6 Nyeri sedang Mengganggu aktivitas fisik
7–9 Nyeri berat Tidak mampu melakukan aktivitas
secara mandiri
10 Nyeri sangat berat Malignan/nyeri sangat hebat dan
tidak berkurang dengan terapi/obat-
obatan pereda nyeri dan tidak dapat
melakukan aktivitas
Sumber: Wahyudi & Wahid (2016)
1. Pengkajian
(Murwani, 2015).
a. Data Umum
5) Komposisi keluarga
40
6) Tipe keluarga
7) Tipe bangsa
8) Agama
oleh keluarga.
aktivitas rekreasi.
keluarga inti
c. Data Lingkungan
1) Karakteristik rumah
tank dengan sumber air, sumber air minum yang digunakan serta
denah rumah.
42
mempengaruhi kesehatan.
berpindah tempat.
d. Struktur Keluarga
3) Struktur peran
e. Fungsi-fungsi Keluarga
1) Fungsi afektif
2) Fungsi sosialisasi
4) Fungsi reproduksi
5) Fungsi ekonomi
dan papan
permasalahan.
g. Pemeriksaan Fisik
klinik.
h. Harapan Keluarga
No Kriteria Bobot
1 Sifat masalah 1
Skala : Tidak/ kurang sehat 3
Ancaman kesehatan 2
Keadaan sejahtera 1
46
No Kriteria Bobot
2 Kemungkinan masalah dapat dirubah 2
Skala : Mudah 2
Sebagian 1
Tidak dapat 0
3 Potensial masalah untuk dicegah 1
Skala : Tinggi 3
Cukup 2
Rendah 1
4 Menonjolnya masalah 1
Skala : Masalah berat harus segera ditangani 2
Ada masalah tetapi tidak perlu 1
ditangani
Masalah tidak dirasakan 0
Skoring :
Skore
× bobot
Nilai Tertinggi
3. Diagnosa Keperawatan
yang lebih berat diberikan pada tidak / kurang sehat karena pertama
keluarga.
menangani masalah.
waktu.
ada.
tersebut. Nilai skore yang tinggi yang terlebih dahulu dilakukan intervensi
atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan data dan
(Mubarak, 2017).
1) Memberikan informasi
dengan cara :
dengan cara :
5. Evaluasi Keperawatan
a. Sifat Evaluasi
Evaluasi tahap kelima atau tahap akhir dari proses keperawatan keluarga
Apa bila setelah dilakukan evaluasi tujuan tidak tercapai maka ada
1) Evaluasi Struktur
suatu kegiatan.
2) Evaluasi Proses
3) Evaluasi Hasil
d. Metode Evaluasi
1) Observasi langsung.
3) Wawancara.
4) Latihan stimulasi.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Data Keluarga
51
52
semua persendian
Kesadaran : Composmetis
GCS :E:M:V=4:6:5
Pernafasan : 72x/menit
Suhu : 36 C
Nadi : 24 x/menit
e. Sirkulasi / Cairan
f. Perkemihan
2) Poliuria
g. Pernafasan
4) Tidak sesak
h. Pencernaan
j. Neurosensori
atau manis
m. Mental : Baik
1) Mandi 2 x sehari
2) Berpakaian mandiri
3) Menyisir rambut
1) Kondisi Rumah
lantai kramik
2) Ventilasi
3) Pencahayaan Rumah
Keluarga memiliki sumber air dengan sumur bor serta septik tank,
7) Tempat Sampah
8) Luas Rumah
3) Jika ada Balita, menimbang Balita tiap bulan : tidak ada balita
menggunakan air bersih untuk minum dan makan dari sumur bor
6) Mencuci tangan dengan ari bersih dan sabun : Iya, mencuci tangan
lingkungan rumah
56
9) Mengkonsumsi lauk dan pauk tiap hari : Iya, setiap hari selalu
keluarga
12) Makan buah dan sayur setiap hari : Tidak, keluarga tidak tiap hari
mengkonsumsi
merokok
Anggota Keluarga
sedang sakit.
dalam keluarganya?
segera diobati/dirawat
kesehatan di Puskesmas.
keluarganya?
sakitnya
teratur ke puskesmas.
Keluarga belum terlalu paham cara merawat salah satu anggota keluarga
yang sakit
kesehatan?
Keluarga Tn. D tidak ada yang memiliki penyakit menular dan penyakit
Pernafasan : 72 x/menit
Suhu : 36 C
Nadi : 24 x/menit
a. Data Subjektif
merasakan capek dan pegal, sakit pada tulang tangan (bahu) sebelah
b. Data Obyektif
dideritanya
8. Analisa Data
Jumlah total 3½
65
B. Diagnosa Keperawatan
osteoporosis, skore : 3 ½
C. Rencana Keperawatan
D. Pelaksanaan Keperawatan
Diagnosa
No Tanggal Tujuan Implementasi Paraf
Keperawatan
1 26/11/2019 Keterbatasan Setelah dilakukan 2x kunjungan 1. Mendiskusikan dengan keluarga pengertian osteoporosis
aktivitas kerumah keluarga, keluarga dengan menggunakan leaflet.
mampu mengenal masalah 2. Memotivasi kembali keluarga untuk menyebutkan
osteoporosis dan keterbatasan pengertian osteoporosis.
aktifitas teratasi 3. Memberikan reinforcement positif atas usaha keluarga.
4. Mendiskusikan dengan keluarga penyebab terjadinya
osteoporosis.
5. Memotivasi kembali keluarga untuk menyebutkan
penyebab terjadinya osteoporosis.
6. Memberikan reinforcement positif atas usaha keluarga.
7. Mendiskusikan dengan keluarga tanda dan gejala
terjadinya osteoporosis.
8. Memotivasi kembali keluarga untuk menyebutkan tanda
dan gejala terjadinya osteoporosis.
9. Memberikan reinforcement positif atas usaha keluarga.
70
Diagnosa
No Tanggal Tujuan Implementasi Paraf
Keperawatan
2 26/11/2019 Mobilisasi Setelah dilakukan kunjungan 1. Memberikan salam
penyakit rumah sebanyak 2x tidak terjadi 2. Mendorong keluarga untuk menyebutkan jenis fasilitas
osteoporosis keterbatasan mobilisasi akibat kesehatan yang dikunjungi.
osteoporosis 3. Memberi reinforcement positif atas kemampuan
keluarga menyebutkan fasilitas kesehatan yang
dikunjungi.
4. Mendiskusikan bersama keluarga mengenai manfaat
pelayanan kesehatan.
5. Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali hasil
diskusi.
6. Memberi reinforcement positif atas kemampuan
keluarga menyebutkan manfaat pelayanan kesehatan.
7. Mendiskusikan tempat pelayanan kesehatan yang tepat
untuk keluarga.
8. Memberi reinforcement positif atas tindakan yang tepat
yang dilakukan keluarga.
71
E. Evaluasi Keperawatan
Diagnosa
No Tanggal Evaluasi Paraf
Keperawatan
1 26/11/2019 Nyeri S : Keluarga mampu mengenal masalah
osteoporosis dan keterbatasan aktifitas
teratasi
O : Keluarga mampu
1. Menyebutkan pengertian
osteoporosis
2. Menyebutkan penyebab osteoporosis
3. Menyebutkan tanda dan gejala
osteoporosis
A : Tujuan tercapai
P : Lanjutkan intervensi
I : Melaksanakan tindakan sesuai
intervensi
E : Masalah teratasi
R : -
2 26/11/2019 Mobilisasi S : Tidak terjadi keterbatasan mobilisasi
penyakit akibat osteoporosis
osteoporosis O : Keluarga mampu menyebutkan
1. Jenis fasilitas kesehatan yang
dikunjungi
2. Manfaat kunjungan kepelayanan
kesehatan
3. Memanfaatkan pelayanan kesehatan
dalam merawat osteoporosis.
A : Tujuan tercapai
P : Lanjutkan intervensi
I : Melaksanakan tindakan sesuai
intervensi
E : Masalah teratasi
R : -
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
yang memberi gambaran, kondisi nyata dalam asuhan keperawatan yang melalui
kurang tertata rapih, lantai kamar mandi agak licin, ada kandang ternak di
72
73
matahari pada siang hari masuk kerumah, rumah tidak lembab, jendela
rumah selalu tertutup, jarak sumber air dengan septik tank > 5 meter, kondisi
bahwa Ny. M mengalami nyeri disekitar tumit dan betis, biasanya timbul
dengan tanda dan gejala varises adalah kaki mudah capek, pembuluh darah
Wawancara mulai dari data kepala keluarga. Keluarga yang tinggal serumah,
dan sosial.
muncul.
keadaan rumah klien tidak sesuai dengan standar kesehatan, karena kondisi
rumah agak kotor, terdapat kandang ternak dekat dengan rumah, pencahaan
rumah kurang terutama disiang hari jarak sumber air dengan septik tank > 5
meter. Ny. M mengalami nyeri disekitar tumit dan betis, biasanya timbul setelah
B. Diagnosa Keperawatan
yang muncul pada asuhan keperawatan keluarga pada Ny. M adalah kesiapan
berdasarkan faktor risiko dan faktor potensial terjadinya penyakit atau masalah
C. Rencana Keperawatan
yang diberikan.
menggunakan leaflet.
osteoporosis.
terjadinya osteoporosis.
2. Gangguan Rasa Nyaman: Nyeri di kaki pada keluarga Tn. D khususnya Ny.
dikunjungi.
keluarga.
D. Pelaksanaan Keperawatan
tulang.
2. Gangguan Rasa Nyaman: Nyeri di kaki pada keluarga Tn. D khususnya Ny.
osteoporosis.
E. Evaluasi Keperawatan
tentang osteoporosis.
penjelasan.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengkajian
faktor sosial, budaya dan ekonomi, suku dan agama factor lingkungan,
riwayat kesehatan dan pengkajian fisik dengan menggunakan alat dan sarana
2. Diagnosa Keperawatan
80
81
(varises)
3. Perencanaan
4. Implementasi
5. Evaluasi
telah di tetapkan.
82
B. Saran
sebagai berikut :
2. Untuk Puskesmas
Diharapkan Klien dan Keluarga dapat menjaga pola hidup sehat dan
serta memotivasi keluarga untuk melakukan pola hidup sehat dengan olah
dilapangan.