TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar
disebabkan oleh infeksi virus Dengue tipe 1-4, dan ditularkan melalui gigitan
dan yang dihubungkan dengan gejala DHF yang parah adalah tipe 3.
Kekebalan (imunitas) terhadap satu jenis virus tidak berlaku untuk infeksi
oleh karena virus Dengue yang termasuk golongan abrovirus melalui gigitan
nyamuk Aedes aegygti betina. Penyakit ini biasa disebut Demam Berdarah
pada anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi
1
2
yang disertai leucopenia, dengan atau tanpa ruam (rash) dan limfadenopati,
2014).
2. Etiologi
nyamuk genus Aedes, seperti Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Aedes
biasanya berukuran 3-4 mm. Warna tubuh hitam dengan bintik-bintik putih
pada seluruh tubuh dan kepala, dan lingkaran putih pada kaki. Dadanya
(Hadinegoro, 2013).
Nyamuk betina Aedes aegypti mengigit pada waktu siang hari dengan
aktivitas puncak pada pagi hari dan petang. Perkembangan hidup nyamuk
3
Aedes Aegypti dari tidur hingga dewasa memerlukan waktu sekitar 10-12
hari. Hanya nyamuk betina yang menggigit dan menghisap darah serta
3. Anatomi Fisiologi
oksigen dari traktus digestivus dan dari paru-paru ke sela-sela tubuh. Selain
a. Jantung
thorax, diantara paru-paru, agak lebih kearah kiri. Jantung adalah organ
Gambar 2.1
Gambar Anatomi Pembuluh Darah
3) Ventrikel kanan Atrium ini berada pada bagian depan jantung, dan
perikardium.
kantung jantung.
b. Pembuluh Darah
d) Arteri radialis adalah arteri yang teraba pada pangkal ibu jari.
telinga.
2) Kapiler
Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil yang teraba dari
cabang terhalus dari arteri sehingga tidak tampak kecuali dari bawah
yang penting:
7
ekstremitas atas.
c. Darah
Darah adalah jaringan cair dan terdiri atas dua bagian: bagian cair
yang disebut plasma dan bagian padat yang disebut sel darah. Darah
adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat didalam pembuluh darah yang
limpa. Volume darah pada tubuh yang sehat / organ dewasa terdapat
darah kira-kira 1/13 dari berat badan atau kira-kira 4-5 liter. Keadaan
jumlah tersebut pada tiap organ tidak sama tergantung pada umur,
atau kekentalan dari pada darah lebih kental dari pada air yaitu
8
7.37 – 1.45.
melalui paru.
1) Sel-sel Darah
melalui paru-paru.
yang mati akan terurai menjadi dua zat yaitu hematin yang
(Syaifuddin, 2016)
berikut:
11
(1) Agranulosit
(a) Limfosit
(b) Monosit
(2) Granulosit
(a) Neutrofil
banyaknya 60-70%.
(b) Eosinofil
(c) Basofil
banyaknya ½%.
2) Plasma darah
hematokrit.
a) Sumsum Tulang
b) Limpa
terdapat darah kirakira 1/13 dari berat badan atau kira-kira 4-5
pembuluh darah.
14
4. Patofisiologi
penyebab yang jelas disertai gejala lain seperti sakit kepala, mual, muntah,
nyeri otot, pegal di seluruh tubuh, nafsu makan berkurang dan sakit perut,
bintik-bintik merah pada kulit. Kelainan juga dapat terjadi pada sistem
efusi dan renjatan. Selain itu sistem reikulo endotel bisa terganggu sehingga
saat renjatan. Pada pasien dengan renjatan berat, volume plasma dapat
berkurang sampai 30% atau lebih. Bila renjatan hipovolemik yang terjadi
akibat kehilangan plasma yang tidak dengan segera diatasi maka akan terjadi
intravaskuler (DIC) juga bisa menyebabkan terjadi saat renjatan (Price dan
Wilson, 2013).
16
Gambar 2.2
Pathways Penyakit DHF
Gigitan Nyamuk
Aedes Aegepti
Depresi sumsum
tulang
Nyeri otot, Stimulasi RES
Demam Permeabilitas
tulang dan
Akut Vaskuler
sendi
Hepatomegali
Keringat Kebocoran
Hipertemi Gangguan rasa Peningkatan plasma
nyaman nyeri Hepar mendesak enzim-enzim
Output rongga abdomen hepar SGOT
Berlebih SGPT
Hematokrit Trombosytopenis
Mual, muntah
wiskositas
darah
Nafsu makan Fungsi trombosit
menurun, faktor
Aliran darah koagulasi menurun
Intake tidak lambat
adekuat
Resiko injuri
Suplay O2 ke perdarahan
Resiko perubahan jaringan
nutrisi kurang dari
kebutuhan
Resiko Gangguan
Perfusi jaringan
Resiko defisit
volume cairan dan
elektrolit
5. Manifestasi Klinik
dengan masa inkubasi antara 13-15 hari. Adapun tanda dan gejala menurut
d. Syok yang ditandai dengan nadi lemah, cepat disertai tekanan darah
20 mmHg atau kurang) disertai kulit yang teraba dingin dan lembab
terutama pada ujung hidung, jari dan kaki, penderita gelisah timbul
Adapun gambaran klinis lain yang tidak khas dan biasa dijumpai pada
menelan.
konstipasi
18
c. Keluhan sistem tubuh yang lain: nyeri atau sakit kepala, nyeri pada otot,
tulang dan sendi, nyeri otot abdomen, nyeri ulu hati, pegal-pegal pada
6. Pemeriksaan Penunjang
2015).
Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian. Bagian cairan
disebut plasma dan bagian padat disebut sel darah. Volume dari darah secara
Sel darah meliputi sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (lekosit)
dan trombosit. Eritrosit bentukya seperti cakram kecil bikonkaf, cekung pada
2015).
Lekosit terdiri dari dua yaitu non granulosit dan granulosit. Sel
granulosit terdiri dari neutrofil, eosinofil, basofil. Sel non granulosit terdiri
19
dari limfosit dan monosit. Sel lekosit merupakan sel yang peka terhadap
masuknya agen asing dalam tubuh dan berfungsi sebagai sistim pertahanan
tubuh. Jumlah normal dalam darah 8.000 μl. Sel ini diproduksi di sumsum
2016).
lain :
penderita DHF.
tampak sebagai bercak merah kecil pada permukaan kulit yang di sebut
Ptechiae.
b. Pemeriksaan Hemoglobin
metode fotoelektrik.
c. Pemeriksaan Hematokrit
d. Pemeriksaan Trombosit
normal atau menurun. Penurunan jumlah trombosit < 100.000 /μl atau
21
e. Pemeriksaan Lekosit
hemostatis.
hubungan dengan DHF derajat penyakit II dan IgG positif, dan limfosit
Prinsip : Menghitung jumlah limfosit plasma biru dalam 100 sel jenis-
jenis lekosit.
Hasil positif IgG menandakan adanya infeksi sekunder dengue, dan IgM
karena sensitifitas pada infeksi sekunder lebih tinggi, tetapi pada infeksi
Prinsip : Antibodi dengue baik IgM atau IgG dalam serum akan diikat
oleh anti-human IgM dan IgG yang dilapiskan pada dua garis silang di
strip nitrosellulosa.
23
dalam bagian tubuh, hampir 90% dari total berat badan. Sementara itu,
sisanya merupakan bagian padat dari tubuh. Elektrolit terdapat pada seluruh
60% dari berat badan pria dan 50% dari berat badan wanita. Jumlah
volume ini tergantung pada kandungan lemak badan dan usia. Lemak
banyak dari pria sehingga jumlah volume cairan wanita lebih rendah dari
pria. Usia juga berpengaruh terhadap jumlah volume cairan, semakin tua
usia semakin sedikit kandungan airnya. Sebagai contoh, bayi baru lahir
jumlah cairan tubuhnya 70-80% dari Berat Badan (BB), usia 1 tahun
60% dari BB, usia pubertas sampai dengan usia 39 tahun untuk pria 60%
dari BB dan wanita 52% dari BB, usia 40-60 tahun untuk pria 55% dari
24
BB dan wanita 47% dari BB, sedangkan pada usia di atas 60 tahun untuk
pria 52% dari BB dan wanita 46% dari BB (Tarwoto & Wartonah,
2016).
40% dari BB, sedangkan cairan ekstraseluler 20% dari BB, cairan ini
c. Fungsi Cairan
4) Transpor hormon
5) Pelumas antar-organ
d. Keseimbangan Cairan
urine 1.200-1500 ml/hari, feses 100 ml, paru-paru 300-500 ml, dan kulit
sebagai berikut :
1) Rasa Dahaga
berikut:
3) Aldosteron
mengendalikan hiperkalemia.
f. Pemasukan Cairan
berasal dari makanan dan minuman yang dimakan (melalui ingesti), dan
usia dan berat badan seseorang dapat dilihat pada tabel berikut ini:
27
Tabel 2.1
Kebutuhan Cairan Dalam Keadaan Normal
Umur Jumlah Cairan ml/24 Jam Jumlah Cairan ml/kg BB
Hari 5 250 – 300 80 – 100
10 400 – 500 125 – 250
Bulan 3 750 – 850 140 – 160
6 950 – 1100 130 – 135
9 1100 – 1250 125 – 145
Tahun 1 1150 – 13000 120 – 135
2 3650 – 1500 115 – 125
4 1600 – 1800 100 – 110
6 1800 – 2000 90 – 100
10 2000 – 2500 70 – 85
14 2200 – 2700 50 – 60
18/> 2200 – 2700 40 – 50
Sumber : Hidayat (2016)
2) Oksidasi Sel
g. Pengeluaran Cairan
dalam bentuk urine, melalui system pencernaan dalam bentuk feses, dari
kulit melalui penguapan dan dalam bentuk keringat, serta melalui paru-
paru saat bernafas dalam bentuk uap air. Pengeluaran cairan melalui
28
paru dan penguapan dari kulit disebut insensible water loss atau
1) Urine
dalam 24 jam. Pada bayi jumlah urine yang dihasilkan ginjal lebih
3) Feses
jejenum, ilium, dan colon, cairan ini diresorpsi kembali sekitar 8800
ml, dan sisanya sekitar 200 ml di buang dalam feses. Oleh karena itu
4) Keringat
1) Usia
2) Temperatur Lingkungan
3) Diet
intraseluler.
4) Stres
sodium dan air. Proses ini dapat meningkatkan produksi ADH dan
5) Sakit
1. Pengkajian Keperawatan
dalam melakukan asuhan keperawatan, baik saat penderita baru pertama kali
a. Identitas Pasien
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
panas terjadi antara hari ke-3 dan ke-7, kondisi semakin lemah.
muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan
persendian, nyeri ulu hati dan pergerakan bola mata terasa pegal,
32
serta adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade III, IV),
4) Kondisi lingkungan
menelan.
2) Pola eliminasi
(tahap lanjut).
menggigil.
tubuh.
7) Sirkulasi
8) Keamanan
hipoproteinemia.
34
9) Kebersihan
d. Pemeriksaan Penunjang
2014).
1) Pemeriksaan darah
b) Trombositipenia
hiponatremia, hipokalemia
albumin ringan.
3) Pemeriksaan serologi
test), uji komplemen fiksasi (CF test), uji neutralisasi (N test), IgM
dua bahan pemeriksaan yaitu pada masa akut dan pada masa
ml.
4) Pemeriksaan radiology
splenomegal.
2. Diagnosa Keperawatan
perifer.
3. Intervensi Keperawatan
Tabel 2.1
Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Peningkatan suhu tubuh NOC: NIC :
(hipertermia) berhubungan Thermoregulasi 1. Monitor suhu sesering mungkin
dengan infeksi virus 2. Monitor warna dan suhu kulit
Batasan karakteristik: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3. Monitor tekanan darah, nadi dan RR
1. Gelisah
selama 1 x 24 Jam diharapkan suhu 4. Monitor penurunan tingkat kesadaran
2. Apne
tubuh klien kembali normal dengan 5. Monitor WBC, Hb, dan Hct
3. Hipotensi
kriteria hasil : 6. Monitor intake dan output
4. Kejang
1. Suhu tubuh dalam batas normal 7. Berikan anti piretik:
5. Koma
dengan kreiteria hasil: 8. Kelola Antibiotik
6. Kulit kemerahan
2. Suhu 36 – 37C 9. Selimuti pasien
7. Kulit terasa hangat
3. Nadi dan RR dalam rentang normal 10. Berikan cairan intravena
8. Letargi
4. Tidak ada perubahan warna kulit dan 11. Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
9. Takikardi
tidak ada pusing, merasa nyaman 12. Tingkatkan sirkulasi udara
10. Vasodilatasi
13. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
11. Peningkatan suhu kulit
14. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
12. Hipertermia
15. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
13. Sakit kepala
16. Monitor hidrasi seperti turgor kulit,
14. Sakit otot
kelembaban membran mukosa)
38
5. Konjungtiva pucat
6. Denyut nadi lemah
4. Gangguan keseimbangan cairan NOC: NIC :
dan elektrolit berhubungan a. Fluid balance 1. Pertahankan catatan intake dan output yang
dengan permeabilitas kapiler, b. Hydration akurat
muntah dan demam c. Nutritional Status : Food and Fluid 2. Monitor status hidrasi (kelembaban
Intake membran mukosa, nadi adekuat, tekanan
Batasan Karakteristik : darah ortostatik), jika diperlukan
1. Haus 3. Monitor hasil lab yang sesuai dengan
2. Peningkatan frekuensi nadi retensi cairan (BUN, Hmt, osmolalitas urin,
albumin, total protein )
42
DS / DO:
1. Penurunan turgor kulit/ lidah
2. Membran mukosa/kulit
kering
3. Peningkatan denyut nadi, 1. Mempertahankan urine output sesuai 6. Monitor status nutrisi
penurunan tekanan darah, dengan usia dan BB, BJ urine 7. Berikan cairan oral
penurunan volume/tekanan normal, 8. Berikan penggantian nasogatrik sesuai
nadi 2. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh output (50 – 100cc/jam)
4. Pengisian vena menurun dalam batas normal 9. Dorong keluarga untuk membantu pasien
5. Perubahan status mental 3. Tidak ada tanda tanda dehidrasi, makan
6. Konsentrasi urine meningkat Elastisitas turgor kulit baik, 10. Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih
7. Temperatur tubuh meningkat membran mukosa lembab, tidak ada muncul meburuk
8. Kehilangan berat badan rasa haus yang berlebihan 11. Atur kemungkinan tranfusi
secara tiba-tiba 4. Orientasi terhadap waktu dan tempat 12. Persiapan untuk tranfusi
9. Penurunan urine output baik 13. Pasang kateter jika perlu
10. HMT meningkat 5. Jumlah dan irama pernapasan dalam 14. Monitor intake dan urin output setiap 8 jam
11. Kelemahan batas normal
6. Elektrolit, Hb, Hmt dalam batas
normal
7. pH urin dalam batas normal
8. Intake oral dan intravena adekuat
berhubungan dengan kelemahan a. Self Care : ADLs 1. Observasi adanya pembatasan klien dalam
tubuh b. Toleransi aktivitas melakukan aktivitas
c. Konservasi energi 2. Kaji adanya faktor yang menyebabkan
Batasan karakteristik kelelahan
1. Kram abdomen Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3. Monitor nutrisi dan sumber energi yang
adekuat
2. Nyeri abdomen selama 1 x 24 jam diharapkan pasien
4. Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik
3. Menghindari makanan bertoleransi terhadap aktivitas dengan
dan emosi secara berlebihan
Kriteria Hasil : 5. Monitor respon kardivaskuler terhadap
4. Bising usus hiper aktif
1. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik aktivitas (takikardi, disritmia, sesak nafas,
5. Penurunan berat badan tanpa disertai peningkatan tekanan diaporesis, pucat, perubahan hemodinamik)
6. Membrane mukosa pucat darah, nadi dan RR 6. Monitor pola tidur dan lamanya tidur/
7. Cepat kenyang 2. Mampu melakukan aktivitas sehari istirahat pasien
hari (ADLs) secara mandiri 7. Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi
3. Keseimbangan aktivitas dan istirahat Medik dalam merencanakan progran terapi
yang tepat.
DS / DO :
8. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas
1. Respon abnormal dari yang mampu dilakukan
tekanan darah atau nadi 9. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten
terhadap aktifitas yang sesuai dengan kemampuan fisik,
psikologi dan sosial
2. Perubahan ECG : aritmia,
10. Bantu untuk mengidentifikasi dan
iskemia mendapatkan sumber yang diperlukan untuk
aktivitas yang diinginkan
11. Bantu untuk mendpatkan alat bantuan
aktivitas seperti kursi roda, krek
4. Implementasi
2008 : 42).
dan apoteker untuk dosis, waktu, jenis obat, ketepatan cara, ketepatan
instruksi dari tenaga medis seperti ahli gizi, psikolog, psikoterapi, dan
lain-lain dalam hal pemberian nutrisi kepada klien sesuai dengan diet
yang telah dibuat oleh ahli gizi dan latihan fisik sesuai dengan anjuran
bagian fisioterapi
a. Evaluasi
Perry, 2014)
untuk :
b. Catatan Keperawatan