PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga,
sampah bermakna agar seluruh lapisan masyarakat, baik pemerintah, dunia usaha
pendauran ulang dan pemanfaatan kembali sampah atau yang lebih dikenal dengan
sebutan Reduce, Reuse dan Recycle (3R) melalui upaya-upaya cerdas, efisien dan
masyarakat untuk memilah sampah. Sehingga salah satu solusi (kebijakan) untuk
secara bijak, pada gilirannya akan mengurangi sampah yang diangkut ke TPA.
Pembangunan bank sampah ini harus menjadi momentum awal membina kesadaran
Indonesia.
Februari 2012 adalah 471 buah jumlah Bank Sampah yang sudah berjalan dengan
jumlah penabung sebanyak 47.125 orang dan jumlah sampah yang terkelola adalah
755.600 kg/bulan dengan nilai perputaran uang sebesar Rp. 1.648.320.000 perbulan.
Angka statistik ini meningkat menjadi 886 buah Bank Sampah berjalan sesuai data
bulan Mei 2012, dengan jumlah penabung sebanyak 84.623 orang dan jumlah sampah
yang terkelola sebesar 2.001.788 kg/bulan serta menghasilkan uang sebesar Rp.
peningkatan.
hidup sehat dan sejahtera di masa yang akan datang, sudah tentunya sangat diperlukan
adanya lingkungan permukiman yang sehat dari persampahan. Dengan demikian, kata
sehat akan berarti sebagai kondisi yang akan dapat dicapai bila sampah dapat dikelola
secara baik, sehingga bersih dari lingkungan pemukiman dimana manusia beraktifitas di
serius, karena dampak yang ditimbulkan dari sampah sangatlah jelas, selain banjir,
2
dengan pengelolaan yang ramah lingkungan sudah tentunya akan menyebabkan
terjadinya masalah sosial, seperti amuk massa, bentrok antar warga, pemblokiran
fasilitas TPA.
Di sisi lain dari manajemen sampah perkotaan, masyarakat telah melihat bahwa
Tempat Pembuangan Aakhir (TPA) yang ada tidak dikelola dengan baik. Operasional
TPA secara open dumping masih dijalankan di hampir semua TPA di Indonesia.
Disamping itu, masih terjadi pembakaran sampah untuk mengurangi timbunan sampah,
dan tidak terkelolanya gas metan yang di hasilkan oleh timbunan sampah. Sebagaian
besar pengelolaan sampah berakhir di TPA, sehingga menyebabkan beban TPA menjadi
sangat berat. Selain diperlukan lahan yang cukup luas, juga diperlukan fasilitas
perlindungan lingkungan yang sangat mahal. Semakin banyak jumlah sampah yang
Kota Salatiga merupakan kota dengan wilayah yang tidak terlalu luas, yakni,
sekitar 56.781 Km², dengan tingkat kepadatan penduduknya cukup tinggi. Berdasarkan
data sekunder yang dicatat oleh Bagian Tata Pemerintahan Setda Salatiga (2011) jumlah
penduduk kota Salatiga adalah 176.000 jiwa dan tingkat kepadatan penduduk sekitar
2.885 jiwa/km2. Berdasarkan data tersebut, jika diandaikan bahwa setiap orang
menghasilkan sampah sebanyak 0,5 per hari maka sampah Kota Salatiga sebanyak
88.000 ton per hari. Sedangkan Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup Kota Salatiga
3
mencatat bahwa pada tahun 2008, volume sampah Kota Salatiga adalah sebanyak 100
ton per hari. Berdasarkan data tersebut, tercatat bahwa sebanyak 70% sampah berasal
dari rumah tangga. Komposisi sampah yang ada terdiri dari sampah organik sekitar
70,70%, disusul sampah plastik (19,65%), sampah kertas (7,28%), selebihnya berupa
sampah kayu, kain, logam dan sebagainya. Berdasarkan jumlah itu, hanya 300 m3/hari
sampah. Karena itu, harapannya adalah masyarakat perlu dilibatkan atau ikut serta
dalam sistem pengelolaan sampah (Syafruddin, 2004:1). Harapan inilah yang mendasari
kelompok masyarakat yang menamaakan dirinya Bank Sampah “Pangrekso Bumi” yang
turut serta membantu pemerintah Kota Salatiga guna mengelolah sampah yang
mendorong partisipasi masyarakat untuk ikut serta dalam pengelolaan sampah dengan
4
Tegalrejo. Tujuan Pilot Project pengelolaan sampah berbasis masyarakat adalah untuk
mendapatkan masukan bagaimana sampah rumah tangga dapat dikelola secara mandiri
oleh masyarakat di tingkat sumber, sehingga dapat mengurangi jumlah timbulan sampah
yakni Arianti Ina Restiani Hunga, mengemukakan bahwa “Produsen sampah utama
mereka produksi, bahwa konsep penangan sampah yang baik adalah penanganan
sampah yang dimulai di sumber. Semakin dekat dengan sumbernya maka semakin besar
rasa memiliki (sense of belonging) dan rasa tanggung jawab orang untuk mengelola
sampahnya. Sumber sampah yang berasal dari masyarakat, sebaiknya dikelola oleh
sendiri, karena jika dikelola oleh pihak lain biasanya mereka kurang bertanggung jawab
masyarakat (social capital) untuk memecahkan masalah sampah. Bukan untuk melawan
baik untuk masyarakat, karena tidak melibatkan masyarakat dihalangi, ditolak dan
berbasis masyarakat bukan berarti dalam pengoperasiannya selalu harus dilakukan oleh
1
Pernyataan ini dikemukakan pada 6 Februari 2012, dalam salah satu pertemuan yang membahas
tentang pentingnya Bank Sampah untuk masyarakat Tegalrejo. Dalam pertemuan itu, mahasiswa Fiskom
yang sedang melakukan “kuliah lapangan” PAR juga dilibatkan atau diikutsertakan.
5
masyarakat, tetapi boleh juga dilakukan oleh lembaga atau badan profesional yang
mampu dan diberi mandat oleh masyarakat. Dengan demikian, yang penting adalah apa
yang layak dan realistis dilakukan untuk memecahkan masalah sampah yang dihadapi
oleh masyarakat trersebut. Misalnya, kalau secara realistis masyarakat tidak mampu dari
dan menunjuk lembaga profesional atau perorangan yang mampu dan dipercaya untuk
Tegalrejo tahun 2011 adalah sebanyak 10.800 jiwa, berarti masyarakat Tegalrejo
menghasilkan sampah 5,4 ton/hari, dengan asumsi setiap orang menghasilkan 0,5
sampah per hari. Jadi kita dapat bayangkan jika sampah ini terus-menerus dibiarkan
seperti ini, dengan pengelolahan yang hampir tidak ada, seperti apa nantinya nampak
wajah dari Kelurahan Tegalrejo pada masa yang akan datang? Asumsi dasar inilah yang
setempat beserta Yayasan Parahita untuk mewujudkan lingkungan yang sehat, bersih,
6
1.2. Rumusan Masalah
Dengan demikian, kehadiran Lembaga Parahita Foundation dan Bank Sampah
pengelolaan sampah rumah tangga. Oleh sebab itu, berdasarkan pada fenomena Bank
Sampah yang dijelaskan di atas, penulis tertarik untuk meneliti mengenai Pengelolaan
penelitian perlu dirumuskan guna memberi arah dan fokus yang lebih jelas, yaitu;
7
1.4. Manfaat Penelitian
Sebagai sebuah tulisan ilmiah, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat baik secara praktis maupun teoritis. Dengan demikian, manfaat praktis dari
peningkatan kualitas lingkungan di Kota Salatiga, khususnya dalam hal kebersihan dan
kesehatan lingkungan; dan c) Sebagai bahan kajian penelitian dalam bidang pengelolaan
Selain itu, penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat secara teoritis,
guna mendukung perkembangan ilmu-ilmu sosial khususnya Sosiologi, dalam hal itu
peran aktor dalam pengelolaan sampah, guna mewujudkan lingkungan hidup yang
bersiah, sehat dan aman. Mengenai peran aktor, penulis akan memfokuskan diri pada
pemikiran Giddens tentang Stukturasi dan Bourdieu tentang Habitus dan field.