Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Lansia di BPSTW Kasongan Bantul”.
Penulis menyadari bahwa dengan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, baik
secara langsung maupun tidak langsung yang telah mendukung proses penulisan makalah ini
sehingga membawa hasil yang diharapkan. Untuk itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, maka daripada itu
kritik dan saran dari para pembaca sangat dibutuhkan, namun demikian tetap berharap
semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan meningkat diberbagai bidang di Indonesia telah
mewujudkan peningkatan kualitas kesehatan penduduk. Salah satu outcome atau
dampak dari keberhasilan pembangunan nasional dibidang kesehatan dan
kesejahteraan sosial yang telah dirasakan antara lain adalah meningkatnya angka rata-
rata Usia Harapan Hidup (UHH) penduduk. Peningkatan rata-rata UHH tersebut
mencerminkan bertambah panjangnya masa hidup penduduk lanjut usia dan
menyebutkan bahwa abad 21 bagi bangsa Indonesia merupakan abad lanjut usia (Era
of Population Ageing), karena pertumbuhan penduduk lanjut usia (Lansia) Indonesia
diperkirakan lebih cepat dibandingkan dengan negara-negara lain (Badan Pusat
Statistik, 2004 dalam Masfufah, 2013).
Pertambahan jumlah lansia dibeberapa negara, salah satunya adalah Indonesia
telah mengubah profil kependudukan baik nasional maupun dunia. Hasil sensus
penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk lansia di Indonesia
berjumlah 18,57 juta jiwa, meningkat sekitar 7,93% dari tahun 2000 yang sebanyak
14.44 juta jiwa. Diperkirakan jumlah penduduk lansia di Indonesia akan terus
bertambah sekitar 450.000 jiwa per tahun. Dengan demikian, pada tahun 2025 jumlah
penduduk lansia di Indonesia akan sekitar 34,22 juta jiwa (Badan Pusat Statistik, 2010
dalam Masfufah, 2013).
Peningkatan jumlah lansia diakibatkan karena kemajuan dan peningkatan
ekonomi masyarakat, perbaikan hidup dan majunya ilmu pengetahuan. Usia harapan
hidup penduduk Indonesia pada tahun 1980 hanya 52,2 tahun. Pada tahun 1990
meningkat menjadi 59,8 tahun, tahun 1995 berkisar pada 63,6 tahun, tahun 2000
mencapai 64,5 tahun, tahun 2010 berada pada 67,4 tahun, dan tahun 2020
diperkirakan mencapai 71,1 tahun (BKKBN, 2012 dalam Masfufah, 2013). Dengan
bertambahnya jumlah penduduk dan usia harapan hidup lansia akan menimbulkan
berbagai masalah antara lain masalah kesehatan, psikologis, dan sosial ekonomi.
Sebagian besar permasalahan pada lansia adalah masalah kesehatan akibat proses
penuaan, ditambah permasalahan lain seperti masalah keuangan, kesepian, merasa
tidak berguna, dan tidak produktif (BKKBN, 2012 dalam Masfufah, 2013). Dari
banyaknya masalah yang dihadapi lansia, maka masalah kesehatanlah yang jadi peran
pertama dalam kehidupan lansia seperti munculnya penyakit-penyakit yang sering
terjadi pada lansia.
Penduduk lansia pada umumnya banyak mengalami penurunan akibat proses
alamiah yaitu proses menua (Aging) dengan adanya penurunan kondisi fisik,
psikologis, maupun sosial yang saling berinteraksi (Nugroho, 2000). Permasalahan
yang berkembang memiliki keterkaitan dengan perubahan kondisi fisik yang
menyertai lansia. Perubahan kondisi fisik pada lansia diantaranya adalah menurunnya
kemampuan muskuloskeletal kearah yang lebih buruk. Penurunan fungsi
muskuloskeletal menyebabkan terjadinya perubahan secara degeneratif yang
dirasakan dengan keluhan nyeri, kekakuan, hilangnya gerakan dan tanda-tanda
inflamasi seperti nyeri tekan, disertai pula dengan pembengkakan yang
mengakibatkan terjadinya gangguan imobilitas (Christensen, 2006 dalam Masfufah,
2013).
Dari hasil studi tentang kondisi sosial ekonomi dan kesehatan lansia yang
dilaksanakan Komnas Lansia tahun 2006, diketahui bahwa penyakit terbanyak yang
diderita lansia adalah penyakit sendi (52,3%), penyakit-penyakit sendi ini merupakan
penyebab utama disabilitas pada lansia (Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat
Jenderal Departemen Kesehatan, 2008 dalam Masfufah, 2013).
Mobilitas dan aktivitas adalah hal yang vital bagi kesehatan total lansia
sehingga perawat harus banyak memiliki pengetahuan dalam pengkajian dan
intervensi muskuloskeletal. Perawat memiliki dua peranan penting. Pertama,
mempraktikan promosi kesehatan jauh sebelum berusia 65 tahun dapat menunda dan
memperkecil efek degeneratif dari penuaan. Penyakit muskuloskeletal bukan
merupakan suatu konsekuensi penuaan yang tidak dapat dihindari dan karenanya
harus dianggap sebagai suatu proses penyakit spesifik, tidak hanya sebagai akibat dari
penuaan. Dalam pengajaran promosi kesehatan, perawat dapat membantu orang lain
mengatasi dan menunda efek perubahan postur tubuh, penurunan mobilitas, potensial
cidera dan ketidaknyamanan secara normal menyertai penuaan (Stanley & Beare,
2007).
Sistem muskuloskeletal meliputi tulang, persendian, otot, tendon dan bursa.
Masalah yang berhubungan dengan struktur ini sangat sering terjadi dan mengenai
semua kelompok usia. Masalah sistem muskuloskeletal biasanya tidak mengancam
jiwa, namun mempunyai dampak yang bermakna terhadapat aktivitas dan
produktivitas penderita (Smeltzer & Bare, 2002).
Perubahan normal muskuloskeletal terkait usia pada lansia termasuk
penurunan tinggi badan, redistribusi massa otot dan lemak subkutan, peningkatan
porositas tulang, atrofi otot, pergerakan yang lambat, pengurangan kekuatan, dan
kekakuan sendi-sendi. Perubahan pada tulang, otot, dan sendi mengakibatkan
terjadinya perubahan penampilan, kelemahan, dan lambatnya pergerakkan yang
menyertai penuaan (Stanley & Beare, 2007).
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis ingin melakukan asuhan
keperawatan terkait dengan sistem muskuloskeletal di BPSTW (Badan Pelayanan
Sosial Tresna Werdhi) Kasongan, Bantul.
B. Tujuan
Tujuan Umum
Mahasiswa S1 Ilmu Keperawatan mampu melakukan Asuhan Keperawatan
Lansia (Lanjut Usia) yang berfokus pada Sistem Muskuloskeletal
Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui Anatomi dan Fisiologi dari Sistem Muskuloskeletal
2. Untuk mengetahui Proses Penuaan Pada Sistem Terkait
3. Untuk mengetahui Faktor yang Mempengaruhi Sistem Terkait
4. Untuk mengetahui Konsekuensi Fungsional Sistem Terkait
5. Untuk mengetahui Macam-macam Gangguan Sistem Terkait
6. Untuk mengetahui Proses Perjalanan Penyakit Melalui Pathway
7. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan (Pengkajian – Evaluasi) secara Teoritis
BAB II
TINJAUAN TEORI
Tulang
Tulang tersusun atas sel, matriks, protein dan deposit mineral. Sel-selnya
terdiri atas 3 jenis dasar -osteoblast, osteosit dan osteoklas. Osteoblas berfungsi dalam
pembentukan tulang dengan mengekskresikan matriks tulang. Matriks tersusun atas
98% kolagen dan 2% substansi dasar (glukosaminoglikan dan proteoglikan). Matriks
merupakan kerangka dimana garam-garam mineral anorganik ditimbun. Osteosit
adalah sel dewasa yang terlibat dalam pemeliharaan fungsi tulang dan terletak di
dalam osteon (unit matriks tulang). Osteoklas adalah sel multinuklear yang berperan
dalam penghancuran, resorpsi dan remodeling tulang (Smeltzer & Bare, 2002).
Susunan kerangka terdiri dari susunan berbagai macam tulang-tulang yang
banyaknya kira-kira 206 buah tulang yang satu sama lainnya saling berhubungan yang
terdiri dari tulang kepala yang berbentuk tengkorak berjumlah 8 buah, tulang wajah
14 buah, tulang telinga 6 buah dan tulang lidah 1 buah. Tulang yang membentuk
kerangka dada berjumlah 25 buah, tulang yang membentuk belakang dan gelang
pinggul 26 buah. Tulang anggota gerak yang membentuk lengan berjumlah 64 buah
dan tulang yang membentuk kaki berjumlah 62 buah (Syaifudin, 2006)
Tulang-tulang rangka di kelompokkan menurut bentuk dan strukturnya:
a) Tulang panjang (Ossa longa), misalnya tulang-tulang berrongga ekstremitas,
seperti femur dan humerus.
b) Tulang pendek (Ossa brevia), misalnya ossa carpalia dan ossa tarsalia.
c) Tulang pipih (Ossa plana), misalnya iga (costa), sternum, scapula, pelvis, tulang-
tulang tengkorak.
d) Tulang berisi udara (Ossa pneumatica), misalnya os frontale, os ethmoidale,
maxsila, os sphenoidale.
e) Tulang tak beraturan (Ossa irregularia, tidak dapat digolongkan kedalam tulang
jenis lain), misalnya patella, os piriformis.
f) Tulang-tulang asesori (Ossa accessoria, tulang aksesori yang tidak sering
ditemukan pada semua rangka manusia), misalnya tulang-tulang sutura pada
tengkorak, costa cervicalis.
(Paulsen & Waschke, 2013)
Bentuk dan konstruksi tulang tertentu ditentukan oleh fungsi dan kekuatan
tulang. Tulang panjang yang berbentuk seperti batang atau poros dengan ujung bulat.
Poros, dikenal sebagai diaphysis, adalah tulang kortikal (Gambar 1.1). Ujung dari
tulang panjang, yang disebut epifisis, terutama cancellous tulang. Lempeng epifisis
memisahkan epifisis dari diaphysis dan merupakan pusat pertumbuhan longitudinal
pada anak-anak, pada orang dewasa mengalami kalsifikasi. Ujung-ujung tulang
panjang membentuk sendi oleh tulang rawan artikular yang elastis, kuatdan jaringan
avaskular. Tulang panjang yang dirancang untuk berat dan gerakan. Tulang pendek
terdiri dari cancellous tulang ditutupi oleh lapisan tulang kompak. Tulang pipih
penting untuk hematopoiesis dan melindungi organ penting. Mereka terbuat dari
tulang cancellous berlapis antara tulang kortikal. Tulang tidak teratur berbentuk unik
terkait fungsi mereka. Umumnya, struktur tulang yang tidak teratur mirip dengan
tulang pipih. Tulang terdiri dari sel-sel, matriks protein, dan deposit mineral.Terdapat
tiga sel dasar, yaitu osteoblas, osteocyte dan osteoclast. Fungsi osteoblas untuk
pembentukan tulang dengan mengeluarkan matriks tulang. Matriks tersusun atas 98%
kolagen dan 2% substansi dasar (glukosaminoglikan dan proteoglikan). Matriks
merupakan kerangka dimana garam-garam mineral anorganik ditimbun. Mineral ini
terutama terdiri dari kalsium dan fosfor. Osteosit adalah sel-sel tulang dewasa terlibat
dalam pemeliharaan tulang, mereka berada dirongga tulang (unit matriks tulang).
Osteoclast adalah sel multinuklear yang berperan dalam penghancuran, resorpsi dan
remodeling tulang.
Unitfungsional terkecil tulang kortikal matang adalah osteon(Sistem
Haversian). Pusat osteon itu, Haversiankanal berisi kapiler. Sekitar kapiler adalah
lingkaranmineralisasi matriks tulang disebut lamellae.Dalam lamellaeadalah rongga
yang mengandung osteosyte, canaliculi (kanal), menghubungkan dengan pembuluh
darah yang berdekatan dalam sistem Haversian. Pembungkus tulang paling luar, yaitu
membran fibrosa yang dikenal dengan sebagaiperiosteum. Struktur membran ini
memelihara tulangdan memfasilitasi pertumbuhan. periosteum mengandung
saraf,pembuluh darah, dan limfatik. Pembungkus paling dalam, yaitu endosteum
adalah membran tipis, pembuluh darah yang mencakupsumsum tulang panjang dan
ruang-ruang di cancelloustulang. Osteoclast, yang melarutkan matriks tulang terletak
dekat endosteum. Sumsum tulang adalah jaringan pembuluh darah yang terletak di
medula (Poros) rongga tulang panjang dan dalam tulang pipih. Sumsum tulang merah,
terletak terutama di tulang dada, ilium, vertebra, dan tulang kosta pada orang dewasa,
bertanggung jawab untuk memproduksi sel darah merah, sel darah putih, dan
trombosit melalui proses disebut hematopoiesis. Pada orang dewasa, tulang panjang
diisi denganlemak dan sumsum kuning. Osteogenesis (pembentukan tulang) dimulai
jauh sebelum kelahiran.Osifikasi adalah proses dimana matriks tulangdibentuk dan
kristal mineral menjadi keras teridiri dari kalsium danfosfor serta terikat serat
kolagen. Komponen mineral ini membentuk tulang menjadi kuat, sedangkan protein
kolagen memberikan ketahanan tulang. Tulang adalah jaringan dinamis dalam
keadaan konstan.Selama masa kanak-kanak, tulang tumbuh dan dibentuk dengan
proses yang disebut remodeling.Masa dewasa awal (yaitu, awal 20-an), Remodelling
adalahproses utama yang terjadi. Remodelling bermanfaat untuk
mempertahankanstruktur tulang dan fungsi melalui resorpsi simultandan osteogenesis.
Keseimbangan antara resorpsi tulang dan pembentukandipengaruhi oleh faktor-faktor
berikut: aktivitas fisik, dietasupan nutrisi tertentu, terutama kalsium danbeberapa
hormon, termasuk calcitriol (vitaminD), hormon paratiroid (PTH), kalsitonin, hormon
tiroid, hormon kortisol, hormon pertumbuhan, dan hormon seks estrogendan
testosteron.
Aktivitas fisik, terutama aktivitas fisik yang rutin,bertindak untuk merangsang
pembentukan tulang dan remodeling serta bermanfaat menguatkan dan meningkatkan
daya tahan tulang. Sebaliknya, orang yang jarang melakukan latihan fisik akan
mengakibatkan tulang menjadi rapuh karena penurunan arbsorpsi kalsium. Nutrisi
merupakan bagian integral dari kesehatan tulang. Khususnya penyerapan sekitar
1000-1200 mg kalsium sehari-hari penting untuk mempertahankan massa tulang
dewasa. Beberapa hormon mempengaruhi penyerapan kalsium. Calcitriol, untuk
meningkatkan jumlah kalsium di dalam darah dengan meningkatkan penyerapan
kalsium dari saluran pencernaan. Kekurangan vitamin D, mengakibatkan defisit
mineral, cacat, dan fraktur(DHHS, 2004).PTH dan kalsitonin adalah hormon regulator
utamakalsium homeostasis.PTH mengatur konsentrasikalsium di dalam darah. Saat
kadar kalsium rendah di dalam darah, peningkatan kadar PTH mengambil kalsium
yang berada ditulang. Sebaliknya kalsitonin yang disekresikan oleh kelenjar tiroid
saat kadar kalsium darah tinggi. Kedua hormon tiroid dan kortisol memiliki beberapa
efek sistemik pada tulang. Peningkatan kadar kortisol memiliki efek yang sama.
Pasien yang menerima kortisol sintetis jangka panjang atau kortikosteroid
meningkatan risiko untuk steroidinduced osteopenia dan patah tulang. Hormon
pertumbuhan memiliki efek langsung dan tidak langsung pada tulang, pertumbuhan
dan remodelling.Hormon pertumbuhan juga langsung merangsang pertumbuhan
tulang pada anak-anak dan remaja. Hormon seks testosteron dan estrogen juga
memiliki pengaruh pada remodeling tulang. Estrogen menstimulasi osteoblas dan
menghambat osteoklas. Testosteron memiliki efek langsung dan tidak langsung pada
pertumbuhan dan pembentukan tulang yang menyebabkan pertumbuhan tulang pada
masa remaja memiliki efek lanjutan pada pertumbuhan otot rangka pada semua usia.
Selain itu, testosteron mengkonversi ke estrogen dijaringan adiposa, memberikan
tambahan sumber bonepreservingestrogen untuk penuaan pria(Smeltzer, Bare, &
Hinkle, 2010)
Gambar 1.1 Struktur tulang panjang
Sendi
Sendi merupakan hubungan antara dua tulang atu lebih. Tulang-tulang dalam
tubuh di hubungkan satu sama lain dengan sendi atau artikulasi yang memungkinkan
berbagai macam gerakan. Sendi terbagi menjadi 3 macam, yaitu synarthroses,
amphiarthrses dan diarthroses atau synovial. Ketiga sendi ini memiliki karakteristik
yang berbeda-beda. Pertama, Synarthroses adalah tidak memungkinkan gerakan. Ada
tiga tipe dari synarthroses, yaitu pertama adalah sutura, di mana tulang disatukan oleh
lapisan tipis dari jaringan fibrosa. Contoh tengkorak. Kedua adalah syndesmosis,
sendi yang dihubungkan oleh ligamen antara tulang. Contoh radius berartikulasi
dengan ulna dan fibula berartikulasi dengan tibia. Ketiga adalah Gomphoses
persambungan gigi dengan soket pada maksila dan mandibular. contoh gigi. Ke dua
Amphiarthroses adalah sendi yangmemberikan gerakan kecil. Ada dua
contohamphiarthroses.Contoh pertama dari amphiarthrosis adalah simfisis.Simfisis
merupakan sendi yang dihubungkan oleh disk fibrocartilage. Sebuah contoh dari
simfisis adalah simfisis pubis mana dua tulang panggul di pubis bergabung. Saat
melahirkan, bersama ini memungkinkan gerakan sedikit tulang panggul untuk
meningkatkan ukuran jalan lahir. Contoh kedua dari amphiarthroses adalah
synchondrosis. Synchondroses sendi di mana dua permukaan tulang yang
dihubungkan oleh tulang rawan hialin. Contoh dari synchondrosis adalah thorak.
Ketiga Diarthroses atau sendi sinovial yang bebas bergerak. Mereka selalu ditandai
dengan kehadiran rongga tertutup oleh kapsul.
Rongga ini mungkin berisi berbagai jumlah dan konsentrasi dari sejumlah
jaringan. Ligamen dapat memperkuat kapsul, dan tulang rawanakan menutupi ujung
tulang. Kapsul ini akan berbaris di bagian dalam dengan membran sinovial, yang
menghasilkan cairan sinovial sebagai pelumas untuk mencegah gesekan diantara
kedua tulang. ulang rawan artikular memiliki suplai darah yang terbatas. Cartilage
juga berfungsi sebagai penyangga antara vertebra di tulang belakang untuk
meminimalkan kekuatan berat dan shock dari berlari, berjalan, atau jumping (Rizzo,
2015)
Pada sendi yang dapat di gerakan, ujung persendian tulang di tutupi oleh tulang
rawan hialin yang halus. Persendian tulang tersebut di kelilingi oleh selubung fibrus
kuat kapsul sendi. Kapsul di lapisi oleh membran sinovium, yang mensekresi pelumas
dan perendam getaran ke dalam kapsul sendi. Pada beberapa sendi sinofial terdapat
diskus fibrokartilago di antara permukaan tulang rawan sendi. Bagian merupakan
peredam getaran (Smeltzer & Bare, 2002).
Bursa
Bursa adalah suatu kantong yang berisi cairan sinovial yang terletak di titik
pergeseran. Bursa biasanya merupakan bantalan bagi pergerakan tendon, ligamen
dan tulang di siku, lutut, dan beberapa sendi lainnya (Smeltzer & Bare, 2002).
Otot
Kontraksi otot yang terkontrol memungkinkan (1) gerakan bertujuan tubuh
keseluruhan atau bagian-bagiannya (misalnya, berjalan atau melambaikan tangan), (2)
manipulasi benda eksternal (misalnya, menyetir atau memindahkan furniture), (3)
propulsi isi melalui organ dalam yang berongga (misalnya, sirkulasi darah atau
mengalirnya makanan melalui saluran cerna), dan (4) mengosongkan isi organ
tertentu ke lingkumgan eksternal (misalnya, berkemih atau melahirkan) (Sherwood,
2014)
Otot membentuk kelompok jaringan terbesar di tubuh menghasilkan sekitar
separuh berat tubuh. Otot rangka saja membentuk sekitar 40% berat tubuh pada pria
dan 32% pada wanita,dengan otot polos dan otot jantung membentuk 10% berat
lainnya. Meskipun ketiga jenis otot secara structural dan fungsional berbeda, mereka
dapat diklasifikasikan dalam dua cara berlainan berdasarkan karakteristiknya
(Gambar1.3). Pertama otot dikategorikan sebagi lurik (otot rangka dan otot jantung)
atau polos (otot polos), bergatung ada tidaknya pita terang dan gelap bergantian, dan
stritations (garis-garis), jika otot dilihat di bawah mikroskop cahaya. Kedua otot dapat
dikelompokkan menjadi volunteer (otot rangka) atau involuntern (otot jantung dan
otot polos), masing-masing bergantung pada apakah mereka bisa disarafi oleh system
saraf somatic dan berada di bawah control kesadarn, atau disarafi oleh system saraf
autonomy dan tidak berada di bawah control kesadaran (Sherwood, 2014)
2.3.4. Otot
Otot rangka, yang dikendalikan oleh neuron motorik, secara langsung
mempengaruhi semua aktivitas hidup sehari-hari (ADL). perubahan terkait usia yang
memiliki dampak terbesar pada fungsi otot mencakup :
a) Penurunan ukuran dan jumlah serat otot
b) Kehilangan motor neuron
c) Penggantian jaringan otot oleh jaringan ikat dan oleh jaringan lemak
d) Kerusakan membran sel otot dan melarikan diri berikutnya cairan dan kalium
e) Hilangnya sintesis protein
Efek keseluruhan perubahan yang berkaitan dengan usia ini adalah suatu
kondisi disebut sarcopenia, yang merupakan hilangnya massa otot, kekuatan, dan daya
tahan.
2.3.5. Sistem Saraf
Kemampuan keseimbangan beridiri tegak diatur oleh system saraf,
perubahan usia mengakibatkan penurunan sistem saraf seperti penurunan
kemampuan melihat, penurunan reflek otot, gangguan proprioception terutama
pada wanita, penurunan sensasi pada ekstremitas bawah. Selain itu, perubahan
usia juga mengakibatkan penurunan kontrol postur tubuh karena peningkatan
body sway akibatnya lansia berjalan lebih lambat dan respon pada situasi
lingkungan berkurang (Miller, 2012).
Menurut Doumas, Rapp, & Krampe, 2009 (dikutip dalam buku Miller,
2012) pemeliharaan keseimbangan dalam posisi tegak adalah keterampilan yang
kompleks dipengaruhi oleh perubahan yang berkaitan dengan usia berikut sistem
saraf: kemampuan visual diubah; penurunan refleks meluruskan; gangguan
proprioception, terutama pada wanita; dan berkurang sensasi getaran dan rasa
posisi sendi di ekstremitas bawah. Selain itu, perubahan yang berkaitan dengan
usia di kontrol postural menyebabkan peningkatan goyangan tubuh, yang
merupakan mengukur dari gerak tubuh sambil berdiri. Akhirnya, karena
perlambatan yang berkaitan dengan usia di waktu reaksi, orang dewasa yang lebih
tua berjalan lebih lambat dan kurang mampu merespon secara tepat waktu
terhadap rangsangan lingkungan. Para peneliti telah menemukan bahwa orang
dewasa yang lebih tua dapat belajar untuk mengkompensasi perubahan agerelated
dalam sistem saraf pusat untuk menghindari jatuh.
B. Etiologi
Perkembangan osteoporosis sering dimulai pada usia muda dan
dipengaruhi pada usia oleh perubahan endokrin dan metabolism juga oleh efek
pada tulang yang berhubungan dengan usia dan terkait jenis kelamin. Faktor-
faktor yang mempengaruhi pencapaian dan pemeliharaan puncak massa tulang
terjadi setelah maturitas skeletal (misalnya : ras, jenis kelamin, dan hereditas)
juga menuntukan siapa yang berisiko untuk mengalami osteoporosis. Wanita
pasca menoupose, berkulit putih yang langsing paling peka terkena osteoporosis
(Stanley & Beare, 2006).
Meskipun demikian, sekitar 30% dari wanita yang berusia diatas 60 tahun
mengalami osteoporosis klinis. Masa tulang menurun sekitar 2 sampai 3% per
tahun pada wanita setelah menopause (Stanley & Beare, 2006).
D. Pemeriksaan diagnostik
Pada seseorang yang penah mengalami patah tulang, diagnosis
osteoporosis ditegakan berdasarkan gejala, pemeriksaan fisik, dan rongten
tulang.pemeriksaan lebih lanjut mungkin diperlukan untuk menyingkirkan keadaan
lainya yang menyebabkan osteoporosis (Lukman, 2009).
Pemeriksaan DEXA ini aman dan tidak menimbulkan nyeri, bisa dilakukan
dalam waktu 5-15 menut. DEXA sangat berguna untuk wanita yang memiliki
factor resiko tinggi menderita osteoporosis, penderita yang diagnosisnya belum
pasti, dan penderita yang hasil pengobatanya harus dinilai secara akurat (Lukman,
2009).
E. Patofisiologi
Osteoporosis adalah suatu kondisi penurunan masa tulang secara
keseluruhan, merupakan suatu keadaan tidak mampu berjalan atau bergarak, sering
merupakan penyakit tulang yang menyakitkan yang terjadi dalam proporsi
epidemic. Walaupun osteoporosis paling sering ditemukan pada wanita, pria juga
beresiko untuk mengalami osteoporosis hilangnya substansi tulang menyebabkan
tulang menjadi lemah secara mekanis dan cenderung untuk mengalami fraktur,
baik fraktur spontan maupun fraktur akibat trauma minimal. Ketika kemempuan
menahan berat badan normal menurun atau tidak ada sebagai konsekuensi dari
penurunan atau gangguan mobilitas, akan terjadi osteoporosis Karena tulang yang
jarang digunakan. Aktivitas osteoklastik, reabsoprsi tulang, dan pelepasan kalsium
dan fosfor kemudian dipercepat (Stanley & Beare, 2006).
2.6.2 Osteoarhtritis
A. Definisi
Osteroarthritis adalah gangguan yang berkembang secara lambat, tidak
simetris, dan noninflamasi yang terjadi pada sendi-sendi yang dapat digerakkan,
khususnya pada sendi-sendi yang menahan berat badan (Stanley & Beare,
2006).
Osteoarthtritis adalah gangguan pada sendi yang bergerak. Penyakit ini
bersifat kronik, berjalan progresif lambat, tidak meradang, dan ditandai oleh
adanya deteriorasi dan abrasi rawan sendi dan adanya pembentukan tulang baru
pada permukaan persendian (Price & Wilson, 2006).
Osteoarthtritis juga disebut penyakit degenerative sendi, hipertrofiartritis,
artritis senescent, dan osteoartrosis) adalah gangguan yang berkembang secara
lambat tidak simetris, dan noninflamsi yang terjadi pada sendi yang dapat
digerakan, khususnya pada bagian sendi yang menahan berat tubuh (Price &
Wilson, 2006).
Jadi, osteoarhtritis adalah gangguan pada sendi yang berkembang secara
lambat, tidak simetris, noninflamasi, dan adanya pembentukan tulang baru pada
permukaan persendian.
B. Etiologi
Osteoarthritis ditandai oleh degenarasi kartilago sendi dan oleh
pembentukan tulang baru pada bagian pinggir sendi. Kerusakan pada sendi-sendi
akibat penuaan diperkirakan memainkan suatu peran penting dalam perkembangan
osteoarthritis. Perubahan degenerasi menyebabkan kartilago yang secara normal
halus, putih , tembus cahaya menjadi buram dan kuning, dengan permukaan yang
kasar dan area malacia (pelunakan) (Stanley & Beare, 2006).
Penyebab osteoartiritis yang sebenarnya tidak diketahui, tetapi kelihatannya
proses penuaan ada hubungannya dengan perubahan-perubahan dalam fungsi
kondrosit, menimbulkan perubahan pada komposisi rawan sendi yang mengarah
pada perkembangan osteoarthritis (Price & Wilson, 2006).
Faktor-faktor genetik memainkan peranan pada beberapa bentuk osteoartritis.
Perkembangan osteoartritis sendi-sendi interfalang distal tangan (nodus heberden)
dipengaruhi oleh jenis kelamin dan lebih dominan pada perempuan. Lebih sering di
temukan pada perempuan di bandingkan laki-laki (Price & Wilson, 2006).
Hormon seks dan faktor-faktor hormonal lain juga kelihatannya berkaitan
dengan perkembangan osteoartritis. Hubungan antara estrogen dan pembentukan
tulang dan prevalensi osteoartritis pada perempuan menunjukan bahwa hormon
memainkan peranan aktif dalam perkembangan dan progresivitas penyakit ini (Price
& Wilson, 2006).
C. Manifestasi klinis
Tanda gejala osteoartritis umumnya berupa nyeri sendi terutama saat sendi
bergerak atau menanggung beban. Dapat pula terjadi kekakuan sendi setelah sendi
tersebut tidak di gerakan beberapa lama, tetapi kekakuan ini akan menghilang
setelah sendi di gerakkan. Spasme otot atau tekanan padasaraf di daerah sendi yang
terganggu adalahsumber nyeri. Ada beberapa orang yang mengeluh sakit kepala
sebagai akibat langsung dari osteoartritis pada tulang belakang bagian leher (Price &
Wilson, 2006).
D. Pemeriksaan diagnostic
1. Pemeriksaan laboratorium
Osteoarthritis adalah gangguan arthritis local, sehingga tidak ada
pemeriksaan darah khusus untuk menegakan diagnosis. Uji diagnosis
adakalanya dipakai untuk menyingkirkan bentuk-bentuk arthritis lainya.
Factor rheumatoid bisa ditemukan dalam serum, karena factor ini meningkat
secara normal pada peningkatan usia. Laju endap darah eritrosit mungkin
akan sedikit meningkat apabila ada sinovitis yang luas (Price & Wilson,
2006).
2. Pemeriksaan radiologi
Ciri khas yang terlihat pada gambaran radiogram osteoarthritis adalah
penyempitan ruang sendi. Keadaan ini terjadi karena rawan sendi menyusut
(Price & Wilson, 2006).
E. Patofisiologi
Osteoartritis (juga di sebut penyakit degeneratif sendi, hipertrofi artritis,
artritis senescent, dan osteoartrosis) adalah gangguan yang berkembang secara
lambat, tidak simetris dan non inflamasi yang terjadi pada sendi-sendi yang
menahan berat tubuh. Osteoarthritis ditandai oleh degenerasi kartilago sendi dan
oleh pembentukan tulang baru pada bagian pinggir sendi. Kerusakan pada sendi-
sendi akibat penuaan diperkirakan memainkan suatu peran penting dalam
perkembangan osteoarthritis. Perubahan degenerative menyebabkan kartilago yang
secara normal halus, putih, tembus cahaya menjadi buram dan kuning, dengan
permukaan yang kasar dan area malacia (pelunakan). Ketika lapisan kartilago
menjadi lebih tipis, permukaan tulang tumbuh semakin dekat sati sama lain.
Inflamasi sekunder dari membrane simofial mungkin mengikuti. Pada saat
permukaan sendi menipiskan kartilago , tulang subkondrial meningkat kepadatanya
dan menjadi sclerosis (Stanley & Beare, 2006).
a. Genetik
Pada penyakit rematoid artritis faktor genetik sangat berpengaruh, gen gen
tertentu yang terletak di kompleks histokompatibilitas utama (MCH) pada
kromosom 6 telah terlibat predisposisi dan tingkat keparahan reumatoid
arthtritis
b. Infeksi
Agen infeksi yang terkait pada reumathoid artritis antara lain mikoplasma,
mikobakterium, varkovirus, virus absten-Barr, dan retro virus. Agen infeksi ini
menginfeksi pasien melalui cairan sinosial langsung.
Insidensi reumathoid artritis lebih banyak dialami oleh wanita dari pada laki laki
dengan rasio 2:1 hingga 3:1. Perbedaan ini di ansumsikan oleh pengaruh dari
hormon. Wanita memiliki hormon estrogen sehingga dapat memicu sistem
imun. Onset rheumathoid Artritis terjadi pada orang orang usia sekitar 50 tahun.
d. Lingkungan
e. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan laboratorium
f. Patofisiologi
Pada arthritis rheumatoid, reaksi auto imun terutama terjadi dalam
jaringan synovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi.
Enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi edema,
proliferasi membrane synovial dan akhirnya pembentukan pannus. Pannus
akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang. Akibatnya
adalah menghilangnya permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi.
Otot akan turut terkena karena serabut otot akan mengalmi perubahan
degenerative dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi
otot (Smeltzer & Bare, 2002).
Penyakit inflamsi arikular yang paling sering pada lansia, AR, adalah
suatu penyakit kronis, sistemik, yang secara khas berkembang perlahan lahan
dan ditandai oleh adanya radang yang sering kambuh pada sendi sendi
diartrodial dan struktur yang berhubungan. AR sering disertai dengan nodul
nodul reumatoid, artritis, neuropatin skleritis, perikarditis, limfadenopati, dan
splenomegali. AR ditandai oleh periode periode remisi dan bertambah
parahnya penyakit (Stanley & Beare, 2006).
PENGKAJIAN
PENGKAJIAN LANSIA SEBAGAI INDIVIDU
C. Pola eliminasi
Subjektif :
Tidak ada masalah yang berhubungan dengan sisitem muskuloskeletal.
Obyektif
1. Mengukur kekuatan otot
2. Alat bantu untuk beraktifitas
3. Penggunaan alat bantu berjalan
4. Ketidakmampuan menaiki tangga
5. Ketidakmampuan berjalan kaki
6. Penurunan reflex meluruskan
7. Sulit berdiri
8. Penurunan rentang gerak di lengan atas
9. Penurunan dorso fleksi kaki
10. Penurunan fleksi pinggul dan lutut
11. Jatuh dan patah tulang
12. Kesulitan bangkit dari kursi
13. Gangguan keseimbangan
14. Berjalan dengan lambat dan membungkuk
15. Imobilisasi sendi
16. Pemeriksaan sinar-X (hasilnya ketika vertebra kolaps, vertebra torakalis menjadi
berbentuk baji dan vertebra lumbalis menjadi bikonkaf)
17. CT-scan (hasilnya mengidentifikasi tulang osteoporosis)
18. Pemeriksaan laboratorium pasien osteopororsis adalah mis. Kalsium serum,
fosfat serum, hematokrit, laju enap darah dan sinar-X dilakukan untuk
menyingkirkan kemungkinan diagnosis medis lain (mis. Mieloma multipel,
osteomalasia, hiperparatiroidisme, keganasan) yang juga menyumbang terjadinya
kehilangan tulang.
Subyektif :
1. Sendi terasa perih dan nyeri, awalnya hanya jika pasien menggerakan,bahkan
saat pasien istirahat.
2. Nyeri punggung yang memburuk saat bergerak dan berkurang dengan istitahat.
Obyektif :
Subyektif :
Subjektif
EVALUASI
NO IMPLEMENTASI EVALUASI
NO IMPLEMENTASI EVALUASI
1 Menajemen energy Kelelahan
Kelesuan
Penurunan libido
Gangguan konsentrasi
Penurunan motivasi
Sakit kepala
Sakit tenggorokan
Nyeri otot
Nyeri sendi
Tingkat sters
Performa kerja
Kualitas istirahat
Kualitas tidur
Kesadaran
Hematocrit
Saturasi oksigen
Fungsi tiroid
Fungsi imun
Fungsi neurologis
Metabolisme
no implementasi evaluasi
1 Kejadian jatuh Jatuh saat berdiri
Jatuh saat berjalan
Jatuh saat duduk
Jatuh dari tempat tidur
Jatuh saat berpindahan
Jatuh saat naik tangga
Terjun saat turun tangga
Jatuh saat ke kamar mandi
Jatuh saat membungkuk
4 Pergerakan Keseimbangan
Kordinasi
Cara berjakan
Gerakan otor
Gerakan sendi
Kinerja pengaturan tubuh
kinerja transfer
Berlari
Molompat
Merangkak
Berjalan
Bergerak dengan mudah
no implementasi evaluasi
1 Ambulasi Menopang berat badan
Berjalan dengan efektif
Berjalan dengan pelan
Berjalan dengan kecepatan sedang
Berjalan dengan cepat
Berjalan menaiki tangga
Berjalan menuruni tangga
Berjalan menanjak
Berjalan menurun
Berjalan dengan jarak yang sedang (>1blog sampai
<5blog)
Berjalan dengan jarak yang dekat (5blog atau lebih)
Berjalan mengelilingi kamar
Berjalan mengelilingi rumah
Menyesuaikan dengan perbedaan permukaan lantai
Berjalan mengelilingi ruangan
No IMPLEMENTASI EVALUASI
NO IMPLEMENTASI EVALUASI
1 Terapi Relaksasi Control terhadap gejala
Kesejahteraan fisik
Relaksasi otot
Posisi yang nyaman
Baju yang nyaman
Perawatan pribadi dan kebersihan
Intake makanan
Intake cairan
Tingkat energy
Suhu tubuh
Kepatenan jalan nafas
Saturasi oksigen
Gatal-gatal
Sesak nafas
Perasaan sulit bernafas
Sindrom RLS/Restless legs sindrom
Nyeri otot
Sakit kepala
Mual
Muntah
Inkontinensia urin
Inkontinensia usus
Diare
Konstipasi
BAB III
TINJAUAN KASUS
PENGKAJIAN
BIODATA KLIEN
- Nama : Ny. P
- Umur : 70th
- Agama : Islam
- Status pernikahan : Janda
- Alamat : Cedongan, Betapan, Bantul
- Tanggal masuk panti : 25 mei 2015
KELUHAN UTAMA
Klien mengeluh jarang bisa tidur nyenyak, dan terbangun pada saat malam hari
RIWAYAT KESEHATAN
Pasien pernah mengalami jatuh dan cidera pada pinggulnya pada saat dirumah, kurang
lebih sekitar 1,5 th yang lalu. Pasien juga mengalami cidera kepala saaat berada dipanti.
Klien mengatakan saat diperiksa oleh dokter bahwa klien tidak dapat disembuhkan karena
ada saraf tubuh bagian kiri ada yang menglami kerusakan akibat dari cidera yang alami.
GENOGRAM
Keterangan :
Perempuan :
Laki-laki :
Laki-laki meninggal :
Hubungan :
Keturunan :
Pasien :
Klien merupakan anak pertama dari 2 bersaudara. Klien tidak banyak mingat tentang
keluarganya. Klein emndengar kabar terakhir ayahnya menikah lagi dan tinggsl diJambi.
Ayahnya sudah meninggal. Klien tidak mengetahui kabar ibu dan adenya. Klien sudah
bercerai dengan suaminya sejak usia 25th dan tidak mengetahui kabar mantan suaminya lagi.
Pola Gordon
C. Pola Eliminasi
Data Subjektif
Klien menggunakan pampers
Klien BAB 2x sehari dan di bantu oleh pramuria atau PKL
Klien tidak mengalami BAB, namun BAB hanya sedikit
Klien BAK 3 sampai 4 kali sehari dan tidak mengalami kesulitan
Data Objektif
Tidak ada nyeri abdomen
Tidak terlihat memegang perutnya
Data Subjektif
Klien tidak menggunkan alat bantu melihat dan alat bantu pendengaran
Klien tidak mempunyai gangguan persepsi sensori: penglihatan, penciuman,
pendengaran, pengecapan, dan perabaan
Klien masih ingat kenangan terdahulu klien
Klien mengalami kesulitan mengingat kejadian dalam waktu dekat
Klien hanya mengalami kesulitan mengingat nama orang yang baru dikenal
Klien tidak ada perilaku yang berlebihan atau kurang aktif pada lansia
Klien fokus dalam bercerita dan berbicara dengan lawan bicara
Klien mudah diajak bercanda, tidak tampak gelisah atau menarik diri
Klien mengatakan pernah mengalami mati rasa pada bagian tubuh sebelah kiri
atau bagian tubuh yang mengalami cidera
Data Objektif
Klien tidak mendapatkan obat apapun dari dokter, lansia hanya diberi obat maag
karena klien mengeluh sakit maag
Data Subjektif
Data Objektif
1 2 3 4 5
Ketertiban lingkungan
200905 1 2 3 4 5
Lingkungan yang damai
200915 1 2 3 4 5
Kontrol terhadap suara ribut
200916 1 2 3 4 5
NIC : Pemijatan
1. Kaji keinginan pasien untuk dilakukan pemijatan
2. Pilih lokasi atau lokasi tubuh yang akan dipijat
3. Pijat secara terus menerus, halus, usapan yang panjang ; meremas; atau getaran
dengan telapak tangan, jari-jari dan jempol.
4. Evaluasi dan dokumentasi respon terhadap pemijatan
RENCANA TINDAKAN
dari aromaterapi
dengan cara yang diberikan.
tepat
4. Untuk
6. Monitor tanda
membantu
tanda vital diawal
klien
dan setelah
mengatasi
dilakukan
gangguan
aromaterapi,
tidurnya dan
dengan cara yang
meningkatkan
tepat
rasa nyaman.
7. Evaluasi dan
dokumentasi 5. Agar pasien
respon terhadap mengetahui
aromaterapi manfaat dan
kejelasan dari
NIC : Pemijatan tindakan
1. Kaji keinginan aroma terapi
pasien untuk
6. Untuk
dilakukan
mengetahui
pemijatan
pengaruh
2. Pilih lokasi atau
aroma terapi
lokasi tubuh yang
terhadap
akan dipijat
tanda-tanda
3. Pijat secara terus
vital klien
menerus, halus,
usapan yang 7. Untuk
panjang ; meremas; mengetahui
atau getaran dengan respon klien
telapak tangan, jari- dan
jari dan jempol. memutuskan
4. Evaluasi dan tindak
dokumentasi lanjutnya.
respon terhadap
pemijatan.
1. Untuk
mengetahui
bagian yang
tepat untuk
dilakukan
pemijatan
2. Untuk
melakukan
pemijatan
dibagian
tubuh yang
sesuai
keinginan
pasien
3. Untuk
membantu
klien merasa
lebih nyaman
sesuai
keinginannya
4. Untuk
mengetahui
respon klien
dan tindak
lanjutnya
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Klien : Ny. P No. Register :-
Umur : 70 tahun Diagnosa Medis : Gangguan Pola Tidur
Ruang Rawat : - Alamat : Cedongan, Betapan Bantul
BAB 4
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas tentang asuhan keperawatan pada Ny. P dengan masalah
keperawatan gangguan pola tidur. Adapun ruang lingkup dalam pembahasan ini adalah
sesuai debngan proses keperawatan yaitu mulai dari pengkajian, diagnose keperawatan,
intervensi atau perencanaan, implementasi atau pelaksanaan, dan evaluasi.
A. Pengkajian
Proses pengkajian yang dilakukan pada Ny. P dengan masalah keperawatan
gangguan pola tidur di BPSTW dilakukan dengan wawancara, observasi, dan
pemeriksaan langsung ke Ny. P. selain itu penulis mendapat keterangan di papan
daftar lansia yang ada di Wisma Hawari. Pelaksanaan pengkajian mengacu pada teori
pengkajian pola Gordon yang disesuaikan dengan kondisi Ny. P
Pada saat dilakukan pengkajian Ny. P cukup terbuka dan sudah terjalin
hubungan saling percaya antara penulis dengan Ny. P sehingga memudahkan dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan. Hal ini dibuktikan dengan Ny. P. hal ini dibuktikan
dengan Ny.P bersedia menjawab pertanyaan dan menerima saran dari yang diberikan
oleh penulis. Dari data yang terkumpul kemudian dilakukakn analisis dan identifikasi
masalah yang dihadapi oleh klien yang merupakan data focus dan sehingga sampai
dirumuskan diagnosa atau masalah keperawatan. Dari pemeriksaan diagnosa
keperawatan didapatkan hasil data yang menyimpang dari gangguan pola tidur yang
berhubungan dengan halangan lingkungan dan imobilisasi.
B. Diagnosa
Dan adapun diagnosa yang muncul adalah gangguan pola tidur berhubungan
dengan halangan lingkungan dan imobilisasi. Setelah diagnose masalah keperawatan
ditegakkan selanjutnya dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan yang ada
pada klien. Penulis mengambil prioritas diagnose gangguan pola tidur berdasarkan
keluhan pasien yaitu mengeluh sulit untuk tidur, tampak lemas dan pucat. Ny. P
sering mengatakan merasa cemas dan sering mengatakan susah tidur dan terjaga
karena hal yang tidak jelas. Terkadang karena lingkungan yang berisik dan cidera
pada kakinya.
C. Perencanaan
Perencanaan dalam proses keperawatan dimulai setelah data terkumpul,
dikelompokkan, dianalisis dan ditetapkan masalah keperawatan. Perencanaan disusun
berdasarkan prioritas masalah yang disesuaikan dengan kondisi klien. Setelah masalah
ditentukan berdasarkan prioritas. Tujuan bisa ditetapkan dalam jangka panjang atau
jangka pendek. Dijelaskan dalam bentuk perubahan kriteria hasil sebagai alat ukur
pencapaian yang mengacu pada tujuan yang disusun berdasarkan rencana
keperawatan. Pada penyusunan kriteria hasil penulis menyesuaikan dengan pemberian
waktu perawatan yang dilakukan penulis yaitu selama satu kali tiga jam.
D. Implementasi
Pelaksanaan perencanaan asuhan keperawatan merupakan kegiatan atau
tindakan yang diberikan tindakan kepada Ny. P dengan menggunakan pengetahuan
dan kemampuan klinik yang dimiliki oleh klien berdasarkan ilmu-ilmu keperawatan
dan ilmu0ilmu lain yang terkait. Seluruh perencanaan tindakan telah dibuat dan
terlaksana dengan baik. Ada beberapa factor yang mempengaruhi pelaksanaan
rencana asuhan keperawatan atau hambatan penulis yang didapatkan. Hambatan-
hambatan tersebut antara lain keterbatasan sumber referensi buku sebagai acuan
penulis dan juga alat yang tersedia. Pendokumentasian yang dilakukan oleh penulis
tidak lengkap dan tidak dikarenakan oleh tidak adanya perawat ruangan atau biodata
klien yang lengkap sehingga sulit untuk mengetahui perkembangan klien yang
dimulai dari masuk sampai sekarang secara detail dari mulai lingkungan music atau
lingkungan eksternal yang kurang memadai keberadaan penulis dengan tempat klien
dirawat yang jauh dan terbatas.
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses asuhan keperawatan. Tahap
evaluasi dalam proses keperawatan yang menyangkut pengumpulan data subjektif dan
data objektif yang akan menunjukkan apakah tujuan asuhanan-asuihan keperawatan
sudah tercapai sepenuhnya sebagian atau belum tercapai, serta menemukan masalah
apa yang pelu dikaji, direncanakan, dilaksanakan dan dinilai kembali. Tujuan tahap
evaluasi adalah untuk memberikan umpan balik rencana keperawatan, menilai,
meningkatkan mutu asuhan keperawatan melalui perbandingan, asuhan keperawatan
yang diberikan serta hasilnya yang telah diberikanm terlebih dahulu. Pada keperwatan
yang diberikan sudah tercapai karena implementasi keperawatan yang diterapkan
pada klien sesuai dengan waktu yang dilakukan intervensi keperawatan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan setiap
individu mempunyai kebutuhan istirahat tidur yang berbeda dengan pola istirahat
dan pola tidur yang baik, benar dan tepat akan memberikan efek yang baik bagi
kesehatan yaitu efek fisiologis terhadap system saraf yang diperkirakan dapat
memulihkan kepekaan normal keseimbangan diantara susunan saraf serta berefek
terhadap struktur tubuh, pemulihan kesegaran, dan fungsi organ tubuh.
B. Saran
Setiap individu harus menjaga kecukupan kebutuhan istirahat dan tidurnya
sesuai dengan kebutuhannya. Dengan kondisi jiwa dan fisik yang sehat maka
dapat melakukan beberapa kegiatan yang baik. Perawat perlu berupaya memenuhi
pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur klien sesuai dengan proses prosedur
yang benar sehingga perawat harus mempunyai kompetensi yang baik terkait
dengan kebutuhan istirahat tidur, sehingga pelayanan terhadap klien dapat
berjalan dengan baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Elsevier.
Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2013). Nursing
Interventions Classification. Jakarta: ELSEVIER.
Guyton, & Hall. (2011). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Elsevier.
Kemenkes RI. (2014). Situasi dan Analisi Lanjut Usia. Pusat dan Informasi Kementrian
Kesehatan RI. Retrieved from
www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-lansia.pdf
Kemenkes RI. (2015). Data & Kondisi Penyakit Osteoporosis di Indonesia. Pusat Data dan
Informasi Kementrian Kesehatan RI. Retrieved from
www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-osteoporosis.pd
Mauk, K. L. (2006). Gerontological Nursing Competencies for Care. Canada: Jones and
Bartlett Publishers Canada.
Miller, C. A. (2012). Nursing for Wellnes Older Adults (6 ed.). London: Wolters Kluwer.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2013). Nursing Outcome
Classification. Jakarta: ELSEVIER.
Paulsen, F., & Waschke, J. (2013). Sobotta Atlas Anatomi Manusia. Jakarta: EGC.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2002). Buku Ajar Keperawata Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Stanley, M., & Beare, P. G. (2007). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC.
Swales, C., & Bulstrode, C. (2015). At a Glance Reumatologi, Ortopedi, dan Trauma.
Jakarta: Erlangga.
021703 Hiperekstensi 15 1 2 3 4 5
derajat (R)
021704 Ekstensi 0 derajat (L) 1 2 3 4 5
021705 Fleksi 130 derajat (L) 1 2 3 4 5
021706 Hiperekstensi 130 1 2 3 4 5
derajat (L)
3110 Menggunaka 1 2 3 4 5
16 n sumber-
sumber
komunitas
yang ada
NOC : Batasan karakteristik
Kode NOC : Deviasi Deviasi Deviasi Deviasi Tidak
pergerakan berat cukup sedang ringan ada
sendi dari besar dari dari deviasi
Hal : 452 kisaran dari kisaran kisaran dari
normal kisaran normal normal kisaran
normal normal
02060 Rahang 1 2 3 4 5
1
02060 Leher 1 2 3 4 5
2
02062 Punggung 1 2 3 4 5
0
02060 Jari(kanan) 1 2 3 4 5
3
02060 Jari (kiri) 1 2 3 4 5
4
02060 Jempol (kanan) 1 2 3 4 5
5
02060 Jempol (kiri) 1 2 3 4 5
6
02060 Pergelangan 1 2 3 4 5
7 tangn (kanan)
02060 Pergelangan 1 2 3 4 5
8 tangan (kiri)
02060 Siku (kanan) 1 2 3 4 5
9
02061 Siku ( kiri) 1 2 3 4 5
0
02061 Bahu (kanan) 1 2 3 4 5
1
02061 Bahu (kiri) 1 2 3 4 5
2
02061 Pergelangan kaki 1 2 3 4 5
3 (kanan)
02061 Pergelangan kaki 1 2 3 4 5
4 (kiri)
02061 Lutut ( kanan) 1 2 3 4 5
5
02061 Lutut (kiri) 1 2 3 4 5
6
02061 Panggul (kanan) 1 2 3 4 5
7
02061 Panggul (kiri) 1 2 3 4 5
8
020801 Keseimbangan 1 2 3 4 5
020809 Koordinasi 1 2 3 4 5
020811 Berlari 1 2 3 4 5
020812 Melompat 1 2 3 4 5
020813 Merangkak 1 2 3 4 5
020806 Berjalan 1 2 3 4 5
Kode; pencegahan jatuh Hal: Tidak ada Pengetahua Pengetahu Pengetahua Pengetahu
0216 411 pengetahua n terbatas an sedang n banyak an sangat
n banyak
Kelas 2 (Aktivitas/olahraga)
Hambatan mobilitas di tempat tidur (00091)
NOC : Problem (Diagnosa)
Kode NOC: posisi Sangat Banyak Cukup Sedikit Tidak
0203 tubuh: terganggu terganggu terganggu terganggu terganggu
berinisiatif
sendiri/ hal.
020302 Bergerak 1 2 3 4 5
dari posisi
berbaring ke
posisi berdiri
020303 Bergerak 1 2 3 4 5
dari posisi
duduk ke
posisi
berbaring
020304 Bergerak 1 2 3 4 5
dari posisi
duduk
keposisi
berdiri
020305 Bergerak 1 2 3 4 5
dari posisi
berdiri ke
posisi duduk
020306 Bergerak 1 2 3 4 5
dari posisi
berdiri ke
posisi
berlutut
020307 Bergerak 1 2 3 4 5
dari posisi
berlutut ke
posisi berdiri
020308 Bergerak 1 2 3 4 5
dari posisi
berdikri ke
posisi
jongkok
020309 Bergerak 1 2 3 4 5
dari posisi
jongkok ke
posisi berdiri
0203011 Berpindah 1 2 3 4 5
dari satu sisi
ke sisi lain
sambal
berbaring
020301 Bergerak 1 2 3 4 5
dari depan
kebelakang
Kode NOC : Pergerakan Deviasi Deviasi yang Deviasi Deviasi ringan Tidak ada
Sendi : Jari-Jemari berat cukup besar sedang dari kisaran deviasi
dari dari kisaran dari normal dari
kisaran normal kisaran kisaran
normal normal normal
Metacarpophalangeal 1 2 3 4 5
021501 Ekstensi 0 derajat (R)
021502 Metacarpophalangeal 1 2 3 4 5
Fleksi 90 derajat (R)
021503 Metacarpophalangeal 1 2 3 4 5
hiperfleksi 30 derajat
(R)
021504 Proksimal 1 2 3 4 5
interphalangeal
ekstensi 0 derajat (R)
021505 Proksimal 1 2 3 4 5
interphalangeal fleksi
100-120 derajat (R)
021506 Distal interphalangeal 1 2 3 4 5
ekstensi 0 derajat (R)
021507 Distal interphalangeal 1 2 3 4 5
fleksi 45-80 derajat
(R)
021508 Metacarpophalangeal 1 2 3 4 5
Ekstensi 0 derajat (L)
021509 Metacarpophalangeal 1 2 3 4 5
Fleksi 90 derajat (L)
021510 Metacarpophalangeal 1 2 3 4 5
hiperfleksi 30 derajat
(L)
021511 Proksimal 1 2 3 4 5
interphalangeal
ekstensi 0 derajat (L)
021512 Proksimal 1 2 3 4 5
interphalangeal fleksi
100-120 derajat (L)
021513 Distal interphalangeal 1 2 3 4 5
ekstensi 0 derajat (L)
021514 Distal interphalangeal 1 2 3 4 5
fleksi 45-80 derajat
(L)
Kode NOC : Pergerakkan Deviasi Deviasi yang Deviasi Deviasi ringan Tidak ada
Sendi : Lutut berat cukup besar sedang dari kisaran deviasi
dari dari kisaran dari normal dari
kisaran normal kisaran kisaran
normal normal normal
021701 Ekstensi 0 derajat (R) 1 2 3 4 5
021702 Fleksi 130 derajat (R) 1 2 3 4 5
021703 Hiperekstensi 15 1 2 3 4 5
derajat (R)
021704 Ekstensi 0 derajat (L) 1 2 3 4 5
021705 Fleksi 130 derajat (L) 1 2 3 4 5
021706 Hiperekstensi 130 1 2 3 4 5
derajat (L)
Domain 4 (Aktivitas/Istirahat)
Kelas 2 :Aktivitas/olahraga
Hambatan mobilitas berkursi roda (00089)
NOC : Diagnosis
Kode NOC : Pergerakan Deviasi Deviasi yang Deviasi Deviasi Tidak ada
sendi : Siku berat dari cukup besar sedang dari ringan dari deviasi dari
kisaran dari kisaran kisaran kisaran kisaran
norma normal normal normal normal
021401 Ekstensi 0 derajat (R) 1 2 3 4 5
021402 Fleksi 160 derajat (R) 1 2 3 4 5
021403 Supinasi 90 derajat 1 2 3 4 5
(R)
021404 Pronasi 90 derajat (R) 1 2 3 4 5
021405 Ekstensi 0 derajat (L) 1 2 3 4 5
021706 Fleksi 160 derajat (L) 1 2 3 4 5
021407 Supinasi 90 derajat 1 2 3 4 5
(L)
021408 Pronasi 90 derajat (L) 1 2 3 4 5
Kode NOC : Pergerakan Deviasi Deviasi yang Deviasi Deviasi Tidak ada
Sendi : Jari-Jemari berat dari cukup besar sedang dari ringan dari deviasi dari
kisaran dari kisaran kisaran kisaran kisaran
normal normal normal normal normal
Metacarpophalangeal 1 2 3 4 5
021501 Ekstensi 0 derajat (R)
021502 Metacarpophalangeal 1 2 3 4 5
Fleksi 90 derajat (R)
021503 Metacarpophalangeal 1 2 3 4 5
hiperfleksi 30 derajat
(R)
021504 Proksimal 1 2 3 4 5
interphalangeal
ekstensi 0 derajat (R)
021505 Proksimal 1 2 3 4 5
interphalangeal fleksi
100-120 derajat (R)
021506 Distal interphalangeal 1 2 3 4 5
ekstensi 0 derajat (R)
021507 Distal interphalangeal 1 2 3 4 5
fleksi 45-80 derajat
(R)
021508 Metacarpophalangeal 1 2 3 4 5
Ekstensi 0 derajat (L)
021509 Metacarpophalangeal 1 2 3 4 5
Fleksi 90 derajat (L)
021510 Metacarpophalangeal 1 2 3 4 5
hiperfleksi 30 derajat
(L)
021511 Proksimal 1 2 3 4 5
interphalangeal
ekstensi 0 derajat (L)
021512 Proksimal 1 2 3 4 5
interphalangeal fleksi
100-120 derajat (L)
021513 Distal interphalangeal 1 2 3 4 5
ekstensi 0 derajat (L)
021514 Distal interphalangeal 1 2 3 4 5
fleksi 45-80 derajat
(L)
21020 Panjangnya 1 2 3 4 5
4 Episode Nyeri
21022 Agitasi 1 2 3 4 5
2
21022 Iritabilitas 1 2 3 4 5
3
21022 Mengerinyit 1 2 3 4 5
4
21022 Mengeluarkan 1 2 3 4 5
5 Keringat
21022 Berkeringat 1 2 3 4 5
6 Berlebih
21021 Mondar-Mandir 1 2 3 4 5
8
21022 Mual 1 2 3 4 5
7
21022 Intoleransi 1 2 3 4 5
8 Makanan
21021 Berkeringat 1 2 3 4 5
4
182802 Penggunaan 1 2 3 4 5
perangkat
keselamatan yang
benar
182804 Penggunaan 1 2 3 4 5
batang
penggengam/
grab bars
182805 Pengguanaan 1 2 3 4 5
gerbang
keamanan yang
benar
182806 Pengguanaan 1 2 3 4 5
jendela penjagaan
yang benar
182807 Pengguanaan 1 2 3 4 5
pencahayaan
lingkungan yang
benar
182809 Pengguanaan 1 2 3 4 5
prosedur
perpindahan yang
man
182810 Alasan 1 2 3 4 5
pengekangan
182815 Perubahan 1 2 3 4 5
tekanan darah
yang
meningkatkan
resiko jatuh
182818 Pentingnya 1 2 3 4 5
menjaga alur
jalan yang jelas
Kode; Berjalan Deviasi berat Deviasi yang Deviasi Deviasi Tidak ada
0216 hambatan: dari kisaran cukup besar sedang dari ringan dari deviasi
pergerakan sendi: normal dari kisaran kisaran kisaran dari
panggul Hal: 456 normal normal normal kisaran
normal
Domain 11 (keamanan/perlindungan)
Kelas 2 : Cedera fisik
Risiko jatuh (00155)
NOC : Problem (Diagnosa)
Kode NOC : kejadian 10 dan 7-9 4-6 1-3 Tidak ada
jatuh lebih
Hal : 119
19120 Jatuh saat berdiri 1 2 3 4 5
1
19120 Jatuh saat berjalan 1 2 3 4 5
2
19120 Jatuh saat duduk 1 2 3 4 5
3
19120 Jatuh dari tempat 1 2 3 4 5
4 tidur
19120 Jatuh saat 1 2 3 4 5
5 dipindahkan
19120 Jatuh saat naik tangga 1 2 3 4 5
6
19120 Terjun saat turun 1 2 3 4 5
7 tangga
19120 Jatuh saat ke kamar 1 2 3 4 5
9 mandi
19121 Jatuh saat 1 2 3 4 5
0 membungkuk
NOC : Diagnosis
160501 Menggambarkan 1 2 3 4 5
Faktor Penyebab
160503 Menggunakan 1 2 3 4 5
Tindakan Pencegahan
160504 Menggunakan 1 2 3 4 5
Tindakan Pengurangan
nyeri tanpa Analgesik
160505 Menggunakan 1 2 3 4 5
Analgesik yang di
Rekomendasikan
21020 Panjangnya 1 2 3 4 5
4 Episode Nyeri
21022 Agitasi 1 2 3 4 5
2
21022 Iritabilitas 1 2 3 4 5
3
21022 Mengerinyit 1 2 3 4 5
4
21022 Mengeluarkan 1 2 3 4 5
5 Keringat
21022 Berkeringat 1 2 3 4 5
6 Berlebih
21021 Mondar-Mandir 1 2 3 4 5
8
21022 Mual 1 2 3 4 5
7
21022 Intoleransi 1 2 3 4 5
8 Makanan
21021 Berkeringat 1 2 3 4 5
4
184315 Masalah-masalah 1 2 3 4 5
keamanan terkait obat
184319 Pentingnya 1 2 3 4 5
menginformasikan
professional kesehatan
semua obat saat ini
184321 Tindakan-tindakan 1 2 3 4 5
pencegahan
121104 Distress 1 2 3 4 5
121108 Iritabilitas 1 2 3 4 5
121112 Kesulitan 1 2 3 4 5
Berkonsentrasi
121124 Pusing 1 2 3 4 5
121125 Fatigue 1 2 3 4 5
200812 Mampu 1 2 3 4 5
Mengkomunikasikan
kebutuhan
201013 Gatal-gatal 1 2 3 4 5
201019 Mual 1 2 3 4 5
201020 Muntah 1 2 3 4 5
201023 Diare 1 2 3 4 5
201024 Konstipasi 1 2 3 4 5
Kode NOC : Tingkat Berat Cukup Berat Sedang Ringan Tidak Ada
Ketidaknyamanan
(2109)
Hal : 576
210901 Nyeri 1 2 3 4 5
210902 Cemas 1 2 3 4 5
210903 Mendesah 1 2 3 4 5
210904 Menderita 1 2 3 4 5
210905 Memukul 1 2 3 4 5
210906 Stress 1 2 3 4 5
210908 Depresi 1 2 3 4 5
210909 Halusinasi 1 2 3 4 5
210910 Delusi 1 2 3 4 5
210913 Hiperaktifitas 1 2 3 4 5
210921 Menyentak 1 2 3 4 5
210926 Menggigil 1 2 3 4 5
210927 Hipotermia 1 2 3 4 5
210928 Mual 1 2 3 4 5
210929 Muntah 1 2 3 4 5
210930 Diare 1 2 3 4 5
210932 Konstipasi 1 2 3 4 5
020801 Keseimbangan 1 2 3 4 5
020809 Koordinasi 1 2 3 4 5
020811 Berlari 1 2 3 4 5
020812 Melompat 1 2 3 4 5
020813 Merangkak 1 2 3 4 5
020806 Berjalan 1 2 3 4 5
Kode NOC : Tanda-tanda Deviasi Deviasi yang Deviasi Deviasi Tidak ada
Vital (0802) berat dari cukup besar sedang dari ringan dari deviasi dari
Hal : 563 kisaran dari kisaran kisaran kisaran kisaran
normal normal normal normal normal
NOC : Diagnosis
16050 Menggambarkan 1 2 3 4 5
1 Faktor Penyebab
16051 Menggunakan 1 2 3 4 5
0 Jurnal Harian
untuk Memonitor
Gejala dari waktu
ke waktu
16050 Menggunakan 1 2 3 4 5
3 Tindakan
Pencegahan
16050 Menggunakan 1 2 3 4 5
4 Tindakan
Pengurangan nyeri
tanpa Analgesik
16050 Menggunakan 1 2 3 4 5
5 Analgesik yang di
Rekomendasikan
16051 Melaporkan 1 2 3 4 5
3 Perubahan
Terhadap Gejala
Nyeri Pada
Professional
Kesehatan
16050 Melaporkan 1 2 3 4 5
7 Gejala yang tidak
terkontrol pada
Professional
Kesehatan
16050 Menggunakan 1 2 3 4 5
8 Sumber Daya
yang Tersedia
21020 Panjangnya 1 2 3 4 5
4 Episode Nyeri
21022 Agitasi 1 2 3 4 5
2
21022 Iritabilitas 1 2 3 4 5
3
21022 Mengerinyit 1 2 3 4 5
4
21022 Mengeluarkan 1 2 3 4 5
5 Keringat
21022 Berkeringat 1 2 3 4 5
6 Berlebih
21021 Mondar-Mandir 1 2 3 4 5
8
21022 Mual 1 2 3 4 5
7
21022 Intoleransi 1 2 3 4 5
8 Makanan
21021 Berkeringat 1 2 3 4 5
4
184315 Masalah-masalah 1 2 3 4 5
keamanan terkait obat
184319 Pentingnya 1 2 3 4 5
menginformasikan
professional kesehatan
semua obat saat ini
184321 Tindakan-tindakan 1 2 3 4 5
pencegahan
12110 Distress 1 2 3 4 5
4
12110 Iritabilitas 1 2 3 4 5
8
12111 Kesulitan 1 2 3 4 5
2 Berkonsentrasi
12112 Pusing 1 2 3 4 5
4
12112 Fatigue 1 2 3 4 5
5
200803 Kesejahteraan 1 2 3 4 5
Psikologis
200812 Mampu 1 2 3 4 5
Mengkomunikasikan
kebutuhan
201013 Gatal-gatal 1 2 3 4 5
201019 Mual 1 2 3 4 5
201020 Muntah 1 2 3 4 5
201021 Inkontinensi Urin 1 2 3 4 5
201023 Diare 1 2 3 4 5
201024 Konstipasi 1 2 3 4 5
020801 Keseimbangan 1 2 3 4 5
020809 Koordinasi 1 2 3 4 5
020811 Berlari 1 2 3 4 5
020812 Melompat 1 2 3 4 5
020813 Merangkak 1 2 3 4 5
020806 Berjalan 1 2 3 4 5
Kode NOC : Tanda-tanda Deviasi berat Deviasi yang Deviasi Deviasi Tidak ada
Vital (0802) dari kisaran cukup besar sedang ringan dari deviasi dari
Hal : 563 normal dari kisaran dari kisaran kisaran
normal kisaran normal normal
normal
200812 Mampu 1 2 3 4 5
Mengkomunikasikan
kebutuhan
201013 Gatal-gatal 1 2 3 4 5
201019 Mual 1 2 3 4 5
201020 Muntah 1 2 3 4 5
201023 Diare 1 2 3 4 5
201024 Konstipasi 1 2 3 4 5
3100 Mendapatkan 1 2 3 4 5
27 promkes
3100 Menggunaka 1 2 3 4 5
28 n pelayanan
kesehatan
sesuai dengan
kebutuhan
Kode NOC : Tingkat Berat Cukup Berat Sedang Ringan Tidak Ada
Kecemasan (1211)
Hal : 572
121104 Distress 1 2 3 4 5
121108 Iritabilitas 1 2 3 4 5
121112 Kesulitan 1 2 3 4 5
Berkonsentrasi
121120 Peningkatan 1 2 3 4 5
Frekuensi Nadi
121121 Peningkatan 1 2 3 4 5
Frekuensi Pernapasan
121124 Pusing 1 2 3 4 5
121125 Fatigue 1 2 3 4 5
121126 Penurunan 1 2 3 4 5
Produktivitas
121202 Peningkatan 1 2 3 4 5
denyut nadi
radialis
121203 Peningkatan laju 1 2 3 4 5
nafas
121214 Gangguan tidur 1 2 3 4 5
121220 Mudah marah 1 2 3 4 5
121222 Kecemasan 1 2 3 4 5
121226 Memisahkan diri 1 2 3 4 5
Domain 11 : Keamanan/Perlindungan
Kelas 2 : Cidera Fisik
Resiko Cidera (00035)
Cukup
Berat Sedang Ringan Tidak ada
Skala Outcomes Keseluruhan berat
1 2 3 4 5
Lecet pada kulit 1 2 3 4 5
Memar 1 2 3 4 5
Luka gores 1 2 3 4 5
Luka bakar 1 2 3 4 5
Ekstremitas keseleo 1 2 3 4 5
Keseleo tulang punggung 1 2 3 4 5
Fraktur ekstremitas 1 2 3 4 5
Fraktur pelvis 1 2 3 4 5
Fraktur panggul 1 2 3 4 5
Fraktur tulang tengkorak 1 2 3 4 5
Fraktur muka 1 2 3 4 5
Cidera gigi 1 2 3 4 5
Cidera kepala tertutup 1 2 3 4 5
Cidera kepala terbuka 1 2 3 4 5
Gangguan mobilitas 1 2 3 4 5
Kerusakan kognisi 1 2 3 4 5
Penurunan tingkat kesadaran 1 2 3 4 5
Trauma liver 1 2 3 4 5
Limfa pecah 1 2 3 4 5
Perdarahan 1 2 3 4 5
Trauma perut 1 2 3 4 5
6 Inspeksi kaki apakah ada deformitas termasuk jari-jari kaki yang terlalu
melengkung, kepala metatarsal menonjol, dan lengkungan yang tinggi atau
rendah atau perubahan pelunakan mendadak pada tulang di kaki
9 Monitor cara berjalan dan distribusi berat pada kaki (miss, observasi cara
berjalan dan tentukan bagaimana kebiasaan pemakaian sepatu
13 Berikan pasien atau keluarega mengenai informasi perawatan kaki khusus yang
di rekomendasikan
4 Bantu klien untuk memilih aktiitas dan pencapaian tujuan melalui aktivitas yang
konsisten dengan kemampuan fisik, fisiologis dan social
8 Berkolaborasi dengan ahli terapis fisik, okupasi dan terapis rekreasional dalam
perencanaan dan pemantauan program aktivitas, jika memang di perlukan.
11 Berikan aktivitas yang memenuhi komponen memori dan emosi (miss: aktivitas
religious tertentu) untuk klien demensia dengan cara yang tepat
Domain 4 (Aktivitas/Istirahat)
Kelas 2 :Aktivitas/olahraga
Hambatan mobilitas di tempat tidur (00091)
No 0224 NIC : terapi latihan: mobilisasi sendi (Hal: 440)
1 Tentukan batasan pergerakan sendi dan efeknya terhadap fungsi sendi.
2 Kolaborasi dengan ahli terapi fisik dalam mengembangkan dan menerapkan sebuah
program latihan.
3 Jelaskan pada pasien atau keluarga manfaat dan tujuan melakukan latiahan sendi.
4 Bantu pasien mendapatkan posisi tubuh yang optimal untuk pergerakan rom pasif
Maupin aktif.
5 Lakukan latihan ROM pasif atau ROM dengan bantuan sesuai indikasi.
6 Instruksikan pasien /keluarga cara melakukan ROM pasif, ROM dengan bantuan
atau ROM aktif.
7 Bantu untuk melakukan pergerakan sendi yang ritmis dan teratur sesuai kadar nyeri
yang bisa ditoleransi, ketahan dan pergerakan sendi.
8 Dukung ambulasi jika memungkinkan.
9 Tentukan perkembangan terhadap pencapaian tujuan.
10 Sediakan dukungan positif dalam melakukan latihan ROM.
Domain 4 (Aktivitas/Istirahat)
Kelas 2 :Aktivitas/olahraga
Hambatan mobilitas fisik (00085)
No Kode 6480 Menajemen lingkungan (hal : 191)
1 Identifikasi kebutuhan keselamatan pasien
2 Ciptakan lingkungan yang aman bagi pasien
3 Dampingi selama tidak ada kegiatan bangsal
4 Edukasi pasien dan pengunjung mengenai perubahan/tindakan pencegahan,
sehingga mereka tidak akan dengan sengaja mengganggu lingkungan yang di
rencanakan
4 Bantu klien untuk memilih aktiitas dan pencapaian tujuan melalui aktivitas yang
konsisten dengan kemampuan fisik, fisiologis dan social
8 Berkolaborasi dengan ahli terapis fisik, okupasi dan terapis rekreasional dalam
perencanaan dan pemantauan program aktivitas, jika memang di perlukan.
11 Berikan aktivitas yang memenuhi komponen memori dan emosi (miss: aktivitas
religious tertentu) untuk klien demensia dengan cara yang tepat
Domain 4 (Aktivitas/Istirahat)
Kelas 2 :Aktivitas/olahraga
Hambatan mobilitas berkursi roda (00089)
No Kode : 0201 NIC : peningkatan latihan : latihan kekuatan (hal: 339)
1 Lakukan skrining kesehatan sebelum memulai latihan untuk mengindetifikasi
resiko dengan mengunakan skala kesiapan latihan fisik terstandar atau melengkapi
pemeriksaan riwayat kesehatan dan fisik.
2 Sediakan informasi mengenai fungsi otot, latihan fisiologis dan konsekuensi dari
penyalahgunaan.
3 Beri informasi mengenai jenis latihan daya otot yang bisa dilakukan.
4 Bantu mengembangkan program latihan kekuatan yang sesuai dengan tingkat
kebugaran otot.
5 Spesifikan tingkat retensi, jumlah pengulangan, jumlah set (latihan) yang sesuai.
6 Gunakan gerakan yang respirokal (timbale balik / berlawanan) untuk menghindari
cidera dalam latihan tertentu.
7 Instruksikan untuk melakukan sesi latihan pada kelompok otot tertentu secara
berselang-seling setiap harinya untuk memfasilitasi adaptasi otot terhadap latihan.
8 Bantu untuk menentukan menentukan tingkat kenaikan kerja otot misalnya jumalah
resitensi dan jumlah pengulangan serta latihan.
9 Evaluasi ulang tingkat kebugaran otot setiap bulan.
10 Kolaborasikan dengan keluarga dan tenaga kesehatan yang lain dalam
merencanakan , mengajarkan dan memonitor program latihan.
No 0226 Terapi latihan : kontrol Otot (hal : 439)
1 Tentukan kesiapan pasien untuk terlibat dalam aktifitas atau protokol latihan
2 Sediakan privasi selama latihan
3 Berikan petunjuk langkah demi langkah untuk setiap aktivitas motorik selama
latihan atau ADL
4 Kolaborasi dengan ahli terapi fisik ,okuposional dan rekresional dalam
mengembangkan danmenerapkan program latihan sesuai kebutuhan
Domain 4 (Aktivitas/Istirahat)
Kelas 2 :Aktivitas/olahraga
Hambatan berdiri (000238)
No 0224 NIC : terapi latihan: mobilisasi sendi (Hal: 440)
1 Tentukan batasan pergerakan sendi dan efeknya terhadap fungsi sendi.
2 Kolaborasi dengan ahli terapi fisik dalam mengembangkan dan menerapkan sebuah
program latihan.
3 Jelaskan pada pasien atau keluarga manfaat dan tujuan melakukan latiahan sendi.
4 Bantu pasien mendapatkan posisi tubuh yang optimal untuk pergerakan rom pasif
Maupin aktif.
5 Lakukan latihan ROM pasif atau ROM dengan bantuan sesuai indikasi.
6 Instruksikan pasien /keluarga cara melakukan ROM pasif, ROM dengan bantuan
atau ROM aktif.
7 Bantu untuk melakukan pergerakan sendi yang ritmis dan teratur sesuai kadar nyeri
yang bisa ditoleransi, ketahan dan pergerakan sendi.
8 Dukung ambulasi jika memungkinkan.
9 Tentukan perkembangan terhadap pencapaian tujuan.
10 Sediakan dukungan positif dalam melakukan latihan ROM.
Domain 11 (keamanan/perlindungan)
Kelas 2 : Cedera fisik
Risiko jatuh (00155)
No Kode : 6420 NIC : pembatasan area (hal: 246)
1 Pastikan bahwa tindakan pembatasan dimulai (jika tingkat rendah, pastikan bahwa
hal ini tidak efektif sebelum meningkat pada pembatasan yang level lebih tinggi).
2 Jelaskan tentang prosedur, tujuan, dan lama waktu intervensi pada pasien dan
orang yang penting bagi pasien dengan menggunakan istilah yang dimengerti dan
tidak menghukum.
3 Identiviksi pasien dan orang yang penting bagi pasien perilakunya perlu untuk
diintervensi.
4 Batasi pada area yang tepat
5 Atur stimulus sensori dari manusia dan lingkungan dalam area yang sudah
ditetapkan, sesuai dengan kebutuhan.
6 Berikan obat-obatan oral dengan cara yang tepat
7 Monitor respon terhadap prosedur
8 Sediakan bagi pasien kebutuhan fisk dan keamanan
9 Berikan penguatan positif terhadap perilaku yang tepat.
10 Libatkan pasien dalam membuat keputusan mengenai adanya perubahan tindakan
pembatan
11 Lakukan sesi defribing/penjelasan kembali dengan pasien atau staf mengikuti
terminasi dari intervensi.
12 Dokumentasikan dalam perawatan sesuai dengan kebijakan instuisi.
Domain 12 (Kenyamanan)
4. Stimulasi titik tekan melalui penekanan dengan menggunakan jari, ibu jari, atau
kuku jari, dan menggunakan berat badan kearah titik dimana tekanan di
aplikasikan.
5. Aplikasikan tekanan yang stabil pada jaringan otot yang hipertonik untuk nyeri
yang dirasakan sampai relaksasi dirasakan atau nyeri menurun, biasanya 15
sampai 20 detik.
5 Dengarkan klien
1. Ciptakan lingkungan yang tenang dan tanpa distraksi dengan lampu yang redup
dan suhu lingkungan yang nyaman, jika memungkinkan.
2. Dorong klien untuk mengambil posisi yang nyaman dengan pakaian longgar
dan mata tertutup.
7. Evaluasi laporan individu terkait dengan relaksasi yang dicapai secara teratur,
dan monitor ketegangan otot secara periodic, denyut nadi, tekanan darah, dan
suhu tubuh dengan tepat.
2 Dorong individu untuk meninjau ulang masa lalu dan berfokus pada kejadian
dan hubungan yang memberikan dukungan dan kekuatan spiritual
9 Pastikan pada individu bahwa perawat selalu ada untuk mendukung klien
7 Berikan dukungan selama fase mengingkari, marah, tawar menawar, dan fase
menerima dalam proses berduka
Domain 12 (Kenyamanan)
Kelas 2 : Kenyamanan lingkungan
Gangguan rasa nyaman (00214)
No 5420 NIC: Dukungan spiritual (hal: 101)
2 Dorong individu untuk meninjau ulang masa lalu dan berfokus pada kejadian
dan hubungan yang memberikan dukungan dan kekuatan spiritual
9 Pastikan pada individu bahwa perawat selalu ada untuk mendukung klien
5 Dengarkan klien
1. Ciptakan lingkungan yang tenang dan tanpa distraksi dengan lampu yang redup
dan suhu lingkungan yang nyaman, jika memungkinkan.
2. Dorong klien untuk mengambil posisi yang nyaman dengan pakaian longgar
dan mata tertutup.
7. Evaluasi laporan individu terkait dengan relaksasi yang dicapai secara teratur,
dan monitor ketegangan otot secara periodic, denyut nadi, tekanan darah, dan
suhu tubuh dengan tepat.
Domain 9 : Koping/Toleransi
Kelas 2 : Respon Koping
No Kode : Manajemen Demensia
6460
7 Hindari sentuhan dan kedekatan jika hal ini menyebakan stres atau kecemasan
8 Hindari situasi-situasi yang asing bila memungkinkan (perubahan ruang, dan janji tanpa
kehadiran orang yang dikenal)
10 Pilih aktifitas kelompok, dan aktifitas satu lawan satu yang diarahkan pada kemampuan-
kemampuan kognitif dan minat dari pasien
Ansietas (00146)
Kode :
No Terapi Latihan : Keseimbangan (Hal :438)
0222
1 Monitor respon pasien pada latihan keseimbangan
2 Bantu pasien untuk pindah ke posisi duduk, menstabilkan tubuh dengan tangan
diletakan disisi atas tempat tidur atau kursi
3 Bantu untuk berdiri (atau duduk) dan mengayun tubuh dari sisi ke sisi untuk
menstimulasi mekanisme keseimbangan
4 Instruksikan pasien mengenai pentingnya terapi latihan dalam menjaga dan
meningkatkan keseimbangan
5 Instruksikan pasien untuk melakukan latihan keseimbangan, seperti berdiri dengan
satu kaki, membungkuk kedepan, peregangan dan resistensi, yang sesuai
6 Kolaborasi dengan terapis fisik, okupasional, dan terapi rekreasi dalam
mengembangkan program latihan yang sesuai
Domain 4 : Aktivitas/Istirahat
Kelas 3 : Keseimbangan Energi
Keletihan (00093)
No Kode : Menajemen Nyeri (Hal : 198)
1400
1 Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif meliputi lokasi,
karakteristik,onset/durasi, frekuensi,kualitas,intensitas atau beratnya nyeri dan faktor
pencetus
2 Observasi adanya petunjuk nonverval mengenai ketidaknyamanan
3 Berikan informaasi mengenai nyeri,seperti penyebab nyeri, berpa lama nyeri akan
dirasakan ,dan intisipasi dari ketidaknyaman akibat prosedur
4 Ajarrkan penggunaan tehnik nonfarmakologi relaksasi nafas dalam
5 Kolaborasi dengan tenaga medis yang lain untuk pemberian obat analgetik
No Kode : 6482 Terapi Latihan : Managemen Lingkungan: Kenyamanan (Hal :192)
1 Monitor kulit terutama tubuh terhadap adanya tanda-tanda tekanan iritasi
2 Berikan selimut untuk meningkatkan kenyamanan, seperti yang diinginkan
3 Berikan sumber-sumber edukasi yang relevan dan berguna mengenai managemen penyakit
dan cedera pada pasien dan keluarga jika sesuai
4 Ciptakan lingkungan yang tenang dan mendukung
5 Sediakan lingkungan yang aman dan bersih
6 Fasilitasi tindakan-tindakan kebersihan untuk menjaga kenyamanan individu
7 Hindari sentuhan dan kedekatan jika hal ini menyebakan stres atau kecemasan
8 Hindari situasi-situasi yang asing bila memungkinkan (perubahan ruang, dan janji tanpa
kehadiran orang yang dikenal)
10 Pilih aktifitas kelompok, dan aktifitas satu lawan satu yang diarahkan pada kemampuan-
kemampuan kognitif dan minat dari pasien