Anda di halaman 1dari 21

Plagiarism Checker X Originality Report

Similarity Found: 38%

Date: Senin, Agustus 09, 2021


Statistics: 2124 words Plagiarized / 5546 Total words
Remarks: Medium Plagiarism Detected - Your Document needs Selective Improvement.
-------------------------------------------------------------------------------------------

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Osteoporosis merupakan salah satu penyakit


degeneratif yang banyak dialami lansia, yaitu berkurangnya kepadatan/massa tulang
yang mengakibatkan tulang keropos dan mudah patah, oleh karena itu osteoporosis
menjadi masalah kesehatan yang serius di Indonesia dan dunia (Yuniar, 2017). Di seluruh
dunia jumlah orang lanjut usia diperkirakan sekitar 500 juta dengan usia rata-rata 60
tahun dan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar. Di negara maju seperti Amerika
Serikat pertambahan orang lanjut usia diperkirakan 1.000 orang per hari pada tahun
1985 dan diperkirakan 50% dari penduduk berusia diatas 50 tahun sehingga istilah Baby
Boom pada masa lalu berganti menjadi “Ledakan Penduduk Lanjut Usia” (Elka Halifah,
2017).

Menurut WHO (2016), angka kejadian patah tulang (fraktur) akibat osteoporosis di
seluruh dunia mencapai angka 1,7 juta orang dan diperkirakan angka ini akan terus
meningkat hingga mencapai 6,3 juta orang pada tahun 2050 dan 71% kejadian ini akan
terdapat di negara-negara berkembangInsiden osteoporosis meningkat sejalan dengan
meningkatnya populasi usia lanjut. Pada tahun 2005 terdapat 18 juta lanjut usia di
Indonesia, jumlah ini akan bertambah hingga 33 juta pada tahun 2020 dengan usia
harapan hidup mencapai 70 tahun.

Menurut data statistik Itali tahun 2004 lebih dari 44 juta orang Amerika mengalami
osteopenia dan osteoporosis. Pada wanita usia = 50 tahun terdapat 30% osteoporosis,
37-54% osteopenia dan 54% berisiko terhadap fraktur osteoporotic. Di Indonesia 19,7%
dari jumlah lansia atau sekitar 3,6 juta orang diantaranya menderita osteoporosis. Lima
provinsi dengan risiko osteoporosis lebih tinggi adalah Sumatra Selatan (27,75%), Jawa
Tengah (24,02%), Yogyakarta (23,5%), Sumatra Utara (22,82%), Jawa Timur (21,42%),
Kalimantan Timur (10,5%).
Prevalensi wanita yang menderita osteoporosis di Indonesia pada golongan umur 50-59
tahun yaitu 24% sedang pada pria usia 60-70 tahun sebesar 62% (Leny Suarni, 2017). Di
Indonesia, prevalensi Osteoporosis lebih tinggi dibandingkan dengan di negara lain,
beberapa faktor tambahan pada perempuan Indonesia yang diperkirakan mendorong
terjadinya osteoporosis antara lain kurangnya asupan kalsium dalam makanan,
pengeluaran kalsium yang berlebihan akibat masa menyusui anak yang terlalu lama,
meskipun osteoporosis beserta komplikasi patah tulang merupakan masalah kesehatan
diseluruh dunia, osteoporosis dapat dicegah dan diobati.

Di Indonesia prevelensi osteoporosis untuk umur kurang dari 70 tahun pada wanita
sebanyak 18-36%, sedangkan pria 20-27%, untuk umur diatas 70 tahun untuk wanita
53,6%, pria 38%. Lebih dari 50% keretakan osteoporosis pinggang diseluruh dunia
kemungkinan terjadi di Asia pada 2050. Dua dari limaorang Indonesia risiko terkena
penyakit osteoporosis (Yuniar, 2017). Di Indonesia, berdasarkan hasil analisa data risiko
osteoporosis pada tahun 2005 dengan jumlah sampel 65.727 orang (22.799 laki-laki dan
42.928 perempuan) yang dilakukan oleh Puslitbang Gizi Depkes RI menunjukkan angka
prevalensi osteopenia (osteoporosis dini) sebesar 41,7% dan prevalensi osteoporosis
sebesar 10,3%.

Ini berarti 2 dari 5 penduduk Indonesia memiliki risiko untuk terkena osteoporosis
(Depkes, 2008). Hal ini juga didukung oleh data Indonesian White Paper yang
dikeluarkan oleh Perhimpunan osteoporosis Indonesia (Perosi) pada tahun 2007 yaitu
osteoporosis pada wanita yang berusia di atas 50 tahun mencapai 32,3% dan pada pria
usia diatas 50 tahun mencapai 28,85%. Secara keseluruhan percepatan proses penyakit
osteoporosis pada wanita sebesar 80% dan pria 20% (Suryanti Tukiman, 2018).

Di Sulawesi Selatan khususnya di Makassar, berdasarkan data dari Dinas Kesehatan


Republik Indonesia Propinsi Sulawesi Selatan yang dilaporkan oleh Syahrir et al., (2015)
didapatkan bahwa jumlah pasien rawat jalan yang menderita osteoporosis sebanyak 199
kasus. Laporan Rekam Medik di RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo tahun 2012 – 2015
diketahui jumlah penderita osteoporosis bersifat fluktuatif. Pada tahun 2012 tercatatat
sebanyak 49 pasien yang terdiri dari 24 pasien rawat inap dan 25 pasien rawat jalan, dan
pada tahun 2013 mengalami penurunan dengan jumlah pasien sebanyak 45 yang terdiri
dari 34 pasien rawat inap dan 11 pasien rawat jalan, kemudian tahun 2014 kembali
mengalami peningkatan dengan jumlah pasien 149 yang terdiri dari 108 pasien rawat
inap dan 41 pasien rawat jalan dan di tahun 2015 tercatat Januari-Mei, jumlah pasien
osteoporosis sebanyak 44 pasien baik rawat inap maupun rawat jalan (RSUP, 2015).
Pencegahan osteoporosis pada lanjut usia dapat dilakukan dengan cara
mengidentifikasi dan menilai faktor resiko pada gaya hidup lansia, seperti pemasukan
kalsium dan vitamin D yang memadai serta melakukan olahraga.

Karena penyakit ini tersebar luas dan hampir semuanya, penyakit ini dapat dicegah dan
dirawat dengan cara kita harus memulai proses untuk mendidik diri kita sendiri terlebih
dahulu. Berdasarkan uraian di atas calon peneliti berkeinginan untuk meneliti dengan
judul “Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Osteoporsosis Terhadap Perilaku Pencegahan
Osteoporosis Pada Lansia Di Puskesmas Sarmi Kab. Sarmi” Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka dirumuskan pertanyaan peneliti
“apakah ada pengaruh penyuluhan kesehatan osteoporosis terhadap perilaku
pencegahan osteoporosis pada lansia di Puskesmas Sarmi Kab. Sarmi ?.

Tujuan Penelitian Tujuan Umum Diketahuinya pengaruh penyuluhan kesehatan


osteoporosis terhadap perilaku pencegahan osteoporosis pada lansia di Puskesmas
Sarmi Kab. Sarmi. Tujuan Khusus Diidentifikasinya perilaku pencegahan osteoporosis
pada lansia sebelum dilakukan penyuluhan di Puskesmas Sarmi Kab. Sarmi.
Diidentifikasinya perilaku pencegahan osteoporosis pada lansia setelah dilakukan
penyuluhan di Puskesmas Sarmi Kab. Sarmi. Dianalisisnya pengaruh penyuluhan
kesehatan osteoporosis terhadap perilaku pencegahan osteoporosis pada lansia di
Puskesmas Sarmi Kab. Sarmi.

Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat
dalam ilmu keperawatan komunitas dalam memberikan pengetahuan kepada lansia
lewat penyuluhan kesehatan osteoporosis terhadap perilaku pencegahan osteoporosis.
Manfaat Praktis Manfaat Bagi Peneliti Hasil penelitian ini dapat menjadi pengalaman
yang berharga bagi peneliti khususnya dalam peningkatan wawasan dalam bidang
penelitian serta menambah pengetahuan tentang hal-hal yang menyangkut perilaku
pencegahan osteoporosis. Manfaat Bagi Responden Diharapkan mampu mengetahui
dan menambah pengetahuan lansia terhadap pencegahan osteoporosis.

Manfaat Bagi Instansi Dapat digunakan sebagai acuan serta masukan bagi puskesmas
untuk meningkatkan dan mengetahui tentang pencegahan osteoporosis. Manfaat Bagi
Institusi Penelitian ini dapat memberikan informasi dalam ilmu bidang keperawatan
komunitas dengan menambah kepustakaan di bidang ilmu keperawatan. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Tentang Tentang Penyuluhan Kesehatan
Pengertian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan penyuluhan kesehatan
sebagai peluang sadar yang dibangun untuk pembelajaran yang melibatkan beberapa
bentuk komunikasi yang dirancang untuk meningkatkan kesehatan, termasuk
meningkatkan pengetahuan, dan mengembangkan keterampilan hidup yang kondusif
untuk kesehatan individu dan masyarakat (Wikipedia, 2016).
Komite Bersama Pendidikan Kesehatan dan Promosi Terminologi mendefinisikan
Pendidikan Kesehatan sebagai kombinasi dari pengalaman belajar yang direncanakan
berdasarkan teori suara yang memberikan individu, kelompok, dan masyarakat
kesempatan untuk memperoleh informasi dan keterampilan yang dibutuhkan untuk
membuat keputusan kesehatan yang berkualitas (Wikipedia, 2016). Penyuluhan
kesehatan adalah upaya untuk mempengaruhi, dan atau mempengaruhi orang lain, baik
individu, kelompok, atau masyarakat, agar melaksanakan perilaku hidup sehat.

Sedangkan secara operasional, penyuluhan kesehatan merupakan suatu kegiatan untuk


memberikan dan atau meningkatkan pengetahuan, sikap, dan praktek masyarakat
dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri (Notoatmodjo, 2010).
Tujuan Penyuluhan Kesehatan Tujuan Penyuluhan kesehatan merupakan domain yang
akan dituju dari pendidikan kesehatan. Penyuluhan kesehatan memiliki beberapa tujuan
antara lain pertama, tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat
dalam membina dan memelihara perilaku sehat dan lingkungan sehat, serta peran aktif
dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yag optimal. Kedua, terbentuknya perilaku
sehat pada individu, keluarga dan masyarakat yang sesuai dengan konsep hidup sehat
baik fisik, mental dan social sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian.

Ketiga, menurut WHO tujuan penyuluhan kesehatan adalah untuk mengubah perilaku
perseorangan dan atau masyarakat dalam bidang kesehatan (Notoatmodjo, 2010). Jadi
tujuan penyuluhan kesehatan adalah untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman
pentingnya kesehatan untuk tercapainya perilaku kesehatan sehingga dapat
meningkatkan derajat kesehatan fisik, mental dan sosial, sehingga produktif secara
ekonomi maupun sosial(Notoatmodjo, 2010).

Ruang Lingkup Penyuluhan Kesehatan Penyuluhan kesehatan dapat dilakukan


berdasarkan lima tingkat pencegahan, yaitu : Promosi kesehatan (Health Promotion)
Pada tingkat ini pendidikan kesehatan diperlukan misalnya dalam kebersihan
perorangan, perbaikan sanitasi lingkungan, pemeriksaan kesehatan berkala,
peningkatan gizi dan kebiasaan hidup sehat. Perlindungan khusus (Specific Protection)
Pada tingkat ini pendidikan kesehatan diperlukan untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat. Misalnya tentang pentingnya imunisasi sebagai cara perlindungan terhadap
penyakit pada anak maupun orang dewasa. Program imunisasi merupakan bentuk
pelayanan perlindungan khusus.

Diagnosa dini dan pengobatan segera (Early Diagnosis and Prompt Treatment) Pada
tingkat ini pendidikan kesehatan diperlukan karena rendahnya tingkat pengetahuan dan
kesadaran masyarakat akan kesehatan dan penyakit yang terjadi di masyarakat. Keadaan
ini menimbulkan kesulitan mendeteksi penyakit yang terjadi di masyarakat, masyarakat
tidak mau periksa dan diobati penyakitnya. Kegiatan pada tingkat pencegahan ini
meliputi pencarian kasus, penyembuhan dan pencegahan berlanjutnya proses penyakit,
pencegahan penyebaran penyakit menular, dan pencegahan komplikasi.

Pembatasan cacat (Disability Limititato) Pada tingkat ini pendidikan kesehatan


diperlukan karena masyarakat sering didapat tidak mau melanjutkan pengobatannya
sampai tuntas aau tidak mau melakukan pemeriksaan dan pengobatan penyakit secara
tuntas atau tidak mau melakukan pemeriksaan dan pengobatan penyakit secara tuntas.
Hal ini terjadi karena kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat akan kesehatan
dan penyakitnya. Pada tingkat ini kegiatan meliputi perawatan untuk menghentikan
penyakit, pencegahan komplikasi lebih lanjut, mengatasi kecacatan dan mencegah
kematian.

Rehabilitasi (Rehabilitation) Pada tingkat pendidikan kesehatan diperlukan karena


setelah sembuh dari suatu penyakit tertentu, seseorang mungkin menjadi cacat. Untuk
memulihkan kecacatannya itu diperlukan latihan-latihan. Untuk melakukan suatu latihan
yang baik dan benar sesuai program yang ditentukan, diperlukan adanya pengertian
dan kesadaran dari masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu, ada rasa malu dan
takut tidak diterima untuk kembali ke masyarakat setelah sembuh dari suatu penyakit
atau mungkin masyarakat tidak mau menerima anggota masyarakat lainnya yang baru
sembuh dari suatu penyakit(Ayustri, 2014).

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyuluhan Kesehatan Faktor-faktor yang


mempengaruhi Penyuluhan kesehatan : Input adalah sasaran Penyuluhan (individu,
kelompok, masyarakat) dan pendidik (pelaku pendidikan). Proses adalah upaya yang
direncanakan untuk mempengaruhi orang lain. Output adalah melakukan apa yang
diharapkan atau perilaku (Ayustri, 2014). Faktor-Faktor Yang Menghambat Penyuluhan
Kesehatan Faktor-faktor yang menghambat Penyuluhan kesehatan, yaitu : Faktor
internal, seperti diri sendiri, keluarga, dan motivasi.

Faktor eksternal, seperti pengaruh lingkungan, pengaruh iptek, dan pengaruh budaya
(Ayustri, 2014). Prinsip Penyuluhan Kesehatan Penyuluhan kesehatan bukan hanya
pelajaran di kelas, tetapi merupakan kumpulan pengalaman dimana saja dan kapan saja
sepanjang dapat mempengaruhi pengetahuan sikap dan kebiasaan sasaran pendidikan.
Penyuluhan kesehatan tidak dapat secara mudah diberikan oleh seseorang kepada
orang lain, karena pada akhirnya sasaran pendidikan itu sendiri yang dapat mengubah
kebiasaan dan tingkah lakunya sendiri.

Bahwa yang harus dilakukan oleh pendidik adalah menciptakan sasaran agar individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat dapat mengubah sikap dan tingkah lakunya sendiri.
Penyuluhan kesehatan dikatakan berhasil bila sasaran pendidikan (individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat) sudah mengubah sikap dan tingkah lakunya sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan (Fatmala Handayani, 2018). Aspek Sosial Budaya Dalam
Penyuluhan Kesehatan Aspek budaya yang mempengaruhi perilaku kesehatan, yaitu :
Persepsi masyarakat terhadap sehat dan sakit Masyarakat mempunyai batasan sehat
atau sakit yang berbeda dengan konsep sehat dan sakit versi sistem medis modern
(penyakit disebabkan oleh makhluk halus, guna-guna, dan dosa.

Kepercayaan Kepercayaan dalam masyarakat sangat dipengaruhi tingkah laku


kesehatan, beberapa pandangan yang berasal dari agama tertentu kadang-kadang
memberi pengaruh negatif terhadap program kesehatan. Sifat fatalistik atau fatalisme
adalah ajaran atau paham bahwa manusia dikuasai oleh nasib. Pendidikan Masih
banyaknya penduduk yang berpendidikan rendah. Petunjuk-petunjuk kesehatan sering
sulit ditangkap apabila cara menyampaikannya tidak disesuaikan dengan tingkat
pendidikan khayalaknya.

Nilai Kebudayaan Masyarakat Indonesia terdiri dari macam-macam suku bangsa yang
mempunyai perbedaan dalam memberikan nilai pada satu obyek tertentu. Nilai
kebudayaan ini memberikan arti dan arah pada cara hidup, persepsi masyarakat
terhadap kebutuhan dan pilihan mereka untuk bertindak. Norma Merupakan aturan
atau ketentuan yang mengikat warga atau kelompok dalam masyarakat, dipakai sebagai
panduan, tatanan, dan pengendali tingkah laku yg sesuai dan diterima oleh masyarakat.

Terjadi perbedaan norma (sebagai standar untuk menilai perilaku) antara satu
kebudayaan dengan kebudayaan yang lain. Masyarakat menetapkan perilaku yang
normal (normatif) serta perilaku yang tidak normatif. Inovasi Kesehatan Tidak ada
kehidupan sosial masyarakat tanpa perubahan, dan sesuatu perubahan selalu dinamis.
artinya setiap perubahan akan diikuti perubahan kedua, ketiga dan seterusnya. Seorang
petugas kesehatan jika akan melakukan perubahan perilaku kesehatan harus mampu
menjadi contoh dalam perilakukanya sehari-hari.

Ada anggapan bahwa petugas kesehatan merupakan contoh rujukan perilaku hidup
bersih dan sehat, bahkan diyakini bahwa perilaku kesehatan yang baik adalah
kepunyaan/hanya petugas kesehatan yang benar (Fatmala Handayani, 2018). B. Tinjauan
Umum Tentang Perilaku Pengertian Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas
organisme atau makhluk hidup termasuk binatang dan manusia, mempunyai aktivitas
masing-masing. Manusia sebagai salah satu makhluk hidup mempunyai bentangan
kegiatan yang luas, misalnya : berjalan, bekerja, berbicara, menulis, berpikir dan
seterusnya (Notoatmojo, 2010).
Perilaku Kesehatan Perilaku Kesehatan (health behavior) adalah respons seseorang
terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit, dan
faktor-faktor yang mempengaruhi sehat-sakit (Kesehatan) seperti lingkungan, makanan,
minuman, atau pelayanan kesehatan.Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan
bahwa perilaku kesehatan merupakan semua aktivitas atau kegiatan seseorang, baik
yang dapat diamati yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
(Notoatmojo, 2010b). Oleh sebab itu, perilaku kesehatan pada garis besarnya
dikelompokkan menjadi dua, yakni : Perilaku orang yang sehat agar tetap sehat dan
meningkat.

Perilaku ini disebut perilaku sehat (healthy behavior),yang mencakup perilaku-perilaku


(overt dan convert behavior) dalam mencegah atau menghindar dari penyakit dan
penyebab penyakit (Notoatmojo, 2010b). Perilaku orang yang sakit untuk memperoleh
penyembuhan atau pemecahan masalah kesehatan. Perilaku ini disebut perilaku
pencarian pelayanan kesehatan (health seeking behavior) (Notoatmojo, 2010b). Domain
Perilaku Perilaku seseorang adalah sangat kompleks, dan mempunyai bentangan yang
sangat luas.

Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan, membedakan adanya 3 area
wilayah, ranah atau domain perilaku ini, yakni kognitif, afektif dan psikomotor
(Notoatmojo, 2010b). Perkembangan selanjutnya, berdasarkan pembagian domain oleh
Bloom ini, dan untuk kepentingan pendidikan praktis, dikembangkan menjadi 3 tingkat
ranah perilaku sebagai berikut : Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan merupakan
hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu
objek tertentu.Penginderaan tterjadi melalui panca indera manusia, yakni indera
penglihatan, pendengaran, penciuman rasa dan raba.Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang.
Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang
tidak didasari oleh pengetahuan.

Sikap Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap
sesuatu stimulus atau objek.Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak,
dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu.Sikapmerupakan kesiapan untuk
bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap
objek. Kepercayaan, emosional, dan kecenderungan untuk bertindak merupakan tiga
komponen sikap yang membentuk sikap utuh (total attitude). C. Tinjauan Umum
Tentang Pencegahan Osteoporosis Kunci pencegahan Osteoporosis ada tiga langkah,
yaitu : Mengurangi Faktor Risiko Menghentikan kebiasaan merokok merupakan upaya
penting dalam mengurangi faktor risiko terjadinya osteoporosis.
Bila biasanya risisko patahtulang adalah 10%, maka kebiasaan merokok akan membuat
kemungkinan fraktur menjadi 20%, jadi merokok akan menaikkan risiko fraktur sebesar
10%. Selain mengurangi risiko keropos, berhenti merokok juga akan mengurangi risiko
penyakit jantung dan stroke. Hal lain yang harus diperhatikan adalah kebiasaan
mengonsumsi obat-obatan tertentu yang bisa membuat tulang keropos seperti hormon
steroid atau hormon tiroid. Pemakaian obat ini harus selalu dalam pengawasan
dokter.Demikian pula obat anti kejang atau anti kanker, tanpa disadari beberapa bulan
setelah pemakaian obat bisa menimbulkan osteoporosis.Terlalu banyak minum alkohol
juga berakibat buruk bagi tulang.Selain langsung merusak tulang, alkohol juga bisa
menghambat pembentukan kembali tulang yang sudah keropos.Hindari jatuh,
khususnya orang tua dan perhatikan keadaan fisik, kekuatan tubuh, keseimbangan dan
faktor penglihatan yang mulai menurun (Tandra, 2011).

Nutrisi yang Benar Nutrisi yang benar adalah hal penting untuk kesehatan tulang dan
pencegahan osteoporosis.Bila telah berumur lebih dari 50 tahun, perlu konsumsi
kalsium minimum 1200 mg perhari.Kebutuhan ini bisa dipenuhi melalui makanan dan
minuman yang mengandung kalsium atau yang telah diperkaya kalsium tiga kali
sehari.Makanan yang banyak mengandung garam, protein atau kafein yang bisa
mengganggu penyerapan kalsium, harus dibatasi pemakaiannya.Bila perlu konsumsi
suplemen kalsium yang tersedia di apotik.Suplemen ini harus dikonsumsi bersama
dengan banyak minum atau bersamaan dengan makanan, karena bisa menimbulkan
konstipasi (Tandra, 2011).

Pemberian ekstra vitamin D dianjurkan bagi orang yang sudah mencapai usia 60 tahun.
Terdapat beberapa vitamin lain dan sumplemen yang juga diperlukan untuk kesehatan
tulang misalnya Vitamin B,C dan K, mineral boron, seng, tembaga, mangan, dan
magnesium. Banyak konsumsi sayur dan buah sangat baik bagi kesehatan, karena sayur
dan buah merupakan sumber utama vitamin dan mineral (Tandra, 2009). Olahraga
Teratur Olahraga teratur merupakan upaya pencegahan osteoporosis yang penting,
yang selain baik untuk kesehatan secara keseluruhan juga mencegah timbulnya penyakit
kronis seperti diabetes, jantung, dan bahkan kanker.

Orang yang tidak bergerak lama, tidak ada rangsangan gravitasi bumi atau tekanan
mekanik lain, akan membuat banyak mineral tulang hilang dan menyebabkan tulang
menjadi keropos. Olahraga teratur dan kontinu dapat mencegah terjadinya
pengeroposan tulang (Tandra, 2011). Gerakan olahraga yang dianjurkan bagi usia lanjut
adalah aerobik ringan, jalan kaki, berenang, tidur tengkurap dengan menaikkan kaki
beberapa inci dari lantai beberapa menit.

Sebelum memulai berolahraga harus pemanasan terlebih dahulu dan di akhir olahraga
dilakukan pendinginan. Di samping itu, usahakan olahraga dilakukan pagi atau sore hari
yang terkena paparan sinar matahari, karena sinar matahari pagi dan sore mengandung
sinar ultraviolet yang dapat mengubah bahan vitamin D (7-dehirokollesterol) menjadi
vitamin D yang bermanfaat untuk merangsang penyerapan kalsium dan pengendapan
kalsium dalam tulang (Zaviera, 2010) BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN Kerangka
Konsep Penelitian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan penyuluhan
kesehatansebagai peluang sadar yang dibangun untuk pembelajaran yang melibatkan
beberapa bentuk komunikasi yang dirancang untuk meningkatkan kesehatan, termasuk
meningkatkan pengetahuan, dan mengembangkan keterampilan hidup yang kondusif
untuk kesehatan individu dan masyarakat.

Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk hidup
termasuk binatang dan manusia, mempunyai aktivitas masing-masing. Perilaku
pencegahan osteoporosis adalah langkah dalam mencegah timbulnya penyakit dengan
meminimalkan faktor resiko, nutrisi yang benar dan berolahraga. Keterangan : :
Tindakan (Variabel Independen) : Variabel Dependen : Penghubung Antar Variabel
Variabel Penelitian Dan Defenisi Operasional Variabel Penelitian Variabel Yang Diteliti
adalah perilaku pencegahan osteoporosis.

Defenisi Operasional Perilaku pencegahan osteoporosis adalah tindakan pecegahan


awal untuk menghindari terjadi timbulnya penyakit osteoporosis. Kriteria Objektif : Baik :
Jika skor responden menjawab >15 Kurang: jika skor responden menjawab = 15
Penyuluhan kesehatan adalah adalah proses penyebaran informasi ke banyak orang
untuk mempengaruhi perubahan status kesehatan ke lebih baik. Rumusan Hipotesis
Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini adalah hipotesis alternative (Ha) yang berarti
ada pengaruh penyuluhan kesehatan osteoporosis terhadap perilaku pencegahan
osteoporosis pada lansia di Puskesmas Sarmi Kab. Sarmi.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN Rancangan Penelitian Desain penelitian yang


digunakan adalah desain penelitian eksperimen dengan pendekatan pre-post test
design yaitu, menilai responden sebelum dilakukan intervensi penyuluhan dan menilai
responden setelah dilakukan intervensi, dapat dilihat pada tabel berikut : Pre Test
Penilaian Perilaku Pencegahan Osteoporosis Sebelum Penyuluhan _X Penyuluhan
Kesehatan Tentang Osteoporosis _Pre Test Penilaian Perilaku Pencegahan Osteoporosis
Setelah Penyuluhan _ _ Populasi Dan Sampel Populasi Populasi dalam penelitian ini
adalah semua lansia yang ada di wilayah kerja Pukesmas Sarmi Kab. Sarmi. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah lansia yang berkunjung datang berobat di
Puskesmas Sarmi Kab.

Sarmi dengan teknik sampling “Aksidental Sampling” sehingga diperoleh sampel


sebanyak 47 responden, dan memenuhi kriteria sebagai berikut : Kriteria Inklusi Lansia
yang ada ditempat saat penelitian berlangsung. Lansia yang bersedia menjadi
responden. Lansia yang berada di puskesmas sarmi. Kriteria Eksklusi Lansia yang tidak
ada ditempat saat penelitian berlangsung. Lansia tidak bersedia menjadi responden.
Lansia yang tidak masuk wilayah kerja puskesmas sarmi. Pengumpulan Data Dan Analisa
Data Instrumen Pengumpulan Data Instrument yang digunakan dalam penelitian adalah
kuesoner. Penilaian variabel perilaku pencegahan diukur melalui pertanyaan sebanyak
10 nomor dengan pengkuran skala likert.

Penilaian perilaku pencegahan dilakukan 2 kali, yaitu sebelum dan setelah dilakukan
penyuluhan kesehatan tentang osteoporosis. Adapun cara penilaian yaitu untuk nomor
2,3,4,5,6,7,8,9 dinilai dengan skor selalu (3), sering (2), jarang (1), dan tidak pernah (0),
sedangkan pertanyaan untuk nomor 1 dan 10 dinilai dengan skor selalu (0), sering (1),
jarang (2), dan tidak pernah (3). Perilaku pencegahan dikatakan baik jika skor responden
> 15 dan dikatakan kurang jika skor responden < 15.

Sebelum pengumpulan data, demi kesempurnaan instrumen dan untuk menghindari


kesalahan, maka terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas kuesioner
terhadap sampel yang serupa dengan responden. Lokasi dan waktu penelitian Penelitian
telah dilaksanakan di Puskesmas Sarmi Kab. Sarmi, pada tanggal 3 sampai dengan 30
Mei 2021. Prosedur Pengumpulan Data Data Primer Data yang diambil secara langsung
dari responden dengan mengunakan instrument penelitian yaitu kuesoner untuk
penilaian atau pengukuran sebelum dan setelah dilakukan penyuluhan.

Data Sekunder Data yang diperoleh dari peneliti melalui dokumentasi pada saat
penelitian pengolahan Data Dan Analisa Data Pengolahan Data Adapun pengolahan
data melalui tahap sebagai berikut : Data diambil atau diedit kembali serta dikoreksi
untuk melengkapi data yang mungkin masih kurang atau tiidak lengkap. Data yang
dikoding atau diberikan kode-kode pada option- option yang sudah lengkap untuk
memudahkan dalam proses analisa data. Data ditabulasi atau dikelompokan dalam
bentuk tabel kemudian dilanjutkan dengan analisa data. Analisa Data Analisa Univariat
Analisa univariat dilakukan dalam tiap variabel dari hasil penelitian.

Analisa ini menghasilkan frekuensi dan presentase dari setiap variabel yang diteliti.
Analisa Bivariat Analisa bavariat dilakukan untuk melihat pengaruh penyuluhan
kesehatan osteoporosis terhadap perilaku pencegahan osteoporosis pada lansia dengan
mengunakan uji statistik Uji T dependen berpasangan yang diolah dalam komputer
dengan menggunakan program SPSS versi 22. Setelah penelitian, dilakukan proses uji
normalitas Shapiro-Wilk, sebagai salah satu syarat penggunaan uji T. Uji T dependen
berpasangan di pakai apabila hasil uji normalitas terdistribusi normal.
Adapun hasil uji normalitas dari hasil penelitian tersebut adalah data tidak terdistribusi
normal, dimana nilai signifikansi sebelum dan setelah penyuluhan kesehatan = 0,00 <
0,05. sehingga Uji T dependen berpasangan tidak bisa digunakan pada penelitian ini
dan diganti dengan Uji Mc Nemar. / Keterangan : X² : Nilai khai kuadrat hasil
perhitungan. A : Objek yang menampilkan perubahan jawaban negatif dan positif. D :
Objek yang menampilkan perubahan jawaban Positif dan negatif. 2 : Konstanta Penilaian
: Apabila ? < a, H0 ditolak atau Ha diterima, artinya ada pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen.

Apabila ? > a, H0 diterima atau Ha ditolak, artinya tidak ada ada pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen. Etika Peneitian Dalam melakukan penelitian,
peneliti mendapat perlu adanya rekomendasi dri institusinya aatas pihak dengan
mengajukan permohonan izin kepada institusi atau lembaga tempat penelitian setelah
mendapat persetujuan barulah melakukan peneltian dengan menekankan masalah etika
yang meliputi : Informen Concent ( Lembar Persetujuan) Lembar persetujuan ini
diberikan kepada responden yang akan diteliti yang memenuhi kriteria inklusi disertai
judul penelitian.

Bila subjek menolak, maka peneliti tidak akan memaksakan kehendak dan tetap
menghormati hak-hak subjek. Anonymity( Tanpa nama ) Untuk menjaga kerahasiaan,
peneliti tidak akan mencantumkan nama responden, tetapi lembar tersebut diberikan
kode. Confodentiality ( kerahasiaan) Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh
peneliti dan hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil peneliti.
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Pengantar Penelitian
telah dilaksanakan di Puskesmas Sarmi Kabupaten Sarmi, dari tanggal 3 sampai dengan
30 Mei 2021.

Dalam penelitian ini desain yang digunakan adalah desain penelitian eksperimen
dengan pendekatan pre-post test design. Instrumen yang di gunakan dalam penelitian
adalah lembar kuesioner. Penilaian perilaku pencegahan dilakukan sebelum penyuluhan
kesehatan, kemudian dilakukan penyuluhan kesehatan tentang osteoporosis,
selanjutnya dilakukan penilaian kembali untuk mengetahui perilaku pencegahan
osteoporosis. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia yang ada di wilayah
kerja Puskesmas Sarmi Kabupaten Sarmi, sedangkan yang menjadi sampel adalah lansia
yang berkunjung di Puskesmas Sarmi Kabupaten Sarmi sebanyak 47 responden dengan
teknik pengambilan sampel menggunakan accidental sampling. Setelah melakukan
penelitian, dilakukan uji normalitas untuk mengetahui apakah data penelitian
terdistribusi normal atau tidak terdidtribusi normal dengan menggunakan uji
Shapiro-Wilk test.
Karena data hasil uji normalitas adalah tidak terdistribusi normal, sehingga Uji T
dependen berpasangan tidak bisa digunakan pada penelitian ini dan diganti dengan Uji
Mc Nemar dengan tingkat kemaknaan 5%. Gambaran Lokasi Penelitian Puskesmas
Sarmi salah satu puskesmas di Kabupaten Sarmi yang terletak di Jl. Trikora Distrik Sarmi
Provinsi Papua. Puskesmas ini melayani berbagai program puskesmas, seperti pelayanan
rawat jalan, pelayanan gawat darurat, pelayanan kesehatan gigi dan mulut, pelayanan
kehamilan dan persalinan, pelayanan laboratorium, dan pelayanan administrasi
kesehatan seperti pembuatan surat keterangan sehat/sakit. Wilayah kerja Puskesmas
Sarmi memiliki temperatur rata-rata berkisar antara 27-28oc dan berada di ketinggian
0-100 mdpl.

Tingkat kelembaban udara cukup tinggi karena dipengaruhi oleh iklim tropis basah
yang berkisar antara 75%-80%. Batas wilayah kerja Puskesmas Sarmi Kabupaten Sarmi
yaitu : Sebelah Utara : Berbatasan dengan lautan/samudera pasifik. Sebelah Timur :
Berbatasan dengan distrik sarmi timur. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan distrik
sarmi selatan. Sebelah Barat : Berbatasan dengan distrik pantai barat. Karakteristik
Responden Distribusi Kelompok Umur Responden Berdasarkan hasil penelitian pada
tabel 5.1

dari 47 responden diperoleh kelompok umur yang paling banyak adalah 58-61 tahun
sebanyak 15 (31,9%) responden, dan paling sedikit adalah kelompok umur 70-73 tahun
sebanyak 1 (2,1%) responden. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 5.1
Distribusi Kelompok Umur Responden Di Puskesmas Sarmi Kabupaten Sarmi Mei, 2021
Kelompok Umur (Tahun) _Frekuensi (f) _Persentase (%) _ _50 – 53 _9 _19,1 _ _54 – 57 _4
_8,5 _ _58 – 61 _15 _31,9 _ _62 – 65 66 - 69 70 - 73 74 - 77 _11 4 1 3 _23,4 8,5 2,1 6,4 _
_Jumlah (n) _47 _100 _ _ Sumber: Data Primer Distribusi Jenis Kelamin Responden
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.2

diperoleh dari 47 responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 24 (51,1%)


responden, dan perempuan sebanyak 23 (48,9%) responden. Hal tersebut dapat dilihat
pada tabel berikut : Tabel 5.2 Distribusi Jenis Kelamin Responden Di Puskesmas Sarmi
Kabupaten Sarmi Mei, 2021 Jenis Kelamin _Frekuensi (f) _Persentase (%) _ _Laki-Laki _24
_51,1 _ _Perempuan _23 _48,9 _ _Jumlah (n) _47 _100 _ _Sumber: Data Primer Data
Khusus Analisa Univariat Perilaku Pencegahan Osteoporosis (PreTest) Berdasarkan hasil
penelitian pada tabel 5.3

diperoleh dari 47 responden yang memiliki perilaku pencegahan osteoporosis yang baik
sebanyak 22 (46,8%), dan responden yang memiliki perilaku pencegahan osteoporosis
yang kurang sebanyak 25 (53,2%). Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel
5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Pencegahan Osteoporosis (Pre Test) Di
Puskesmas Sarmi Kabupaten Sarmi Mei, 2021 Perilaku Pencegahan Osteoporosis (Pre
Test) _Frekuensi (f) _Persentase (%) _ _Baik Kurang _ 22 25 _46,8 53,2 _ _Jumlah (n) _47
_100 _ _ Sumber : Data Primer Penyuluhan Kesehatan Berdasarkan hasil penelitian pada
tabel 5.4, diperoleh dari 47 responden, semua diberikan penyuluhan kesehatan tentang
osteoporosis setelah dilakukan penilaian perilaku pencegahan osteoporosis (Pre Test)
kepada 47 (100%) responden. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 5.4

Distribusi Responden Berdasarkan Penyuluhan Kesehatan Di Puskesmas Sarmi


Kabupaten Sarmi Mei, 2021 _Frekuensi (f) _Persentase (%) _ _Penyuluhan Kesehatan _ 47
_100 _ _Jumlah (n) _47 _100 _ _ Sumber : Data Primer Perilaku Pencegahan Osteoporosis
(Post Test) Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.5 diperoleh dari 47 responden yang
memiliki perilaku pencegahan osteoporosis yang baik setelah dilakukan penyuluhan
kesehatan tentang osteoporosis sebanyak 44 (93,6%), dan responden yang masih
memiliki perilaku pencegahan osteoporosis yang kurang sebanyak 3 (6,4%). Hal tersebut
dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 5.5

Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Pencegahan Osteoporosis (Post Test) Di


Puskesmas Sarmi Kabupaten Sarmi Mei, 2021 Perilaku Pencegahan Osteoporosis (Post
Test) _Frekuensi (f) _Persentase (%) _ _Baik Kurang _ 44 3 _93,6 6,4 _ _Jumlah (n) _47 _100
_ _ Sumber : Data Primer Analisa Bivariat Berdasarkan hasil analisis pada tabel 5.6 dari 47
responden diperoleh perilaku pencegahan osteoporosis yang baik sebelum pre test dan
baik setelah post test sebanyak 22 (46,8%) responden, dan perilaku pencegahan
osteoporosis yang baik sebelum pre test dan kurang setelah post test sebanyak 0 (0,0%)
responden.

Selain itu, diperoleh perilaku pencegahan osteoporosis yang kurang sebelum pre test
dan baik setelah post test sebanyak 22 (46,8%) responden, dan perilaku pencegahan
osteoporosis yang kurang sebelum pre test dan kurang setelah post test sebanyak 3
(6,4%) responden. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 5.6 Analisis
Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Osteoporosis Terhadap Perilaku Pencegahan
Osteoprosis Pada Lansia Di Puskesmas Sarmi Kabupaten Sarmi Mei, 2021 Perilaku
Pencegahan Osteoporosis (Pre Test) _Perilaku Pencegahan Osteoporosis (Post Test)
_Jumlah (n) _Nilai ? _ _ _Baik _Kurang _ _ _ _ _f _% _f _% _n _% _ _ _Baik Kurang _22 22
_46,8 46,8 _0 3 _0,0 6,4 _22 25 _46,8 53,2 _0,00 _ _Jumlah (n) _44 _93,6 _3 _6,4 _47 _100 _
_ _Sumber : Data Primer Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Mc Nemar di
peroleh nilai ? (0,00) < nilai a (0,05), berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan
demikian ada pengaruh penyuluhan kesehatan tentang osteoporosis terhadap perilaku
pencegahan osteoporosis pada lansia di Puskesmas Sarmi Kabupaten Sarmi.
Pembahasan Berdasarkan hasil analisis dari 47 responden diperoleh perilaku
pencegahan osteoporosis yang baik sebelum pre test dan baik setelah post test
sebanyak 22 (46,8%) responden. Menurut asumsi peneliti, responden yang sudah
terpapar informasi tentang osteoporosis sebelum dilakukan penelitian, akan memiliki
perilaku yang sama dan bahkan cenderung memiliki perilaku yang lebih baik lagi setelah
dilakukan penyuluhan kesehatan. Perubahan perilaku nampak pada responden
perempuan yang sebelumnya memiliki kebiasaan merokok lebih memilih untuk tidak
merokok, sedangkan yang laki-laki akan berupaya untuk berhenti merokok.

Perubahan perilaku yang lain yaitu akan mengkonsumsi susu berkalsium, ada keinginan
rutin minum vitamin secara tertaur sesuai anjuran dokter, ada keinginan untuk rutin
berolahraga setiap hari dan berupaya untuk terkena sinar matahari pagi (sebelum pukul
09.00), dan berupaya untuk menjaga pola hidup sehat untuk terhindar dari osteoporosis.
Menurut Fatmala Handayani (2018), bahwa penyuluhan kesehatan bukan hanya
pelajaran di kelas, tetapi merupakan kumpulan pengalaman dimana saja dan kapan saja
sepanjang dapat mempengaruhi pengetahuan sikap dan kebiasaan sasaran pendidikan.

Pendapat tersebut didukung oleh Notoatmodjo (2010) yang menyatakan bahwa


pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk
tindakan seseorang (overt behavior). Karena dalam pengalaman dan penelitian, ternyata
perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang
tidak didasari oleh pengetahuan. Berdasarkan hasil analisis dari 47 responden diperoleh
perilaku pencegahan osteoporosis yang kurang sebelum pre test dan baik setelah post
test sebanyak 22 (46,8%) responden.

Menurut asumsi peneliti, salah satu manfaat dari penyuluhan kesehatan adalah adanya
perubahan perilaku positif responden dalam hal melakukan pencegahan osteoporosis,
seperti berupaya untuk berhenti merokok, akan mengkonsumsi susu berkalsium setiap
hari, akan berolahraga secara teratur dan rutin tiap hari (30-40 menit), akan berupaya
tekena sinar matahari pagi (sebelum jam 09.00), akan menjaga pola makan sehat
dengan banyak mengkonsumsi sayur dan buah, akan mengkonsumsi penambah kalsium
untuk tulang, rajin ke fasilitas kesehatan untuk berkonsultasi dengan dokter dan rutin
minum vitamin sesuai anjuran dokter, berupaya membatasi penggunaan garam, dan
tidak akan mengkonsumsi obat golongan kortikosteroid dalam jangka waktu yang lama.

Menurut Notoatmodjo (2010), bahwa penyuluhan kesehatan memiliki beberapa tujuan


antara lain pertama, tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat
dalam membina dan memelihara perilaku sehat dan lingkungan sehat, serta peran aktif
dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yag optimal. Kedua, terbentuknya perilaku
sehat pada individu, keluarga dan masyarakat yang sesuai dengan konsep hidup sehat
baik fisik, mental dan social sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian.
Ketiga, menurut WHO tujuan penyuluhan kesehatan adalah untuk mengubah perilaku
perseorangan dan atau masyarakat dalam bidang kesehatan.

Berdasarkan hasil analisis dari 47 responden diperoleh perilaku pencegahan


osteoporosis yang kurang sebelum pre test dan kurang setelah post test sebanyak 3
(6,4%) responden. Menurut asumsi peneliti, ketiga responden tersebut berjenis kelamin
lak-laki yang tidak mengalami perubahan perilaku walaupuan sudah diberikan
penyuluhan kesehatan. Hal ini disebabkan kejadian osteoporosis lebih sering terjadi
pada perempuan dibanding laki-laki, sehingga ada perilaku yang acuh dan cuek dengan
kesehatannya untuk melakukan perilaku pencegahan osteoporosis.

Menurut Perhimpunan Osteoporosis Indonesia (Perosi) pada tahun 2007 yaitu


osteoporosis pada wanita yang berusia di atas 50 tahun mencapai 32,3% dan pada pria
usia diatas 50 tahun mencapai 28,85%. Secara keseluruhan percepatan proses penyakit
osteoporosis pada wanita sebesar 80% dan pria 20% (Suryanti Tukiman, 2018). Data
tersebut didukung oleh Ayustri (2014), terdapat faktor-faktor yang menghambat
penyuluhan kesehatan, yaitu faktor internal, seperti diri sendiri, keluarga, dan motivasi.

Sedangkan faktor eksternal, seperti pengaruh lingkungan, pengaruh iptek, dan


pengaruh budaya. Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji Mc Nemar di
peroleh nilai ? (0,00) < nilai a (0,05), berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan
demikian ada pengaruh penyuluhan kesehatan tentang osteoporosis terhadap perilaku
pencegahan osteoporosis pada lansia di Puskesmas Sarmi Kabupaten Sarmi. Menurut
asumsi peneliti dalam kaitannya dengan penelitian tersebut, semakin sering responden
terpapar informasi kesehatan tentang osteoporosis, baik itu dari media massa,
lingkungan, maupun penyuluhan langsung yang diberikan oleh tenaga kesehatan, maka
akan berdampak positif terhadap perilaku dalam mencegah terjadinya osteoporosis.

Menurut Wikipedia (2016) yang dikutip dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), bahwa
penyuluhan kesehatan sebagai peluang sadar yang dibangun untuk pembelajaran yang
melibatkan beberapa bentuk komunikasi yang dirancang untuk meningkatkan
kesehatan, termasuk meningkatkan pengetahuan, dan mengembangkan keterampilan
hidup yang kondusif untuk kesehatan individu dan masyarakat. Sedangkan menurut
Fatmala Handayani (2018), penyuluhan kesehatan dikatakan berhasil bila sasaran
pendidikan (individu, keluarga, kelompok dan masyarakat) sudah mengubah sikap dan
tingkah lakunya sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Penelitian telah dilaksanakan di


Puskesmas Sarmi Kabupaten Sarmi, dari tanggal 3 sampai dengan 30 Mei 2021, dapat
disimpulkan bahwa : Dari 47 responden yang memiliki perilaku pencegahan
osteoporosis (pre test) yang baik sebanyak 22 (46,8%), dan responden yang memiliki
perilaku pencegahan osteoporosis yang kurang sebanyak 25 (53,2%). Dari 47 responden,
semuanya diberikan penyuluhan kesehatan tentang osteoporosis setelah dilakukan
penilaian perilaku pencegahan osteoporosis (penilaian saat pre test).

Dari 47 responden yang memiliki perilaku pencegahan osteoporosis (post test) yang
baik sebanyak 44 (93,6%), dan responden yang memiliki perilaku pencegahan
osteoporosis yang kurang sebanyak 3 (6,4%). Uji normalitas Shapiro-Wilk dilakukan
sebagai salah satu syarat penggunaan uji T dependen berpasangan apabila hasil uji
normalitas terdistribusi normal. Karena hasil uji normalitas diperoleh data tidak
terdistribusi normal, dimana nilai signifikansi sebelum dan setelah penyuluhan
kesehatan = 0,00 < 0,05.

Sehingga Uji T dependen berpasangan tidak bisa digunakan pada penelitian ini dan
diganti dengan Uji Mc Nemar. Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji
Mc Nemar di peroleh nilai ? (0,00) < nilai a (0,05), berarti Ho ditolak dan Ha diterima.
Dengan demikian ada pengaruh penyuluhan kesehatan tentang osteoporosis terhadap
perilaku pencegahan osteoporosis pada lansia di Puskesmas Sarmi Kabupaten Sarmi.
Saran Disarankan kepada pihak Puskesmas Sarmi Kab. Sarmi agar meningkatkan
penyuluhan kesehatan tentang osteoporosis ke masyarakat, terkhusus ke lansia.

Disarankan kepada dunia pendidikan, khususnya STIK FAMIKA Makassar, agar bisa
dijadikan sebagai bahan masukan untuk pengembangan ilmu pengetahuan tentang
penyakit degenaratif yang sering terjadi pada lansia, salah satunya adalah osteoporosis.
Dan hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai dokumen bahan bacaan maupun referensi
bagi peneliti selanjutnya. Disarankan kepada lansia di wilayah kerja Puskesmas Sarmi
Kab. Sarmi kiranya bisa melakukan pencegahan osteoporosis sesuai anjuran dari tenaga
kesehatan.

INTERNET SOURCES:
-------------------------------------------------------------------------------------------
<1% -
https://arnyumynadress.blogspot.com/2015/11/skripsi-hubungan-dukungan-keluarga.ht
ml
3% - http://jim.unsyiah.ac.id/FKep/article/download/1462/1232
1% -
http://digilib.unimus.ac.id/files//disk1/113/jtptunimus-gdl-zilfakusum-5628-1-babi.pdf
1% -
https://yoseph-dmc21.blogspot.com/2012/06/sistem-muskuloskeletal-osteoporosis.htm
l
<1% - https://jurnal.kesdammedan.ac.id/index.php/jurhesti/article/download/61/57
<1% - https://publikasi.unitri.ac.id/index.php/fikes/article/download/177/211
4% - https://core.ac.uk/download/pdf/270260293.pdf
<1% -
http://repository.unisba.ac.id/bitstream/handle/123456789/5125/06bab2_septiar_10100
109009_skr_2015.pdf?sequence=6&isAllowed=y
<1% - https://pt.scribd.com/document/261197013/Provinsi-Aceh-Dalam-Angka-2013
<1% - https://samoke2012.wordpress.com/page/2/
<1% - https://skripsipedia.wordpress.com/2011/03/
<1% - http://repository.radenintan.ac.id/5862/6/6%20BAB%20I-V.rtf
<1% - http://eprints.ums.ac.id/33711/4/04.%20BAB%20I.pdf
<1% -
http://siat.ung.ac.id/files/wisuda/2015-1-1-14201-841411071-bab1-23072015021658.pd
f
<1% - https://adoc.pub/bab-ii-konsep-pendidikan-orang-dewasa.html
1% - https://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_kesehatan
<1% - https://www.academia.edu/40405004/Konsep_pendidikan_kesehatan
<1% - https://www.slideshare.net/DimasErlangga2/makalah-pend-kesmas
<1% - https://tutra112.blogspot.com/#!
1% - https://www.academia.edu/36181619/Makalah_Pendidikan_Kesehatan
<1% -
https://mardiputeri08.blogspot.com/2016/03/manajemen-layanan-kesehatan-sekolah.ht
ml
2% -
http://digilib.unimus.ac.id/files//disk1/163/jtptunimus-gdl-syukronami-8104-2-babiip-n.
pdf
<1% - https://dadang-saksono.blogspot.com/2010/07/promosi-kesehatan.html
<1% - https://pendidikankesehatan21januari.blogspot.com/
1% - https://smkpwjbisa.blogspot.com/2012/06/konsep-pendidikan-kesehatan.html
<1% -
https://igemiracle.weebly.com/uploads/1/4/3/9/14390416/konsep_dasar_penkes_bloom
s_taxonomy.pdf
2% - https://ristaayustri.blogspot.com/2014/08/health-education.html
<1% - https://pt.scribd.com/document/245241238/Konsep-Pendidikan-Kesehatan
<1% - http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/3407/4/4.%20Chapter%202.pdf
<1% -
https://gungbulan8.wordpress.com/2014/01/30/langkah-mencuci-tangan-yang-baik-da
n-benar-by-i-gusti-agung-bulan-andari/
<1% - http://fppsi.um.ac.id/?p=2379
<1% - https://www.academia.edu/31761121/MAKALAH_IKM
<1% -
https://serbaserbikomplit.blogspot.com/2017/08/contoh-makalah-pentingnnya-pendidi
kan.html
1% -
https://fatmalahandayani.wordpress.com/2015/09/22/konsep-dasar-pendidikan-kesehat
an/
<1% - https://www.coursehero.com/file/43843331/URAIAN-MATERI-kb61pdf/
2% - https://fatmalahandayani.wordpress.com/2015/09/
<1% - https://www.academia.edu/9725129/Aspek_Sosial_Budaya_dalam_Kesehatan
<1% - https://brainly.co.id/tugas/32734356
<1% -
https://nataliaatha.blogspot.com/2016/02/aspek-sosial-budaya-kesehatan-dalam.html
<1% - http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2257/3/Bab%20II.pdf
<1% - https://id.scribd.com/doc/90090396/psikologi
1% -
https://123dok.com/document/qv1g7kgq-tinjauan-pustaka-disebabkan-beberapa-seroti
p-terjadi-berdarah-disebarkan.html
<1% - https://meidaakbid2008.blogspot.com/
<1% -
https://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2750/3/T1_462008022_BAB%20II.pdf
1% -
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/118/jtptunimus-gdl-purwinasih-5880-2-13.bab-i.p
df
<1% - http://jurnal.abulyatama.ac.id/index.php/acehmedika/article/download/146/146
<1% - http://journal.poltekkesjambi.ac.id/index.php/JBKM/article/download/71/24/
<1% -
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/119/jtptunimus-gdl-ratnakumal-5946-3-babii.pdf
<1% - https://firagadismanja.wordpress.com/proposal/
<1% -
https://id.scribd.com/doc/130313472/Bab-i-Bab-II-Bab-III-Dafput-Final-Osteoporosis
<1% -
https://www.alodokter.com/manfaat-rokok-elektrik-untuk-mengurangi-bahaya-rokok
<1% -
https://vbook.pub/documents/panduan-praktik-klinis-tatalaksana-di-bagian-ipd-e2x3v5
768e20
<1% - https://www.coursehero.com/file/74583448/definasi-sayurpdf/
<1% - https://www.talia-madison.net/author/rafi/
<1% - https://id.scribd.com/doc/283281572/LAPORAN-PENDAHULUAN-FRAKTUR-docx
<1% - https://henzprima.wordpress.com/2010/11/18/kalsium/
<1% - https://indahdalamberbagiilmu.blogspot.com/2015/04/
<1% - https://rosita-sihotang.blogspot.com/
<1% - http://scholar.unand.ac.id/47508/2/BAB%20I%20PENDAHULUAN.pdf
<1% - http://repo.stikesperintis.ac.id/516/1/59%20VERA%20PRIMADONA.doc
<1% - https://ilmukebidanan.wordpress.com/
<1% -
https://adoc.pub/iii-metode-penelitian-populasi-dalam-penelitian-ini-adalah-s925f62db
e620f74a35a82934b0ddff4794597.html
<1% - https://www.researchgate.net/publication/345807792_REVIEW_JURNAL
<1% -
https://123dok.com/document/wq298j6z-pengaruh-sikap-kewirausahaan-proses-inovas
i-terhadap-keberhasilan-bandung.html
<1% -
https://text-id.123dok.com/document/nzw4w1vq-analisis-kebijakan-pemanfaatan-kayu-
oleh-masyarakat-adat-kasus-di-kabupaten-jayapura-provinsi-papua.html
<1% - http://repository.unpas.ac.id/1822/2/BAB%20I-V.docx
<1% -
https://kristiano392.blogspot.com/2013/05/hubungan-tingkat-pendidikan-dengan.html
?_escaped_fragment_#!
<1% - http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2181/9/BAB%20III.pdf
<1% -
https://www.spssindonesia.com/2015/05/cara-uji-normalitas-shapiro-wilk-dengan.html
<1% -
http://jurnal.lppm.unsoed.ac.id/ojs/index.php/Prosiding/article/download/702/640
<1% - http://repository.uinbanten.ac.id/3576/5/BAB%20III.pdf
<1% -
https://caridokumen.com/download/hubungan-tingkat-pengetahuan-remaja-putri-den
gan-sikap-pencegahan-kanker-leher-rahim-pada-siswi-kelas-xii-sma-negeri-02-sintang-
tahun-2014-_5a448ae6b7d7bc790a9c150d_pdf
<1% -
https://perawatberseni.blogspot.com/2009/11/gambaran-mekanisme-koping-pada-pasi
en.html
<1% - http://repository.poltekkes-tjk.ac.id/804/5/3.pdf
<1% -
https://www.academia.edu/31005043/BAB_IV_Pembahasan_dan_Hasil_Penelitian_Otono
mi_Khusus_Papua
<1% -
https://123dok.com/document/yerp6wrq-metode-penelitian-pendekatan-dikembangka
n-dalam-penelitian-adalah-pendekatan.html
<1% -
https://www.researchgate.net/publication/339626126_Optimalisasi_Model_Jaringan_Rut
e_Multiport_Tol_Laut_di_Negara_Kepulauan_Studi_Kasus_Evaluasi_Rute_di_Maluku_dan_
Papua_Bagian_Selatan
<1% - https://www.scribd.com/document/329659009/kala-I
<1% - https://www.scribd.com/document/385093523/BAB-II
<1% - http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2006/jayapura2-2006.pdf
<1% - http://eprints.ums.ac.id/21912/5/07.bab__4.pdf
<1% -
https://text-id.123dok.com/document/ozl05voz-faktor-faktor-yang-berhubungan-denga
n-kelelahan-kerja-pada-pekerja-kilang-padi-cv-rezeki-jaya-kecamatan-panombean-kab
upaten-simalungun-tahun-2016.html
<1% - http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45318/3/BAB%203.pdf
<1% -
https://123dok.com/document/qo1do37z-analisis-penelitian-periode-indonesia-periode
-kuartal-kuartal-kuartal.html
<1% - https://www.academia.edu/37051497/LAPORAN_PBL
<1% -
https://www.researchgate.net/publication/327676811_Perilaku_diet_Aktivitas_Fisik_dan_T
ekanan_Darah_Pasien_Hipertensi_di_Klinik_Pratama_Widuri_Kabupaten_Sleman_Perlukah
_Program_Lifestyle_Modification
<1% - http://digilib.uinsby.ac.id/18462/6/Bab%203.pdf
<1% - http://repository.unpas.ac.id/36481/6/BAB%20III.pdf
<1% - https://www.indonesiaramahlansia.org/
<1% - http://eprints.ums.ac.id/59603/20/NASKAH%20PUBIKASI.pdf
<1% - http://repository.poltekkes-kdi.ac.id/357/10/BAB%20I%20-%20BAB%20VI.pdf
<1% -
http://andrisetiyawahyudi-fkp.web.unair.ac.id/artikel_detail-233625-FILSAFAT%20ILMU-
ONTOLOGI,%20EPISTEMOLOGI%20DAN%20AKSIOLOGI.html
<1% - http://www.pharmacy.my.id/2017/04/penggolongan-antibiotik.html
<1% -
https://d3kebidanan.blogspot.com/2017/02/skripsi-keperawatan-terbaru-2017.html
<1% - https://www.maxxlim.net/berikut-pengertian-dan-faktor-penyebab-osteoporosis/
<1% - https://www.scribd.com/document/373029518/bukuproceeding2107-2-2
<1% -
https://repository.telkomuniversity.ac.id/pustaka/files/135634/bab1/kampanye-pencega
han-dini-osteoporosis-pada-remaja.pdf
<1% -
https://www.scribd.com/document/380652280/Buku-Ajar-Statistik-Non-Parametrik-doc
x

Anda mungkin juga menyukai