Anda di halaman 1dari 17

FAKTOR-FAKTOR TERJADINYA OSTEOPOROSIS PADA LANSIA

DI PUSKESMAS PANCUR BATUKAB. DELI SERDANGTAHUN 2019

Seth Mart Cristian Siahaan


Jurusan Keperawatan Poltekkes Negeri Medan

Abstrak

Osteoporosis merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan berkurangnya masa


tulang dan ada perubahan mikroarsitektur jaringan tulang, mengakibatkan menurunya
kekuatan tulang, meningkatnya kerapuhan tulang, dan resiko terjadinya patah (WHO,2012).
Di Amerika Serikat osteoporosis menyerang 20-25 juta penduduk, 1 diantara 2-3 wanita post-
menopause dan lebih dari 50% penduduk di atas umur 75-80 tahun. Sekitar 80% penderita
penyakit osteoporosis adalah wanita (La Ode, 2012). Tujuan penelitian untuk mengetahui
Faktor-Faktor Terjadinya Osteoporosis Pada Lansia Di Puskesmas Pancur Batu Kabupaten
Deli Serdang Tahun 2019. Jenis penelitian deskriptif dengan menggunakan desain penelitian
cross sectional. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah random sampling
dengan jumlah sampel 33 responden dan alat yang digunakan dalam pengumpulan data
berupa kuesioner.
Hasil dari penelitian yang dilakukan pada 33 responden diperoleh bahwa mayoritas
responden berdasarkan usia yaitu 60-70 tahun sebanyak 33 responden (100,0%), mayoritas
berdasarkan tidak pernah konsumsi alkohol yaitu 31 orang (93,9%), mayoritas berdasarkan
tidak merokok yaitu 24 orang (72,7%), dan mayoritas berdasarkan mengalami menopause
usia <49 tahun sebanyak 18 orang (54,5%). Kesimpulan dari penelitian yang dilakukan di
puskesmas pancur batu kabupaten deli serdang tahun 2019 bahwa faktor penyebab
terjadinya osteoporosis pada lansia adalah faktor usia dan menopause.
Saran peneliti diharapkan responden osteoporosis agar lebih menjaga pola hidup yang
sehat, rutin melakukan olahraga, dan diperlukan adanya program penyuluhan mengenai
osteoporosis oleh petugas kesehatan dan menekan kenaikan jumlah penderita osteoporosis
serta dapat mencegah komplikasi dan menurunkan angka kematian.

Kata kunci : Faktor-Faktor, Osteoporosis, Puskesmas Pancur Batu

PENDAHULUAN saat ini masih merupakan masalah


dalam kesehatan masyarakat
1.1 Latar Belakang terutama di Negara berkembang. Di
Osteoporosis berasal dari kata Amerika Serikat osteoporosis
osteo dan porous, osteo artinya menyerang 20-25 juta penduduk, 1
tulang, dan porous berarti berlubang- diantara 2-3 wanita post-menopause
lubang atau keropos.Jadi, dan lebih dari 50% penduduk di atas
osteoporosis adalah tulang yang umur 75-80 tahun. Sekitar 80%
keropos, yaitu penyakit yang penderita penyakit osteoporosis
mempunyai sifat khas berupa massa adalah wanita (La Ode, 2012).
tulangnya rendah atau berkurang, Berdasarkan data Depkes, jumlah
disertai gangguan mikro-arsitektur penderita osteoporosis di Indonesia
tulang dan penurunan kualitas jauh lebih besar dan merupakan
jaringan tulang, yang dapat Negara dengan penderita
menimbulkan kerapuhan tulang osteoporosis terbesar ke 2 setelah
(Tandra, 2017). Negara Cina. Catatan pada tahun
Osteoporosis dapat dijumpai 2003 di Amerika, patah tulang
tersebar di seluruh dunia dan sampai belakang akibat osteoporosis setiap
tahun mencapai 1.200.000 kasus. Ini

1 1
jauh melebihi jumlah serangan Ema Yasinta dkk. 2016:67. Jurnal
jantung (410.000), stroke (371.000), Keperawatan Respati).
dan kanker payudara (239.300). Jumlah penduduk lansia di
Dikatakan bahwa ”every 174 Jurnal Provinsi Sumatera Utara tercatat
Berkala Epidemiologi, Vol. 1, No. 2 sebanyak 631.604 jiwa. Jumlah lansia
September 2013: 172–18120 dengan keadaan baik sebanyak
seconds, osteoporosis causes a 242.999 jiwa, keadaan cukup
fracture”, tiap 20 detik osteoporosis sebanyak 215.787 jiwa dan keadaan
menimbulkan patah tulang (Tandra, kurang sebanyak 172.818 jiwa.
2017). Berdasarkan data kabupaten/kota
Menurut WHO (2012) bahwa jumlah tertinggi lansia yaitu di
osteoporosis adalah suatu penyakit Kota Medan sebanyak 77.837 jiwa,
yang ditandai dengan berkurangnya sedangkan jumlah terendah di
masa tulang dan ada perubahan Kabupaten Pakpak Bharat sebanyak
mikroarsitektur jaringan tulang, 1.864 jiwa (dalam Purwaningsih dan
mengakibatkan menurunya kekuatan Ade Irma Khairani. 2018:83. Jurnal
tulang, meningkatnya kerapuhan Riset Hesti Medan).
tulang, dan resiko terjadinya patah Berdasarkan data Badan
tulang. Jurnal Ilmiah Kesehatan Pusat Statistik (2014) bahwa jumlah
Diagnosa). Menurut WHO (2012), lansia di Kabupaten Deli Serdang
osteoporosis menduduki peringkat sebanyak 61.108 jiwa dan menempati
kedua, di bawah penyakit jantung urutan keempat terbanyak jumlah
sebagai masalah kesehatan utama lansia di Provinsi Sumatera Utara
dunia. Menurut data internasional setelah Medan, Simalungun, Asahan
Osteoporosis Foundation, lebihdari (BPS, 2014). Jumlah lansia dengan
30% wanita diseluruh dunia keadaan baik sebanyak 21.703 jiwa,
mengalami resiko patah tulang akibat keadaan cukup sebanyak 19.222 jiwa
osteoporosis, bahkan mendekati dan keadaan kurang sebanyak
40%. Sedangkan pada pria, resikonya 20.183 jiwa. Tingginya jumlah
berada pada angka 13%. Angka penduduk tersebut juga akan
kejadian patah tulang (fraktur) akibat berpengaruh terhadap masalah
osteoporosis diseluruh dunia kesehatan lansia (Komnas Lansia,
mencapai angka 1,7 juta orang dan 2010), (dalam Purwaningsih dan Ade
diperkirakan angka ini akan terus Irma Khairani. 2018:83. Jurnal Riset
meningkat hingga mencapai 6,3 juta Hesti Medan).
orang pada tahun 2050 (dalam Soke, Berdasarkan penelitian
Ema Yasinta dkk. 2016:67. Jurnal Tirtarahardja (2006) menyebutkan
Keperawatan Respati). bahwa sebanyak 23% wanita usia 50-
Berdasarkan data Pusat 80 tahun mengalami osteoporosis
Statistik tahun (2014) bahwa jumlah dan 53% dialami oleh wanita usia 70-
penduduk lansia yang berumur 60 80 tahun. Berdasarkan data Dinas
tahun keatas di Indonesia sebanyak Kesehatan Kota Semarang
15.454.360 jiwa. Jumlah penduduk (2012),jumlah penderita osteoporosis
lansia terbanyak di Provinsi Jawa di Kota Semarang sebanyak 1559
Timur sebanyak 3.520.927 jiwa, orang, dari jumlah tersebut sebanyak
selanjutnya Jawa Tengah sebanyak 1154 orang (74%) berjenis kelamin
3.131.514 jiwa dan Jawa Barat wanita dan sebanyak 682 orang
sebanyak 2.739.719 jiwa (dalam (43,7%) berusia 45-65 tahun. Jumlah
Purwaningsih dan Ade Irma Khairani. penderita osteoporosis terbanyak
2018:83. Jurnal Riset Hesti Medan) berada di wilayah kerja Puskesmas
Menurut Departemen Kesehatan RI Ngemplak Simongan, yaitu sebanyak
(2013), dampak osteoporosis di 1236 orang.
Indonesia sudah dalam tingkat yang Berdasarkan penelitian Pratiwi
patut diwaspadai, yaitu mencapai (2014) membuktikan bahwa faktor-
19,7% dari populasi (dalam Soke, faktor yang berhubungan dengan

2
kejadian osteoporosis salah satunya 2.2 Faktor Risiko Osteoporosis
adalah usia sedangkan factor risiko
antara lain indeks massa tubuh a. Usia
(Pratiwi 2014). Penelitian Minropa Batasan umur lansia menurut
(2013) menunjukkan bahwa faktor- organisasi kesehatan dunia (WHO)
faktor yang berhubungan dengan lanjut usiameliputi Usia pertengahan
kejadian osteoporosis pada lansia (middle age)ialah kelompok usia 45
yaitu 79,2% berhubungan dengan diet sampai 59 tahun, lanjut usia (elderly)
yang tidak cukup (asupan nutrisi). ialah antara 60 sampai 74 tahun,
Berdasarkan data yang lanjut usia tua (old) ialahantara 75
diperoleh peneliti di Puskesmas sampai 90 tahun. Semua bagian
Pancur Batu Kab. Deli Serdang pada tubuh berubah seiring dengan
saat studi pendahuluan pada tanggal bertambahnya usia, begitu juga
7 januari 2019 didapat jumlah lansia dengan rangka tubuh. Mulai dari lahir
yang menerita osteoporosis pada sampai kira-kira usia 30 tahun,
tahun 2018 sebanyak 123 orang. jaringan tulang yang dibuat lebih
Oleh karena itu, berdasarkan banyak daripada yang hilang. Tetapi
uraian ini, maka peneliti tertarik untuk setelah usia 30 tahun situasi berbalik,
mengadakan suatu penelitian dengan yaitu jaringan tulang yang hilang lebih
judul “Faktor-Faktor Terjadinya banyak daripada yang dibuat. Tulang
Osteoporosis Pada Lansia Di mempunyai 3 permukaan, atau bisa
Puskesmas Pancur Batu Kab. Deli disebut juga dengan envelope, dan
Serdang “ setiap permukaan memiliki bentuk
anatomi yang berbeda.Permukaan
TINJAUAN PUSTAKA tulang yang menghadap lubang
sumsum tulang disebut dengan
2.1 Defenisi Osteoporosis endosteal envelope, permukaan
luarnya disebut periosteal envelope,
Osteoporosis adalah proses dan diantara keduanya terdapat
degeneratif yang khusus ditemukan intracortical envelope.Ketika masa
pada pria dan wanita lanjut usia kanak-kanak, tulang baru terbentuk
(Song,dkk.2014,Brando pada periosteal envelope. Anak- anak
dkk.2018,Duncan & Brown.2008). tumbuh karena jumlah yang terbentuk
dalam periosteum melebihi apa yang
Osteoporosis adalah suatu dipisahkan pada permukaan
penyakit degeneratif pada tulang endosteal dari tulang kortikal. Pada
yang ditandai dengan menurunnya anak remaja, pertumbuhan menjadi
massa tulang, dikarenakan semakin cepat karena meningkatnya
berkurangnya matriks dan mineral produksi hormon seks. Seiring
yang disertai dengan kerusakan mikro dengan meningkatnya usia,
arsitektur dari jaringan tulang, pertumbuhan tulang akan semakin
sehingga terjadi penurunan kekuatan berkurang. Proporsi osteoporosis
tulang. World Health Organization lebih rendah pada kelompok lansia
(WHO) secara operasional dini (usia 55-65 tahun) daripada
osteoporosis berdasarkan Bone lansia lanjut (usia 65-85 tahun).
Mineral Density (BMD), yaitu jika Peningkatan usia memiliki hubungan
BMD mengalami penurunan lebih dari dengan kejadian osteoporosis. Jadi
-2,5 SD dari nilai rata-rata BMD pada terdapat hubungan antara
orang dewasa muda sehat (Bone osteoporosis dengan peningkatan
Mineral Density T-score < -2,5 SD). usia.
Osteopenia adalah nilai BMD -1
sampai -2,5 SD dari orang dewasa b. Jenis Kelamin
muda sehat. Jenis kelamin juga merupakan
salah satu faktor risiko terjadinya
osteoporosis.Wanita secara

3
signifikan memilki risiko yang lebih tulang yang lebih rendah daripada
tinggi untuk terjadinya osteoporosis. anak seusia mereka (kira-kira 3-7 %
Pada osteoporosis primer, lebih rendah). Riwayat adanya
perbandingan antara wanita dan pria osteoporosis dalam keluarga sangat
adalah 5 : 1. Pria memiliki prevalensi bermanfaat dalam menentukan risiko
yang lebih tinggi untuk terjadinya seseorang mengalami patah tulang.
osteoporosis sekunder, yaitu sekitar
40-60%, karena akibat dari e. Indeks Massa Tubuh
hipogonadisme, konsumsi alkohol, Berat badan yang ringan,
atau pemakaian kortikosteroid yang indeks massa tubuh yang rendah, dan
berlebihan.Secara keseluruhan kekuatan tulang yang menurun
perbandingan wanita dan pria adalah memiliki risiko yang lebih tinggi
4 : 1. terhadap berkurangnya massa tulang
pada semua bagian tubuh wanita.
c. Ras Beberapa penelitian menyimpulkan
Pada umumnya ras Afrika- bahwa efek berat badan terhadap
Amerika memiliki massa tulang massa tulang lebih besar pada bagian
tertinggi, sedangkan ras kulit putih tubuh yang menopang berat badan,
terutama Eropa Utara, memiliki misalnya pada tulang femur atau tibia.
massa tulang terendah. Massa tulang Estrogen tidak hanya dihasilkan oleh
pada ras campuran Asia-Amerika ovarium, namun juga bisa dihasilkan
berada diantara keduanya. Penelitian oleh kelenar adrenal dan dari jaringan
menunjukkan bahwa, bahkan pada lemak.Jaringan lemak atau adiposa
usia muda terdapat perbedaan antara dapat mengubah hormon androgen
anak Afrika-Amerika dan anak kulit menjadi estrogen.Semakin banyak
putih. Wanita Afrika-Amerika jaringan lemak yang dimiliki oleh
umumnya memiliki massa otot yang wanita, semakin banyak hormon
lebih tinggi. Massa tulang dan massa estrogen yang dapat diproduksi.
otot memiliki kaitan yang sangat erat, Penurunan massa tulang pada wanita
dimana semakin berat otot, tekanan yang kelebihan berat badan dan
pada tulang semakin tinggi sehingga memiliki kadar lemak yang tinggi,
tulang semakin besar. Penurunan pada umumnya akan lebih kecil.
massa tulang pada wanita Afrika- Adanya penumpukan jaringan lunak
Amerika yang semua cenderung lebih dapat melindungi rangka tubuh dari
lambat daripada wanita berkulit putih. trauma dan patah tulang.
Hal ini mungkin disebabkan oleh
perbedaan hormon di antara kedua f. Aktifitas Fisik
ras tersebut. Beberapa penelitian lain Latihan beban akan
juga menunjukkan bahwa wanita memberikan penekanan pada rangka
yang berasal dari negara-negara tulang dan menyebabkan tulang
Eropa Utara, Jepang, dan Cina lebih berkontraksi sehingga merangsang
mudah terkena osteoporosis daripada pembentukan tulang. Kurang aktifitas
yang berasal dari Afrika, Spanyol, karena istirahat di tempat tidur yang
atau Mediterania. berkepanjangan dapat mengurangi
massa tulang. Hidup dengan aktifitas
d. Riwayat Keluarga fisik yang cukup dapat menghasilkan
Faktor genetika juga memiliki massa tulang yang lebih besar. Itulah
kontribusi terhadap massa tulang. sebabnya seorang atlet memiliki
Penelitian terhadap pasangan massa tulang yang lebih besar
kembar menunjukkan bahwa puncak dibandingkan yang non-atlet. Proporsi
massa tulang di bagian pinggul dan osteoporosis seseorang yang
tulang punggung sangat bergantung memiliki tingkat aktivitas fisik dan
pada genetika. Anak perempuan dari beban pekerjaan harian tinggi saat
wanita yang mengalami patah tulang berusia 25 sampai 55 tahun
osteoporosis rata-rata memiliki massa cenderung sedikit lebih rendah

4
daripada yang memiliki aktifitas fisik Tulang trabekular akan menjadi tipis
tingkat sedang dan rendah. dan akhirnya berlubang atau terlepas
dari jaringan sekitarnya. Ketika cukup
g. Penggunan kortikosteroid banyak tulang yang terlepas, tulang
Kortikosteroid banyak trabekular akan melemah.
digunakan untuk mengatasi berbagai
penyakit, terutama penyakit i. Kebiasaan Merokok
autoimun, namun kortikosteroid yang Tembakau dapat meracuni
digunakan dalam jangka panjang tulang dan juga menurunkan kadar
dapat menyebabkan terjadinya estrogen, sehingga kadar estrogen
osteoporosis sekunder dan fraktur pada orang yang merokok akan
osteoporotik. Kortikosteroid dapat cenderung lebih rendah daripada
menginduksi terjadinya osteoporosis yang tidak merokok. Wanita pasca
bila dikonsumsi lebih dari 7,5 mg per menopause yang merokok dan
hari selama lebih dari 3 bulan. mendapatkan tambahan estrogen
Kortikosteroid akan menyebabkan masih akan kehilangan massa tulang.
gangguan absorbsi kalsium di usus, Berat badan perokok juga lebih ringan
dan peningkatan ekskresi kalsium dan dapat mengalami menopause
pada ginjal, sehingga akan terjadi dini ( kira-kira 5 tahun lebih awal ),
hipokalsemia. Selain berdampak daripada nonperokok. Dapat diartikan
pada absorbsi kalsium dan ekskresi bahwa wanita yang merokok memiliki
kalsium ,kortikosteroid juga akan risiko lebih tinggi untuk terjadinya
menyebabkan penekanan terhadap osteoporosis dibandingkan wanita
hormon gonadotropin, sehingga yang tidak merokok.
produksi estrogen akan menurun dan
akhirnya akan terjadi peningkatan j. Konsumsi alkohol
kerja osteoklas. Kortikosteroid juga Konsumsi alkohol yang
akan menghambat kerja osteoblas, berlebihan selama bertahun-tahun
sehingga penurunan formasi tulang mengakibatkan berkurangnya massa
akan terjadi. Dengan terjadinya tulang. Kebiasaan meminum alkohol
peningkatan kerja osteoklas dan lebih dari 750 mL per minggu
penurunan kerja dari osteoblas, maka mempunyai peranan penting dalam
akan terjadi osteoporosis yang penurunan densitas tulang. Alkohol
progresif. dapat secara langsung meracuni
jaringan tulang atau
h. Menopause
Wanita yang memasuki masa mengurangi massa tulang karena
menopause akan terjadi fungsi adanya nutrisi yang buruk. Hal ini
ovarium yang menurun sehingga disebabkan karena pada orang yang
produksi hormon estrogen dan selalu menonsumsi alkohol biasanya
progesteron juga menurun. Ketika tidak mengkonsumsi makanan yang
tingkat estrogen menurun, siklus sehat dan mendapatkan hampir
remodeling tulang berubah dan seluruh kalori dari alkohol. Disamping
pengurangan jaringan tulang akan akibat dari defisiensi nutrisi,
dimulai. Salah satu fungsi estrogen kekurangan vitamin D juga
adalah mempertahankan tingkat disebabkan oleh terganggunya
remodeling tulang yang normal. metabolisme di dalam hepar, karena
Tingkat resorpsi tulang akan menjadi pada konsumsi alkohol berlebih akan
lebih tinggi daripada formasi tulang, menyebabkan gangguan fungsi
yang mengakibatkan berkurangnya hepar.
massa tulang. Sangat berpengaruh
terhadap kondisi ini adalah tulang k. Riwayat Fraktur
trabekular karena tingkat turnover Beberapa penelitian
yang tinggi dan tulang ini sangat sebelumnya telah menyebutkan
rentan terhadap defisiensi estrogen. bahwa, riwayat fraktur merupakan
salah satu faktor risiko osteoporosis

5
2.3 Kerangka Konsep 2.3.2 Variabel Dependen

Kerangka konsep penelitian Variabel dependen adalah


adalah suatu uraian dan visualisasi variabel yang mempengaruhi variabel
konsep-konsep serta varibel-variabel bebas. Variabel dependen dalam
yang akan diukur (diteliti) penelitian ini adalah penderita
(Notoatmojdo, 2017). Adapun yang osteoporosis usia ≥ 60 tahun.
menjadi konsep penelitian mengenai
faktor-faktor terjadinya osteoporosis
pada lansia di Puskesmas Pancur
Batu Kab. Deli Serdang adalah
sebagai berikut:
Variabel Independen
Faktor terjadinya
osteoporosis pada lansia:
1. Usia
2. Konsumsi Alkohol
3. Menopause
4. Kebiasaan
Merokok
Variabel Dependen
5. Jenis kelamin
6. Ras Depend
7. Riwayat Osteoporosis
Keluarga
8. Indeks Massa
Tubuh
9. Aktivitas Fisik
10. Penggunaan
Kortikosteroid
11. Riwayat Fraktur

Keterangan :
: Diteliti

: Tidak di teliti

2.3.1 Variabel Independen

Variabel independen adalah


variabel yang mempengaruhi variabel
terkait. Variabel ini dikenal dengan
nama variabel bebas artinya bebas
dalam mempengaruhi variabel lain.
Variabel independen dari penelitian
ini adalah usia, konsumsi alkohol,
kebiasaan merokok dan menopause.

6
2.4 Definisi Operasional

Variabel Defenisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Independen Operasional Ukur
a.Usia umur pertama sekali Kuesioner a. 45-59 tahun Interval
lansia terkena b. 60-74 tahun
osteoporosis c. 75-90 tahun

b.Konsumsi Riwayat Kuesioner a.Mengkonsumsi alkohol Nominal


Alkohol penggunaan b. Pernah mengkonsumsi alkohol
minuman keras c. Tidak mengkonsumsi alkohol
pada pasien.

c.Kebiasaan Perilaku responden Kuesioner a.Merokok Nominal


Merokok dalam
b.Pernah merokok
mengkonsumsi
rokok c.Tidak merokok
d.Menopause merupakan usia Kuesioner a.≤49 tahun Interval
lansia terakhir sekali b.50-59 tahun
mengalami siklus c.60-70tahun
menstruasi d.71-80 tahun
e.≥ 81 tahun

Variabel Defenisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Dependen Operasional Ukur
Osteoporosis: proses degeneratif Kuesioner a. ≤ 1 tahun Interval
yang khusus
b.2-5 tahun
ditemukan pada pria
dan wanita lanjut c.6-9 tahun
usia.
d.≥ 10 tahun

7
2.5 Tujuan Penelitian 2.6.4 Bagi Peneliti
2.5.1 Tujuan Umum 1. Sebagai pengalaman pertama
dalam melakukan penelitian
Tujuan umum penelitian ini tentang faktor-faktor terjadinya
adalah untuk mengetahui faktor-faktor osteoporosis pada lansia.
terjadinya osteoporosis pada lansia di 2. Meningkatkan dan memperluas
Puskesmas Pancur Batu Kab. Deli pengetahuan peneliti dalam
Serdang melaksanakan penelitian-
penelitian selanjutnya.
2.5.3 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui faktor-faktor METODE PENELITIAN
terjadinya osteoporosis berdasarkan
usia
Pada lansia di Puskesmas Pancur 3.1 Jenis dan Desaint Penelitian
Batu Kab. Deli Serdang Jenis atau metode penelitian
b. Untuk mengetahui faktor-faktor besifat Deskriptif yaitu penelitian yang
terjadinya osteoporosis berdasarkan betujuan untuk mendeskripsikan sifat
konsumsi alkohol pada lansia di atau karakteristik dari suatu gejala,
Puskesmas Pancur Batu Kab. Deli peristiwa, kejadian yang terjadi saat
Serdang ini tanpa memberikan perlakuan
c. Untuk mengetahui faktor-faktor khusus terhadap peristiwa tersebut,
terjadinya osteoporosis berdasarkan yang dalam hal ini untuk mengetahui
kebiasan merokok pada lansia di faktor-faktor terjadinya osteoporosis
Puskesmas Pancur Batu Kab. Deli pada lansia di Puskesmas Pancur
Serdang Batu Kab. Deli Serdang. Desain
d. Untuk mengetahui faktor-faktor penelitian ini menggunakan
terjadinya osteoporosis berdasarkan pendekatan Cross Sectional (survey
menopause pada lansia di potongsilang), dimana pengukuran
Puskesmas Pancur Batu Kab. Deli tentang pengetahuan dilakukan
Serdang dalam waktu yang bersamaan pada
saat pembagian kuesioner.
2.6 Manfaat Hasil Penelitian (Notoatmodjo, 2012).
2.6.1 Bagi Pasien
Sebagai informasi yang 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
menambah wawasan pasien Lokasi penelitian adalah
mengenai faktor-faktor yang tempat yang akan dilakukan
osteoporosis pada lansia. penelitian (Notoatmodjo, 2012).
Adapun lokasi penelitian ini akan
2.6.2 Bagi Institusi Pendidikan dilakukan di Puskesmas Pancur Batu
Menjadi media informasi yang Kab. Deli Serdang.
dapat digunakan sebagai bahan Waktu penelitian adalah
penelitian selanjutnya mengenai rentang waktu yang akan dilakukan
faktor-faktor terjadinya osteoporosis untuk melaksanakan penelitian
pada lansia. (Notoatmodjo, 2012). Penelitian ini
akan dilaksanakan pada bulan
2.6.3 Bagi Puskesmas Pancur Batu Januari-Maret 2019.
Hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberikan gambaran 3.3 Populasi dan Sampel
pertimbangan bagi Puskesmas
3.3.1 Populasi
mengenai faktor-faktor terjadinya
Populasi adalah keseluruhan
osteoporosis pada lansia, dengan
elemen/subyek penelitian (Hasmi,
demikian dapat dilakukan upaya
2012). Adapun yang akan menjadi
preventi dan promotif terhadap
populasi dalam penelitian ini adalah
kejadian osteoporosis.
lansia di Puskesmas Pancur Batu

8
Kab. Deli Serdang tahun 2018 3.4 Jenis dan Cara Pengumpulan
dengan jumlah lansia sebanyak 123 Data
orang. 3.4.1 Jenis Pengumpulan Data
a. Data Primer
3.3.2 Sampel Data primer adalah data yang
Sampel adalah bagian diperoleh dari responden dengan
(subset) dari populasi yang dipilih membagikan kuesionerm eliputi
dengan cara tertentu yang dianggap umur, konsumsi alkohol, kebiasaan
mewakili populasinya. Teknik merokok dan menopause sebagai
pengambilan sampel yang Faktor-FaktorTerjadinya
digunakan adalah random sampling Osteoporosis Pada Lansia di
yaitu sampel yang diambil dengan 25 Puskesmas Pancur BatuKab. Deli
cara acak. Serdang.
Kriteria Inklusi :
a. Lansia perempuan berusia ≥ 60 b. Data Sekunder
tahun Data sekunder adalah data yang
b. Bersedia mengikuti penelitian diperoleh dari Puskesmas Pancur
c. Merupakan pasien dengan Batu Kab. Deli Serdang, yaitu data
osteoporosis berdasarkan data di jumlah lansia yang menderita
Puskesmas Pancur Batu osteoporosis di Puskesmas Pancur
d. Lansia yang bisa membaca dan Batu Kab. Deli Serdang.
menulis
Kriteria eksklusi : 3.4.2 Cara Pengumpulan Data
a. Tidak bersedia mengisi Alat yang digunakan untuk
kuesioner. pengumpulan data adalah kuesioner.
b. Penyakit jiwa Kuesioner adalah daftar pertanyaan
Rumus besarsampel yang yang sudah tersusun baik, sudah
dipakai adalah rumus slovin matang, dimana responden (dalam
sebagai berikut: hal angket/keusioner) tinggal
𝑵 memberikan jawaban ataud engan
n=
𝟏+𝑵(𝒅𝟐 ) memberikan tanda-tanda tertentu
Keterangan: (Notoatmodjo, 2012). Jenis kuesioner
N: BesarPopulasi yang digunakan adalah kuesioner
n: BesarSampel tertutup dimana peneliti sudah
d: Nilai Kepercayaan/ketetapan menyediakan beberapa jawaban
yang diinginkan yang harus dipilih responden. Peneliti
menyebarkan kuesioner dengan
𝑵 memperkenalkan diri dahulu,
n=
𝟏+𝑵(𝒅𝟐 ) menjelaskan tujuan penelitian dan
𝟏𝟐𝟑 memberikan kuesioner dan
n=
𝟏+𝟏𝟐𝟑(𝟎,𝟏𝟓𝟐 ) menjelaskan cara mengisi kuesioner
𝟏𝟐𝟑 untuk diisi dan dikumpul kembal
n= iuntuk diperiksa kelengkapannya.
𝟏+𝟏𝟐𝟑(𝟎,𝟎𝟐𝟐𝟓)
𝟏𝟐𝟑
n= 3.5 Pengelolahan Data danAnalisa
𝟑,𝟕𝟔𝟕𝟓
n = 32,64 Data
3.5.1 Pengelolahan Data
n = 33 orang Data yang telah dikumpulkan
Maka, jumlah sampel yang akan
kemudian diolah secara deskriptif,
diteliti dalam penelitian ini sebanyak
langkah-langkah pengelolahan data
33 orang.
adalah sebagai berikut:

9
a. Editing Sumatera Utara. Dalam menjalankan
Kegiatan untuk pengecekan atau kegiatannya, Puskesmas Pancur
perbaikan data yang telah Batu didukung oleh fasilitas meliputi
terkumpul. Bila terdapat fasilitas gedung Puskesmas
kesalahan atau kekurangan permanen yang terdiri dari Ruang
dalam pengumpulan data, jika Kepala Puskesmas, Ruang Dokter
memungkinkan lakukan Umum, Ruang Dokter Gigi, PTM
pengambilan data ulang dan jika (Penyakit Tidak Menular), Ruang
tidak memungkinkan data Anak, Ruang KIA (Kesehatan Ibu dan
tersebut tidak diolah. Anak) dan KB (Keluarga Berencana),
b. Coding Ruang Apotek, Ruang Administrasi,
Kegiatan pemberian kode atau Ruang Tunggu Pasien, Ruang Rawat
tanda pada setiap data yang Inap TB Paru, Ruang Rawat Inap
telah terkumpul untuk Bersalin, dan Ruang Rapat. Dalam
memudahkan memasukkan data. penelitian ini peneliti melaksanakan
c. Entry penelitian di Ruang PTM (Penyakit
Kegiatan memasukkan data dari Tidak Menular) Puskesmas Pancur
kuesioner yang telah diberi kode Batu.
kedalam program atau software
komputer. 4.2 Hasil Penelitian
d. Tabulating Pada bab ini akan diuraikan data hasil
Yaitu mengolah data dalam penelitian serta pembahasan
bentuk table distribusi untuk mengenai, Faktor-Faktor Terjadinya
mempermudah analisa data, Osteoporosis Pada Lansia di
pengolahan data serta Puskesmas Pancur Batu Kabupaten
pengambilan kesimpulan. Deli Serdang Tahun 2019, setelah
(Notoatmodjo,2012). diberikan kuesioner kepada 33
responden dan yang menjadi
3.5.2 Analisa Data responden yaitu lansia perempuan,
Analisa Univariate bertujuan dimana responden yang datang
untuk menjelaskan atau berobat ke Puskesmas Pancur Batu
mendeskripsikan karakteristik setiap Kabupaten Deli Serdang, penelitian
variable penelitian. Analisaini hanya ini dilaksanakan pada bulan Februari
menghasilkan distribusi, frekuensi s/d Maret 2019, dengan hasil sebagai
dan persentase responden berikut:
(Notoatmodjo,2012). Penelitian ini Tabel 4.1
dilakukan secara deskptif dengan Distribusi Frekuensi Osteoporosis
cara menggambarkan distribusi Berdasarkan Lamanya Penyakit
frekuensi dari tiap variable secara Yang Dialami di Puskesmas Pancur
total sampling dan kemudian dapat Batu Kabupaten Deli Serdang
dilakukan kesimpulan. Data yang Tahun 2019
terkumpul dianalisa secara deskriptif
dengan melihat persentasi data yang N Osteoporos Frekuen Persenta
telah terkumpul dan disajikan dalam o is si se
bentuk table frekuensi. 1 2-5 tahun 17 51,5%
2 6-9 tahun 14 42,4%
HASIL DAN PEMBAHASAN 3 ≥ 10 tahun 2 6,1%
Total 33 100%
4.1 Gambaran Umum Lokasi
Penelitian Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat dilihat
Lokasi penelitian ini bahwa mayoritas responden adalah lama
dilaksanakan di Puskesmas Pancur mengalami osteoporosis 2-5 tahun sebanyak
Batu yang terletak di Jl.Jamin Ginting 17 orang (51,5%) di Puskesmas Pancur Batu
Km.17,5 Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2019.
Kabupaten Deli Serdang Provinsi

10
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Faktor Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Faktor
Terjadinya Osteoporosis Berdasarkan Terjadinya Osteoporosis Berdasarkan
Usia di Puskesmas Pancur Batu Kebiasaan Merokok di Puskesmas Pancur
Kabupaten Deli Serdang Tahun 2019 Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2019
No Usia Frekuensi Persentase No Kebiasaan Frekuensi Persentase
Merokok
1 60-74 26 78,8 % 1 Masih 4 12,1%
2 tahun 7 21,2 % 2 Merokok 5 15,2%
75-90 3 Pernah 24 72,7%
tahun Merokok
Total 33 100% Tidak
Merokok
Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat dilihat Total 33 100%
bahwa mayoritas responden adalah usia 60-
70 tahun sebanyak 26 orang (78,8%) di Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat dilihat
Puskesmas Pancur Batu Kabupaten Deli bahwa mayoritas responden adalah yang
Serdang Tahun 2019. tidak merokok sebanyak 24 orang (72,7%) di
Puskesmas Pancur Batu Kabupaten Deli
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Faktor Serdang Tahun 2019.
Terjadinya Osteoporosis Berdasarkan
Konsumsi Alkohol di Puskesmas Pancur Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Faktor
Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2019 Terjadinya Osteoporosis Berdasarkan
Menopause di Puskesmas Pancur Batu
N Konsums Frekuens Persentas
Kabupaten Deli Serdang Tahun 2019
o i Alkohol i e
1 Pernah 2 6,1% N Menopaus Frekuens Persentas
2 Tidak 31 93,9% o e i e
Pernah 1 <49 tahun 18 54,5%
Total 33 100% 2 50-59 15 45,5%
tahun
Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat dilihat Total 33 100%
bahwa mayoritas responden adalah tidak
pernah konsumsi alkohol sebanyak 31 orang Berdasarkan tabel 4.5 diatas dapat dilihat
(93,9%) di Puskesmas Pancur Batu bahwa mayoritas responden adalah
Kabupaten Deli Serdang Tahun 2019. mengalami menopause usia <49 tahun
sebanyak 18 orang (54,5%) di Puskesmas
Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun
2019.

Tabel 4.6 Distribusi Tabulasi Silang Faktor Terjadinya Osteoporosis Berdasarkan Usia
di Puskesmas Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2019

Osteoporosis
Total
No Usia 2-5 tahun 6-9 tahun ≥ 10 tahun
F % F % F % F %
1 60-74 tahun 13 39,4 11 33,3 2 6,1 26 78,8
2 75-90 tahun 4 12,1 3 9,1 0 0,0 7 21,2
Total 17 51,5 14 42,4 2 6,1 33 100,0

Berdasarkan tabel 4.6 diatas dapat dilihat bahwa responden yang berusia 60-70 tahun
berjumlah 26 responden, dan responden usia 70-90 tahun berjumlah 7 responden.

11
Osteoporosis berdasarkan usia 60-74 tahun mayoritas mengalami osteoporosis 6-9 tahun
sebanyak 11 orang (33,3%), dan usia 75-90 tahun mayoritas mengalami osteoporosis 2-5
tahun sebanyak 4 orang (12,1%).

Tabel 4.7 Distribusi Tabulasi Silang Faktor Terjadinya Osteoporosis Berdasarkan


Konsumsi Alkohol di Puskesmas Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2019

Osteoporosis
Konsumsi Total
No
Alkohol 2-5 tahun 6-9 tahun ≥ 10 tahun
F % F % F % F %
1 Pernah 1 3,0 1 3,0 0 0,0 2 6,1
2 Tidak Pernah 16 48,5 13 39,4 2 6,1 31 93,9
Total 17 51,5 14 42,4 2 6,1 33 100,0

Berdasarkan tabel 4.7 diatas dapat dilihat bahwa responden yang pernah
mengkonsumsi alkohol berjumlah 2 responden, dan responden yang tidak pernah
mengkonsumsi alkohol berjumlah 31 responden.
Osteoporosis berdasarkan pernah mengkonsumsi alkohol mayoritas responden
mengalami osteoporosis 2-5 tahun dan 6-9 tahun sebanyak 1orang (3,0%), dan responden
yang tidak pernah mengkonsumsi alkohol mayoritas mengalami osteoporosis 2-5 tahun
sebanyak 16 orang (48,5%).

Tabel 4.8 Distribusi Tabulasi Silang Faktor Terjadinya Osteoporosis Berdasarkan


Kebiasaan Merokok di Puskesmas Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2019

Osteoporosis
Total
No Kebiasaan Merokok 2-5 tahun 6-9 tahun ≥ 10 tahun
F % F % F % F %
1 Masih Merokok 1 3,0 3 9,1 0 0,0 4 12,1
2 Pernah Merokok 2 6,1 3 9,1 0 0,0 5 15,2
3 Tidak Merokok 14 42,4 8 24,2 2 6,1 24 72,7
Total 17 51,5 14 42,4 2 6,1 33 100,0

Berdasarkan tabel 4.8 diatas dapat dilihat bahwa responden yang masih merokok
berjumlah 4 responden, responden yang pernah merokok berjumlah 5 responden, dan
responden yang tidak merokok berjumlah 24 responden.
Osteoporosis berdasarkan kategori masih merokok mayoritas mengalami
osteoporosis 6-9 tahun sebanyak 3 orang (9,1%), responden pernah merokok mayoritas
mengalami osteoporosis 6-9 tahun sebanyak 3 orang (9,1%), dan responden yang tidak
merokok mayoritas mengalami osteoporosis2-5 tahun sebanyak 14 orang (42,4%).

12
Tabel 4.9 Distribusi Tabulasi Silang Faktor Terjadinya Osteoporosis Berdasarkan
Menopause di Puskesmas Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2019

Osteoporosis
Total
No Menopause 2-5 tahun 6-9 tahun ≥ 10 tahun
F % F % F % F %
1 < 49 tahun 7 21,2 10 30,3 1 3,0 18 54,5
2 50-59 tahun 10 30,3 4 12,1 1 3,0 15 45,5
Total 17 51,5 14 42,4 2 6,1 33 100,0

Berdasarkan tabel 4.9 diatas dapat dilihat bahwa responden yang mengalami
menopause usia < 49 tahun berjumlah 18 responden, dan responden yang mengalami
menopause usia 50-59 tahun berjumlah 15 responden.
Osteoporosis berdasarkan menopause usia < 49 tahun mayoritas responden
mengalami osteoporosis 6-9 tahun sebanyak 10 orang (30,3%), dan responden yang
menopause usia 50-59 tahun mayoritas mengalami osteoporosis 2-5 tahun sebanyak 10
orang (30,0%).
berkurangnya masa tulang dan
4.3 Pembahasan adanya perubahan mikroarsitektur
jaringan tulang, mengakibatkan
Penelitian ini membahasa menurunya kekuatan tulang,
tentang Faktot-Faktor Terjadinya meningkatnya kerapuhan tulang, dan
Osteoporosis Pada Lansia Di resiko terjadinya patah tulang.
Puskesmas Pancur Batu Kabupaten Hasil ini sejalan dengan
Deli Serdang Tahun 2019. penelitian yang dilakukan oleh La
Ode (2012) menyebutkan bahwa
4.31 Osteoporosis mayoritas lansia mengalami
Osteoporosis yang ditunjukan osteoporosis 3-5 tahun sebanyak 25
pada tabel 4.1 menggambarkan orang (78%).
bahwa mayoritas responden .
mengalami osteoporosis 2-5 tahun 4.3.2 Osteoporosis Berdasarkan
sebanyak 17 orang (51,5%). Umur
Responden mayoritas mengalami Faktor terjadinya osteoporosis
osteoporosis 2-5 tahun disimpulkan berdasarkan umur yang ditunjukkan
dari data kousioner yang diisi pada tabel 4.2 & tabel 4.6
responden, didapatkan bahwa menggambarkan bahwa jumlah
mayoritas lansia sudah mengalami penderitanya adalah mayoritas lansia
osteoporosis selama 2-5 tahun, dan pada kelompok umur 60-74 tahun
dari 17 lansia yang menderita yaitu sebanyak 26 orang (78,8%)
osteoporosis 2-5 tahun disebabkan dengan lama mengalami osteoporosis
oleh pengetahuan yang kurang, 6-9 tahun sebanyak 11 orang (33,3%).
kebiasan hidup yang tidak baik, dan Mayoritas lansia mengalami
kurangnya olahraga. osteoporosis pada usia 60-70 tahun
Asumsi peneliti bahwa karena semakin berkurangnnya
osteoporosis disebabkan oleh massa tulang yang mengakibatkan
penurunan kualitas jaringan tulang menurunnya kekuatan tulang dan
yang menimbulkan kerapuhan tulang. meningkatnya kerapuhan tulang.
Menurut WHO (World Health Asumsi peneliti bahwa
Organization) osteoporosis adalah semakin tua atau bertambahnya usia
suatu penyakit yang di tandai dengan seseorang maka semakin menurunya

13
kekuatan tulang hal ini dapat menimbulkan kematian dari patah
disebabkan karena tulang belakangnamun kurangnya
ketidakseimbangan antara pengetahuan tentang osteoporosis
penyerapan nutrisi tulang dan dan pencegahannya sejak dini
pembentukan tulang sehingga tulang cenderung meningkatkan angka
menjadi keropos dan mudah patah kejadian osteoporosis
walaupun dengan trauma minimal. (Depkes,2008).
Menurut Dr. Robert, akibat Hasil penelitianinisejalan
keropos tulang menyebabkan tulang dengan penelitian Ria Andriani (2016)
bisa patah. Sebanyak 40 persen tentang hubungan kebiasaan minum
wanita usia 50 – 70 tahun mengalami alkohol dengan kepadatan tulang
patah tulang. Sedangkan di atas usia yang membuktikan bahwa dari 110
70 tahun yang mengalaminya responden tidak ada yang memiliki
sebanyak 50 persen. kebiasaan minum alkohol yaitu
Hasil penelitianinisejalan sebanyak 110 responden (100%).
dengan penelitian Dieny, dkk (2017)
membuktikan bahwa mayoritas 4.3.4 Osteoporosis Berdasarkan
prevalensikepadatantulangterjadipad Kebiasaan Merokok
ausia 71-80 tahunyaitu 86,7%. Faktor terjadinya osteoporosis
berdasarkan kebiasaan merokok
4.3.3 Osteoporosis Berdasarkan yang ditunjukkan pada tabel 4.4 &
Konsumsi Alkohol tabel 4.8 menggambarkan bahwa
Faktor terjadinya osteoporosis lansia penderita osteoporosis
berdasarkan konsumsi alkohol yang mayoritas tidak pernah merokok
ditunjukkan pada tabel 4.3 & tabel 4.7 sebanyak 24 orang (72,7%) dengan
menggambarkan bahwa lansia lama mengalami osteoporosis 2-5
penderita osteoporosis mayoritas tahun sebanyak 14 orang (42,4%).
tidak pernah mengkonsumsi alkohol Pada penelitian ini ditemukan bahwa
sebanyak 31 orang (93,9%) dengan mayoritas yang menderita
lama mengalami osteoporosis 2-5 osteoporosis adalah lansia yang tidak
tahun sebanyak 16 orang (48,5%). pernah merokok, hal ini terjadi karena
Pada penelitian ini ditemukan bahwa gaya hidup lansia yang kurang baik
lansia mayoritas tidak pernah seperti tidak menjaga pola makan dan
mengkonsumsi alkohol, hal ini jarangnya lansia melakukan olahraga.
disebabkan pada saat penelitian yang Asumsi peneliti bahwa efek
menjadi responden adalah lansia racun rokok dapat memperlambat
yang berjenis kelamin wanita, dan pembentukan sel tulang yang baru
dari hasil data kuesioner yang telah (osteoblast) dengan menghambat
diisi oleh responden mayoritas lansia kerja hormon calcitonin sehingga sel
tidak memiliki kebiasaan tulang yang sehat menjadi lebih
mengkonsumsi alkohol. sedikit, hal ini yang menyebabkan
Asumsi peneliti bahwa kepadatan tulang rapuh dan mudah
mengkonsumsi alkohol menyebabkan keropos.
kerja pankreas terganggu serta Penelitian bertentangan
penyerapan kalsium dan vitamin D dengan teori yang menyatakan
yang di perlukan oleh tulang tidak bahwa tembakau dapat meracuni
optimal dan berkurang yang tulang dan juga menurunkan kadar
menyebabkan tulang rapuh dan estrogen, sehingga kadar estrogen
keropos. pada orang yang merokok akan
Penelitian bertentangan cenderung lebih rendah dari pada
dengan teori yang menyatakan yang tidak merokok yang
bahwa alkohol dapat meningkatkan menyebabkan tulang keropos, Dapat
resiko osteoporosis dua kali lipat, diartikan bahwa wanita yang merokok
resiko terjadinya osteoporosisdapat memiliki risiko lebih tinggi untuk
menyebabkan patah tulang yang bisa terjadinya osteoporosis dibandingkan

14
wanita yang tidak merokok (Tandra, KESIMPULAN DAN SARAN
2017).
Hasil penelitianinisejalan 5.1 Kesimpulan
dengan penelitian Ria Andriani (2016) Berdasarkan hasil peneltian di
tentang hubungan perilaku merokok Puskesmas Pancur Batu Kabupaten
dengan kepadatan tulang yang Deli Serdang Tahun 2019,
membuktikan bahwa sebagian besar disimpulkan bahwa:
responden mayoritas tidak memiliki a. Lansia mayoritas mengalami
kebiasaaan merokok yaitu sebanyak osteoporosis pada kelompok usia
100 responden (90,9%). 60-74 tahun yaitu sebanyak 26
orang (78,8%) dengan lama
4.3.5 Osteoporosis Berdasarkan mengalami osteoporosis 6-9
Menopause tahun sebanyak 11 orang
Faktor terjadinya osteoporosis (33,3%).
berdasarkan kebiasaan merokok b. Lansia mayoritas tidak pernah
yang ditunjukkan pada tabel 4.5 & mengkonsumsi alkohol sebanyak
tabel 4.9 menggambarkan bahwa 31 orang (93,9%) dengan lama
mayoritas lansia penderita mengalami osteoporosis 2-5
osteoporosis mengalami menopause tahun sebanyak 16 orang
usia <49 tahun yaitu 18 orang (54,5%) (48,5%).
dengan lama mengalami c. Lansia mayoritas tidak pernah
osteoporosis 6-9 tahun sebanyak 10 merokok sebanyak 24 orang
orang (30,3%). Pada penelitian ini (72,7%) dengan lama mengalami
ditemukan bahwa lansia mayoritas osteoporosis 2-5 tahun sebanyak
mengalami menopause usia <49, hal 14 orang (42,4%).
ini disimpulkan dari hasil data d. Lansia mayoritas mengalami
kuesioner yang telah diisi oleh 33 menopause usia <49 tahun yaitu
responden dan didapati hasil bahwa 18 orang (54,5%) dengan lama
lansia mayoritas mengalami mengalami osteoporosis 6-9
menopause diusia < 49 tahun. tahun sebanyak 10 orang
Asumsi peneliti bahwa (30,3%).
menopause menyebabkan
perubahan hormon, terutama 5.2 Saran
perubahan hormon esterogen yang 1. Kepada Klien Osteporosis
semakin menurun sehingga Klien diharapkan mampu mengatasi
menyebabkan terjadinya gangguan dampak yang sering muncul oleh
pada tulang seperti kerapuhan dan penyakit degeneratif dari penyuluhan
keropos. yang di berikan pelayanan kesehatan,
Osteoporosis merupakan klien selalu menjaga pola makan
kelainan pada kerangka tulang sehat seperti Jangan mengonsumsi
manusia usia lanjut. Ini terutama makanan yang banyak mengandung
terjadi pada wanita setelah haid kalsium, tidak mengkonsumsi alkohol,
berhenti (menopause).Tulang rajin berolahraga serta tepat waktu
menjadi tipis, rapuh dan mudah patah kontrol ke petugas kesehatan.
akibat kekurangan kalsium. (Dewa
gede basudewa, 2009). 2. Petugas Puskesmas Pancur Batu
Penelitian ini sejalan dengan Petugas pelayanan kesehatan harus
penelitian yang dilakukan oleh sering memberikan penyuluhan
Tirtarahardja di Indonesia pada tahun kepada klien mengenai penyakit
(2006) menyebutkan bahwa osteoporosis bagaimana cara
sebanyak 23% wanita usia 50-80 mengatasi dampak yang akan terjadi
tahun mengalami osteoporosis dan seiring bertambahnya usia,
53% dialami oleh wanita usia 70-80 mengadakan posyandu lansia,
tahun. mengadakan senam lansia di
puskesmas, serta menyediakan

15
leaflet yang berguna untuk penyakit yang dialami terutama
menambah informasi bagi klien yang osteoporosis
datang berobat tentang penyakit-
Pemenuhan Nutrisi Pada Lansia
Dengan Risiko Osteoporosis Di
Kelurahan Donowudu Lingkungan IV
Kota Bitung. E-Jurnal Sariputra, Vol.
DAFTAR PUSTAKA 3, No. 3.

Boonen S, Body JJ, Boutsen Y. 2005. Lewiecki EM. 2008. “Prevention and
“Evidence-based guidelines for the treatmen of postmenopausal
treatment of postmenopausal osteoporosis”. Obstectic Gynecology
osteoporosis: a consensus document Clinical North American; 35:301-315
of the Belgian Bone Club”.
Osteoporos int; 16:239-254 Noor, Zairin. 2014. Buku Ajaran Osteoporosis
Patofisiologi Dan Peran Atom Mineral
Brandao CMR, Lima MG, da Silva AL, Silva Dalam Manajemen Terapi. Jakarta
GD, Guerra AA Jr, Acurcio FA. 2008. :Salemba Medika.
“Treatment of postmenopausal
osteoporosis in women: a systematic Notoatmodjo, Soekidjo. 2017. Metodologi
review”. Cad saude publica; 24 supl Kesehatan Kesehatan. Rineka Cipta :
(4):592-606. Jakarta.

Dieny, Fillah Fithra, Fitranti, Deny yudi. 2017. Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan.
Fakto rRisiko Osteoporosis Pada 2015. Panduan Penyusunan Karya
Wanita 40-80 Tahun : Status Tulis Ilmiah. Politeknik Kesehatan
Menopause Dan Obesitas. Jurnal Gizi Kemenkes : Medan.
Klinik Indonesia, Vol.14, No. 2.
Purwaningsih, Khairani, Ade Irma. 2018.
Duncan EL, Brown MA. 2008. “Genetic Hubungan Kebiasaan Makan Dengan
studies in osteoporosis the and of the Kejaian Osteoporosis Pada Lansia Di
beginning”. Arthritis Research and Puskesmas Kutalimbaru Kecamatan
Theraphy; 10:214 Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang.
Jurnal Riset Hesti Medan, Vol. 3, No.
Gass M, Dawson-Hughes. 2006. Preventing 1.
osteoporosis-related fractures: an
overview. The American Journal of Saputri, Indri Suci Hani dkk. 2014. Faktor
Medicine; 119 (4A):3-11 Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Osteoporosis Pasca Menopause
Gronholz MJ. 2008. Prevention, diagnosis, Pada Kelompok Lansia Di
and management of osteoporosis- Puskesmas Batua Makassar. Jurnal
related fracture: a multifactoral Ilmiah Kesehatan Diagnosa, Vol. 5,
osteopathic approach. Journal No. 2.
American Osteooathic Approach; 108
(10):575-585. Soke, Yasinta Ema dkk. 2016. Hubungan
Pengetahuan Lansia Tentang
Hi’miyah, Dwi Alifatul, Martini, Santi. 2013. Osteoporosis Dengan Perilaku
Hubungan Antara Obesitas Dengan Mengkonsumsi Makanan Berkalsium
Osteoporosis Studi Di Rumah Sakit Di Panti Wredha X Yogyakarta. Jurnal
Husada Utama Surabaya. Jurnal Keperawatan Respati, Vol. 3, No. 1.
Berkala Epidemiologi, Vol. 1, No. 2.

Kolang, Arlianty Asridewidkk. 2016. Faktor- Tandra, Hans. 2017. Segala Sesuatu Yang
Faktor Yang Berhubungan Dengan Anda Ketahui Tentang Osteoporosis
Mengenal, Mengatasi, Dan

16
Mencegah Tulang Keropos. Jakarta : https://eprints.undip.ac.id>Wisnu_w_G2A00
PT Gramedia Pustaka Utama. 8196_Lap.KTI.pdf (Diakses pada
tanggal 28 januari 2019).

17

Anda mungkin juga menyukai