Anda di halaman 1dari 13

Hubungan Kapasitas Fungsional dengan Kualitas Hidup Lansia Wanita Osteoartritis

Lutut di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bekasi

Asyifa Robiatul Adawiyah, Tri Suratmi, Tri Budi W. Rahardjo

Abstrak
Lansia wanita yang mengalami osteoartritis lutut dilaporkan mempunyai gejala yang lebih tinggi, lebih
nyeri, dan lebih kehilangan fungsional yang berkaitan dengan kualitas hidupnya (27,5%) dibandingkan lansia
laki-laki (21,8%). Tujuan dari penelitian ini untuk mengkaji hubungan kapasitas fungsional dengan kualitas
hidup lansia wanita dengan osteoartritis lutut. Jenis penelitian survei analitik dengan menggunakan rancangan
cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh lansia wanita osteoartritis (usia >45 tahun) di Rumah
Sakit Umum Kota Bekasi sebanyak 80 lansia wanita diambil secara total populasi. Pengumpulan data dilakukan
dengan data primer melalui wawancara menggunakan kuesioner. Analisis data dengan univariat, bivariat,
multivariat. Rata-rata skor yang didapatkan 2,71 pada Standardized Total Score (rentang 1-5) dalam panduan
WHOQOL-OLD, yang berarti mereka mempunyai kualitas hidup yang kurang baik. Hasil analisis multivariat,
didapatkan sebelas variabel memiliki hubungan dengan kualitas hidup lansia wanita yaitu Umur responden,
Indeks Massa Tubuh, Pendamping Hidup, Penghasilan, Pekerjaan, Rutinitas olahraga, Penggunaan alat bantu
berjalan, Indeks Osteoartritis, Activity of Daily Living, Instrument Activity of Daily Living, dan Aktivitas mental
sosial. Kesebelas variabel independen tersebut berhubungan dan dapat menjelaskan variasi variabel kualitas
hidup sebesar 83,4% di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bekasi Tahun 2016 dan variabel yang paling
berhubungan adalah pekerjaan (p=0,0001;OR=5,721). Kesimpulannya, lansia wanita dengan osteoartritis lutut
berada pada posisi kapasitas yang menurun secara perlahan. Mereka membutuhkan dukungan pada kapasitasnya
untuk meningkatkan kemampuannya dalam perawatan jangka panjang dan mempromosikan kapasitasnya dalam
meningkatkan kemampuan mereka dalam lingkungan sosial untuk mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik

Kata kunci : Osteoartritis, Kapasitas Fungsional, Kualitas Hidup, Kesehatan lansia

1. Pendahuluan The Start of The New Millenium”, menyatakan


Pada tahun 2013, Riset Kesehatan Dasar bahwa gangguan muskuloskeletal atau
(Riskesdas) memaparkan 10 penyakit tersering reumatik merupakan penyebab utama
yang diderita oleh kelompok lansia, dengan morbiditas di seluruh dunia, dan memiliki
urutan pertama adalah hipertensi yang pengaruh besar pada kesehatan, kualitas hidup,
terbanyak diderita pada 63,8% berusia 75 serta beban biaya kesehatan yang besar. Lebih
tahun keatas dan diikuti oleh penyakit artritis dari 150 berbagai kondisi dan sindrom
dengan persentase 45,9% untuk usia 55-64 gangguan muskuloskeletal diderita oleh
tahun, 51,9% berusia 65-75 tahun, dan yang manusia yang mengakibatkan nyeri, inflamasi
terbanyak adalah 54,8 % pada usia 75 tahun dan disabilitas. Di atas usia 70 tahun, 40 % di
keatas. Penyakit reumatik merupakan urutan antaranya menderita osteoarthritis lutut, 80 %
kedua penyakit terbanyak pada lansia dan pasien dengan osteoarthritis mempunyai
menjadi salah satu penyebab utama terjadinya keterbatasan gerak, dan 25 % tidak dapat
disabilitas serta mengganggu aktivitas hidup melakukan aktivitas pokok harian (World
sehari-hari pada usia lanjut, disamping stroke Health Organization, 2003).
dan penyakit kardiovaskular. Pada penyakit Wanita lebih sering terkena osteosrtritis
reumatik ini synovial sendi terjadi perubahan lutut dan dilaporkan lebih nyeri serta lebih
berupa tidak ratanya permukaan sendi, kehilangan fungsional yang berkaitan dengan
fibrilasi, dan pembentukan celah dan lekukan kualitas hidupnya dibandingkan laki-laki
di permukaan tulang rawan. Erosi tulang (Jawahar R, et al. 2012). Sedangkan laki-laki
rawan hialin menyebabkan eburnasi tulang dan lebih sering terkena osteoartritis paha,
pembentukan kista di rongga subkondral dan pergelangan tangan dan leher. Secara
sumsum tulang. Semua perubahan ini serupa keseluruhan, dibawah 45 tahun, frekuensi
dengan yang terdapat pada osteo-artrosis. osteoartritis kurang lebih sama antara pada
WHO dalam laporannya yang berjudul laki-laki dan wanita, tetapi diatas usia 50 tahun
“The Burden of Musculoskeletal Conditions at (setelah menopause) frekuensi osteoartritis
lebih banyak pada wanita daripada pria. Hal
ini menunjukkan adanya peran hormonal pada 2. Metode Penelitian
patogenesis osteoartritis (Ilmu Penyakit 2.1 Tempat dan Waktu
Dalam, Jilid III edisi V). Menurut Lawrence et Penelitian dilakukan di Rumah Sakit
al. (2008), prevalensi OA tangan dan lutut Umum Daerah Kota Bekasi. Waktu penelitian
meningkat seiring dengan pertambahan usia bulan November 2015 – April 2016.
dan lebih banyak pada wanita dibandingkan
pria, khususnya mereka yang berusia lebih dari 2.2 Populasi dan Sampel Penelitian
50 tahun. Jumlah individu yang terkena Populasi pada penelitian ini adalah
osteoartritis diperkirakan akan terus meningkat seluruh pasien wanita lansia osteoarthritis
seiring peningkatan usia penduduk (Guglielmi, yang berkunjung ke Rumah Sakit Umum
Peh, dan Guermazi, 2013). Berbagai dampak Daerah Kota Bekasi dari bulan Januari 2016
yang ditimbulkan OA menjadi masalah yang sampai bulan April 2016 sebanyak 80 orang
signifikan untuk setiap orang terutama lanjut dan sampel diambil dari total populasi.
usia, yang berpotensi menimbulkan banyak
dampak negatif dalam hidup lansia tersebut, 2.3 Rancangan Penelitian
seperti kebebasan aktivitas, dan kualitas hidup Penelitian ini merupakan penelitian survei
lansia (Boltz, Capezuti, Fulmer, dan Zwicker, analitik dengan menggunakan pendekatan
2012). kuantitatif dengan rancangan cross sectional
Prevalensi osteoarthritis di Indonesia study.
sebesar 5% pada usia <40 tahun, 30% pada
usia 40-60 tahun. Prevalensi terbesar pada usia 2.4 Teknik dan Alat Pengumpulan Data
>61 tahun, yaitu mencapai 65% (Handayani, Data untuk variabel dependen kualitas
2008). Prevalensi berdasarkan data Badan hidup wanita lansia dengan osteoartritis dan
Kesehatan Dunia (World Health variabel independen berupa aktivitas sehari-
Organization), penduduk yang mengalami hari, sosial ekonomi, dan kapasitas fungsional
gangguan OA di Indonesia tercatat 8,1% dari didapat dari wawancara kuesioner, sedangkan
total penduduk dan wanita memiliki risiko dua untuk faktor biomedis wanita lansia didapat
kali lebih tinggi dibanding dengan pria. dari hasil pengukuran secara langsung dan
Menurut data Riskesdas tahun 2013 prevalensi rekam medis.
tertinggi ada pada umur ≥75 tahun (33% dan
54,8%). Prevalensi yang di diagnosis nakes 2.5 Teknik Analisis Data
lebih tinggi pada perempuan (13,4%) Teknik analisis data pada penelitian ini
dibanding laki-laki (10,3%) demikian juga dengan univariat untuk menjelaskan atau
yang didiagnosis nakes atau gejala pada mendeskripsikan karakteristik setiap variabel
perempuan (27,5%) lebih tinggi dari laki-laki penelitian. Bentuk analisis univariat
(21,8%). Prevalensi di Jawa Barat diketahui tergantung dari jenis datanya., bivariat dengan
terbesar kedua setelah Nusa Tenggara Timur menggunakan uji Chi Square, Uji t
(33,1%) yaitu persentasenya sebesar 32,1% independen, uji ANOVA atau uji F, Uji
(Riset Kesehatan Dasar, 2013). Sedangkan Korelasi dan Regresi. Dengan signifikasi
prevalensi osteoarthritis di Rumah Sakit hubungan pada derajat penolakan α sebesar
Umum Daerah Kota Bekasi terus meningkat 5% (p value 0,05). Untuk multivariat
dimana pada tahun 2013 sebesar 11,2% (97 menggunakan regresi linier ganda.
orang), pada tahun 2014 sebesar 12,5% (105
orang), dan pada tahun 2015 sebesar 16% (154
orang) dengan prevalensi 78,6% adalah
perempuan dengan rentang usia 50-81 tahun.
3. Hasil dan Pembahasan
3.1 Hasil Analisis Univariat
a. Gambaran karakteristik lansia wanita OA lutut di RSUD Kota Bekasi
No Variabel Jumlah Persentase
1. Umur
45-54 tahun 4 5,0
55-64 tahun 49 61,3
60-69 tahun 8 10,0
≥70 tahun 19 23,8
2. Indeks Massa Tubuh (IMT)
18,5-25,0 23 28,8
25,1-27,0 14 17,5
>27,0 43 53,8
3. Riwayat Penyakit OA
Tidak ada 13 16,3
Ada 67 83,8
4. Pendamping Hidup
Dengan pasangan 48 60
Tanpa pasangan 32 40
5. Pendidikan Terakhir
Perguruan Tinggi 19 23,8
Lulus SMA 31 38,8
Lulus SMP 22 27,5
Lulus SD 8 10,0
6. Penghasilan
≥ Rp. 2.900.000,- 46 57,5
< Rp. 2.900.000,- 34 42,5
7. Status Pekerjaan
Bekerja 46 57,5
Tidak Bekerja 34 42,5
8. Rutinitas Olahraga
Melakukan olahraga teratur ≥3 kali/minggu/ 30 menit 6 7,3
Tidak melakukan olahraga teratur <3 kali/minggu/30
26 31,7
menit
Tidak melakukan olahraga 48 58,5
9. Penggunaan Alat Bantu Berjalan
Tidak menggunakan 42,7
Menggunakan 54,9
Total 80 100
Sumber: Asyifa (2016)
terdapat 61,3% lansia wanita berumur 55-64 tahun menderita OA; 53,8% mempunyai IMT >27,0;
83,8% mempunyai riwayat penyakit OA di keluarganya; 60% lansia wanita OA masih mempunyai
pendamping hidup, 38,8% lansia wanita OA menempuh pendidikan terakhir lulus SMA, 57,5%
mempunyai penghasilan ≥ Rp. 2.900.000,-, 57,5% lansia wanita OA masih bekerja; 58,5% sudah
tidak melakukan olahraga; 54,9% menggunakan alat bantu berjalan.
b. Gambaran Indeks Osteoartritis Lansia Wanita OA lutut di RSUD Kota Bekasi
Variabel Mean SD Minimal-Maksimal 95%CI
Indeks Osteoartritis 68,13 11,37 27,08-82,29 65,60-70,65

No. Variabel Jumlah Persentase


Indeks Osteoartritis
1. Rasa Nyeri (Pain)
6-10 (cukup nyeri) 2 2,5
11-15 (nyeri) 46 57,5
16-20 (sangat nyeri) 32 40,0
2. Kekakuan Sendi
3-4 (cukup kaku) 32 40,0
5-6 (kaku) 45 56,3
7-8 (sangat kaku) 3 3,8
3. Kesulitan Melakukan Aktivitas Sehari-hari
18-34 (cukup sulit) 4 5,0
35-51 (Sulit) 53 66,3
52-68 (sangat sulit) 23 28,8
Total 80 100,0

Sedikit Cukup Nyeri Sangat nyeri


Nyeri
nyeri (%) nyeri (%) (%) (%)
1. Berjalan 2,5 16,3 50,0 31,3
2. Menaiki tangga 0 15 46,3 38,8
3. Pada malam hari 0 27,5 45 27,5
4. Saat istirahat 2,5 38,8 58,8 0
5. Membawa beban 0 20 76,3 3,8

Sedikit Cukup Kaku Sangat kaku


Kekakuan
kaku (%) kaku (%) (%) (%)
6. Kekakuan di pagi hari 0 48,8 48,8 2,5
7. Kekakuan yang terjadi di kemudian hari 0 40 56,3 3,8
Sedikit Cukup Sulit Sangat sulit
Sulit Beraktivitas
sulit (%) sulit (%) (%) (%)
8. Menuruni tangga 0 16,3 65 18,8
9. Menaiki tangga 0 37,5 55 7,5
10. Berdiri dari duduk 2,5 36,3 41,3 20
11. Berdiri 0 30 55 15
12. Berbelok ke lantai 0 18,8 51,3 30
13. Berjalan di atas permukaan yang datar 5 38,8 33,8 22,5
14. Masuk/keluar mobil 2,5 12,5 75,0 10
Sedikit Cukup Sulit Sangat sulit
Sulit Beraktivitas
sulit (%) sulit (%) (%) (%)
15. Pergi berbelanja 2,5 30 58,8 8,8
16. Memakai kaos kaki 2,5 47,5 50 0
17. Berbaring di tempat tidur 0 42,5 51,3 6,3
18. Membuka/mengambil kaos kaki 5 40 28,8 26,3
19. Bangkit dari tempat tidur 2,5 40 55 2,5
20. Masuk/keluar bak tempat mandi 2,5 55 42,5 0
21. Duduk 2,5 76,3 21,3 0
22. Keluar/masuk toilet 2,5 37,5 57,5 2,5
23. Melakukan tugas rumah tangga berat 0 15 38,8 46,3
24. Melakukan tugas rumah tangga ringan 20 60 20 0
c. Gambaran Kapasitas Fungsional Lansia Wanita dengan OA lutut di RSUD Kota Bekasi

No. Variabel Jumlah Persentase


1. Activity of Daily Living (ADL)
12-19 (ketergantungan ringan) 2 2,5
9-11 (ketergantungan sedang) 46 57,5
5-8 (ketergantungan berat) 32 40,0
2. Instrumental Activity of Daily Living (IADL)
9-16 (mandiri/tak perlu bantuan) 58 70,7
1-8 (perlu bantuan) 22 26,8
3. Aktivitas Mental/Sosial
54-80 (cukup aktif) 29 36,3
27-53 (jarang aktif) 51 63,8
Total 80 100,0

d. Gambaran Kualitas Hidup Lansia Wanita OA lutut di RSUD Kota Bekasi


Distribusi Kualitas Hidup Lansia Wanita di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bekasi tahun 2016
dalam Raw Facet Score (RFS) dan Raw Total Score (RTS) sesuai dengan WHOQOL-OLD MANUAL
No. Variabel Mean SD Min-Max 95% CI
1. Kemampuan Sensoris 11,75 2,82 7-16 11,12-12,38
2. Kemandirian 10,74 2,33 6-16 10,22-11,26
3. Aktivitas Masa Lalu, Sekarang, dan Akan 11,38 2,23 8-16 10,88-11,87
Datang
4. Partisipasi Sosial 11,59 1,99 8-16 11,14-12,03
5. Pandangan Kematian 10,09 3,13 5-16 9,39-10,78
6. Persahabatan dan Cinta Kasih 9,76 3,22 5-16 9,04-10,48
Kualitas Hidup Lansia 65,21 12,88 46-96 62,35-68,08

Distribusi Kualitas Hidup Lansia Wanita di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bekasi tahun 2016 dalam
Transformed Facet Score (TFS) dan Transformed Total Score (TTS) sesuai dengan WHOQOL-OLD MANUAL
No. Variabel Mean SD Min-Max 95% CI
1. Kemampuan Sensoris 48,44 17,64 18,75-75,00 44,51-52,36
2. Kemandirian 42,11 14,57 12,50-75,00 38,87-45,35
3. Aktivitas Masa Lalu, Sekarang, dan Akan 46,09 13,94 25,00-75,00 42,99-49,20
Datang
4. Partisipasi Sosial 47,42 12,49 25,00-75,00 44,64-50,20
5. Pandangan Kematian 38,04 19,57 6,25-75,00 33,69-42,40
6. Persahabatan dan Cinta Kasih 36,02 20,17 6,25-75,00 31,53-40,50
Kualitas Hidup Lansia 42,93 13,41 22,92-75,00 39,95-45,92
3.2 Analisis Bivariat
a. Hubungan Karakteristik dengan Indeks Osteoartritis (Uji ANOVA)
Indeks Osteoartritis
No. Variabel Karakteristik
Mean SD 95% CI p value
1. Umur
45-54 tahun 62,50 11,38 44,39-80,61 0,001
55-64 tahun 65,29 11,36 62,02-68,55
60-69 tahun 68,36 12,17 58,19-78,53
≥ 70 tahun 76,54 6,19 73,55-79,52
2. Indeks Massa Tubuh
18,5 – 25,0 66,99 14,22 60,84-73,13 0,012
25,1 – 27,0 61,01 5,60 57,78-64,25
>27,0 71,05 10,01 67,97-74,14
3. Pendidikan
Perguruan tinggi 63,43 9,62 58,80-68,07 0,001
Lulus SMA 65,42 12,39 60,88-69,97
Lulus SMP 72,16 9,48 67,96-76,36
Lulus SD 78,65 4,20 75,13-82,16
4. Rutinitas Olahraga
Melakukan olahraga teratur ≥ 3 kali/ 57,30 2,28 65,60-70,65 0,0001
minggu/30 menit
Tidak melakukan olahraga teratur <3 57,45 8,55 54,00-60,91
kali/minggu/30 menit
Tidak melakukan olahraga 75,26 6,86 73,27-77,25

b. Hubungan Karakteristik dengan Indeks Osteoartritis (Uji T Independen)


Indeks Osteoartritis
No. Variabel Karakteristik
Mean SD SE P Value N
1. Riwayat Penyakit Osteoartritis
Tidak ada 74,44 4,24 1,18 0,027 13
Ada 66,90 11,90 1,45 67
2. Pendamping hidup
Dengan pasangan 66,88 10,70 1,54 0,233 48
Tanpa pasangan 69,99 12,19 2,15 32
3. Penghasilan
≥ Rp. 2.900.000,- 64,86 10,50 1,55 0,002 46
< Rp. 2.900.000,- 72,55 11,08 1,90 34
4. Pekerjaan
Bekerja 64,56 11,59 1,70 0,001 46
Tidak Bekerja 72,95 9,14 1,57 34
5. Penggunaan Alat Bantu Berjalan
Tidak menggunakan 57,41 7,82 1,32 0,0001 35
Menggunakan 76,46 4,65 0,69 45

c. Hubungan Karakteristik dengan Kapasitas Fungsional


Activity of Daily Living (ADL)
P
Umur Ketergantungan Ketergantungan Ketergantungan Total
value
Responden ringan sedang berat
n % n % n % n %
45-54 tahun 4 100 0 0 0 0 4 100 0,001
55-64 tahun 41 87,3 7 14,3 1 2,0 49 100
60-69 tahun 8 100 0 0 0 0 8 100
≥ 70 tahun 4 21,1 9 47,4 6 31,6 19 100
Total 57 71,3 16 20 7 8,8 80 100
Instrument Activity of Daily Living (IADL)
Umur Total P value
Mandiri/tak perlu bantuan Perlu bantuan
Responden
n % n % n %
45-54 tahun 4 100 0 0 4 100 0,001
55-64 tahun 42 87,5 7 14,3 49 100
60-69 tahun 8 100 0 0 8 100
≥ 70 tahun 4 21,1 15 78,9 19 100
Total 58 71,3 16 22 80 100
Aktivitas Mental Sosial
Umur Total P value
Cukup aktif Jarang aktif
Responden
n % n % n %
45-54 tahun 3 75 1 25 4 100 0,001
55-64 tahun 21 42,9 28 57,1 49 100
60-69 tahun 3 37,5 5 62,5 8 100
≥ 70 tahun 4 21,1 15 78,9 19 100
Total 58 71,3 16 22 80 100

Activity of Daily Living (ADL)


Ketergantungan Ketergantungan Ketergantungan Total P value
Penghasilan
ringan sedang berat
n % n % n % n %
≥ Rp. 2.900,000,- 39 84,8 6 13,0 1 2,2 46 100 0,005
< Rp. 2.900.000,- 18 52,9 10 29,4 6 17,6 34 100
Total 57 71,3 16 20 7 8,8 80 100
Instrument Activity of Daily Living (IADL)
Total P value OR
Penghasilan Mandiri/tak perlu bantuan Perlu bantuan
n % n % n %
≥ Rp. 2.900,000,- 40 87,0 6 13,0 46 100 0,002 5,926
< Rp. 2.900.000,- 18 52,9 16 47,1 34 100
Total 58 72,5 22 27,5 80 100
Aktivitas Mental Sosial
Total P value
Penghasilan Cukup aktif Jarang aktif
n % n % n %
≥ Rp. 2.900,000,- 19 41,3 27 58,7 46 100 0,391
< Rp. 2.900.000,- 10 29,4 24 70,6 34 100
Total 29 36,3 51 63,8 80 100

Activity of Daily Living (ADL)


Ketergantunga Ketergantunga Ketergantunga Total P
Rutinitas Olahraga
n ringan n sedang n berat value
N % n % n % n %
Melakukan olahraga teratur ≥3 6 100 0 0 0 0 6 100 0,009
kali/ minggu/ 30 menit
Tidak melakukan olahraga 24 92,3 1 3,8 1 3,8 26 100
teratur < 3 kali/ minggu/30
menit
Tidak melakukan olahraga 27 56,3 15 31,3 6 12,5 48 100
Total 57 71,3 16 20 7 8,8 80 100
Instrument Activity of Daily Living (IADL)
P
Mandiri/tak perlu Total
Rutinitas Olahraga Perlu bantuan value
bantuan
n % n % n %
Melakukan olahraga teratur ≥3 6 100 0 0 6 100 0,002
kali/ minggu/ 30 menit
Tidak melakukan olahraga 24 92,3 2 7,7 26 100
teratur < 3 kali/ minggu/30
menit
Tidak melakukan olahraga 28 58,3 20 41,7 48 100
Total 58 72,5 22 27,5 80 100
Aktivitas Mental Sosial
Total P value
Rutinitas Olahraga Cukup aktif Jarang aktif
n % n % n %
Melakukan olahraga teratur ≥3 5 83,3 1 16,7 6 100 0,001
kali/ minggu/ 30 menit
Tidak melakukan olahraga 14 53,8 12 46,2 26 100
teratur < 3 kali/ minggu/30
menit
Tidak melakukan olahraga 10 20,8 38 79,2 48 100
Total 29 36,3 51 63,8 80 100

Activity of Daily Living (ADL)


Penggunaan Alat Bantu Ketergan- Ketergan- Ketergan- Total P value
Berjalan tungan ringan tungan sedang tungan berat
n % n % n % n %
Tidak menggunakan alat bantu 32 91,4 1 2,9 2 5,7 35 100 0,001
Menggunakan alat bantu 25 55,6 15 33,3 5 11,1 45 100
Total 57 71,3 16 20 7 8,8 80 100
Instrument Activity of Daily Living
(IADL)
Penggunaan alat bantu Total
Mandiri/tak perlu Perlu P value OR
berjalan
bantuan bantuan
n % n % n %
Tidak menggunakan alat bantu 32 91,4 3 8,6 35 100 0,002 7,795
Menggunakan alat bantu 26 57,8 19 42,2 45 100
Total 58 71,3 16 22 80 100
Aktivitas Mental Sosial
Penggunaan alat bantu Total
Cukup aktif Jarang aktif P value OR
berjalan
n % n % n %
Tidak menggunakan alat bantu 3 75 1 25 4 100 0,006 4,156
Menggunakan alat bantu 21 42,9 28 57,1 49 100
Total 58 71,3 16 22 80 100

d. Hubungan Indeks Osteoartritis dengan Kualitas Hidup


Variabel r R2 Persamaan garis P value
Indeks Kualitas Hidup=91,341+(-0,711)*Indeks
-0,601 0,361 0,0001
Osteoartritis Osteoartritis

e. Hubungan Kapasitas Fungsional dengan Kualitas Hidup


Variabel r R2 Persamaan garis P value
Activity of Daily Living
0,649 0,421 Kualitas hidup=2,724+2,846*ADL 0,0001
(ADL)
Instrument Activity of
0,792 0,627 Kualitas Hidup=10,669+3,275*IADL 0,0001
Daily Living
Kualitas Hidup=10,378+
Aktivitas Mental Sosial 0,607 0,368 0,0001
0,693*Aktivitas Mental Sosial
3.3 Analisis Multivariat
Terdapat enam variabel yang memiliki p value >0,05 yaitu variabel Pendidikan Terakhir (p
value= 0,959), Indeks Osteoartritis (p value=0,658), Activity of Daily Living(p value=0,611),
Penggunaan Alat Bantu Berjalan(p value=0,478), Rutinitas Olahraga(p value=0,088), dan
Penghasilan(p value= 0,079). Keenam variabel tersebut dikeluarkan satu persatu dimulai dari variabel
yang mempunyai p value terbesar.Variabel pendidikan terakhir keluar dari seleksi multivariat dalam
analisis regresi linier ganda karena coefficients B pada ke 12 variabel tidak ada yang berubah lebih
dari 10%. Untuk variabel Indeks Osteoartritis, Activity of Daily Living, Penggunaan Alat Bantu
Berjalan, Rutinitas Olahraga, dan Penghasilan masuk kembali karena coefisien B pada salah satu atau
lebih variabel ada yang berubah lebih dari 10%.Sehingga model terakhir dari analisis multivariat
dengan uji regresi linier ganda setelah melewati seleksi bivariat dan seleksi multivariat adalah sebagai
berikut:
No Variabel Kolom B Beta R Koefisien Uji F
(Variabel in Determinasi (p value)
Equation) (R Square)
1. Umur Responden -5,433 -0,370 0,913 0,834 0,0001
2. Indeks massa tubuh -3,934 -0,258
3. Pendamping hidup -4,148 -0,152
4. Penghasilan -3,728 -0,138
5. Pekerjaan 5,721 0,212
6. Rutinitas olahraga 3,963 0,188
7. Penggunaan alat bantu berjalan -2,143 -0,080
8. Indeks osteoartritis -0,049 -0,042
9. ADL -1,295 -0,062
10. IADL -9,232 -0,309
11. Aktivitas mental sosial -4,282 -0,154

4. Pembahasan Indeks Massa Tubuh


Umur Berdasarkan uji statistik dengan uji
Hasil penelitian yang dilakukan oleh ANOVA didapatkan hubungan yang signifikan
RISKESDAS, 2013 menunjukkan bahwa (p = 0,012) antara Indeks Massa Tubuh dengan
prevalensi penyakit sendi di Indonesia juga indeks osteoartritis. Hasil rata-rata
cukup tinggi, sebesar 24,7% dan semakin menunjukkan responden dengan IMT >27,0
meningkat prevalensinya seiring dengan memiliki kenaikan persentase yang paling
bertambahnya usia seseorang. Pada usia 45-54 besar (71,05%) yang berarti menggambarkan
prevalensinya sebesar 37,2%, usia 55-64 semakin buruk status kesehatan lansia wanita
sebesar 45%, usia 65-74 sebesar 51,9%, dan tersebut. Obesitas erat hubungannya dengan
usia lebih dari 75 sebesar 54,8%. Salah satu peningkatan resiko sejumlah komplikasi yang
penyebab multifaktorial terjadinya osteoartritis dapat terjadi sendiri-sendiri atau secara
adalah umur. Hasil analisis secara univariat bersamaan, salah satu nya adalah OA.
menjelaskan bahwa dari 80 responden rentang
umur terbanyak adalah 55-64 tahun yaitu 49 Riwayat Osteoartritis dalam Keluarga
orang (61,3%) diikuti dengan umur ≥ 70 tahun Berdasarkan uji statistik dengan uji T-
yaitu 19 orang (23,8%). Berdasarkan uji independen didapatkan hubungan yang
statistik dengan uji ANOVA didapatkan signifikan (p = 0,027) antara riwayat penyakit
hubungan yang signifikan (p = 0,001) antara osteoartritis pada keluarga (genetik) dengan
umur dengan indeks osteoartritis. Hasil rata- indeks osteoartritis. Faktor genetik berperan
rata menunjukkan bahwa semakin bertambah dalam kerentanan terhadap OA, terutama pada
umur responden terdapat kenaikan persentase kasus yang mengenai tangan dan panggul.
yang berarti menggambarkan semakin Sebagian kasus diperkirakan terdapat
bertambah buruk status kesehatan lansia keterkaitan dengan kromosom 2 dan 11
wanita tersebut (45-54 tahun = 62,5% ; 55-64 (Robbins, 2007). Adanya mutasi dalam gen
tahun = 65,29% ; 60-69 tahun = 68,36% ; ≥70 prokolagen II atau gen-gen struktural lain
tahun = 76,54%). untuk unsur-unsur tulang rawan sendi seperti
kolagen tipe IX dan XII, protein pengikat atau
proteoglikan dikatakan berperan dalam
timbulnya kecenderungan familial pada OA
tertentu (Soeroso et al, 2009). Beberapa kasus Rutinitas Olahraga
orang lahir dengan kelainan sendi tulang akan Berdasarkan uji statistik dengan uji
lebih besar kemungkinan mengalami OA ANOVA didapatkan hubungan yang signifikan
(Helmi, 2012). (p = 0,0001) antara rutinitas olahraga dengan
indeks osteoartritis. Hasil rata-rata
Pendidikan menunjukkan bahwa semakin responden tidak
Berdasarkan uji statistik dengan uji melakukan olahraga terdapat kenaikan
ANOVA didapatkan hubungan yang signifikan persentase yang berarti menggambarkan
(p = 0,001) antara pendidikan terakhir dengan semakin bertambah buruk status kesehatan
indeks osteoartritis. Hasil rata-rata lansia wanita tersebut (Melakukan olahraga
menunjukkan bahwa semakin rendah teratur ≥ 3 kali/ minggu/30 menit = 57,30%;
pendidikan responden terdapat kenaikan Tidak melakukan olahraga teratur <3
persentase yang berarti menggambarkan kali/minggu/30 menit = 57,45%; tidak
semakin bertambah buruk status kesehatan melakukan olahraga = 75,26%). Olahraga
lansia wanita tersebut (Perguruan tinggi = ringan menyebabkan peningkatan dan
63,43% ; Lulus SMA = 65,42% ; Lulus SMP = penurunan fungsi rasa sakit pada orang dengan
72,16% ; Lulus SD = 71,05%). Kao dan Tsai osteoartritis lutut. Gerak sendi yang memadai
(2013) menemukan tiga tema utama dalam dan elastisitas jaringan periarticular diperlukan
mengeksplorasi pengalaman hidup lansia untuk tulang rawan gizi dan kesehatan,
dengan osteoarthritis, yaitu: ketidakpahaman perlindungan struktur gabungan dari beban
terhadap osteoarthritis, efek pada kehidupan dampak merusak, fungsi, dan kenyamanan
sehari-hari, dan perlindungan dan dalam kegiatan sehari-hari. Latihan yang
penanggulangan hal tersebut menggambarkan teratur berguna untuk mendapatkan kembali
bahwa tingkat pendidikan merupakan jembatan atau mempertahankan gerak dan fleksibilitas
untuk memberikan banyak pengetahuan dengan intensitas rendah, gerakan terkontrol
tentang penyakit osteoartritis termasuk cara yang tidak menyebabkan rasa sakit meningkat.
representasi penyakit dan keyakinan tentang
kontrol medis dan bedah terhadap nyeri. Kapasitas Fungsional
Kesehatan lansia mencerminkan interaksi
Penghasilan yang berlangsung antara individu tersebut
Berdasarkan uji statistik dengan uji T- dengan lingkungan sehari-hari mereka.
independen didapatkan hubungan yang Interaksi ini menghasilkan lintasan grafik dari
signifikan (p = 0,002) antara penghasilan kapasitas intrinsik dan kapasitas fungsional.
dengan indeks osteoartritis. Hasil rata-rata Hasil analisis secara bivariat antara umur,
menunjukkan responden dengan penghasilan penghasilan, rutinitas olahraga, dan
≥Rp. 2.900.000,- mempunyai persentase penggunaan alat bantu berjalan dengan wanita
Indeks Osteoartritis lebih kecil (64,86%) yang terkena osteoartritis dengan kapasitas
dibandingkan dengan yang berpenghasilan fungsionalnya melalui kuesioner Activity of
<Rp. 2.900.000,- (72,55%) yang berarti Daily Living, Instrument Activity of Daily
menggambarkan bahwa penghasilan/status Living, dan Aktivitas Mental Sosial terdapat
ekonomi lebih tinggi dapat menaikkan status hubungan yang signifikan.
kesehatan lansia wanita tersebut. Hal ini sesuai Hasil analisis dengan uji korelasi dan
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh regresi antara indeks osteoartritis dengan
OECD (Organization for Economic Co- kapasitas fungsional responden melalui
operation and Development Source, 2015) kuesioner Activity of Daily Living
pada status sosial ekonomi rendah, multiple menunjukkan hubungan sedang (r = -0,450)
disease, ras, dan usia dengan penelitian kohort dan berpola negatif artinya semakin bertambah
historis skala besar di Inggris dan Amerika onset nyeri, kekakuan yang dirasa, dan
menemukan bahwa multimorbiditas lebih kesulitan untuk melakukan aktivitas sehari-hari
banyak prevalensinya pada masyarakat dengan yang diderita oleh responden semakin
status sosial ekonomi rendah, hal tersebut responden menjadi lebih ketergantungan. Hasil
sesuai dengan laporan yang dilakukan analisis dengan uji korelasi dan regresi antara
berulang. indeks osteoartritis dengan kapasitas
fungsional responden melalui kuesioner
Instrument Activity of Daily Living
menunjukkan hubungan kuat (r = -0,607) dan penyakit. Mereka menyimpulkan bahwa rasa
berpola negatif artinya semakin bertambah sakit dan kekakuan sendi merupakan faktor
onset nyeri, kekakuan yang dirasa, dan penting yang mempengaruhi kemampuan
kesulitan untuk melakukan aktivitas sehari-hari untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari
yang diderita oleh responden semakin pada pasien dengan OA.
responden menjadi lebih memerlukan bantuan. Dalam beberapa kasus, gejala osteoartritis
Hasil analisis dengan uji korelasi dan regresi dapat menyebabkan gerakan tubuh berkurang,
antara indeks osteoartritis dengan kapasitas sehingga mengubah dan membatasi fungsi
fungsional responden melalui kuesioner sendi. Pada nyeri dengan peradangan yang
Aktivitas Mental Sosial menunjukkan parah, dapat menyebabkan sendi menjadi
hubungan sedang (r = -0,416) dan berpola kemerahan, bengkak, hangat dan juga lunak
negatif artinya semakin bertambah onset nyeri, yang disebabkan oleh efusi cairan sinovial atau
kekakuan yang dirasa, dan kesulitan untuk pembesaran tulang di sekitar sendi. Selain
melakukan aktivitas sehari-hari yang diderita nyeri hebat dan kekauan, gejala lain
oleh responden semakin responden menjadi osteoartritis yang teridentifikasi meliputi
lebih ketergantungan. Dalam persamaan garis pengurangan rentang gerak dan pembesaran
regresi yang diperoleh dapat menerangkan tulang di sekitar sendi. Penderita juga
17,3% persamaan garis yang diperoleh cukup mengalami krepitus, sensasi dan suara yang
baik untuk menjelaskan tentang keaktifan berderit, yang mungkin didengar dan dirasakan
responden terhadap mental dan sosialnya. dengan berbagai gerakan pada sendi yang
terkena (Alhambra dkk, 2014). Aghdam,
Kualitas Hidup Kolahi, Hasankhani, Behshid dan Varmaziar
Hasil analisis dengan uji korelasi dan (2013) menemukan terdapat hubungan yang
regresi antara Indeks Osteoartritis responden signifikan antara fungsi fisik, nyeri, kekakuan,
melalui kuesioner WOMAC (the Western dan durasi penyakit. Mereka menyimpulkan
Ontario and McMaster Universities bahwa rasa sakit dan kekakuan sendi
Osteoarthritis Index) dengan kualitas hidup merupakan faktor penting yang mempengaruhi
menunjukkan hubungan kuat (r = -0,601) dan kemampuan untuk melakukan aktivitas hidup
berpola negatif artinya semakin bertambah sehari-hari pada pasien dengan osteoartritis.
onset nyeri, kekakuan yang dirasa, dan Osteoartritis (OA) merupakan penyebab utama
kesulitan untuk melakukan aktivitas sehari-hari kecacatan atau disabilitas. Gejala OA yang
yang diderita oleh responden semakin menyebabkan disabilitas terutama nyeri dan
berkurang kualitas hidup responden tersebut. kekakuan menjadi alasan utama bagi pasien
Sedangkan pada hasil analisis dengan uji osteoartritis dalam mencari pertolongan medis
korelasi dan regresi antara kapasitas fungsional (Lewis dkk, 2014).
responden melalui kuesioner Activity of Daily
Living, Instrument Activity of Daily Living, Kesimpulan
dan aktivitas mental sosial dengan kualitas Terdapat sebelas variabel yang dapat
hidup menunjukkan hubungan kuat (r = 0,649), memprediksi kualitas hidup lansia wanita
(r = 0,792), (r = 0,607) dan berpola positif osteoartritis yaitu: Umur responden, Indeks
artinya semakin responden tidak memiliki Massa Tubuh, Pendamping Hidup,
ketergantungan, semakin responden hidup Penghasilan, Pekerjaan, Rutinitas olahraga,
mandiri, dan semakin responden hidup aktif Penggunaan alat bantu berjalan, Indeks
bersosialisasi semakin baik kualitas hidup Osteoartritis, ADL, IADL, dan Aktivitas
responden tersebut. mental sosial. Kesebelas variabel independen
Penelitian yang dilakukan oleh tersebut berhubungan dan dapat menjelaskan
Ouedraogo, dkk (2014) bahwa terdapat variasi variabel kualitas hidup sebesar 83,4%
dampak pada kualitas hidup pasien dengan di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bekasi
OA, hal ini dikaitkan dengan penurunan Tahun 2016.
toleransi rasa sakit dan penurunan intensitas
kegiatan sosial pada pasien dengan usia 60 Saran
tahun ke atas. Aghdam, Kolahi, Hasankhani, 1. Diharapkan penggunaan kuesioner
Behshid dan Varmaziar (2013) menemukan WHOQOL-OLD sebagai perkembangan
terdapat hubungan yang signifikan antara dari penilaian kualitas hidup di Indonesia
fungsi fisik, nyeri, kekakuan, dan durasi dapat diaplikasikan dalam menilai kualitas
hidup lansia secara spesifik setelah index. Annals of the Rheumatic Diseases.
sebelumnya kuesioner WHOQOL-BREF 2005;64(1):80-84.
dipakai dalam mengukur kualitas hidup 6. Beck, Jhon C. 2002. Geriatric Review
secara umum. Syllabus. A Core Curriculum in Geriatric
2. Penggunaan kuesioner aktivitas sehari-hari Medicine. American Geriatrics Society.
dalam Activity of Daily Living dan Fifth Edition. 2002-2009.
Instrument Activity of Daily Living serta http://books.google.co.id
penggunaan aktivitas mental/sosial dalam 7. Cicih, Lilis Heri Mis. 2005. Karakteristik
mengukur kapasitas fungsional dapat Penduduk Lanjut Usia Indonesia Masa
dipertimbangkan dalam menentukan Kini. Warta Demografi, Tahun 35, No. 3,
kapasitas fungsional dari lansia tersebut 2005.
terutama dalam penyakit osteoartritis 8. Darmojo, Boedhi. 1999. Buku Ajar
sebagai identifikasi awal dalam Geriartri (Ilmu Kesehatan Usia lanjut).
Comprehensive Geriatric Management Jakarta : FKUI.
(CGM) agar rencana asuhan yang 9. ___________________. 2003. Petunjuk
berorientasi pada keadaan pasien secara Teknis Pemantauan Status Gizi Orang
menyeluruh dapat dilaksanakan dengan Dewasa dengan Indeks Massa Tubuh
tepat. (IMT). Dit.Jend. Bina Kesehatan
3. Penelitian dapat lebih dikembangkan dalam Masyarakat. Jakarta
bentuk eksperimental dan penelitian kohort 10. Handajani, Yvonne Suzy. 2006. Indeks
untuk mengatasi keadaan declining Pengukuran Disabilitas dan Prediksi
capacity pada penyakit osteoartritis. Kualitas Hidup Pada Masyarakat Lanjut
Penelitian dapat ditujukan lebih kepada Usia di DKI Jakarta (Suatu Upaya
pilihan penggunaan terapi. Memperkirakan Kemandirian Lanjut Usia).
4. Diperlukan pengembangan sampel [Disertasi]. Depok : Fakultas Kesehatan
penelitian yang lebih besar serta Masyarakat. Universitas Indonesia.
dibandingkan antara jenis kelamin 11. Harahap, Heryudarini. 2005. Penggunaan
perempuan dengan laki-laki agar hasil Berbagai Cut-Off Indeks Massa Tubuh
penelitian yang didapat lebih relevan dan Sebagai Indikator Obesitas Terkait
dapat digunakan/diaplikasikan dimanapun. Penyakit Degeneratif di Indonesia. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Gizi dan
Daftar Pustaka Makanan, Badan Penelitian dan
1. Alves, Janice Chaim. 2013. Quality of life Pengembangan Kesehatan, Departemen
and functional capacity of elderly women Kesehatan.
with knee osteoarthritis. 12. Hastono, Sutanto Priyo. 2007. Analisis
2. Asyifa, 2016. Hubungan Kapasitas Data Kesehatan (Basic Data Analysis for
Fungsional dengan Kualitas Hidup Lansia Health Research Training. Depok: SPH
Wanita Osteoartritis Lutut di Rumah Sakit 13. Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi
Umum Daerah Kota Bekasi. Tesis Program kesehatan & ilmu perilaku. Jakarta : Rineka
Pasca Sarjana Program Studi Ilmu Cipta.
Kesehatan Masyarakat URINDO. 14. Nugroho,Wahjudi. 2002. Keperawatan
3. Bellamy. 1988. Validation Study of Gerontik. Jakarta : EGC.
WOMAC: A Health Status Instrument for 15. Suardana, I Wayan. 2015. Status Kognitif
Measuring Clinically Important Patient dan Kualitas Hidup Lansia. Keperawatan
Relevant Outcomes to Antirheumatic Drug Politeknik Kesehatan Denpasar.
Therapy in Patient with Osteoartritis of the 16. Perhimpunan Reumatologi Indonesia
Hip or Knee. University of Western (IRA). 2014. Diagnosis dan
Ontario, London and McMaster University, Penatalaksanaan Osteoartritis.
Hamilton ON, Canada. Rekomendasi IRA untuk Diagnosis dan
4. _______. 2004. WOMAC Osteoartritis Penatalaksanaan Osteoartritis: PB PAPDI
Index LK3.1 (IK). English for USA. 17. Pranarka, Kris. 2006. Penerapan Geriatrik
5. _______. 2005. Validation and patient Kedokteran Menuju Usia Lanjut yang
acceptance of a computer touch screen Sehat. Divisi Geriatrik, Departemen Ilmu
version of the WOMAC 3.1 osteoarthritis Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro.
18. Setiati, Siti. 2013. Geriatric Medicine,
Sarkopenia, Frailty dan Kualitas Hidup
Pasien Usia Lanjut: Tantangan Masa
Depan Pendidikan, Penelitian dan
Pelayanan Kedokteran di Indonesia.
Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
19. Sudoyo, Aru W. 2009. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid III Edisi V. Jakarta:
Interna Publishing
20. WHO. 2006. WHOQOL-OLD Manual
Module. World Health Organization
European Office (Copenhagen)
21. WHO. 2015. World Report on Ageing and
Health.WHO Library Cataloguing-in-
Publication Data, Luxembourg.
22. Yenny, Herwana. 2007. Penyakit Kronis
dan Kualitas Hidup Lansia. Universa
Medica, Vol 25 No.4

Anda mungkin juga menyukai