Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Reumatoid arthritis didefenisikan sebagai perasaan nyeri, sakit hingga

kaku pada pada otot, ligament (jaringan ikat) dan persendian. Keluhan

yang sering terjadi pada reumatik ini adalah pegal-pegal yang secara

langsung akan menyebabkan sipenderita merasa terganggu terutama bagi

mereka yang beraktifitas banyak dan menggunakan anggota tubuh.

Reumatik paling banyak menyerang penderita diatas usia 40 tahun (Parjan

Adiguna 2014).
Menurut data dari World Health Organization (WHO), pada Tahun

2010 menyebutkan bahwa lebih dari 355 juta orang di dunia menderita

penyakit arthritis reumatoid. Itu berarti setiap enam orang di dunia, satu

di antaranya adalah penyandang arthritis reumatoid. Sedangkan pada

tahun 2004 lalu, jumlah pasien arthritis reumatoid mencapai 2 Juta

orang, dengan perbandingan pasien wanita tiga kali lebih banyak dari pria.

Angka ini diperkirakan terus meningkat hingga tahun 2025 dengan

indikasi lebih dari 25% akan mengalami kelumpuhan.


Departemen Kesehatan tahun 2005 menunjukkan bahwa Usia

Harapan Hidup (UHH) orang Indonesia meningkat 64,71% (tahun 1995-

2000) menjadi 67,68% (tahun 2000-2005). Pada Tahun 2005 terdapat 18

juta lanjut usia di Indonesia, jumlah ini akan bertambah hingga 33 juta

1
2

pada tahun 2020 dengan usia harapan hidup mencapai 70 tahun

(Nugroho, 2008). Angka harapan hidup penduduk Indonesia tahun 2012

berdasarkan The World Factbook, penduduk pria 69 tahun dan penduduk

wanita 74 tahun. Jumlah penduduk berusia diatas 64 tahun berdasarkan

The World Factbook tahun 2012 sebanyak 6,1%, terdiri dari 6,6 juta pria

dan 8,4 juta wanita. Meningkatnya usia harapan hidup penduduk

merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan. Disisi lain,

dengan meningkatnya usia harapan hidup maka berbagai penyakit

degeneratif dan metabolik seperti arthritis rheumatoid akan lebih sering

terjadi. Dewasa ini, negara-negara ASEAN tahun 2011 persentase

penduduk usia 65 tahun ke atas terbesar adalah Singapura 9%, Thailand

9%, dan Vietnam 7% (kemenkes Ri, 2012).


Menurut Kemenkes RI 2012, pada tahun 2010 menunjukkan

bahwa Indonesia termasuk lima besar negara dengan jumlah penduduk

usia lanjut terbanyak didunia yakni mencapai 18,1 juta jiwa atau 9,6% dari

jumlah penduduk. Prevalensi nyeri rheumatoid arthritis di Indonesia

mencapai 23,6% hingga 31,3%. Angka ini menunjukkan bahwa rasa nyeri

akibat rheumatoid arthritis sudah cukup mengganggu aktivitas masyarakat

Indonesia, terutama mereka yang memiliki aktivitas sangat padat di daerah

perkotaan seperti mengendarai kendaraan di tengah arus kemacetan,

duduk selama berjam-jam tanpa gerakan tubuh yang berarti, tuntutan


3

untuk tampil menarik dan prima, kurangnya porsi berolahraga, serta

faktor bertambahnya usia.


Menurut hasil penelitian yang dilakukan Departemen Ilmu Penyakit

Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Badan

Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Depkes, dan

Dinas Kesehatan DKI Jakarta selama tahun 2006 menunjukkan angka

kejadian gangguan nyeri muskuloskeletal yang menggangu aktifitas,

merupakan gangguan yang sering dialami dalam kehidupan sehari-hari

sebagian responden. Dari 1.645 responden laki-laki dan perempuan yang

diteliti, peneliti menjelaskan sebanyak 66,9% diantaranya pernah

mengalami nyeri sendi.


Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013) provinsi sulawesi

tenggara prevelensi penyakit sendi atau rematik berdasarkan diagnosis

nakes sebesar 12,0%. Prevelensi penyakit sendi berdasarkan diagnosis

nakes atau gejala sebesar 20,8%.


Menurut Riskesdas, 2007 persentase penyakit persendian kabupaten

kolaka utara berdasarkan diagnosis nakes sebesar 16,3%. Berdasarkan

diagnosa nakes atau gejala sebesar 18,9%. Adapun jumlah rheumatoid

arthritis di desa tiwu kecematan tiwu kabupaten kolaka utara januari-

oktober tahun 2015 berdasarkan diagnosis nakes adalah sebesar 4%

penderita rhematoid arthritis.


Faktor risiko penyebab rematik itu terjadi yaitu faktor usia, semakin

bertambah usia semakin tinggi risiko untuk terkena rematik, jenis kelamin

penyakit rematik ini cendrung diderita oleh perempuan (tiga kali lebih
4

sering dibanding pria), diakibatkan oleh stres, merokok dan dapat pula

terjadi pada anak karena faktor keturunan/genetik. Berat badan yang

berlebihan (obesitas) akan memberi beban pada jaringan tulang rawan di

sendi lutut . Sekitar 50% nyeri sendi disebabkan oleh pengapuran yang

berarti menipisnya jaringan tulang rawan yang berfungsi sebagai bantalan

persendian, bantalan persendian yang aus ini menyebabkan terjadinya

gesekan tulang sehingga timbul rasa nyeri.


Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang faktor- faktor yang mempengaruhi tingkat kejadian

reumatoid arthritis pada lansia (sebaiknya jangan hanya pada lansia

karena akan mempengaruhi kriteria objektif pada usia) di desa Tiwu Kec.

Tiwu Kab. Kolaka Utara tahun 2016. (latar belakang dituliskan seperti

piramida terbalik: kejadian artritis didunia, diIndonesia, di Sulawesi, di

daerah tempat meneliti)


B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian masalah pada latar belakang diatas, dapat

dirumuskan masalah penelitian yaitu faktor- faktor apa saja yang

mempengaruhi tingkat kejadian reumatoid arthritis pada lansia di desa

Tiwu Kec. Tiwu Kab. Kolaka Utara ?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
5

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

kejadian reumatoid arthritis pada lansia di desa Tiwu Kec. Tiwu Kab.

Kolaka Utara tahun 2016.


2. Tujuan Khusus
a. Di ketehuinya pengaruh umur terhadap tingkat kejadian reumatoid

arthritis pada lansia di desa Tiwu (ganti dengan untuk mengetahui)


b. Di ketehuinya pengaruh jenis kelamin terhadap tingkat kejadian

reumatoid arthritis pada lansia di desa Tiwu


c. Di ketehuinya pengaruh genetik terhadap tingkat kejadian

reumatoid arthritis pada lansia di desa Tiwu.


d. Tambah satu variabel tentang gaya hidup
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi
Agar dapat memberikan penjelasan yang lebih luas tentang

rheumatoid arthritis, serta dapat lebih banyak menyediakan refrensi

buku tentang penyakit-penyakit dan asuhan keperawatan penyakit

tesebut.
2. Bagi Ilmu Keperawatan
Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan kurikulum dalam

pendidikan keperawatan dan metode edukasi yang efektif khususnya

kepeda perawat dalam memberikan informasi kepada lansia mengenai

reumatoid artritis.
3. Bagi Peneliiti
Agar mampu memahami tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

tingkat kejadian reumatoid artritis pada lansia, serta diharapkan mampu

mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama dibangku kuliah

dalam kehidupan bermasyarakat.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
1. Tinjauan Umum Tentang Rhematoid Arthritis
a. Defenisi Rematoid Arthritis
Kata arthritis berasal dari dua kata yunani pertama, arthron, yang

berarti sendi. Kedua, itis, yang berarti peradangan secara harfiah,

artritis berarti radang sendi (Neil F. Gordon, 2002).


Rematoid arthritis merupakan suatu penyakit yang menyerang

sendi dan jaringan lunak penyakit ini cenderung akan menjadi parah

apabila dibiarkan terlalu lama. Pada (biasanya sendi tangan dan kaki)

mengalami peradangan sehingga terjadi pembengkakan, nyeri, dan

dapat menyebabkan kerusakan sendi ( Agus Dwi Sasongko, 2007).


Reumatoid arthritis (RA) merupakan penyakit inflamasi jaringan

ikat sendi yang bersifat progresif, karakteristik utama penyakit

reumatoid arthritis merupakan penyakit sistemik dengan efek mayor

pada sendi menyebabkan sinovitis kronik. Sendi yang sering terkena

yaitu sendi kecil pada tangan dan kaki dan yang paling khas terkena

penyakit ini yaitu muda, usia paruh baya dan wanita (Marilynn

Jackson dan Lee Jackson,2011)


Penyakit rematik atau encok merupakan penyakit yang

menyerang persendian , otot, maupun urat syaraf (Parjan Adi Guna,

2014).
b. Etiologi
Penyebab reumatoid arthtritis sangat di tentukan oleh jenis

reumatoid arthtritisnya. Pada reumatoid arthtritis penyebabnya

6
7

merupakan kombinasi dari faktor-faktor keturunan, hormonal, dan

lingkungan . bahkan beberapa kasus reumatoid arthtritis yang telah di

temukan berhubungan dengan keadaan stres yang berat, seperti

kehilangan istri dan suami, kehilangan seluruh harta benda dalam

musibah kebakaran, kehilangan satu-satunya anak yang disayangngi,

hancurnya perusahaan yang di milikinya, dan sebagainya. Riwayat

keluarga dan keturunan diduga juga mempengaruhi kemungkinan

terserang berbagai penyakit reumatoid.


Kegemukan atau obesitas beresiko tinggi terserang rematik,

terutama mereka yang gemuk setelah berusia 50 tahun dalam waktu

mudanya berbadan kurus jadi kemungkinan orang tersebut

mempunyai kaki kecil sehingga resiko bertambah karna beban pada

kaki seolah lebih berat. Orang yang pernah cedera pada lutut sampai

terjadi pembengkakan atau perdarahan, seperti para olahragawan

juga beresiko tinggi terserang penyakit reumatoid arthtritis selain itu,

reumatoid arthtritis juga banyak menyerang para pekerja yang sering

menggunakan lutut secara berlebihan ( Agus Dwi Sasongko,2007).


c. Jenis-jenis Rheumatoid Arthritis
Menurut Agus Dwi Sasongko, 2007 Rematik merupakan nama

umum untuk berbagai jenis penyakit yang menyerang sendi.

Masyarakat umum sering kali sulit membedakan dan menyebut

berbagai jenis penyakit sendi tersebut sebagai rematik saja .


8

berbagai penyakit yang memperlihatkan gejala rematik sebagai

berikut.
Rematik dapat dikelompokan dalam beberapa golongan yaitu :
1) Osteoartritis.
Penyakit ini merupakan penyakit kerusakan tulang rawan

sendi yang berkembang lambat dan berhubungan dengan usia

lanjut. Secara klinis ditandai dengan nyeri, deformitas,

pembesaran sendi, dan hambatan gerak pada sendi – sendi

tangan dan sendi besar yang menanggung beban.


2) Artritis Rematoid.
Artritis rematoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik

kronik dengan manifestasi utama poliartritis progresif dan

melibatkan seluruh organ tubuh. Terlibatnya sendi pada pasien

artritis rematoid terjadi setelah penyakit ini berkembang lebih lanjut

sesuai dengan sifat progresifitasnya. Pasien dapat juga

menunjukkan gejala berupa kelemahan umum cepat lelah.


3) Olimialgia Reumatik.
Penyakit ini merupakan suatu sindrom yang terdiri dari rasa

nyeri dan kekakuan yang terutama mengenai otot ekstremitas

proksimal, leher, bahu dan panggul. Terutama mengenai usia

pertengahan atau usia lanjut sekitar 50 tahun ke atas.


4) Artritis Gout (Pirai).
Artritis gout adalah suatu sindrom klinik yang mempunyai

gambaran khusus, yaitu artritis akut. Artritis gout lebih banyak

terdapat pada pria dari pada wanita. Pada pria sering mengenai
9

usia pertengahan, sedangkan pada wanita biasanya mendekati

masa menopause.
d. Patofisiologi Rheumatoid Arthritis
Reaksi autoimun dalam jaringan sinovial yang melakukan

proses fagositosis (proses memakan daya tahan tubuh) yang

menghasilkan enzim-enzim dalam sendi untuk memecahkan kolagen

sehingga terjadi pembengkakkan membran pada persendian dan

akhirnya membentuk pannus (vaskulariasi selaput bening yang

abnormal). Pannus tersebut akan menghacurkan tulang rawan dan

menimbulkan erosi tulang sehingga akan berakibat menghilangnya

permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi (Soekardjo,

2008).
e. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rheumatoid Arthritis
Etiologi atau penyebab RA tidak diketahui. Banyak kasus

yang diyakini hasil dari interaksi antara faktor genetik dan paparan

lingkungan.
1) Usia
Setiap persendian tulang memiliki lapisan pelindung sendi

yang menghalangi terjadinya gesekan antara tulang dan di dalam

sendi terdapat cairan yang berfungsi sebagai pelumas sehingga

tulang dapat digerakkan dengan leluasa. Pada mereka yang

berusia lanjut, lapisan pelindung persendian mulai menipis

dan cairan tulang mulai mengental, sehingga tubuh menjadi


10

sakit saat digerakkan dan menigkatkan risiko Rheumatoid

Arthritis.
2) Genetika
Ada bukti lama bahwa genotipe HLA kelas II tertentu

dikaitkan dengan peningkatan risiko. Banyak perhatian pada DR4

dan DRB1 yang merupakan molekul utama gen histocompatibility

kompleks HLA kelas II. Asosiasi terkuat telah ditemukan antara

RA dan DRB1 yang * 0401 dan DRB1 * 0404 alel.

Penyelidikan lebih baru menunjukkan bahwa dari lebih dari 30

gen dipelajari, gen kandidat terkuat adalah PTPN22, gen yang

telah dikaitkan dengan beberapa kondisi autoimun.


3) Jenis kelamin
Insiden RA biasanya dua sampai tiga kali lebih tinggi pada

wanita daripada pria. Timbulnya RA, baik pada wanita dan pria

tertinggi terjadi di antara pada usia enam puluhan. Mengenai

sejarah kelahiran hidup, kebanyakan penelitian telah

menemukan bahwa wanita yang tidak pernah mengalami

kelahiran hidup memiliki sedikit peningkatan risiko untuk RA.


Kemudian berdasarkan populasi Terbaru studi telah

menemukan bahwa RA kurang umum di kalangan wanita yang

menyusui. Salah satu sebab yang meningkatkan risiko

Rheumatoid Arthritis pada wanita adalah menstruasi. Setidaknya

dua studi telah mengamati bahwa wanita dengan menstruasi yang


11

tidak teratur atau riwayat menstruasi dipotong (misalnya,

menopause dini) memiliki peningkatan risiko RA.


4) Dimodifikasi
Beberapa faktor risiko yang dapat dimodifikasi telah dipelajari

dalam hubungan dengan RA termasuk eksposur reproduksi

hormonal, penggunaan tembakau, faktor makanan, dan eksposur

mikroba.

5) Gaya Hidup
o Merokok
Di antara faktor-faktor risiko, bukti terkuat dan paling

konsisten adalah untuk hubungan antara merokok dan RA.

Sebuah riwayat merokok dikaitkan dengan sederhana sampai

sedang (1,3-2,4 kali) peningkatan risiko RA. Hubungan antara

merokok dan RA terkuat di antara orang-orang yang ACPA

positif (protein anti-citrullinated / peptida antibodi), penanda

aktivitas auto-imun.
o Tidak Konsumsi Susu
Penderita AR memiliki risiko yang lebih tinggi untuk

mengalami osteoporosis, untuk itu penting untuk menkonsumsi

kalsium. Sumber kalsium seperti susu, keju, yogurt dan produk

susu lainnya. Sebaiknya dipilih jenis susu yang memiliki

kandungan lemak yang lebih rendah seperti skimmed milk atau

semi skimmed milk.


o Aktivitas Fisik
12

Cedera otot maupun sendi yang dialami sewaktu

berolahraga atau akibat aktivitas fisik yang terlalu berat, bisa

menyebabkan Remathoid arthritis.

6) Riwayat Reproduksi dan Menyusui


Hormon yang berhubungan dengan reproduksi telah

dipelajari secara ekstensif sebagai faktor risiko potensial untuk

RA:
o Kontrasepsi oral (OC)
Studi awal menemukan bahwa wanita yang pernah

menggunakan kontrasepsi oral memiliki penurunan moderat

dalam risiko RA. Risiko menurun belum dikonfirmasi dalam

studi terbaru. Konsentrasi estrogen kontrasepsi oral

kontemporer biasanya 80-90% lebih kecil dari kontrasepsi oral

pertama kali diperkenalkan pada tahun 1960, yang dapat

menjelaskan kurangnya asosiasi dalam studi terbaru.


o Terapi Penggantian Hormon (HRT)
Ada bukti campuran hubungan antara HRT dan onset RA
o Sejarah kelahiran Hidup
Kebanyakan penelitian telah menemukan bahwa wanita

yang tidak pernah mengalami kelahiran hidup memiliki sedikit

peningkatan risiko untuk RA.


o Menyusui
Berdasarkan populasi Terbaru studi telah menemukan

bahwa RA kurang umum di kalangan wanita yang menyusui.

o Riwayat menstruasi
13

Setidaknya dua studi telah mengamati bahwa wanita

dengan menstruasi yang tidak teratur atau riwayat menstruasi

dipotong (misalnya, menopause dini) memiliki peningkatan

risiko RA. Karena wanita dengan sindrom ovarium polikistik

(PCOS) memiliki peningkatan risiko RA, asosiasi dengan

riwayat menstruasi menyimpang mungkin akibat dari

PCOS.Faktor risiko dalam peningkatan terjadinya RA

diantaranya adalah jenis kelamin perempuan, genetic atau

riwayat keluarga, usia, gaya hidup seperti merokok, dan

konsumsi kopi lebih dari tiga cangkir sehari, khususnya kopi

decaffeinated. (Suarjana, 2009). Obesitas juga merupakan

salah satu faktor risiko. (Symmons, 2006).


f. Manifestasi Klinis
Adapun tanda dan gejala yang umum ditemukan atau sangat

serius terjadi pada lanjut usia menurut Buffer (2010), yaitu : sendi

terasa kaku pada pagi hari, bermula sakit dan kekakuan pada daerah

lutut, bahu, siku, pergelangan tangan dan kaki, juga pada jari-jari,

mulai terlihat bengkak setelah beberapa bulan, bila diraba akan

terasa hangat, terjadi kemerahan dan terasa sakit/nyeri, bila sudah

tidak tertahan dapat menyebabkan demam, dapat terjadi berulang

2. Tinjauan Umum Tentang Lansia


a. Pengertian
14

Seseorang dikatakan lansia ialah apabila berusia 60 tahun atau

lebih, karena faktorfaktor tertentu tidak dapat memenuhi kebutuhan

dasarnya baik secara jasmani, rohani maupun sosial (Nugroho,

2000).
Lansia (lanjut usia) atau manusia usia lanjut (manula) adalah

kelompok berumur tua. Golongan penduduk yang mendapat

perhatian atau pengelompokan tersendiri ini adalah populasi berumur

60 tahun atau lebih umur kronologis (kelender) manusia dapat

digolongkan dalam berbagai masa , yakni masa anak, remaja, dan

dewasa. Masa dewasa dapat dibagi atas dewasa muda (18-30

tahun), dewasa setengah baya (30-60 tahun) dan masa lanjut usia

(lebih 60 tahun), (Dalimartha Setiawan,2008)


b. Batasan lanjut usia
Di bawah ini dikemukakan beberapa pendapat mengenai batasan

usia. Mengenai kapankah orang disebut lanjut usia, sulit untuk

dijawab secara memuaskan. Menurut WHO (1993) lansia meliputi,

usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59

tahun, lansia (elderly) antara 60 dan 74 tahun, lansia tua (old) antara

75 dan 90, dan usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun.

Sedangkan menurut UU No.13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan

lansia pada BAB I pasal 1 ayat 2 yang berbunyi “Lanjut usia adalah

seseorang yang mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas”.

Menurut Departemen Kesehatan dijelaskan bahwa kelompok


15

menjelang usia lanjut (45-54 th) sebagai masa vibrilitas meliputi masa

Senium (usia kurang dari 65 tahun), dan masa Presenium (usia 55-64

tahun). (kecuali klu ini yang kita masukkan dalam kriteria objektif bisa

kita spesifikkan pada umur)


c. Perubahan yang terjadi pada lansia
Menurut Nugroho (2000), perubahan-perubahan yang terjadi

pada lansia diantaranya adalah :


1. Perubahan fisik seperti perubahan sel, sistem pernafasan, sistem

pendengaran, sistem penglihatan, sistem kardiovaskuler, sistem

respirasi, sistem pencernaan, sistem endokrin, sistem

integument, dan muskuloskeletal.


2. Perubahan mental dipengaruhi beberapa faktor berawal dari

perubahan fisik, kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan

(hereditas), dan lingkungan. Biasanya lansia akan menunjukkan

perubahan mental pada memori (kenangan) dimana kenangan

jangka panjang lebih dominan dibandingkan kenangan jangka

pendek. Intelegensi akan menurun dengan bertambahnya usia

seseorang. Beberapa perubahan seperti perkataan verbal,

berkurangnya penampilan, persepsi dan keterampilan serta

perubahan daya imajinasi


3. Perubahan psikososial seperti pensiun maka lansia akan

mengalami berbagai kehilangan yaitu kehilangan finansial,

kehilangan status, kehilangan teman atau relasi, dan kehilangan

pekerjaan , merasakan atau sadar akan kematian (sense of


16

awareness of mortality), kehilangan pasangan, berpisah dari

anak dan cucu, perubahan dalam cara hidup yaitu memasuki

rumah perawatan, dan penyakit kronis dan ketidakmampuan.

Melihat proses penuaan dan perubahan yang terjadi pada lansia

maka dapat mempengaruhi pengetahuan dan memori lansia.

Lansia akan mengalami perubahan kognitif, afektif, dan

psikomotor (Christensen, 2006). Perubahan kognitif yang terjadi

pada lansia dapat dilihat dari penurunan intelektual terutama

pada tugas yang membutuhkan kecepatan dan tugas yang

memerlukan memori jangka pendek serta terjadi perubahan pada

daya fikir akibat dari penurunan sistem tubuh, perubahan emosi,

dan perubahan menilai sesuatu terhadap suatu objek tetentu

merupakan penurunan fungsi afektif. Sedangkan penurunan

psikomotor dapat dilihat dari keterbatasan lansia menganalisa

informasi, mengambil keputusan, serta melakukan suatu tindakan

(Nugroho,2000).

B. Kerangka Konsep
Berdasarkan landasan teoritis yang telah dikemukakan pada tinjauan

pustaka , dimana teori ini terdapat proses yang terjadi akibat adanya

masukan (input) dan akhirnya menghasilkan suatu keluaran (output)


17

dengan melalui suatu proses , maka peneliti membuat skema yang

menggambarkan umur, jenis kelamin, dan genetik, gaya hidup


Variabel independent variabel dependent

umur

Reumatoid
Jenis :
keterangan arthttritis
kelamin : Variabel independent
: Variabel dependent
: Garis penghubung variabel
Genetik
C. Defenisi operasional
1. Umur
Yang dimaksud dengan umur ialah lamanya penderita hidup sejak

lahir hingga sekarang. Alat ukur yang digunakan adalah menggunakan

kusioner.

Kriteria objektif :
Resiko : Jika seseorang berumur >60 tahun dan menderita

penyakit rheumatoid arthritis


Tidak berisiko : Jika seseorang berumur <40 tahun dan tidak menderita

penyakit rheumatoid arthritis (klu ambil kriteria

dengan umur ini berarti bukan lansia)


2. Jenis kelemin
Jenis kelamin adalah sifat jasmani atau rohani yang membedakan

dua makhluk sebagai pria dan wanita


Kriteria objektif :
a. Resiko : apa bila klien berjenis kelamin wanita
b. Tidak beresiko : apa bila klien berjenis kelamin laki-laki
3. Genetik atau Riwayat keluarga
18

Yang dimaksud riwayat keluarga adalah riwayat dari salah satu

orang tua kandung atau lebih (ayah, ibu, kakek, nenek). Alat ukur yang

digunakan adalah dengan menggunakan kusioner.


Kriteria objektif :
Ada Riwayat Keluarga : Jika (salah satu atau lebih) ayah, ibu, kakek,

dan nenek saudara ada yang menderita

rhematoid arthritis
Tidak Ada Riwayat Keluarga : Jika tidak ada (salah satu) ayah, ibu,

kakek, nenek dan saudara kandung menderita

rhematoid arthritis
4. Rheumatoid arthritis
Suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya sendi

tangan dan kaki) mengalami peradangan, sehingga terjadi

pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan

bagian dalam sendi


Kriteria objektif :
Menderita : jika responden mengalami gejala rematik
Tidak menderita : jika responden tidak mengalami gejala rematik
D. Hipotesis
Hipotesis adalah kesimpulan teoritis yang masih harus dibuktikan

kebenarannya melelui analisis terhadap bukti-bukti empiris. Berdasarkan

hipotesis diatas maka hipotesis penelitian ini adalah:


Ha (Hipotesis alternatif)
1. Ada hubungan antara usia (konsistensi penulisan, klu mau pakai umur

berarti semua usia diganti dengan umur) dengan tingkat kejadian penyakit

reumatoid artritis pada lansia.


2. Ada hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat kejadian penyakit

reumatoid artritis pada lansia.


19

3. Ada hubungan antara genetik dengan tingkat kejadian penyakit

reumatoid artritis pada lansia.


4. Tambahkan gaya hidup

H0 (Hipotesis Nol)

1. Tidak ada hubungan antara usia dengan tingkat kejadian penyakit

reumatoid arthtritis pada lansia.


2. Tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat kejadian

penyakit reumatoid arthtritis pada lansia.


3. Tidak ada hubungan antara genetik dengan tingkat kejadian penyakit

reumatoid arthtritis pada


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Metode penelitian ini adalah metode deskriptif analitik dengan

pendekatan “cross sectional study” dimana penelitian ini bertujuan untuk

membuat penilaian dan analisa terhadap suatu kondisi

(Notoatmodjo,2011).

Pada penelitian ini adalah untuk melihat hubungan umur, jenis

kelamin, dan genetik terhadap tingkat kejadian reumatoid arthritis pada

lansia.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian proposal ini akan dilaksanakan di desa tiwu kecematan tiwu

kabupaten kolaka utara

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi
Menurut sugiyono, 2011 pengertian populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas

dan karakteristik tertentu yang ditetepkan oleh peneliti untuk dipelajari

dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi penelitian ini adalah

seluruh lansia yang berada di desa Tiwu Kabupaten Kolaka Utara yaitu

sebanyak 55 orang yang mana perempuan berjumlah 28 dqn lqki-laki

berjumlah 27 orang. (kenapa dibagi?)


2. Sampel

20
21

Sampel adalah bagian dari populasi terjangkau yang dapat

digunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam 2010).

Besar sampel adalah banyaknya anggota yang akan dijadikan sample

(Nur Salam, 2011). Besar sample dada penelitian ini dihitung dengan

menggunakan rumus (Agus Riyanto, 2011) yaitu:

NZ (1   / 2) 2 P(1  P)
Rumus: n 
Nd 2  Z (1  / 2) 2 P(1  P )

Keterangan

n : Besar sampel

N : Besar populasi

z (1-  /2) : Nilai sebaran normal baku, besarnya tergantung tingkat

kepercayaan (TK), jika TK 90% = 1,96

d : Besarnya penyimpangan = 0,1

P : Proporsi kejadian, jika tidak diketahui di anjurkan 0,5

Perhitungan :

(55)(1,96)2 0,5(1- 0,5)


n
(55)(0,1)2  (1,96) 2 0,5(1  0,5)

(55)(3,84)0,5(1- 0,5)
n=
(55)(0,01)  (3,84)0,5(1  0,5)
22

(55)(3,84)0,5(1- 0,5)
n=
0,55  (3,84)0,5(1  0,5)

52,8
n = 0,55  0,96

n = 35

D. Pengumpulan Dan Penyajian Data

1. Mengatur perizinan penilitian di desa tiwu kecamatan tiwu kabupaten

kolaka utara.
2. Setelah mendapat izin peniliti mengidentifikasikan responden

penilitian
3. Memberikan kuesioner kepada lansia di desa tiwu kecamatan tiwu

kabupaten kolaka utara


4. Menjelaskan pada responden tentang tujuan dan manfaat penilitian

dan meminta ketersediaannya untuk menjadi responden.


5. Memberikan waktu kurang lebih 15 menit untuk pengisian kuesioner.
6. Setelah semua pertayaan di isi lembar kuesoner di ambil atau

dikumpulkan oleh peniliti.


7. Analisa data

E . Prosedur Pengolahan Data

Data yang dikumpulkan diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Editing, setelah data terkumpul maka akan dilakukan editing atau

penyuntingan untuk memeriksa setiap lembar kuisoner yang telah

diisi, lalu data dikelompokkan sesuai kriteria yang telah ditetapkan.


23

2. Koding, dilakukan untuk memudahkan pengolahan data yaitu

dengan melakukan pengkodean pada daftar pertanyaan yang telah

diisi oleh responden.


3. Tabulasi, setelah dilakukan pengkodean kemudian data di

masukkan kedalam table menurut sifat-sifat yang dimiliki yang

sesuai dengan tujuan penelitian untuk memudahkan pengolahan

data.

F. Analisis Data

Setelah dilakukan tabulasi data, kemudian data di olah dengan

menggunakan perangkat komputer SPSS versi 16,0 dengan metode

statistik yaitu: ( Haslinda, 2013) :


1. Univariat
Dilakukan terhadap tiap variable dari hasil penilitian. Analisa ini

menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variable yang diteliti.


2. Bivariat
Dilakukan untuk melihat hubungan variabel bebas dan variable

terikat dengan menggunakan uji Chis-Square x² dengan kemaknaan

(α) 0,05, dikatakan variabel independen dan variabel dependen jika

memiliki hubungan yang bermakna dengan nilai ρ < α.


G. Etika Penelitian
Setelah mendapat ijin dari Kepala Desa Toaha untuk melakukan

penelitian kemudian peneliti mengumpulkan data dengan memperhatikan

permasalahan etik meliputi :


1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden.
Lembar persetujuan akan di berikan sebelum penelitian di

laksanakan kepada orang tua yang akan di teliti dengan tujuan agar
24

orang tua mengetahui maksud dan tujuan dari penelitian serta dampak

yang terjadi selama dalam pengumpulan data. Jika subjek bersedia di

teliti maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika

Subjek menolak di teliti maka peneliti harus menghargai hak – hak

orang tua.
2. Anonimiti (tanpa nama).
Responden tidak mencantumkan nama pada lembaran

pengumpulan data, peneliti cukup menuliskan kode pada lembaran

pertanyaan untuk menjaga kerahasiaan.

3. Kerahasian (confidentiality)
Kerahasiaan informasi yang telah di kumpulkan dari responden

di jaga kerahasiaannya oleh peneliti. Penyajian atau pelaporan hasil

riset hanya terbatas pada kelompok data tertentu yang terkait dengan

masalah penelitian.
25

Anda mungkin juga menyukai