Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUAN

REMATIK (ARTRITIS REUMATOID)

“Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Program Profesi


Ners Stase Keperawatan Gerontik”

Oleh:
MARLINA, S. Kep
NIM: 21.300.0195

PROGRAM PROFESI NERS


UNIVERSITAS CAHAYA BANGSA
TAHUN 2022

1
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN
REMATIK (ARTRITIS REUMATOID)

Oleh:
MARLINA, S. Kep
NIM: 21.300.0195

Banjarmasin, April 2022


Mengetahui,

Perseptor Akademik Perseptor Klinik

(Ns. M. Saputra., S.Kep., MM) ( )


LAPORAN PENDAHULUAN
REMATIK (ARTRITIS REUMATOID)

1. Konsep Dasar Rematik


A. Definisi
Rematik adalah orang yang menderita arthritis atau di sebut juga
radang sendi. Tiga jenis artritis yang paling sering diderita adalah
osteoarthritis, arthritis gout, dan rheumatoid arthritis yang menyebabkan
berbenjol pada sendi atau radang pada sendi secara serentak.
Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non bakterial yang
bersifat sistemik, progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta
jaringan ikat sendi secara simetris (Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu
Bedah Orthopedi, hal. 165).
Reumatik dapat terjadi pada semua jenjang umur dari kanak-kanak
sampai usia lanjut. Namun resiko akan meningkat dengan meningkatnya
umur.

B. Eiologi
Etiologi penyakit ini tidak diketahui secara pasti. Namun ada
beberapa faktor resiko yang diketahui berhubungan dengan penyakit ini,
antara lain;
1) Usia lebih dari 40 tahun
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor
penuaan adalah yang terkuat. Akan tetapi perlu diingat bahwa
osteoartritis bukan akibat penuaan saja. Perubahan tulang rawan
sendi pada penuaan berbeda dengan eprubahan pada osteoartritis.
2) Jenis kelamin wanita lebih sering
Wanita lebih sering terkena osteosrtritis lutut dan sendi.
Sedangkan laki-laki lebih sering terkena osteoartritis paha,
pergelangan tangan dan leher. Secara keseluruhan, dibawah 45
tahun, frekuensi psteoartritis kurang lebih sama antara pada laki-laki
dan wanita, tetapi diats usia 50 tahunh (setelah menopause) frekuensi
osteoartritis lebih banyak pada wanita daripada pria. Hal ini
menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis.
3) Suku bangsa
Nampak perbedaan prevalensi osteoartritis pada masingn-
masing suku bangsa. Hal ini mungkin berkaitan dnegan perbedaan
pola hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital
dan pertumbuhan tulang.
4) Genetik
Hal ini terbukti dari terdapatnya hubungan antara produk
kompleks histokompatibilitas utama kelas II, khususnya HLA-DR4
dengan AR seropositif. Pengemban HLA-DR4 memiliki resiko
relative 4 : 1 untuk menderita penyakit ini.
5) Kegemukan dan penyakit metabolik
Berat badan yang berlebih, nyata berkaitan dengan
meningkatnya resiko untuk timbulnya osteoartritis, baik pada wanita
maupun pria. Kegemukan ternyata tidak hanya berkaitan dengan
oateoartritis pada sendi yang menanggung beban berlebihan, tapi
juga dnegan osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula).
Olehkarena itu disamping faktor mekanis yang berperan (karena
meningkatnya beban mekanis), diduga terdapat faktor lain
(metabolit) yang berpperan pada timbulnya kaitan tersebut.
6) Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga
Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang
terus menerus berkaitan dengan peningkatan resiko osteoartritis
tertentu. Olahraga yang sering menimbulkan cedera sendi yang
berkaitan dengan resiko osteoartritis yang lebih tinggi.
7) Kelainan pertumbuhan
Kelainan kongenital dan pertumbuhan paha telah dikaitkan
dengan timbulnya oateoartritis paha pada usia mudah
8) Kepadatan tulang
Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan
resiko timbulnya osteoartritis. Hal ini mungkin timbul karena tulang
yang lebih padat (keras) tidak membantu mengurangi benturan
beban yang diterima oleh tulang rawan sendi. Akibatnya tulang
rawan sendi menjadi lebih mudah robek.

C. Klasifikasi
Menurut Adelia, (2011) ada beberapa jenis reumatik yaitu:
1) Reumatik Sendi (Artikuler)
Reumatik yang menyerang sendi dikenal dengan nama reumatik
sendi (reumatik artikuler). Penyakit ini ada beberapa macam yang
paling sering ditemukan yaitu:
a) Artritis Reumatoid
Merupakan penyakit autoimun dengan proses peradangan
menahun yang tersebar diseluruh tubuh, mencakup keterlibatan
sendi dan berbagai organ di luar persendian. Peradangan kronis
dipersendian menyebabkan kerusakan struktur sendi yang
terkena. Peradangan sendi biasanya mengenai beberapa
persendian sekaligus. Peradangan terjadi akibat proses sinovitis
(radang selaput sendi) serta pembentukan pannus yang
mengakibatkan kerusakan pada rawan sendi dan tulang di
sekitarnya, terutama di persendian tangan dan kaki yang sifatnya
simetris (terjadi pada kedua sisi). Penyebab artritis rematoid
belum diketahui dengan pasti. Ada yang mengatakan karena
mikoplasma, virus, dan sebagainya. Namun semuanya belum
terbukti. Berbagai faktor termasuk kecenderungan genetik, bisa
mempengaruhi reaksi autoimun. Bahkan beberapa kasus artritis
rematoid telah ditemukan berhubungan dengan keadaan stres
yang berat, seperti tiba-tiba kehilangan suami atau istri,
kehilangan satu¬-satunya anak yang disayangi, hancurnya
perusahaan yang dimiliknya dan sebagainya. Peradangan kronis
membran sinovial mengalami pembesaran (Hipertrofi) dan
menebal sehingga terjadi hambatan aliran darah yang
menyebabkan kematian (nekrosis) sel dan respon
peradanganpun berlanjut. Sinovial yang menebal kemudian
dilapisi oleh jaringan granular yang disebut panus. Panus dapat
menyebar keseluruh sendi sehingga semakin merangsang
peradangan dan pembentukan jaringan parut. Proses ini secara
perlahan akan merusak sendi dan menimbulkan nyeri hebat serta
deformitas (kelainan bentuk).
b) Osteoatritis
Adalah sekelompok penyakit yang tumpang tindih dengan
penyebab yang belum diketahui, namun mengakibatkan kelainan
biologis, morfologis, dan keluaran klinis yang sama.Proses
penyakitnya berawal dari masalah rawan sendi (kartilago), dan
akhirnya mengenai seluruh persendian termasuk tulang
subkondrial, ligamentum, kapsul dan jaringan sinovial, serta
jaringan ikat sekitar persendian (periartikular). Pada stadium
lanjut, rawan sendi mengalami kerusakan yang ditandai dengan
adanya fibrilasi, fisur, dan ulserasi yang dalam pada permukaan
sendi. Etiologi penyakit ini tidak diketahui dengan pasti. Ada
beberapa faktor risiko yang diketahui berhubungan dengan
penyakit ini, yaitu : Usia lebih dari 40 tahun, Jenis kelamin
wanita lebih sering, Suku bangsa, genetik, kegemukan dan
penyakit metabolik, cedera sendi, pekerjaan, dan olah raga,
kelainan pertumbuhan, kepadatan tulang, dan lain-lain.
c) Atritis Gout
Penyakit ini berhubungan dengan tingginya asam urat
darah (hiperurisemia). Reumatik gout merupakan jenis penyakit
yang pengobatannya mudah dan efektif. Namun bila diabaikan,
gout juga dapat menyebabkan kerusakan sendi. Penyakit ini
timbul akibat kristal monosodium urat di persendian meningkat.
Timbunan kristal ini menimbulkan peradangan jaringan yang
memicu timbulnya reumatik gout akut. Pada penyakit gout
primer, 99% penyebabnya belum diketahui (idiopatik).  Diduga
berkaitan dengan kombinasi faktor genetic dan faktor hormonal
yang menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat
mengakibatkan meningkatnya produksi asam urat atau bisa juga
diakibatkan karena berkurangnya pengeluaran asam urat dari
tubuh. Penyakit gout sekunder disebabkan antara lain karena
meningkatnya produksi asam urat karena nutrisi, yaitu
mengkonsumsi makanan dengan kadar purin yang tinggi. Purin
adalah salah satu senyawa basa organic yang menyusun asam
nukleat (asam inti dari sel) dan termasuk dalam kelompok asam
amino, unsur pembentuk protein. Produksi asam urat meningkat
juga bisa karena penyakit darah (penyakit sumsum tulang,
polisitemia), obat-obatan (alkohol, obatobat kanker, vitamin
B12). Penyebab lainnya adalah obesitas (kegemukan), penyakit
kulit (psoriasis), kadar trigliserida yang tinggi. Pada penderita
diabetes yang tidak terkontrol dengan baik biasanya terdapat
kadar benda-benda keton (hasil buangan metabolisme lemak)
yang meninggi. Benda-benda keton yang meninggi akan
menyebabkan asam urat juga ikut meninggi.
2) Reumatik Jaringan Lunak (Non-Artikuler)
Merupakan golongan penyakit reumatik yang mengenai jaringan
lunak di luar sendi (soft tissue rheumatism) sehingga disebut juga
reumatik luar sendi (ekstra artikuler rheumatism). Jenis – jenis
reumatik yang sering ditemukan yaitu:
a) Fibrosis
Merupakan peradangan di jaringan ikat terutama di batang
tubuh dan anggota gerak. Fibrosis lebih sering ditemukan oleh
perempuan usia lanjut, penyebabnya adalah faktor kejiwaan.
b) Tendonitis dan tenosivitis
Tendonitis adalah peradangan pada tendon yang
menimbulkan nyeri lokal di tempat perlekatannya. Tenosivitis
adalah peradangan pada sarung pembungkus tendon.
c) Entesopati
Adalah tempat di mana tendon dan ligamen melekat pada
tulang. Entesis ini dapat mengalami peradangan yang disebut
entesopati. Kejadian ini bisa timbul akibat menggunakan
lengannya secara berlebihan, degenerasi, atau radang sendi.
d) Bursitis
Adalah peradangan bursa yang terjadi di tempat perlekatan
tendon atau otot ke tulang. Peradangan bursa juga bisa
disebabkan oleh reumatik gout dan pseudogout.
e) Back Pain
Penyebabnya belum diketahui, tetapi berhubungan dengan
proses degenerarif diskus intervertebralis, bertambahnya usia
dan pekerjaan fisik yang berat, atau sikap postur tubuh yang
salah sewaktu berjalan, berdiri maupun duduk. Penyebab
lainnya bisa akibat proses peradangan sendi, tumor, kelainan
metabolik dan fraktur.
f) Nyeri pinggang
Kelainan ini merupakan keluhan umum karena semua orang
pernah mengalaminya. Nyeri terdapat kedaerah pinggang
kebawah (lumbosakral dan sakroiliaka) Yang dapat menjalar ke
tungkai dan kaki.
g) Frozen shoulder syndrome
Ditandai dengan nyeri dan ngilu pada daerah persendian di
pangkal lengan atas yang bisa menjalar ke lengan atas bagian
depan, lengan bawah dan belikat, terutama bila lengan diangkat
keatas atau digerakkan kesamping. Akibat pergerakan sendi
bahu menjadi terbatas.
D. Manifestasi Klinis
Gejala utama dari osteoartritis adalah adanya nyeri pada sendi yang
terkena, terutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-
lahan. Mula-mula terasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang
berkurang dnegan istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi,
kaku pagi, krepitasi, pembesaran sendi dn perubahan gaya jalan. Lebih
lanjut lagi terdapat pembesaran sendi dan krepitasi.
Tanda-tanda peradangan pada sendi tidak menonjol dan timbul
belakangan, mungkin dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri
tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang merata dan warna kemerahan,
antara lain:
1) Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama. Nyeri biasanya
bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat.
Beberapa gerakan tertentu kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri
yang lebih dibandingkan gerakan yang lain.
2) Hambatan gerakan sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-
pelan sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri.
3) Kaku pagi
Pada beberapa pasien, nyeri sendi yang timbul setelah
immobilisasi, seperti duduk dari kursi, atau setelah bangun dari tidur.
4) Krepitasi
Rasa gemeretak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi
yang sakit.
5) Pembesaran sendi (deformitas)
Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (lutut
atau tangan yang paling sering) secara perlahan-lahan membesar.
6) Perubahan gaya berjalan
Hampir semua pasien osteoartritis pergelangan kaki, tumit, lutut
atau panggul berkembang menjadi pincang. Gangguan berjalan dan
gangguan fungsi sendi yang lain merupakan ancaman yang besar
untuk kemandirian pasien yang umumnya tua (lansia).

E. Patofisiologi (patway)
Patway
Kerusakan mobilitas
Reaksi faktor R dengan Kekakuan sendi fisik
antibody, faktor metabolik,
infeksi dengan
kecenderungan virus Reaksi peradangan Nyeri akut

Synovial menebal Pannus Kurangnya informasi


tentang proses penyakit

Nodul Infiltrasi dalam os. Defisiensi pengetahuan


Ansietas
subcondria
Deformitas sendi
Hambatan nutrisi pada Kartilago nekrosis
kartilago arikularis
Gangguan citra tubuh
Erosi kartilago
Kerusakan kartilago dan
tulang
Adhesi pada permukaan
sendi
Mudah luksasi dan Tendon dan ligament
subluksasi melemah
Ankilosis fibrosa

Resiko cedera Hilangnya kekuatan otot

Keterbatasan gerakan Kekuatan sendi Ankilosis tulang


sendi

Defisit perawatan

Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema,


kongesti vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular.  Peradangan yang
berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular
kartilago dari sendi.  Pada persendian ini granulasi membentuk pannus,
atau penutup yang menutupi kartilago.  Pannus masuk ke tulang sub
chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan
gangguan pada nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan
sendi.  Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara
permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). 
Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi
lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian. 
Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat.

F. Komplikasi
1) Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya
prosesgranulasi di bawah kulit yang disebut subcutan nodule.
2) Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot.
3) Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli. Tromboemboli adalah
adanya sumbatan pada pembuluh darah yang disebabkan oleh
adanya darah yang membeku.
4) Terjadi splenomegali. Splenomegali merupakan pembesaran limfa,
jika limfa membesar kemampuannya untuk menyebabkan
berkurangnya jumlah sel darah putih dan trombosit dalam sirkulasi
menangkap dan menyimpan sel-sel darah akan meningkat.
5)
G. Pemeriksaan Penunjang
1) Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada
jaringan lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang
berdekatan (perubahan awal) berkembang menjadi formasi kista
tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio. Perubahan
osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
2) Scan radionuklida :mengidentifikasi peradangan sinovium.
3) Artroskopi langsung: visualisasi dari area yang menunjukkan
irregularitas/ degenerasi tulang pada sendi.
4) Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih
besar dari normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning
(respon inflamasi, produk-produk pembuangan degeneratif ); elevasi
SDP dan lekosit, penurunan viskositas dan komplemen (C3 dan C4).
5) Biopsi membran sinovial: menunjukkan perubahan inflamasi dan
perkembangan panas.
6) Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle
Aspiration) atau atroskopi; cairan sendi terlihat keruh karena
mengandung banyak leukosit dan kurang kental dibanding cairan
sendi yang normal.
7) Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis
yang simetris yang mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan
kaki serta menetap sekurang-kurangnya 6 minggu atau lebih bila
ditemukan nodul subkutan atau gambaran erosi peri-artikuler pada
foto rontgen

H. Penatalaksanaan
1) Medikamentosa. Tidak ada pengobatan medikamentosa yang
spesifik, hanya bersifat simtomatik. Obat antiinflamasi nonsteroid
(OAINS) bekerja hanya sebagai analgesik dan mengurangi
peradangan, tidak mampu menghentikan proses patologis
2) Istirahatkan sendi yang sakit, dihindari aktivitas yang berlebihan
pada sendi yang sakit.
3) Mandi dengan air hangat untuk mengurangi rasa nyeri.
4) Lingkungan yang aman untuk melindungi dari cedera.
5) Dukungan psikososial.
6) Fisioterapi dengan pemakaian panas dan dingin, serta program
latihan yang tepat.
7) Diet untuk menurunkan berat badan dapat mengurangi timbulnya
keluhan.
8) Kompres dengan es saat kaki bengkak dan kompres air hangat saat
nyeri.
9) Konsumsi makanan yang mengandung protein dan vitamin.
10) Diet rendah purin:
Golongan bahan Makanan yang boleh Makanan yang tidak
makanan diberikan boleh diberikan
Karbohidrat Semua –

Protein hewani Daging atau ayam, ikan Sardin, kerang, jantung,


tongkol, bandeng 50 hati, usus, limpa, paru-
gr/hari, telur, susu, keju paru, otak, ekstrak
daging/ kaldu, bebek,
angsa, burung

Protein nabati Kacang-kacangan kering -


25 gr atau tahu, tempe,
oncom

Lemak Minyak dalam jumlah -


terbatas

Sayuran Semua sayuran Asparagus, kacang


sekehendak kecuali: polong, kacang buncis,
asparagus, kacang kembang kol, bayam,
polong, kacang buncis, jamur maksimum 50 gr
kembang kol, bayam, sehari
jamur maksimum 50 gr
sehari
Buah-buahan Semua macam buah -

Minuman Teh, kopi, minuman Alkohol


yang
mengandung soda
Bumbu, dll Ragi
Semua macam bumbu
Tujuan pemberian diet ini adalah untuk mengurangi pembentukan
asam urat dan menurunkan berat badan, bila terlalu gemuk dan
mempertahankannya dalam batas normal. Bahan makanan yang boleh
dan yang tidak boleh diberikan pada penderita osteoartritis:

2. Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1) Biodata
Nama, umur, jenis kelamin, status, alamat, pekerjaan,
penanggung jawab.Data dasar pengkajian pasien tergantung padwa
keparahan dan keterlibatan organ-organ lainnya (misalnya mata,
jantung, paru-paru, ginjal), tahapan misalnya eksaserbasi akut atau
remisi dan keberadaaan bersama bentuk-bentuk arthritis lainnya.
2) Riwayat Kesehatan
a) Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada tangan, atau pada
tungkai.
b) Perasaan tidak nyaman dalam beberapa periode/waktu sebelum
pasien mengetahui dan merasakan adanya perubahan pada sendi.
3) Pemeriksaan fisik
a) Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi
(bilateral), amati warna kulit, ukuran, lembut tidaknya kulit, dan
pembengkakan.
b) Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi
sinovial.
(1) Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi)
(2) Catat bila ada krepitasi
(3) Catat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan
(4) Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara
bilateral
(5) Catat bia ada atrofi, tonus yang berkurang
(6) Ukur kekuatan otot
(7) Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya
(8) Kaji aktivitas/kegiatan sehari-hari
4) Aktivitas/istirahat
Gejala: Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk
dengan stres pada sendi; kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi
bilateral dan simetris. Limitasi fungsional yang berpengaruh pada
gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan, keletihan.
Tanda: Malaise. Keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit,
kontraktor/ kelaianan pada sendi.
5) Kardiovaskuler
Gejala: Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki (mis: pucat
intermitten, sianosis, kemudian kemerahan pada jari sebelum warna
kembali normal).
6) Integritas ego
Gejala: Faktor-faktor stres akut/ kronis: mis; finansial,
pekerjaan, ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan. Keputusan dan
ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan). Ancaman pada konsep
diri, citra tubuh, identitas pribadi (misalnya ketergantungan pada
orang lain).
7) Makanan/ cairan
Gejala: Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi
makanan/ cairan adekuat: mual, anoreksia. Kesulitan untuk
mengunyah.
Tanda: Penurunan berat badan. Kekeringan pada membran
mukosa.
8) Hygiene
Gejala: Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas
perawatan pribadi. Ketergantungan
9) Neurosensori
Gejala: Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi
pada jari tangan, pembengkakan sendi simetris.
10) Nyeri/ kenyamanan
Gejala: Fase akut dari nyeri (mungkin tidak disertai oleh
pembengkakan jaringan lunak pada sendi).
11) Keamanan
Gejala: kulit mengkilat, tegang, nodul subkutan, Lesi kulit,
ulkus kaki. Kesulitan dalam ringan dalam menangani tugas/
pemeliharaan rumah tangga.Demam ringan menetap Kekeringan
pada mata dan membran mukosa.
12) Interaksi social
Gejala: kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain;
perubahan peran; isolasi.
13) Riwayat psiko sosial
Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang
cukup tinggi apalagi pada pasien yang mengalami deformitas pada
sendi-sendi karena ia merasakan adanya kelemahan-kelemahan pada
dirinya dan merasakan kegiatan sehari-hari menjadi berubah.
Perawat dapat melakukan pengkajian terhadap konsep diri klien
khususnya aspek body image dan harga diri klien.

B. Diagnosa Keperawatan
1) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas
struktur tulang, kekakuan sendi.
2) Nyeri akut berbubungan dengan perubahan patologis oleh artritis
rheumatoid.
3) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan
tubuh, sendi, bengkok, deformitas.
4) Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.
5) Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit,
penurunan produktifitas (status kesehatan dan fungsi peran).
6) Resiko cedera.
7) Defisit perawatan diri berhubungan dengan kurangnya informasi

C. Nursing Care Planing (NCP)


NIC
NOC
No Diagnosa Keperawatan (Nursing Intervention
(Nursing Outcome)
Clasification)
1. Kerusakan mobilitas Setelah dilakukan tindakan Exercise therapy:
fisik berhubungan keperawatan selama (... × ... menit) ambulation (terapi
dengan kerusakan diharapkan kerusakan mobilitas aktivitas: ambulasi)
integritas struktur fisik dapat teratasi 1) Monitoring vital sign
tulang, kekakuan sendi. Kriteria Hasil: sebelm/sesudah latihan
Mobility Level dan lihat respon pasien
Indikator IR ER saat latihan
1)Keseimbangan 2) Konsultasikan dengan
tubuh terapi fisik tentang
2)Posisi tubuh rencana ambulasi
3)Gerakan otot sesuai dengan
4)Gerakan sendi kebutuhan
5)Kemampuan 3) Bantu pasien untuk
berpindah menggunakan tongkat
6)Ambulasi: berjalan saat berjalan dan cegah
7)Ambulasi: kursi terhadap cedera
4) Ajarkan pasien atau
roda tenaga kesehatan lain
Ket: tentang teknik ambulasi
1) Tidak mandiri 5) Kaji kemampuan
2) Dibantu orang dan alat pasien dalam
3) Dibantu orang mobilisasi
4) Dibantu alat 6) Latih pasien dalam
5) Mandiri penuh pemenuhan kebutuhan
ADLs secara mandiri
sesuai kemampuan
7) Dampingi dan bantu
pasien saat mobilisasi
dan bantu penuhi
kebutuhan ADLs ps.
8) Berikan alat Bantu jika
klien memerlukan.
9) Ajarkan pasien
bagaimana merubah
posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan

2. Nyeri akut berbubungan Setelah dilakukan asuhan (... x ...


dengan perubahan menit) diharapkan nyeri akut dapat Pain management
patologis oleh artritis teratasi dengan 1) Lakukan pengkajian
rheumatoid. Kriteria hasil: nyeri
Indikator IR ER 2) Observasi reaksi
1) Tidak didapatkan nonverbal
kecemasan 3) Gunakan teknik
2) Melaporkan komunikasi terapeutik
adanya nyeri untuk mengetahui
3) Luas bagian pengalaman nyeri
tubuh yang pasien
terpengaruh 4) Kaji kultur yang
4) Frekuensi nyeri mempengaruhi respon
5) Panjangnya nyeri
episode nyeri 5) Kaji tipe dan sumber
6) Pernyataan nyeri nyeri
7) Ekspresi nyeri 6) Ajarkan teknik non
pada wajah farmakologi
8) Posisi tubuh 7) Berikan analgetik
protektif untuk mengurangi
9) Kurangnya nyeri
istirahat
10) Ketegangan otot
11) Perubahan pada
frekuensi
pernapasan
12) Perubahan nadi
(heart rate)
13) Perubahan
tekanan darah
14) Perubahan
ukuran pupil
15) Keringat berlebih
16) Kehilangan
selera makan
Keterangan:
1) Keluhan ekstrim
2) Keluhan berat
3) Keluhan sedang
4) Keluhan ringan
5) Tidak ada keluhan
Setelah dilakukan asuhan (... x ...
menit) diharapkan nyeri akut dapat
3. Gangguan citra tubuh teratasi dengan
berhubungan dengan Kriteria hasil: Body Image Enhancement
perubahan penampilan Body image 1) Kaji secara verbal dan
tubuh, sendi, bengkok, Self esteem non verbal respon
deformitas. Indikator IR ER pasien terhadap
1) Body image tubuhnya
positif 2) Monitor frekuensi
2) Mampu mengkritik dirinya
mengidentifikasi 3) Jelaskan tentang
kekuatan pengobatan, perawatan,
personal kemajuan dan
3) Mendeskripsikan prognosis penyakit
secara faktual 4) Dorong pasien
perubahan fungsi mengungkapkan
tubuh perasaannya
4) Mempertahankan 5) Identifikasi arti
interaksi sosial pengurangan melalui
Keterangan: pemakaian alat bantu
1) Keluhan ekstrim 6) Fasilitasi kontak
2) Keluhan berat dengan individu lain
3) Keluhan sedang dalam kelompok kecil
4) Keluhan ringan Self-Esteem Enhancement
5) Tidak ada keluhan 1) Memantau laporan
harga diri pasien
2) Menentukan locus
control pasien
3) Mendorong pasien
untuk kekuatan
indentitas
4) Membantu pasien
untuk menemukan
penerimaan diri
5) Membantu pasien
untuk menerima
ketergantungan yang
sesuai pada lain
6) Reward atau memuji
kemajuan pasien
mencapai tujuan
7) Memfasilitasi
lingkungan dan
kegiatan yang akan
Setelah dilakukan asuhan (... x ... meningkatkan harga
menit) diharapkan defisiensi diri
pengetahuan dapat teratasi dengan
4. Defisiensi pengetahuan Kriteria Hasil:
berhubungan dengan Kowlwdge : disease process Teaching: Disease
kurangnya informasi. Kowledge : health Behavior Process
Indikator IR ER 1) Berikan penilaian
1) Pemahaman tentang tingkat
tentang penyakit, pengetahuan pasien
kondisi, tentang proses
prognosis dan penyakit yang spesifik
program 2) Jelaskan patofisiologi
pengobatan dari penyakit dan
2) Mampu bagaimana hal ini
melaksanakan berhubungan dengan
prosedur yang anatomi dan fisiologi,
dijelaskan secara dengan cara yang
tepat
benar 3) Gambarkan tanda dan
3) Mampu gejala yang biasa
menjelaskan muncul pada
kembali apa yang penyakit, dengan cara
dijelaskan yang tepat
perawat/tim 4) Gambarkan proses
kesehatan lainnya penyakit, dengan cara
Keterangan: yang tepat
1) Keluhan ekstrim 5) Identifikasi
2) Keluhan berat kemungkinan
3) Keluhan sedang penyebab, dengna
4) Keluhan ringan cara yang tepat
5) Tidak ada keluhan 6) Sediakan informasi
pada pasien tentang
kondisi, dengan cara
yang tepat
7) Hindari harapan yang
kosong
8) Sediakan bagi
keluarga informasi
tentang kemajuan
pasien dengan cara
yang tepat
9) Diskusikan perubahan
gaya hidup yang
mungkin diperlukan
untuk mencegah
komplikasi di masa
yang akan datang dan
atau proses
pengontrolan penyakit
10) Diskusikan pilihan
terapi atau
penanganan
11) Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara
yang tepat atau
diindikasikan
12) Eksplorasi
kemungkinan sumber
atau dukungan,
dengan cara yang
tepat
13) Rujuk pasien pada
grup atau agensi di
komunitas lokal,
dengan cara yang
tepat
14) Instruksikan pasien
mengenai tanda dan
gejala untuk
melaporkan pada
Setelah dilakukan asuhan (... x ... pemberi perawatan
menit) diharapkan ansietas dapat kesehatan, dengan
teratasi dengan cara yang tepat
Kriteria Hasil:
5. Ansietas berhubungan Anxiety Control
dengan kurangnya Indikator IR ER Anxiety Control
informasi tentang 1) Monitor (penurunan cemas)
penyakit, penurunan intensitas 1) Gunakan pendekatan
produktifitas (status kecemasan yang menenangkan
kesehatan dan fungsi 2) Menyingkirkan 2) Nyatakan dengan
peran). tanda kecemasan jelas harapan terhadap
3) Menurunkan pelaku pasien
stimulus 3) Jelaskan semua
lingkungan ketika prosedur dan apa
cemas yang dirasakan
4) Merencanakan selama prosedur
strategi koping 4) Pahami prespektif
untuk situasi pasien terhadap
penuh stres situasi stres
5) Mencari 5) Temani pasien untuk
informasi untuk memberikan
menurunkan keamanan dan
cemas mengurangi takut
6) Menggunakan 6) Berikan informasi
strategi koping faktual mengenal
efektif diagnosis, tindakan
7) Menggunakan prognosis
teknik relaksasi 7) Dorong keluarga
untuk untuk menemani anak
menurunkan 8) Lakukan back atau
kecemasan neck rub
8) Melaporkan 9) Dengarkan dengan
penurunan durasi penuh perhatian
dari episode 10) Identifikasi tingkat
cemas kecemasan
9) Melaporkan 11) Bantu pasien
peningkatan mengenal situasi yang
rentang waktu menimbulkan
antara episode kecemasan
cemas 12) Dorong pasien untuk
10) Mempertahankan mengungkapkan
penampilan peran perasaan, ketakutan,
11) Mempertahankan persepsi
hubungan sosisal 13) Instruksikan pasien
12) Mempertahankan menggunakan teknik
konsentrasi relaksasi
13) Melaporkan tidak 14) Berikan obat untuk
adanya gangguan mengurangi
persepsi sensori kecemasan
14) Melaporkan tidak
adanya
manifestasi fisik
dari kecemasan
15) Melaporkan
pemenuhan
kebutuhan tidur
adekuat
16) Tidak ada
manifestasi
perilaku
kecemasan
Keterangan:
1) Keluhan ekstrim
2) Keluhan berat
3) Keluhan sedang
4) Keluhan ringan
5) Tidak ada keluhan

Setelah dilakukan asuhan (... x ...


menit) diharapkan resiko cedera
dapat teratasi dengan
Kriteria Hasil:
Risk Control
Indikator IR ER Environment Management
Resiko cedera. 1) Terbebas dari 1) Sediakan Iingkungan
6. cedera yang aman untuk
2) Mampu pasien
menjelaskan 2) Identifikasi kebutuhan
cara/metode keamanan pasien,
untuk mencegah sesuai dengan kondisi
injury/cedera fisik dan fungsi
3) Mampu kognitif pasien dan
menjelaskan riwayat penyakit
faktor resiko dari terdahulu pasien
lingkungan/perila 3) Menghindarkan
ku personal lingkungan yang
4) Memodifikasi berbahaya (misalnya
gaya hidup untuk memindahkan
mencegah injury perabotan)
5) Fasilitas 4) Memasang side rail
kesehatan yang tempat tidur
ada 5) Menyediakan tempat
6) Mampu tidur yang nyaman
mengenali dan bersih
perubahan status 6) Menempatkan saklar
kesehatan lampu ditempat yang
Keterangan: mudah dijangkau
1) Keluhan ekstrim pasien
2) Keluhan berat 7) Membatasi
3) Keluhan sedang pengunjung
4) Keluhan ringan 8) Menganjurkan
5) Tidak ada keluhan keluarga untuk
menemani pasien
9) Mengontrol
lingkungan dari
kebisingan
10) Memindahkan
barang-barang yang
dapat membahayakan
Setelah dilakukan asuhan (... x ... 11) Berikan penjelasan
menit) diharapkan defisit perawatan pada pasien dan
diri dapat teratasi dengan keluarga atau
Kriteria Hasil: pengunjung adanya
Activity Intolerance perubahan status
Mobility: physical Impaired kesehatan dan
Self Care Deficit Hygiene penyebab penyakit
Sensory perception, Auditory
disturbed Self-Care Assistance:
Indikator IR ER Bathing / Hygiene
Defisit perawatan diri 1) Perawatan diri 1) Pertimbangkan
7. berhubungan dengan ostomi : tindakan budaya pasien ketika
kurangnya informasi pribadi mempromosikan
mempertahankan aktivitas perawatan
ostomi untuk diri
eliminasi 2) Pertimbangkan usia
2) Perawatan diri : pasien ketika
Aktivitas mempromosikan
kehidupan sehari- aktivitas perawatan
hari (ADL) diri
mampu untuk 3) Menentukan jumlah
melakukan dan jenis bantuan
aktivitas yang dibutuhkan
perawatan fisik 4) Tempat handuk,
dan pribadi sabun, deodoran, alat
secara mandiri pencukur, dan
atau dengan alat aksesoris lainnya
bantu yang dibutuhkan di
3) Perawatan diri samping tempat tidur
Mandi : mampu atau di kamar mandi
untuk 5) Menyediakan artikel
membersihkan pibadi yang
tubuh sendiri diinginkan (misalnya,
secara mandiri deodoran, sekat gigi,
dengan atau sabun mandi, sampo,
tanpa alat bantu lotion, dan produk
4) Perawatan diri aromaterapi)
hygiene : mampu 6) Menyediakan
untuk lingkungan yang
mempertahankan terapeutik dengan
kebersihan dan memastikan hangat,
penampilan yang santai, pengalaman
rapi secara pribadi, dan personal
mandiri dengan 7) Memfasilitasi gigi
atau tanpa alat pasien menyikat
bantu 8) Memfasilitasi diri
5) Perawatan diri mandi pasien, sesuai
Hygiene oral : 9) Memantau
mampu untuk pembersihan kuku,
merawat mulut menurut kemampuan
dan gigi secara perawatan diri pasien
mandiri dengan 10) Memantau integritas
atau tanpa alat kulit pasien
11) Menjaga kebersihan
bantu ritual
6) Mampu 12) Memfasilitasi
mempertahankan pemeliharaan rutin
mobilitas yang yang biasa pasien
diperlukan untuk tidur, isyarat sebelum
ke kamar mandi tidur, alat peraga, dan
dan menyediakan benda-benda asing
perlengkapan (misalnya, untuk
mandi anak-anak, cerita,
7) Membersihkan selimut / mainan,
dan goyang, dot, atau
mengeringkan favorit, untuk orang
tubuh dewasa, sebuah buku
8) Mengungkapkan untuk membaca atau
secara verbal bantal dari rumah),
kepuasan tentang sebagaimana sesuai
kebersihan tubuh 13) Mendorong orang
dan hygiene oral tua / keluarga
partisipasi, dalam
Keterangan: kebiasaan tidur biasa
1) Keluhan ekstrim 14) Memberikan bantuan
2) Keluhan berat sampai pasien
3) Keluhan sedang sepenuhnya dapat
4) Keluhan ringan mengasumsikan
5) Tidak ada keluhan perawatan diri.
DAFTAR PUSTAKA

Efendi,F. M.(2013). Keperawatan Kesehatan Komnitas Teori Dan Praktek Dalam


Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Fitri, U., & M, D. A. (2016). Penerimaan Diri, Dukungan Sosial dan Kebahagiaan
pada lansia. Personal, Jurnal Psikologi Indonsia.
Nurarif, Amin Huda, Hardhi Kusuma. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis
Berdasarkan Penerapan Diagnosa Nanda Nic Noc dalam Berbagai Kasus
Edisi Revisi Jilid 1. MediAction: Jogjakarta.
Padila. (2013). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika.
Sudirman, & Siti, P. (2011). Pisikologi Usia Lanjut. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.

Anda mungkin juga menyukai