Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN

REMATIK

DISUSUN OLEH:
KRLOMPOK 5

1. APRIYANI LAILA MADDATU 2122035


2. DETRI KAROLINA RIA 2122024
3. FRANSISKA N.H GERMANUS 2122018
4. FAZLIANITA ISIHA 2122007
5. ARNIATI NGONGO 2122047
6. EWALDUS WIKI 2122023
7. EMANUEL ELFANDO GRAZA 2122012
8. OTNIEL PANDO DADI 2122046

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

GEMA INSAN AKADEMIK

MAKASSAR

2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN

Perubahan – perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin
meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada
semua organ dan jaringan tubuh.
Keadaan demikian itu tampak pula pada semua sistem muskuloskeletal dan jaringan
lain yang ada kaitannya dengan kemungkinan timbulnya beberapa golongan reumatik. Salah
satu golongan penyakit reumatik yang sering menyertai usia lanjut yang menimbulkan
gangguan muskuloskeletal terutama adalah osteoartritis. Kejadian penyakit tersebut akan
makin meningkat sejalan dengan meningkatnya usia manusia.
Reumatik dapat mengakibatkan perubahan otot, hingga fungsinya dapat menurun
bila otot pada bagian yang menderita tidak dilatih guna mengaktifkan fungsi otot. Dengan
meningkatnya usia menjadi tua fungsi otot dapat dilatih dengan baik. Namun usia lanjut tidak
selalu mengalami atau menderita reumatik. Bagaimana timbulnya kejadian reumatik ini,
sampai sekarang belum sepenuhnya dapat dimengerti.
Reumatik bukan merupakan suatu penyakit, tapi merupakan suatu sindrom
dan.golongan penyakit yang menampilkan perwujudan sindroma reumatik cukup banyak,
namun semuanya menunjukkan adanya persamaan ciri. Menurut kesepakatan para ahli di
bidang rematologi, reumatik dapat terungkap sebagai keluhan dan/atau tanda. Dari
kesepakatan, dinyatakan ada tiga keluhan utama pada sistem muskuloskeletal yaitu: nyeri,
kekakuan (rasa kaku) dan kelemahan, serta adanya tiga tanda utama yaitu: pembengkakan
sendi., kelemahan otot, dan gangguan gerak. (Soenarto, 1982)
Reumatik dapat terjadi pada semua umur dari kanak – kanak sampai usia lanjut, atau
sebagai kelanjutan sebelum usia lanjut. Dan gangguan reumatik akan meningkat dengan
meningkatnya umur. (Felson, 1993, Soenarto dan Wardoyo, 1994)

1
BAB II
KONSEP DASAR MEDIS
Defenisi.
Istilah rheumatism berasal dari bahasa Yunani, rheumatismos yang berarti mucus,
suatu cairan yang dianggap jahat mengalir dari otak ke sendi dan struktur klain tubuh
sehingga menimbulkan rasa nyeri atau dengan kata lain, setiap kondisi yang disertai kondisi
nyeri dan kaku pada sistem muskuloskeletal disebut reumatik termasuk penyakit jaringan ikat.
Klasifikasi.
Reumatik dapat dikelompokkan atas beberapa golongan, yaitu :
1. Osteoartritis.
2. Artritis rematoid.
3. Polimialgia Reumatik.
4. Artritis Gout (Pirai).

1. Osteoartritis.
Penyakit ini merupakan penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang
lambat dan berhubungan dengan usia lanjut. Secara klinis ditandai dengan nyeri, deformitas,
pembesaran sendi, dan hambatan gerak pada sendi – sendi tangan dan sendi besar yang
menanggung beban.
2. Artritis Rematoid.
Artritis rematoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik dengan manifestasi
utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. Terlibatnya sendi pada pasien
artritis rematoid terjadi setelah penyakit ini berkembang lebih lanjut sesuai dengan sifat
progresifitasnya. Pasien dapat juga menunjukkan gejala berupa kelemahan umum cepat lelah.
3. Polimialgia Reumatik.
Penyakit ini merupakan suatu sindrom yang terdiri dari rasa nyeri dan kekakuan yang
terutama mengenai otot ekstremitas proksimal, leher, bahu dan panggul. Terutama mengenai
usia pertengahan atau usia lanjut sekitar 50 tahun ke atas.
4. Artritis Gout (Pirai).
Artritis gout adalah suatu sindrom klinik yang mempunyai gambaran khusus, yaitu
artritis akut. Artritis gout lebih banyak terdapat pada pria dari pada wanita. Pada pria sering
mengenai usia pertengahan, sedangkan pada wanita biasanya mendekati masa menopause.

2
A. OSTEOARTRITIS
a. Defenisi
Osteoartritis adalah penyakit peradangan sendi yang sering muncul pada usia lanjut.
Jarang dijumpai pada usia dibawah 40 tahun dan lebih sering dijumpai pada usia diatas 60
tahun.
b. Etiologi
Penyebab dari osteoartritis hingga saat ini masih belum terungkap, namun beberapa
faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis antara lain adalah :
1. Umur.
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor ketuaan adalah yang terkuat.
Prevalensi dan beratnya orteoartritis semakin meningkat dengan bertambahnya umur.
Osteoartritis hampir tak pernah pada anak-anak, jarang pada umur dibawah 40 tahun dan
sering pada umur diatas 60 tahun.
2. Jenis Kelamin.
Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi , dan lelaki lebih sering terkena
osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keeluruhan dibawah 45 tahun
frekuensi osteoartritis kurang lebih sama pada laki dan wanita tetapi diatas 50 tahun
frekuensi oeteoartritis lebih banyak pada wanita dari pada pria hal ini menunjukkan
adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis.
3. Genetic
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis missal, pada ibu dari seorang
wanita dengan osteoartritis pada sendi-sendi inter falang distal terdapat dua kali lebih
sering osteoartritis pada sendi-sendi tersebut, dan anak-anaknya perempuan cenderung
mempunyai tiga kali lebih sering dari pada ibu dananak perempuan dari wanita tanpa
osteoarthritis.
4. Suku.
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada osteoartritis nampaknya terdapat perbedaan
diantara masing-masing suku bangsa, misalnya osteoartritis paha lebih jarang diantara
orang-orang kulit hitam dan usia dari pada kaukasia. Osteoartritis lebih sering dijumpai
pada orang – orang Amerika asli dari pada orang kulit putih.
Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan pada
frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan.
5. Kegemukan
Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk
timbulnya osteoartritis baik pada wanita maupun pada pria. Kegemukan ternyata tak
3
hanya berkaitan dengan osteoartritis pada sendi yang menanggung beban, tapi juga
dengan osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula).

c. Patofisiologi.
UMUR JENIS KELAMIN GENETIK SUKU KEGEMUKAN

Kerusakan fokal tulang rawan pembentukan tulang baru pada


sendi yang progresif tulang rawan, sendi dan tepi sendi

Perubahan metabolisme tulang

Peningkatan aktivitas enzim yang merusak makro molekul


matriks tulang rawan sendi

Penurunan kadar proteoglikan

Berkurangnya kadar proteoglikan

Perubahan sifat sifat kolagen

Berkurangnya kadar air tulang rawan sendi

Permukaan tulang rawan sendi terbelah pecah dengan robekan

Timbul laserasi

OSTEOARTRITIS

d. Menifestasi klinis
Gejala-gejala utama ialah adanya nyeri pada sendi yang terkena, terutama waktu
bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan, mula-mula rasa kaku, kemudian timbul
rasa nyeri yang berkurang saat istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi,
krepitasi, pembesaran sendi, dan perubahan gaya berjalan.

4
e. Penatalaksanaan
Obat obatan
Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk osteoartritis, oleh
karena patogenesisnya yang belum jelas, obat yang diberikan bertujuan untuk mengurangi
rasa sakit, meningkatkan mobilitas dan mengurangi ketidak mampuan. Obat-obat anti
inflamasinon steroid bekerja sebagai analgetik dan sekaligus mengurangi sinovitis, meskipun
tak dapat memperbaiki atau menghentikan proses patologis osteoartritis.
Perlindungan sendi
Osteoartritis mungkin timbul atau diperkuat karena mekanisme tubuh yang kurang
baik. Perlu dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit. Pemakaian tongkat, alat-
alat listrik yang dapat memperingan kerja sendi juga perlu diperhatikan. Beban pada lutut
berlebihan karena kakai yang tertekuk (pronatio).
Diet
Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoartritis yang gemuk harus menjadi
program utama pengobatan osteoartritis. Penurunan berat badan seringkali dapat mengurangi
timbulnya keluhan dan peradangan.
Dukungan psikososial
Dukungan psikososial diperlukan pasien osteoartritis oleh karena sifatnya yang
menahun dan ketidakmampuannya yang ditimbulkannya. Disatu pihak pasien ingin
menyembunyikan ketidakmampuannya, dipihak lain dia ingin orang lain turut memikirkan
penyakitnya. Pasien osteoartritis sering kali keberatan untuk memakai alat-alat pembantu
karena faktor-faktor psikologis.
Persoalan Seksual
Gangguan seksual dapat dijumpai pada pasien osteoartritis terutama pada tulang
belakang, paha dan lutut. Sering kali diskusi karena ini harus dimulai dari dokter karena
biasanya pasien enggan mengutarakannya.
Fisioterapi
Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis, yang meliputi
pemakaian panas dan dingin dan program latihan ynag tepat. Pemakaian panas yang sedang
diberikan sebelum latihan untk mengurangi rasa nyeri dan kekakuan. Pada sendi yang masih
aktif sebaiknya diberi dingin dan obat-obat gosok jangan dipakai sebelum pamanasan.
Berbagai sumber panas dapat dipakai seperti Hidrokolator, bantalan elektrik, ultrasonic,
inframerah, mandi paraffin dan mandi dari pancuran panas.
Program latihan bertujuan untuk memperbaiki gerak sendi dan memperkuat otot
yang biasanya atropik pada sekitar sendi osteoartritis. Latihan isometric lebih baik dari pada
5
isotonic karena mengurangi tegangan pada sendi. Atropi rawan sendi dan tulang yang timbul
pada tungkai yang lumpuh timbul karena berkurangnya beban ke sendi oleh karena kontraksi
otot. Oleh karena otot-otot periartikular memegang peran penting terhadap perlindungan
rawan senadi dari beban, maka penguatan otot-otot tersebut adalah penting.
Operasi
Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dengan kerusakan sendi
yang nyata dengan nyari yang menetap dan kelemahan fungsi. Tindakan yang dilakukan
adalah osteotomy untuk mengoreksi ketidaklurusan atau ketidaksesuaian, debridement sendi
untuk menghilangkan fragmen tulang rawan sendi, pebersihan osteofit.

6
BAB III
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. DASAR DATA PENGKAJIAN PASIEN


 AKTIVITAS/ISTIRAHAT
Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stress pada
sendi : kekakuan pada pagi hari.
Keletihan
Tanda : Malaise
Keterbatasan rentang gerak ; atrofi otot, kulit : kontraktur atau kelainan pada
sendi dan otot
 KARDIOVASKULER
Gejala : Jantung cepat, tekanan darah menurun
 INTEGRITAS EGO
Gejala : Faktor-faktor stress akut atau kronis : Misalnya finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, factor-faktor hubungan.
Keputusasaan dan ketidak berdayaan.
Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi misalnya
ketergantungan pada orang lain
 MAKANAN ATAU CAIRAN
Gejala : Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan / cairan
adekuat : mual.
Anoreksia
Kesulitan untuk mengunyah
Tanda : Penurunan berat badan
Kekeringan pada membran mukosa
 HIGIENE
Gejala : berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas pribadi, ketergantungan
pada orang lain.
 NEUROSENSORI
Gejala : kebas/kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan
Tanda : Pembengkakan sendi

 NYERI / KENYAMANAN
Gejala : fase akut dari nyeri
7
Terasa nyeri kronis dan kekakuan
 KEAMANAN
Gejala : Kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga
Kekeringan pada mata dan membran mukosa
 INTERAKSI SOSIAL
Gejala : kerusakan interaksi dan keluarga / orang lsin : perubahan peran: isolasi

B. ASUHAN KEPERAWATAN
DIAGNOSA 1 : Nyeri b/d penurunan fungsi tulang
Kriteria hasil : nyeri hilang atau tekontrol

INTERVENSI RASIONAL

Mandiri • membantu dalam menentukan


• kaji keluhan nyeri, catat lokasi dan kebutuhan managemen nyeri dan
intensitas (skala 0 – 10). Catat factor- keefektifan program
faktor yang mempercepat dan tanda-
tanda rasa sakit non verbal • matras yang lembut/empuk, bantal yang
• berikan matras atau kasur keras, bantal besar akan mencegah pemeliharaan
kecil. Tinggikan linen tempat tidur sesuai kesejajaran tubuh yang tepat,
kebutuhan menempatkan setres pada sendi yang
sakit. Peninggian linen tempat tidur
menurunkan tekanan pada sendi yang
terinflamasi / nyeri

• biarkan pasien mengambil posisi yang • pada penyakit berat, tirah baring
nyaman pada waktu tidur atau duduk di mungkin diperlukan untuk membatasi
kursi. Tingkatkan istirahat di tempat tidur nyeri atau cedera sendi
sesuai indikasi.
• dorong untuk sering mengubah posisi. • Mencegah terjadinya kelelahan umum
Bantu pasien untuk bergerak di tempat dan kekakuan sendi. Menstabilkan
tidur, sokong sendi yang sakit di atas dan sendi, mengurangi gerakan/rasa sakit
di bawah, hindari gerakan yang pada sendi
menyentak
• anjurkan pasien untuk mandi air hangat • Panas meningkatkan relaksasi otot dan
atau mandi pancuran pada waktu bangun. mobilitas, menurunkan rasa sakit dan
Sediakan waslap hangat untuk melepaskan kekakuan di pagi hari.
mengompres sendi-sendi yang sakit Sensitifitas pada panas dapat
beberapa kali sehari. Pantau suhu air dihilangkan dan luka dermal dapat
kompres, air mandi disembuhkan
• berikan masase yang lembut
• Meningkatkan elaksasi / mengurangi
tegangan otot
Kolaborasi • Meningkatkan relaksasi, mengurangi
• beri obat sebelum aktivitas atau latihan tegangan otot, memudahkan untuk ikut
yang direncanakan sesuai petunjuk serta dalam terapi
8
seperti asetil salisilat (aspirin)

DIAGNOSA 2 : Intoleran aktivitas b/d perubahan otot.


Kriteria Hasil : Klien mampu berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan.

INTERVENSI RASIONAL

 Pertahankan istirahat tirah baring/duduk  Untuk mencegah kelelahan dan


jika diperlukan. mempertahankan kekuatan.
 Bantu bergerak dengan bantuan  Meningkatkan fungsi sendi, kekuatan
seminimal mungkin. otot dan stamina umum.
 Dorong klien mempertahankan postur  Memaksimalkan fungsi sendi dan
tegak, duduk tinggi, berdiri dan berjalan. mempertahankan mobilitas.
 Berikan lingkungan yang aman dan  Menghindari cedera akibat kecelakaan
menganjurkan untukmenggunakan alat seperti jatuh.
bantu.
 Berikan obat-obatan sesuai indikasi  Untuk menekan inflamasi sistemik akut
seperti steroid.

DIAGNOSA 3 : Resiko tinggi cedera b/d penurunan fungsi tulang.


Kriteria Hasil : Klien dapat mempertahankan keselamatan fisik.

INTERVENSI RASIONAL

 Kendalikan lingkungan dengan :


Menyingkirkan bahaya yang tampak  Lingkungan yang bebas bahaya akan
jelas, mengurangi potensial cedera akibat mengurangi resiko cedera dan
jatuh ketika tidur misalnya menggunakan membebaskan keluarga dari
penyanggah tempat tidur, usahakan posisi kekhawatiran yang konstan.
tempat tidur rendah, gunakan
pencahayaan malam hari, siapkan lampu
panggil.
 Hal ini akan memberikan pasien merasa
 Memantau regimen medikasi
otonomi, restrain dapat meningkatkan
 Izinkan kemandirian dan kebebasan
agitasi, mengagetkan pasien akan
maksimum dengan memberikan
meningkatkan ansietas.
kebebasan dalam lingkungan yang aman,
hindari penggunaan restrain, ketika
pasien melamun alihkan perhatiannya
ketimbang mengagetkannya.

DIAGNOSA 4 : Perubahan pola tidur b/d nyeri


Kriteria Hasil : Klien dapat memenuhi kebutuhan istirahat atau tidur.

INTERVENSI RASIONAL

9
Mandiri
 Tentukan kebiasaan tidur biasanya dan  Mengkaji perlunya dan mengidentifikasi
perubahan yang terjadi. intervensi yang tepat.
 Berikan tempat tidur yang nyaman.  Meningkatkan kenyamanan tidur serta
dukungan fisiologi / psikologis.
 Buat rutinitas tidur baru yang  Bila rutinitas baru mengandung aspek
dimasukkan dalam pola lama dan sebanyak kebiasaan lama, stess dan
lingkungan baru. ansietas yang berhubungan dapat
berkurang membantu menginduksi tidur.
 Meningkatkan efek relaksasi.
 Instruksikan tindakan relaksasi.  Dapat merasakan takut jatuh karena
 Tingkatkan regimen kenyamanan waktu perubahan ukuran dan tinggi tempat
tidur, misalnya mandi hangat dan tidur, pagar tempat tidur memberi
massage. keamanan untuk membantu mengubah
posisi.
 Tidur tanpa gangguan lebih
 Gunakan pagar tempat tidur sesuai menimbulkan rasa segar dan pasien
indikasi : rendahkan tempat tidur bila mungkin tidak mampu kembali tidur bila
mungkin. terbangun.
 Hindari mengganggui bila mungkin,
misalnya membangunkan untuk obat atau
terapi.

Kolaborasi
 Berikan sedative, hipnotik sesuai indikasi  Mungkin diberikan untuk membantu
pasien tidur atau istirahat.

DIAGNOSA 5 : Defisit perawatan diri b/d nyeri


Kriteria Hasil : Klien dapat melaksanakan aktivitas perawatan sendiri secara mandiri.

INTERVENSI RASIONAL

 Mengidentifikasi tingkat bantuan /


 Kaji tingkat fungsi fisik
dukungan yang diperlukan.
 Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap  Mendukung kemandirian
nyeri dan progran latihan. fisik/emosional.
 Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam
perawatan diri, identifikasi untuk  Menyiapkan meningkatkan kemandirian
modifikasi lingkungan. yang akan meningkatkan harga diri
 Identifikasi untuk perawatan yang
diperlukan, misalnya; lift,  Memberikan kesempatan untuk dapat
peninggiandudukan toilet, kursi melakukan aktivitas secara mandiri

DIAGNOSA 6 : Gangguan citra tubuh/ perubahan penampilan peran b/d perubahan


kemampuan untuk melakukan tugas-tugas umum.

10
Kriteria hasil : mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan Untuk
menghadapi penyakit, perubahan gaya hidep dan kemungkinan
keterbatasan.

INTERVENSI RASIONAL

Mandiri
 Dorong pengungkapan mengenai masalah  Beri kesempatan untuk mengidentifikasi
mengenai proses penyakit, harapan masa rasa takut/kesalahan konsep dan
depan. menghadapinya secara langsung.
 Diskusikan arti dari  Mengidentifikasi bagaimana penyakit
kehilangan/perubahan pada pasien/orang mempengaruhi persepsi diri dan interaksi
terdekat. Memastikan bagaiamna dengan orang lain akan menentukan
andangan pribadi pasien dalam kebutuhan terhadap intervensi atau
memfungsikan gaya hidup sehari – hari konseling lebih lanjut.
termasuk aspek – aspek seksual.  Isyarat verbal/nonverbal orang terdekat
 Diskusikan persepsi pasien mengenai dapat mempunyai pengaruh mayor pada
bagaiman orang terdekat menerima bagaimana pasien memandang dirinya
keterbatasan. sendiri.
 Nyeri konstan akan melelahkan dan
 Akui dan terima perasaan berduka, perasaan marah, bermusuhan umum
bermusuhan, ketergantungan. terjadi.
 Dapat menunjukkan emosional atau
 Perhatikan perilaku menarik diri, metode maladaptive, membutuhkan
penguanan menyangkal atau terlalu intervensi lebih lanjut atau dukungan
memperhatikan tubuh/perubahan. psikologis.
 Membantu pasien mempertahankan
 Susun batasan pada prilaku maladaptive. kontrol diri yang dapat meningkatkan
Bantu pasien untuk mengidentifikasi perasaan harga diri.
perilaku positif yang dapat membantu
koping.
 Meningkatkan perasaan
 Ikut sertakan pasien dalam merencanakan kompetensi/harga diri, mendorong
perawatan dan membuat jadwal aktivitas. kemandirian, dan mendorong partisipasi
dan terapi.

Kolaborasi
 Rujuk pada konseling psikiatri.  Pasien/orang terdekat mungkin
membutuhkadukungann selama
berhadapan dengan proses jangka
 Berikan obat-obat sesuai petunjuk

11
BAB IV
TINJAUAN KASUS

I. Biodata.
Tgl. Pengkajian : 11 Agustus 2020
Nama : Ny. W Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 67 tahun Status Perkawinan : Janda
Agama : Islam Pendidikan : SPG
Pekerjaan : Tidak ada Alamat : Petisah
Tgl masuk : Tahun 2020 Wisma / kamar : Anggrek 1
Diagnosa medis : Rematik (Artritis Reumatoid)

Penanggung jawab :
Nama : Tn. S
Hubungan dengan Klien : Anak Adik Bungsu Klien (Keponakan)
Pekerjaan : Nelayan
Alamat : Binjai

II. Keluhan Utama.


Nenek S. mengatakan bahwa kaki kanan dan kirinya sering sakit, dan dahulu
pernah bengkak dari lutut ke bawah.

III. Riwayat Kesehatan Sekarang.


Provocative / Palliative
Apa Penyebabnya :
Klien mengatakan bahwa pernah dibawa ke praktek dokter dan sakitnya itu asam urat.
Hal-hal yang memperbaiki keadaan
Dengan berobat kedokter dan juga memakai ramuan yaitu daun ubi, pala, jahe,
kemudian ditumbuk dan airnya di sapukan di kaki yang benkak dan katanya, dan juga
terlihat memang kempes. Tapi nyerinya masih selalu kambuh.

Quantity / Quality
A. Bagaimana dirasakan
Nenek S. mengatakan kaki kanan dan kiri terasa sakit apalagi dibawa berjalan
skala : 4 – 6.

12
B. Bagaimana dilihat
Nenek S. memijat-mijat kakinya dan wajahnya terlihat meringis.
Region
A. Dimana Reaksinya
Pada bagian kedua kakinya yaitu kanan dan kiri.
B. Apakah menyebar
Nenek S. mengatakan sakitnya menyebar ke paha.
Severity (Mengganggu Aktivitas)
Nenek S. mengatakan sakitnya sangat mengganggu aktivitas karena pernah membuat
klien tidak bisa berjalan (pernah bengkak). Bila sakit ini klien tidak mempunyai
aktivitas yang rutin karena keadaan kakinya yang tidak bisa dibawa berjalan jauh.

Time (kapan mulai timbul dan bagaimana terjadinya)


Klien mengatakan sakitnya sejak 4 tahun ½ terakhir ini, dan pernah kedua
kakinya bengkak sehingga membuat tidak bisa berjalan selama 5 bulan pada tahun
2002.

IV. Riwayat Kesehatan Masa Lalu.


1. Penyakit Yang Pernah Dialami.
Klien mengatakan tidak pernah rawat inap di RS karena tidak pernah mengalami
penyakit yang parah sebelumnya, paling hanya sakit ringan yaitu demam, flu, batuk
ringan.
2. Pengobatan / Tindakan Yang Dilakukan.
Klien mengatakan paling hanya dengan obat-obat warung dan kebetulan cocok
(2 sampai 3 hari sembuh)
3. Pernah Dirawat / Dioperasi.
Klien mengatakan tidak pernah dirawat / di operasi, biasanya hanya
menggunakan obat-obat warung.
4. Alergi.
Klien mengatakan tidak mempunyai pantangan apapun, tetapi sekarang punya
pantangan karena penyakitnya yang sekarang, seperti jeroan, bayam
5. Imunisasi.
Klien mengatakan tidak pernah di imunisasi.

V. Riwayat Kesehatan Keluarga.


Orang tua :
 Klien mengatakan orang tuanya tidak mempunyai penyakit reumatik seperti klien
saudara kandung.

13
 Klien mengatakan saudaranya ada yang memiliki penyakit seperti klien yaitu
abang ke – 2 dan kini meninggal dunia
Penyakit keturunan tidak ada Anggota keluarga yang meninggal.
 Klien mengatakan suami, 2 orang tua, dan 4 saudaranya telah meninggal dunia.
Penyebab meninggal.
 Klien mengatakan orang tua meniggal karena usianya yang sudah tua, Suami
karena kecelakaan, dan 4 saudaranya, klien tidak mengingatnya.

Genogram

Ny.S
67 tahun
Reumatik

Keterangan : : Laki – laki : Klien


: Perempuan
: Meninggal

Nenek S. anak ke - 3 dari 6 bersaudara, 4 saudara klien sudah meninggal, tinggal 1


Adik bungsu klien yang masih hidup. Sedangkan suami klien juga telah meninggal.
Klien tidak memiliki anak dari pernikahannya

VI. Riwayat / Keadaan Psikososial.


1. Bahasa yang digunakan
Bahasa Indonesia dan bahasa Jawa.
2. Persepsi klien tentang penyakitnya

14
Klien menganggap penyakitnya sulit disembuhkan / tidak mungkin sembuh dan
membuat berat badannya semakin menurun. Klien mengatakan telah berobat
dimana-mana. Namun klien tetap bersukur masih bisa berjalan walau lambat dan
memakai tongkat dari lumpuhnya.
3. Konsep diri
a. Body image
Klien mengatakan berat badannya makin lama makin turun dan sekarang makin
cepat lelah
b. Ideal diri
Klien mengharapkan dan selalu berdoa kepada Tuhan YME agar diberikan
ketabahan dalam menghadapi penyakitnya dan kesembuhan walau tidak terlalu
mengharap
c. Harga diri
Klien senang tinggal di panti karena tercukupi semua kebutuhannya, dan bebas
melakukan apa saja yang diinginkan.
d. Peran diri
Klien seorang janda yang telah ditinggal suaminya karena meninggal
kurang lebih 10 tahun lalu. Dari perkawinannya klien tidak memiliki anak.
e. personal identity
Klien merupakan anggota Panti Tresna Werdha Abdi di wisma Teratai. Klien
merupakan janda tanpa anak.
4. Keadaan emosi
Keadaan emosi klien dalam keadaan stabil.
5. Perhatian terhadap orang lain/lawan bicara
Klien tampak memperhatikan dan menanggapi setiap pertanyaan yang di
berikan kepadanya.
6. Hubungan dengan keluarga
Harmonis dengan keluarga yang ada (keponakan-keponakannya) dan masuk ke
panti karena keinginan klien sendiri / tidak mau menyusahkan keluarga.
7. Hubungan dengan orang lain
Baik, klien mau bergaul dengan sesama warga panti teruatama dengan
sesama anggota satu wisma.
8. Kegemaran = menonoton tv dan duduk,duduk di ruang tamu wisma.
9. Daya Adaptasi.

15
Klien dapat beradaptasi dengan warga di pantai walaupun warga kurang mengikuti
kegiatan yang ada di pantai seperti pengajian, gotong royang dan senam pagi karena
keterbatasan gerak akibat penyakitnya.
10. Mekanisme Pertahanan diri.
Klien memiliki pertahanan diri yang efektif

VII. Pemeriksaan Fisik.


A) Keadaan Umum. = Klien dalam kondisi baik namun terlihat kondisi kaki lemah
sehingga perlu bantuan tongkat untuk berjalan dan berat badan ,klien masih terlihat
overweight sehingga memperberat beban kaki saat berjalan.
B) Tanda – Tanda Vital.
TD = 150 / 90 mmhg R = 24 kali /menit.
HR = 80 kali ? menit TB = 159 cm.
BB = tidak dilakukan karena kurangnya fasilitas di Panti
C) Pemeriksaan Head to Toe.
1. Kepala dan Rambut.
a. Kepala.
 Bentuk = Simetris
 Kulit Kepala = Bentuk kepala tampak bersih dan
b. Rambut.
 Penyebaran dan keadaan rambut = Rambut sudah banyak uban.
 Bau = Rambut seperti bau keringat.
c. Wajah.
 Warna kulit = Hitam.
2. Mata.
 Bentuk = Simetris terhadap wajah.
 Ketajaman penglihatan = Kurang baik sehingga menggunakan alat
bantu penglihatan.
 Konjungtiva. = Tidak anemia.
 Sklera. = Tidak ikterus.
 Pupil = Isokor (kanan dan kiri).
 Pemakaian alat bantu = Memakai kacamata baik membaca
ataupun tidak membaca.
3. Hidung.
 Bentuk = Simetris.
 Fungsi Penciuman = Baik, dapat membedakan bau.
 Pendarahan = Tidak mengalami pendarahan.
4. Telinga,
 Bentuk Telinga = Simetris antara kanan dan kiri
 Lubang Telinga = Terdapat serumen tapi dalam batas
normal.
 Ketajaman pendengaran = Kurang mendengar karena sudah tua.

16
5. Mulut dan Faring.
 Keadaan bibir = Bibir klien kering.
 Keadaan gusi dan gigi = Tidak ada pendarahan gusi dan gigi.
Gigi terlihat bersih dan tidak lengkap.
 Keadaan lidah = Tidak ada tanda pendaarahan.
6. Leher.
 Tyroid = Tidak terdapat pembesaran KGB.
 Suara = Klien mengeluarkan dengan kata kata
jelas.
 Denyut nadi karotis = Teraba.
 Vena jugularis = Teraba.

D) Pemeriksaan integumen.
 Kebersihan klien = klien tampak bersih.
 Warn = kulit hitam
 Turgor = turgor kulit baik (kulit cepat kembali).
 Kelembaban = kulit tampak sedang (tidak kering ) agak
Keriput.

E) Pemeriksaan Payudara dan ketiak.


Klien tidak bersedia karena merasa malu.
F) Pemeriksan Tharax / Dada.
1. Inspeksi
 Bentuk Thorax. = simetris antara kanan dan kiri.
 Pernafasan = frekuensi 24 kali / menit.
Irama teratur dan tidak ada suara
tambahan.
 Tidak ada tanda kesulitan bernafas.

G) Pemeriksaan Paru.
 Palpasi getaran suara = Terdengar dan teratur.
 Rerkusi = Bunyi resonan.
 Auskultasi = Suara nafas teratur.

H) Pemeriksaan Abdomen.
1. Inspeksi
 Bentuk Abdomen = Simetris antara kanan dan kiri.
 Benjolan = Tidak ada benjolan.
2. Palpasi
 Tanda nyeri tekan = Tidak ada nyeri.
 Benjolan = Tidak ada.
 Tanda ascites = Tidak ada.
 Hepar = Tidak ada pembengkakan.

I) Pemeriksaan Kelamin dan Sekitarnya.

17
Klien tidak bersedia melakukannya karena merasa malu

J) Pemeriksaan Mulkusskletal / Ekstremitas.


 Kesimetrian otot = Simetris kanan dan kiri.
 Pemeriksaan edema = Tidak ada edema
 Kekuatan otot = Kekuatan otot telah berkurang
Dimana klien lebih banyak duduk (tidak ada aktivitas rutin ), bila berjalan
menggunakan alat bantu yaitu tongkat dan berjalan lambat.Klien berjalan
lambat dan berhati hati karena klien mengatakna takut jatuh , apalagi berjalan
jauh.
 Kelainan pada Ekstremitas dan kuku
K) Pemeriksaan Neurologis
1. Tingkat kesadaran
GCS = 15 : E = 6, M=4, V=5
2. Status Mental
Kondisi Emosi / Perasaan Dalam keadaan stabil
Orientasi
Klien masih dapat berorientasi dengan baik, baik waktu, tempat dan orang
Proses Berfikir
Ingatan klienmasih kuat, klien masih ingat masa lalunya Perhitungan = klien
dapat berhitung agar cepat sembuh
Motivasi : Klien berkeinginan agar cepat sembuh
Persepsi: Klien menganggap / kurang yakin penyakit dapat sembuh total
Bahasa : Klien menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Jawa
Fungsi Motorik
Cara berjalan : Klien sulit berjalan
Test jari hidung : Klien dapat menyentuh hidung
Promosi dan supinasi test : Klinik mampu membalik-balikkan tangan
Romberg test : Klien mampu berdiri walau dengan bantuan.
Fungsi Sensori
Test tajam tumpul : klien dapat membedakan benda tajam dan tumpul Test
panas dinding : Klien dapat membedakan benda panas dan dingin Membedakan
dua titik : Klien dapat membedakan dua titik
Identifikasi sentuhan ringan Reflek
Pada pemeriksaan reflek tidak dilakukan karena tidak tersedianya alat
L) Pola Kebiasaan sehari-hari.

18
a. Pola tidur dan kebiasaan.
 Waktu tidur : siang ± ½ jam dan malam ± 6 -7 jam
 Waktu bangun : klien bangun umumnya/seringnya jam 05.00 Wib
 Masalah tidur : tidak ada masalah
 Hal-hal yang mempermudah tidur: bila tidur malam akan mudah bila tidak tidur
siang
 Hal-hal yang mempermudah tidur : bila menghidupkan jam beker
b. Pola Eliminasi
1. Pada BAB : 1X sehari dan tidak ada penggunaan laktasi
Riwayat perdarahan, tidak ada dan saat mengkaji tidak terjadi diare
Karakter feses : klien mengatakan tidak terlalu keras dan tidak encer/sedang.
2. BAK :
 Pola BAK : ± 6 – 7 x/hari dan tidak terjadi inkontinensia
 Karakter urin : kuning tidak terlalu pekat dan tidak terjadi retensi urin
 Tidak ada rasa nyeri / rasa terbakar/kesulitan BAK
 Tidak ada penggunaan diuretik
 Tidak ada riwayat penyakit ginjal
c. Pola makan dan minum
1. Gejala (subjektif)
 Diit type : Jenis makanan yaitu makanan biasa dan jumlah makanan per
hari 3 piring dalam per hari.
 Nyeri ulu hati tidak ada
 Kehilangan selera makan : kadang-kadang dan lausea, vomite (mual,
muntah tidak ada)
 Alergi terhadap makanan tidak ada. Tapi semenjak mengalami penyakir
tematik klien mempunyai makanan pantang, antara lain Jeroan, kerang-
kerangan, sayur bayam.
 Berat badan klien jarang menimbangnya sehingga tidak mengetahuinya,
sedangkan alat tidak tersedia
2. Tanda Obyektif
TB = 156 cm, bentuk tubuh : Over wight
3. Waktu pemberian makanan yaitu : pagi, siang dan sore
4. Jumlah dan jenis makanan : 1 piring sekali makan dan jenis makanan adalah
makanan biasa
19
5. Waktu pemberian minuman : Pengambilan air putih terserah/sukahati, dan
bila the manis atau susu 2x/hari pagi dan sore hari
d. Kebersihan / Personal hygiene
 Pemeliharaan tubuh / mandi 2x/hari
 Pemeliharaan gigi/gosok gigi 2x/hari
 Pemeliharaan kuku/pemotongan kuku kalau panjang
e. Pola Kegiatan / Aktivitas
 Klien tidak memiliki kegiatan rutin karena penyakitnya, paling hanya jalan-
jalan sebentar dan kadang-kadang menyiram bunga
ANALISA DATA
DATA ETIOLOGI MASALAH
Data Subjektif: Penaikan metabolisme Nyeri.
Klien mengatakan tulang
bahwa kaki kanan
Penaikan enzim yang
dan kirinya sakit
merusak tulang rawan
apalagi dibantu
sandi
berjalan

Penurunan kadar
Data Objektif:
proteologlikan
- Klien memijat-mijat
kakinya saat
Berkurangnya kadar
pengkajian
air tulang rawan sendi
- Wajahnya terlihat
meringis
Penurunan fungsi
- Skala nyeri 4-
6,sedang tulang nyeri

nyeri
Data Subjektif: Usia yang lanjut Intoleransi aktivitas
Klien mengatakan
tidak sanggup Penurunan fungsi

berjalan jauh. tulang

Data Objektif: Kekuatan otot

- Klien berjalan melemah

menggunakan alat
20
Meningkatnya nyeri
bantu tongkat.
saat berjalan
- Klien lebih banyak
duduk.
Intoleransi aktivitas.
- Klien berjalan
lambat.
Data Subjektif: Lansia Resti cedera fisik.
Klien mengatakan
takut untuk berjalan
Penurunan fungsi
jauh.
tulang

Data Objektif:
Resiko tinggi cedera.
- Klien tampak berhati
hati saat berjalan.

21
PRIORITAS MASALAH KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan penurunan fungsi tulang ditandai dengan wajah meringis dan
skala nyeri 4-6.
2. Intolerasi aktivitas berhubungan dengan perubahan otot lemah ditandai dengan klien
mengunakan alat bantu.
3. Resti cedera fisik berhubungan dengan mobilitas menurun ditandai dengan klien tampak
berhati hati saat berjalan.

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Ny.W UMUR : 67 tahun


TGL PENGKAJIAN : 11 Agustus 2020 WISMA / KAMAR : Teratai / 4
DX. MEDIS : Reumatik (Artritis Reumatoid)
NO DIAGNOSA TUJUAN/ RENCANA PERAWATAN
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
INTERVENSI RASIONAL
1. Nyeri sendib/d Nyeri hilang/ 1. Kajinyeri, catat lokasi, 1. Membantu dalam
penurunan fungsi terkontrol karakteristik, menentukan
tulang d/d nyeri sendi derajat(skala 0-10) managemen nyeri.
(skala nyeri=6), wajah Kriteri hasil : Pasien
meringis, kaki sakit dapat istirahat/tidur 2. Anjurkan klien untuk 2. Panas meningkatkan
jika berjalan. Dengan tenang, mandi air panas / letak sisi otak dan
Pasien tampak rileks. hangat. mobilitas,
menurunkan rasa

3. Berikan klien posisi 3. Tirah baring


yang nyaman pada mungkin diperlukan
waktu tidur/duduk di untuk membatasi
kursi. nyeri / cedera sendi.

22
4. Berikan massage 4. Menaikkan relaksasi
yang lembut. atau regangan otot.

5. Berikan obat 5. Menaikkan relaksasi


sesuai indikasi. dan sebagai terapi
pengobatan.

NO DIAGNOSA TUJUAN/ KRITERIA RENCANA PERAWATAN


KEPERAWATA HASIL
N
INTERVENSI RASIONAL
2. Intoleran aktivitas b/d Klien mampu 1. Pertahankan istirahat 1. Untuk mencegah
usia lanjut dan berpartisipasi pada tirah baring / duduk kelelahan dan
perubahan otot d/d tidak aktivitas yang jika diperlukan. mempertahankan
sanggup berjalan jauh, diinginkan. kekuatan.
lebih banyak duduk. 2. Bantu bergerak
dengan bantuan 2. Menaikkan fungsi
seminimal mungkin. sendi, kekuatan otot
dan stamina umum.
3. Dorong klien
mempertahankan 3. Memaksimalkan
postur tegak, fungsi sendi dan
duduk tinggi, mempertahankan
dan berjalan. mobilitas.

4. Menghindari cedera
akibat kecelakaan.

4. Berikan
lingkungan yang 5. Untuk menekan
inflamasi sistemik
aman dan akut.
menganjurkan
untuk
menggunakan
alat bantu.

5. Berikan obat
– obat sesuai
dengan
indikasi.

3. Resti cedera fisik Klien 1 .Kendalikan 1.Lingkaran yang


b/d penurunan lingkungan dengan bebas bahaya akan
fungsi tulang lansia dapat menyingkirkan mengurangi resiko
d/d hati-hati saat mempertaha bahaya yang tampak cedera.
berjalan, nkan jelas seperti
menggunakan alat keselamatan pencahayaan pada
bantu tongkat. fisik. malam hari.
2. Membantu 2. Mengetahui
regimen medikasi. tahapan
3. Anjurkan untuk pengobatan.
berjalan atau bangkit 3. Mengurangi
dari duduk dan tidur resiko cedera.
dengan perlahan-
lahan.
23
No.
Dx Hari / Tanggal Implementasi Evaluasi
1 Kamis / 13 Agustus Pukul 15.00 WIB S : Klien menyatakan bahwa
2020  Mengkaji keluhan nyeri dan kaki kanan dan kirinya
catat lokasi skala nyeri. Skala masih sakit apalagi di
nyeri = 6 bawa berjalan.
 Menganjurkan klien untuk O: Klien memijat-mijat kaki-
mandi air panas/hangat nya
 Memberikan klien posisi yang - Wajah klien terlihat me-
nyaman pada waktu duduk di ringis
kursi - Nyeri = 6
 Memberikan massage yang A : Masalah belum teratasi
lembut pada kaki/lutut P : R/T dilanjutkan
2 Pukul 15.15 WIB S : Klien menyatakan masih
 Mempertahankan istirahat tidak sanggup berjalan
duduk jika diperlukan lama
 Membantu bergerak O: Klien berjalan
dengan
bantuan seminimal mungkin mengguna-kan tongkat
 Mendorong klien - Klien lebih banyak duduk
mempertahankan postur tegak, - Klien berjalan lambat
duduk tinggi, berdiri dan A : Masalah belum teratasi
berjalan P : R/T dilanjutkan
3 Pukul 15.25 WIB S : Klien menyatakan masih
 Mengendalikan lingkungan takut untuk berjalan jauh
dengan menyarankan untuk O : Klien tampak berhati- hati
menggunakan penyangga saat berjalan, klien meng-
tempat tidur. gunakan tongkat saat
 Menganjurkan untuk berjalan berjalan
atau bangkit dari duduk dan A : Masalah belum teratasi
tidur dengan perlahan-lahan P : R/T dilanjutkan

24
No.
Dx Hari / Tanggal Implementasi Evaluasi
1 Jum’at / 14 Agustus Pukul 16.00 WIB S : Klien menyatakan kaki
2020  Menganjurkan klien untuk kanannya sakitnya sudah
mandi air panas/hangat berkurang, tetapi kaki
 Menganjurkan klien untuk kirinya masih sakit.
memi- num obat sesuai O : Klien masih memijat kaki
intruksi/indikasi kirinya
 Memberikan masage yang - Wajah sedikit meringis A:
lembut Masalah teratasi
sebagian
P : R/T dilanjutkan
2 Pukul 16.10 WIB S : Klien menyatakan dapat
 Menganjurkan berjalan tapi tidak sanggup
untuk memindahkan benda lama-lama
yang mengganggu saat berjalan O : Klien masih mengguna-
 Membantu bergerak dengan kan tongkat untuk ber- jalan
bantuan seminimal mungkin - Klien berjalan lambat
 Menyarankan A : Masalah teratasi seba- gian
untuk mempertahankan istirahat
duduk atau tirah baring jika P : R/T dilanjutkan
diperlukan
3 Pukul 16.20 WIB S : Klien menyatakan masih
 Menyingkirkan bahaya yang takut untuk berjalan
dapat menyebabkan cedera O : Klien tampak berhati- hati
(usahakan kursi selalu berada di -Klien menggunakan
tempatnya jangan dipindah- tongkat
pindahkan) A: Masalah teratasi
 Mendorong klien untuk tetap sebagian
latihan berjalan
 Menjelaskan pada klien untuk
P : R/T dilanjutkan
tetap menggerakan sendi
untuk
meminimalkan kekakuan

25
No.
Dx Hari / Tanggal Implementasi Evaluasi
1 Sabtu / 15 Pukul 11.00 WIB S : Klien menyatakan kaki
Agustus 2020  Memberikan injeksi Neuropiton 1 kirinya masih sakit
cc O: Klien memijat kaki kiri-
 Menganjurkan minimal obat nya
setelah makan 3x / hari - Wajah sedikit meringis A
 Memberikan posisi yang nyaman : Masalah teratasi
yaitu posisi duduk bersandar seba-gian
 Menganjurkan untuk memijat
bagian sendi yang sakit dengan obat P : R/T dilanjutkan
gosok
2 Pukul 11.15 WIB S : Klien menyatakan masih
 Menjelaskan untuk tidak berjalan takut untuk berjalan
di tempat yang licin O: Klien datang ke poliklinik
 Membantu klien bangkit bersama teman satu wis-
dari duduk saat akan pulang manya
 Menganjurkan klien untuk banyak A : Masalah belum teratasi
istirahat
P : R/T dilanjutkan
3 Pukul 15.30 WIB S : Klien menyatakan dapat
 Membantu klien bergerak dengan berjalan, dari tidak
cara menuntunnya sang-gup berjalan
 Menganjurkan klien untuk meng- jauh
gerakkan sendinya walaupun dalam O : Klien berjalan lambat dan
keadaan duduk tetap menggunakan tong-
 Menganjurkan klien tetap meng- kat
gunakan tongkatnya saatnya A: Masalah teratasi sebagian
berjalan P : R/T dilanjutkan

26
BAB V
KESIMPULAN
Penyakit reumatik adalah kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat
dan berhubungan dengan usia lanjut. Secara klinis ditandai dengan nyeri, deformitas,
pembesaran sendi, dan hambatan gerak pada sendi – sendi tangan dan sendi besar yang
menanggung beban.
Artritis rematoid adalah merupakan penyakit inflamasi sistemik kronik dengan
manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. Terlibatnya sendi
pada pasien artritis rematoid terjadi setelah penyakit ini berkembang lebih lanjut sesuai
dengan sifat progresifitasnya. Pasien dapat juga menunjukkan gejala berupa kelemahan umum
cepat lelah.
Wanita lebih sering terkena osteoartritis pada lutut dan sendi, sedang pria lebih
sering terkena osteoartritis pada paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keeluruhan
dibawah 45 tahun frekuensi osteoartritis kurang lebih sama pada pria dan wanita, tetapi
diatas 50 tahun frekuensi oeteoartritis lebih banyak wanita dari pada pria hal ini menunjukkan
adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis.

27
DAFTAR PUSTAKA

Doenges E Marilynn, 2000., Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta Kalim, Handono,
1996., Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Mansjoer, Arif, 2000., Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculaapius FKUI, Jakarta.
Prince, Sylvia Anderson, 1999., Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit., Ed. 4, EGC, Jakarta.

28

Anda mungkin juga menyukai