DISUSUN OLEH :
Theresia Ivana, S. Kep., Ners, MSN Hj. Nurhayati Dewi, S. Kep., Ners
Mengetahui,
Koordinator Stase Keperawatan Komunitas Keluarga dan Gerontik,
ii
BAB I
KONSEP TEORI
B. Etiologi
1
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya rheumatoid arthritis, faktor
ketuaan adalah yang terkuat.Prevalensi dan beratnya orteoartritis
2
2
2. Jenis Kelamin
Wanita lebih sering terkena rheumatoid arthritis lutut dan sendi , dan
lelaki lebih sering terkena rheumatoid arthritis paha, pergelangan
tangan dan leher. Secara keeluruhan dibawah 45 tahun frekuensi
rheumatoid arthritis kurang lebih sama pada laki dan wanita tetapi
diatas 50 tahun frekuensi rheumatoid arthritis lebih banyak pada
wanita dari pada pria hal ini menunjukkan adanya peran hormonal
pada patogenesis rheumatoid arthritis.
3. Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya rheumatoid
arthritismissal, pada ibu dari seorang wanita dengan rheumatoid
arthritis pada sendi-sendi inter falang distal terdapat dua kali lebih
sering rheumatoid arthritis pada sendi-sendi tersebut, dan
anakanaknya perempuan cenderung mempunyai tiga kali lebih sering
dari pada ibu dananak perempuan dari wanita tanpa rheumatoid
arthritis.
4. Suku
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada rheumatoid arthritis
nampaknya terdapat perbedaan diantara masing-masing suku bangsa,
misalnya rheumatoid arthritispaha lebih jarang diantara orang-orang
kulit hitam dan usia dari pada kaukasia.
5. Kegemukan
Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya
resiko untuk timbulnya rheumatoid arthritis baik pada wanita maupun
pada pria. Kegemukan ternyata tak hanya berkaitan dengan
3
6. Proses Penuaan
Masa usia lanjut memang masa yang tidak bisa dielakkan oleh
siapapun khususnya bagi yang dikaruniai umur panjang, yang bisa
dilakukan oleh manusia hanyalah menghambat proses menua agar
tidak terlalu cepat, karena pada hakikatnya dalam proses menua
menjadi suatu kemunduran dan penurunan (Suardiman, 2011).
Proses menua menurut (Santi, 2011), (aging) adalah suatu
keadaan alami selalu berjalan dengan disertai adanya penurunan
kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi. Hal
tersebut berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum,
Diantara berbagai masalah kesehatan pada lansia yang menjadi
kondisi kronik adalah penyakit sendi/rematik, hipertensi, dan diikuti
penyakit lainnya (Smeltzer,2011).
D. Patofisiologi
.
5
Inflamasi non – bacterial disebabkan oleh infeksi,
endokrin, autoimun, metabolic dan faktor
genetik, serta faktor lingkungan
E. Pathway
Artritis Reumatoid
Tenosinovitis Kelainan pd
Sinovilis Kelainan pd jaringan
tulang
ekstra - artikular
Hiperemia & Invasi kolagen
pembengkaka Erosi tl. & Miopati Sistemik
n kerusakan pd
tl. rawan
Atrofi otot
Instabilitas dan
deformitas
Nekrosis & Ruptur tendo
sendi Anemia
kerusakan dlm secara parsial
ruang sendi atau lokal Osteoporosis
generalisata
Gangguan
Mk : mekanis & Kelemahan fisik
Nyeri Mk : Hambatan
fungsional pd
akut mobilitas fisik
sendi
Mk : Defisit
Gambaran khas Perawatan diri
nodul subkutan
Perubahan bentuk tubuh
pada tl. dan sendi
Mk : Risiko
Mk : cedera
Ansietas Mk : Gangguan
Konsep Diri, Citra
Diri
6
F. Pemeriksaan Penunjang
G. Komplikasi
H. Penatalaksanaan
1. Medikamentosa
Tidak ada pengobatan medikamentosa yang spesifik, hanya bersifat simtomatik.
Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) bekerja hanya sebagai analgesik dan
mengurangi peradangan, tidak mampu menghentikan proses patologis.
2. Istirahatkan sendi yang sakit, dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang
sakit.
3. Mandi dengan air hangat untuk mengurangi rasa nyeri.
4. Lingkungan yang aman untuk melindungi dari cedera.
5. Dukungan psikososial.
6. Fisioterapi dengan pemakaian panas dan dingin, serta program latihan yang tepat.
7. Diet untuk menurunkan berat badan dapat mengurangi timbulnya keluhan.
8. Kompres dengan es saat kaki bengkak dan kompres air hangat saat nyeri.
9. Konsumsi makanan yang mengandung protein dan Vitamin.
10. Diet rendah purin.
8
A. Pengkajian
1. Aktivitas/Istirahat
Gejala :
a. Sendi karena gerakan,
b. Nyeri tekan, memburuk dengan stress pada sendi : Kekakuan pada pagi hari.
c. Keletihan
Tanda :
a. Malaise
b. Keterbatasan rentang gerak ; atrofi otot, kulit : kontraktur atau kelainan pada
sendi dan otot
2. Kardiovaskuler
Gejala :
a. Jantung cepat
b. Tekanan darah menurun
3. Integritas Ego
Gejala :
a. Faktor-faktor stress akut atau kronis, misalnya finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, factor-faktor hubungan
b. Keputusasaan dan ketidak berdayaan
c. Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi misalnya ketergantungan
pada orang lain
4. Makanan Atau Cairan
Gejala :
Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/ cairan adekuat :
mual.
5. Anoreksia
Gejala :
Kesulitan untuk mengunyah
Tanda : Penurunan berat badan
Kekeringan pada membran mukosa
9
6. Hygiene
Gejala :
Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas pribadi, ketergantungan pada orang
lain.
7. Neurosensori
Gejala :
a. Kebas/kesemutan pada tangan dan kaki
b. Hilangnya sensasi pada jari tangan
Tanda :
Pembengkakan sendi
8. Nyeri / Kenyamanan
Gejala :
a. Fase akut dari nyeri
b. Terasa nyeri kronis dan kekakuan
9. Keamanan
Gejala:
a. Kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga
b. Kekeringan pada mata dan membran mukosa
10. Interaksi Sosial
Gejala:
a. Kerusakan interaksi dan keluarga / orang lsin
b. Perubahan peran: isolasi
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungkan dengan : agen pencedera; distensi jaringan oleh akumulasi
cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan bentuk tubuh pada tulang dan
sendi
4. Risiko cedera berhubungan dengan kelemahan fisik
5. Ansietas berhubungan dengan proses penyakit
6. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik.
10
C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC) Intervensi Keperawatan (NIC)
1. Nyeri akut berhubungkan dengan NOC : NIC :
: agen pencedera; distensi - Pain Level, Pain Management
jaringan oleh akumulasi cairan/ - Pain control, - Lakukan pengkajian nyeri secara
proses inflamasi, destruksi sendi. - Comfort level komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
Kriteria Hasil : presipitasi
- Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab - Observasi reaksi nonverbal dari
nyeri, mampu menggunakan tehnik ketidaknyamanan
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, - Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
mencari bantuan) mengetahui pengalaman nyeri klien
- Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan - Bantu klien dan keluarga untuk mencari dan
menggunakan manajemen nyeri menemukan dukungan
- Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, - Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
frekuensi dan tanda nyeri) nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
- Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri kebisingan
berkurang - Kurangi faktor presipitasi nyeri
- Tanda vital dalam rentang normal - Pilih dan lakukan penanganan nyeri
(farmakologi, non farmakologi dan inter
11
personal)
- Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
intervensi
- Ajarkan tentang teknik non farmakologi
- Tingkatkan istirahat dan Kolaborasikan
dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil
- Lakukan diet makanan tinggi kadar purin
untuk mencegah nyeri
2. Gangguan mobilitas fisik NOC : NIC :
berhubungan dengan deformitas - Joint Movement : Active Exercise therapy : ambulation
skeletal - Mobility Level - Monitoring vital sign sebelum/ sesudah latihan
- Self care : ADLs dan lihat respon klien saat latihan
- Transfer performance - Ajarkan klien atau tenaga kesehatan lain
tentang teknik ambulasi
Kriteria Hasil : - Kaji kemampuan klien dalam mobilisas
- Klien meningkat dalam aktivitas fisik - Latih klien dalam pemenuhan kebutuhan
- Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas ADLs secara mandiri sesuai kemampuan
- Memverbalisasikan perasaan dalam - Dampingi dan Bantu klien saat mobilisasi dan
meningkatkan kekuatan dan kemampuan bantu penuhi kebutuhan ADLs ps.
berpindah
- Memperagakan penggunaan alat Bantu
12
yang dimiliki.
- Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi
beri bantuan ketika klien tidak mampu
melakukannya.
- Ajarkan klien/ keluarga untuk mendorong
kemandirian, untuk memberikan bantuan
hanya jika klien tidak mampu untuk
melakukannya.
- Berikan aktivitas rutin sehari- hari sesuai
kemampuan
- Pertimbangkan usia klien jika mendorong
pelaksanaan aktivitas sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
18