Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN KOMUNITAS KELUARGA DAN

GERONTIK DENGAN DIAGNOSA MEDIS RHEUMATOID ARTHRITIS

(Stase Keperawatan Komunitas Keluarga Dan Gerontik)

DISUSUN OLEH :

ALBERT FERNANDO PUTRA JEFRY, S. Kep.


113063J120075

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN X


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSAN
BANJARMASIN
2021
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan pendahuluan stase komunitas keluarga dan gerontic dengan diagnosa


medis rheumatoid arthritis disusun oleh Albert Fernando Putra Jefry, S. Kep, NIM
113063J120075. Laporan Pendahuluan ini telah diperiksa dan disetujui oleh
Preseptor Akademik dan Preseptor Klinik.

Banjarmasin, 07 April 2021

Preseptor Akademik, Preseptor Klinik

Theresia Ivana, S. Kep., Ners, MSN Hj. Nurhayati Dewi, S. Kep., Ners

Mengetahui,
Koordinator Stase Keperawatan Komunitas Keluarga dan Gerontik,

Theresia Ivana, S. Kep., Ners, MSN

ii
BAB I

KONSEP TEORI

A. Definisi Rheumatoid Arthritis

Istilah rheumatism berasal dari bahasa Yunani, rheumatismos yang


berarti mucus, suatu cairan yang dianggap jahat mengalir dari otak ke
sendi dan struktur lain tubuh sehingga menimbulkan rasa nyeri atau
dengan kata lain, setiap kondisi yang disertai kondisi nyeri dan kaku pada
sistem muskuloskeletal disebut reumatik.
Penyakit rematik meliputi cakupan luas dari penyakit yang
dikarakteristikkan oleh kecenderungan yang mempunyai efek ke tulang,
sendi, dan jaringan lunak (Soumya, 2011).Penyakit rematik dapat
digolongkan dalam 2 bagian, yang pertama rematik sebagai penyakit
jaringan ikat karena mempunyai efek ke rangka pendukung (supporting
framework) tubuh dan organ – organ internalnya. Penyakit yang dapat
digolongkan dalam golongan ini adalah rheumatoid arthritis, gout, dan
fibromialgia. Golongan yang kedua dikenal sebagai penyakit autoimun
karena ia terjadi apabila sistem imun yang biasanya memproteksi tubuh
dari infeksi dan penyakit, mulai merusak jaringan - jaringan tubuh yang
sehat. Penyakit yang dapat digolongkan dalam golongan ini adalah
rheumatoid artritis,spondiloartritis, lupus eritematosus sistemik dan
skleroderma. (NIAMS, 2008).

B. Etiologi

Penyebab dari Reumatik hingga saat ini masih belum terungkap,


namun beberapa faktor resiko untuk timbulnya Reumatik antara lain
adalah :
1. Umur

1
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya rheumatoid arthritis, faktor
ketuaan adalah yang terkuat.Prevalensi dan beratnya orteoartritis

2
2

semakin meningkat dengan bertambahnya umur.Rheumatoid arthritis


hampir tak pernah pada anak-anak, jarang pada umur dibawah 40
tahun dan sering pada umur diatas 60 tahun.

2. Jenis Kelamin
Wanita lebih sering terkena rheumatoid arthritis lutut dan sendi , dan
lelaki lebih sering terkena rheumatoid arthritis paha, pergelangan
tangan dan leher. Secara keeluruhan dibawah 45 tahun frekuensi
rheumatoid arthritis kurang lebih sama pada laki dan wanita tetapi
diatas 50 tahun frekuensi rheumatoid arthritis lebih banyak pada
wanita dari pada pria hal ini menunjukkan adanya peran hormonal
pada patogenesis rheumatoid arthritis.

3. Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya rheumatoid
arthritismissal, pada ibu dari seorang wanita dengan rheumatoid
arthritis pada sendi-sendi inter falang distal terdapat dua kali lebih
sering rheumatoid arthritis pada sendi-sendi tersebut, dan
anakanaknya perempuan cenderung mempunyai tiga kali lebih sering
dari pada ibu dananak perempuan dari wanita tanpa rheumatoid
arthritis.

4. Suku
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada rheumatoid arthritis
nampaknya terdapat perbedaan diantara masing-masing suku bangsa,
misalnya rheumatoid arthritispaha lebih jarang diantara orang-orang
kulit hitam dan usia dari pada kaukasia.

5. Kegemukan
Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya
resiko untuk timbulnya rheumatoid arthritis baik pada wanita maupun
pada pria. Kegemukan ternyata tak hanya berkaitan dengan
3

rheumatoid arthritis pada sendi yang menanggung beban, tapi juga


dengan rheumatoid arthritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula).

6. Proses Penuaan
Masa usia lanjut memang masa yang tidak bisa dielakkan oleh
siapapun khususnya bagi yang dikaruniai umur panjang, yang bisa
dilakukan oleh manusia hanyalah menghambat proses menua agar
tidak terlalu cepat, karena pada hakikatnya dalam proses menua
menjadi suatu kemunduran dan penurunan (Suardiman, 2011).
Proses menua menurut (Santi, 2011), (aging) adalah suatu
keadaan alami selalu berjalan dengan disertai adanya penurunan
kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi. Hal
tersebut berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum,
Diantara berbagai masalah kesehatan pada lansia yang menjadi
kondisi kronik adalah penyakit sendi/rematik, hipertensi, dan diikuti
penyakit lainnya (Smeltzer,2011).

C. Tanda dan Gejala


Gejala utama dari rheumatoid arthritis adalah adanya nyeri pada sendi
yang terkena, terutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-
lahan. Mula-mula terasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang
dnegan istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi,
krepitasi, pembesaran sendi dan perubahan gaya jalan. Lebih lanjut lagi
terdapat pembesaran sendi dan krepitasi.
Tanda-tanda peradangan pada sendi tidak menonjol dan timbul
belakangan, mungkin dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri
tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang merata dan warna kemerahan,
antara lain;
1. Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama. Nyeri biasanya bertambah
dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa
4

gerakan tertentu kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri yang lebih


dibandingkan gerakan yang lain.
2. Hambatan gerakan sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-
pelan sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri.
3. Kaku pagi
Pada beberapa klien, nyeri sendi yang timbul setelah immobilisasi,
seperti duduk dari kursi, atau setelah bangun dari tidur.
4. Krepitasi
Rasa gemeretak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit.
5. Pembesaran sendi (deformitas)
Klien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (lutut atau
tangan yang paling sering) secara perlahan-lahan membesar
6. Perubahan gaya berjalan
Hampir semua klien rheumatoid arthritis pergelangan kaki, tumit,
lutut atau panggul berkembang menjadi pincang. Gangguan berjalan
dan gangguan fungsi sendi yang lain merupakan ancaman yang besar
untuk kemandirian klien yang umumnya tua (lansia).

D. Patofisiologi

Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema,


kongesti vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular.  Peradangan yang
berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular
kartilago dari sendi.  Pada persendian ini granulasi membentuk pannus,
atau penutup yang menutupi kartilago.  Pannus masuk ke tulang sub
chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan
gangguan pada nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan
sendi.  Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara
permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). 
Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi
5

lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian. 


Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat.
Lamanya arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan
masa adanya serangan dan tidak adanya serangan.  Sementara ada orang
yang sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. 
Yang lain, terutama yang mempunyai faktor rheumatoid (seropositif
gangguan rheumatoid) gangguan akan menjadi kronis yang progresif.

.
5
Inflamasi non – bacterial disebabkan oleh infeksi,
endokrin, autoimun, metabolic dan faktor
genetik, serta faktor lingkungan

E. Pathway
Artritis Reumatoid

Tenosinovitis Kelainan pd
Sinovilis Kelainan pd jaringan
tulang
ekstra - artikular
Hiperemia & Invasi kolagen
pembengkaka Erosi tl. & Miopati Sistemik
n kerusakan pd
tl. rawan

Atrofi otot

Instabilitas dan
deformitas
Nekrosis & Ruptur tendo
sendi Anemia
kerusakan dlm secara parsial
ruang sendi atau lokal Osteoporosis
generalisata

Gangguan
Mk : mekanis & Kelemahan fisik
Nyeri Mk : Hambatan
fungsional pd
akut mobilitas fisik
sendi
Mk : Defisit
Gambaran khas Perawatan diri
nodul subkutan
Perubahan bentuk tubuh
pada tl. dan sendi
Mk : Risiko
Mk : cedera
Ansietas Mk : Gangguan
Konsep Diri, Citra
Diri
6

F. Pemeriksaan Penunjang

1. Tes serologi : Sedimentasi eritrosit meningkat, darah bisa terjadi anemia dan


leukositosis, reumatoid faktor, terjadi 50-90% penderita.
2. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak,
erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan ( perubahan awal )
berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan
subluksasio. Perubahan osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
3. Scan radionuklida :mengidentifikasi peradangan sinovium.
4. Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/
degenerasi tulang pada sendi.
5. Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari
normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning ( respon inflamasi, produk-
produk pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan lekosit, penurunan viskositas
dan komplemen ( C3 dan C4 ).
6. Biopsi membran sinovial: menunjukkan perubahan inflamasi dan perkembangan
panas.
7. Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle Aspiration) atau
atroskopi; cairan sendi terlihat keruh karena mengandung banyak leukosit dan
kurang kental dibanding cairan sendi yang normal.
8. Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis yang simetris
yang mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap
sekurang-kurangnya 6 minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau
gambaran erosi peri-artikuler pada foto rontgen.

G. Komplikasi

1. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya prosesgranulasi


di bawah kulit yang disebut subcutan nodule.
2. Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot.
3. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli.
7

4. Tromboemboli adalah adanya sumbatan pada pembuluh darah yang disebabkan


oleh adanya darah yang membeku.
5. Terjadi splenomegali.
6. Slenomegali merupakan pembesaran limfa,jika limfa membesar kemampuannya
untuk menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah putih dan trombosit dalam
sirkulasi menangkap dan menyimpan sel-sel darah akan meningkat

H. Penatalaksanaan

1. Medikamentosa
Tidak ada pengobatan medikamentosa yang spesifik, hanya bersifat simtomatik.
Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) bekerja hanya sebagai analgesik dan
mengurangi peradangan, tidak mampu menghentikan proses patologis.
2. Istirahatkan sendi yang sakit, dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang
sakit.
3. Mandi dengan air hangat untuk mengurangi rasa nyeri.
4. Lingkungan yang aman untuk melindungi dari cedera.
5. Dukungan psikososial.
6. Fisioterapi dengan pemakaian panas dan dingin, serta program latihan yang tepat.
7. Diet untuk menurunkan berat badan dapat mengurangi timbulnya keluhan.
8. Kompres dengan es saat kaki bengkak dan kompres air hangat saat nyeri.
9. Konsumsi makanan yang mengandung protein dan Vitamin.
10. Diet rendah purin.
8

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN RHEUMATOID


ARTHRITIS

A. Pengkajian
1. Aktivitas/Istirahat
Gejala :
a. Sendi karena gerakan,
b. Nyeri tekan, memburuk dengan stress pada sendi : Kekakuan pada pagi hari.
c. Keletihan
Tanda :
a. Malaise
b. Keterbatasan rentang gerak ; atrofi otot, kulit : kontraktur atau kelainan pada
sendi dan otot
2. Kardiovaskuler
Gejala :
a. Jantung cepat
b. Tekanan darah menurun
3. Integritas Ego
Gejala :
a. Faktor-faktor stress akut atau kronis, misalnya finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, factor-faktor hubungan
b. Keputusasaan dan ketidak berdayaan
c. Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi misalnya ketergantungan
pada orang lain
4. Makanan Atau Cairan
Gejala :
Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/ cairan adekuat :
mual.
5. Anoreksia
Gejala :
Kesulitan untuk mengunyah
Tanda : Penurunan berat badan
Kekeringan pada membran mukosa
9

6. Hygiene
Gejala :
Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas pribadi, ketergantungan pada orang
lain.
7. Neurosensori
Gejala :
a. Kebas/kesemutan pada tangan dan kaki
b. Hilangnya sensasi pada jari tangan
Tanda :
Pembengkakan sendi
8. Nyeri / Kenyamanan
Gejala :
a. Fase akut dari nyeri
b. Terasa nyeri kronis dan kekakuan
9. Keamanan
Gejala:
a. Kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga
b. Kekeringan pada mata dan membran mukosa
10. Interaksi Sosial
Gejala:
a. Kerusakan interaksi dan keluarga / orang lsin
b. Perubahan peran: isolasi

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungkan dengan : agen pencedera; distensi jaringan oleh akumulasi
cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan bentuk tubuh pada tulang dan
sendi
4. Risiko cedera berhubungan dengan kelemahan fisik
5. Ansietas berhubungan dengan proses penyakit
6. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik.
10

C. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC) Intervensi Keperawatan (NIC)
1. Nyeri akut berhubungkan dengan NOC : NIC :
: agen pencedera; distensi - Pain Level, Pain Management
jaringan oleh akumulasi cairan/ - Pain control, - Lakukan pengkajian nyeri secara
proses inflamasi, destruksi sendi. - Comfort level komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
Kriteria Hasil : presipitasi
- Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab -  Observasi reaksi nonverbal dari
nyeri, mampu menggunakan tehnik ketidaknyamanan
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, - Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
mencari bantuan) mengetahui pengalaman nyeri klien
- Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan - Bantu klien dan keluarga untuk mencari dan
menggunakan manajemen nyeri menemukan dukungan
- Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, - Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
frekuensi dan tanda nyeri) nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
- Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri kebisingan
berkurang -  Kurangi faktor presipitasi nyeri
- Tanda vital dalam rentang normal - Pilih dan lakukan penanganan nyeri
(farmakologi, non farmakologi dan inter
11

personal)
- Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
intervensi
- Ajarkan tentang teknik non farmakologi
- Tingkatkan istirahat dan Kolaborasikan
dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil
- Lakukan diet makanan tinggi kadar purin
untuk mencegah nyeri
2. Gangguan mobilitas fisik NOC : NIC :
berhubungan dengan deformitas - Joint Movement : Active Exercise therapy : ambulation
skeletal - Mobility Level - Monitoring vital sign sebelum/ sesudah latihan
- Self care : ADLs dan lihat respon klien saat latihan
- Transfer performance - Ajarkan klien atau tenaga kesehatan lain
tentang teknik ambulasi
Kriteria Hasil : - Kaji kemampuan klien dalam mobilisas
- Klien meningkat dalam aktivitas fisik - Latih klien dalam pemenuhan kebutuhan
- Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas ADLs secara mandiri sesuai kemampuan
- Memverbalisasikan perasaan dalam - Dampingi dan Bantu klien saat mobilisasi dan
meningkatkan kekuatan dan kemampuan bantu penuhi kebutuhan ADLs ps.
berpindah
- Memperagakan penggunaan alat Bantu
12

untuk mobilisasi (walker)

3 Gangguan citra tubuh NOC NICBody image enhancement


berhubungan dengan perubahan - Body image - Kaji secara verbal dan non verbal respon klien
bentuk tubuh pada tulang. dan - Self esteem terhadap tubuhnya
sendi - Monitor frekuensi mengkritik dirinya
Kriteria Hasil : - Jelaskan tentang pengobatan, perawatan,
- Body image positif kemajuan dan prognosis penyakit
- Mampu mengidentifikasi kekuatan persona - Dorong klien mengungkapkan perasaannya
- Mendiskripsikan secara faktual perubahan - Identifikasi arti pengurangan melalui
fungsi tubuh pemakaian alat bantu
- Mempertahankan interaksi sosial - Fasilitasi kontak dengan individu lain dalam
kelompok kecil

4 Risiko cedera berhubungan NOC : Risk Kontrol NIC : Environment Management (Manajemen


dengan kelemahan fisik Kriteria Hasil : lingkungan)
- Klien terbebas dari cedera - Sediakan lingkungan yang aman untuk klien
- Klien mampu menjelaskan cara/metode - Identifikasi kebutuhan keamanan klien, sesuai
untukmencegah injury/ceder dengan kondisi fisik dan fungsi kognitif  klien
- Klien mampu menjelaskan factor resiko dari dan riwayat penyakit terdahulu klien
lingkungan/perilaku persona - Menghindarkan lingkungan yang berbahaya
- Mampumemodifikasi gaya hidup (misalnya memindahkan perabotan)
13

untukmencegah injur - Memasang pagar pada tempat tidur


- Menggunakan fasilitas kesehatan yang ad - Menempatkan saklar lampu ditempat yang
- Mampu mengenali perubahan status mudah dijangkau klien.
kesehatan - Memberikan penerangan yang cukup
- Memindahkan barang-barang yang dapat
membahayakan
- Berikan penjelasan pada klien dan keluarga
atau pengunjung adanya perubahan status
kesehatan dan penyebab penyakit.

5 Ansietas berhubungan dengan NOC : NIC :


proses penyakit - Anxiety control Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
- Coping - Gunakan pendekatan yang menenangkan
- Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
Kriteria Hasil : pelaku klien
- Klien mampu mengidentifikasi dan -  Jelaskan semua prosedur dan apa yang
mengungkapkan gejala cemas dirasakan selama prosedur
- Mengidentifikasi, mengungkapkan dan - Temani klien untuk memberikan keamanan
menunjukkan tehnik untuk mengontol dan mengurangi takut
cemas - Berikan informasi faktual mengenai diagnosis,
- Vital sign dalam batas normal tindakan prognosis
- Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh - Dorong keluarga untuk menemani anak
14

dan tingkat aktivitas menunjukkan - Lakukan back / neck rub


berkurangnya kecemasan - Dengarkan dengan penuh perhatian
- Identifikasi tingkat kecemasan
- Bantu klien mengenal situasi yang
menimbulkan kecemasan
- Dorong klien untuk mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
- Instruksikan klien menggunakan teknik
relaksasi
- Barikan obat untuk mengurangi kecemasan

6 Defisit perawatan diri NIC :


berhubungan dengan kelemahan NOC : Self Care assistane : ADLs
fisik - Self care : Activity of Daily Living (ADLs) - Monitor kemempuan klien untuk perawatan
diri yang mandiri.
Kriteria Hasil : - Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu
- Klien terbebas dari bau badan untuk kebersihan diri, berpakaian, berhias,
- Menyatakan kenyamanan terhadap toileting dan makan.
kemampuan untuk melakukan ADLs - Sediakan bantuan sampai klien mampu secara
- Dapat melakukan ADLS dengan bantuan utuh untuk melakukan self-care.
- Dorong klien untuk melakukan aktivitas
sehari-hari yang normal sesuai kemampuan
15

yang dimiliki.
- Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi
beri bantuan ketika klien tidak mampu
melakukannya.
- Ajarkan klien/ keluarga untuk mendorong
kemandirian, untuk memberikan bantuan
hanya jika klien tidak mampu untuk
melakukannya.
- Berikan aktivitas rutin sehari- hari sesuai
kemampuan
- Pertimbangkan usia klien jika mendorong
pelaksanaan aktivitas sehari-hari. 
DAFTAR PUSTAKA

Jhonson R. dan Leny R (2010). Keperawatan Keluarga Contoh Askep Keluarga.


Yogyakarta : Nuha Medika.
Lynda, Jual. (2014). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. alih bahasa
Monica Ester, Skp.EGC : Jakarta
Mustaqin, Arif. (2012). Buku Ajar Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Editor, Eko Karioni. Jakarta : EGC.
Prapti Utami dan Tim Lentera. (2013). Tanaman Obat untuk Mengatasi
Rematikdan Asam Urat. Jakarta: Agro Media Pustaka.
Sjaifoellah Noer. (2010). Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Jakarta : FKUI.
Wahyudi Nugroho. (2010). Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC

18

Anda mungkin juga menyukai