Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN KASUS OT REMATOLOGI

“Layanan Terapi Okupasi dengan Kondisi Suspect Osteoarthritis


Knee Dextra pada Aktifitas Buang Air Besar (BAB)”

Disusun Oleh :
Cendana Kusumaningrum (P27228020121)

Disusun Guna Memenuhi Sebagai Persyaratan Menyelesaikan Mata Kuliah TO


Rematologi

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN JURUSAN TERAPI OKUPASI


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURAKARTA
JURUSAN TERAPI OKUPASI
TAHUN 2022

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit rematik sering kali dikelompokkan dalam arthritis atau
radang sendi. Tetapi sebenarnya arthritis hanya salah satu cakupan kondisi
rematik. Selain rheumatoid arthritis ada kondisi lain dari penyakit rematik,
seperti osteoarthritis, lupus, sindrom Sjögren, ankylosing spondylitis, dan
sebagainya. Rematik adalah penyakit autoimun dan inflamasi yang
menyebabkan sistem kekebalan malah menyerang sendi dan struktur
jaringan sekitarnya (tendon, ligamen, sinovia, otot, sendi, tulang dan otot),
dan bisa juga mengenai organ lain. Kondisi ini termasuk sebagian besar
bentuk radang sendi dan spondyloarthropathies (kondisi peradangan tulang
belakang), yang biasanya menyakitkan, kronis, dan progresif. Penyakit ini
juga bisa semakin memburuk dari waktu ke waktu sehingga mengganggu
aktivitas sehari-hari. Penyakit rematik cenderung mempengaruhi bagian-
bagian berikut dari sistem muskuloskeletal, yang meliputi sendi, otot,
tulang, tendon dan ligamen.

Menurut WHO ada sekitar 150 jenis penyakit, yang dikelompokkan


menjadi:

a. Penyakit degeneratif (osteoartritis)

b. Penyakit jaringan ikat (penyakit autoimun

c. Penyakit spondiloartropati

d. Penyakit metabolik (asam urat atau gout artritis)

e. Penyakit akibat infeksi

f. Penyakit ekstra artikuler (otot, tendon,tulang)

g. Penyakit akibat kerja/trauma

h. Penyakit Fibromyalgia

i. Penyakit akibat keganasan

2
B. Definisi
Osteoarthritis adalah peradangan kronis di sendi akibat kerusakan
pada tulang rawan. Osteoarthritis adalah jenis arthritis atau radang sendi
yang paling sering terjadi. Kondisi ini menyebabkan keluhan, seperti
sendi-sendi terasa sakit, kaku, dan bengkak. Osteoarthritis bisa menyerang
semua sendi, tetapi kondisi ini paling sering terjadi di sendi-sendi jari
tangan, lutut, pinggul, dan tulang punggung. Gejala osteoarthritis
umumnya berkembang secara bertahap seiring waktu. Osteoarthritis
adalah bentuk arthritis yang paling umum, mempengaruhi jutaan orang di
seluruh dunia. Ini terjadi ketika tulang rawan pelindung yang menjadi
bantalan ujung tulang aus seiring waktu. Meskipun osteoartritis dapat
merusak sendi mana pun, gangguan ini paling sering menyerang sendi di
tangan, lutut, pinggul, dan tulang belakang.
Osteoarthritis (OA) adalah suatu penyakit kronis yang melibatkan
cairan sinovial dan tulang rawan sendi, terutama pada sendi lutut, panggul,
verterba, dan tangan.Penyakit ini merupakan salah satu penyebab utama
disabilitas secara global yang ditandai dengan adanya penyempitan celah
sendi, sklerosis tulang subkondral, pembentukan osteofit, dan
berkurangnya cairan sendi. Sebanyak 80% orang dengan OA mengalami
gangguan pergerakan sendi. Osteoarthritis dapat dibedakan menjadi dua
jenis, yaitu OA primer yang terjadi akibat proses degeneratif dan OA
sekunder yang terjadi karena penyebab lain, seperti trauma, obesitas, atau
penggunaan berlebihan/overuse. Gejala osteoartritis sering berkembang
perlahan dan memburuk seiring waktu. Tanda dan gejala osteoartritis
meliputi:

a. Rasa sakit/nyeri, sendi yang terkena mungkin sakit selama


atau setelah gerakan.
b. Kekakuan/stiffness, terlihat saat bangun tidur atau setelah
tidak aktif.

3
c. Tenderness, sendi terasa lunak saat Anda memberikan
tekanan ringan ke atau di dekatnya.
d. Hilangnya fleksibilitas, tidak dapat menggerakkan sendi
melalui berbagai gerakannya.
e. Grating sensation, merasakan sensasi kisi-kisi saat
menggunakan sambungan, bunyi letupan atau derak.
f. Bone spurs, hal ini terasa seperti benjolan keras, dapat
terbentuk di sekitar sendi yang terkena.
g. Pembengkakan, hal ini mungkin disebabkan oleh
peradangan jaringan lunak di sekitar sendi.

C. Prevalensi
Data dari World Health Organization (2011) menunjukkan jumlah
penderita OA di seluruh dunia sebanyak 151 juta jiwa. Lebih lanjut AAOS
(American Academy of Orthopaedic Surgeons), 2013 menyatakan bahwa
insidens osteoartritis lutut di Amerika Serikat diperkirakan mencapai 240
orang per 100.000 tiap tahunnya. Sepanjang tahun 2009, lebih dari sebelas
juta kunjungan rawat jalan merupakan kasus osteoartritis. Diperkirakan
pada tahun 2010, hampir sepuluh juta orang dewasa mengalami gejala
osteoartritis lutut (AAOS, 2013). 2Menurut Sujatmiko (2013), 400 dari
1000 populasi dunia yang berusia 70 tahun menderita osteoarthritis dan
sekitar 80% penderita mengalami penurunan kualitas hidup. Berdasarkan
data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 hasil dari wawancara
pada usia ≥ 15 tahun rata-rata prevalensi penyakit sendi/rematik sebesar
24,7%. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan provinsi dengan
prevalensi OA tertinggi yaitu sekitar 33,1% dan provinsi dangan
prevalensi terendah adalah Riau yaitu sekitar 9% sedangkan di Jawa Timur
angka prevalensinya cukup tinggi yaitu sekitar 27% (Riskesdas, 2013).

4
D. Etiologi
Etiologi osteoarthritis (OA) yang dianggap memegang peranan
penting dalam perjalanan penyakit adalah stres harian yang dialami oleh
sendi, terutama pada sendi yang memikul berat badan. Kebanyakan riset
memercayai bahwa gangguan degeneratif pada osteoarthritis diawali
secara primer oleh beban yang terlalu berat pada sendi sehat atau beban
yang normal pada sendi yang sudah terganggu terlebih dulu. Adanya gaya
dari luar akan mempercepat efek katabolik kondrosit dan merusak matriks
kartilago lebih jauh lagi Banyak faktor yang bisa meningkatkan risiko
terjadinya OA. Beberapa faktor yang dinilai cukup signifikan adalah:
a. Usia, Seiring dengan bertambahnya usia, proses degeneratif
pada sendi juga meningkat. Hal ini menyebabkan OA lebih sering
ditemukan pada usia yang lebih tua (>60 tahun)
b. Jenis Kelamin, Wanita memiliki risiko untuk terkena OA
lebih tinggi, terutama OA primer. Hal ini disebabkan struktur
sendi wanita yang memiliki ruang antar sendi yang lebih sempit.
Wanita juga memiliki lebih banyak hormon esterogen. Esterogen
diperkirakan dapat mempengaruhi metabolisme kondrosit.
c. Obesitas, Obesitas menyebabkan meningkatnya beban/stres
pada sendi, terutama lutut. Obesitas juga mengakibatkan
peningkatan sekresi sitokin adipose (adipokin), seperti interleukin
(IL)-1, IL-6, IL-8, dan tumor necrosis factor (TNF)-α yang
meningkatkan aktivitas enzim MMP. Studi metaanalisis
menemukan risiko terjadinya OA meningkat seiring dengan
meningkatnya indeks masa tubuh (IMT). Risiko OA mulai
meningkat pada IMT >25.
d. Riwayat Trauma, Trauma dapat menyebabkan instabilitas
dan beban biomekanik sendi, terutama trauma meniskus, ligament,
tulang, dan sendi. Selain dari trauma, tindakan operasi juga bisa
menyebabkan hal serupa.

5
e. Aktivitas Fisik, Aktivitas fisik yang berat dapat
meningkatkan risiko OA. Penggunaan sendi yang berlebih
(skuating, jongkok, berlutut, melompat, angkat berat) dapat
menyebabkan mikrotrauma dan perlahan-lahan kerusakan sendi.
Aktivitas fisik yang berat juga menyebabkan tekanan/stress,
terutama pada sendi-sendi penopang/weight-bearing joints.
f. Genetik, Osteoarthritis dapat terjadi secara herediter. Faktor
genetik yang terlibat antara lain adalah ADAM12, CLIP, MMP3,
COL11, COL12, dan CLIP. Mutasi pada gen tersebut
meningkatkan aktifitas enzim degradatif pada kartilago dan reaksi
inflamasi.
g. Faktor Lain, Faktor-faktor lain yang dinilai berperan antara
lain adalah sindrom metabolik, kekuatan otot, infeksi, deposit
kristal, akromegali, penyakit tulang metabolik, kelainan
morfologi, hemoglobinopati, defisiensi hormon, penyakit
metabolik herediter (penyakit Wilson, hemokromatosis,
alkaptonuria), gangguan propriosepsi, dan artropati Charcot.

E. Prognosis
Prognosis osteoarthritis (OA) dapat baik apabila penyakit dapat
ditemukan pada tahap kerusakan yang dini. Sampai saat ini belum
ditemukan penatalaksanaan yang dapat menyembuhkan osteoarthritis
secara definitif, dan penyakit ini sering menimbulkan hendaya pada
aktifitas sehari-hari. Osteoarthritis adalah penyakit yang berjalan kronis
dan progresif. Sampai saat ini belum ditemukan metode terapi yang dapat
menyembuhkan OA, namun demikian, modalitas terapi yang ada dapat
mengatasi keluhan, menghambat progresifitas penyakit, dan menjaga
fungsi sendi. Komplikasi akibat obat AINS sangat sering terjadi dan dapat
memberatkan gangguan kualitas hidup. Prognosis pasien lebih baik jika
dilakukan penggantian sendi total.

6
F. Patofisiologi
Patofisiologi osteoarthritis (OA) paling sering disebabkan karena
penuaan sendi secara fisiologis, sehingga sering kali disebut dengan
penyakit sendi degeneratif. Akan tetapi, banyak faktor yang berperan
dalam terjadi OA, seperti trauma, penggunaan berlebihan/overuse, faktor
genetik, obesitas, perubahan hormon, dan sebagainya. Faktor-faktor
tersebut memberikan beban pada sendi secara berkepanjangan, sehingga
menyebabkan terganggunya homeostasis dari sintesis-degradasi sendi dan
perubahan morfologi berupa kerusakan tulang rawan, pembentukan
osteofit, sklerosis subkondral, dan kista tulang subkondral. Kerusakan
kartilago adalah proses patognomonik/hallmark process yang terjadi pada
OA, proses ini terjadi secara fokal dan progresif. Pada stadium awal,
kartilago mengalami penebalan tetapi dalam perkembangannya akan
menjadi lunak dan berfibril. Hal ini menyebabkan terganggunya integritas
permukaan sendi, penipisan, dan ulserasi yang meluas ke tulang.

G. Gambaran Klinis
Tujuan penatalaksanaan osteoarthritis (OA) adalah untuk
mengendalikan nyeri, optimalisasi fungsi sendi, mengurangi keterbatasan
fisik, meningkatkan kualitas hidup, menghambat terjadinya komplikasi
dan progresifitas penyakit. Tata laksana OA dilakukan secara bertahap dan
holistik. menangani pasien osteoarthritis (OA) dengan melakukan edukasi
dan memberikan terapi konvensional (non-farmakoterapi dan
farmakoterapi dasar) untuk menanggulangi nyeri. Tanda bahaya dan
kondisi pasien yang memerlukan rujukan ke spesialis ortopedi antara lain:

a. Gejala klinis berat: inflamasi lokal berat, eritema, nyeri progresif

b. Gagal terapi konvensional (non-farmakologi dan farmakologi)

c. Gangguan aktivitas fisik sehari-hari

d. Nyeri hingga menyebabkan gangguan tidur dan psikologis

e. Deformitas genu varus atau valgus

7
f. Subluksasi atau dislokasi sendi

g. Riwayat trauma/operasi sendi yang terlibat

8
BAB II
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
Nama / Inisial : Ny. E
Umur : 54 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Sisi Dominan : Kanan
Alamat : Gedongan, Colomadu

B. DIAGNOSIS PASIEN
Diagnosis Medis : Suspect Osteoarthritis
Diagnosis Topis : Knee Dextra
Diagnosis Kausatif : Obesitas dan riwayat trauma lutut pasca
kecelakaan

C. DATA SUBJEKTIF
Initial Assessment :
Interview
Berdasarkan hasil wawancara dengan pasien pada tanggal 20
September 2022, didapatkan informasi bahwa pasien mengeluhkan adanya
nyeri pada lutut sebelah kanan saat melakukan aktivitas, biasanya keluhan ini
timbul selama hampir 10 kali dalam 1 bulan. Rasa kaku timbul pada waktu
pagi hari di saat pasien melakukan aktivitas seperti bangun dari duduk ke
berdiri, jongkok saat BAB, naik tangga dan jalan dengan jarak yang jauh. Saat
melakukan aktivitas, pasien juga sering mengeluhkan bahwa ada bunyi”krek”
atau krepitus pada lutunya. Selain mengeluhkan rasa nyeri, klien juga
mengeluhkan rasa kaku pada lutunya khusunya di pagi hari saat bangun tidur.
Rasa kaku akan hilang kurang lebih dalam waktu 10-15 menit, Disaat lutut
pasien terasa nyeri atau kaku, hal yang dilakukan oleh pasien adalah memijat
lututnya secara perlahan dengan menggunakan minyak urut. Pasien memiliki

9
penyakit penyerta seperti hipertensi dengan nilai 155/100 mmHg. Sehingga
dapat mempengaruhi kualitas tidurnya. Selain itu, klien juga mengalami
kesulitan melakukan gerakan jongkok saat toileting (BAB). Karena saat
melakukan gerakan jongkok terlalu lama, lututnya merasakan nyeri.

- Observasi Klinis
Berdasarkan hasil obeservasi pada tanggal 20 September 2022, pasien
terlihat sangat bersih dan rapi saat berpenampilan. Pasien memiliki sopan dan
santun yang tinggi, pasien ramah. Pasien mampu berkomunikasi secara lancar,
respon pasien terhadap terapis baik, dan pasien tidak memiliki permasalahan
kognitif. Pasien juga tidak memiliki masalah atau gangguan sensori. Ny. E
mampu berjalan dengan baik, tidak ada gangguan. Pada kakinya ditemukan
banyak varises namun tidak ditemukan adanya oedem, swelling, nodul, atau
kontraktur dan saat bangun dari duduk ke berdiri, lutut klien terdengar suara
“krek”/ krepitus beberapa kali.

- Screening Test
Berdasarkan hasil screening test untuk pasien fisik dewasa pada
tanggal 20 September 2022 diperoleh informasi bahwa penyakit
Osteoarthritis yang dialami oleh Ny. E terjadi secara bertahap. Pada awal
Februari tahun 2022 setelah bangun di pagi hari Ny. E merasakan nyeri di
lututnya yang sebelah kanan. Nyeri bermula di lutut kanan saat Ny. E
melakukan ibadahh sholat subuh dan saat melakukan aktivitas buang air
besar (BAB). Dan saat berpindah posisi dari duduk ke berdiri Ny. E juga
terkadang merasa nyeri, namun hanya sesaat lalu hilang dan muncul lagi. Ny.
E mengeluh bahwa lututnya mudah nyeri dan linu saat beraktivitas, tetapi
nyeri tersebut berkurang setelah Ny. E beristirahat. Namun, setelah
digunakan untuk beraktivitas lagi, misalnya jongkok maka nyeri tersebut
kembali muncul. Selain memiliki riwayat sakit hipertensi, dalam
pemeriksaan screening dewasa didapatkan juga data hasil pemeriksaan
mengenai lingkup gerak sendi (LGS) dan kekuatan otot (KO) pada anggota

10
gerak bawah. LGS anggota gerak bawah klien area knee saat fleksi sedikit
mengalami keterbatasan. LGS pergelangan kaki dan kaki normal. Kekuatan
otot klien pada anggota gerak bawah bernilai 4- ( blanko terlampir).
Berdasarkan hasil pemeriksaan untuk mengetahui apakah pasien memiliki
keterbatasan saat melakukan aktivitas sehari-hari, terapis memberikan
perintah untuk jongkok, naik turun tangga, dan berjalan selama beberapa kali.

-Model Treatment yang Akan Digunakan


Model treatment atau kerangka acuan yang digunakan pada kasus ini
adalah perpaduan dari Kerangka Acuan Biomekanik dan Kerangka Acuan
Rehabilitatif. Penggunaan Kerangka Acuan Biomekanik pada kondisi
osteoarthritis karena pada kondisi osteoarthritis merupakan gangguan
musculoskeletal dan mengalami kelemahan anggota gerak bawah dan
endurance pada lutut untuk aktivitas fungsional serta untuk mempermudah
melakukan terapi dan mempercepat perkembangan pasien. Adapun dalam
Kerangka Acuan Biomekanik ini terdapat berbagai macam strategi yang
dapat digunakan guna meningkatkan derajat lingkup gerak sendi, kekuatan
otot, serta daya tahannya. Kemudian daripada itu, digunakannya Kerangka
Acuan Rehabilitatif pada kasus ini didasarkan pada fakta bahwa penyakit
Osteoarthritis merupakan gangguan yang progresif dan tidak dapat
disembuhkan. Oleh sebab itu, Kerangka Acuan Rehabilitatif digunakan untuk
meningkatkan kualitas hidup, mengembalikan kemampuannya sehingga
dapat melakukan aktivitas fungsionalnya walaupun terdapat keterbatasan
menggunakan sisa kemampuan yang dimiliki dengan beberapa teknik yang
dapat diterapkan pada pasien OA

D. DATA OBJEKTIF
1. Screening Dewasa
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari screening dewasa, Ny. E berusia
54 tahun, , memiliki tiga orang anak laki-laki yang bertempat tinggal di
Tnon Kidul, Gedongan Colomadu. Sering mengeluhkan nyeri yang

11
dialami pada awal bulan Februari 2022, Ny. E sering merasa nyeri di
pagi hari dan kaku kurang lebih 15 menit. Selain memiliki riwayat sakit
hipertensi, dalam pemeriksaan screening dewasa didapatkan juga data
hasil pemeriksaan mengenai LGS dan kekuatan otot pada anggota gerak
bawah. LGS pada area knee saat fleksi sedikit mengalami keterbatasan.
LGS pergelangan kaki dan kaki normal. Kekuatan otot klien pada
anggota gerak bawah bernilai 4-.

2. Lingkup Gerak Sendi (LGS)


Berdasarkan hasil pemeriksaan menggunakan Blanko
Pemeriksaan Lingkup Gerak Sendi dengan menggunakan
Musculoskeletal Assessment dengan alat goniometer yang digunakan
untuk mengukur derajat lingkup gerak sendi Ny. E pada knee dextra
yang dilakukan pada tanggal 20 September 2022, didapatkan hasil
sebagai berikut :

Lingkup Gerak Sendi Hasil Tes LGS Normal


Fleksi Knee Sinistra 90° 135°

Ekstensi Knee Sinistra 0° 10°

Berdasarkan tabel pemeriksaan tersebut diketahui bahwa Ny. E


mengalami keterbatasan derajat lingkup gerak sendi.

3. Kekuatan Otot (KO)


Berdasarkan hasil pemeriksaan menggunakan Blanko Pemeriksaan
Kekuatan Otot Ny. E pada knee dextra menggunakan pemeriksaan
Manual Muscle Testing (MMT) yang dilakukan pada tanggal 20
September 2022 didapatkan hasil sebagai berikut :

12
Gerakan Otot yang Bekerja Nilai
Fleksi Knee Biceps femoris 4-
Dextra

Semitendinosus 4-
Semimembranosus

Ekstensi Knee Quadriceps (rectus femoris, vastus 4-


intermedius, vastus lateralis, dan
Dextra
vastus medialis)

Berdasarkan tabel pemeriksaan tersebut diketahui bahwa


kekuatan otot Ny. E mengalami keterbatasan sebab hanya bernilai 4-,
dimana pergerakannya mampu melawan gravitasi serta tahanan sedang.

4. Visual Analog Scale (VAS)


Berdasarkan hasil pemeriksaan menggunakan blanko Visual
Analog Scale (VAS) yang digunakan untuk memeriksa tingkat nyeri
pasien pada area lutut kanan diketahui bahwa saat tidak ada aktivitas
Ny. E tidak merasakan nyeri (malah merasa nyaman). Namun, ketika
ditekan oleh terapis diketahui bahwa rentang nyeri pasien berada pada
nomor 7, artinya nyeri yang dirasakan oleh Ny. E cukup parah

5. Functional Independence Measurement (FIM)


Berdasarkan blanko FIM (Functional Independence
Measurement) diperoleh data bahwa skor totalnya adalah 117. Hal ini
menunjukkan bahwa Ny. E mampu melakukannya dengan mandiri
penuh. Ny. E mampu melakukan beberapa aktivitas self care yang
melibatkan ekstremitas atas seperti makan, merias diri, serta berpakaian
untuk tubuh bagian atas dengan mandiri tanpa bantuan. Pada aktivitas
toiletting Ny. E mampu mandiri dengan sedikit modifikasi. Ny. E
mampu memanajemen atau kontrol BAK dan BAB dengan baik.

13
Mobilitas Ny. E juga baik karena mampu berpindah tempat dari satu
tempat ke tempat yang lain. Selain itu, dari segi kemampuan
berkomunikasi dan kognitif sosial juga baik. Jadi, Ny. E dinyatakan
mandiri tanpa bantuan.

E. ASSESSMENT / PENGKAJIAN DATA


Rangkuman data Subjektif dan Objektif :
Aset :
Pasien memiliki ingatan yang bagus, pasien tidak memiliki
permasalahan kognitif, komunikasi pasien bagus, tidak ada gangguan
sensori dan perceptual, serta memiliki semangat untuk hidup mandiri
sangat tinggi. Kekuatan otot pasien juga tergolong normal, dan pasien
mampu melakukan aktivitas sehari-harinya dengan mandiri.

Limitasi :
Pasien memiliki sedikit gangguan pengelihatan, kemampuan untuk
berjalan dan jongkok sudah mengalami penurunan sehingga berjalan dan
jongkok dengan perlahan karena merasakan nyeri pada lututnya. Pasien
kesulitan dalam melakukan aktivitas BAB saat toileting.

Prioritas Masalah :
Berdasarkan aset dan limitasi yang dimiliki Ny. E dapat
ditentukan prioritas masalah pada pasien adalah keterbatasan pada area
ADL terutama pada saat melakukan aktivitas BAB akibat ostheoarthritis
yang diderita. Prioritas masalah ini diutamakan karena Ny. E selalu
melakukan BAB di setiap pagi hari dan tergolong sering melakukan BAB,
Serta pasien kesulitan melakukan aktivitas toiletting (BAB) dikarenakan
nyeri pada lututnya

Diagnosis OT :

14
Pasien kesulitan Activity Daily Living (ADL) dalam melakukan
aktivitas buang air besar (BAB) secara mandiri karena ostheoarthritis
yang diderita.

F. PERENCANAAN TERAPI
Tujuan Jangka Panjang :
Pasien mampu melakukan aktivitas toiletting pada saat BAB secara
mandiri dalam 8 kali sesi terapi.

Tujuan Jangka Pendek :


1. Pasien mampu berjalan ke toilet dan kembali dari toilet secara mandiri
dalam 2 kali sesi terapi
2. Pasien mampu jongkok lalu berdiri sebanyak 10x secara mandiri dalam 3
kali sesi terapi
3. Pasien mampu BAB dengan bantuan adaptasi closet / modifikasi closet
duduk dari kursi kayu secara mandiri dalam 3 kali sesi terapi

Strategi / Teknik
Strategi yang dilakukan dengan prinsip penguluran (stretching).
Stretching yang digunakan yaitu stretching passive dan active. Stretching
passive yang digunakan yaitu contract relax sedangkan stretching active
pasien menggerakan secara aktif dan terapis menstabilisasi. Graded activity
digunakan untuk peningkatan kekuatan otot, serta menggunakan strategi
remedial yang digunakan secara berulang-ulang dengan tujuan untuk
meningkatkan kekuatan otot serta endurance pada pasien.

Frekuensi
Program terapi dilakukan sebanyak 2 kali dalam satu minggu

Durasi
Durasi yang dilakukan adalah 20-30 menit dalam setiap kali sesi terapi

15
Media Terapi
Media terapi yang digunakan antara lain kursi dan kayu

Home Program
Home programme yang diberikan pada kondisi Ny. E adalah dengan
menggerakkan sendi lutut secara aktif untuk mempertahankan derajat
lingkup gerak sendi, kekuatan otot, mencegah kontraktur, serta
meningkatkan daya tahan otot melalui pengulangan aktivitas seperti saat sesi
terapi dilakukan. Ny. E juga diminta untuk melakukan latihan pernapasan
untuk mengurangi nyeri yang dirasakan. Selain itu, keluarga diharapkan
selalu memberi dukungan, semangat kepada pasien dan selalu menjalankan
home programe yang sudah direncanakan untuk melatih pasien agar bisa
melakukan aktivitas fungsional dengan lebih mudah dan aman.

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Osteoarthritis menurut American College of Rheumatology
merupakan sekelompok kondisi heterogen yang mengarah kepada tanda dan
gejala sendi. Osteoarthritis merupakan kelainan sendi yang sering dijumpai,
dan paling banyak menyerang sendi lutut. Berbagai faktor risiko OA lutut di
antaranya faktor usia, jenis kelamin, obesitas, genetik, aktivitas yang
mempengaruhi sendi lutut, dan lain-lain. Osteoathritis lutut menyebabkan
nyeri pada sendi lutut dan daerah sekitarnya. Nyeri akan bertambah jika
melakukan kegiatan yang membebani lutut seperti berjalan, naik turun
tangga, dan berdiri lama. Nyeri lutut saat berjalan merupakan keluhan yang
sangat mengganggu dalam aktivitas sehari-hari, bekerja, maupun
bermasyarakat, sehingga akan menurunkan produktivitas. Maka, dibutuhkan
penatalaksanaan Terapi Okupasi agar dapat mengembalikan kemampuan
fungsional pasien serta mengembalikan produktivitasnya. Dari hasil
pemeriksaan yang telah dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa pasien
Ny. E berusia 54 tahun terkena Suspect Osteoarthritis Knee Dextra dengan
diagnosis kausatif berupa kelebihan berat badan dan riwayat trauma pada
lutut, asam urat yang terlalu tinggi, serta diagnosis topis di knee dextra.
Hampir semua kegiatan sehari-hari Ny. E mampu melakukan dengan mandiri.
Dengan demikian, Kerangka Acuan Biomekanik dan Kerangka Acuan
Rehabilitatif.

B. Saran
Pasien diharapkan untuk selalu mengikuti program terapi yang telah
diberikan oleh terapis. Teknik-teknik tersebut juga diharapkan digunakan

17
bukan ketika berjalan naik-turun tangga saja, melainkan dalam aktivitas
keseharian lainnya secara mandiri. Saat dirumah pasien diharapkan
melakukan stretching sederhana dan ringan untuk tetap mempertahankan dan
meningkatkan lingkup gerak sendi, kekuatan otot, serta endurance. Selain itu,
keluarga diharapkan selalu memberi dukungan, semangat kepada pasien dan
selalu menjalankan home programe yang sudah direncanakan untuk melatih
pasien agar bisa melakukan aktivitas fungsional dengan lebih mudah dan
aman.

18
DAFTAR PUSTAKA

American Academy of Orthopaedic Surgeons (2013). Treatment of Osteoarthritis


of The Knee: Evidence-based Guideline, 2nd Edition. J Am Acad Orthop Surg.
2013;21(9):5779

Pratama, Aditya Denny. 2019. Intervensi Fisioterapi Pada kasus Osteoartritis


Genu di RSPAD GATOT SOEBROTO. Jakarta. Jurnal Sosial Humaniora Terapan.
Vol 1. Nomor 2: Januari-Juni 2019.

Pratiwi, Annisa Ika. 2015. Diagnosis and Treatment Osteoarthritis. Lampung.


Jurnal Majority. Vol 4. Nomor 4: Februari 2015
Muchid, dkk. (2006). Pharmaceutical Care untuk Pasien dengan Penyakit
Arthritis Rematik. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dinas Kesehatan.

Mutiwara, E. Najirman dan Afriwardi. 2016. Hubungan Indeks Massa Tubuh


dengan Kerusakan Sendi pada Pasien Osteoarthritis Lutut di RSUP Dr. M.
Djamil Padang. Jurnal kesehatan Andalas.
Diakses dari http://jurnal.fk.unand.ac.id

Price, S.A., & Wilson, L.M. (2005). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit (Edisi 4). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, h.1218–1222.

Sylvia A Price, Lorraine M Wilson. Patofisiologi Konsep Klinis Prosesproses


Penyakit. 2006. Indonesia: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Tamsuri, A. (2007). Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Penerbit Buku

19
Kedokteran. Jakarta: EGC.

Hochberg, M., et al. (2012). American College of Rheumatology 2012


Recommendations for The Use of Nonpharmacologic and Pharmacologic
herapies in Osteoarthritis of The Hand, Hip, and Knee. Arthritis Care & Research,
64(4), p.465–474.

Hochberg, M. 2013. Osteoarthritis: A Story of Close Relationship Between Bone


and Kartilago. Medicographia.USA

20
21
DOKUMENTASI

1. Sesi Wawancara & Pengisian Blangko/Instrument

2. Pemeriksaan / Pengecekkan

3. Pemberian Aktivitas Jongkok

4. Pemberian Aktivitas Naik Turun Tangga

Anda mungkin juga menyukai