Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN KOMUNITAS KELUARGA DAN GERONTIK

DENGAN DIAGNOSA MEDIS HIPERTENSI

 
(Stase Keperawatan Komunitas Keluarga Dan Gerontik)
 
 
 
 

DISUSUN OLEH :

ALBERT FERNANDO PUTRA JEFRY, S. Kep.


113063J120075
 
 
 
PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN X
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSAN
BANJARMASIN
2021
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan pendahuluan stase komunitas keluarga dan gerontik dengan diagnosa medis
hipertensi disusun oleh Albert Fernando Putra Jefry, S. Kep, NIM 113063J120075. Laporan
Pendahuluan ini telah diperiksa dan disetujui oleh Preseptor Akademik dan Preseptor Klinik.

Banjarmasin, 18 April 2021

              Preseptor Akademik,                                     Preseptor Klinik

Theresia Ivana, S. Kep., Ners, MSN             Hj. Nurhayati Dewi, S. Kep., Ners
 

 
Mengetahui,
Koordinator Stase Keperawatan Komunitas Keluarga dan Gerontik,
 
 
Theresia Ivana, S. Kep., Ners, MSN
BAB I

KONSEP TEORI

A. Anatomi Fisologi
1. Anatomi Jantung
Jantung adalah sebuah organ berotot dengan empat buah ruang yang
terletak di rongga dada, di bawah perlindungan tulang iga, sedikit ke sebelah
kiri sternum. Ruang jantung terdiri atas dua ruang yang berdinding tipis
disebut atrium (serambi) dan dua ruang yang berdinding tebal disebut
ventrikel (bilik) [CITATION Ari09 \l 1057 ]
Jantung memiliki berat sekitar 300 gr, meskipun berat dan ukurannya
dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, berat badan, beratnya aktifitas fisik, dll.
Jantung dewasa normal berdetak sekitar 60 sampai 80 kali per menit,
menyemburkan sekitar 70 ml darah dari kedua ventrikel per detakan, dan
keluaran totalnya sekitar 5 L/ menit ([ CITATION Sme02 \l 1057 ].

8
Jantung terletak di dalam rongga mediastinum dari rongga dada (thoraks),
diantara kedua paru. Selaput yang mengitari jantung disebut pericardium, yang
terdiri atas 2 lapisan, yaitu pericardium parietalis, merupakan lapisan luar yang
melekat pada tulang dada dan selaput paru. dan pericardium viseralis, yaitu
lapisan permukaan dari jantung itu sendiri, yang juga disebut epikardium.

Di dalam lapisan jantung tersebut terdapat cairan pericardium, yang


berfungsi untuk mengurangi gesekan yang timbul akibat gerak jantung saat
memompa. Dinding jantung terdiri dari 3 lapisan, yaitu lapisan luar yang
disebut pericardium, lapisan tengah atau miokardium merupakan lapisan
berotot, dan lapisan dalam disebut endokardium. Organ jantung terdiri atas 4
ruang, yaitu 2 ruang yang berdinding tipis, disebut atrium, dan 2 ruang yang
berdinding tebal disebut ventrikel.

a. Atrium
1) Atrium kanan, berfungsi sebagai tempat penampungan darah
yang rendah oksigen dari seluruh tubuh. Darah tersebut mengalir
melalui vena cava superior, vena cava inferior, serta sinus
koronarius yang berasal dari jantung sendiri. Kemudian darah
dipompakan ke ventrikel kanan dan selanjutnya ke paru.
2) Atrium kiri, berfungsi sebagai penerima darah yang kaya oksigen
dari kedua paru melalui 4 buah vena pulmonalis. Kemudian
2
darah mengalir ke ventrikel kiri, dan selanjutnya ke seluruh
tubuh melalui aorta.
b. Ventrikel (Bilik)
Permukaan dalam ventrikel memperlihatkan alur-alur otot yang
disebut trabekula. Beberapa alur tampak menonjol, yang disebut
muskulus papilaris. Ujung muskulus papilaris dihubungkan 10 dengan
tepi daun katup atrioventrikuler oleh serat-serat yang disebut korda
tendinae.
1) Ventrikel kanan, menerima darah dari atrium kanan dan
dipompakan ke paru-paru melalui arteri pulmonalis.
2) Ventrikel kiri, menerima darah dari atrium kiri dan dipompakan
ke seluruh tubuh melalui aorta.
3) Kedua ventrikel ini dipisahkan oleh sekat yang disebut septum
ventrikel.

Untuk menghubungkan antar ruang satu dengan yang lain,


jantung dlengkapi dengan katup-katup antara lainnya :

a) Katup atrioventrikuler.
Oleh karena letaknya antara atrium dan ventrikel, maka disebut
katup atrio-ventrikuler, yaitu :
1) Katup trikuspidalis.
Merupakan katup yang terletak di antara atrium
kanan dan ventrikel kanan, serta mempunyai 3 buah
daun katup. Katup mitral/ atau bikuspidalis. Merupakan
katup yang terletak di antara atrium kiri dan ventrikel
kiri, serta mempunyai 2 buah katup. Selain itu katup
atrioventrikuler berfungsi untuk memungkinkan darah
mengalir dari masing-masing atrium ke ventrikel pada
fase diastole ventrikel, dan mencegah aliran balik pada
saat sistole ventrikel (kontraksi).
b) Katup semilunar.

3
1) Katup pulmonal.
Terletak pada arteri pulmonalis, memisahkan pembuluh
ini dari ventrikel kanan.
2) Katup aorta
Terletak antara ventrikel kiri dan aorta. Kedua
katup semilunar ini mempunyai bentuk yang sama,
yakni terdiri dari 3 daun katup yang simetris disertai
penonjolan menyerupai corong yang dikaitkan dengan
sebuah cincin serabut. Adapun katup semilunar
memungkinkan darah mengalir dari masing-masing
ventrikel ke arteri pulmonalis atau aorta selama sistole
ventrikel, dan mencegah aliran balik waktu diastole
ventrikel. ([ CITATION Ulf01 \l 1057 ]
2. Siklus Jantung
Siklus jantung adalah periode dimulainya satu denyutan jantung dan
awal dari denyutan selanjutnya. Siklus jantung terdiri dari periode sistole, dan
diastole. Sistole adalah periode kontraksi dari ventrikel, dimana darah
dikeluarkan dari jantung. Diastole adalah periode relaksasi dari ventrikel dan
kontraksi atrium, dimana terjadi pengisian darah dari atrium ke ventrikel.
a) Periode sistole (periode kontriksi)
Periode sistole adalah suatu keadaan jantung dimana bagian ventrikel
dalam keadaan menguncup. Katup bikuspidalis dan trikuspidalis dalam
keadaan tertutup, dan valvula semilunaris aorta dan valvula semilunaris
arteri pulmonalis terbuka, sehingga darah dari ventrikel kanan mengalir ke
arteri pulmonalis, dan masuk kedalam paru-paru kiri dan kanan. Darah dari
ventrikel kiri mengalir ke aorta dan selanjutnya beredar keseluruh tubuh.
b) Periode diastole (periode dilatasi)
Periode diastole adalah suatu keadaan dimana jantung mengembang.
Katup bikuspidalis dan trikuspidalis dalam keadaan terbuka sehingga darah
dari atrium kiri masuk ke ventrikel kiri, dan darah dari atrium kanan masuk
ke ventrikel kanan. Selanjutnya darah yang datang dari paru-paru kiri kanan
melalua vena pulmonal kemudian masuk ke atrium kiri. Darah dari seluruh
tubuh melalui vena cava superior dan inferior masuk ke atrium kanan.
c) Periode istirahat

4
Waktu antara periode diastole dengan periode sistole dimana jantung
berhenti kira-kira sepersepuluh detik.[ CITATION Kas12 \l 1057 ].
Dalam memenuhi kebutuhan nutrisi dalam setiap organ ataupun
jaringan maupun sel tubuh melalui sistem peredaran darah. Sistem aliran
darah tubuh, secara garis besar terdiri dari tiga sistem, yaitu :
a) Sistem peredaran darah kecil.
Dimulai dari ventrikel kanan, darah mengalir ke paru-
paru melalui arteri pulmonal untuk mengambil oksigen dan
melepaskan karbon dioksida kemudian masuk ke atrium kiri.
Sistem peredaran darah kecil ini berfungsi untuk
membersihkan darah yang setelah beredar ke seluruh tubuh
memasuki atrium kanan dengan kadar oksigen yang rendah
antara 60-70% serta kadar karbon dioksida tinggi antara 40-
45%. Setelah beredar melalui kedua paru-paru, kadar zat
oksigen meningkat menjadi sekitar 96% dan sebaliknya kadar
zat karbon dioksida menurun. Proses pembersihan gas dalam
jaringan paru-paru berlangsung di alveoli, dimana gas oksigen
disadap oleh komponen Hb. Sebaliknya gas karbon dioksida
dikeluarkan sebagian melalui udara pernafasan.
b) Sistem peredaran darah besar.
Darah yang kaya oksigen dari atrium kiri memasuki
ventrikel kiri melalui katup mitral/ atau bikuspidal, untuk
kemudian dipompakan ke seluruh tubuh melalui katup aorta,
dimana darah tersebut membawakan zat oksigen serta nutrisi
yang diperlukan oleh tubuh melewati pembuluh darah besar/
atau arteri, yang kemudian di supplai ke seluruh tubuh.
c) Sistem peredaran darah koroner
Sistem peredaran darah koroner berbeda dengan sistem
peredaran darah kecil maupun besar. Artinya khusus untuk
menyuplai darah ke otot jantung, yaitu melalui pembuluh
koroner dan kembali melalui pembuluh balik yang kemudian
menyatu serta bermuara langsung ke dalam ventrikel kanan.

5
Melalui sistem peredaran darah koroner ini, jantung
mendapatkan oksigen, nutrisi, serta zat-zat lain agar dapat
menggerakkan jantung sesuai dengan fungsinya.
B. Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah diatas normal atau peningkatan abnormal secara terus menerus lebih
dari satu periode, dengan tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik
datas 90 mmHg. [ CITATION Asp14 \l 1057 ]
Definisi Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada
dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup
istirahat/tenang. Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu
lama (persisten) dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung
(penyakit jantung koroner) dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi secara
dini dan mendapat pengobatan yang memadai. Banyak pasien hipertensi dengan
tekanan darah tidak terkontrol dan jumlahnya terus meningkat. Oleh karena itu,
partisipasi semua pihak, baik dokter dari berbagai bidang peminatan hipertensi,
pemerintah, swasta maupun masyarakat diperlukan agar hipertensi dapat
dikendalikan[CITATION Kem13 \l 1057 ]
C. Etiologi Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi menjadi dua golongan [ CITATION
Asp14 \l 1057 ] Hipertensi primer atau hipertensi esensial
1. Hipertensi primer atau hipertensi esensial disebut juga hipertensi idiopatik
karena tidak diketahui penyebabnya. Faktor yang memengaruhi yaitu :
[ CITATION Asp14 \l 1057 ]
a. Genetik
Individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi,
beresiko tinggi untuk mendapatkan penyakit ini. Faktor genetik ini
tidak dapat dikendalikan, jika memiliki riwayat keluarga yang memliki
tekanan darah tinggi.
b. Jenis kelamin dan usia
Laki - laki berusia 35- 50 tahun dan wanita menopause beresiko
tinggi untuk mengalami hipertensi. Jika usia bertambah maka tekanan

6
darah meningkat faktor ini tidak dapat dikendalikan serta jenis kelamin
laki–laki lebih tinggi dari pada perempuan.
c. Diet
Konsumsi diet tinggi garam secara langsung berhubungan
dengan berkembangnya hipertensi. Faktor ini bisa dikendalikan oleh
penderita dengan mengurangi konsumsinya, jika garam yang
dikonsumsi berlebihan, ginjal yang bertugas untuk mengolah garam
akan menahan cairan lebih banyak dari pada yang seharusnya didalam
tubuh. Banyaknya cairan yang tertahan menyebabkan peningkatan
pada volume darah. Beban ekstra yang dibawa oleh pembuluh darah
inilah yang menyebabkan pembuluh darah bekerja ekstra yakni adanya
peningkatan tekanan darah didalam dinding pembuluh darah dan
menyebabkan tekanan darah meningkat
d. Berat Badan
Faktor ini dapat dikendalikan dimana bisa menjaga berat badan
dalam keadaan normal atau ideal. Obesitas (>25% diatas BB ideal)
dikaitkan dengan berkembangnya peningkatan tekanan darah atau
hipertensi.

e. Gaya Hidup
Faktor ini dapat dikendalikan dengan pasien hidup dengan pola
hidup sehat dengan menghindari faktor pemicu hipertensi yaitu
merokok, dengan merokok berkaitan dengan jumlah rokok yang
dihisap dalam waktu sehari dan dapat menghabiskan berapa putung
rokok dan lama merokok berpengaruh dengan tekanan darah pasien.
Konsumsi alkohol yang sering, atau berlebihan dan terus menerus
dapat meningkatkan tekanan darah pasien sebaiknya jika memiliki
tekanan darah tinggi pasien diminta untuk 12 menghindari alkohol agar
tekanan darah pasien dalam batas stabil dan pelihara gaya hidup sehat
penting agar terhindar dari komplikasi yang bisa terjadi.
2. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder terjadiakibat penyebab yang jelas.salah satu
contoh hipertensi sekunder adalah hipertensi vaskular rena, yang terjadi akibat

7
stenosi arteri renalis. Kelainan ini dapat bersifat kongenital atau akibat
aterosklerosis.stenosis arteri renalis menurunkan aliran darah ke ginjal
sehingga terjadi pengaktifan baroreseptor ginjal, perangsangan pelepasn renin,
dan pembentukan angiostenin II. Angiostenin II secara langsung
meningkatkan tekanan darah dan secara tidak langsung meningkatkan sintesis
andosteron dan reabsorbsi natrium. Apabiladapat dilakukan perbaikan pada
stenosis,atau apabila ginjal yang terkena diangkat,tekanan darah akan
kembalike normal [ CITATION Asp14 \l 1057 ]

8
1.1 Pathway

8
D. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala utama hipertensi adalah [ CITATION Asp14 \l 1057 ] ) menyebutkan
gejala umum yang ditimbulkan akibat hipertensi atau tekanan darah tinggi tidak sama
pada setiap orang, bahkan terkadang timbul tanpa tanda gejala. Secara umum gejala
yang dikeluhkan oleh penderita hipertensi sebagai berikut:
a. Sakit kepala
b. Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk
c. Perasaan berputar seperti tujuh keliling serasa ingin jatuh
d. Berdebar atau detak jantung terasa cepat
e. Telinga berdenging yang memerlukan penanganan segera

Menurut teori [ CITATION Bru14 \l 1057 ] klien hipertensi mengalami nyeri kepala
sampai tengkuk karena terjadi penyempitan pembuluh darah akibat dari
vasokonstriksi pembuluh darah akan menyebabkan peningkatan tekanan vasculer
cerebral, keadaan tersebut akan menyebabkan nyeri kepala sampe tengkuk pada klien
hipertensi.

E. Epidemologi
Sampai saat in hipetensi masih menjadi suatu masalah yang cukup besar,
berdasarkan data dari WHO (world Health Organization), penyakit ini menyerang
22% penduduk di dunia.sedangkan diAsia Tenggara, angka kejadian hipertensi
mencapai 36%. dari hasil riskasdes yang terbaru 2018, prevalnsi kejadian hipertensi
sebesar 34.1%. angka ini meningkat cukup tinggi dibandingkan hasil riskasdes tahun
2013 yang mencapai kejadian hipertensi berdasarkan hasil pengukuran pada tahun
2018 angka ini mengalami peningkatan yang signifikan menjadi 13.2% pada usia 18-
24 tahun, 20.1% di usia 25-34 tahun dan 31.6% pada kelompok usia 25-44 tahun.
Penyebab pasti terjadinya hipetensi sampai saat ini belum diketahui. Namun ada
beberapa faktor yang menjadi risiko terjadinya hipertensi, seperti jenis kelamin, usia,
obesitas, merokok dan kurang aktivitas fsik. Salain itu terjadi pergesaran populasi
pasien hipertnsi pada usia yang lebih muda di Indonesia dang npenyebab yang belum
diketahui.

F. Patofisologis

9
Tekanan arteri sistemik adalah hasil dari perkalian cardiac output (curah jantung)
dengan total tahanan prifer. Cardiac output (curah jantung) diperoleh dari perkalian
antara stroke volume dengan heart rate (denyut jantug). Pengaturan tahanan perifer
dipertahankan oleh sistem saraf otonom dan sirkulasi hormon. Empat sistem kontrol
yang berperan dalam mempertahankan tekanan darah antara lain sistem baroreseptor
arteri, pengaturan volume cairan tubuh, sistem renin angiotensin dan autoregulasi
vaskular [ CITATION Udj10 \l 1057 ]
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di
vasomotor, pada medula diotak. Pusat vasomotor ini bermula pada 13 saraf simpatis,
yang berlanjut ke bawah korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis
ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan
dalam bentuk implus yang bergerak kebawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia
simpatis. Titik neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang
serabut saraf paska ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah (Padila, 2013).
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsangan vasokontriksi. Individu dengan hipertensi
sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa
hal tersebut bisa terjadi [ CITATION Pad13 \l 1057 ]. Meski etiologi hipertensi masih
belum jelas, banyak faktor diduga memegang peranan dalam genesis hiepertensi
seperti yang sudah dijelaskan dan faktor psikis, sistem saraf, ginjal, jantung pembuluh
darah, kortikosteroid, katekolamin, angiotensin, sodium, dan air [ CITATION Sya11 \l
1057 ]
Sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang
emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokontriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan
vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat
memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah (Padila, 2013).
Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran keginjal, menyebabkan
pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini 14 menyebabkan
retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra
vaskuler. Semua faktor ini cendrung mencetuskan keadaan hipertensi (Padila, 2013).

10
G. Diagnosa Medik Hipertensi
Tekanan darah tinggi bila tidak segera diobati atau ditanggulangi, dalam jangka
panjang akan menyebabkan kerusakan ateri didalam tubuh sampai organ yang
mendapat suplai darah dari arteri tersebut.
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita hipertensi yaitu : [ CITATION Asp14 \l
1057 ]
a. Stroke terjadi akibat hemoragi disebabkan oleh tekanan darah tinggi di otak dan
akibat embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang terpajan tekanan
darah tinggi.
b. Infark miokard dapat terjadi bila arteri koroner yang arterosklerotik tidak dapat
menyuplai cukup oksigen ke miokardium dan apabila membentuk 12 trombus
yang bisa memperlambat aliran darah melewati pembuluh darah. Hipertensi
kronis dan hipertrofi ventrikel, kebutuhan oksigen miokardium tidak dapat
dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Sedangkan
hipertrofi ventrikel dapat menyebabkan perubahan waktu hantaran listrik
melintasi ventrikel terjadilah disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan resiko
pembentukan bekuan.
c. Gagal jantung dapat disebabkan oleh peningkatan darah tinggi. Penderita
hipertensi, beban kerja jantung akan meningkat, otot jantung akan mengendor dan
berkurang elastisitasnya, disebut dekompensasi. Akibatnya jantung tidak mampu
lagi memompa, banyak cairan tertahan diparu yang dapat menyebabkan sesak
nafas (eudema) kondisi ini disebut gagal jantung
d. Ginjal tekanan darah tinggi bisa menyebabkan kerusakan ginjal. Merusak sistem
penyaringan dalam ginjal akibat ginjal tidak dapat membuat zat-zat yang tidak
dibutuhkan tubuh yang masuk melalui aliran darah dan terjadi penumpukan
dalam tubuh

H. Pentalaksanaan
a. Non Medik
Penatalaksanaan nonfarmakologis dengan modifikasi gaya hidup sangat
penting dalam mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang

11
tidak dapat dipisahkan mengobati tekanan darah tinggi , berbagai macam cara
memodifikasi gaya hidup untuk menurunkan tekanan darah yaitu : ([ CITATION
Asp14 \l 1057 ]

1) Pengaturan diet
a) Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan tekanan darah
pada klien hipertensi. Dengan pengurangan konsumsi garam dapat
mengurangi stimulasi sistem renin- angiostensin sehingga sangata
berpotensi sebagai anti hipertensi. Jumlah asupan natrium yang
dianjurkan 50-100 mmol atau setara dengan 3-6 gram garam per
hari.
b) Diet tinggi kalium, dapat menurunkan tekanan darah tetapi
mekanismenya belum jelas. Pemberian kalium secara intravena
dapat menyebabkan vasodilatasi, yang dipercaya dimediasi oleh
oksidanitat pada dinding vaskular.
c) Diet kaya buah sayur.
d) Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya jantung koroner.
2) Penurunan berat badan
Mengatasi obesitas, pada sebagian orang dengan cara menurunkan
berat badan mengurangi tekanan darah, kemungkinan dengan
mengurangi beban kerja jantung dan voume sekuncup. Pada beberapa
studi menunjukan bahwa obesitas berhubungan dengan kejadian
hipertensi dan hipertrofi ventrikel kiri. Jadi, penurunan berat badan
adalah hal yangs angat efektif untuk 18 menurunkan tekanan darah.
Penurunan berat badan (1 kg/minggu) sangat dianjurkan. Penurunan
berat badan dengan menggunakan obat-obatan perlu menjadi perhatian
khusus karenan umumnya obat penurunan penurunan berat badan yang
terjual bebas mengandung simpasimpatomimetik, sehingga dapat
meningkatkan tekanan darah, memperburuk angina atau gejala gagal
jantung dan terjadinya eksaserbasi aritmia.
3) Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda bermanfaat
untuk menurunkan tekanan darah dan memperbaiki kedaan jantung..
olahraga isotonik dapat juga meningkatkan fungsi endotel,

12
vasoldilatasin perifer, dan mengurangi katekolamin plasma. Olahraga
teratur selama 30 menit sebanyak 3-4 kali dalam satu minggu sangat
dianjurkan untuk menurunkan tekanan darah. Olahraga meningkatkan
kadar HDL, yang dapat mengurangi terbentuknya arterosklerosis akibat
hipertensi
4) Memeperbaiki gaya hidup yang kurang sehat dengan cara berhenti
merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol, penting untuk mengurangi
efek jangka oanjang hipertensi karena asap rokok diketahui
menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan dapat meningkatkan
kerja jantung.
b. Pentalaksaan Medis
1) Terapi oksigen
2) Pemantauan hemodinamik
3) Pemantauan jantung
4) Obat-obatan :
I. Diuretik : Chlorthalidon, Hydromax, Lasix, Aldactone,
Dyrenium Diuretic bekerja melalui berbagai mekanisme untuk
mengurangi curah jantung 19 dengan mendorong ginjal
meningkatkan ekskresi garam dan airnya. Sebagai diuretik
(tiazid) juga dapat menurunkan TPR.
II. Penghambat enzim mengubah angiostensin II atau inhibitor
ACE berfungsi untuk menurunkan angiostenin II dengan
menghambat enzim yang diperlukan untuk mengubah
angiostenin I menjadi angiostenin II. Kondisi ini menurunkan
darah secara langsung dengan menurunkan TPR, dan secara
tidak langsung dengan menurunakan sekresi aldosterne, yang
akhirnya meningkatkan pengeluaran natrium

13
BAB II

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengakajian
1. Pengukuran Tekanan Darah
Dilakukan untuk mendeteksi tekanan darah dengan intevral yang
sering dan kemudian dilanjutkan dengan interval dengan jadwal yang rutin
(Smeltzer &Bare, 2013).
2. Riwayat
Riwayat yang lengkap harus diperoleh untuk mengkaji gejala yang
menunjukkan apakah system tubuh lainnya telah terpengaruh oleh hipertensi.
Meliputi tanda seperti [ CITATION Sme13 \l 1057 ]
a) Perdarahan hidung
b) Nyeri angin
c) Napas pendek
d) Napas pendek
e) Vertigo
f) Sakit kepala (Nokturia)
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik juga harus memperhatikan kecepatan, irama dan
karakter denyut apikal dan perifer untuk mendeteksi efek hipertensi terhadap
jantung dan pembuluh darah perifer [ CITATION Sme13 \l 1057 ] 25 Pemeriksaan
fisik menurut ([ CITATION Doe07 \l 1057 ] yaitu:
a) Aktivitas atau istirahat
Gejala : Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.

14
Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,
takipnea.
b) Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner,
dan penyakit serebrovaskuler. Dijumpai pula episode palpitasi
serta perspirasi.
Tanda : Kenaikan tekanan darah (pengukuran serial dari kenaikan
tekanan darah diperlukan untuk menegakkan diagnostik).
Hipotensi postural mungkin berhubungan dengan regimen obat.
Nadi : Denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis, perbedaan denyut
seperti denyut femoral melambat sebagai kompensasi denyutan
radialis atau brakhialis, denyut (popliteal, tibialis posterior, dan
pedalis) tidak teraba atau lemah.
Denyut apical : PMI kemungkinan bergeser atau sangat kuat.
Frekuensi/irama : Takikardia, sebagai disritmia.
Bunyi jantung : Terdengar S2 pada dasar, S3 (CHF dini), S4
(pengerasan ventrikel kiri/hipertropi ventrikel kiri). Murmur
stenosis valvular.
Desiran vaskular terdengar diatas karotis, femoralis, atau epigastrium
(stenosis arteri).
DVJ (distensi vena jugularis dan kongesti vena).
Ekstremitas : Perubahan warna kulit. Suhu dingin (vasokontriksi
periver), pengisian kapiler mungkin lambat/tertunda
(vasokontriksi)
c) Integritas ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euporia,
atau marah kronik (dapat mengindikasikan kerusakan serebral).
Faktor-faktor stres meliputi (hubungan, keuangan yang
berkaitan dengan pekerjaan).
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu
perhatian, tangisan yang meledak, gerak tangan empati, otot
muka tegang (khususnya sekitar mata), gerakan fisik cepat,
pernapasan menghela, dan peningkatan pola bicara.
d) Eliminasi

15
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti
infeksi/obstruksi atau riwayat penyakit ginjal masa lalu).
e) Makanan/cairan
Gejala : Makanan yang disukai, yang dapat mencakup makanan tinggi
garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang
digoreng, keju, telur), gula-gula yang berwarna hitam, dan
kandungan tinggi kalori.
i. Mual muntah
ii. Prubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat/turun)
iii. Riwayat penggunaaan diuretik.

Tanda : Berat badan normal atau obesitas. Adanya edema (mungkin


umum atau tertentu), kongesti vena, DVJ, dan glikosuria
(hampir 10% pasien hipertensi adalah diabetik).

f) Neurosensori
Gejala : Keluhan pening/pusing. Berdenyut, sakit kepala suboksipital
(terjadi saat bangun dan menghilang secara spontan setelah
beberapa jam).
g) Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : Angina (penyakit arteri koroner atau keterlibatan jantung).
Nyeri hilang timbul pada tungkai atau klaudikasi (indikasi
arteriosklerosis pada arteri ekstremitas bawah). Sakit kepala
oksipital berat, seperti yang pernah terjadi sebelumnya.
Nyeri abdomen atau massa
h) Pernapasaan
Secara umum gangguan ini berhubungan dengan efek kardiopulmonal
tahap lanjut dari hipertensi menetap atau berat.
Gejala : Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas atau kerja. Takipnea,
ortopnea, dispnea nocturnal paroksismal. Batuk dengan atau
tanpa pembentukan sputum.
Riwayat meroko
Tanda : Distres respirasi atau penggunaan otot aksesori pernafasan.
Bunyi napas tambahan (krakles/mengi), sianosis.
i) Keamanan

16
Keluhan : Gangguan koordinasi atau cara belajar.
Gejala : Episode parestesia unilateral transient. Hipotensi potural.
j) Pembelajaran atau penyuluhan
Gejala :Faktor-faktor resiko keluarga seperti hipertensi,
aterosklerosis, penyakit jantung, diabetes mellitus, dan penyakit
serebrovaskular atau ginjal. Penggunaan pil KB atau hormon
lain dan penggunaan obat atau alkohol.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada pasien hipertensi menurut [ CITATION Doe07 \l 1057 ]
sebagai berikut:
1. Nyeri akut (sakit kepala) yang berhubungan dengan peningkatan tekanan
vaskuler serebral.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload
vasokonstriksi.
4. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan meningkatnya produksi ADH
dan retensi natrium/air.
5. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan/penghentian aliran
darah.
6. Resiko injury dengan faktor dengan diplopia
7. Gangguan pola tidur berhubungan gangguan fisiologis otak
C. Intervensi
1. Nyeri akut (sakit kepala) yang berhubungan dengan peningkatan tekanan
vaskuler serebral.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri berkurang.
Kriteria hasil : klien melaporkan nyeri berkurang

Intervensi Rasional
a. Kaji Skala nyeri a. Mengetahui terapi yang sesuai
b. Anjurkan tirah baring selama dengan skala nyeri pasien.
fase akut b. meminimalkan stimulus
c. Berikan tindakan non m/meningkatkan relaksasi.

17
farmakologi salah satunya c. tindakan yang menurunkan tekana
bekam basah vaskular serebral dan yang
d. Anjurkan untuk mengurangi memperlambat atau memblok
aktivitas yang dapat respon simpatis efektif dalam
meningkatkan sakit kepala. menghilangkan sakit kepala dan
e. Kolaborasi obat-obatan sesuai komplikasinya.
indikasi : analgesik, d. Mengurangi aktivitas pasien yang
antiansietas. dapat menyebabkan timbulnya
nyeri.
e. Menurunkankan/mengontrol nyeri,
mengurangi ketegangan dan
ketidak nyamanan yang diperberat
stres

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien dapat melakukan
aktivitas sesuai tingkat kemampuan.
Kriteria hasil :
a. Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan
b. Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur.
c. Menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi aktivitas.

intervensi rasional
a. Kaji respon pasien terhadap a. Menyebutkan parameter
aktivitas, perhatikan frekuensi membantu dalam mengkaji
nadi lebih dari 20x/menit respons fisiologis terhadap
diatas frekuensi istirahat. stres aktivitas dan, bila ada
Peningkatan tekanan darah merupakan indikator dari
yang nyata selama/sesudah kelebihan kerja yang
aktivitas. Selidiki adanya berkaitan dengan tingkat
dispnea atau nyeri dada, aktivitas
keletihan dan kelemahan yang b. Tehnik penghematan energi
berlebihan, diaforesis, pusing mengurangi penggunaan
atau pingsan energi, juga membantu
b. Ajarkan teknik penghematan keseimbangan antara suplai

18
energi. dan kebutuhan oksigen.
c. Beri dorongan untuk c. Kemajuan aktivitas bertahap
melakukan mencegah peningkatan kerja
aktivitas/perawatan diri secara jantung tiba – tiba.
bertahap yang dapat Memberikan bantuan hanya
ditoleransi. sebatas kebutuhan dan
mendorong kemandirian
dalam melakukan aktivitas.
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload
vasokonstriksi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi penurunan
curah jantung
Kriteria hasil :
a. Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah/beban
kerja jantung
b. Mempertahankan tekanan darah dalam rentang individu yang dapat
diterima
c. Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil dalam rentang
normal pasien

intervensi rasional
a. Pantau tekanan darah, ukur a. Perbandingan dari tekanan
pada kedua tangan/paha memberikan gambaran yang
untuk evaluasi awal. lebih lengkap tentang
Gunakan ukuran manset keterlibatan/bidang masalah
yang tepat dan tehnik yang vaskular.
akurat b. Denyutan karotis,jugularis,
b. Catat keberadaan, kualitas radialis dan femoralis mungkin
denyutan, sentral dan teramati/terpalpasi.
perifer c. S4 umum terdengar pada
c. Auskultasi tonus jantung pasien hipertensi berat karena
dan bunyi nafas adanya hipertrofi
d. Amati warna kulit, atrium(peningkatan
kelemahan suhu, dan masa volume/tekanan atrium)
pengisian kapiler d. Adanya pucat, dingin, kulit

19
e. Catat odema umum/tertentu lembab dan masa pengisian
f. Berikan lingkungan yang kapiler lambat mungkin
tenang, nyaman, kurangi berkaitan dengan vasokontriksi
aktivitas/keributan atau mencerminkan
lingkungan, batasi jumlah dekompensasi/penurunan
pengunjung. curah jantung.
g. ertahankan pembatasan e. Dapat mengindikasikan gagal
aktivitas jantung, kerusakan ginjal atau
vaskular.
f. Membantu untuk menurunkan
rangsangan simpatis;
meningkatkan relaksasi.
g. menurunkan strees dan
ketegangan yang
mempengaruhi tekanan darah
dan prjalanan penyakit
hipertensi.

4. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan meningkatnya produksi ADH


dan retensi natrium/air.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan volume cairan seimbang
Kriteria hasil :
a. Berat badan stabil
b. tidak ada edema

intervensi Rasional
a. Monitor tanda-tanda vital a. Mengetahui keadaan umum
pasien. dari pasien.
b. Monitor input dan output. b. Mengetahui input dan output
c. Monitor CVP (Central pasien untuk perhitungan
venous pressure). kelibahan cairan pada pasien.
d. Timbang berta badan. c. Memoniot resusitasi dan
e. Auskultasi bunyi napas. mengenstimasi kecukupan
volume intravaskular.

20
d. Mengetahui peningkatan
berat badan secara drastis.
e. untuk mengetahui bunyi
napas tambahahan akibat
penumpukan cairan.
5. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan/ penghentian
aliran darah.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi perubahan
perfusi jaringan.
Kriteria Hasil :
a. Keseimbangan pemasukan/pengeluaran, tak ada edema.
b. Ektremitas hangat, teraba nadi perifer.

Intervensi Rasional
a. Monitor tanda vital a. Mengetahui keadaan umum
b. Kaji CRT pasien.
c. Kaji nadi perifer b. Jika CRT kurang dari 2 detik
d. Kaji tanda homan, eritema, memandakan kurangnaya
edema aliran darah ke daerah perifer
e. Pantau data laboratorium c. untuk mengetahui tingkat
(GDA, BUN, kreatinin dan dehidrasi
elektrolit d. mengetahui adanya thrombus
yang menyebabkan obstruksi
aliran vena.
e. Mengetahui peningkatan
atau penurunan GDA,
BUN,Kreatinin dan eletrolit.

6. Resiko injury dengan faktor dengan diplopia

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi kerusakan


intregitas kulit.
Kriteria Hasil :
a. tidak terjadi edema
b. tidak terjadi kerusakan intergritas kulit

21
Intervensi Rasional
a. Kaji ada tidaknya edema a. Untuk memastikan adanya
b. Ganti posisi tiap 2 jam edema yang disebakan oleh
c. Berikan perawatan kulit tirah baring yang lama.
b. mencegah terjadinya
dekubitus.
c. Berikan lotion untuk
melembabkan kulit dan
mencegah iritasi kulit.

7. Gangguan pola tidur berhubungan gangguan fisiologis otak

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan pola tidur pasien


teratur
Kriteria Hasil :
a. Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit
b. Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi yang
perlu diperhatikan.
c. Mempertahankan tekanan darah dalam parameter normal

Intervensi Rasional
a. Kaji kesiapan dan hambatan a. Kesalahan konsep dan
dalam belajar. menyangkal diagnosa karena
b. Tetapkan dan nyatakan perasaan sejahtera yang sudah
batas tekanan darah normal. lama dinikmati mempengaruhi
c. Hindari mengatakan minat pasien/orang terdekat
“tekanan darah normal” untuk mempelajari penyakit,
gunakan istilah “terkontrol kemajuan, dan prognosis.
dengan baik”. b. Memberikan dasar untuk
d. Bantu pasien dalam pemahaman tentang
mengidentifikasi faktor peningkatan tekanan darah

22
resiko kardiovaskuler yang dan mengklarifikasikan istilah
dapat dirubah, misalnya : medis yang sering digunakan.
obesitas, rokok dan alkohol, c. Karena pengobatan hipertensi
pola hidup penuh stress. adalah sepanjang kehidupan,
e. Identifikasi perubahan gaya maka ide penyampaian ide
hidup yang tepat untuk “terkontrol” akan membantu
mengurangi faktor-faktor pasien untuk memahami
diatas. kebutuhan untuk melanjutkan
f. Bahas pentingnya pengobatan/medikasi.
menghentikan merokok d. Faktor – faktor risiko ini telah
g. Beri penguatan pentingnya menunjukkan hubungan
kerja sama dalam regimen dalam menunjang hipertensi
pengobatan dan dan penyakit kardiovaskuler
mempertahankan perjanjian dan ginjal.
tindak lanjut.. e. Fakto – faktor risiko dapat
meningkatkan proses penyakit
atau memperburuk gejala
f. Nikotin meningkatkan
pelepasan katekolamin,
mengakibatkan peningkatan
frekuensi jantung, tekanan
darah,dan vasokontriksi,
mengurangi oksigenisasi
jaringan, dan meningkatkan
keberhasilan pasien dalam
menyelesaikan tugas ini.
g. Kurangnya kerja sama adalah
alasan umum kegagalan terapi
antihipertensif

23
D. Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan adalah tahap akhir proses keperawatan yang
bertujuan untuk menilai hasil akhir dari keseluruhan tindakan keperawatan yang telah
dilakukan. Tahap evaluasi merupakan indikator keberhasilan dalam penggunaan
proses keperawatan. Evaluasi terdiri dari dua bagian yaitu :
a. Tinjauan laporan klien harus mencakup riwayat perawatan, kartu catatan, hasil-
hasil tes dan semua laporan observasi.
b. Pengkajian kembali terhadap klien berdasarkan pada tujuan kriteria yang diukur
dan mencakup reaksi klien terhadap lingkungan yang dilakukan. Reaksi klien
secara fisiologis dapat diukur dengan kriteria seperti mengukur tekanan darah, suhu
dan lain – lain.

Evaluasi yang dapat dilihat pada klien dengan Hipertensi :

a. Klien menunjukan kepatuhan terhadap anjuran-anjuran yang diberikan


b. Klien dapat melakukan kontrol rutin ke tempat pusat pelayanan kesehatan
c. Menunjukan perubahan dalam pola hidup kearah yang sehat.
[ CITATION Pot05 \l 1057 ]

24
Daftar Pustaka

Aspani, R. Y. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskular.


Jakarta: EGC.
Doenges, M. (2007). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
Kasron. (2012). Kelainan dan Penyakit Jantung Pencegahan serta Pengobatannya.
yogyakarta: Nuha Medika.
KemenKes, R. (2013). Profil Kesahatan Indonesia. Jakarta: Buletin Jendela dan data.
Muttaqin, A. (2009). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular
dan hematologi. Jakarta: Salemba Media.
Padila. (2013). Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.
Potter, P. P. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik.
Edisi 4 Volume 1. Jakarta: 2005.
Smeltzer, S. &. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8. Jakarta : EGC.
Smeltzer, S. C. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth (Ed.8,
Vol. 1,2),. Jakarta: EGC.
Suddarth, B. &. (2014). Keperawatan Medikal Bedah.Edisi 8. Volume 2. Jakarta : EGC.
Syamsudin. (2011). Buku ajar farmakoterapi kardiovaskular & renal. Jakarta: Salemba
Medika.
Udjianti, W. J. (2010). Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: salemba Medika.
Ulfah, A. T. (2001). Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler Pusat Kesehatan Jantung dan
Pembuluh Darah Nasional "Harapan kita". Jakarta: Bidang Pendidikan & Pelatihan
Pusat Kesehatan.

25

Anda mungkin juga menyukai