Di Susun Oleh :
RIZKI RESTIYANYI (P1337420216002)
KARTIKA DWI ANANDA (P1337420216008)
YASINTA PRATIWI NUGRAHENI (P1337420216015)
SEBASTIAN ALFARIZI (P1337420216022)
ERNA DWI RIYANTI (P1337420216023)
IFTINAN HIKMAT MUMTAHANAH (P1337420216031)
ATIKA NUR KHAFIFAH (P1337420216037)
1. Definisi
Osteoartritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degenaeratif atau
osteoartritis (sekalipun terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi yang
paling sering ditemukan dan kerapkali menimbulkan ketidakmampuan
(disabilitas) (Nanda NicNoc, 2012).
Osteoartritis adalaha kondisi dimana sendi terasa nyeri akibat
inflamasi ringan yang timbul karena gesekan ujung- ujung tulang penyusun
sendi ( Soenarwo, 2011)
Osteoartritis adalah kondisi dimana sendi terasa nyeri akibat
inflamasi ringan yang timbul karena gesekan ujung- ujung tulang penyusun
sendi.
Jadi osteoartritis merupakan kelainan yang bersifat progresif lambat
yang mengenai rawan sendi.
2. Epidemiologi
Angka kejadian OA sering dijumpai pada orang dengan usia 45 thn
keatas dengan angka kejadian pada wanita lebh banyak daripada pria.
Diseluruh dunia, diperkirakan 9,6% pria dan 18% wanita berumur 60 thn
keatas, terkena OA. Insiden OA pada umur kurang dari 20 tahun sekitar
10% dan meningkat lebh dari 80% pada umur lebih dari 55 tahun
(Susanto,2011).
3. Etiologi
a. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor pencetus dari Osteoartritis yang banyak
meyebabkan gejala, meliputi:
1) Umur
Perubahan fisik dan biokimia yang terjadi sejalan dengan
bertambahnya usia dengan penurunan jumlah kolagen dan kadar
air, dan endapannya berbentuk pigmen yang berwarna kuning.
2) Pengausan
Pemakaian sendi yang berlebihan secara teoritis dapat
merusak rawan sendi melalui 2 mekanisme yaitu pengikisan dan
proses degenerasi karena bahan yang harus dikandungnya.
3) Kegemukan
Faktor kegemukan akan menambah beban pada sendi
penopang berat badan, sebaliknya nyeri atau cacat yang
disebabkan oleh osteoartritis mengakibatkan seseorang menjadi
tidak aktif dan dapat menambah kegemukan
4) Trauma
Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan osteoartritis
adalah trauma yang menimbulkan kerusakan pada integritas
struktur dan biomekanik sendi tersebut.
5) Keturunan
Herbeden node merupakan salah satu bentuk osteortritis
yang biasa ditemukan pada pria yang kedua orang tuanya terkena
osteoartritis sedangkan wanita, hanya salah satu dari orang tuanya
yang terkena.
6) Akibat penyakit radang sendi lain
Infeksi (artritis rematoid, infeksi akut, infeksi kronis)
menimbulkan reaksi peradangan dan pengeluaran enzim perusak
matrik rawan sendi oleh membran synovial dan sel- sel radang.
7) Joint mallignment
Pada akromegali karena pengaruh hormone pertumbuhan,
maka rawan sendi akan menebal dan menyebabkan sendi menjadi
tidak stabil/ seimbang sehingga memperceat proses degenerasi
8) Penyakit Endokrin
Pada hipertiroidisme terjadi produksi air dan garam-
garam proteglikan yang berlebihan pada seluruh jaringan
penyokong sehinggga merusak sifat fisik rawan sendi, ligament.
Tendon, synovial, dan kulit pada diabetes melitus, glukosa akan
menyebabkan produksi proteaglandin menurun.
9) Deposit pada rawan sendi
Hemokromatosis,penyakit wilson, akronotis, kalsium
pirofosfat dapat mengendapkan homosiderin, tembaga polimer,
asam hemogentisis, kristal monosodium urat/ pirofosfat dalam
rawan sendi.
b. Faktor Presipitasi
1) Demografi
Mereka yang terdiagnosis osteoartritis, sangatlah diperlukan
adanya perhatian lebih mengenai keadaan lingkungan. Ketika
lingkungan sekitarnya yang tidak mendukung. Maka kemungkinan
besar klien akan merasakan gejala penyakit ini. Banyak diantaranya
ketika keadaan suhu lingkungan sekitar klien yang cukup dingin,
maka klien akan merasa ngilu, kekakuan sendi pada area- area yang
biasa terpapar, sulit untuk mobilisasi dan bahkan kelumpuhan.
4. Manifestasi Klinis
a. Nyeri sendi, keluhan utama
b. Hambatan gerak sendi, gangguan ini biasanya semakin berat dengan
pelan- pelan sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri.
c. Kaku pagi
d. Krepitasi, rasa gemeretak (kadang- kadang dapat terdengar) pada sendi
yang sakit.
e. Pembesaran sendi (deformitas)
f. Perubahan gaya berjalan
g. Tanda- tanda peradangan, tanda- tanda peradangan pada sendi ( nyeri
ekan, gangguan gerak, rasa hangat yang merata dan warna kemerahan)
5. Patofisiologi
Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidak
meradang, dan progresif lambat, yang seakan-akan merupakan proses
penuaan, rawan sendi mengalami kemunduran dan degenerasi disertai
dengan pertumbuhan tulang baru pada bagian tepi sendi. Proses degenerasi
ini disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit yang merupakan unsur
penting rawan sendi. Pemecahan tersebut diduga diawali oleh stress
biomekanik tertentu. Pengeluaran enzim lisosom menyebabkan dipecahnya
polisakarida protein yang membentuk matriks di sekeliling kondrosit
sehingga mengakibatkan kerusakan tulang rawan. Sendi yang paling sering
terkena adalah sendi yang harus menanggung berat badan, seperti panggul
lutut dan kolumna vertebralis. Sendi interfalanga distal dan proksimasi.
Osteoartritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan
terbatasnya gerakan. Hal ini disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang dialami
atau diakibatkan penyempitan ruang sendi atau kurang digunakannya sendi
tersebut. Perubahan-perubahan degeneratif yang mengakibatkan karena
peristiwa-peristiwa tertentu misalnya cedera sendi infeksi sendi deformitas
congenital dan penyakit peradangan sendi lainnya akan menyebabkan
trauma pada kartilago yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik sehingga
menyebabkan fraktur ada ligamen atau adanya perubahan metabolisme
sendi yang pada akhirnya mengakibatkan tulang rawan mengalami erosi dan
kehancuran, tulang menjadi tebal dan terjadi penyempitan rongga sendi
yang menyebabkan nyeri, kaki kripitasi, deformitas, adanya hipertropi atau
nodulus.
6. Pathway
7. Klasifikasi
Osteoartritis diklasifikasikan menjadi:
a. Tipe primer (idiopatik) tanpa kejadian atau penyakit sebelumnya
yang berhubungan dengan osteoartritis.
b. Tipe skunder seperti akibat trauma, infeksi dan pernah mengalami
fraktur.
8. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi bila osteoartritis tidak ditangani yaitu
terjadi deformitas atau kerusakan struktur penunjang sendi dengan
perjalanan penyakit. Pergeseran ulnar atau jari, subluksasi sendi
metakarpofalangeal, deformitas bautonmere dan leher angsa pada kaki
terdapat protrusi (tonjolan) kaput metatarsal yang timbul sekunder dari
subluksasi metatarsal.
Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis
dan ulkus peptikum yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat
anti inflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit
(disease modifying antirhematoid drugs, DMARD) yang menjadi faktor
penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada arthritis reumatoid.
Komplikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas, sehingga
sukar dibedakan antara akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya
berhubungan dengan mielopati akibat ketidakstabilan vertebra servikal dan
neuropati iskemik akibat vaskulitis.
9. Pemeriksaan diagnostik (Penunjang)
a. Foto sinar X pada sendi- sendi yang terkena. Perubahan-perubahan yang
dapat ditemukan adalah
1) Pembengkakan jaringan lunak
2) Penyempitan rongga sendi
3) Erosi sendi
4) Osteoporosis juksta artikuler
b. Tes Serologi
1) BSE Positif
2) Darah, bisa terjadi anemia dan leukositosis
c. Pemeriksaan radiologi
1) Periarticular osteopororsis, permulaan persendian erosi
2) Kelanjutan penyakit: ruang sendi menyempit, sub luksasi dan
ankilosis
d. Aspirasi sendi
Cairan sinovial menunjukkan adanya kekurangan serta proses
radang aseptik, cairan dari sendi dikultur dan bisa diperiksa secara
makroskopik.
10. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan umum yang lengkap perlu dilakukan. Disamping
menilai adanya sinovasi pada setiap sendi, perhatikan juga hal- hal berikut
ini:
a. Keadaan umum: komplikasi steroid, berat badan.
b. Tangan: meliputi vaskulitasi dan fungsi tangan
c. Lengan: Siku dan sendi bahu, nodul rematoid dan pembesaran
kelenjar limfe aksila.
d. Wajah: periksa mata untuk sindroma sjorgen, skleritis, episkelritis,
skleromalasia perforans, katarak anemia dan tanda- tanda
hiperviskositas pada fundus. Kelenjar parotis membesar
e. Mulut: (Kring, karies dentis, ulkus) catatan: artritis rematoid tidak
menyeababkan iritasi.
f. Leher: adanya tanda- tanda terkenanya tulang servikal.
g. Toraks: Jantung (adanya perikarditis, defek konduksi, inkompetensi
katup aorta dan mitral).Paru- paru (aadanya efusi pleura, fibrosis,
nodul infark, sindroma caplan)
h. Abdomen: andanya splenomegali dan nyeri tekan epigastrik
i. Panggu dan lutut: tungkai bawah danya ulkus, pembengkakan betis
(kista baker yang ruptur) neuropati, mononeuritis multipleks dan
tanda- tanda kompresi medula spinalis.
j. Kaki: efusi lutut, maka cairan akan mengisi cekungan medial dan
kantong suprapatelar mengakibatkan pembengkakan diatas dan
sekitar patela yang berbentuk seperti ladam kuda dan efusi sendi
pergelangan kaki akan terjadi pembengkakan pada sisi anterior.
k. Urinalisis: untuk protein dan darah, serta pemeriksaan rektum untuk
menentukan adanya darah.
11. Terapi/ Tindakan Penanganan
Prinsip utama pengobatan penyakit osteoartritis adalah dengan
mengistirahatkan sendi yang terserang. Karena jika sendi yang terserang
terus digunakan akan memperparah peradangan. Dengan mengistiratakan
sendi secara rutin dapat mengurangi rasa nyeri yang ditimbulkan.
Embidaian bisa digunakan untuk imobilisasi dan mengistiratkan satu atau
beberapa sendi. Tetapi untuk mencegah kekakuan dapat dilakukan beberapa
gerakkan yang sistematis. Obat- obat yang digunakan untuk mengobati
penyakit ini adalah:
1. Obat anti peradangan non steroid, yang paling sering digunakan
adalah aspirin dan ibuprofen. Obat ini mengurangi pembengkakan
sendi dan mengurangi nyeri.
2. Obat slow-acting. Obat ini ditambahkan jika terbukti obat anti
peradangan non steroid tidak efektif setelah diberikan selama 2-3
bulan atau diberikan segera jika penyakitnya berkembang cepat.
3. Kortikosteroid, misalnya prednison merupakan obat paling efektif
untuk mengurangi peradangan dibagian tubuh manapun.
Kortikosteroid efektif digunakan pada pemakaian jangka pendek,
dan kurang efektif bila digunakan dalam jangka panjang. Obat ini
tidak memperlambat perjalanan pnyakit ini dan pemakaian jangka
panjang mengakibatkan berbagai efek samping., yang melibatkan
hampir setiap orang.
4. Obat Imunosupresif (contoh metotreksat,azatioprin, dan
cyclophosphamide) efektif unuk mengatasi artritis yang berat. Obat
ini menekan peradangan sehingga pemakaian kortikosteroid bisa
dihindari atau diberikan dengan dosis rendah.
1. Pengkajian
a. Pengkajian fisik
1) Identitas
2) Keluhan utama
Klien mengeluh nyeri pada persendian, bengkak, dan terasa
kaku.
3) Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang dengan keluhan sakit pada persendian,
bengkak, dan terasa kaku.
4) Pola fungsi Gordon
a) Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan
Kaji pengetahuan klien tentang penyakitnya, saat klien
sakit tindakan yang dilakukan klien untuk menunjang
kesehatannya.
b) Nutrisi/metabolic
Kaji makanan yang dikonsumsi oleh klien, porsi sehari,
jenis makanan, dan volume minuman perhari, makanan
kesukaan.
c) Pola eliminasi
Kaji frekuensi BAB dan BAK, ada nyeri atau tidak saat
BAB/BAK dan warna
d) Pola aktivitas dan latihan
Kaji kemampuan klien saat beraktivitas dan dapat
melakukan mandiri, dibantu atau menggunakan alat
e) Pola tidur dan istirahat
Kaji pola istirahat, kualitas dan kuantitas tidur, kalau
terganggu kaji penyebabnya
f) Pola kognitif-perseptual
Status mental klien, kaji nyeri dengan Provokasi
(penyebab), Qualitas 9nyerinya seperti apa), Reqion (di daerah
mana yang nyeri), Scala (skala nyeri 1-10), Time (kapan nyeri
terasa bertambah berat).
g) Pola persepsi diri
Pola persepsi diri perlu dikaji, meliputi; harga diri, ideal
diri, identitas diri, gambaran diri.
h) Pola seksual dan reproduksi
kaji manupouse, kaji aktivitas seksual
i) Pola peran dan hubungan
Kaji status perkawinan, pekerjaan
j) Pola manajemen koping stress
k) Sistem nilai dan keyakinan
b. Fungsional klien
1) Indeks Barthel yang dimodifikasi
Penilaian didasarkan pada tingkat bantuan orang lain dalam
meningkatkan aktivitas fungsional. Penilaian meliputi makan,
berpindah tempat, kebersihan diri, aktivitas di toilet, mandi, berjalan
di jalan datar, naik turun tangga, berpakaian, mengontrol defikasi
dan berkemih. Cara penilaian:
NO KRITERIA BANTUAN MANDIRI
1 Makan 5 10
2 Minum 5 10
9 Menggunakan pakaian 5 10
Total skor
Cara penilaian:
< 60 : ketergantungan penuh/total
110-105 : ketergantungan sebagian
110 : mandiri
2) Indeks Katz
Pengkajian menggunakan indeks kemandirian katz untuk
aktivitas kehidupan sehari-hari yang berdasarkan pada evaluasi
fungsi mandiri atau bergantung dari klien dalam hal: makan,
kontinen (BAB/BAK), berpindah, ke kamar mandi, mandi dan
berpakaian. Indeks Katz adalah pemeriksaan disimpulkan dengan
system penilaian yang didasarkan pada tingkat bantuan orang lain
dalam melakukan aktivitas fungsionalnya. Salah satukeuntungan
dari alat ini adalah kemampuan untuk mengukur perubahan fungsi
aktivitas dan latihan setiap waktu, yang diakhiri evaluasi dan
aktivitas rehabilitasi. Pengukuran pada kondisi ini meliputi:
Termasuk kategori manakah klien?
a. Mandiri dalam makan, kontinensia (BAB/BAK), menggunakan
pakaian, pergi ke toilet, berpindah dan mandi
b. Mandiri semuanya kecuali salah satu dari fungsi diatas
c. Mandiri kecuali mandi dan salah satu fungsi lain
d. Mandiri kecuali mandi, berpakaian dan salah satu fungsi diatas
e. Mandiri kecuali mandi, berpakaian, ke toilet dan salah satu
fungsi yang lain
f. Mandiri kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah dan
satu fungsi yang lain
g. Ketergantungan untuk semua fungsi diatas
Keterangan :
Mandiri berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau
bantuan efektif dari orang lain, seseorang yang menolak untuk
melakukan suatu fungsi dianggap tidak melakukan fungsi,
meskipun ia dianggap mampu.
c. Status mental dan kognitif gerontik
1) Short Portable Mental Status Questioner (SPMSQ)
Digunakan untuk mendeteksi adanya tingkat kerusakan
intelektual. Pengujian terdiri atas 10 pertanyaan yang berkenan
dengan orientasi, riwayat pribadi, memori dalam hubungannya
dengan kemampuan perawatan diri, memori jangka panjang dan
kemampuan matematis atau perhitungan (Pfeiffer, 2002).
4 Alamat anda?
Interpretasi hasil :
1) Salah 0-3 : fungsi intelektual utuh
2) Salah 4-5 : kerusakan intelektual ringan
3) Salah 6-8 : kerusakan intelektual sedang
4) Salah 9-10 : kerusakan intelektual berat
2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan agen cedera biologis, distensi
jaringan oleh akumulasi cairan/proses inflamasi, distruksi sendi.
b. Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan deformitas skeletal,
nyeri, ketidaknyamanan, penurunan kekuatan otot
c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan perubahan dan
ketergantungan fisik serta psikologis yang disebabkan oleh penyakit atau
terapi
d. Resiko trauma berhubungan dengan keterbatasan ketahanan fisik,
perubahan fungsi sendi
e. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai penyakit, prognosis
dan kebutuhan perawatan dan pengobatan berhubungan dengan
kurangnya pemahaman/mengingat kesalahan interpretasi informasi.
f. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan deformitas sendi, perubahan
bentuk tubuh pada sendi dan tulang.
3. Perencanaan
fisik Kaji
mobilitas mobilisasi
meningkatkan pemenuhan
Idrus, Alwi, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, edisi V, jilid
III. Jakarta : Internal Publishing
I. PENGKAJIAN
Nama Pengkaji : Erna Dwi Riyanti
Hari, Tanggal Pengkajian : Jumat, 10 Agustus 2018
Pukul : 10.00 WIB
A. Identitas Umum Keluarga
1. Identitas Kepala Keluarga
Nama : Tn E
Umur : 37 Tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Buruh Karyawan
Alamat : Desa Mersi Rt 01/Rw 04 Purwokerto Timur
Komposisi Keluarga :
No Nama L/P Umur Hubungan Pekerjaan Pendidi
Keluarga kan
1. Tn E L 37 th Kepala Pedagang SMP
Keluarga
2. Ny. A P 35 th Istri IRT SMP
3 An D L 15 th Anak Pelajar SD
4 An F P 11 th Anak Pelajar -
5 An L P 7 th Anak Pelajar -
6 Ny. K P 73 th Nenek Mengurus SD
RT
2. Genogram
Keterangan :
: Laki – laki
: Perempuan
/ : Meninggal
: Garis Pernikahan
: Garis Keturunan
: Garis Perceraian
: Tinggal serumah
: Klien
Keterangan :
C D A : Ruang tamu
B : Kamar tidur
C : Dapur
B B D : WC
1
3 U
A B B
S
Keterangan :
= Septictank
1
A = Ruang tamu
1
B = Kamar tidur
C3 = Dapur
D = WC
Jarak dari sumber air ke septictank sekitar 10 m, dan septictank
tertutup.
d. Karakteristik tetangga dan komunitas RW
1) Kebiasaan masyarakat di sekitar : tidak ada kesepakatan
masyarakat yang bertentangan dengan kesehatan.
2) Aturan/kesepakatan : tidak ada yang bertentangan dengan
kesehatan.
3) Budaya jawa yang dianut turun temurun : tidak ada yang
bertentangan dengan kesehatan.
e. Mobilitas geografis keluarga : Ny. K sebelum dan setelah
menikah tinggal di Desa Mersi Rt 01/Rw 04 Purwokerto Timur
f. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat :
Perkumpulan keluarga dilakukan sebulan sekali, arisan keluarga
dan jika ada anggota keluarga yang memiliki acara tertentu, Ny.
K selalu diajak keluarganya untuk mengikuti perkumpulan
tersebut. Kegiatan dimasyarakat ada pengajian setiap hari jumat
sore. Ny. K terkadang tidak mengikuti
g. System pendukung : Ny. K memiliki 5 anak. Tiga anak
perempuan dan 2 anak laki-laki. Namun yang bertempat tinggal
dalam satu rumah 1 keluarga anak laki-lakinya, yaitu anaknya,
istri anaknya dan 3 cucu serta anak Ny. K yang lain juga sering
berkunjung ke rumah untuk menjenguk keadaan Ny. K. Tidak
ada masalah yang berarti mengenai hubungan dengan anak dan
menantu serta cucunya.
h. Struktur keluarga :
1) Pola/cara komunikasi keluarga dengan system terbuka. Jika
ada masalah dibicarakan bersama.
2) Struktur kekuatan keluarga : Ny. K dan keluarga
mengambil keputusan dengan bermusyawarah bersama.
3) Struktur peran : Ny. K sebagai orang tua sekaligus sebagai
nenek untuk cucunya.
4) Nilai dan norma keluarga sesuai dengan nilai dan norma
masyarakat setempat, tidak ada norma yang bertentangan.
2. Fungsi Keluarga
a. Fungsi afektif
Ny. K mengatakan bahwa anggota keluarganya saling
menyayangi dan menghormati. Apabila ada anggota yang
kesulitan maka akan saling membantu.
b. Fungsi sosial
1) Kerukunan hidup dalam keluarga baik
2) Interaksi dan hubungan dalam keluarga baik, terkadang ada
percekcokan tetapi dapat terselesaikan dengan baik.
3) Kegiatan keluarga senggang : menonton TV.
4) Keluarga Ny. K cukup berpartisipasi dalam kegiatan sosial
di lingkungan tempat tinggalnya.
c. Fungsi perawatan keluarga
1) Kemampuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan
anggota keluarga serta Ny. K mengatakan mengetahui sakit
sejak 2 tahun yang lalu setelah Ny. N melakukan aktifitas
sedikit terganggu karena merasa nyeri pada badannya.
2) Kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai
tindakan kesehatan yang tepat.
Keluarga Ny. K dalam mengambil keputusan untuk
melakukan perawatan atau melakukan pemeriksaan masih
kurang. Keluarga akan pergi ke pelayanan kesehatan
terdekat hanya kalau sakit yang dirasakan sudah parah.
3) Kemampuan keluarga merawat anggota yang sakit
Keluarga Ny. K belum maksimal dalam merawat anggota
keluarga yang sakit. Hal ini dibuktikan dengan Ny. K
tidak pernah melakukan latihan gerak sendi untuk
mengatasi nyeri/pegal pada kakinya.. Dalam merawat Ny.
K, keluarga sudah mengontrol makanan yang dikonsumsi
Ny. K.
4) Kemampuan keluarga memelihara lingkungan yang sehat.
Keluarga Ny. K mengatakan bahwa mereka tahu lingkungan
dapat mempengaruhi kesehatan orang disekelilingnya. Hal
ini dibuktikan dengan barang – barang yang ada di rumah
Ny. K terlihat rapih dan lantai tampak bersih, selain itu
lingkungan rumah terhindar dari hal-hal yang
membahayakan Ny. K seperti lantai licin, perabotan kayu
rapuh, dll. Keluarga selalu berusaha menjaga kerapihan dan
kebersihan, bila rumah nampak berantakan langsung
dirapihkan.
5) Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan di
masyarakat.
Keluarga Ny. K mengatakan bahwa mempunyai kartu
jaminan kesehatan. Keluarga Ny. N menggunakan kartu
tersebut untuk memeriksakan diri ke layanan kesehatan.
Jika ada anggota keluarga yang sakit langsung dibawa ke
Puskesmas atau pelayanan kesehatan terdekat.
d. Fungsi ekonomi
1) Upaya pemenuhan sandang pangan dipenuhi dengan Tn E
bekerja sebagai pedagang.
2) Pemanfaatan sumber di masyarakat : tidak ada.
3. Stress dan Koping keluarga
a. Stressor jangka pendek : berharap ingin cepat sembuh dan
selalu diberikan kesehatan untuk kedepannya.
b. Stressor jangka panjang : ingin selalu bisa memenuhi
kebutuhan hidupnya, sehat dan tidak merepotkan orang lain.
c. Respon keluarga dengan stressor: bila ada masalah, Ny. K dan
keluarga selalu berdoa.
d. Strategi koping : memandang sakitnya karena usia.
4. Strategi adaptasi disfungsional : Ny. K lebih memfokuskan
kepada kegiatan sehari-hari dengan banyak berdoa
5. Keadaan gizi keluarga
Pemenuhan gizi : cukup
Upaya lain : tidak ada
6. Harapan keluarga
a. Terhadap masalah kesehatannya : berharap ingin cepat
sembuh dan selalu diberikan kesehatan untuk kedepannya.
b. Terhadap petugas kesehatan yang ada : minta diberi informasi
tentang penyakit yang dideritanya.
7. Pemeriksaan fisik Ny. K
No Variable
1. Riwayat Ny. K mengatakan bahwa dia masih sanggup
penyakit untuk melaksanakan aktivitasnya seperti biasa,
saat ini karena sakit yang dia rasakan tidak begitu
berat.
2. Keluhan Ny. K mengatakan sering merasa kesemutan dan
yang linu pada kakinya. Ny. K mengatakan.sakit lutut
dirasakan sebelah kanan dan kiri. Ny. K mengatakan tidak
kuat untuk berjalan lama
3. Tanda dan Kadang kaki untuk berjalan terasa sakit.
gejala
4. Riwayat Pasien tidak memiliki riwayat penyakit lain
penyakit sebelumnya
sebelumnya
5. Tanda tanda TD = 160/90 mmHg, N = 86 x/mnt, RR =
vital 24x/mnt, S = 36,6 ºC
6. System Jantung berdebar debar
kardiovaskul
er
7 Kepala = mesochepal, tidak ada pembesaran, dan tidak
teraba pembengkakan.
Mata = penglihatan sudah agak samar-samar.
Hidung = simetris, bersih, tidak terdapat pembesaran
polip, tidak beringus. Tidak ada pembengkakan.
Rangsang terhadap stimulus bau masih baik.
Telinga = bersih, tidak ada peradangan, bersih, respons
terhadap bunyi dan ambang dengar kurang baik.
Mulut = mukosa bibir tidak pucat, tidak kering, tidak
pecah – pecah, kelenjar air liur tidak ada masalah,
tidak ada pembengkakan, maupun rasa nyeri.
Gigi sudah ompong, gusi tidak bengkak, lidah
tidak kotor, rasa terhadap pengecapan masih
baik.
Leher = kadang terasa sakit, saat pusing dan tekanan
darah naik, tidak ada pembesaran tiroid.
Dada = tidak terdapat nyeri dada, auskultasi tidak
terdapat bunyi nafas yang abnormal.
Abdomen = datar, supel, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
pembesaran.
Ekstremitas = tidak ada sianosis, tidak bengkak, dan rentang
atas dan gerak sendi sedikit bermasalah, tidak terdapat
bawah baal, dan berjalan masih baik. Pegal pegal kadang
terasa pada seluruh tubuhnya.
Kulit = tidak ada masalah.
Tingkatkan tingkat
O:
1. Klien memijat-mijatkan kakinya
P : Lanjutkan intervensi
2 Diagnosa 2 : S:
Intoleransi aktivitas b.d Perubahan 1. Klien mengatakan bisa berjalan tetapi masih
otot terasa sedikit sakit pada lutut
1. Mempertahankan istirahat tirah 2. Klien mengatakan lelah ketika berjalan jauh
baring /duduk jika diperlukan
2. Membantu bergerak dengan O :
bantuan seminimal mungkin 1. Klien tampak lemah
3. Memberikan lingkungan yang 2. Klien berjalan lambat
aman dan menganjurkan untuk 3. Klien mau melakukan latihan ringan
menggunakan alat Bantu
4. Mengawasi TD, Nadi, A : Masalah belum teratasi
pernapasan selama dan sesudah P : lanjutkan intervensi
aktivitas. mencatat respon terhadap
tingkat aktivitas
5. Merencanakan kemajuan
aktivitas dengan pasien termasuk
aktivitas yang pasien bisa lakukan