Anda di halaman 1dari 16

Jurnal Kesehatan STIKes IMC Bintaro | Volume II, Nomor 1 – Maret 2018

PENGARUH TERAPI ROM (RANGE OF MOTION) TERHADAP


INTENSITAS NYERI REMATIK PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL
TRESNA WERDHA BUDI MULIA 2 CENGKARENG
JAKARTA BARAT TAHUN 2017

Royani1, Aldina Eka Fitriana1, Kamaluddin Latief1


________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Banten


(Email: aldinaeka3@gmail.com, Telp: +6282297195590)

ABSTRAK

Pendahuluan, meningkatnya jumlah lansia maka membutuhkan penanganan yang lebih serius karena secara
alamiah lansia itu mengalami penurunan kesehatan. Masalah kesehatan yang sering terjadi adalah penurunan
fungsi muskuloskeletal salah satu penyakitnya yaitu rematik. Rematik menyebabkan nyeri karena terjadi reaksi
autoimun pada cairan synovial, salah satu cara untuk mengurangi nyeri rematik yaitu dengan latihan range of
motion sehingga dapat mengurangi nyeri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi range of
motion terhadap intensitas nyeri rematik. Metode penelitian, menggunakan rancangan Quasy Eksperimental
dengan pendekatan Pretest and Posttest with Control Group Design. Metode sampling menggunakan Metode
Probability Sampling dengan teknik pengambilan Simple Random Sampling, jumlah sampel pada penelitian ini
sebanyak 40 responden, yang menjadi dua kelompok yaitu kelompok intervensi 20 dan kelompok kontrol 20.
Instrumen pengukuran intensitas nyeri menggunakan Numeric Rating Scale. Analisis menggunakan uji Marginal
Homogenity dan uji Mann-Whitney. Hasil penelitian, hasil uji Marginal Homogenity menunjukkan bahwa
intensitas nyeri rematik sebelum intervensi dengan kategori nyeri ringan 15%, nyeri sedang 50% dan nyeri
berat 35% dan sesudah intervensi dengan kategori nyeri ringan 60% dan nyeri sedang 40%. Dimana terdapat
perbedaan yang signifikan pada kelompok intervensi dengan p value = 0,000 (p < 0,05). Hasil uji Mann-Whitney
diperoleh p value (0,004) maka dapat disimpulkan H0 ditolak atau dengan kata lain terdapat pengaruh terapi
range of motion terhadap intensitas nyeri rematik pada lansia. Kesimpulan, terdapat pengaruh terapi range of
motion terhadap intensitas nyeri rematik pada lansia. Saran, peneliti mengharapkan terapi range of motion
dapat dilakukan sebagai salah satu terapi nonfarmakologis untuk mengatasi nyeri rematik pada lansia.
Kata kunci : Lansia, Nyeri, Rematik, Range of Motion

88
Jurnal Kesehatan STIKes IMC Bintaro

Pendahuluan harinya (Chintyawati, 2014).


Usia lanjut adalah suatu proses alami yang Penurunan fungsi muskuloskeletal
tidak dapat dihindarkan. Umur manusia sebagai menyebabkan terjadinya perubahan secara
makhluk hidup terbatas oleh suatu peraturan alam, degeneratif. Bertambah tua atau lansia selalu
maksimal sekitar 6 kali masa bayi sampai dewasa, berhubungan dengan penurunan tingkat aktivitas
atau 6x20 tahun sama dengan 120 tahun. Proses yang disebabkan 3 hal yaitu: perubahan pada
menjadi tua disebabkan oleh faktor biologik yang struktur dan jaringan penghubung (kolagen dan
terdiri dari tiga fase yaitu fase progresif, fase stabil elastis) pada sendi, tipe dan kemampuan aktivitas
dan fase regresif (Utami, 2009). pada lansia berpengaruh sangat signifikan terhadap
Populasi lanjut usia didunia pada tahun struktur dan fungsi jaringan pada sendi, patologi
2013 adalah 13,4% diprediksi akan meningkat pada dapat mempengaruhi jaringan penghubung sendi
tahun 2050 menjadi 25,3% dan pada tahun 2100 sehingga menyebabkan functional limitation atau
diperkirakan akan mengalami peningkatan menjadi keterbatasan fungsi dan disability, yang bisa
35,1%. Sedangkan populasi lanjut usia di dikeluhkan lansia akibat nyeri yang dirasakan
Indonesia pada tahun 2013 persentasenya adalah sangat mengganggu aktivitas adalah penyakit
9% diprediksi akan meningkat pada tahun 2050 rematik (Chintyawati, 2014).
menjadi 21,4% dan pada tahun 2100 diperkirakan Penyakit rematik adalah penyakit yang
akan mengalami peningkatan menjadi 41% dari tidak hanya menyerang sendi, tetapi juga
total populasi di Indonesia (Infodatin, 2016). menyerang organ atau bagian tubuh lainnya. Secara
Menurut WHO, dikawasan Asia Tenggara umum, definisi rematik adalah penyakit yang
populasi lansia sebesar 8% atau sekitar 142 juta menyerang sendi dan struktur atau penunjang
jiwa. Pada tahun 2050 diperkirakan populasi lansia disekitar sendi. Penyakit rematik yang paling
meningkat 3 kali lipat dari tahun ini. Pada tahun umum adalah osteoarthritis akibat degenerasi atau
2000 jumlah lansia sekitar 5.300.000 (7,4%) dari proses penuaan, arthritis rematoid (penyakit
total populasi, sedangkan pada tahun 2010 jumlah autoimun), dan gout karena asam urat tinggi
lansia 24.000.000 (9,77%) dari total populasi, dan (Junaidi, 2012).
tahun 2020 diperkirakan jumlah mencapai Menurut World Health Organization
28.000.000 (11,34%) dari total populasi. (WHO) penderita penyakit rematik diseluruh dunia
Sedangkan di Indonesia sendiri pada tahun 2020 mencapai angka 335 juta jiwa ditahun 2009, artinya
diperkirakan jumlah lansia sekitar 80.000.000 1 dari 6 orang didunia ini menderita penyakit
(Kemenkes, 2013). rematik. Penyakit rematik telah berkembang dan
Meningkatnya jumlah lansia maka telah menyerang 2,5 juta warga Eropa. WHO
membutuhkan penanganan yang serius karena melaporkan bahwa 20% penduduk dunia terserang
secara alamiah lansia itu mengalami penurunan penyakit rematik dimana 5-10 adalah yang berusia
baik segi fisik, biologis maupun mentalnya dan hal 60 tahun (Chintyawati, 2014).
ini tidak terlepas dari masalah ekonomi, sosial dan Prevalensi penyakit sendi/rematik
budaya. Menurunnya fungsi berbagai organ lansia berdasarkan diagnosis di Indonesia 11,9% dan
menjadi rentan terhadap penyakit yang bersifat berdasarkan gejala 24,7% sedangkan prevalensi
akut atau kronis (Purnomo, 2010). penyakit sendi/rematik di Provinsi DKI Jakarta
Salah satu masalah kesehatan yang sering berdasarkan diagnosis 8,9% dan berdasarkan gejala
terjadi pada lanjut usia adalah penurunan fungsi 21,8% (Riskesdas, 2013).
muskuloskeletal salah satunya adalah rematik. Angka ini menunjukan bahwa rasa sakit
Salah satu gejalanya adalah nyeri persendian akibat rematik sudah cukup mengganggu aktivitas
sehingga akan mengganggu kemandirian lansia masyarakat Indonesia, terutama mereka yang
dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari- memiliki aktivitas sangat padat didaerah perkotaan

89
Volume II, Nomor 1 – Maret 2018

seperti mengendarai kendaraan ditengah arus Tresna Werdha Warga Tama Indralaya. Hasil
kemacetan, duduk selama berjam-jam tanpa penelitian didapatkan ROM yang dilakukan dapat
gerakan tubuh yang berarti, tuntutan untuk tampil menurunkan skala nyeri penyakit arthritis
menarik dan prima, kurangnya porsi berolahraga, rheumatoid pada lansia sebelum dan sesudah
serta faktor bertambahnya usia (Purnomo, 2010). dilakukan terapi ROM.
Rematik dapat menyebabkan nyeri karena Hasil penelitian yang dilakukan oleh
terjadi reaksi autoimun dalam jaringan synovial Suhendriyo (2014) dengan penelitian berjudul
(cairan synovial berfungsi sebagai pelumas yang Pengaruh Senam Rematik Terhadap Pengurangan
memungkinkan sendi bergerak secara bebas dalam Rasa Nyeri pada Penderita Osteoarthritis Lutut di
arah) kemudian membran synovial berproliferasi Karangasem Surakarta. Hasil penelitian didapatkan
sehingga terbentuk pannus, kemudian pannus terdapat pengaruh yang signifikan dalam
menghancurkan tulang rawan sehingga terjadilah pemberian senam rematik terhadap pengurangan
erosi tulang sehingga permukaan sendi hilang dan rasa nyeri pada penderita osteoarthritis lutut.
mengganggu gerak sendi dan otot turut terkena Hasil penelitian yang dilakukan oleh
dampak erosi. Sehingga otot kehilangan Marlina (2015) dengan penelitian berjudul
elastisitasnya (otot menjadi kaku) kemudian Efektifitas Latihan Lutut Terhadap Penurunan
leukotrine dan prostaglandin memecahkan kolagen, Intensitas Nyeri Pasien Osteoarthritis Lutut di
pelepasan enzim-enzim dalam sendi menimbulkan Yogyakarta. Didapatkan hasil penelitian implikasi
edema dan pelepasan mediator nyeri sehingga keperawatan dengan melakukan latihan lutut secara
timbul rasa nyeri (Kristanti, 2014). teratur, maka akan mengurangi morbiditas akibat
Nyeri merupakan suatu mekanisme nyeri osteoarthritis lutut dan meningkatkan
proteksi bagi tubuh, timbul ketika jaringan sedang kualitas hidupnya.
rusak, dan menyebabkan individu tersebut bereaksi Hasil penelitian Imron dan Asih (2015)
untuk menghilangkan rasa nyeri (Prasetyo, 2010). dengan penelitian berjudul Pengaruh Latihan ROM
Untuk mengurangi nyeri dari penyakit kronik Aktif Terhadap Keaktifan Fisik pada Lansia di
tersebut, salah satu upaya untuk mengurangi nyeri Desa Dusun Karang Templek Desa Andongsari
rematik adalah dengan terapi nonfarmakologi Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember. Diperoleh
dengan menggunakan berbagai macam metode hasil terdapat pengaruh ROM aktif terhadap
seperti senam, stretching dan pemberian latihan keaktifan fisik pada lansia.
rentang gerak (ROM) (Ulliya, 2007). Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Latihan ROM adalah latihan yang Fatkuriyah (2010) dengan penelitian berjudul The
menggerakan persendian seoptimal dan seluas Effect of Rheumatic Exercise on Decreasing Joint
mungkin sesuai kemampuan seseorang yang tidak Pain Among Erderly in Desa Sudimoro Kecamatan
menimbulkan rasa nyeri pada sendi yang Tulangan Kabupaten Sidoarjo. Didapatkan rata-rata
digerakkan. Adanya pergerakan pada persendian skor intensitas nyeri pada kelompok perlakuan
akan menyebabkan terjadinya peningkatan aliran sesudah diberikan senam rematik mengalami
darah kedalam kapsula sendi. Penurunan ROM penurunan sebesar 1 tingkat.
disebabkan oleh tidak adanya aktivitas dan untuk Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik
mempertahankan kenormalan ROM, sendi dan otot untuk meneliti bagaimana pengaruh terapi ROM
harus digerakkan dengan maksimum dan dilakukan (Range of Motion) terhadap intensitas nyeri rematik
secara teratur (Ulliya, 2007). pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mulia 2 Cengkareng Jakarta Barat Tahun 2017.
Mardiono (2012) dengan penelitian berjudul
Pengaruh Terapi Range of Motion Penyakit
Arthritis Rheumatoid pada Lansia di Panti Sosial

90
Jurnal Kesehatan STIKes IMC Bintaro

Proses Penelitian kelompok kontrol untuk memenuhi kode etik tetapi


Penelitian ini dilakukan di Panti Sosial tidak diukur posttest kembali.
Tresna Werdha Budi Mulia 2 Cengkareng Jakarta Hasil penelitian yang dilakukan di Panti
Barat yang dilaksanakan pada tanggal 3-14 Juli Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 2 Cengkareng
2017. Penelitian ini menggunakan rancangan Jakarta Barat yaitu untuk mendeskripsikan ada atau
Pretest and Posttest with Control Group Design tidaknya penurunan nyeri sebelum dan sesudah
dengan teknik pengambilan data menggunakan dilakukan terapi ROM (Range of Motion) pada
simple random sampling jumlah sampel 40 kelompok intervensi dan ada atau tidaknya
responden yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu: penurunan nyeri sebelum dan sesudah pada
20 responden pada kelompok intervensi dan 20 kelompok kontrol dianalisa dengan menggunakan
responden pada kelompok kontrol, didalam uji Marginal Homogenity. Sedangkan untuk
penelitian ini kelompok intervensi akan diberikan mengetahui perbedaan tingkat nyeri sesudah
perlakuan yaitu terapi ROM (Range of Motion) dan (posttest) pada kelompok intervensi dan kontrol
kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan atau menggunakan Mann-whitney test.
no intervensi. Tahap awal peneliti mengambil
sampel dengan cara memilih responden yang sesuai Hasil Penelitian dan Pembahasan
dengan kriteria inklusi dan ekslusi kemudian Berdasarkan hasil penelitian terhadap
peneliti melakukan pengelompokan anggota kelompok intervensi 20 lansia dan kelompok
kelompok intervensi dan kontrol dengan cara acak kontrol 20 lansia di Panti Sosial Tresna Werdha
dan random. Budi Mulia 2 Cengkareng Jakarta Barat pada
Sebelum dilakukan intervensi peneliti tanggal 3 Juli-14 Juli 2017, data yang diperoleh
melakukan informed consent terlebih dahulu untuk yaitu menjelaskan intensitas nyeri rematik pada
meminta persetujuan dari responden dan lansia sebelum dan sesudah diberikan intervensi
menjelaskan pengertian ROM (Range of Motion) pada kelompok intervensi dan no intervensi pada
serta pelaksanaanya dan manfaatnya, selanjutnya kelompok kontrol.
peneliti melakukan pretest atau mengukur
intensitas nyeri rematik pada lansia dengan Tabel 5.1
menggunakan sk ala nyeri Numeric Rating Scale Distribusi Frekuensi Intensitas Nyeri Rematik pada
dengan cara menjelaskan kepada responden dan Lansia Sebelum (Pretest) Dilakukan Terapi ROM
meminta responden menunjuk intensitas nyeri yang (Range of Motion) pada Kelompok Intervensi Di
dirasakan yang terdapat pada skala tersebut. Pada Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 2
kelompok intervensi peneliti melakukan intervensi Cengkareng Jakarta Barat Tahun 2017
dengan cara melakukan terapi ROM (Range of
Motion) dilakukan selama 2 minggu dengan Sebelum Kelompok
Intensitas
frekuensi 3 kali dalam seminggu pada pagi hari Intervensi
Nyeri
selama 15 menit dan pada kelompok kontrol Jumlah
Rematik Persentase
peneliti tidak memberikan intervensi. Tahap (n)
selanjutnya setelah dilakukan intervensi selama 2 Tidak Nyeri 0 0
minggu peneliti melakukan posttest atau mengukur Nyeri Ringan 3 15
kembali intensitas nyeri rematik pada lansia dan Nyeri
10 50
meminta responden menunjuk dan menentukan Sedang
kembali intensitas nyeri yang dirasakan. Setelah Nyeri Berat 7 35
selesai melakukan posttest peneliti menanyakan Total 20 100
perasaan responden. Tahap terakhir yaitu peneliti
memberikan intervensi range of motion pada

91
Volume II, Nomor 1 – Maret 2018

Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat bahwa nonfarmakologi (seperti senam rematik/latihan
responden yang mengalami intensitas nyeri rematik ROM) (Purwoastuti, 2009). Obat-obat penghilang
pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi nyeri rematik biasanya mempunyai efek samping
Mulia 2 Cengkareng Jakarta Barat Tahun 2017 pada lambung seperti iritasi dan perdarahan
pada kelompok intervensi sebelum (pretest) lambung. Oleh sebab itu, sebaiknya dilakukan
dilakukan terapi ROM (Range of Motion) dengan terapi nonfarmakologi yaitu dengan cara latihan
kategori nyeri ringan yaitu sebanyak 3 orang fisik/latihan ROM. Latihan relaksasi Range of
(15%), kategori nyeri sedang sebanyak 10 orang Motion (ROM) dapat membantu mengurangi rasa
(50%) dan kategori nyeri berat sebanyak 7 orang nyeri, menurunkan ketegangan otot, dan dapat
(35%). Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa memperbaiki gangguan tidur. Latihan Range of
intensitas nyeri rematik pada lansia sebelum Motion (ROM) merupakan salah satu cara untuk
dilakukan terapi ROM (Range of Motion) dalam mengatasi rasa nyeri dan menghilangkan
penelitian ini dengan jumlah sampel 20 responden ketegangan (Gosana, 2001).
dengan nilai tertinggi berada di nyeri sedang yaitu Salah satu tugas keperawatan untuk
sebanyak 10 orang, dan terendah di nyeri ringan meningkatkan kualitas hidup lanjut usia adalah
sebanyak 3 orang. dengan mengatasi gangguan kesehatan yang umum
Kejadian nyeri pada lanjut usia memang terjadi pada lanjut usia. Latihan ROM merupakan
cukup tinggi, yaitu sekitar 25-50% dari total lanjut salah satu alternative untuk mengurangi nyeri
usia (Darmojo, 2014). Usia diatas 60 tahun tersebut yaitu dengan cara perlindungan sendi
mempunyai kemungkinan menderita gejala nyeri 2 dengan koreksi postur tubuh yang buruk,
kali dibandingkan dengan usia dibawah 60 tahun melakukan latihan Range of Motion dan melakukan
karena kejadian nyeri makin meningkat sesuai aktivitas bergerak bebas pada persendian. Latihan
dengan pertambahan usia (Darmojo, 2014). Hampir Range of Motion dilakukan 2-3 hari perminggu
8% orang yang berusia 50 tahun keatas mempunyai dengan melibatkan peregangan otot dan sendi
keluhan pada sendi-sendinya. Biasanya yang (Ambardini, 2013).
terkena ialah persendian pada jari-jari, tulang Tabel 5.2
punggung dan sendi-sendi penahan berat tubuh Distribusi Frekuensi Intensitas Nyeri Rematik pada
(lutut dan panggul) (Nugroho, 2000). Lansia Sebelum (Pretest) pada Kelompok Kontrol
Ada berbagai terapi untuk mengatasi Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 2
rematik, baik secara terapi farmakologi maupun Cengkareng Jakarta Barat
nonfarmakologi. Terapi farmakologi merupakan Tahun 2017
terapi obat-obatan, sedangkan terapi Sebelum Kelompok
nonfarmakologi merupakan Metode latihan-latihan Intensitas Kontrol
seperti latihan Range of Motion (ROM) yang Nyeri Rematik Jumlah
Persentase
berguna untuk menggerakkan tubuh dan untuk (n)
Tidak Nyeri 0 0
mengurangi rasa nyeri pada sendi (Potter & Perry,
Nyeri Ringan 4 20
2012). Nyeri Sedang 10 50
Penanganan penderita rematik difokuskan Nyeri Berat 6 30
pada cara mengontrol rasa sakit, mengurangi Total 20 100
kerusakan sendi, dan meningkatkan atau Pada tabel 5.2 diatas diketahui dari 20
mempertahankan fungsi dan meningkatkan atau responden yang mengalami intensitas nyeri rematik
mempertahankan fungsi dan kualitas sendi. pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Menurut American College Rheumatology, Mulia 2 Cengkareng Jakarta Barat Tahun 2017
penanganan untuk rematik dapat meliputi terapi sebelum (pretest) pada kelompok kontrol
farmakologi (obat-obatan), sedangkan didapatkan intensitas nyeri rematik pada lansia

92
Jurnal Kesehatan STIKes IMC Bintaro

dengan kategori nyeri ringan sebanyak 4 orang Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa
(20%), kategori nyeri sedang sebanyak 10 orang responden yang mengalami intensitas nyeri rematik
(50%) dan kategori nyeri berat sebanyak 6 orang pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi
(30%). Jadi dapat disimpulkan bahwa intensitas Mulia 2 Cengkareng Jakarta Barat Tahun 2017
nyeri terendah yang didapatkan pada kelompok pada kelompok intervensi sesudah (posttest)
kontrol yaitu dengan kategori nyeri ringan 4 orang dilakukan terapi ROM (Range of Motion) dengan
dan tertinggi kategori nyeri sedang 10 orang. total responden 20 orang (100%) didapatkan
Berdasarkan tabel 5.1 dan 5.2 dapat responden dengan kategori nyeri ringan sebanyak
disimpulkan bahwa intensitas nyeri rematik 12 orang (60%) dan kategori nyeri sedang
sebelum (pretest) antara kelompok intervensi dan sebanyak 8 orang (40%). Pada kelompok intervensi
kelompok kontrol sebanding. terdapat 6 orang mengalami penurunan dari nyeri
Salah satu gejala rematik adalah nyeri berat menjadi nyeri sedang, dan 8 orang mengalami
sendi. Adanya nyeri sendi menyebabkan seseorang penurunan dari nyeri sedang menjadi nyeri ringan.
takut melakukan aktivitas atau gerakan sehingga Jadi dapat disimpulkan bahwa intensitas nyeri
menurunkan kualitas hidupnya. Terapi rematik pada lansia pada kelompok intervensi
nonfarmakologis yang disarankan antara lain sesudah (posttest) dilakukan terapi ROM (Range of
exercise/latihan lutut. Jenis exercise lain yang Motion) dalam penelitian ini terjadi penurunan.
dapat dilakukan adalah home exercise, Range of Latihan Range of Motion (ROM) adalah
Motion (ROM), Strengthening exercise/ latihan latihan-latihan yang diberikan untuk
penguatan meliputi quadriceps and hamstring mempertahankan dan meningkatkan fungsi sendi
exercise serta aerobic seperti berjalan, bersepeda, yang berkurang. Latihan ROM ini memungkinkan
berenang. Tujuan exercise ini antara lain terjadinya kontraksi dan pergerakan otot, dimana
memperbaiki fungsi sendi, meningkatkan kekuatan klien menggerakkan masing-masing persendiannya
sendi, proteksi sendi dari kerusakan dengan sesuai dengan gerakan normal baik secara aktif
mengurangi stress pada sendi, mencegah kecacatan maupun pasif (Potter & Perry, 2012).
dan meningkatkan kebugaran jasmani. Latihan ini Latihan fisik membantu pemulihan setelah
tentunya disesuaikan dengan kondisi dan masa akut lewat. Salah satu implementasinya
kemampuan lansia. adalah latihan rentang gerak yang melibatkan
Tabel 5.3 gerakan-gerakan untuk meregangkan dan
Distribusi Frekuensi Intensitas Nyeri Rematik pada memperkuat otot-otot penyangga sendi yang rusak.
Lansia Sesudah (Posttest) Dilakukan Terapi ROM Bila otot penyangga sendi menguat, nyeri sendi
(Range of Motion) pada Kelompok Intervensi Di akan berkurang. Apabila otot sering dilatih maka
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 2 cairan synovial akan meningkat atau bertambah.
Cengkareng Jakarta Barat Tahun 2017 Cairan synovial ini berfungsi sebagai pelumas
dalam sendi, artinya penambahan cairan synovial
Sesudah Kelompok pada sendi dapat mengurangi resiko cidera dan
Intensitas
Intervensi mencegah timbulnya nyeri pada penderita rematik.
Nyeri
Jumlah Pemberian intervensi rentang gerak pada penderita
Rematik Persentase
(n) rematik ini dapat meningkatkan kualitas hidup
Tidak Nyeri 0 0 penderita (Suhendriyo, 2014).
Nyeri
12 60 Hal ini didukung oleh penelitian yang
Ringan
Nyeri dilakukan Fatkuriyah (2010) menyatakan bahwa
8 40 melakukan latihan fisik saat menderita nyeri sendi
Sedang
Nyeri Berat 0 0 tampaknya kontradiktif, namun latihan fisik
Total 20 100 sebenarnya merupakan penghilang nyeri yang

93
Volume II, Nomor 1 – Maret 2018

alami untuk sebagian masyarakat yang menderita Pada tabel 5.4 dapat dilihat intensitas nyeri
rematik dengan mekanisme mempertahankan rematik pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha
fleksibilitas sendi dan kekuatan otot. Budi Mulia 2 Cengkareng Jakarta Barat Tahun
Beberapa latihan fisik lain seperti berjalan 2017 sesudah (posttest) pada kelompok kontrol
kaki dan latihan gerak sendi ROM telah terbukti dengan total responden 20 orang (100%)
dalam mengurangi nyeri sendi pada lansia. didapatkan responden dengan kategori nyeri ringan
Penelitian yang dilakukan oleh Sitinjak (2016) sebanyak 5 orang (25%), kategori nyeri sedang
kepada lansia dengan nyeri sendi dengan senam sebanyak 11 orang (55%) dan kategori nyeri berat
rematik menunjukkan bahwa 83% dari total sebanyak 4 orang (20%). Pada kelompok kontrol
responden 12 orang mengalami penurunan dari terdapat penurunan intensitas nyeri, 2 orang
nyeri berat dan sedang menjadi nyeri sedang dan mengalami penurunan dari nyeri berat menjadi
ringan. Sebanyak 8% responden justru mengalami nyeri sedang, 2 orang mengalami penurunan dari
peningkatan dari nyeri sedang menjadi nyeri berat, nyeri sedang (6=4 & 5=4) dan 1 orang mengalami
sedangkan 8% lainnya berada pada tingkat nyeri penurunan dari nyeri sedang menjadi nyeri ringan.
sebelum diberikan latihan fisik berjalan kaki. Seluruh responden penelitian yang
Hasil penelitian ini sesuai dengan berjumlah 20 orang pada kelompok kontrol
penelitian yang dilakukan oleh Marlina (2015) mengalami nyeri sendi dengan skala nyeri
menunjukkan bahwa dengan melakukan latihan bervariasi dari skala nyeri ringan sampai nyeri
lutut dapat menurunkan intensitas nyeri. Hal ini berat. Hal ini juga sesuai dengan manifestasi klinis
dapat dilihat dari peningkatan jumlah responden rematik yang dikemukakan Subcommittee
yang memiliki intensitas nyeri ringan dan American College of Rheumatology (ACR), jika
penurunan jumlah responden yang memiliki memenuhi tiga dari enam hal berikut: usia>50
intensitas nyeri berat. Signifikan terlihat dengan p tahun, kaku sendi<30 menit, krepitus, nyeri tulang,
= 0,000, artinya bahwa secara statistik latihan lutut pembengkakan tulang (bone enlargement) (Altman
ini efektif menurunkan nyeri pasien osteoarthritis et al., 2011). Pendapat ini diperkuat oleh Bales
lutut. (2008), yang mengatakan bahwa keluhan utama
yang selalu muncul pada penderita rematik adalah
Tabel 5.4 nyeri sendi. Nyeri sendi muncul dengan adanya
Distribusi Frekuensi Intensitas Nyeri Rematik pada hambatan pada sendi saat dilakukan gerakan.
Lansia Sesudah (Posttest) Selain nyeri sendi, lansia juga mengatakan
pada Kelompok Kontrol Di Panti Sosial Tresna mengalami kaku pada sendi yang bertambah pada
Werdha Budi Mulia 2 Cengkareng Jakarta Barat malam hari dan ketika peneliti melakukan
Tahun 2017 pemeriksaan fisik, pada ekstremitas atas dan bawah
responden terdapat pembengkakan yang
Sesudah Kelompok mengakibatkan nyeri. Beberapa tanda gejala
Intensitas Kontrol tersebut membuktikan bahwa manifestasi klinis
Nyeri Rematik Jumla rematik berdasarkan ACR melalui tindakan
Persentase
h (n) pemeriksaan fisik nyata terjadi pada penderita
Tidak Nyeri 0 0 rematik.
Nyeri Ringan 5 25 Dengan keberadaan nyeri akibat rematik,
Nyeri Sedang 11 55 maka lansia yang menderita membatasi pergerakan
Nyeri Berat 4 20 pada bagian yang nyeri (Sharma & Berenbaum,
Total 20 100 2013). Pembatasan gerak pada sendi dapat
menyebabkan kekakuan atau atropi otot sendi yang
lama kelamaan dapat menghentikan secara

94
Jurnal Kesehatan STIKes IMC Bintaro

permanen fungsional sendi tersebut. Intensitas Nyeri Rematik Sesudah Intervensi


Penghentian keaktifan sendi ini membatasi Tidak Nyeri Nyeri Nyeri P
Total
Nyeri Ringan Sedang Berat Value
aktivitas fisik lansia, lansia mengalami Intensi Tidak
0 0 0 0 0
tas Nyeri
penurunan dari quality of life (Hopman-Rock, et Nyeri Nyeri
0 3 0 0 3
al 2013). Hal inilah yang dilakukan oleh 15 Remati Ringan
k Nyeri 0,000
reponden kelompok kontrol yaitu dengan Sebelu Sedang
0 9 1 0 10
beristirahat selama nyeri muncul dan enggan m
Nyeri
Interve 0 0 7 0 7
mengikuti senam lansia yang diadakan oleh panti Berat
nsi
dan terlihat lebih banyak berdiam diri duduk Total 0 12 8 0 20

didepan ruangan. Dengan demikian masih ada yang Hasil analisis pada tabel 5.5 diatas
mengalami nyeri berat pada kelompok kontrol. menunjukkan 20 responden sebelum dilakukan
Padahal aktivitas fisik berupa senam dapat terapi ROM (Range of Motion) pada kelompok
mengurangi sensasi nyeri pada persendian lebih intervensi dengan kategori nyeri ringan sebanyak 3
baik daripada hanya dengan beristirahat (Mentes et responden, kategori nyeri sedang sebanyak 10
al., 2010). Penelitian sebelumnya oleh Michael & responden dan kategori nyeri berat sebanyak 7
Kelley (2010) menjelaskan aktivitas fisik dapat responden, sedangkan sesudah diberikan terapi
meningkatkan fungsional fisik lansia dan kualitas ROM (Range of Motion) menjadi kategori nyeri
hidup lansia. Jika lansia enggan mengikuti kegiatan ringan ada 12 responden dan kategori nyeri sedang
senam, justru dapat menyebabkan kekakuan tulang sebanyak 8 responden.
dan sendi yang menjadi penyebab timbulnya nyeri Hasil uji statistik dengan menggunakan uji
persendian pada lansia. Terdapat 5 orang marginal diperoleh dengan nilai Sig. (2-tailed) =
responden kelompok kontrol mengalami penurunan 0,000 yang berarti < p (0,05) pada taraf signifikan
nyeri karena responden tersebut tampak sangat 5% maka Ha diterima yang artinya kesuluruhan
aktif mengikuti kegiatan yang diadakan di Panti responden dalam penelitian ini mengungkapkan
yaitu senam lansia yang dilakukan 1 minggu sekali setelah diberikan terapi ROM (Range of Motion)
setiap hari jum’at dan juga ada yang menggunakan intensitas nyeri mengalami penurunan. Karena nilai
obat anti nyeri serta balsam. p lebih kecil dari pada 0,05 maka hipotesis nol
ditolak. Dengan demikian hasil penelitian ini
terdapat perbedaan yang signifikan intensitas nyeri
Analisis Uji Marginal Homogenity
Hasil analisis komparatif kategorik yang rematik pada lansia sebelum dan sesudah dilakukan
digunakan dalam penelitian ini menggunakan uji terapi ROM (Range of Motion) pada kelompok
Marginal Homogenity. Uji ini dilakukan untuk intervensi di Panti Sosial Tresna Werdha Budi
mengetahui hasil pengolahan data peneliti yaitu Mulia 2 Cengkareng Jakarta Barat.
perbedaan intensitas nyeri rematik sebelum dan Dari penelitian mengenai pengaruh terapi
sesudah diberikan terapi ROM (Range of Motion). ROM (Range of Motion) terhadap intensitas nyeri
Hasil uji diatas dapat dilihat pada tabel berikut: rematik pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha
Budi Mulia 2 Cengkareng Jakarta Barat Tahun
Tabel 5.5 2017 terdapat perbedaan yang signifikan terhadap
Hasil Uji Marginal Pengaruh Terapi ROM (Range intensitas nyeri rematik kearah yang lebih baik
of Motion) Sebelum dan Sesudah (Pretest-Posttest) setelah diberikan terapi ROM (Range of Motion)
Terhadap Intensitas Nyeri Rematik Lansia pada selama 15 menit yang diberikan selama 2 minggu
Kelompok Intervensi Di Panti Sosial Tresna dengan frekuensi 3 kali dalam seminggu.
Werdha Budi Mulia 2 Cengkareng Jakarta Barat Penelitian ini sejalan dengan penelitian
Tahun 2017 yang dilakukan oleh Sasono Mardiono (2012)
menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang

95
Volume II, Nomor 1 – Maret 2018

signifikan antara pengukuran skala nyeri penyakit Mulia 2 Cengkareng Jakarta Barat Tahun 2017
arthritis rheumatoid pada lansia sebelum dan
sesudah dilakukan terapi ROM dengan nilai p Pretest-Posttest Kelompok Intervensi
value = 0,005 < α = 0,05. 8
7
Beberapa penelitian yang mendukung 6
5
antara lain penelitian (Wulandari, 2016)
4
menunjukkan ada pengaruh senam ergonomik 3
2
terhadap keluhan nyeri sendi pada lansia yang
1
mengalami rematik dengan nilai signifikan p value 0

0,000 (< α = 0,05). Ini berarti ada pengaruh senam 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Sebelum Intervensi Sesudah Intervensi


ergonomik terhadap keluhan nyeri sendi pada
lansia yang mengalami rematik. Penelitian
(Wirotomo, 2013) menyatakan bahwa terdapat Berdasarkan gambar 5.1 diatas
pengaruh senam 10 menit terhadap penurunan menjelaskan hasil nilai sebelum dan sesudah
skala nyeri pada penderita gout, dibuktikan dengan kelompok intervensi pada 20 responden. Terdapat
nilai p value 0,00 < α (0,05) maka H0 ditolak. 3 responden yang mengalami penurunan intensitas
Penelitian (Dibawani, 2015) didapatkan nilai p nyeri paling banyak yaitu penurunan sebanyak 3
value 0,000 nilai tersebut lebih kecil dari 0,05, tingkat, dikarenakan saat melakukan terapi ROM
sehingga dapat diartikan bahwa terdapat perbedaan responden tersebut sangat aktif dalam melakukan
yang signifikan nyeri sendi yang signifikan antara gerakan, tidak perlu dipanggil saat waktunya
pretest dan posttest, yaitu ada penurunan skala melakukan latihan, sering melakukan gerakan saat
nyeri sendi. diluar latihan atau dengan kata lain selalu
Latihan fisik jika dilakukan secara teratur mengulangi gerakan sebisanya didalam ruangan
akan meningkatkan peredaran darah sehingga wisma pada saat bangun tidur dan sebelum tidur,
metabolisme meningkat dan terjadi peningkatan aktif dalam segala kegiatan di panti dan juga
difusi cairan sendi melalui matriks tulang. responden aktif mengikuti senam lansia yang
Pemenuhan kebutuhan nutrisi tulang rawan sangat diadakan sebanyak 1 kali dalam seminggu setiap
tergantung pada kondisi cairan sendi, jadi jika hari jum’at. Patuh dalam melakukan kewajiban
cairan sendi baik maka suplai nutrisi untuk tulang yaitu: shalat 5 waktu dan juga WBS menggunakan
rawan menjadi adekuat. Adanya kontraksi otot balsam sehingga nyeri berkurang sebanyak 3
yang kuat akibat latihan fisik akan mempermudah tingkat. Selain itu terdapat 2 WBS yang
mekanisme memompa kembali cairan untuk menggunakan obat anti nyeri yang dibeli disekitar
bersirkulasi sehingga proses metabolisme dan Panti. Terdapat 1 responden yang tidak mengalami
sirkulasi lokal dapat berlangsung dengan baik perubahan intensitas nyeri, karena pada saat
karena vasodilatasi dan relaksasi setelah kontraksi melakukan latihan ROM ia hanya berduduk dikursi
maksimal dari otot tersebut. Dengan demikian melihat responden lainnya melakukan gerakan,
maka pengangkutan sisa-sisa metabolisme yang responden terlihat kurang termotivasi untuk
diproduksi melalui proses inflamasi dapat berjalan melakukan gerakan ROM, kadang sesekali
dengan lancar sehingga rasa nyeri dapat berkurang mengikuti gerakan tetapi gerakan yang dilakukan
(Marlina, 2015). tidak sesuai dengan apa yang ada didalam SAP,
Gambar 5.1 tetapi responden tersebut selalu patuh dan selalu
Intensitas Nyeri Rematik Pada Lansia Sebelum hadir pada saat jadwal latihan ROM (Range of
Dan Sesudah (Pretest-Posttest) Dilakukan Terapi Motion).
ROM (Range of Motion) Pada Kelompok
Intervensi Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi

96
Jurnal Kesehatan STIKes IMC Bintaro

sebelum dan sesudah (pretest-posttest) pada


Tabel 5.6 kelompok kontrol di Panti Sosial Tresna Werdha
Hasil Uji Marginal Pengaruh Terapi ROM (Range Budi Mulia 2 Cengkareng Jakarta Barat Tahun
of Motion) Sebelum dan Sesudah (Pretest-Posttest) 2017.
Terhadap Intensitas Nyeri Rematik Lansia pada Hal ini menunjukkan bahwa lansia yang
Kelompok Kontrol Di Panti Sosial Tresna Werdha tidak melakukan aktivitas seperti olahraga dan
Budi Mulia 2 Cengkareng Jakarta Barat bergerak aktif akan menyebabkan pengecilan
Tahun 2017 anggota tubuh yang mengakibatkan kekakuan
Intensitas Nyeri Rematik Sesudah Kontrol sendi, nyeri yang terjadi pada lansia adalah suatu
Tidak Nyeri Nyeri Nyeri
Total
P gangguan yang terjadi karena penurunan
Nyeri Ringan Sedang Berat Value
fungsional akibat dari gangguan yang jaringan
Tidak
0 0 0 0 0 bersifat subyektif (Maryam, 2008).
Nyeri
Intensitas
Nyeri
Nyeri 0 4 0 0 4
Ringan
Rematik
Nyeri
0,083 Gambar 5.2
Sebelum 0 1 9 0 10 Intensitas Nyeri Rematik pada Lansia Sebelum dan
Sedang
Kontrol
Nyeri Sesudah (Pretest-Posttest) pada Kelompok Kontrol
0 0 2 4 6
Berat
Total 0 5 11 4 20
Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 2
Cengkareng Jakarta Barat
Tahun 2017
Hasil analisis pada tabel 5.6 diatas
menunjukkan 20 responden sebelum (Pretest) pada Pretest-Posttest Kelompok Kontrol
8
kelompok kontrol dengan kategori nyeri ringan
sebanyak 4 responden, kategori nyeri sedang 6

sebanyak 10 responden dan kategori nyeri berat 4

sebanyak 6 responden, sedangkan sesudah 2


(posttest) pada kelompok kontrol menjadi kategori 0
nyeri ringan ada 11 responden, kategori nyeri 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

sedang sebanyak 8 responden dan kategori nyeri Sebelum Kontrol Sesudah Kontrol

berat sebanyak 5 responden.


Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Berdasarkan gambar 5.2 diatas didapatkan
marginal diperoleh dengan nilai Sig. (2-tailed) = hasil nilai sebelum dan sesudah kelompok kontrol
0,083 yang berarti > p (0,05) pada taraf signifikan pada 20 responden. Didapatkan 2 responden yang
5% yang artinya hanya sebagian responden dari 20 mengalami penurunan sebanyak 2 tingkat,
responden dalam penelitian ini mengungkapkan dikarenakan responden selalu aktif mengikuti
intensitas nyeri menurun. Hal ini dikarenakan kegiatan senam yang didakan oleh pihak panti
sebagian responden mengikuti senam rutin yang setiap hari jum’at, responden selalu hadir dan
diadakan dipanti setiap 1 minggu sekali. Karena mengikuti gerakan sesuai apa yang diperintahkan.
nilai p lebih besar dari pada 0,05 maka hasil Terdapat 2 responden yang juga menggunakan obat
penelitian ini tidak terdapat perbedaan yang anti nyeri dibeli disekitar panti, responden juga
bermakna intensitas nyeri rematik pada lansia mengikuti kegiatan senam yang rutin diadakan
sebelum dan sesudah (pretest-posttest) pada dipanti setiap 1 kali dalam seminggu dan 1
kelompok kontrol di Panti Sosial Tresna Werdha responden yang mengalami penurunan intensitas
Budi Mulia 2 Cengkareng Jakarta Barat. nyeri juga menggunakan balsam sehingga nyeri
Dengan demikian hasil penelitian ini tidak berkurang sebanyak 2 tingkat. 15 Responden
ada perbedaan intensitas nyeri rematik pada lansia lainnya masih mengalami intensitas nyeri rematik

97
Volume II, Nomor 1 – Maret 2018

yang sama, karena responden enggan untuk intensitas nyeri, hal ini dikarenakan sebagian
mengikuti kegiatan panti dan lebih memilih responden mengikuti kegiatan senam setiap 1
berdiam diri dan tidur dikamar karena lansia minggu sekali dan ada yang menggunakan obat
merasa takut untuk melakukan kegiatan akibat rasa anti nyeri serta balsam. Hasil uji mann-whitney
nyeri yang ia rasakan. terhadap nilai posttest pada kelompok kontrol dan
intervensi didapatkan 0,004 < 0,05 maka
Uji Mann-Whitney Test didapatkan kesimpulan Ha diterima yang berarti
Analisis yang digunakan untuk ada perbedaan yang bermakna intensitas nyeri
perbandingan dalam penelitian ini menggunakan rematik pada lansia antara kelompok intervensi dan
analisis nonparametik yaitu uji Mann-Whitney. Uji kelompok kontrol.
ini digunakan untuk mengetahui perbandingan nilai Pemberian latihan rentang gerak dapat
sesudah (posttest) kelompok intervensi dan menyebabkan rileks sehingga akan mengaktifkan
kelompok kontrol. Hasil uji tersebut dapat dilihat sistem limbik dalam tubuh bertujuan untuk
pada tabel 5.7 berikut: memperoduksi hormon endorfin. Selanjutnya
hormon endorfin dilepaskan untuk memblok
Tabel 5.7 transmisi stimulus nyeri. Stimulus kutaneus seperti
Hasil Uji Perbandingan Mann-Whitney Pengaruh latihan rentang gerak mengaktifkan transmisi
Terapi ROM (Range of Motion) Sesudah (Posttest) serabu A-beta yang lebih besar dan lebih cepat,
Terhadap Intensitas Nyeri Rematik Lansia pada implus ini akan menghambat implus dari serabut
Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol Di berdiameter kecil sehingga sensasi atau nyeri yang
Panti Sosial Tresna Werdha dibawa oleh serabut kecil akan berkurang atau
Budi Mulia 2 Cengkareng Jakarta Barat Tahun bahkan tidak dihantarkan ke otak (Potter & Perrry,
2017 2012). Hal ini dikarenakan setelah lansia
Mann-Whitney
melakukan latihan rentang gerak secara benar dan
P teratur, otot-otot yang tegang akan berkurang dan
Variabel n Valu mempertahankan atau meningkatkan kelenturan
e tubuh sehingga terasa nyaman. Selain itu rentang
Intensitas Nyeri gerak pada lansia akan menjadi lebih luas sehingga
Sesudah Terapi ROM membuat aktivitas yang berat menjadi lebih mudah
20
(Range of Motion) untuk dilakukan. Dengan adanya penurunan rasa
0,00
(Kelompok Intervensi) nyeri sendi maka lansia akan lebih aktif, mandiri,
4
Intensitas Nyeri dan merasa nyaman. Latihan fisik dapat
Sesudah No Intervensi 20 meningkatkan komponen kebugaran fisik seperti
(Kelompok Kontrol) kekuatan otot, daya tahan, koordinasi,
keseimbangan dan fleksibilitas (Uliya, 2007).
Dari tabel 5.7 hasil uji statistik didapatkan
nilai p value = 0,004 < 0,05. Hasil ini karena pada Hal ini membuktikan Range of Motion
kelompok intervensi dilakukan terapi ROM (Range dapat dilakukan sebagai suatu pengobatan non
of Motion) sehingga mengalami penurunan medis yang dapat menurunkan intensitas nyeri pada
intensitas nyeri sedangkan pada kelompok kontrol lansia ini diakibatkan proses penyakit rematik yang
tidak dilakukan terapi ROM (Range of Motion). menimbulkan nyeri yang umumnya terjadi pada
Pada kelompok intervensi semua responden sendi yang menopang berat atau beban tubuh
mengalami penurunan intensitas nyeri, sedangkan responden. Keadaan ini membuat lansia sulit dan
pada kelompok kontrol hanya beberapa sebagian enggan melakukan pergerakan sehingga dapat
dari semua responden mengalami penurunan memperparah kondisi sendi mereka. Sendi yang

98
Jurnal Kesehatan STIKes IMC Bintaro

tidak dilakukan pergerakan akan menjadi kaku kekuatan, fungsi dan mengurangi nyeri.
karena cairan synovial pada lansia tidak diproduksi Beberapa teori menyatakan bahwa lansia
sebanyak orang dengan usia muda, hal ini akan yang merasakan nyeri akan mengalami beberapa
menimbulkan nyeri saat melakukan pergerakan. hal, yaitu:
Nyeri yang terus dirasakan lansia ini akan Lanjut usia dengan nyeri kronik biasanya
membuat lansia lebih banyak berdiam diri dan mengalami perubahan fungsi dan sendi-sendi,
enggan melakukan aktivitas sehari-hari terutama kekuatan otot, gerak langkah, postur, mobilitas,
berolahraga. tingkat kebugaran dan ketergantungan sebagai
Rasa nyeri bisa bertambah berat ketika akibat dari nyeri yang diderita, fisioterapi dan
lansia tidak mau mengikuti olahraga dan hanya terapi okupasi sering kali menguntungkan dan
mengandalkan obat-obatan anti nyeri. Nyeri dapat memberi alternatif lain untuk mengembalikan
dikurangi atau dihilangkan dengan cara fungsi penderita. Dapat pula terjadi kekakuan sendi
menambahkan aktivitas tambahan aktivitas setelah sendi tersebut tidak digerakkan beberapa
tambahan seperti olahraga sebagai kegiatan yang lama, tetapi kekakuan ini akan hilang setelah sendi
wajib untuk dilakukan secara teratur. Dengan digerakkan. Kekakuan pada pagi hari biasanya
melakukan pergerakan, otot-otot akan menjadi terjadi selama beberapa menit (Darmojo, 2014).
lebih kuat dan merangsang cairan synovial. Hal ini didukung oleh penelitian (Marlina,
Olahraga yang dilakukan oleh lansia tentunya 2015), menunjukkan intensitas nyeri dari minggu
berbeda dengan yang dilakukan oleh orang yang keminggu mengalami penurunan dengan nilai p
masih berusia muda. Kegiatan yang dilakukan oleh value= 0,002 lebih kecil dari α (0,05) maka Ha
lansia harus disesuaikan dengan usia dan diterima, artinya bahwa terdapat perbedaan secara
kemampuan dari lansia itu sendiri. signifikan penurunan intensitas nyeri pada
Respon yang ditunjukkan oleh lansia yang kelompok intervensi dibandingkan dengan
mengalami nyeri yaitu mengurangi aktivitas kelompok kontrol. Terdapat perbedaan penurunan
sehingga lebih banyak berdiam diri diatas kasur intensitas nyeri setelah latihan lutut pada kelompok
atau kursi dalam waktu yang lama, mereka intervensi dan setelah edukasi manajemen OA pada
beranggapan bahwa aktivitas seperti berolahraga kelompok kontrol.
dapat memperparah rasa nyeri yang mereka Hasil penelitian yang dilakukan oleh
rasakan. Lansia berusaha menolak ketika diajak Dibawani (2015) didapatkan hasil p value= 0,000 <
untuk melakukan senam yang diadakan oleh panti 0,05. Sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh
dengan alasan sakit sendi. Senam atau olahraga latihan rentang gerak aktif terhadap nyeri sendi
sering dianggap sebagai kegiatan yang melelahkan, pada lansia.
padahal dengan melakukan olahraga lansia akan Hasil penelitian ini juga serupa dengan
memperkuat otot yang dilatih. hasi penelitian (Ida Kristanti, 2014) didapatkan p
Pada penelitian ini, dilakukan Range of value 0,000 < α 0,05 maka dapat disimpulkan ada
Motion sebanyak 3 kali seminggu selama 2 minggu perbedaan secara bermakna skala nyeri sesudah
dengan total 6 kali pertemuan. Setiap pertemuan diberikan terapi mandi air hangat antara kelompok
berdurasi 15 menit untuk setiap responden. Faktor intervensi dan kelompok kontrol pada lansia
pendukung dari intervensi ini adalah pada saat dengan rematik di Kelurahan Pringapus.
lansia melakukan gerakan Range of Motion, otot- Penelitian (Sitinjak, 2016) menunjukkan
otot disekitar kaki & tangan menjadi lebih kuat dan adanya perbedaan perubahan skala nyeri,
dapat menyerap tekanan sehingga tidak disalurkan penurunan skala nyeri lebih efektif pada kelompok
kesendi. Kelemahan pada kaki mendahului dan menggunakan senam rematik dari pada kelompok
menambah nyeri serta hilangnya fungsi. Dengan yang tidak diberikan senam rematik.
melakukan Range of Motion dapat meningkatkan Penelitian yang dilakukan oleh Suhendriyo

99
Volume II, Nomor 1 – Maret 2018

(2014) didapatkan hasil analisis nilai p = 0,005 orang (40%).


pada kelompok kontrol maupun kelompok 4. Distribusi frekuensi intensitas nyeri rematik
perlakuan. Dapat disimpulkan terdapat pengaruh pada lansia sesudah (posttest) pada
yang signifikan dalam pemberian senam rematik kelompok kontrol di Panti Sosial Tresna
terhadap pengurangan rasa nyeri pada penderita Werdha Budi Mulia 2 Cengkareng Jakarta
osteoarthritis lutut. Barat adalah didapatkan responden dengan
kategori nyeri ringan sebanyak 5 orang
Kesimpulan (25%) kategori nyeri sedang sebanyak 11
Seluruh lansia di Panti Sosial Tresna orang (55%) dan kategori nyeri berat
Werdha Budi Mulia 2 Cengkareng Jakarta Barat sebanyak 4 orang (20%).
yang mengikuti terapi ROM (Range of Motion) 5. Terdapat pengaruh terapi ROM (Range of
merasakan manfaat setelah dilakukan intervensi. Motion) sebelum dan sesudah (pretest-
Berdasarkan hasil penelitian yang diberikan kepada posttest) terhadap intensitas nyeri rematik
20 responden diperoleh data intensitas nyeri lansia pada kelompok intervensi. Dari hasil
rematik pada kelompok intervensi dan 20 uji marginal homogenity didapatkan adanya
responden kelompok kontrol sebelum dan sesudah perbedaan yang bermakna dengan nilai p
dilakukan terapi ROM (Range of Motion) pada value 0,000 yang berarti p < (0,05).
kelompok intervensi dan kelompok kontrol dapat Menunjukkan penurunan intensitas nyeri
disimpulkan sebagai berikut: rematik pada lansia sesudah diberikan terapi
1. Distribusi frekuensi intensitas nyeri rematik ROM (Range of Motion).
pada lansia sebelum (pretest) dilakukan 6. Tidak terdapat pengaruh terapi ROM (Range
terapi ROM (Range of Motion) pada of Motion) sebelum dan sesudah (pretest-
kelompok intervensi di Panti Sosial Tresna posttest) terhadap intensitas nyeri rematik
Werdha Budi Mulia 2 Cengkareng Jakarta lansia pada kelompok kontrol. Dari hasil uji
Barat adalah didapatkan responden dengan marginal homogenity didapatkan tidak
kategori nyeri ringan yaitu sebanyak 3 orang adanya perbedaan yang bermakna dengan
(15%), kategori nyeri sedang sebanyak 10 nilai p value 0,083 yang berarti p > (0,05).
orang (50%) dan kategori nyeri berat Menunjukkan tidak adanya perbedaan
sebanyak 7 orang (35%). intensitas nyeri rematik pada lansia.
2. Distribusi frekuensi intensitas nyeri rematik 7. Terdapat pengaruh terapi ROM (Range of
pada lansia sebelum (pretest) pada kelompok Motion) sesudah (posttest) terhadap
kontrol di Panti Sosial Tresna Werdha Budi intensitas nyeri rematik lansia antara
Mulia 2 Cengkareng Jakarta Barat adalah kelompok intervensi yang diberikan terapi
didapatkan responden dengan kategori nyeri ROM (Range of Motion) dan kelompok
ringan sebanyak 4 orang (20%) kategori kontrol yang tidak diberikan intervensi
nyeri sedang sebanyak 10 orang (50%) dan didapatkan hasil ada perbedaan yang
kategori nyeri berat sebanyak 6 orang (30%). bermakna dengan nilai signifikan (2-Tailed)
3. Distribusi frekuensi intensitas nyeri rematik = 0,004 < p (0,05). Dari hasil penelitian
pada lansia sesudah (posttest) dilakukan menunjukkan bahwa adanya perbedaan
terapi ROM (Range of Motion) pada antara kelompok intervensi dan kelompok
kelompok intervensi di Panti Sosial Tresna kontrol sesudah dilakukan intervensi pada
Werdha Budi Mulia 2 Cengkareng Jakarta kelompok intervensi sehingga terapi ROM
Barat adalah didapatkan responden dengan (Range of Motion) dapat dijadikan salah satu
kategori nyeri ringan sebanyak 12 orang terapi nonfarmakologi dalam menurunkan
(60%) dan kategori nyeri sedang sebanyak 8 intensitas nyeri rematik pada lansia.

100
Jurnal Kesehatan STIKes IMC Bintaro

Kemenkes, RI. (2013). Populasi Lansia


Daftar Pustaka Diperkirakan Terus Meningkat Hingga
Altman, R. et al (2011). The american college of 2020. Depkes RI.
rheumatology criteria for the classification Kristanti, I. (2014). Pengaruh Mandi Air Hangat
and reporting of osteoarthritis of the hip. Terhadap Penurunan Nyeri Rematik Pada
Arthritis & Rheumatism. Lansia Di Kelurahan Pringapus Kecamatan
Ambardini, R. (2013). Peran Latihan Fisik Dalam Pringapus Kabupaten Semarang.
Manajemen Terpadu Osteoarthritis. Mardiono, S. (2012). Pengaruh Terapi Range of
Bales, P. (2008). Osteoarthritis: Preventing and Motion (ROM) Dalam Menurunkan Skala
Healing without drugs. Prometheus Books. Nyeri Penyakit Arthritis Rheumatoid Pada
Chintyawati, C. (2014). Hubungan Antara Nyeri Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha
Reumatoid Arthritis Dengan Kemandirian Warga Tama Indralaya. Jurnal Harapan
Dalam Aktivitas Kehidupan Sehari-Hari Bangsa.
Pada Lansia Di Posbindu Karang Mekar Marlina, T. T. (2015). Efektivitas Latihan Lutut
Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri
Tangerang Selatan Tingkat. Pasien Osteoarthritis Lutut Di Yogyakarta.
Darmojo, B. (2014). Buku Ajar Geriatri Ilmu Jurnal Keperawatan Sriwijaya.
Kesehatan Lanjut Usia. Jakarta: Fakultas Maryam, S. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan
Kedokteran Universitas Indonesia. Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika.
Dibawani, M. (2015). Pengaruh Latihan Rentang Mentes. J.C. & Egan, B.A. (2010). Benefits of
Gerak Aktif Terhadap Nyeri Sendi Pada Physical Activity For Knee OSteoarthritis:
Lansia Di Dusun Jagan Bangunjiwo A Brief Review. Journal of Gerontological
Kasihan Bantul. Nursing.
Fatkuriyah, L. (2010). The Effect of Rheumatic Michael, L.T. & Kelley, T. (2010). Nonsurgical
Exercise On Decreasing Joint Pain Among Management of Osteoarthritis of The Kne.
Elderly In Desa Sudimoro Kecamatan Journal of The American Academy of
Tulangan Kabupaten Sidoarjo. Jurnal Physician Assistants.
Kesehatan dr. Soebandi. Nugroho, W. (2000). Keperawatan Gerontik (Edisi
Gosana. (2001). Terapi Latihan Fisik Penyakit 2). Jakarta: EGC.
Rematik. Jakarta: Sinar Harapan. Potter & Perrry. (2012). Buku Ajar Fundamental
Hopman-Rock. (2013). Quality of Life In ElderLy Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik.
Subject with Pain in The Hip of Knee. Edisi 4 Volume 2. Jakarta: EGC.
Quality of Life Research. Prasetyo, S. N. (2010). Konsep Dan Proses
Imron & Asih (2015). Pengaruh Latihan ROM Keperawatan Nyeri. Yogyakarta: Graha
Aktif Terhadap Keaktifan Fisik Pada Ilmu.
Lansia Di Dusun Karang Templek Desa Purnomo, J. (2010). Hubungan Antara Tingkat
Andongsari Kecamatan Ambulu Pengetahuan Dengan Sikap Lansia Dalam
Kabupaten Jember. Jurnal Edu Health. Mengatasi Kekambuhan Penyakit
Infodatin. (2016). Situasi Lanjut Usia (Lansia) di Reumatik Di Posyandu Lansia Kelurahan
Indonesia. Pusat Data dan Informasi Karangasem Kecamatan Laweyan Kota
Kementerian Kesehatan RI. Surakarta.
Junaidi, I. (2012). Rematik Dan Asam Urat. Purwoastuti, E. (2009). Waspadai Gangguan
Jakarta: Bhuana Ilmu Populer. Rematik. Yogyakarta: Kanisius.
Riskesdas. (2013). Kementerian Kesehatan RI.

101
Volume II, Nomor 1 – Maret 2018

Sharma, L & Berenbaum, F. (2013).


Osteoarthritis: A Companion to
Rheumatology. Elsevier Health Science.
Sitinjak, V. M. (2016). Pengaruh Senam rematik
Terhadap Perubahan Skala Nyeri pada
Lanjut Usia dengan Osteoarthritis Lutut.
Suhendriyo. (2014). Pengaruh Senam Rematik
Terhadap Pengurangan Rasa Nyeri Pada
Penderita Osteoarthritis Lutut Di
Karangasem Surakarta. Jurnal Terpadu
Ilmu Kesehatan.
Ulliya, S. (2007). Pengaruh Latihan Range of
Motion (ROM) Terhadap Fleksibilitas
Sendi Lutut Pada Lansia Di Panti Wreda
Wening Wardoyo Ungaran. Media Ners.
Utami, W. (2009). Pengaruh Latihan ROM Aktif
Terhadap Kemampuan Mobilisasi Pada
Lansia Dengan Gangguan Muskuloskeletal
Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia
03 Ciracas Jakarta Timus. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Keperawatan.
Widuri, H. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia:
Aspek Mobilitas dan Istirahat Tidur.
Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Wirotomo, T. S. (2013). Pengaruh Senam 10 Menit
Terhadap Skala Nyeri pada Penderita Gout.
Jurnal Ilmiah Kesehatan.
Wulandari, H. T. (2016). Pengaruh Senam
Ergonomik Terhadap Keluhan Nyeri Sendi
Pada Lansia Yang Mengalami Rematik Di
Wilayah Kerja Puskesmas Banguntapan II
Bantul.

102
Jurnal Kesehatan STIKes IMC Bintaro

103

Anda mungkin juga menyukai