Anda di halaman 1dari 37

Jurnal Kesehatan STIKES Telogorejo, Vol XII No 1, Juni 2020/ page 1-53 46

GAMBARAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KELUARGA PASIEN KRITIS


OLEH PERAWAT DI RUANG PERAWATAN INTENSIF

Fida’ Husain1, Dody Setyawan2


1 Staf Pengajar Program Studi S1 Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas ‘Aisyiyah
Surakarta; 2 Staf Pengajar Bagian Keperawatan Gawat Darurat dan Kritis, Departemen Ilmu
Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

Corresponding Author: dody.psikfkundip@gmail.com

Abstrak

Keberadaan pasien kritis yang dirawat di ruang perawatan intensif dapat berdampak negatif bagi kondisi fisik dan
psikologis keluarganya, antara lain kurangnya perhatian terhadap kebersihan diri, susah tidur, penurunan nafsu
makan, kecemasan, depresi dan post trauma sindrom disorder (PTSD). Dampak negatif tersebut dapat
diminimalkan dengan cara memenuhi kebutuhan keluarga selama pasien dirawat di ruang perawatan intensif.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pemenuhan kebutuhan keluarga pasien kritis oleh perawat
di ICU dan ICVCU salah satu Rumah Sakit di Surakarta. Desain penelitian ini yaitu deskriptif dengan pendekatan
survei yang menggunakan kuesioner pengembangan dari CCFNI. Teknik sampling yang digunakan yaitu total
sampling dengan jumlah responden sebanyak 51 perawat. Analisa data yang digunakan adalah analisa univariat.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pemenuhan kebutuhan keluarga pasien kritis oleh perawat intensif sebagian
besar masuk kategori baik (52,9%). Pemenuhan kebutuhan rasa nyaman lebih sering dilakukan oleh perawat
intensif daripada kebutuhan jaminan pelayanan, kebutuhan informasi, kebutuhan dekat dengan pasien dan
kebutuhan dukungan mental. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi profesi
keperawatan untuk lebih peduli terhadap kebutuhan keluarga pasien kritis khususnya kebutuhan dukungan
mental seperti menyarankan keluarga untuk memiliki teman dekat yang dapat memberikan dukungan kepadanya,
sehingga pemberian dukungan mental kepada keluarga diharapkan dapat meningkatkan peran keluarga sebagai
supporting system untuk kesembuhan pasien.

Kata Kunci: tindakan perawat, kebutuhan keluarga, ruang perawatan intensif

Abstract

The existence of criticall patients who were treated in intensive care unit can affect negatively to physical and
psychological conditions of their family, such as lack of attention to hygiene, sleep disorder, decreased appetite,
anxiety, depression and post traumatic syndrome disorder (PTSD). The negative impacts can be minimized by fulfill
family needs as long as patients treated in intensive care unit. This study aimed to describe the fulfillment of criticall
patients’ family needs by nurses in ICU and ICVCU. The design of this research was descriptive survey and used
modification of CCFNI questionnaire. The samples were 51 nurses, taken by total sampling technique. This data
analized by univariate analysis. The results showed that the fulfillment of criticall patients’ family needs by intensive
nurses mostly categorized as good (52.9%). Fulfill the comfort needs is more often done by intensive nurses than
assurance needs, information needs, proximity needs and support needs. This study was expect to be a references for
the nursing proffesion to give a better care for criticall patient’s family, especially on psychological support, such as
advised family to have social support. So, the needs of family support can be fulfilled to increase the role of family as
a support system for the patient’s recovery.

Keywords: nurses’ practice, family needs, intensive care unit

Corresponding author:
Dody Setyawan
dody.psikfkundip@gmail.com
Jurnal Kesehatan STIKES Telogorejo, Vol XII No 1, Juni 2020
Jurnal Kesehatan STIKES Telogorejo, Vol XII No 1, Juni 2020/ page 1-53 47

PENDAHULUAN Dampak negatif yang dialami oleh keluarga


Keberadaan pasien kritis yang dirawat di pasien kritis tersebut dapat diminimalkan
ruang perawatan intensif dapat dengan cara memenuhi apa yang menjadi
menyebabkan masalah fisik dan psikologis kebutuhan keluarga selama anggota
bagi keluarga. Masalah fisik antara lain keluarganya dirawat di ruang perawatan
kurangnya perhatian terhadap kebersihan intensif (Stevens et al., 2014). Berdasarkan
diri, susah tidur dan penurunan nafsu makan Critical Care Family Needs Inventory
(Stevens, Hart & Herridge, 2014). Sebanyak (CCFNI) yang dikembangkan oleh Molter
43,5% keluarga pasien kritis di ICU dan Leske, keluarga pasien kritis memiliki 5
memiliki kualitas tidur yang buruk dan kebutuhan, antara lain kebutuhan informasi,
sangat buruk (Day, Haj-Bakri, Lubchansky dukungan mental, rasa nyaman, dekat
& Mehta, 2013). Masalah psikologis antara dengan pasien dan jaminan pelayanan
lain kecemasan, depresi dan post trauma (Felipe & Fortunatti, 2014; Hashim &
sindrom disorder (PTSD) (Dianah & Hussin, 2012; Leske, 1991). Penelitian yang
Purnamasari, 2008; Paparrigopoulos, dilakukan Dwikatsari di ICU RSUD Dr.
Melissaki, Efthymiou, Tsekou, Vadala, Moewardi pada tahun 2014 menunjukkan
Kribeni et al., 2006). Sebanyak 97% bahwa 44% keluarga pasien kritis
keluarga yang anggotanya dirawat di ICU mengatakan kebutuhannya belum terpenuhi
mengalami depresi dan 81% mengalami dan kebutuhan dekat dengan pasien
gejala post trauma sindrom disorder (PTSD) merupakan kebutuhan yang paling sedikit
(Paparrigopoulos et al., 2006). Sebanyak terpenuhi (54,4%) (Dwikatsari & Utami,
41% keluarga pasien kritis di ICU RSUP 2014).
Fatmawati Jakarta mengalami kecemasan
berat dan 39% mengalami panik (Dianah & Hasil wawancara dengan salah satu perawat
Purnamasari, 2008). mengatakan bahwa belum ada pelatihan
maupun panduan tertulis terkait pemenuhan
Kecemasan yang tidak tertangani pada kebutuhan keluarga pasien kritis. Akan
keluarga dapat mempengaruhi pengambilan tetapi menurut perawat tersebut bahwa
keputusan (decision making) untuk pemenuhan kebutuhan keluarga pasien kritis
menentukan tindakan medis yang akan di ruang perawatan intensif sangatlah
dilakukan kepada pasien. Pengambilan penting.
keputusan keluarga yang tidak tepat dapat
menghambat tindakan medis yang akan Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti
dilakukan, sehingga hal ini dapat tertarik untuk melakukan penelitian dengan
mempengaruhi proses pemulihan kesehatan judul “Gambaran Pemenuhan Kebutuhan
pasien (Davidson, Powers, Hedayat, Keluarga Pasien Kritis oleh Perawat di
Tieszen, Kon, Shepard et al., 2007). Selain Ruang Perawatan Intensif”.
itu, stres pada anggota keluarga pasien dapat
mengganggu keharmonisan anggota METODE PENELITIAN
keluarga dan akhirnya dapat menyebabkan
gangguan dalam mendukung kesembuhan Desain penelitian yang digunakan yaitu
pasien di ruang perawatan intensif (Lee & deskriptif dengan pendekatan survei.
Lau, 2003). Penelitian dilakukan di salah satu Rumah
Sakit di Surakarta. Teknik sampling yang
digunakan adalah total sampling. Jumlah

GAMBARAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KELUARGA PASIEN KRITIS OLEH PERAWAT DI RUANG


PERAWATAN INTENSIF
Jurnal Kesehatan STIKES Telogorejo, Vol XII No 1, Juni 2020/ page 1-53 48

sampel penelitian sebanyak 51 perawat Tabel 1 menunjukkan bahwa mayoritas


dengan kriteria inklusi yaitu perawat intensif responden berjenis kelamin perempuan
yang memiliki pengalaman kerja di ICU dan sebesar 38 responden (74,5%), berusia 18-40
ICVCU > 6 bulan. Dan kriteria eksklusinya tahun (dewasa awal) sebesar 43 responden
yaitu kepala ruang, perawat yang sedang (84,3%), berpendidikan D3 Keperawatan
cuti, tugas belajar atau mengikuti pelatihan sebesar 27 responden (52,9%), dan bekerja
selama waktu pelaksanaan penelitian. sebagai perawat dan perawat intensif ≤ 5
tahun dengan persentase masing-masing
Sampel penelitian ini adalah perawat ICU sebesar 19 responden (37,3%) dan 23
dan ICVCU dengan jumlah sampel 51 responden (45,1%).
perawat. Instrumen penelitian yang
digunakan adalah pengembangan dari Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden
Critical Care Family Needs Inventory Berdasarkan Kategori Pemenuhan Kebutuhan
(CCFNI). Hasil uji validitas tiap item Keluarga Pasien Kritis (n= 51)
memiliki nilai antara 0,438-0,755 dan nilai
reliabilitas 0,938. No Kategori Frekuensi Presentase
(f) (%)
HASIL DAN PEMBAHASAN 1 Baik 27 52,9
2 Kurang Baik 24 47,1
Adapun hasil penelitian ini adalah sebagai Total 51 100
berikut:
Tabel 2 menunjukkan bahwa pemenuhan
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan kebutuhan keluarga pasien kritis oleh perawat
Karakteristik Responden (n= 51) intensif berada pada kategori baik yaitu
sebesar 27 responden (52,9%), tidak jauh
No Karakteristik f (%) berbeda dengan kategori kurang baik yaitu
1 Jenis Kelamin
Laki-laki 13 25,5
sebesar 24 responden (47,1%)
Perempuan 38 74,5
2 Usia Tabel 3. Rata-rata Pemenuhan Kebutuhan
18-40 tahun 43 84,3 Keluarga Pasien Kritis berdasarkan
41-60 tahun 8 15,7 Sub Kebutuhan (n= 51)
3 Tingkat Pendidikan
D3 Kep 27 52,9
D4 Kep 5 9,8 Mean
No Jenis Kebutuhan SD
S1 Kep 13 25,5 ( ̅)
Ners 6 11,8 1. Rasa Nyaman 3,40 0,60
4 Lama Kerja 2. Jaminan Pelayanan 3,37 0,62
≤ 5 tahun 19 37,3 3. Informasi 3,27 0,71
6-10 tahun 15 29,4 4. Dekat dengan Pasien 3,23 0,69
>10 tahun 17 33,3
5 Lama Kerja Perawat 5. Dukungan Mental 3,02 0,76
Intensif
23 45,1
≤ 5 tahun
15 29,4
Tabel 3 menunjukkan bahwa perawat intensif
6-10 tahun di ICU dan ICVCU lebih sering dalam
13 25,5
>10 tahun
memenuhi kebutuhan rasa nyaman keluarga
Total 51 100
pasien kritis daripada kebutuhan keluarga
pasien kritis yang lainnya.

GAMBARAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KELUARGA PASIEN KRITIS OLEH PERAWAT DI RUANG


PERAWATAN INTENSIF
Jurnal Kesehatan STIKES Telogorejo, Vol XII No 1, Juni 2020/ page 1-53 49

Tabel 4. Tindakan Pemenuhan Kebutuhan Keluarga Pasien Kritis yang Lebih Sering dilakukan
oleh Perawat (n= 51)

Kebutuhan
No Item Mean SD
Keluarga
1 Rasa Meyakinkan keluarga bahwa pasien tetap mendapat 3,53 0,50
Nyaman pelayanan yang baik ketika keluarga harus meninggalkan
rumah sakit untuk sementara waktu
2 Jaminan Memberikan penjelasan yang mudah dimengerti oleh 3,59 0,50
Pelayanan keluarga
3 Informasi Menjelaskan kepada keluarga tentang bagaimana pasien 3,49 0,61
dirawat secara medis
4 Dekat Menginformasikan kepada keluarga jika ada rencana 3,71 0,50
dengan pemindahan pasien
Pasien
5 Dukungan Mendiskusikan dengan keluarga tentang kemungkinan 3,37 0,69
Mental terburuk yang dapat terjadi pada pasien dan menjelaskan
kepada keluarga tentang lingkungan ICU

Tabel 5. Tindakan Pemenuhan Kebutuhan Keluarga Pasien Kritis yang Sebagian Kecil Masih
Jarang dilakukan oleh Perawat (n= 51)

Kebutuhan
No Item Mean SD
Keluarga
1 Rasa Membuat keluarga merasa diterima oleh staf rumah sakit 3,27 0,70
Nyaman
2 Jaminan Meningkatkan harapan keluarga akan kesembuhan pasien 3,14 0,83
Pelayanan
3 Informasi Memberitahukan keluarga mengenai staf rumah sakit yang 3,02 0,93
dapat memberikan informasi tertentu dan memberitahukan 0,86
contact person yang dapat dihubungi
4 Dekat Memfasilitasi keluarga untuk dapat mengunjungi pasien 1,90 0,81
dengan setiap saat
Pasien
5 Dukungan Menyarankan keluarga untuk memiliki teman dekat yang 2,41 0,90
Mental dapat memberikan dukungan kepadanya

GAMBARAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KELUARGA PASIEN KRITIS OLEH PERAWAT DI RUANG


PERAWATAN INTENSIF
Jurnal Kesehatan STIKES Telogorejo, Vol XII No 1, Juni 2020/ page 1-53 50

PEMBAHASAN
Pemenuhan kebutuhan rasa nyaman
keluarga pasien kritis yang lebih sering
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
dilakukan oleh perawat yaitu meyakinkan
pemenuhan kebutuhan keluarga pasien
keluarga bahwa pasien tetap mendapat
kritis oleh perawat intensif masuk kategori
pelayanan yang baik ketika keluarga harus
baik sebanyak 52,9 %. Hal ini didukung
meninggalkan rumah sakit untuk sementara
oleh penelitian Dwikatsari di ICU RSUD
waktu. Keluarga juga perlu merasa nyaman
Dr. Moewardi tahun 2014 bahwa keluarga
saat harus meninggalkan rumah sakit
pasien kritis mengatakan 56 %
sementara waktu untuk memenuhi
kebutuhannya sudah terpenuhi (Dwikatsari
kebutuhan fisiologisnya seperti istirahat,
& Utami, 2014). Tindakan pemenuhan
membersihkan diri dan makan (Stevens et
kebutuhan keluarga pasien kritis oleh
al., 2014). Sedangkan ada sebagian kecil
perawat dapat dipengaruhi oleh beberapa
perawat yang masih jarang melakukannya
hal, antara lain jenis kelamin, usia, tingkat
yaitu membuat keluarga merasa diterima
pendidikan dan pengalaman (Asmadi,
oleh staf rumah sakit. Sebanyak 46,7%
2008; Notoatmodjo, 2010). Hasil
keluarga pasien di ICU RSUD Dr. Moewardi
wawancara dengan kepala ruang ICU
menyatakan komunikasi perawat dengan
mengatakan bahwa pemenuhan kebutuhan
anggota keluarga masuk kategori kurang, hal
keluarga pasien kritis berdasarkan CCFNI
tersebut membuat keluarga merasa kurang
adalah penting. Akan tetapi belum semua
nyaman dan sebanyak 66,7% keluarga
perawat memahami bagaimana cara
mengalami kecemasan sedang saat
melaksanakannya, karena belum ada
menunggu di ICU (Candra & Sulastri,
pelatihan/ seminar maupun panduan
2011).
tertulis terkait implementasi pemenuhan
kebutuhan keluarga pasien kritis
Pemenuhan kebutuhan jaminan pelayanan
berdasarkan CCFNI tersebut.
keluarga pasien kritis yang lebih sering
dilakukan oleh perawat yaitu memberikan
Pemenuhan kebutuhan keluarga yang
penjelasan yang mudah dimengerti oleh
dilakukan oleh perawat dari paling sering
keluarga. Penjelasan tenaga kesehatan yang
hingga jarang antara lain kebutuhan rasa
akurat, lengkap dan mudah dimengerti dapat
nyaman, jaminan pelayanan, informasi,
meringankan perasaan negatif,
dekat dengan pasien dan dukungan mental.
menumbuhkan harapan yang realistis dan
Kebutuhan rasa nyaman berkaitan dengan
meningkatkan kepuasan pada anggota
kenyamanan keluarga pasien kritis saat
keluarga pasien (Fumis, Nishimoto, &
berada di sekitar ICU dan ICVCU.
Deheinzelin, 2008; Verhaeghe, Van Zuuren,
Kebutuhan jaminan pelayanan yaitu
Defloor, Duijnstee, & Grypdonck, 2007).
keluarga merasa yakin bahwa pasien
Sedangkan ada sebagian kecil perawat yang
mendapatkan pelayanan yang terbaik.
masih jarang melakukannya yaitu
Kebutuhan informasi yaitu keluarga
meningkatkan harapan keluarga akan
mendapatkan informasi yang jelas mengenai
kesembuhan pasien. Hasil dari wawancara
kondisi pasien kritis. Kebutuhan dekat
dengan kepala ruang ICU menyatakan
dengan pasien yaitu keluarga yang ingin
bahwa penting bagi keluarga pasien untuk
berada dekat dengan anggota keluarga yang
memiliki harapan positif mengenai
sedang sakit.
kesembuhan pasien, akan tetapi juga perlu

GAMBARAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KELUARGA PASIEN KRITIS OLEH PERAWAT DI RUANG


PERAWATAN INTENSIF
Jurnal Kesehatan STIKES Telogorejo, Vol XII No 1, Juni 2020/ page 1-53 51

memperhatikan kondisi pasien. Hal yang menginformasikan kepada keluarga jika ada
dapat dilakukan oleh perawat adalah rencana pemindahan pasien. Hal ini
memberikan dukungan dan penjelasan yang berkaitan dengan fungsi keluarga dalam
sejujurnya mengenai kondisi pasien, ekonomi (economic function) yaitu biaya
termasuk kemungkinan terburuk yang dapat perawatan pasien dan peran keluarga sebagai
terjadi, sehingga hal tersebut belum tentu pengambil keputusan (decision making)
dapat memberikan harapan kepada keluarga tindakan kesehatan yang akan dilakukan
akan kesembuhan pasien. terhadap pasien (Efendi & Makhfudli, 2009;
Suprajitno, 2004). Sedangkan ada yang
Pemenuhan kebutuhan informasi keluarga sebagian besar masih jarang dilakukan oleh
pasien kritis yang lebih sering dilakukan perawat yaitu memfasilitasi keluarga untuk
oleh perawat yaitu menjelaskan kepada dapat mengunjungi pasien setiap saat.
keluarga tentang bagaimana pasien dirawat Pembatasan jam berkunjung bertujuan
secara medis. Kepuasan keluarga dan supaya penyediaan perawatan untuk pasien
pemahaman di ruang perawatan intensif tidak terganggu dan sebagai upaya
dapat meningkat jika tenaga kesehatan di pengendalian infeksi nosokomial (Hunter,
ruangan tersebut berusaha untuk Goddard, Rothwell, Ketharaju, & Cooper,
menjelaskan bagaimana pasien dirawat 2010). Hasil observasi di ICU dan ICVCU
secara medis (Fumis et al., 2008). salah satu Rumah Sakit di Surakarta bahwa
Sedangkan ada yang sebagian kecil masih keluarga dapat mengunjungi pasien pada
jarang dilakukan oleh perawat yaitu saat jam berkunjung yaitu pukul 10.00-12.00
memberitahukan keluarga mengenai staf dan pukul 17.00-19.00 secara bergantian
rumah sakit yang dapat memberikan dengan maksimal 2 orang untuk tiap pasien.
informasi tertentu dan memberikan contact Menurut peneliti jam berkunjung tersebut
person yang dapat dihubungi. Memilki dapat dimulai dan diakhiri tepat waktu
orang tertentu dirumah sakit yang dapat sehingga bisa dimaksimalkan oleh keluarga
dihubungi pada saat keluarga tidak dapat untuk mengunjungi pasien kritis.
berkunjung ke rumah sakit merupakan hal
yang penting, hal ini berkaitan dengan Pemenuhan kebutuhan dukungan mental
keluarga pasien kritis yang tidak berani keluarga pasien kritis yang lebih sering
untuk meninggalkan rumah sakit sementara dilakukan oleh perawat yaitu mendiskusikan
waktu (Kasiyantini, 2006). Sedangkan dengan keluarga tentang kemungkinan
sebanyak 33,3 % keluarga pasien kritis kondisi terburuk yang dapat terjadi pada
cemas karena kurang informasi (Dianah & pasien dan menjelaskan kepada keluarga
Purnamasari, 2008). Hal ini yang dapat tentang lingkungan ICU. Berdiskusi dengan
dijadikan masukan bagi perawat intensif keluarga tentang kemungkinan kondisi
untuk lebih peka lagi dalam memberikan terburuk yang dapat terjadi pada pasien
informasi kepada keluarga pasien kritis dapat membantu keluarga untuk bisa
khususnya untuk memberikan contact mempersiapkan dan menerima jika terjadi
person petugas kesehatan kepada keluarga kematian pada anggota keluarganya yang
pasien. dirawat di ICU (Adams, Anderson,
Docherty, Tulsky, Steinhauser & Bailey,
Pemenuhan kebutuhan keluarga untuk dekat 2014). Lingkungan ICU merupakan tempat
dengan pasien kritis yang lebih sering yang memiliki stressor yang lebih tinggi
dilakukan oleh perawat yaitu bagi pasien dan keluarga dibandingkan

GAMBARAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KELUARGA PASIEN KRITIS OLEH PERAWAT DI RUANG


PERAWATAN INTENSIF
Jurnal Kesehatan STIKES Telogorejo, Vol XII No 1, Juni 2020/ page 1-53 52

dengan ruangan lain, hal ini dikarenakan peran keluarga sebagai supporting system
suara bising alarm monitor, mesin-mesin untuk kesembuhan pasien.
yang canggih dan asing, serta banyaknya
selang dan kabel yang ada di pasien,
sehingga penting bagi perawat memberikan DAFTAR PUSTAKA
penjelasan kepada keluarga tentang
lingkungan ICU (Cannon, 2011; Suryani, Adams, J. A., Anderson, R. A., Docherty, S. L.,
2012). Tulsky, J. A., Steinhauser, K. E., & Bailey,
D. E. (2014). Nursing strategies to support
family members of ICU patients at high
Sedangkan ada sebagian kecil perawat yang risk of dying. Heart & Lung : The Journal
jarang melakukannya yaitu menyarankan of Critical Care, 43(5), 406–15.
keluarga untuk memiliki teman dekat yang doi:10.1016/j.hrtlng.2014.02.001
dapat memberikan dukungan kepadanya. Asmadi. (2008). Konsep dasar keperawatan. (E.
Datangnya anggota keluarga secara A. Mardella, Ed.). Jakarta: EGC.
bersama-sama untuk menjengguk pasien dan Candra, I. V., & Sulastri. (2011). Hubungan
memberi dukungan kepada keluarga pasien komunikasi terapeutik perawat dengan
dapat membuat anggota keluarga pasien kuat anggota keluarga terhadap tingkat
selama menjalani pengalaman itu kecemasan keluarga pada pasien yang
(Eggenberger & Nelms, 2007). Menurut dirawat di ICU RSUD dr. Moewardi
Surakarta. Universitas Muhammadiyah
peneliti perawat dapat menyarankan kepada
Surakarta.
keluarga pasien kritis untuk menceritakan Cannon, S. (2011). Family-centered care in the
permasalahannya kepada orang lain yang critical care setting. Dimensions of Critical
dapat membantu keluarga tersebut. Care Nursing, Vol. 30(October), 241–245.
doi:10.1097/DCC.0b013e3182276f9a
Davidson, J. E., Powers, K., Hedayat, K. M.,
KESIMPULAN Tieszen, M., Kon, A. a, Shepard, E., …
Armstrong, D. (2007). Clinical practice
Pemenuhan kebutuhan keluarga pasien kritis guidelines for support of the family in the
oleh perawat intensif di ICU dan ICVCU di patient-centered intensive care unit:
salah satu Rumah Sakit di Surakarta american college of critical care medicine
task force 2004-2005. Critical Care
sebagian besar masuk kategori baik (52,9%).
Medicine, 35(2), 605–22.
Pemenuhan kebutuhan rasa nyaman doi:10.1097/01.CCM.0000254067.14607.
keluarga pasien kritis lebih sering dilakukan EB
oleh perawat intensif dibandingkan Day, A., Haj-Bakri, S., Lubchansky, S., &
kebutuhan jaminan pelayanan, kebutuhan Mehta, S. (2013). Sleep, anxiety and
informasi, kebutuhan dekat dengan pasien fatigue in family members of patients
dan kebutuhan dukungan mental. admitted to the intensive care unit: a
Diharapkan perawat intensif dapat lebih questionnaire study. Critical Care
peduli terhadap kebutuhan keluarga pasien (London, England), 17(3), R91.
kritis khususnya kebutuhan dukungan doi:10.1186/cc12736
mental seperti menyarankan keluarga untuk Dianah, & Purnamasari. (2008). Faktor-faktor
yang mempengaruhi kecemasan keluarga
memiliki teman dekat yang dapat
klien yang dirawat di ruang ICU Rumah
memberikan dukungan kepadanya, sehingga Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta.
pemberian dukungan mental kepada Universitas Indonesia. Retrieved from
keluarga diharapkan dapat meningkatkan

GAMBARAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KELUARGA PASIEN KRITIS OLEH PERAWAT DI RUANG


PERAWATAN INTENSIF
Jurnal Kesehatan STIKES Telogorejo, Vol XII No 1, Juni 2020/ page 1-53 53

http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/2027620 Journals of Clinical Nursing, 12(852),


9-TK-Dianah.pdf 490–500.
Dwikatsari, A., & Utami, R. S. (2014). Leske, J. S. (1991). Internal psychometric
Gambaran pemenuhan kebutuhan properties of the critical care family needs
keluarga pasien di intensive care unit. inventory, 20(Hearth & Lung), 236–244.
Universitas Diponegoro. Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu perilaku
Efendi, F., & Makhfudli. (2009). Keperawatan kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
kesehatan komunitas: teori dan praktik Paparrigopoulos, T., Melissaki, A., Efthymiou,
dalam keperawatan. Jakarta: Salemba A., Tsekou, H., Vadala, C., Kribeni, G., …
Medika. Soldatos, C. (2006). Short-term
Eggenberger, S. K., & Nelms, T. P. (2007). psychological impact on family members
Being family: The family experience when of intensive care unit patients. Journal of
an adult member is hospitalized with a Psychosomatic Research, 61(5), 719–22.
critical illness. Journal of Clinical Nursing, doi:10.1016/j.jpsychores.2006.05.013
16(9), 1618–1628. Stevens, R. D., Hart, N., & Herridge, M. S.
Felipe, C., & Fortunatti, P. (2014). Most (2014). Textbook of post-ICU medicine:
important needs of family members of the legacy of critical care. United
critical patients in light of the critical care Kingdom: Oxford University Press.
family needs inventory. Invest Educ Suprajitno. (2004). Asuhan keperawatan
Enferm, 32(2), 306–316. Retrieved from keluarga: aplikasi dalam praktik. (M.
http://www.scielo.org.co/pdf/iee/v32n2/v3 Ester, Ed.). Jakarta: EGC.
2n2a13.pdf Suryani. (2012). Aspek psikososial dalam
Fumis, R. R. L., Nishimoto, I. N., & merawat pasien kritis. Retrieved from
Deheinzelin, D. (2008). Families’ http://pustaka.unpad.ac.id/wp-
interactions with physicians in the content/uploads/2015/04/13-Aspek-
intensive care unit: the impact on family's Psikososial1.pdf
satisfaction. Journal of Critical Care, Verhaeghe, S. T. L., Van Zuuren, F. J., Defloor,
Volume 23(Issue 3), 281–286. Retrieved T., Duijnstee, M. S. H., & Grypdonck, M.
from H. F. (2007). How does information
http://www.sciencedirect.com/science/arti influence hope in family members of
cle/pii/S0883944107000494 traumatic coma patients in intensive care
Hashim, F., & Hussin, R. (2012). Family needs unit? Journal of Clinical Nursing, 16(8),
of patient admitted to intensive care unit in 1488–1497. doi:10.1111/j.1365-
a public hospital. Procedia - Social and 2702.2006.01807.x
Behavioral Sciences, 36(June 2011), 103–
111. doi:10.1016/j.sbspro.2012.03.012
Hunter, J. D., Goddard, C., Rothwell, M.,
Ketharaju, S., & Cooper, H. (2010). A
survey of intensive care unit visiting
policies in the United Kingdom.
Anaesthesia, 65(11), 1101–1105.
Kasiyantini, A. maria. (2006). Persepsi keluarga
terhadap kebutuhan ruang perawatan
intensif di RS ST.Elisabeth Semarang.
PSIK-UNDIP.
Lee, L. Y. K., & Lau, Y. L. (2003). Immediate
needs of adults family members of adults
intensive care patients in Kong Kong.

GAMBARAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KELUARGA PASIEN KRITIS OLEH PERAWAT DI RUANG


PERAWATAN INTENSIF
Jurnal Kesehatan STIKES Telogorejo, Vol XII No 1, Juni 2020/ page 1-53 54

GAMBARAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KELUARGA PASIEN KRITIS OLEH PERAWAT DI RUANG


PERAWATAN INTENSIF
ADAPTASI PASIEN KANKER KOLOREKTAL TAHUN PERTAMA PASKA
PEMBUATAN KOLOSTOMI PERMANEN

Istriyani1 , Henni Kusuma2


1) Mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan, Departemen Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro
(istriyani28rsdk@gmail.com)
2) Staf Pengajar Divisi Keperawatan Dewasa, Departemen Ilmu
Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro
(henni.kusuma@fk.undip.ac.id)

Corresponding Author: henni.kusuma@fk.undip.ac.id

Abstrak

Pasien kanker kolorektal tahun pertama pembuatan kolostomi permanen mengalami berbagai perubahan dalam
kehidupannya sehingga muncul respon adaptasi adptif dan mal adaptif terhadap stimuli yang dapat mencapai
kesehatan secara optimal. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan gambaran terkait adaptasi pasien kanker
kolorektal tahun pertama paska pembuatan kolostomi permanen. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif,
pendekatan fenomenologi. Data didapat dengan wawancara mendalam pada 7 partisipan, usia 35-65 tahun,
dengan pembuatan kolostomi 2-12 bulan. Analisis hasil wawancara menggunakan metode Collaizzi. Hasil
penelitian ini yaitu adaptasi fungsi fisik, konsep diri, fungsi peran, dan interdependen setelah pembuatan
kolostomi permanen. Adaptasi fungsi fisik partisipan dengan menghindari kegiatan yang memperberat gejala fisik,
setelah mengalami perubahan kondisi fisik dan perubahan aktivitas fisik. Adaptasi konsep diri pada partisipan
mulai menerima dirinya setelah melewati tahapan berduka dan kehilangan seiring berjalannya waktu. Adaptasi
fungsi peran, adanya peran partisipan sebagai pencarinafkah digantikan oleh keluarga dan respon membatasi
interaksi dalam masyarakat. Adaptasi interdependen partisipan merubah aktivitas ibadah, mencari informasi
terkait tata cara ibadah, meningkatkan keimanan dan merasa dekat dengan Tuhan. Setiap model adaptasi dalam
menghadapi perubahan bervariasi, tergantung karakteristik dan pengalaman partisipan yang mempengaruhi.
Perlu dukungan dan pendekatan terstruktur terkait manajemen perawatan kolostomi sesuai kebutuhan pasien
pada tahap adaptasinya sehingga tercapai proses perubahan adaptif.
Kata Kunci: Adaptasi, Kanker Kolorektal, Kolostomi
Abstract

Colorectal cancer patients of first year after permanent colostomy creation experience various changes in their lives
so that adaptive and mal adaptive responses to emerging stimuli can achieve optimal health. The purpose of this study
was to obtain an overview of the adaptation of first-year colorectal cancer patients after making a permanent
colostomy. This study used a qualitative method, a phenomenological approach. Data were obtained by in-depth
interviews with 7 participants, aged 35-65 years, by making colostomy 2-12 months. Analysis of the results of
interviews using the Collaizzi method. The results of this study are adaptation of physical function, self-concept, role
function, andinterdependence after making a permanent colostomy. Adaptation of participants' physical functions by
avoiding activities that aggravate physical symptoms, after experiencing changes in physical conditions and changes
in physical activity. Adaptation of self-concept to participants begins to accept themselves after going through the
stages of grief and loss over time. Adaptation of role functions, the role of participants as breadwinners is replaced by
the family and the response limits interaction in society. Interdependent adaptation of participants changes worship
activities, searches for information regarding religious practices, increases faith and feels close to God. Each model of
adaptation in the face of change varies, depending on the characteristics and experiences of the influencing
participants. It needs a structured support and approach related to the management of colostomy care according to
the needs of patients at the adaptation stage so that an adaptive change process is achieved.
Keywords: Adaptation, Cancer Colorectal, Colostom
Corresponding author:
Stefanus Andang Ides
dhitaaulia2210@gmail.com
Jurnal Kesehatan STIKES Telogorejo, Vol XII No 1, Juni 2020
Jurnal Kesehatan STIKES Telogorejo, Vol XII No 1, Juni 2020/ page 1-53

PENDAHULUAN Kondisi perubahan fisik dengan kolostomi juga


mempengaruhi aspek psikologis antara lain
Angka kejadian kanker kolorektal sebanyak ketakutan, rasa malu, rasa aman, rasa cinta
1,8 juta kasus atau 6,1% dan merupakan kasus mencintai, konsep diri yang meliputi citra tubuh
penyebab kematian ke tiga di dunia (Bray et dan ideal diri, harga diri, efek kultural, dan
al., 2018). Kasus kanker kolorektal, kepercayaan. Adapun respon dari gambaran citra
mengalami peningkatan 1,4% menjadi 1,8% di diri adalah ungkapan menolak atas kondisi
Indonesia pada tahun 2018. Adapun jumlah barunya, merasa tidak menarik dan malu,
kematian sebanyak 694.000 kasus atau 9,3% sedangkan respon dari harga diri pasien merasa
(Kemenkes, 2018). Di Jawa Tengah pada tidak berguna (Salisbury, 2004). Sebanyak 60%
tahun 2017, kanker kolorektal mencapai responden mengalami penurunan gambaran citra
70.000 kasus (Kementerian Kesehatan tubuh berupa penurunan daya tarik seksual, akibat
Republik Indonesia, 2015). malu pada pasangan, dan ketakutan bocornya
kantong (Campos et al., 2017). Persepsi individu
Perubahan terjadi pada pasien dengan sangat berdampak reaksi negatif yang dapat
pembuatan kolostomi permanen, terutama mengobsesi dirinya. Respon individu ditunjukkan
pada fungsi fisik, konsep diri, fungsi dengan cenderung menyembunyikan kondisinya,
peran, dan interdependen (El-tawil & merasa tidak menarik, juga tidak percaya diri. Hal
Nightingale, 2013). Menurut Roy, Individu ini dapat mengakibatkan gangguan dalam
dapat meningkatkan dan memperbaiki berinteraksi dengan keluarga maupun masyarakat
kesehatannya melalui perubahan perilaku mal (Black, 2000).
adaptif menjadi adaptif dan mempertahankan
perilaku adaptif (Alligood, 2014). Pada spiritual pasien merasa tidak bersih sehingga
tidak mau ke masjid untuk mengerjakan sholat
Koping adaptif digambarkan dapat jamaah (Cavdar, Ozbas, Akyuz, Findik, & Kutlu,
meningkatkan harapan hidup pasien (Smith, 2013). Perasaan tidak nyaman dan stres berat
Loewenstein, Jankovic, & Ubel, 2009). Studi membuat perubahan kualitas hidup, citra tubuh
membuktikan bahwa periode pembuatan dan spiritual pasien, sehingga hilang harapan
kolostomi tahun pertama, mengalami berbagai terhadap penyembuhan (Rangki, Ibrahim, &
perubahan biopsikososial dan spiritual yang Nuraeni, 2017).
dapat menurunkan kualitas hidup (Liao & Qin,
2014). Adapun sebanyak 16,6% pasien Peningkatan kasus kanker kolorektal dan tindakan
periode tahun pertama pembuatan kolostomi operasi kolostomi di setiap tahunnya dibuktikan
permanen, masuk kembali untuk dirawat data rekam medik RSUP dr. Kariadi. Pada tahun
karena mengalami infeksi paska operasi, 2017, kanker kolorektal tercatat 259, jumlah
defisiensi nutrisi, serta obstruksi (Whitmore, operasi kolostomi permanen 12. Adapun (Januari-
2017). Agustus 2018), tercatat 198 kasus, dengan 37
pasien operasi kolostomi permanen.
Hasil penelitian sebelumnya menyebutkan
kehidupan pasien dengan kolostomi permanen Penelitian lain telah dilakukan terkait pasien
pada tahun pertama mengalami perubahan dengan pembuatan kolostomi. Salah satunya
dalam penurunan aktivitas fisik yaitu 76,9%, Campos, Bot, Petroianu, Rebelo, Souza, &
dan penurunan aktivitas seksualitas sebanyak Panhoca (2017) lebih khusus membahas tentang
50% (Campos et al., 2017). Hal ini disebabkan gambaran diri dan seksualitas paska pembuatan
kelemahan, energi yang berkurang, sehingga kolostomi periode 3,6 dan 9 bulan. Adapun di
menyebabkan tidak berdaya untuk berpergian Indonesia, penelitian terkait oleh La Rangki et al
dan mengangkat barang (Alwi, Setiawan, & (2017) mengenai pengalaman hidup pasien kanker
Asrizal, 2018). kolon telah dilakukan, tetapi belum membahas
ADAPTASI PASIEN KANKER KOLOREKTAL TAHUN PERTAMA PASKA PEMBUATAN KOLOSTOMI
PERMANEN
Jurnal Kesehatan STIKES Telogorejo, Vol XII No 1, Juni 2020/ page 1-53 28

khusus bagaimana adaptasi tahun pertama interdependen paska pembuatan kolostomi


paska pembuatan kolostomi permanen. permanen. Adapun tema pertama terkait adaptasi
Penelitian oleh Woro Susanti di RSUP dr fungsi fisik pasien antara lain terkait kondisi fisik
Kariadi Semarang, membahas mengenai yang dirasakan, adanya perubahan aktifitas
pengalaman spiritual dan kebutuhan spiritual bepergian, aktifitas bekerja, perubahan pola
pasien kanker kolon dengan kolostomi makan, pola BAB, pola tidur, aktivitas seksual dan
(Handayani, 2017). Berdasarkan perubahan dalam merawat kolostomi.
pertimbangan tersebut, peneliti ingin
mendapatkan gambaran adaptasi pasien paska Penelitian ini menemukan adanya perubahan
pembuatan kolostomi permanen, yang kondisi fisik berupa lemah dan nyeri daerah
berbeda degan penelitian sebelumnya, sesuai pembuatan kolostomi seperti yang diungkapkan
dengan periode pembuatannya. partisipan berikut:
“Ya lemes, sakit sedikit…” (P.1)
“Awalnya lemes. Saya tahan perut karena
METODE PENELITIAN sakit”(P.2)
“Setelah operasi, badan rasa lemes, mudah
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif capek. Sekitar 1 bulan tidak bisa turun tempat
fenomenologi, yang dilakukan pada tujuh tidur, badan saya habis, kadang sakit, cekit,
partisipan yang merupakan pasien rawat jalan krues”(P.3)
di poli bedah onkologi dan rawat inap di ruang
Kasuari RSUP dr. Kariadi Semarang. “Sakit sedikit setelah operasi tidak sampai 1
Penelitian ini menggunakan teknik purposive minggu”(P.4)
sampling. Adapun dan pengumpulan data “Habis operasi lemes, lelah, kadang sakit daerah
melalui wawancara mendalam (in-depth kantong.”(P.5)
interview), dengan menggunakan alat perekam
gambar dan suara. Analisis data dengan Kondisi kelemahan yang dialami partisipan
metode Colaizzi. Penelitian ini juga mempengaruhi cara partisipan dalam merawat
memperhatikan keandalan data dan etika kolostomi, sebagai berikut:
penelitian yang dinyatakan dengan ethical “Awalnya ponakan yang merawat 2-3 bulan
clearence yang dikeluarkan oleh RSUP Dr setelahnya rawat sendiri.” (P.1)
Kariadi Semarang. Nomor 130/EC/KEPK- “Ibu yang ganti kantong, soalnya saya buat
RSDK/2019 dan dinyatakan layak etik pada nunduk lama vertigo kumat” (P.3)
tanggal 5 Maret 2019. “Dulu awanya istri yang masang, sekarang saya
sudah bisa sendiri”(P.5)
“Istri yang masang dan saya membuang isi
kolostomi.”(P.6)
HASIL DAN PEMBAHASAN “Ibu yang masang kolostomi, saya tidak bisa
sendiri”(P.7)
Partisipan dalam penelitian ini berjumlah
tujuh partisipan, 6 laki-laki dan 1 perempuan. Penelitian ini juga menemukan adanya perubahan
Partisipan rata-rata usia dewasa akhir antara aktifitas bepergian, aktifitas bekerja, sebagai
37, 41, 53, dan 63 tahun. Pendidikan partisipan berikut:
beragam mulai dari SD-S2. Dari tujuh “Tidak angkat junjung, kemanapun, jauh dekat
partisipan lima orang berstatus menikah dan jalan kaki.”(P.1)
dua orang janda/duda. “Angkat junjung cucian sedikit-sedikit, kalau
berat dibantu anak. Kemana- mana, jalan kaki,
Hasil penelitian menemukan 4 tema yaitu tidak berani naik motor, dianter sama anak.”(P.2)
adaptasi fungsi fisik, konsep diri, fungsi peran, “Tiga bulan tidak kemana-mana,”(P.3)
ADAPTASI PASIEN KANKER KOLOREKTAL TAHUN PERTAMA PASKA PEMBUATAN KOLOSTOMI
PERMANEN
Jurnal Kesehatan STIKES Telogorejo, Vol XII No 1, Juni 2020/ page 1-53 29

Pada penelitian ini menemukan adanya Tema kedua yaitu adaptasi konsep diri terjadi
perubahan pola makan yang terjadi pada perubahan dalam gambaran diri, tempat berkeluh
partisipan, sebagai berikut: kesah, perubahan perasaan, serta ketakutan
“Tidak makan micin, masako nangka, duren, termasuk cara pandang orang lain terhadap
kecut, bakar-bakaran, pedes, tidak beli makan dirinya.
di luar,.”(P.1)
“Menghindari sosis, vetsin, mie instan, buah Penelitian ini menemukan bahwa
naga.” (P.2) partisipan mengalami adaptasi konsep diri rasa
“Tidak makan nasi keras, kecut- kecutan, malu, dan sedih, sebagai berikut:
ikan.”(P.3) “Tidak merasa malu, tapi sedih” (P.1)
“Hindari pedes, kecut-kecutan.” (P.4) “Dulu rasa malu, kaget dan bingung koq BAB
“Mengurangi pedes, kecut”(P.5) bisa lewat perut” (P.3)
“Mengurangi makan pedes, kecut” (P.6) “Ada perasaan sedih” (P.4)
“Makan apa saja tidak terasa” (P.7)
Pada penelitian ini menemukan beberapa
Penelitian ini juga menemukan adanya pola partisipan merasakan ketakutan, jengkel, dan
BAB pada beberapa partisipan, sebagai keinginan untuk BAB secara normal lagi seperti
berikut: “Makan pedes sedikit jadi diare” sebelum sakit. Hal-hal tersebut disampaikan
(P.1) sebagai berikut:
“BAB tidak terasa” (P.2) “Takutnya kalau penyakit ini tidak bisa
sembuh”(P.2)
Partisipan lainya menyatakan lebih nyaman “Takut kalo kantong telat, dan bocor. Kadang
dengan perubahan pola BAB setelah saya merasa jengkel kenapa harus BAB lewat
pembuatan kolostomi, sebagai berikut: perut”(P.3)
“Dulu BAB selalu cair dan tidak terasa, lebih “Kalaupun bisa ingin disambung lagi biar ga
baik dipasang kantong ini.” (P.4) usah pakai kantong”(P.4)

Perubahan fungsi fisik berupa gangguan pola Penelitian ini menemukan cara partisipan dalam
tidur pada beberapa partisipan dalam beradaptasi terhadap perubahan gambaran dirinya.
penelitian ini, sebagai berikut: Seiring berjalanya waktu, beberapa partisipan
”Malam terbangun, kencing.”(P.1) menyatakan pasrah atas kondisinya seperti
“Tidak tengkurap, miring ke kiri.”(P.2) ungkapan berikut:
“Tidak bisa tidur sekitar 1 bulan.”(P.6) ”Pokoknya saya pasrah, tetap berobat, ingin
sembuh dan di tutup lagi” (P.1)
Perubahan dalam aktivitas seksual
diungkapkan oleh beberapa partisipan berikut: “Pasrah dan memohon kesembuhan pada
“Tidak sama sekali, sampai 4 bulan, sekarang Alloh”(P.2)
berkurang banyak” (P.4) “Pasrah sama Tuhan. Kalau main, saya bersihkan
“Tidak, 6 bulan lebih”(P.5) isi kantongnya dan sering diliat, ga sampai penuh
segera pulang takut kalau bocor lagi” (P.3)
Adaptasi partisipan dalam mengatasi
perubahan fungsi fisik adalah tidak angkat Penelitian ini menemukan adaptasi fungsi peran
junjung dan melakukan pekerjaan berat, serta berupa perubahan peran keluarga dalam mencari
hanya istirahat atau tiduran, tidak makan pedas nafkah. Adapun ungkapan partisipan seperti
dan kecut, tidak melakukan aktivitas seksual, berikut:
bepergian diantar, tidak tidur tengkurap. “Saya sudah tidak bekerja lagi kebutuhan sehari-
hari dari tabungan masih cukup.” (P.1)
“Saya sudah tidak jualan lagi,” (P.2)
ADAPTASI PASIEN KANKER KOLOREKTAL TAHUN PERTAMA PASKA PEMBUATAN KOLOSTOMI
PERMANEN
Jurnal Kesehatan STIKES Telogorejo, Vol XII No 1, Juni 2020/ page 1-53 30

“Saya sudah tidak bekerja lagi. Semua “Ingin sembuh, beribadah lebih baik Ingin
kegiatan sawah ibu yang mengatur di bantu menunggui anak, cucu..” (P.2)
para pekerja harian.”(P.3) “Ingin beribadah lebih khusuk, melihat cucu
“Keuangan ditanggung oleh istri saya dengan tumbuh dewasa, ingin sehat” (P.3)
bertani.” (P.5) “Demi anak- anak, keluarga.” (P.4)
“Saya masih bekerja hanya kadang pulang “Ingin sembuh” (P.5)
lebih awal”( P.6)
“Saya masih digaji dari kantor.”(P.7) Adapun perubahan dalam tata cara melaksanakan
ibadah, partisipan mengungkapkan dalam
Penelitian ini juga menemukan perubahan penelitian ini, sebagai berikut:
peran dalam masyarakat yaitu adanya “Sebelum sakit, jamaah di masjid, sekarang tidak
keterbatasan interaksi sosial, seperti pernah jamaah di masjid” (P.1)
pernyataan berikut: “Kumpulan warga “Sebelum sakit kadang jamaah di masjid, dulu
kadang ikut” (P.2) sholatnya duduk” (P.2)
“Mulai aktif setelah 5 bulan.” (P.3) “Setelah sakit di rumah” (P.3)
“Mulai Jamia’an setelah 3 bulan.” (P.4) “Tidak pernah jamaah di masjid.”(P.4) “Setelah
terpasang kantong tidak jamaah lagi”(P.5)
Penelitian ini menemukan adanya
perubahan hubungan, termasuk Penelitian ini menemukan beberapa partisipan
support keluarga dan masyarakat, sebagai mengalami kedekatan dengan Tuhan dan penyakit
berikut: merupakan penebus dari kesalahan di masa lalu,
”Anak-anak mendukung, ada apa-apa sebagai berikut:
dibantu ponakan.”(P.1) “Ya, semakin dekat dengan Alloh.” (P.1)
“Anak-anak mendukung. Tetangga baik sama “Semakin dekat dengan Alloh.”(P.3)
saya, ndak ada yang merasa tidak senang.” “Pernah saya berpikir mungkin ini tebusan
(P.2) kesalahan di masa lalu.” (P.3)
“Anak, tetangga mendukung.” (P.4)
“Keluarga mendukung.” (P.5) Hasil dari penelitian ini partisipan dengan
kolostomi permanen pada tahun pertama
Support keluarga merupakan faktor kehidupannya mengalami berbagai perubahan
pendukung partisipan dalam mengatasi fungsi fisik baik keterbatasan dalam beraktivitas
perubahan fungsi peran yang dialami. Seperti maupun kondisi fisik secara umum. Kondisi
ungkapan berikut: “Cucu perempuan, sering keterbatasan fisik tersebut membuat partisipan
berkunjung seminggu sekali, megang melakukan adaptasi terhadap perubahan.
kolostomi, nanya, ini apa mbah” (P.1)
“Ibu harus kuat semua penyakit ada obatnya, Beberapa partisipan dalam penelitian ini
kita harus berusaha” (P.2) menyatakan mengalami keterbatasan dalam hal
“Anak saya yang perawat dan istri saya memilih makanan, seperti menghindari pedes,
meyakinkan kalau semua pasti ada hikmahnya kecut, dan makanan berserat. Ketidaksesuaian
jadi saya harus kuat” (P.3) dalam memilih makanan berkaitan dengan
dampak diare yang dialami partisipan, bahkan bisa
Pada penelitian ini menemukan model menyebabkan obstruksi ataupun iritasi kulit
adaptasi interdependen berupa perubahan daerah kolostomi. Dampak lain dapat
dalam tujuan hidup. Partisipan menyatakan mengakibatkan malnutrisi pada partisipan, seperti
keinginan dan tujuan dalam hidupnya, sebagai berat badan yang semakin turun dan kelemahan
berikut: yang berkepanjangan. Managemen diet sangat
“Sisa hidup untuk beribadah” (P.1) diperlukan untuk mencegah adanya iritasi
kantong, kebocoran yang tidak diinginkan serta
ADAPTASI PASIEN KANKER KOLOREKTAL TAHUN PERTAMA PASKA PEMBUATAN KOLOSTOMI
PERMANEN
Jurnal Kesehatan STIKES Telogorejo, Vol XII No 1, Juni 2020/ page 1-53 31

bau gas dari kolostomi. Sesuai dengan kemarahan, tawar menawar, depresi, sampai
pernyataan Danielsen (2013), pasien merubah penerimaan (Anastasia, 2015). Beberapa
pola makan untuk menghindari iritasi, suara partisipan juga mengalami tahapan berduka
flatus, dan kebocoran kantong. Hal ini juga dengan periode waktu yang berbeda, tergantung
sesuai dengan pernyataan Susanty & Rangki bagaimana partisipan merespon stigma yang
(2016) bahwa pasien dengan kolostomi timbul pada masyaraka terkait kolostomi. Persepsi
mengalami keterbatasan dalam memilih individu terhadap penilaian masyarakat tentang
makanan. dirinya berdampak reaksi negatif yang
mengobsesi individu dengan kolostomi (Salles,
Terkait perubahan pola BAB partisipan 5 Becker, & Faria,
menyatakan lebih nyaman setelah pembuatan 2014). Percaya diri memahami respon diri dan
kantong kolostomi. Partisipan mengalami orang lain terhadap dirinya merupakan koping
kesakitan sebelum dilakukan operasi adaptif yang membantu individu dalam
pembuatan kolostomi dan BAB tidak terasa. menguatkan gambaran dirinya. Dalam hal ini
Hal ini berkaitan dengan kondisi fisik lebih perawat dapat memberikan dukungan untuk
membaik setelah pembuatan kolostomi mengatasi ketakutan selama di rawat di rumah
(Komite Penanggulangan Kanker Nasional, sakit. Support dari keluarga juga meningkatkan
2017). kenyamanan pasien terhadap perubahan
(Cavdar et al., 2013). Hasil dari penelitian ini juga
Keterbatasan aktivitas juga dialami partisipan menyatakan adanya perubahan fungsi peran
dalam penelitian ini berupa aktivitas fisik, berupa peran di dalam keluarga dan masyarakat.
bepergian, aktivitas seksual.Partisipan
mengalami kesulitan serta cenderung Salah satu perubahan peran adalah peran pencari
membatasi aktivitas yang biasa dilakukan. nafkah, setelah pembuatan kolostomi digantikan
Kesulitan yang dialami partisipan salah oleh keluarga. Kelemahan fisik setelah
satunya merawat kantong kolostomi. pembuatan kolostomi membuat partisipan
Beberapa partisipan mengalami tidak mampu bekerja. Fungsi peran di dalam
ketergantungan terhadap keluarga dan masyarakat juga mengalami perubahan, partisipan
pasangan untuk beberapa waktu lamanya. cenderung menarik diri, melakukan pembatasan
Adapun partisipan yang mengalami aktivitas sosial di masyarakat seperti, pengajian,
kelemahan, lebih lama mengalami kenduri, dan peran sebagai perangkat desa.
ketergantungan merawat kolostomi Merasa tidak menarik dapat mengganggu dalam
(Danielsen, 2013). berinteraksi dengan masyarakat (Black, 2000).
Masalah lain terkait peran dalam mencari nafkah
Partisipan dengan pembuatan kolostomi juga adalah perubahan status ekonomi yang juga
mengalami perubahan konsep diri. Partisipan dirasakan oleh partisipan. Ada lima partisipan
mengalami perasaan sedih, malu dan tidak menyatakan cukup dengan kantong yang
aman, merasa kehilangan kondisi lama berupa dibawakan dari rumah sakit, dua menyatakan
BAB lewat anus. Tahap denial ditunjukkan kurang karena produksi feses cair dan sering
partisipan ke tiga malalui sikap jengkel bocor. Hal ini menunjukkan adanya beban bagi
dengan pertanyaan kenapa harus mengalami bagi partisipan baik bagi pegawai pemerintah
kondisi dengan kolostomi. Partisipan juga maupun swasta. Sesuai dengan pernyataan
mengalami tahap bargaining dengan Susanty & Rangki (2016), pasien mengalami
menyatakan memahami kondisi barunya, kondisi perubahan ekonomi karena tidak bekerja
tetapi berharap bisa dioperasi lagi sehingga yang berdampak pada pemilihan jenis kantong
tidak perlu menggunakan kolostomi. Hal ini kolostomi dan terapi bagi dirinya.
sesuai dengan tahapan berduka Kubler Ross
meliputi tahap emosional dengan menyangkal,
ADAPTASI PASIEN KANKER KOLOREKTAL TAHUN PERTAMA PASKA PEMBUATAN KOLOSTOMI
PERMANEN
Jurnal Kesehatan STIKES Telogorejo, Vol XII No 1, Juni 2020/ page 1-53 32

Adapun model adaptasi fungsi peran dalam perubahan perasaan, dan ketakutan. Adaptasi
penelitian ini menemukan dua koping yang ketiga fungsi peran berupa perubahan peran di
muncul yaitu adaptif dan mal adaptif. Koping dalam keluarga dan masyarakat, adanya
adaptif ditunjukkan dengan fungsi peran yang perubahan hubungan, termasuk support keluarga
digantikan keluarga tidak mengganggu dan masyarakat. Adapun terakhir adalah model
keharmonisan dalam keluarga. Adapun koping adaptasi interdependen berupa perubahan tujuan
mal adaptif dalam berinteraksi dengan hidup, arti hidup, tata cara beribadah, dan kendala
masyarakat tidak mengganggu hubungan dalam beribadah. Setiap model adaptasi memiliki
dengan masyarakat. Hasil penelitian ini respon adaptif dan mal adaptif.
menemukan partisipan mengalami model
adaptasi interdependen berupa perubahan Hasil penelitian ini menemukan new insight
dalam tujuan hidup, arti hidup, tata cara, dan berupa individu yang hidup dengan kolostomi
kendala beribadah. Partisipan sholat adaptasi dan respon yang berbeda dari setiap
berjamaah akibat malu dan takut manakala model adaptasi, tergantung karakteristik partisipan
tiba-tiba keluar flatus dari kolostomi. dan dukungan keluarga. Hasil penelitian ini dapat
Partisipan merasa ibadah tidak diterima pada dijadikan acuan bagi perawat dalam melakukan
awal pembuatan kolostomi. Adaptasi pendekatan, pengkajian keperawatan terkait
partisipan dalam mengatasi masalah tersebut kebutuhan edukasi pasien paska pembuatan
yaitu dengan mencari informasi terkait tata kolostomi terutama perawatan selama di rumah
cara beribadah pasien dengan kolostomi. dan kemandirian pasien serta keluarga dalam
Partisipan juga percaya bahwa sakit dapat merawat kolostomi. Selanjutnya hasil penelitian
menebus kesalahan di masa lalu sehingga ini juga dapat dijadikan sebagai dasar rujukan bagi
meningkatkan keimanan dan kedekatan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan
terhadap Tuhan. Penelitian yang mendukung, pengembangan model asuhan keperawatan
seiring berjalannya waktu pasien merasa dengan pendekatan berdasarkan kemampuan
pasrah, menerima penyakit yang datangnya adaptasi keluarga dan pasien dengan kolostomi
akibat dosa di masa lalu. Penelitian yang permanen, terutama pada periode awal
mendukung (Cavdar et al., 2013; Rangki et al., kehidupannya.
2017). Seiring berjalanya waktu pasien pasrah
menerima penyakit akibat dosa di masa lalu.
Percaya atas pertolongan Tuhan dan
meningkatkan keimanan terhadap Tuhan. DAFTAR PUSTAKA

Alligood, M. R. (2014). Nursing theorists and


their Work. (M. R. Alligood, Ed.) (8th ed.).
KESIMPULAN
ST. Louis. Missouri: Elsevier Inc.
Kesimpulan dari penelitian ini pasien dengan https://doi.org/10.5172/conu.2007.24.1.106a.
pembuatan kolostomi permanen pada periode Alwi, F., Setiawan, & Asrizal. (2018). Quality of
tahun pertama mengalami empat model Life Person with Permanent Colostomy. J
adaptasi dalam kehidupannya. Yang pertama Coloproctol, 299(7), 1–11.
adaptasi fungsi fisik terkait kondisi fisik yang https://doi.org/10.1016/j.jcol.2018.06. 001.
dirasakan dan adanya perubahan dalam Anastasia. (2015). Understanding the Kubler
aktivitas bepergian, aktifitas bekerja, Ross change curve. Retrieved June 1,
perubahan pola makan, pola BAB, pola tidur, 2018, from
aktivitas seksual dan perubahan merawat https://www.cleverism.com/understanding-
kolostomi. Model adaptasi yang kedua yaitu kubler-ross-change-curve
konsep diri berupa perubahan dalam gambaran Black, K. (2000). Holistic stoma care (3rd ed.).
diri, tempat berkeluh kesah, mengalami London: Bailliere Tindall.
ADAPTASI PASIEN KANKER KOLOREKTAL TAHUN PERTAMA PASKA PEMBUATAN KOLOSTOMI
PERMANEN
Jurnal Kesehatan STIKES Telogorejo, Vol XII No 1, Juni 2020/ page 1-53 33

Bray, F., Ferlay, J., Soerjomataram, I., Siegel, http://www.kanker.kemkes.go.id/guid


R. L., Torre, L. A., Torre, & Jemal, A. elines/PPKKolorektal.pdf.
(2018). Global cancer statistics 2018: Liao, C., & Qin, Y. (2014). Factors associated
GLOBOCAN estimates of incidence and with stoma quality of life among stoma
mortality worldwide for 36 cancers in 185 patients. International Journal of Nursing
countries. Ca Cancer J Clin, 68(6), 394– Sciences, 1(2), 1–6.
424. https://doi.org/10.1016/j.ijnss.2014.0 5.007
Campos, K. de, Bot, L. H. B., Petroianu, A., Rangki, L., Ibrahim, K., & Nuraeni, A. (2017).
Rebelo, P. A., Souza, A. A. C. de, & Panhoca, Pengalaman hidup pasien stoma pasca
I. (2017). The impact of colostomy on the kolostomi di Rumah Sakit Umum Pusat Dr.
patient’s life. J Coloproctol, 37(3), 205– Hasan Sadikin Bandung Jawa Barat tahun
210.https://doi.org/10.1016/j.jcol.2017.0 2014. OJS.UHO, 5(1), 394–401.
3.004. Salisbury, M. L. (2004). Sexual awareness body
Cavdar, I., Ozbas, A., Akyuz, N., Findik, U. image and self esteem of individuals who have
Y., & Kutlu, Y. (2013). Religious worship ostomies (Dissertation). Oiho. Medical
in patients with abdominal stoma: praying College of Ohio.
and fasting during ramadhan. Salles, V.J.A., Becker, C.de.P.P., & Faria, G.da.
International Journal of Caring Sciences, M.R.F. (2014). Coloproctology the influence
6(3), 516–521. of time on the quality of life of patients with
intestinal stoma. J Coloproctol, 34(2), 73–75.
Danielsen, A. K. (2013). Life after stoma https://doi.org/10.1016/j.jcol.2014.02.007.
creation. Dan Med J, 60(10), 1–15. Smith, D. M., Loewenstein, G., Jankovic, A., &
https://doi.org/10.1097/00152192- Ubel, P. A. (2009). Happily hopeless:
200203000-00011. adaptation to a permanent, but not to a
El-tawil, A., & Nightingale, P. (2013). Living temporary disability. Health Psychol, 28(6),
with stoma: long-term effects on patients 787–791. https://doi.org/10.1037/a0016624.
’ quality of life. J Clin Cell Immunol, Susanty, S., & Rangki, L. (2016). Changes and
4(145), 1–5. adaptation patient post colostomy. Iosr Jnhs,
https://doi.org/10.4172/2155- 5(6), 123–129. https://doi.org/10.9790/1959-
9899.1000145. 050601123129.
Handayani W, S. (2017). Gambaran
Spiritualitas pada Pasien Kanker Kolon Whitmore, M. (2017). Developing Ostomy
Dengan stoma [skripsi]. Undip Educational Tools to Decrease Hospital
Repository. Kementerian Kesehatan Length Of Stay. (Dissertation) San Fransisco.
Republik Indonesia. (2015). Situasi The University of San Fransisco.
penyakit kanker 4. Retrieved from 28 Mei
2018.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
(2018). Hasil Utama Riskesdas 2018.
Retrieved May 20, 2018,from
http://www.depkes.go.id/resources/downlo
ad/info-
terkini/materi_rakorpop_2018/Hasil
Riskesdas 2018.pdf.
Komite Penanggulangan Kanker Nasional.
(2017). Panduan nasional
penatalaksanaan kanker kolorektal.
Retrieved May 28, 2018, from
ADAPTASI PASIEN KANKER KOLOREKTAL TAHUN PERTAMA PASKA PEMBUATAN KOLOSTOMI
PERMANEN
Jurnal Kesehatan STIKES Telogorejo, Vol XII No 1, Juni 2020/ page 1-53

ADAPTASI PASIEN KANKER KOLOREKTAL TAHUN PERTAMA PASKA PEMBUATAN KOLOSTOMI


PERMANEN
Jurnal Kesehatan STIKES Telogorejo, Vol XII No 1, Juni 2020/ page 1-53

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN SUCTION ETT


DI ICU RS X JAKARTA

Jerni V.Harianja*1, Maria Astrid2


1Rumah Sakit X, Jakarta Pusat
2STIK Sint Carolus, Jakarta

*Korespondensi: astridamapiran@yahoo.co.id

Abstrak

Latar Belakang : Penghisapan lendir atau suction merupakan prosedur suction yang dilakukan dengan memasukan
selang suction dengan ukuran yang sesuai kebutuhan melalui hidung, mulut, endotracheal tube (ETT) dan
trakeostomi.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor- faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan suction
Endotracheal Tube (ETT) di ICU Rumah Sakit X Jakarta.
Metodologi: Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional,
sampel penelitian berjumlah 34 responden yang dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah
ditetapkan.
Hasil Penelitian: Hasil uji univariat mayoritas usia 21- 30 tahun (41,2%), lama bekerja >4 – 8 tahun (41,2%),
pendidikan DIII Keperawatan (76,5%), tingkat pengetahuan baik (73,5%), sikap positif (58,8%), pelaksanaan suction
yang kompeten (85,3%). Hasil uji bivariat dengan uji statistic Kendall’s Tau menunjukkan bahwa ada hubungan
signifikan antara tingkat pendidikan dengan pelaksanaan suction Endotracheal Tube (p value=0,028), namun tidak
ada hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan (p value=0,507) , sikap (p value=0,954), lama bekerja (p
value=0,569), usia (p value=0,220) terhadap pelaksanaan Suction Endotracheal Tube (ETT).
Kesimpulan dan Saran: Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan bermakna antara tingkat pendidikan
dengan pelaksanaan suction ETT di ICU RS X Jakarta. Peningkatan pendidikan berkelanjutan ke jenjang S1 Ners perlu
diupayakan sebagai upaya peningkatan kualitas mutu asuhan keperawatan.
Kata Kunci : suction, ETT, faktor berhubungan, ICU

PENDAHULUAN (Kozier, 2010). Prosedur suction dilakukan


Ventilator Associated Pneumonia (VAP) dengan menggunakan teknik closed system
merupakan penyebab umum kedua kasus suction (CSS) dan open system suction (OSS).
health care associated infection (HAI) di
Amerika Serikat dan 25% dari kasus infeksi Komplikasi yang dapat terjadi dari tindakan
yang terjadi di Intensive Care Unit/ICU (Diah, suction endotracheal tube (ETT) adalah
2015). Penyebab VAP adalah kolonisasi dan hipoksemia atau rendahnya kadar oksigen di
aspirasi sekret pada jalan nafas dan untuk dalam darah/hipoksia. Saat pemutusan
mencegah komplikasi tersebut antara lain hubungan antara ETT dan ventilator yang
dengan melakukan teknik penghisapan lendir dilakukan berulang kali sehingga
(suction) yang tepat dan benar, memberikan menyebabkan hipoksemia, trauma jalan nafas,
kebersihan mulut dan posisi head of bed infeksi nosokomial, dan disritmia jantung
(HOB) elevated 300. Penghisapan lendir atau (Kozier, 2010). Berdasarkan penelitian yang
suction merupakan prosedur yang dilakukan dilakukan Kitong, Berty. (2014), pada pasien
dengan memasukkan selang suction dengan yang terpasang ETT dan terdapat lendir,
ukuran yang sesuai kebutuhan melalui hidung, sesudah dilakukan tindakan suction
mulut, endotracheal tube dan trakeostomi mengalami penurunan saturasi oksigen > 5%.
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN SUCTION ETT DI ICU RS X
JAKARTA
Jurnal Kesehatan STIKES Telogorejo, Vol XII No 1, Juni 2020/ page 1-53

Penelitian Wijaya, Roni (2015) pelaksanaan suction ETT di ruang ICU RS X


mengungkapkan terjadi perubahan saturasi Jakarta.
okigen pada pasien kritis yang dilakukan
tindakan suction ETT yaitu terjadi penurunan METODE PENELITIAN
saturasi oksigen antara 4- 10%. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif
menggunakan desain deskriptif korelatif
Prosedur suction harus dilakukan secara benar dengan pendekatan metode cross sectional.
dan tepat dalam mencegah terjadinya infeksi, Instrumen pengumpul data menggunakan
luka spasme, hipoksemia terlalu lama, edema kuesioner. Kuesioner terdiri dari data
dan perdarahan pada jalan nafas demografi responden, kuesioner pengetahuan
(Kristyaningsih, P., 2016). Pasien kritis yang menggunakan skala Guttman dan kuesioner
dirawat di ICU berisiko tinggi untuk sikap menggunakan skala Likert serta
mengalami VAP apabila Standar Pelaksanaan menggunakan lembar observasional yang
Prosedur (SPO) suction tidak dilakukan mengacu pada SOP pelaksanaan suction ETT
dengan baik dan benar sehingga dapat di RS X. Teknik pengambilan sampel: Non-
mengakibatkan tingginya angka kesakitan, probability Sampling dengan purposive
meningkatnya biaya perawatan dan lamanya sampling. Sampel penelitian sebanyak 34
hari perawatan responden yang dipilih berdasarkan kriteria
inklusi dan ekslusi. Metode analisis data
Data di ICU Rumah Sakit X Jakarta tahun menggunakan analisis data univariat dan
2016, pasien yang terpasang ETT ventilator bivariat.
dan dilakukan tindakan suction ETT sebanyak
199 orang dari 260 orang, dengan lama Penelitian dilakukan pada bulan November
perawatan 1-22 hari, dan kejadian VAP 0 (nol) 2017-Januari 2018. Pengumpulan data
kasus, (data pencapaian mutu ruang ICU dilakukan dengan cara responden perawat
Rumah Sakit X Jakarta tahun 2016). Standar mengisi lembar kuesioner dan peneliti
mutu ini dapat tercapai karena kepala ruang melakukan observasi dan mendokumentasikan
selalu melakukan breafing pagi dalam dalam lembar observasional. Kuesioner
penerapan SPO seperti pelaksanaan suction penelitian yang digunakan telah diuji validitas
ETT pada pasien terpasang ETT Ventilator, dan reliabilitasnya. Peneliti melakukan uji
dan memperhatikan pelaksanaan suction coba kuesioner di ICU Rumah Sakit Y Jakarta
sesuai SPO yang baik dan benar. Selain itu, pada bulan Desember 2017.
team audit mutu secara konsisten dan
berkelanjutan selalu melakukan audit internal Analisis data yang dilakukan terdiri dari
dan observasi langsung dalam penerapan SPO analisa univariat dan bivariat. Analisa
pelaksanaan suction ETT setiap 3 bulan, dan univariat digunakan untuk menghasilkan
melakukan audit ekternal setiap 1 tahun sekali distribusi frekuensi dan persentase hasil data
terhadap SPO Rumah Sakit X dan penerapan demografi, variabel pengetahuan, sikap dan
SPO di lapangan oleh perawat. pelaksanaan suction ETT. Analisis bivariat
digunakan untuk mengetahui hubungan dua
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, peneliti variabel, menggunakan analisis uji statistic
ingin melihat apakah faktor-faktor yang korelasi dengan analisis Kendall’s Tau.
berhubungan dengan pelaksanaan suction
ETT. Penelitian ini ingin menilai sejauhmana
hubungan karakteristik responden (usia,
pendidikan dan masa kerja), tingkat
pengetahuan dan sikap perawat terhadap

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN SUCTION ETT DI ICU RS X


JAKARTA
Jurnal Kesehatan STIKES Telogorejo, Vol XII No 1, Juni 2020/ page 1-53

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Interpretasi Univariat Tabel 2. Distribusi responden berdasarkan
tingkat pengetahuan
Tabel 1. Distribusi responden berdasarkan Variabel Hasil F Persentase
data demografi ukur
Variabel Hasil ukur F Persentase Pengetahuan Baik 25 73,5%
Usia 21 – 30 thn 14 41,2 % Cukup 9 26,5%
31 – 40 thn 13 38,2 % Kurang 0 0
41 – 56 thn 7 20,6% Total 34 100%
Total 34 100%
Pendidikan Hasil ukur F Persentase Pada tabel 2 terlihat bahwa sebagian besar
DIII Kep. 26 76,5 % tingkat pengetahuan perawat baik (73,5%).
S1 Ners 8 23,5 % Donsu (2017), pengetahuan merupakan hasil
Total 34 100% dari tahu, dan pengetahuan tersebut terjadi
Masa Kerja Hasil ukur F Persentase setelah orang melakukan penginderaan
Pra PK 4 11,8 % terhadap suatu objek tertentu. Perawat ICU RS
PK 1 7 20,6 % X Jakarta merupakan pekerja yang terbuka
PK 2 14 41,2 % serta mau menerima informasi yang
PK 3 9 26,5%
bermanfaat dan belajar hal-hal baru untuk
Total 34 100%
meningkatkan kinerja mereka dari pelatihan
Pada tabel 1 terlihat mayoritas perawat yang diadakan oleh RS setiap bulan. Hasil
(79,4%) berada dalam rentang usia produktif analisis kuesioner menunjukkan bahwa 86,1%
(21-40 tahun). Usia tenaga kerja cukup jawaban perawat salah tentang rentang waktu
menentukan keberhasilan dalam melakukan pemasangan CVC; 83,3% jawaban perawat
suatu pekerjaan baik fisik ataupun non fisik. salah tentang cairan intravena; 44,4% jawaban
Mahendra & Woyanti (2014) mengatakan perawat salah tentang nilai normal pengukuran
bahwa usia seseorang mempengaruhi CVP; dan 50% jawaban perawat salah tentang
produktifitas dan pekerjaannya. Pendidikan pemberian darah & cairan intravena.
perawat mayoritas DIII Keperawatan (76,5%).
Pendidikan merupakan faktor yang Tabel 3. Distribusi responden berdasarkan
mempengaruhi pengetahuan. Pada umumnya, sikap
semakin tinggi pendidikan seseorang, maka Variabel Hasil F Persentas
akan semakin mudah dalam menerima ukur e
informasi, namun hal ini tidak mutlak karena Sikap Positif 20 58,8 %
masih terdapat faktor- faktor lain yang Negatif 14 41,2 %
mempengaruhi pengetahuan itu sendiri ( Rifai, Total 34 100%
2016). Perawat sebagian besar memiliki masa
kerja >4-8 tahun (PK 2). Badeni (2013) Pada tabel 3 terlihat bahwa sebagian besar
mengatakan bahwa masa kerja berkorelasi perawat ICU RS X memiliki sikap positif
dengan pengalaman penyelesaian pekerjaan (58,8%) dalam pelaksanaan suction ETT.
dan oleh karena itu pengalaman menyelesaikan Notoatmodjo (2014), sikap merupakan
pekerjaan ini akan berhubungan dengan kencenderungan seseorang melakukan
meningkatnya kemampuan yang diperoleh. tindakan setelah mendapatkan stimulus yang
muncul dari dalam dirinya dan dari luar dirinya
yang dipengaruhi kognitif,emosional,dan
perilaku. Namun 41,2% perawat diketahui
memiliki sikap negatif. Sikap dapat
dipengaruhi oleh lingkungan, dimana bila
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN SUCTION ETT DI ICU RS X
JAKARTA
Jurnal Kesehatan STIKES Telogorejo, Vol XII No 1, Juni 2020/ page 1-53

lingkungan kerja memiliki kebiasaan buruk


maka sikap negatif dapat terbentuk. Selain itu,
sikap juga dipengaruhi oleh pikiran, keyakinan Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan
dan emosi seseorang (Donsu, 2017). hubungan antara tingkat pengetahuan
perawat dengan pelaksanaan prosedur
suction ETT
Tabel 4. Distribusi responden dalam
Pelaksanaan Suction
pelaksanaan suction ETT
Tk. Kom- Tidak Total p
Variabel Hasil F Persenta
pengeta peten Kom- value
ukur se
huan peten
Pelaksanaan Kompeten 29 85,3%
Baik 22 3 25 0.507
suction ETT Tidak 5 14,7%
88 % 12% 100%
kompeten
Cukup 7 2 9
Total 34 100%
77,8% 22,2 100%
Pada tabel 4 terlihat bahwa mayoritas perawat %
ICU RS X kompeten dalam pelaksanaan Total 29 5 34
suction ETT sesuai SOP RS X. Hal ini 85,8 14,2 100
dikarenakan RS secara teratur melakukan dan % % %
memberikan pelatihan tentang SOP
Pada tabel 6 terlihat bahwa secara statistic
pelaksanaan suction ETT, khususnya pada
tidak terdapat hubungan antara tingkat
perawat ICU. Diklat RS juga melakukan audit
pengetahuan perawat dengan pelaksanaan
internal dan mengevaluasi perawat dalam
suction ETT (p value=0.507) dan secara
pelaksanaan tindakan keperawatan. Namun
statistic tidak terdapat hubungan (p
masih ditemukan 14,7% perawat yang tidak
value=0.954) antara sikap perawat dengan
kompeten dalam pelaksanaan suction ETT.
pelaksanaan suction ETT (tabel 7).
Responden tersebut adalah perawat junior atau
Pengetahuan seseorang terhadap suatu obyek
baru di unit ICU sehingga mereka belum lama
mempunyai intensitas atau tingkat pemahaman
terpapar dengan pelaksanaan suction ETT
yang berbeda-beda satu sama lain
yang sesuai dengan SOP RS.
(Notoadmodjo, 2014). Dengan adanya
pengembangan ilmu pengetahuan melalui
B. Hasil Interpretasi Bivariat
pelatihan internal dan eksternal yang
diselenggarakan setiap bulan di RS X Jakarta
Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan
untuk semua perawat diharapkan dapat
hubungan antara tingkat pendidikan
meningkatkan pengetahuan masing-masing
perawat dengan pelaksanaan prosedur
individu perawat. Tabel 7 menunjukkan bahwa
suction ETT
secara statistic sikap tidak berhubungan
Pelaksanaan Suction
dengan pelaksanaan suction ETT dikarenakan
Tk.pendidikan Kom- Tidak Total p
peten Kom- value sikap seseorang tidak dapat dinilai secara
peten objektif karena sikap merupakan respon
DIII 21 5 26 0.02 tertutup seseorang terhadap stimulus atau
Kep. 80,8% 19,2% 100% 8 objek tertentu, yang melibatkan faktor
S1 Ners 8 0 8 pendapat dan emosi yang bersangkutan,
100% 0% 100% misalnya: senang- tidak senang, setuju- tidak
Total 29 5 34 setuju, baik- tidak baik (Notoatmodjo, 2014).
85,8% 14,2 100
% %

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN SUCTION ETT DI ICU RS X


JAKARTA
Jurnal Kesehatan STIKES Telogorejo, Vol XII No 1, Juni 2020/ page 1-53

DAFTAR PUSTAKA
Tabel 7. Distribusi Responden Berdasarkan
hubungan antara sikap perawat dengan Badeni. (2013). Kepemimpinan dan Prilaku
pelaksanaan prosedur suction ETT Organisasi. Bandung: Alfabeta.

Pelaksanaan Suction Donsu, J, D,T. (2017). Psikologi Keperawatan.


Sikap Kom- Tidak Total p Cetakan I. Yogyakarta: Pustaka Baru
peten Kom- value Press
peten
Positif 17 3 20 0.954 Kitong, Berty. (2014). Pengaruh Tindakan
85% 15% 100% Penghisapan Lendir ETT Terhadap Kadar
Negatif 12 2 14 Saturasi Oksigen Pada Pasien Yang
85,7% 14,3% 100% Dirawat di Ruang ICU RSUP. Prof. DR.
Total 29 5 34 R.D. Kandou Manado. Program Studi
85,8% 14,2 100% Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran.
% Universitas Sam Ratulangi Manado.

Tabel 7 menunjukkan bahwa perawat dengan Kozier, Erb, Berman, Snyder. (2010). Buku
latar belakang pendidikan DIII Keperawatan Ajar Fundamental Keperawatan:
maupun S1 Ners memiliki kompetensi dalam Konsep, Proses, & Praktik, Vol 2, Edisi
pelaksanaan suction ETT. Berdasarkan hasil 7, Jakarta: EGC.
analisis statistik menggunakan uji kendalls
tau’ b diperoleh nilai p value = 0,028 (p value Kristyaningsih, P. (2016). Hubungan
< 0,05), maka secara statistic terdapat Pengetahuan Perawat Terhadap
hubungan yang signifikan antara tingkat Pelaksanaan Tindakan Suction di Ruang
pendidikan dengan pelaksanaan suction ETT ICU RSUD Gambiran Kediri. Jurnal
di ICU RS X Jakarta. Wawan (2011) Wiyata.Vol.2, No.2. Tahun 2015.
mengatakan semakin tinggi pendidikan maka
akan mudah menerima hal-hal baru dan Mahendra, A,D. & Woyanti, N. (2014).
mudah untuk menyesuaikan dengan hal baru Analisis Pengaruh Pendidikan, Upah,
tersebut. Menurut peneliti, semakin tinggi Jenis Kelamin, Usia dan Pengalaman
pendidikan seseorang maka tingkat berpikir Kerja Terhadap Produktivitas Tenaga
kritis akan semakin meningkat dan sejalan Kerja. Doctoral dissertation, Fakultas
dengan tingkat kompetensi dalam pemberian Ekonomika dan Bisnis, Universitas
asuhan keperawatan. Diponegoro.

KESIMPULAN Notoatmojo, S. (2014). Ilmu Perilaku


Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
hubungan bermakna antara tingkat pendidikan
dengan pelaksanaan suction ETT. Namun Susilo, H.W. (2012). Statistika dan Aplikasi
tidak ditemukan adanya hubungan antara usia, Untuk Penelitian Ilmu Kesehatan.
masa kerja, tingkat pengetahuan dan sikap Jakarta: Trans Info Media.
perawat terhadap pelaksanaan suction ETT.
Wawan & Dewi, M. (2011). Teori dan
Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan
Perilaku Manusia. Cetakan II.
Yogyakarta: Nuha Medika.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN SUCTION ETT DI ICU RS X


JAKARTA
Jurnal Kesehatan STIKES Telogorejo, Vol XII No 1, Juni 2020/ page 1-53

Wijaya, Roni. (2015). Perubahan Saturasi ICU RSUD DR.Moewardi Surakarta.


Oksigen Pada Pasien Yang dilakukan Skripsi. Program Studi S1 Keperawatan.
Tindakan Suction Endotracheal Tube di Stikes Kusuma Husada Surakarta.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN SUCTION ETT DI ICU RS X


JAKARTA
Jurnal Kesehatan STIKES Telogorejo, Vol XII No 1, Juni 2020/ page 1-53

HUBUNGAN KONFLIK PERAWAT YANG BERPERAN GANDA SEBAGAI IBU


DENGAN STRES KERJA PERAWAT DI RS X KOTATANGGERANG
TAHUN 2019

The Relationship Between Nurse’s Conflict That Has Dual Roles As Mothers With Nurse’s
Working Stress In Hospital X, Tanggerang 2019

Sifak Faoziah A 1, Stefanus A. Ides 2, Ch. Indriati Kusumaningsih3


1
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sint Carolus Jakarta
Nomor Telepon dan Alamat Email: 087786365821, sifakfaoziah19@gmail.com

Abstrak

Perawat adalah salah satu bagian yang mempunyai peran penting dalam memberikan pelayanan kesehatan di
rumah sakit. Apabila stres kerja perawat tinggi maka kualitas kerja akan menjadi rendah dan otomatis dapat
menurunkan pelayanan di rumah sakit secara keseluruhan yang berdampak pada penurunan pendapatan rumah
sakit. Pada perawat wanita stres kerja yang disebabkan oleh konflik peran ganda sebagai ibu dan perawat ini perlu
diperhatikan karena akan mempengaruhi kualitas kerja perawat dalam melakukan asuhan keperawatan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara konflik perawat yang berperan ganda sebagai
ibu dengan stres kerja perawat wanita di RS X kota Tanggerang. Penelitian ini menggunakan sebuah kuisioner
yang terdiri 2 bagian, pertama mengukur konflik peran ganda dan bagian kedua mengukur stres kerja. Jenis
penelitian ini menggunakan metode deskriptif korelatif dengan desain penelitian cross sectional. Sampel dalam
penelitian ini menggunakan total sampling yaitu jumlah populasi penelitian atau keseluruhan perawat wanita yang
sudah menikah dan mempunyai anak, sebanyak 49 responden. Korelasi kedua variabel diuji menggunakan uji Chi-
Square. Hasil penelitian mengenai tingkat konflik peran ganda menunjukkan bahwa mayoritas responden
memiliki konflik peran ganda rendah dan sedang seimbang yaitu 49,0% (24 responden) dan mengenai tingkat
stress kerja menunjukkan bahwa jumlah responden memiliki stress menengah terbanyak yaitu 83,7% (41
responden). Hasil uji statistic dengan menggunakan Chi-Square didapatkan nilai p value 0,012 (p<0,05). Nilai ini
menunjukkan adanya hubungan yang antara konflik perawat yang berperan ganda sebagai ibu dengan stress kerja
perawat di RS X kota Tanggerang.
Kata kunci: konflik peran ganda, perawat, stres kerja

Abstract

Nurses are one part that has an important role in providing health services in hospitals. If the work stress of nurses is
high, the quality of work will be low and can automatically reduse service at the hospital as a whole which has an
impact on decreasing hospital income. In female nurses work stress coused by conflicting dual roles as mothers and
nurses need to be considered because this will affect the quality of work of nurses in conducting nursing care. This
study aims to determine The Relationship Between Nurse’s Conflict That Has Dual Roles As Mothers With Nurse’s
Working Stress In Hospital X, Tanggerang 2019. This study uses a questionnaire consisting of 2 parts, first measuring
conflicting dual role and the second measuring work stress. This type of research uses a descriptive correlative method
with cross sectional research design. The sample in this study uses total sampling, which is the total population of the
study or all female nurses who are married and have children, as many as 49 respondents. Correlation between the
two variables was tested using the Chi-Square test. The results of research on the level of dual role conflict indicate
that the majority of respondents have low and medium dual role conflict that is 49,0 % (24 respondents) and
regarding the level of stress shows that the number of respondents has the highest medium stress that is 83,7% (41
respondents). Statistical test results using Chi-Square obtained p value of 0,012 (p<0,05). This value indicates that
there is a relationship between nurse’s conflict that has dual roles as mothers with nurse’s working stress in hospital
Keywords: dual role conflict, nurses, work stress

HUBUNGAN KONFLIK PERAWAT YANG BERPERAN GANDA SEBAGAI IBU DENGAN STRES KERJA
PERAWAT DI RS X KOTATANGGERANG TAHUN 2019
Jurnal Kesehatan STIKES Telogorejo, Vol XII No 1, Juni 2020/ page 1-53 27

PENDAHULUAN pekerjaan dan keluarga saling tidak berjalan


secara beriringan satu sama lain. Konflik
Era globalisasi seperti sekarang ini yang pekerjaan dan keluarga (Work Family Conflict)
semakin berkembang dan adanya kesetaraan diartikan oleh Frone (1992) dalam
gender antara laki-laki dan wanita, membuat Utaminingsih (2017) sebagai bentuk Interrole
banyak wanita yang telah berkeluarga juga Conflict, peran yang dituntut dalam pekerjaan
menjadikan diri mereka sebagai sumber daya dan keluarga yang saling mempengaruhi.
manusia dengan cara bekerja. Adanya tuntutan Pemenuhan peran dalam pekerjaan atau
untuk mendukung ekonomi rumah tangga keluarga menimbulkan kesulitan untuk
menjadi salah satu alasan bagi mereka untuk memenuhi perannya. Ketidakseimbangan
menjadi seorang pekerja (Yuliviona, 2015). peran mungkin disebabkan karena jumlah jam
Jumlah wanita yang bekerja di Indonesia saat kerja yang terlalu tinggi, sehingga waktu yang
ini menurut Badan Pusat Stastistik pada digunakan untuk bekerja lebih banyak
Februari 2018 sebanyak 55,44% pekerja. dibandingkan waktu untuk mengurus urusan
Namun, dibandingkan dengan kondisi tahun rumah tangga atau keluarga (Nugraha, 2018).
sebelumnya jumlah pekerja wanita naik 0,40%
(BPS, 2018). Hal ini menunjukan pekerja Yamaguchi at.al (2016) melakukan penelitian
wanita merupakan tenaga kerja yang sangat “Job Control, Work-Family Balance and
potensial. Nurses’ Intention to Leave Their Profession
and Organization: A Comparative Cross-
Masyarakat di Indonesia kebanyakan masih Sectional survey” di Jepang melalui uji tes
berpendapat bahwa peran utama wanita secara Tukey menununjukan sebesar F (2, 1458)=
tradisional masih mengutamakan peran 25.880, p<0,000, artinya niat perawat panti
mengurus rumah tangga keluarga, dan sebagai jompo untuk meninggalkan pekerjaan perawat
pendukung tugas utama karir dan pekerjaan karena konflik peran ganda yang dilakukannya
suami. Menurut Iqbal (2016) wanita hanya secara signifikan lebih besar. Sedangkan pada
dianggap terbatas pada peran reproduksi dan perawat rumah sakit karena konflik peran
mengurus rumah tangga, yang menjadi ciri ganda menunjukan F (2, 1458)- 34.822
khasnya dengan pengabdian kepada suami dan p<0,000. Tidak ada perbedaan yang signifikan
anak. Seorang wanita yang memutuskan untuk antara perawat yang bekerja di panti jompo dan
bekerja dan berkarir, maka wanita tersebut rumah sakit mengenai niat untuk
harus dapat menjalankan kedua perannya meninggalkan pekerjaan perawat karena
tersebut secara seimbang tanpa harus ada yang konflik peran ganda. Nugraha (2018) dalam
dinomor duakan. Sedangkan menurut Siahaan penelitian “Hubungan Antara Dukungan
(2018) wanita yang bekerja dan menjalankan Sosial Suami Dengan Konflik Peran Ganda
peran sebagai ibu memang tidak bisa dikatakan Pada Perawat Wanita” menunjukan bahwa
mudah, sering kali mereka dihadapkan pada adanya hubungan negatif antara dukungan
pilihan antara keluarga dan tuntutan pekerjaan. sosial suami dengan konflik peran ganda pada
Fenomena ini akan membawa ke suatu perawat wanita dengan koefisien korelasi -
keadaan yang disebut dengan Konflik Peran 0,532 dengan p = 0,000. Nilai koefisien
Ganda. korelasi menujukkan hubungan negatif,
Pengertian Konflik Peran Ganda menurut artinya semakin tinggi dukungan sosial suami
Greenhaus dan Beuthel (1985) dalam maka semakin rendah konflik peran ganda
Utaminingsih (2017) ialah “a form of inter- perawat wanita. Nilai koefidien determinasi
role conflict in which the role pressure from sebesar 0,283, artinya dukungan sosial suami
the work and family domains are mutually memberikan sumbangan efektif sebesar 28,3%
incompatible in some respect”. Konflik peran pada konflik peran ganda.
ganda adalah jenis konflik antar peran dimana

HUBUNGAN KONFLIK PERAWAT YANG BERPERAN GANDA SEBAGAI IBU DENGAN STRES KERJA
PERAWAT DI RS X KOTATANGGERANG TAHUN 2019
Jurnal Kesehatan STIKES Telogorejo, Vol XII No 1, Juni 2020/ page 1-53 28

stres sendiri antara lain beban kerja yang


Menurut Anwar (2014) Pembagian tugas berlebih, waktu kerja yang sempit, iklim kerja
dalam keluarga menurut budaya tradisional yang tidak sehat, konflik peran ganda dan
seperti patriarkhi cenderung menempatkan lainnya (Thamrin, 2015).
laki-laki sebagai pencari nafkah dan wanita
bertanggung jawab terhadap urusan rumah Siahaan (2018) dalam penelitian “Faktor
tangga. Sebaliknya dalam keluarga yang Pemicu Stres Kerja dan Konflik Peran Ganda
menggunakan budaya modern atau egaliter, (Studi Kasus Pada Pekerja Wanita di Industri
maka pencari nafkah dalam keluarga tidak Pengolahan Karet)” melalui Pengolahan data
akan dipermasalahkan. Keluarga yang dilakukan dengan menggunakan path analysis
berpandangan egaliter, cenderung yang diselesaikan dengan regresi linear
meminimalisasikan pemisahan tugas dalam berganda. Konflik peran ganda terhadap stress
keluarga berdasarkan gender, sehingga lebih kerja pengaruh langsung 0,339. Temuan dari
mudah melakukan negosiasi tugas dan berbagi penelitian ini menyatakan bahwa
tanggung jawab dalam pekerjaan rumah kepemimpinan dan lingkungan kerja fisik
tangga. Sesuai budaya patriarkhi yang dianut berpengaruh secara negatif dan signifikan
di Indonesia seorang perawat wanita yang terhadap konflik peran ganda. Artinya, pemicu
sudah berhasil dalam karir dan harus tetap tinggi rendahnya konflik peran ganda pekerja
menjalankan perannya sebagai ibu di rumah. wanita adalah kepemimpinan dan lingkungan
Apriani (2019) menyebutkan faktor kerja fisik. Selain itu, penelitian menyatakan
pendukung seorang wanita melakukan peran bahwa kepemimpinan dan konflik peran ganda
ganda karena mendapatkan dukungan dari berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
keluarga, rekan kerja dan alasan finansial. stres kerja. Artinya, pemicu tinggi rendahnya
Wanita yang tidak mendapat dukungan dari stres kerja pekerja wanita adalah
keluarga dalam karir, namun tetap bekerja, kepemimpinan dan konflik peran ganda.
akan merasa bersalah karena tidak
memperhatikan dan mengurus anak dengan Rosyad (2017) dalam penelitian “Hubungan
baik. Rasa bersalah yang dialami akan Konflik Peran Ganda (Work Family Conflict)
berpotensi menimbulkan konflik dan bisa Terhadap Stres Kerja Perawat Wanita Di
menjadi stress karena melakukan peran ganda Ruang Rawat Inap, Intensive Care Dan IGD
yang berjalan tidak beriringan (Setiyanto, RSUD Tugurejo Semarang” menunjukkan
2016). bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara konflik peran ganda dan stres kerja. Hal
Stres adalah respon tubuh yang bersifat non ini terlihat dari hasil uji korelasi Spearman
spesifik terhadap tuntutan beban, misalnya Rank yang menunjukkan pValue sebesar 0,000
bagaimana respon tubuh seseorang bila yang (p<0,05) Nilai korelasi Spearman Rank yaitu
bersangkutan mengalami beban kerja yang sebesar 0,615 menunjukkan korelasi positif
berlebih (Hawari, 2011). Stres kerja dengan kekuatan hubungan yang kuat.
merupakan ketidakmampuan seseorang dalam Korelasi positif berarti semakin tinggi tingkat
memenuhi tuntutan pekerjaan sehingga orang konflik peran ganda maka semakin tinggi
tersebut merasa tidak nyaman (Saam, 2012). tingkat stres kerja, begitu pula sebaliknya. Dari
Orang yang dapat mengatur atau mengelola kedua penelitian dapat disimpulkan bahwa
stres dengan baik, secara psikologis antara konflik peran ganda dan stres kerja
menumbuhkan semangat dan motivasi dalam mempunyai hubungan yang sangat kuat.
melakukan pekerjaan. Sebaliknya jika stres Pertentangan antar peran yang dimiliki wanita
terlalu berlebihan menyebabkan gangguan membuat hambatan dalam pemenuhan peran
kesehatan baik secara fisik maupun psikisnya yang lainnya. Keadaaan yang demikian apabila
(Kalendesang, 2017). Faktor-faktor penyebab terus berlanjut akan berdampak pada stres

HUBUNGAN KONFLIK PERAWAT YANG BERPERAN GANDA SEBAGAI IBU DENGAN STRES KERJA
PERAWAT DI RS X KOTATANGGERANG TAHUN 2019
Jurnal Kesehatan STIKES Telogorejo, Vol XII No 1, Juni 2020/ page 1-53 29

kerjanya ketika berada di rumah sakit. Stres waktu antara pekerjaan di rumah sakit dan
kerja ini bisa dikaitkan dengan kualitas menjalankan tugas sebagai ibu rumah tangga
pekerjaanya dalam menghadapi pasien sebagai seperti mengurus anak. Hal ini menimbulkan
pekerja pelayanan publik yang membutuhkan keluhan pada mereka seperti pusing, migrain
konsentrasi dan tanggung jawab yang tinggi dan lemas sampai stres karena memainkan
(Fita,2017). kedua peran tersebut. Berdasarkan fenomena
yang sudah dipaparkan, peneliti tertarik ingin
Perawat wanita yang memiliki stres tinggi mengetahui lebih lanjut adakah hubungan
cenderung mudah menyalahkan diri sendiri, konflik perawat yang berperan ganda sebagai
orang lain (rekan kerja maupun pasangan), ibu dengan stres kerja perawat.
merasa cepat lelah dalam melakukan pekerjaan
dan sering pusing, menurunkan konsentrasi
yang mengakibatkan kesalahan dalam METODE PENELITIAN
melakukan pekerjaannya (Murharyati, 2015). Penelitian ini menggunakan metode deskriptif
Stres kerja yang disebabkan oleh konflik peran korelatif dengan desain penelitian Cross
ganda pada perawat ini perlu diperhatikan Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah
karena akan mempengaruhi kualitas kerja keseluruhan perawat wanita yang sudah
perawat dalam melakukan asuhan menikah dan mempunyai anak di Rumah Sakit
keperawatan. Apabila stres kerja perawat X kota Tanggerang, sejumlah 49 orang.
tinggi maka kualitas kerja akan menjadi rendah Sampel dalam penelitian ini menggunakan
dan otomatis dapat menurunkan pelayanan di total sampling yaitu jumlah populasi penelitian
rumah sakit secara keseluruhan yang atau keseluruhan perawat wanita yang sudah
berdampak pada penurunan pendapatan rumah menikah dan mempunyai anak, sebanyak 49
sakit. Hal ini terjadi karena minat masyarakat responden. Dengan kriteria inklusi
untuk memilih rumah sakit tersebut sebagai keseluruhan perawat pelaksana wanita di RS X
tempat mereka berobat menurun karena kota Tanggerang yang sudah menikah dan
pelayanan yang diberikan tidak memuaskan mempunyai anak.
(Rosyad, 2017).
Uji validitas dan reliabilitas telah dilakukan
Perawat adalah salah satu bagian yang peneliti pada bulan September-Oktober 2019
mempunyai peran penting dalam memberikan di Rumah Sakit yang setipe dengan Rumah
pelayanan kesehatan di rumah sakit. Perawat Sakit tempat penelitian yaitu RS St. Carolus
juga merupakan staf kesehatan yang Summarecon Serpong dengan tipe C terhadap
mempunyai intensitas interaksi yang paling 30 orang responden. Berdasarkan hasil uji
tinggi dengan pasien dan keluarga dalam valid dan reliabilitas didapatkan 13 item
memberikan pelayanan kesehatan. Perawat di pernyataan konflik perawat yang berperan
RS X melakukan sistem kerja shift yang ganda dengan cronbach’s alfa = 0,828, 6 item
terbagi atas tiga waktu yaitu pukul 07.00 - pernyataan stress kerja dengan cronbach’s alfa
14.00, pukul 14.00 - 21.00 dan pukul 21.00 - = 0,731. Sedangkan 1 pernyataan terkait
07.00 untuk memberikan pelayanan kesehatan konflik perawat yang berperan ganda dan 4
24 jam. Untuk menunjang pelayanan tersebut pernyataan stress kerja yang tidak valid
RS X Kota Tanggerang mempunyai jumlah dihilangkan / tidak digunakan. Penelitian ini
perawat sebanyak 205 orang, 169 orang menggunakan sebuah kuisioner yang terdiri 2
diantaranya adalah perempuan. Dari 169 bagian. Bagian pertama mengukur konflik
orang, 49 diantaranya sudah menikah dan peran ganda. Pernyataan tentang konflik peran
menjalankan peran sebagai ibu di rumah. ganda terdiri dari 13 item pernyataan.
Melalui wawancara di RS X, 5 informan Pertanyaan konflik peran ganda mempunyai
menjelaskan mereka dituntut untuk membagi jawaban Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak

HUBUNGAN KONFLIK PERAWAT YANG BERPERAN GANDA SEBAGAI IBU DENGAN STRES KERJA
PERAWAT DI RS X KOTATANGGERANG TAHUN 2019
Jurnal Kesehatan STIKES Telogorejo, Vol XII No 1, Juni 2020/ page 1-53 30

Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). ini menggunakan uji analisis korelasi Chi-
Responden diminta untuk memberikan tanda Square menggunakan progam SPSS 22.
check list (√) pada kuesioner yang telah
disediakan. Kriteria nilai jawaban SS maka
diberikan nilai +2, S dengan nilai +1, TS
dengan nilai -1, dan STS diberikan nilai -2. HASIL DAN PEMBAHASAN
Kategori variabel diukur berdasarkan skor PENELITIAN
indeks rata-rata dengan interval sebagai Karakteristik responden yang ditampilkan
berikut -28 – -10 mengalami konflik peran dalam penelitian ini meliputi usia, pendidikan
ganda rendah, -9 – 9 mengalami konflik peran terakhir, masa kerja, jumlah anak, dan
ganda sedang, dan 10 – 28 mengalami konflik memiliki ART atau tidak.
peran ganda tinggi. Untuk mempermudah
peneliti dalam penggolongan konflik peran Tabel Distribusi Responden Berdasarkan
ganda dalam SPSS peneliti memberikan kode Karakteristik Perawat Wanita di RS X
1= -28 – -10, 2= -9 – 9, dan 3=10 – 28. Hal ini Tahun 2019 (n=49)
peneliti lakukan karena untuk mendapat hasil N Frekuensi Presentase
keluaran dalam bentuk presentesi yang bisa o
digunakan dalam pembahasan. Usia
1 <26 th 7 14.3
Bagian kedua mengukur stres kerja yang 2 26-35 th 37 75.5
terdiri 6 item pernyataan. Kuesioner stres kerja 3 36-45 th 5 10.2
diadopsi dari American Institute of Stress yang Total 49 100.0
telah digunakan pada penelitian Miko Eka Pendidikan Terakhir
Putri (2014). Pernyataan yang harus diisi oleh 1 Diplom
responden dengan rentang skala 0-10 dengan 12 24.5
a
keterangan 0: sangat tidak setuju dan 10: 2 Sarjana 37 75.5
sangat setuju. Untuk memudahkan interpretasi Total 49 100.0
hasil maka dikategorikan menjadi Stres sangat Masa Kerja
tinggi (6-10), Stres tinggi (1-5), Stres 1 1-5 th 36 73.5
menengah (-5 - 0), Stres rendah (-10 - -6). 2 6-10 th 7 14.3
Sama halnya dengan konflik perawat yang 3 >11 th 6 12.2
berperan ganda peneliti juga melakukan Total 49 100.0
pemberian kode untuk penggolangan dalam Jumlah Anak
menilai stress kerja perawat.
1 1 anak 29 59.2
2 2 anak 15 30.6
Analisis data univariat digunakan untuk
3 3 anak 4 8.2
mengetahui gambaran karakteristik responden 4 >3 anak 1 2.0
serta distribusi frekuensi dan presentase data
Total 49 100.0
variabel independent yaitu stress kerja dan
Memiliki ART
variabel dependent yaitu konflik peran ganda
1 Ya 19 38.8
pada perawat yang sudah menikah dan
2 Tidak 30 61.2
mempunyai anak di Rumah Sakit X kota
Tanggerang. Sedangkan Analisa bivariat Total 49 100.0
digunakan untuk melihat antar kedua variabel Sumber: Data primer yang diolah
yaitu variabel dependent dan independent.
Pengolahan data penelitian adalah Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa
menggunakan dianalisi dengan pendekatan jumlah responden terbanyak memiliki usia
statistic. Pengujian hipotetis dalam penelitian antara 26-35 tahun yaitu sebanyak 75,5% (37
responden), untuk pendidikan terakhir adalah
HUBUNGAN KONFLIK PERAWAT YANG BERPERAN GANDA SEBAGAI IBU DENGAN STRES KERJA
PERAWAT DI RS X KOTATANGGERANG TAHUN 2019
Jurnal Kesehatan STIKES Telogorejo, Vol XII No 1, Juni 2020/ page 1-53 31

sarjana yaitu sebanyak 75,5% (37 responden), Menurut asumsi peneliti responden mengalami
masa kerja terbanyak antara 1-5 tahun yaitu konflik peran ganda pada tingkat rendah dan
sebanyak 73,5% (36 responden), sedangkan sedang dikarena dari 49 responden 59,2 %
jumlah anak satu memiliki responden masih memiliki 1 orang anak. Pustaka (2018)
terbanyak yaitu 59,2%, dan responden yang menyatakan bahwa family size and support
tidak memiliki ART sebanyak 61,2% (30 dapat mempengaruhi konflik peran ganda
responden). dimana semakin banyak jumlah anak atau
jumlah anggota keluarga yang dimiliki maka
Tabel Distribusi Responden Menurut semakin tinggi tingkat konflik peran ganda.
Konflik Perawat Yang Berperan Ganda Seorang wanita yang memiliki jumlah anak
Sebagai Ibu di RS X Tahun 2019 (n=49) yang banyak tentu memiliki tanggung jawab
Tingkat yang lebih besar karena tugas seorang ibu
No Frekuensi (n) dalam keluarga salah satunya mengurus
konflik peran
keperluan anak. Jika seorang wanita terlalu
1. RENDAH 24 memfokuskan waktu dan perhatiannya untuk
2. SEDANG 24 mengurus anak maka urusan pekerjaan akan
3. TINGGI 1 menjadi terganggu.
Total 49 Asumsi lain dari peneliti adalah
Sumber: Data primer yang diolah kebanyakan responden tidak memiliki asisten
rumah tangga hal ini bisa terjadi karena
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa dukungan dari keluarga, menurut Pustaka
jumlah responden memiliki konflik peran (2018) salah satu faktor yang mempengaruhi
ganda rendah dan sedang seimbang yaitu 24 konflik peran ganda adalah bantuan pengasuh
responden. Hasil penelitian ini sesuai dengan anak. Hal ini sesuai dengan Apriani (2019)
penelitian Rosyad pada tahun 2017 yang dalam penelitiannya “Efek Psikososial Pada
menyatakan bahwa perawat wanita yang Perawat Perempuan Yang Menjalani Peran
bekerja di ruang rawat inap yang memiliki Ganda” menyebutkan faktor pendukung
sistem shift memiliki tingkat konflik peran seorang wanita melakukan peran ganda karena
ganda yang rendah. Setiyanto (2016), mendapatkan dukungan dari keluarga.
menyebutkan terdapat beberapa strategi yang
dapat dilakukan bagi wanita dalam Responden memiliki tingkat konflik peran
mengurangi terjadinya konflik peran ganda, ganda yang rendah dapat disebabkan karena
yaitu dengan manajemen waktu, manajemen sebanyak 25 responden menyatakan tidak
keluarga dan manajemen pekerjaan. Meskipun setuju dengan pernyataan “Pekerjaan saya
perawat bekerja dalam sistem shift, seorang menghambat waktu untuk bertemu dengan
perawat wanita masih tetap dapat keluarga” dan sebanyak 33 responden
mencurahkan waktu, tenaga dan perhatiannya menyatakan tidak setuju pada pernyataan
untuk keluarga. Contohnya ketika pagi hari “Tuntutan urusan keluarga, saya sering absen
sebelum berangkat bekerja perawat wanita atau pulang cepat”. Dalam Pustaka (2018)
dapat tetap memberikan perhatian pada menyebutkan bahwa time pressure merupakan
keluarga dengan membuatkan sarapan dan salah satu faktor yang mempengaruhi konflik
menyiapkan segala kebutuhan anak maupun peran ganda dimana semakin banyak waktu
suami. Bekerja dengan sistem shift juga yang digunakan untuk bekerja maka semakin
memiliki kelebihan dimana setelah jadwal shift sedikit waktu untuk keluarga. Dilihat dari
malam maka setelahnya akan diberi waktu distribusi frekuensi pernyataan yang diberikan
untuk libur. sebagian besar perawat wanita di RS X sudah
mampu menyeimbangakn waktu antara kedua
peran yang dijalankan yaitu mampu

HUBUNGAN KONFLIK PERAWAT YANG BERPERAN GANDA SEBAGAI IBU DENGAN STRES KERJA
PERAWAT DI RS X KOTATANGGERANG TAHUN 2019
Jurnal Kesehatan STIKES Telogorejo, Vol XII No 1, Juni 2020/ page 1-53 32

menjalankan dengan baik peran sebagai ibu Menurut Depkes (2009) dalam Amin (2017)
maupun sebagai perawat. responden terbanyak dalam katagori dewasa
awal. usia dewasa awal ternyata lebih rentan
Faktor lain yang mempengaruhi konflik peran kena stres hingga mencapai depresi. Stres yang
ganda seorang yaitu jumlah anak atau anggota dialami cenderung dipengaruhi lingkungan
keluarga, tekanan waktu, dukungan keluarga kerja dan tuntutan hidup yang ingin dicapai.
(family support) dan pengasuhan anak atau Hal ini sesuai dengan Hao (2015) dalam
bantuan pekerjaan rumah tangga. Dukungan penelitiannya “Association between Work-
keluarga merupakan hal penting bagi seorang Family Conflict and Depressive Symptoms
wanita yang akhirnya memilih untuk bekerja among Chinese Female Nurses: The Mediating
(Rosyad, 2017). Hal ini sesuai dengan and Moderating Role of Psychological
pernyataan Nugraha (2018) dalam Capital” mengatakan usia dewasa awal atau
penelitiannya “Hubungan Antara Dukungan orang yang berusia kurang dari 40 tahun
Sosial Suami Dengan Konflik Peran Ganda cenderung memiliki gejala depresi yang lebih
Pada Perawat Wanita”, dukungan sosial suami tinggi dibandingkan usia diatas 40 tahun.
memberikan sumbangan efektif sebesar 28.3%
terhadap tingkat konflik peran ganda rendah Pada penelitian ini, stress responden berasa
pada perawat wanita. pada tingkat stress menengah hal ini menurut
asumsi dari peneliti bisa terjadi karena masa
Tabel Distribusi Responden Menurut Stres kerja antara 1-5 tahun sebanyak 73,5% dari
Kerja Perawat di RS X Tahun 2019 (n=49) jumlah responden, Mjoli (2013) dalam Rosyad
Frekuensi (2017) menyatakan bahwa pada masa-masa
No. Tingkat stress
(n) awal bekerja atau menjalani karir biasanya
1. STRES RENDAH 4 seseorang sangat bersemangat sehingga
seseorang lebih mengutamakan masalah
2. STRES MENENGAH 41 pekerjaan dibanding masalah keluarga. Hal ini
3. STRES TINGGI 4 sesuai dengan penelitian Putri (2016) dalam
Total penelitiannya “Hubungan Antara Stres Kerja
49
Dengan Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja
Sumber: Data primer yang diolah Di CV. X” menunjukkan yang paling banyak
mengalami stres kerja adalah responden
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa dengan rentang lama kerja antara 11 – 15 tahun
jumlah responden memiliki stress menengah yaitu sebesar 80,0%. Sedangkan responden
terbanyak yaitu 41 responden. Pekerjaan yang paling sedikit mengalami stres kerja yaitu
perawat merupakan pekerjaan yang rawan responden dengan rentang lama kerja antara 0-
terhadap terjadinya stress kerja. Quick dan 5 tahun yaitu sebesar 66,7%.
Quick (1984) dalam Donsu (2017)
mengkategorikan jenis stres menjadi dua Banyak faktor yang menjadi pemicu stress
Distress adalah akibat negatif yang merugikan kerja pada seorang perawat seperti beban kerja,
dari stress dan Eustress adalah stress yang runitas pekerjaan, suasana lingkungan kerja,
berakibat positif berupa timbulnya rasa pengembangan karir, pengawasan atasan,
gembira, perasaan bangga, menerima sebagai hubungan interpersonal, budaya atau nilai
tantangan, merasa cakap dan mampu, yang dianut, dan konflik peran ganda
meningkatnya motivasi untuk berprestasi, (Thamrin, 2015). Murharyati (2015) dalam
semangat kerja tinggi, produktivitas tinggi, penelitiannya menyebutkan hubungan
muncul keinginan untuk memenuhi tuntutan interpersonal dengan teman kerja 92,2%,
pekerjaan, serta meningkatnya kreativitas perawat yang mengalami hambatan dalam
dalam situasi kompetitif (Donsu, 2017). pengembangan karir sebesar 49,6%, beban

HUBUNGAN KONFLIK PERAWAT YANG BERPERAN GANDA SEBAGAI IBU DENGAN STRES KERJA
PERAWAT DI RS X KOTATANGGERANG TAHUN 2019
Jurnal Kesehatan STIKES Telogorejo, Vol XII No 1, Juni 2020/ page 1-53 33

kerja yang dilakukan perawat sebesar 78,6% Distribusi Frekuensi Hubungan Konflik
dari ketiga faktor memiliki hubungan dengan Perawat Yang Berperan Ganda Sebagai Ibu
stres kerja p value 0,0001. Dengan Stress Kerja Perawat di RS X
Tahun 2019 (n=49)
Menurut asumsi peneliti responden memiliki Diketahui bahwa responden mengalami
stress kerja pada tingkat menengah karena konflik peran ganda dan stress kerja sedang
lingkungan kerja yang nyaman dan atasan sebanyak 43% (21 responden). Hasil Uji Chi-
yang mendukung hal ini sesuai pada Square didapatkan p-value = 0,012 < 0,05 yang
pernyataan “Lingkungan kerja saya tidak artinya ada hubungan yang bermakna antara
terlalu menyenangkan atau aman” dari 49 konflik perawat yang berperan ganda sebagai
responden 39 menyatakan tidak setuju dengan ibu dengan stress kerja perawat.
pernyataan diatas. Thamrin (2015)
menyebutkan salah satu sumber stress kerja Hasil ini sesuai dengan penelitian Fita (2017)
dari intriksik adalah suasana lingkungan kerja, yang berjudul “Hubungan Konflik Peran
kondisi lingkungan kerja yang buruk bisa Ganda Dengan Stres Kerja Terhadap Perawat
mengakibatkan karyawan mudah sakit, mudah Wanita Pada RSUD A. Wahab Sjahranie
mengalami stress, sulit berkonsentrasi dan Samarinda". Tehnik Analisa data yang
menurutkan produktifitas. digunakan adalah metode uji Pearson Product
Moment. Hasil penelitian menunjukan ada
Asumsi lain peneliti bisa dilihat dari salah satu hubungan positif dan hubungan yang
pernyataan “Saya berulang kali merasa signifikan antara konflik peran ganda dengan
terganggu saat sedang bekerja” Sebagian besar stress kerja dengan nilai koefisien korelasi =
yaitu sebanyak 32 responden menyatakan 0,673, p value 0,000 yang berarti semakin
sangat tidak setuju pada pernyataan. Perawat tinggi tekanan konflik peran ganda, semakin
yang melaksanakan tugas-tugas non tinggi pula stress kerja, sebaliknya semakin
keperawatan akan merasa terganggu dimana rendah konflik peran ganda semakin rendah
tugas utama perawat adalah melakukan asuhan juga stress kerjanya. Rosyad (2017) dalam
keperawatan selama 24 jam, ketika perawat penelitian lain mengatakan ada hubungan yang
juga harus melakukan tugas non keperawatan positif antara konflik peran ganda dan stress
tugas utamanya menjadi terganggu dan kerja perawat, Hasil uji statistik dengan
perawat tidak dapat maksimal dalam menggunakan Spearman Rank didapatkan
memberikan pelayanan kesehatan, hal tersebut nilai p value 0,000 (p<0,05) dengan nilai
terkadang membuat perawat merasa beban koefisien korelasi yaitu (+) 0,615.
kerja menjadi tambah banyak. Hasil penelitian
ini sejalan dengan penelitian dari Mohume Konflik peran ganda yang mengarah pada stres
(2018) dengan p value 0,000 yang kerja karena pekerjaan mencampuri kehidupan
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang keluarga, tekanan sering kali terjadi pada
positif dan signifikan antara beban kerja dan seseorang untuk mengurangi waktu yang
stress kerja dimana semakin tinggi beban kerja dihabiskan dalam pekerjaan dan menyediakan
maka semakin tinggi stress kerja. Perawat di lebih banyak waktu untuk keluarga, begitu
RS X memiliki sistem kerja memberikan pula sebaliknya (Rosyad, 2017). Bentuk
asuhan keperawatan saja dan melaksanakan konflik peran sendiri menurut Frone, Russel, &
tugas non keperawatan yang biasanya semakin Cooper, (1994) dalam Akbar (2017) yaitu
menambah beban kerja perawat. Hal ini bisa konflik pekerjaan-keluarga dan konflik
menjadikan alasan tingkat stress di RS X keluarga-pekerjaan. Apriani (2019) dalam
berada pada tingkat menengah. penelitian dengan metode kualitatif
mengatakan perasaan stres, dilema dan merasa
bersalah yang dirasakan pada wanita yang

HUBUNGAN KONFLIK PERAWAT YANG BERPERAN GANDA SEBAGAI IBU DENGAN STRES KERJA
PERAWAT DI RS X KOTATANGGERANG TAHUN 2019
Jurnal Kesehatan STIKES Telogorejo, Vol XII No 1, Juni 2020/ page 1-53 34

menjalani peran ganda sebagai perawat bekerja Greenhaus and Beuthel (1985) dalam
3 shift dan ibu rumah tangga mempengaruhi Utaminingsih (2017) menyatakan bahwa
psikologis ibu tersebut dalam menjalankan Starin based confflict, adalah konflik yang
perannya sehari-hari. dikarenakan tekanan atau kerancuan peran
Sekalipun perawat memiliki jadwal oleh suatu peran yang menganggu peran
jaga yang sudah ditentukan yaitu antara pagi, lainnya. Menjalani dua peran sekaligus,
siang dan malam, tetapi kenyataannya yang sebagai seorang perawat sekaligus sebagai ibu
sering terjadi di dalam dunia kerja banyak rumah tangga, tidaklah mudah. Peran ganda
situasi yang membuat perawat tidak dapat pun dialami oleh perawat, karena selain
menghindari tugas dan perannya, dan berperan di dalam keluarga wanita tersebut
mengharuskan mereka untuk mengorbankan juga berperan di dalam karirnya. Konflik peran
salah satu perannya untuk memenuhi peran ini jika tidak ditangani secara tepat dan
yang lain. Profesionalitas yang harus bijaksana akan menjadikan mereka dalam
diutamakan terkadang membuat perawat yang keadaan suasana serba salah sehingga
sudah menikah menomerduakan masalah mengalami tekanan jiwa (stres) hingga jatuh ke
keluarga dan lebih fokus pada pekerjaan tingkat depresi (Akbar, 2017). Tetapi pada
mereka atau sebaliknya (Wulandari, 2015). kondisi lapangan pada penelitian ini rata-rata
Akibat dari konflik peran ganda pada pekerja perawat wanita yang bekerja pada usia
dengan sistem shift kerja yaitu waktu bersama produktif yaitu antara 26-35 tahun, menurut
keluarga yang kurang, dan ketegangan akibat asumsi peneliti usia produktif lebih
kelelahan kerja yang lebih tinggi hal ini sesuai mengutamakan urusan pekerjaan sehingga
dengan penjabaran pada distribusi konflik konflik peran pada penilitian ini pada tingkat
perawat yang berperan ganda sebagai ibu. Ann rendah dan sedang. Bantuan pengasuhan anak
Vitale (2015) juga melakukan penelitian juga bisa menjadi alasan stress kerja perawat
terhadap perawat di New York menyebutkan pada tingkat sedang. Pada penelitian ini rata-
perubahan psikologis pada 32 perawat yang rata responden memiliki jumlah anak satu.
bekerja pada shift malam telah meningkatkan Hari kedua hal tersebut sesuai dengan
infeksi virus dan bacteri, sakit kepala, tekanan penelitian Siahaan (2018) dalam judul “Faktor
darah tinggi, depresi dan kelelahan. Pemicu Stress Kerja dan Konflik Peran Ganda
(Studi Kasus Pada Pekerja Wanita di Industri
Thamrin (2015) menyatakan salah satu sumber Pengolahan Karet)”.
stress kerja bagi wanita bekerja adalah konflik
peran ganda. Elisabeth (2018) dalam penelitian Hao (2015) dalam penelitiannya “Association
mengatakan konflik peran ganda berpengaruh between Work-Family Conflict and Depressive
positif dan signifikan terhadap stres kerja, Symptoms among Chinese Female Nurses: The
artinya tinggi tingkat konflik peran ganda yang Mediating and Moderating Role of
dialami pekerja wanita mampu memicu tingkat Psychological Capital” menyatakan ada
stres kerja wanita. Perawat wanita memiliki hubungan antara konflik peran ganda dan
pekerjaan yang banyak di rumah sakit, pulang gejala depresi dengan pValue < 0,01. Dr.
kerja selalu tidak tepat waktu dikarenakan Robert J. Van Amberg (1979) dalam Hawari
lembur, serta teman kerja dan pemimpin yang (2011) menyatakan gejala depresi hampir sama
tidak bisa diajak kerja sama, serta suami yang pada stress tahap V yaitu kelelahan fisik dan
kurang mendukung. Perawat wanita yang mental semakin mendalam, ketidakmampuan
pulang ke rumah dan harus menyegerakan untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-
untuk melakukan seluruh pekerjaan rumah harinya, gangguan system pencernaan semakin
tangga membuat para perawat wanita tertekan berat, mudah bingung dan panik. Tetapi stress
secara psikis dan fisik. kerja yang disebabkan oleh konflik peran
ganda dapat diredam dengan beberapa faktor

HUBUNGAN KONFLIK PERAWAT YANG BERPERAN GANDA SEBAGAI IBU DENGAN STRES KERJA
PERAWAT DI RS X KOTATANGGERANG TAHUN 2019
Jurnal Kesehatan STIKES Telogorejo, Vol XII No 1, Juni 2020/ page 1-53 35

antara lain bantuan pengasuhan anak, pekerjaan dan rumah tangga agar harapannya
dukungan keluarga (family support), kedua peran tersebut dapat dijalankan dengan
kepuasaan kerja (Pustaka, 2018). Pada sama baiknya, dan pihak rumah sakit perlu
penelitian yang dilakukan tingkat stres memberikan perhatian seperti kebijakan yang
responden berada pada stress menengah. tepat dalam menangani masalah konflik peran
Keadaaan yang demikian apabila terus ganda yang dialami oleh perawat wanita
berlanjut akan berdampak pada stres kerjanya dikarenakan masalah ini dapat memicu stress
ketika berada di rumah sakit. Stres kerja ini kerja yang nantinya dapat mempengaruhi
bisa dikaitkan dengan kualitas pekerjaanya kinerja perawat dalam memberikan pelayanan
dalam menghadapi pasien sebagai pekerja kepada pasien
pelayanan kesehatan yang membutuhkan
konsentrasi dan tanggung jawab yang tinggi
(Fita, 2017).
DAFTAR PUSTAKA
Dari pembahasan diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa konflik peran ganda Aini, S. N. (2014). Pengaruh Tata Nilai
merupakan suatu keadaan atau pertentangan Perusahaan Terhadap Kinerja Perawat
dalam diri seseorang terkait dengan konflik Ruang Rawat Inap Rumah Sakit
peran yang dijalankan. Pertentangan antar Balimbingan Ptpn Iv Dalam Rangka
peran yang dimiliki oleh individu membuat Spin-Off. FK USU. Diunduh August
hambatan dalam pemenuhan peran yang 11, 2019, 5:35:11 PM
lainnya. Keadaaan yang demikian apabila terus
berlanjut dapat memicu munculnya stres kerja AIS. (2018). Stress At Work. Colombia: U.S.
dan dapat menurunkan produktifitas serta DEPARTMENT OF HEALTH AND
kinerja dari perawat wanita. HUMAN SERVICES. Diunduh April
2, 2019, 03:02:15 AM
Akbar, D. A. (2017). Konflik Peran Ganda
KESIMPULAN DAN SARAN Karyawan Wanita Dan Stress Kerja.
Jurnal Kajian Gender dan Anak.
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil Diunduh March 25, 2019, 8:39:18 AM
penelitian “Hubungan Konflik Perawat Yang
Berperan Ganda Sebagai Ibu dengan Stres Amin, M. A. (2017). Klasifikasi Kelompok
Kerja Perawat di RS X Kota Tanggerang Umur Manusia Berdasarkan Analisis
Tahun 2019” adalah hasil penelitian mengenai Dimensi Fraktal Box Counting Dari
tingkat konflik peran ganda menunjukkan Citra Wajah Dengan Deteksi Tepi
bahwa mayoritas responden memiliki konflik Canny. Jurnal Ilmiah Matematika.
peran ganda rendah dan sedang seimbang yaitu Diunduh September 30, 2019, 2:55:49
24 dari 49 responden, sedangkan untuk tingkat AM
stress kerja menunjukkan bahwa jumlah Ann Vitale, S. (2015). Nurses Working The
responden memiliki stress menengah Night Shift: Impact On Home, Family
terbanyak yaitu 41 dari 49 responden. Pada And Social Life. Journal Of Nursing
penelitian ini terdapat hubungan antara konflik Education And Practice. Diunduh
perawat yang berperan ganda sebagai ibu March 28, 2019, 6:27:37 PM
dengan stress kerja perawat terhadap dengan p
value 0,012 (p<0,05). Dalam hal ini disarankan Anwar, H. (2014). Hubungan Antara Otonomi
untuk perawat sebagai seorang wanita yang Kerja, Orientasi Peran Gender
ingin menjalankan karir tetap menjaga Keluarga, Keseimbangan Kerja-
keseimbangan peran gandanya yaitu antara Keluarga Dengan Kepuasan Kerja Dan
Kepuasan Keluarga Pada Perempuan
HUBUNGAN KONFLIK PERAWAT YANG BERPERAN GANDA SEBAGAI IBU DENGAN STRES KERJA
PERAWAT DI RS X KOTATANGGERANG TAHUN 2019
Jurnal Kesehatan STIKES Telogorejo, Vol XII No 1, Juni 2020/ page 1-53 36

Yang Berperan Ganda. INTUISI Kompasiana Web site:


JURNAL ILMIAH PSIKOLOGI . http://www.Kompasiana.com diunduh
diunduh April 22, 2019, 08:20:15 PM August 13, 2019, 8:21:30 PM
Apriani, F. (2019). Efek Psikososial Pada Hao, J. e. (2015). Association between Work-
Perawat Perempuan Yang Menjalani Family Conflict and Depressive
Peran Ganda. Jurnal Kesehatan Symptoms among Chinese Female
Saelmakers Perdana. Diunduh April 5, Nurses: The Mediating and Moderating
2019, 02:58:15 PM Role of Psychological Capital.
International Journal of Environmental
BKKPN. (2014). Pedoman Manajemen Research and Public Health . diunduh
Pelayanan Keluarga Berencana. April 7, 2019, 08:24:50 AM
Jakarta: Kemenkes RI. Diunduh
September 30, 2019, 2:23:13 AM Hawari, D. (2011). Manajemen Stress, Cemas
Dan Depresi. Jakarta: FK UI.
BPS. (2018). Katalog Badan Pusat Stastistik
Nasional. Jakarta: Badan Pusat Iqbal, M. (2016 ). Pengaruh Konflik Peran
Stastistik. diunduh March 27, 2019, Ganda Dan Stres Kerja Terhadap
9:09:22 PM Kinerja Pegawai Wanita Pada Rumah
Sakit Umum Daerah Menggala .
Cahyono, A. (2017). Hubungan Karakteristik Universitas Lampung . diunduh April
dan Tingkat Pengetahuan Perawat 6, 2019, 5:33:57 PM
Terhadap Pengelolaan Keselamatan
Pasien di Rumah Sakit. Jurnal Ilmiah Kalendesang, M. P. (2017). Hubungan
WIDIYA. Diunduh September 30, Konflik Peran Ganda Perawat Wanita
2019, 2:24:50 AM Sebagai Care Giver Dengan Stres
Kerja Di Ruangan Rawat Inap Rumah
Cleanpedia. (2018, September 7). Unilever Sakit Jiwa Prof. Dr.V. L.
Tbk. Retrieved from Cleanpedia: Ratumbuysang Provinsi Sulawesi
www.cleanpedia.com diakses October Utara . e-Journal Kepearawatan.
1, 2019, 1:30:12 AM Diunduh March 25, 2019, 8:39:30 AM
Donsu, J. T. (2017). Psikologi Keperawatan. Kartika, I. (2017). Buku Ajar Dasar-Dasar
Yogjakarta: Pustaka Baru Press. Riset Keperawatan Dan Pengolahan
.(2017). Metodologi Penelitian Data Statistik. Jakarta: CV. Trans Info
Keperawatan. Yogjakarta: Pustaka Media.
baru press. KEMEMKES. (2009). Undang-Undang No 44
Fita, E. D. (2017). Hubungan Konflik Peran Kesehatan RI Tentang Rumah Sakit.
Ganda Dengan Stress Kerja Terhadap Jakarta: Kemenkes RI. Diunduh
Perawat Wanita Pada RSUD A Wahab August, 13, 2019, 8:10:30 PM
Sjahranie Samarinda. . (2014). UU NO 38 tentang
PSIKOBORNEO. diunduh March 28, Keperawatan. Jakarta: Kemenkes RI.
2019, 1:14:04 PM Diunduh July, 29, 2019 9:35:30 AM
Habib, A. Q. (2018). Tabel Pembagian Jenis
. (2017). Pedoman Nasional Etik
Korelasi Berdasarkan Skala. USU. Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Diunduh September 30, 2019, 3:23:36 Kemenkes RI.
AM
Lestari, Y. I. (2017). Fear Of Success Pada
Hadiyani, D. N. (2018, Desember 14). Perempuan Bekerja Ditinjau Dari
Kompasiana. Retrieved from
HUBUNGAN KONFLIK PERAWAT YANG BERPERAN GANDA SEBAGAI IBU DENGAN STRES KERJA
PERAWAT DI RS X KOTATANGGERANG TAHUN 2019
Jurnal Kesehatan STIKES Telogorejo, Vol XII No 1, Juni 2020/ page 1-53 37

Konflik Peran Ganda Dan Hardlines. Rahman, A. (2014). Pengaruh Karakteristik


Jurnal Psikologi. diunduh March 28, Individu, Motivasi dan Budaya Kerja
2019, 1:04:22 PM terhadap Kinerja Pegawai pada Badan
Keluarga Berencana dan
Lestari, M. D. (2016 ). Psikologi Industri Dan Pemberdayaan Perempuan Kabupaten
Organisasi. Denpasar: UNIVERSITAS
Donggala. Katalogis, 1(2). Diunduh
UDAYANA October 1, 2019, 02:30:45 AM
Mohume, P. (2018). Hubungan Antara Beban Rizki, R. (2018). Metodologi Penelitian
Kerja dengan Stres Kerja Pada Pekerja Kesehatan. Sidoarjo: Indomedika
Unit Airport Rescue And Fire Fighting Pustaka.
di Bandar Udara Internasional Sam
Ratulangi Manado. Fakultas Rosyad , A. S. (2017). Hubungan Konflik
Kesehatan Masyarakat Universitas Peran Ganda (Work Family Conflict)
Sam Ratulangi Manado. diunduh Terhadap Stres Kerja Perawat Wanita
January 17, 2020, 12:30:03 PM Di Ruang Rawat Inap, Intensive Care
Dan Igd Rsud Tugurejo Semarang .
Murharyati, a. (2015). Faktor-Faktor Yang Universitas Diponegoro. diunduh
Mempengaruhi Stress Kerja Perawat
March 27, 2019, 8:25:37 PM
Di Ruang Rawat Inap RSUD
Sukoharjo. Jurnal KesMaDaSka. Saam, Z. (2012). Psikologi Keperawatan.
diunduh April 23, 2019, 12:11:15 PM Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Nugraha, P. (2018). Hubungan Antara Setiyanto, D. A. (2016). Desain Wanita Karier
Dukungan Sosial Suami Dengan Menggapai Keluarga Sakinah.
Konflik Peran Ganda Pada Perawat Yogjakarta: Deepublish.
Wanita. Jurnal Empati, 2. diunduh
March 27, 2019, 8:23:39 PM Siahaan, E. (2018). Faktor Pemicu Stress
Kerja Dan Konflik Peran Ganda.
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi TALENTA Publiher. diunduh March
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka 28, 2019, 1:07:48 PM
Cipta
Sugiono, e. (2018). Ergonomi Untuk Pemula.
Putri, G. Y., & Tualeka, A. R. (2016). Malang: 2018.
Hubungan Antara Stres Kerja Dengan
TIngkat Produktivitas Tenaga Kerja Di Sugiyono. (2017). Metode Penelitian
CV X. The Indonesian Journal Of Kuantitatif, Kualitatif Dan R & D.
Occupational Safety. diunduh January Bandung: Alfabeta.
17, 2020, 12:00:02 PM Susilo, W. H. (2013). Prinsip-Prinsip
Putri, M. E. (2014). Hubungan Stres Kerja dan Biostastistik Dan Aplikasi Spss Pada
Manajemen Kepala Ruang Dengan Ilmu Keperawatan. Jakarta: IN
Penerapan Keselamatan Pasien Di MEDIA.
Ruang Rawat Inap RSUD Kota Tantra, M. (2015). Faktor-Faktor Sosial Yang
Semarang. Universitas Diponegoro. Mempengaruhi Stress Keja. Majority.
Diunduh April 1, 2019, 6:34:39 PM
Pustaka, K. (2018, Januari 20). Pengertian,
Jenis Dan Penyebab Konflik Peran. Thamrin, C. (2015). Perencanaan Manajemen
Retrieved from kajian pustaka.com: Sumber Daya Manusia. Yogjakarta:
http://www.kajianpustaka.com. Deepublish.
Diunduh April 4, 2019, 11:43:28 PM

HUBUNGAN KONFLIK PERAWAT YANG BERPERAN GANDA SEBAGAI IBU DENGAN STRES KERJA
PERAWAT DI RS X KOTATANGGERANG TAHUN 2019
Jurnal Kesehatan STIKES Telogorejo, Vol XII No 1, Juni 2020/ page 1-53 38

Utaminingsih, A. (2017). Gender Dan Wanita


Karir. Malang: UB Press.
Wikipedia. (2018, Februari 2). Wikipedia.
Retrieved from Wikipedia web site:
http://id.wikipwedia.org. diunduh ,
July 28, 2019, 9:33:30 AM
Yamaguchi, Y. (2016). Job Control, Work
Family Balance And Nurses Intention
To Leave Their Profession And
Organization: A Comparative Cross
Sectional Survey. Internasional journal
of nursing studies. diunduh April 16,
2019, 7:05:57 AM
Yuliviona, R. (2015). Work Family Conflict
Dan Stress Kerja Pada Wanita Bekerja.
Jurnal Ipteks Terapan. diunduh April
12, 2019, 7:01:28 PM

HUBUNGAN KONFLIK PERAWAT YANG BERPERAN GANDA SEBAGAI IBU DENGAN STRES KERJA
PERAWAT DI RS X KOTATANGGERANG TAHUN 2019

Anda mungkin juga menyukai