Anda di halaman 1dari 8

Persepsi Perawat Neurosurgical Critical Care Unit terhadap Perawatan

Pasien Menjelang Ajal

Meilita Enggune1, Kusman Ibrahim2, Hana Rizmadewi Agustina2


1
Akademi Keperawatan Bethesda, 2Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran
E-mail: lita_lovejc@yahoo.co.id

Abstrak
Tingginya angka kematian yang terjadi di unit perawatan intensif, menuntut peningkatan pelayanan perawatan
paliatif termasuk perawatan pasien menjelang ajal, yang melibatkan perawat perawatan kritis. Tujuan penelitian
ini untuk memperoleh gambaran persepsi perawat terhadap perawatan pasien menjelang ajal di ruang
Neurosurgical Critical Care Unit (NCCU). Delapan perawat pelaksana di ruang NCCU RSHS Bandung
dilibatkan dalam penelitian deskriptif kualitatif ini dengan rentang usia antara 27– 43 tahun, dan bekerja selama
3–20 tahun. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling dan jumlah informan dibatasi setelah
data jenuh. Pengumpulan data dengan melakukan wawancara semi terstruktur, dan analisis yang digunakan
adalah content analysis. Hasil penelitian didapatkan 4 tema dan 15 subtema yaitu: (1) Pemahaman perawat
tentang perawatan pasien menjelang ajal yaitu: membantu pasien meninggal dengan tenang, menghadirkan
keluarga untuk memberikan dukungan, dan lebih berfokus pada bimbingan spiritual; (2) Cara menghadapi
kematian yang sering terjadi yaitu: adaptasi perawat terhadap kondisi pasien menjelang ajal, kesulitan
menentukan fase menjelang ajal pasien kritis, dilema dalam pengambilan keputusan, dan empati; (3) Peran
perawat dalam mempersiapkan pasien menjelang ajal yaitu: pembimbing spiritual pasien, komunikator,
fasilitator, dan pemberi dukungan emosional keluarga; (4) Hal-hal yang perlu diperbaiki dalam perawatan
menjelang ajal yaitu: diperlukan pelatihan perawatan paliatif pada pasien kritis, diperlukan ruangan khusus
pasien menjelang ajal, diperlukan pembimbing rohani khusus, dan diperlukan standar operasional prosedur
(SOP) perawatan pasien menjelang ajal. Perawat perlu memberikan perawatan yang membantu pasien meninggal
dengan tenang, memberikan dukungan untuk keluarga, dan lebih difokuskan untuk memenuhi kebutuhan
spiritual pasien.

Kata kunci: Intensive Care Unit, perawatan akhir hidup, persepsi perawat.

Nurses Perception toward End-of-Life Care


Abstract
The high number of death that occurred in the Intensive Care Unit, strive to improve palliative care services
including the provision of care of dying patients by critical care nurses. The purpose of this study was to obtain a
perception of nurses toward the care of dying patients in the Neurosurgical Critical Care Unit ( NCCU ). Eight
nurses who work at NCCU were involved in this study, age between 27- 43 and have been working from 3 to 20
years. The sampling technique used the purposive sampling method and a limited number of informants after
data saturated. Data collection was done by conducting semi- structured interviews, content analysis was used to
analyse the data. There are four themes with 15 sub-themes include: 1) Nurse understanding about caring for
dying patients: help the patients to die peacefully, presenting the family to provide supports, and more focused
on spiritual guidance. 2) Way of handling the frequent of death occurance: adaptation of nurses to dying
condition, difficulty determining the critical phase of the dying patient, dilemmas in decision-making, and
empathy. 3) The role of nurses in preparing for the dying patient: the patient spiritual guides, communicators,
facilitators, and providers of family emotional support. 4) The Things that need to be improved in end of life
care: the palliative care training is required in critically ill patients as well as separate unit for dying patients,
exclusive spiritual guide, and standard operating procedures (SOP) of care for the dying patients. It can be
concluded that nurses need to provide treatment that helping patients to die peacefully, and providing support for
the family, which is focused on meeting the spiritual needs of patients.

Key words: Intensive Care Unit, end of life care, nurses perception.

Pendahuluan canggih seperti monitor jantung dengan


dukungan mesin komputer dan ventilator
Intensive Care Unit (ICU) merupakan unit mekanis (Potter & Perry, 2010). Ilmu
rumah sakit yang memberikan perawatan pengetahuan dan teknologi kesehatan di unit
intensif dan monitoring yang ketat bagi perawatan intensif telah mengalami banyak
pasien. ICU memiliki teknologi yang perkembangan dan kemajuan yang
Volume 2 Nomor 1 April 2014 35
Meilita Enggune: Persepsi Perawat Neurosurgical Critical Care Unit (NCCU)

diharapkan dapat memberikan pelayanan yang menjelang ajal beserta keluarga pasien
kesehatan yang lebih baik, termasuk tersebut. Sebagian besar perawat yang
perawatan untuk meningkatkan harapan bekerja di unit onkologi, hospice, perawatan
hidup. Kenyataannya hal tersebut tidak intensif, kedaruratan, atau area lain di
dapat mencegah kematian sehingga tempat kematian pasien biasa terjadi telah
pelayanan kesehatan yang termasuk memilih tugas tersebut, namun mereka
didalamnya mengenai bagaimana cara untuk masih merasa gagal dalam melaksanakan
mempersiapkan pasien menghadapi tugas jika pasien yang ditanganinya
kematian dengan damai dan bermartabat meninggal (Kozier, Erb, Berman, & Snyder,
dinilai penting. Di Thailand, angka kematian 2010). Lebih lanjut Kozier, dkk. (2010)
di ruang perawatan intensif sebesar 14% menyatakan bahwa perawat memerlukan
(Kongsuwan, Keller, Touhy, & waktu untuk menganalisis perasaan mereka
Schoenhofer, 2010), sedangkan data angka sendiri mengenai kematian sebelum mereka
kematian di ruang Neurosurgical Critical dapat secara efektif membantu orang lain
Care Unit (NCCU) RSUP Dr. Hasan yang mengalami penyakit terminal. Perawat
Sadikin Bandung pada tahun 2012, sebesar yang tidak nyaman dengan pasien sekarat
21,5%. cenderung menghambat upaya pasien untuk
Perawatan akhir hidup adalah perawatan mendiskusikan kematian menjelang ajal.
yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas Gelinas, Fillion, Robitaille, dan Truchon
hidup pasien dan keluarga dengan (2012) dalam penelitiannya menyimpulkan
membantu mengatasi berbagai masalah berbagai penyebab stres yang dialami oleh
penderitaan fisik, psikologis, sosial dan perawat dalam memberikan perawatan
spiritual pada pasien yang tidak lagi menjelang ajal di ruangan ICU
responsif terhadap tindakan kuratif (WHO, dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu
2000). Penelitian Schell dan Puntillo (2006) organisasi (kurangnya pendekatan
mengungkapkan bahwa meskipun semua perawatan paliatif), profesional (kurangnya
pasien kritis harus menerima perawatan kompetensi perawatan paliatif atau akhir
yang agresif, tujuan dari perawatan agresif hidup, kesulitan berkomunikasi dengan
pada akhir kehidupan harus menekankan keluarga serta bekerja sama dengan tim
bagaimana memfasilitasi kematian yang medis), dan emosional (adanya konflik nilai,
damai. kurangnya dukungan emosional, juga ketika
Perawatan akhir hidup melibatkan tenaga berhadapan dengan penderitaan pasien dan
kesehatan dari berbagai disiplin ilmu keluarga pasien).
termasuk di dalamnya perawat yang Calvin, Kite-Powel, dan Hickey (2007)
memiliki banyak waktu bersama pasien. melakukan penelitian dengan menggunakan
Perawat yang bekerja di unit perawatan metode deskriptif kualitatif pada 12 orang
intensif disebut perawat perawatan kritis. perawat Neuroscience Intensive Care Unit
Perawat perawatan kritis berperan penting (NICU) tentang persepsi perawat terhadap
dalam merawat pasien kritis dan mempunyai peran dan tanggung jawab dalam pembuatan
kemampuan serta pengalaman dalam keputusan selama proses dari perubahan
merawat pasien sekarat dan mengamati perawatan intensif dan perawatan akhir
kematian orang yang dicintai (Ferell, Virani, hidup pasien. Penelitian ini menyimpulkan
Paice, Malloy, & Dahlin, 2010). Schell dan tiga tema utama yaitu memberikan
Puntillo (2006) mengatakan bahwa perawat bimbingan, berada pada posisi di tengah
perawatan kritis memegang peran penting dalam proses komunikasi, dan perasaan
dalam mengelola tujuan-tujuan untuk pasien emosi. Perawat NICU yang memberikan
yang berhubungan dengan perawatan akhir bimbingan kepada pasien dan keluarga
hidup yang nyaman dan menghentikan dalam proses akhir kehidupan merupakan
pengobatan untuk memperpanjang hidup. bagian dari peran perawat sebagai pendidik.
Mereka dapat menjadi advokat pasien ketika Selama proses pengambilan keputusan
mereka yakin dan kondisi pasien perawatan akhir hidup, perawat
menunjukkan bahwa perawatan yang membimbing keluarga pasien dengan
nyaman seharusnya menjadi tujuan utama. mendorong atau mendesak mereka untuk
Pemberi perawatan profesional, termasuk membuat keputusan. Peran perawat dalam
perawat dapat mengalami ketegangan peran proses komunikasi yaitu sebagai perantara
karena interaksi berulang dengan pasien atau penerjemah komunikasi antara pasien
36 Volume 2 Nomor 1 April 2014
Meilita Enggune: Persepsi Perawat Neurosurgical Critical Care Unit (NCCU)

dan keluarga dengan dokter. Kadang-kadang dilakukan tiga kali wawancara karena ada
keluarga pasien takut untuk bertanya kepada jawaban informan yang kurang jelas
dokter atau tidak mengerti penjelasan dari terdengar pada hasil rekaman wawancara.
dokter sehingga dibutuhkan perawat sebagai Tempat pelaksanaan wawancara sesuai
komunikator. Perasaan yang berbeda-beda kesepakatan dengan informan, yaitu ruang
diungkapkan oleh perawat dalam merawat perawat, ruang perawatan dan ruang pojok
pasien menjelang akhir kehidupan. Merawat ASI.
pasien menjelang ajal merupakan tantangan Penelitian ini telah mendapatkan ethical
yang membutuhkan tanggung jawab, tingkat clearance yang didapatkan dari komite etik
kenyamanan dalam merawat pasien Fakultas Kedokteran Universitas
menjelang ajal berbeda-beda pada tiap Padadjaran. Partisipan dalam penelitian ini
perawat. adalah perawat yang bekerja di ruang NCCU
Peran perawat dalam perawatan paliatif dan mempunyai pengalaman merawat pasien
menjadi salah satu latar belakang pentingnya menjelang ajal, sampel diambil dengan
untuk dilakukan penelitian kualitatif dengan teknik purposive sampling.
judul persepsi perawat terhadap perawatan
pasien menjelang ajal di ruang
Neurosurgical Critical Care Unit (NCCU) Hasil Penelitian
RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Tujuan
penelitian ini adalah untuk memperoleh Hasil penelitian ini menemukan empat tema
gambaran persepsi perawat terhadap yang menggambarkan persepsi perawat
perawatan pasien menjelang ajal di ruang terhadap perawatan pasien menjelang ajal di
Neurosurgical Critical Care Unit (NCCU) ruang NCCU RSUP Dr. Hasan Sadikin
RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Bandung, adapun empat tema tersebut yaitu
pengetahuan perawat tentang perawatan
pasien menjelang ajal, dampak menghadapi
Metode Penelitian kematian yang sering, peran perawat dalam
mempersiapkan pasien menjelang ajal, dan
Metode penelitian yang digunakan adalah beberapa hal yang perlu diperbaiki dalam
metode penelitian deskriptif kualitatif untuk perawatan menjelang ajal.
mengungkap persepsi perawat terhadap Pengetahuan tentang perawatan pasien
perawatan pasien menjelang ajal. Cara yang menjelang ajal dalam penelitian ini adalah
dilakukan untuk mendapatkan gambaran persepsi perawat sebagai informan tentang
persepsi perawat terhadap perawatan pasien perawatan pasien menjelang ajal yang
menjelang ajal adalah dengan melakukan mereka ketahui. Ungkapan dari delapan
wawancara semi terstruktur, menggunakan informan pada saat wawancara
panduan yang telah disusun. Lama menunjukkan hasil yang beragam.
wawancara dilakukan sekitar 45–60 menit Pertanyaan yang diberikan saat wawancara
untuk masing-masing informan. Semua hasil berasal dari berbagai sudut pandang berbeda
wawancara direkam dengan perekam suara yang bertujuan untuk menggali lebih dalam
atas izin informan. Wawancara dilakukan tentang persepsi informan yang
sampai dengan mendapatkan data yang berhubungan dengan pengetahuan tentang
diinginkan sesuai dengan tujuan penelitian, perawatan pasien menjelang ajal.
kemudian dilakukan verifikasi data untuk Pengetahuan perawat tentang perawatan
membuktikan kebenaran data. Setiap pasien menjelang ajal yang ditemukan
informan dilakukan wawancara sebanyak dalam penelitian ini berdasarkan ungkapan
dua sampai dengan tiga kali. Wawancara informan dibagi dalam tiga subtema, yaitu
pertama dilakukan untuk memperoleh membantu pasien meninggal dengan tenang,
gambaran persepsi perawat terhadap menghadirkan keluarga pasien untuk
perawatan pasien menjelang ajal yang memberikan dukungan, dan lebih
dilakukan dengan cara mengajukan memfokuskan pada bimbingan spiritual.
pertanyaaan semi terstruktur. Wawancara Persepsi perawat terhadap dampak
kedua dilakukan setelah proses analisis data, menghadapi kematian yang sering, dari hasil
yakni untuk mengklarifikasi kebenaran analisis data didapatkan empat subtema,
ungkapan informan. Terdapat dua informan yaitu adaptasi perawat terhadap kondisi
yaitu informan dua dan delapan yang menjelang ajal, kesulitan menentukan fase

Volume 2 Nomor 1 April 2014 37


Meilita Enggune: Persepsi Perawat Neurosurgical Critical Care Unit (NCCU)

menjelang ajal pasien kritis, dilema dalam tersebut. Perawatan spiritual untuk pasien
pengambilan keputusan, dan empati. Hasil menjelang ajal memang penting tetapi harus
penelitian ini untuk tema peran perawat seimbang dengan pemenuhan kebutuhan lain
dalam mempersiapkan pasien menjelang ajal misalnya kebutuhan fisik, psikologis, dan
berdasarkan persepsi perawat didapatkan sosial, yang sesuai dengan tujuan perawatan
empat subtema, yaitu pembimbing spiritual menjelang ajal. Sebagian besar informan
pasien, komunikator, fasilitator, dan pemberi menganggap bahwa perawatan menjelang
dukungan emosional keluarga. ajal itu lebih kepada pemenuhan kebutuhan
Persepsi hal-hal yang perlu diperbaiki spiritual, hal ini dikarenakan pengetahuan
dalam perawatan menjelang ajal berdasarkan yang dimiliki informan tentang perawatan
analisis data didapatkan empat subtema, menjelang ajal yang masih kurang atau
yaitu diperlukan pelatihan perawatan paliatif terbatas.
pada pasien kritis, diperlukan ruangan Persepsi perawat terhadap dampak
khusus pada pasien menjelang ajal, menghadapi kematian yang sering seperti
diperlukan pembimbing rohani khusus, dan diungkapkan oleh informan dalam penelitian
diperlukan SOP perawatan pasien menjelang ini adalah adaptasi perawat terhadap kondisi
ajal. pasien menjelang ajal, kesulitan menentukan
fase menjelang ajal pada pasien kritis,
dilema dalam pengambilan keputusan, dan
Pembahasan empati. Bentuk adaptasi yang dirasakan oleh
informan adalah lebih tenang dalam
Persepsi perawat tentang hal yang diketahui merawat pasien yang menjelang ajal dan
mengenai perawatan pasien menjelang ajal menghadapi kematian karena hal ini sudah
adalah membantu meninggal dengan tenang, sering dialami oleh informan.
damai, bermartabat dan terhormat. Kematian Sebagian besar informan menyatakan
yang tenang, damai dan bermartabat yaitu bahwa mereka merasa biasa saja selama
ketika pasien bebas dari penderitaan fisik proses merawat pasien yang menjelang ajal
dan terpenuhi apa yang menjadi hak-haknya. dan menghadapi kematian. Menurut
Hasil dari penelitian ini sesuai dengan apa informan perasaan biasa saja terjadi karena
yang disampaikan oleh Schell dan Puntillo sering menghadapi hal tersebut. Berbeda
(2006) yang menyatakan bahwa tujuan dari dengan apa yang disampaikan oleh Hudak &
perawatan akhir kehidupan pada pasien Gallo (2010), tujuan dari perawatan kritis
kritis adalah mempersiapkan kematian yang adalah memperpanjang hidup dan membantu
damai, meskipun semua pasien kritis tetap penyembuhan, sehingga perawat sering
menerima perawatan yang agresif. Sejalan merasa kecewa dan gagal ketika pasien yang
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh dirawat meninggal. Perbedaan ini mungkin
Beckstrand, Callister, dan Kirchhoff (2006), dikarenakan oleh alasan yang berbeda dari
pada perawat perawatan kritis di unit informan. Informan mengatakan bahwa
perawatan intensif yang menyatakan bahwa selama mereka sudah memberikan yang
membantu memfasilitasi kematian yang terbaik dalam perawatan pasien menjelang
bermartabat dan damai adalah satu tujuan ajal, mereka tidak akan merasa kecewa atau
untuk meningkatkan perawatan akhir hidup. gagal.
Hasil dari penelitian Milligan (2011) Beberapa informan juga mengungkapkan
menyatakan bahwa sekarat dan kematian kesulitan menentukan fase menjelang ajal
adalah saat-saat ketika setidaknya beberapa untuk pasien kritis. Pasien yang dirawat di
pasien akan mengalami penderitaan rohani ruang NCCU RSUP Dr. Hasan Sadikin
yang dapat menyebabkan penderitaan dan adalah pasien kritis dengan terpasang alat
usaha kerja spiritual, seperti menyelesaikan dan monitor sehingga informan hanya
masalah spiritual dan datang untuk berdamai melihat kondisi pasien dari monitor dan
dengan realitas kematian secara pribadi. Ini tanda-tanda vital, dan informan tidak bisa
akan bermanifestasi sebagai kebutuhan menentukan fase-fase menjelang ajal.
perawatan spiritual. Sebagian besar Keadaan tersebut akan memberikan dampak
informan mengungkapkan bahwa perawatan yang kurang baik seperti hasil penelitian dari
pasien menjelang ajal adalah perawatan Li dan Ng (2008), yang menyatakan bahwa
yang lebih difokuskan pada bimbingan perawat sering terlambat dalam
spiritual atau kerohanian pada pasien mengidentifikasi penyakit pasien dan
38 Volume 2 Nomor 1 April 2014
Meilita Enggune: Persepsi Perawat Neurosurgical Critical Care Unit (NCCU)

tindakan yang diberikan karena kurangnya asuhan pada kebutuhan kesehatan pasien
pengetahuan tentang patofisiologi penyakit, secara holistik, meliputi upaya
sehingga diperlukan pelatihan tentang cara mengembalikan kesehatan emosi, spiritual
mengidentifikasi pasien dengan kondisi dan sosial. Sejalan dengan tujuan dari
menjelang akhir hidup yang dirawat di perawatan paliatif, dalam penelitian ini
ruangan perawatan kritis. informan mengungkapkan bahwa peran
Ungkapan menarik yang disampaikan perawat dalam mempersiapkan pasien
oleh informan adalah dilema dalam menjelang ajal adalah pembimbing spiritual
pengambilan keputusan tindakan yang harus pasien, komunikator, fasilitator, dan pemberi
didahulukan untuk diberikan kepada pasien dukungan emosional keluarga.
menjelang ajal, misalnya pada saat pasien Bimbingan spiritual yang dimaksudkan
sekarat di satu sisi perawat tahu bahwa oleh informan adalah bimbingan rohani
kehadiran keluarga penting untuk dengan membacakan doa-doa sesuai dengan
mendampingi dan memberikan bimbingan agama informan dan pasien. Sejalan dengan
spiritual kepada pasien, tetapi di sisi lain pendapat Kozier, dkk. (2010), bahwa
perawat merasa terganggu dengan kehadiran perawat memiliki tanggung jawab untuk
keluarga pada saat tindakan life support. memastikan bahwa kebutuhan spiritual
Penelitian yang dilakukan oleh Latour, pasien diberikan baik melalui intervensi
Fulbrook, dan Albarran (2009), menyatakan langsung ataupun dengan mengatur akses
bahwa sebagian besar perawat intensive terhadap individu yang dapat memberikan
care Eropa terlibat dalam diskusi tentang perawatan spiritual. Milligan (2011)
akhir kehidupan dan proses pengambilan mengungkapkan pengkajian dan perawatan
keputusan. Terdapat perbedaan dalam sikap spiritual adalah merupakan bagian integral
yang dipengaruhi oleh berbagai faktor dari peran perawat, namun informan dalam
seperti etika, keyakinan dan pandangan penelitian menyatakan masih kurang yakin
keagamaan yang memengaruhi pengambilan dengan peran sebagai pembimbing spiritual
keputusan. Kebanyakan perawat merasa yang mereka jalankan selama ini. Hasil
bahwa diskusi tentang perawatan akhir penelitian ini menjadi salah satu dasar
hidup menjadi terlambat dan ini mungkin dibutuhkan SOP untuk bimbingan spiritual
salah satu satu alasan bahwa perawat merasa pada pasien menjelang akhir hidup yang
perlu untuk memulai diskusi dengan dokter. dirawat di ruang perawatan kritis.
Bentuk lain dari dampak dari seringnya Seluruh informan menyatakan bahwa
menghadapi kematian adalah empati. dalam perawatan pasien menjelang ajal,
Empati yang dimaksudkan oleh informan perawat berperan sebagai komunikator.
adalah dapat menerima apa yang dialami Peran sebagai komunikator menurut
oleh pasien dan tidak larut dalam kesedihan. informan dilakukan baik terhadap pasien,
Makna empati yang lain diungkapkan oleh keluarga maupun terhadap dokter. Seluruh
informan adalah perasaan sedih dan informan menyatakan bahwa mereka
kehilangan ketika pasien yang dirawat berkomunikasi dengan keluarga pasien
meninggal. Secara wajar perawat mengalami untuk menjelaskan kondisi pasien dan
kesedihan ketika pasien mereka meninggal, memberikan dukungan emosional.
hal ini didukung oleh Hudak & Gallo (2010) Penelitian Kozier, dkk. (2010)
yang menyatakan bahwa perawat yang mengungkapkan bahwa salah satu aspek
matanya berkaca-kaca saat kejadian adalah terpenting dalam menyediakan dukungan
perawat yang peka dalam membangun rasa untuk anggota keluarga dari pasien yang
empati pada pasien, bukan perawat yang menjelang ajal adalah melibatkan
kehilangan kendali. Sasaran utama untuk penggunaan komunikasi terapeutik yang
kebanyakan perawat adalah belajar untuk dapat dilakukan dalam memfasilitasi
menunjukkan rasa nyaman terhadap masalah ekspresi perasaan mereka.
dan rasa haru yang telah menjadi bagian Peran perawat yang lain adalah sebagai
integral kondisi emosional mereka. fasilitator. Menurut informan, salah satu
Pencapaian kenyamanan adalah sasaran bentuk peran sebagai fasilitator adalah
utama keperawatan bagi pasien sekarat. perawat memberikan waktu kunjungan yang
Salah satu peran perawat menurut Potter lebih lama bagi keluarga pasien menjelang
dan Perry (2010) adalah peran pemberi ajal sehingga pasien dan keluarganya
perawatan dimana perawat memfokuskan memiliki lebih banyak kebersamaan.
Volume 2 Nomor 1 April 2014 39
Meilita Enggune: Persepsi Perawat Neurosurgical Critical Care Unit (NCCU)

Ruangan NCCU menetapkan waktu untuk penyediaan perawatan akhir hidup


kunjungan keluarga pada jam-jam tertentu yang optimal di ICU.
sehingga keluarga tidak bisa setiap saat Aslakson, dkk. (2012) dalam
berada disamping pasien namun perawat penelitiannya menyatakan bahwa persepsi
dapat memfasilitasi untuk kebersamaan perawat bedah ICU tentang hambatan dalam
keluarga dan pasien menjelang ajal. memberikan perawatan akhir hidup yang
Didukung oleh penelitian yang dilakukan optimal adalah ketrampilan dan pelatihan
oleh Calvin, Lindy, dan Clingon (2009), yang kurang memadai, hal ini sesuai dengan
yang menyatakan bahwa perawat berusaha pendapat Ferell, dkk. (2010) yang
menghadirkan keluarga untuk menyatakan bahwa perawat tidak dapat
mempersiapkan keluarga menerima mempraktikkan apa yang mereka tidak
kematian pasien karena sulit bagi keluarga ketahui, sehingga dibutuhkan peningkatan
untuk menerima kondisi pasien. Penelitian pengetahuan perawat melalui kegiatan
lain menyebutkan bahwa menyedihkan seminar atau pelatihan, misalnya pelatihan
apabila membiarkan pasien meninggal tentang pengelolaan nyeri. Beberapa
dalam keadaan tanpa didampingi oleh informan menyatakan kesulitan
keluarga. Peran perawat apabila pasien tidak mengidentiifikasi nyeri pada pasien kritis.
mempunyai keluarga adalah perawat harus Persepsi sebagian besar informan adalah
berperan untuk mendampingi pasien (Fridh, diperlukan ruangan khusus untuk pasien
Forsberg, & Bergbom, 2009). yang menjelang ajal. Didukung oleh hasil
Perawat juga berperan dalam penelitian Fridh, dkk. (2009), yang
memberikan dukungan kepada keluarga menyebutkan bahwa lingkungan fisik dari
pasien yang menjelang ajal. Sejalan dengan ruang perawatan intensif memiliki dampak
penelitian Wright, Bourbonnais, Brajtman, yang besar pada kemampuan perawat untuk
Gagnon (2011), menggambarkan bahwa menyediakan perawatan akhir hidup yang
kepuasan yang didapatkan perawat bermartabat bagi pasien sekarat dan
perawatan kritis pada saat merawat pasien keluarga mereka. Hambatan terbesar adalah
dan keluarga dalam perawatan akhir hidup kurangnya kamar pribadi, yang berarti
adalah dengan hadir mendampingi keluarga bahwa perawat harus berupaya untuk
dan memberikan dukungan melewati fase menjaga privasi keluarga. Merawat pasien
tersebut. Hal-hal yang perlu diperbaiki yang meninggal di kamar dengan banyak
dalam perawatan menjelang ajal berdasarkan tempat tidur, menyebabkan frustasi karena
analisis data didapatkan empat subtema, perawat harus fokus pada keluarga pasien
yaitu diperlukan pelatihan perawatan paliatif sekarat disamping kesejahteraan sesama
pada pasien kritis, diperlukan ruangan pasien dan keluarga yang lain. Kamar
khusus pasien menjelang ajal, diperlukan dengan banyak tempat tidur membatasi
pembimbing rohani khusus, dan diperlukan jumlah anggota keluarga yang dapat
SOP perawatan pasien menjelang ajal. mendampingi pasien di samping tempat
Penelitian Mc Ilfatrick, Mawhinney, dan tidur dan mengurangi kesempatan mereka
Gilmour (2010) mengatakan pendidikan dan untuk memberikan ekspresi penuh
pelatihan sangat penting untuk kesedihan. Ketika satu ruangan tersedia bagi
meningkatkan kualitas paliatif dan pasien menjelang ajal, hal tersebut dapat
perawatan akhirhidup bagi pasien. memungkinkan beberapa kerabat untuk
Pengembangan perawat profesional duduk dengan pasien sehingga dapat
perawatan paliatif memiliki potensi untuk menciptakan lingkungan yang lebih tenang
mengatasi beberapa tantangan yang ada dan damai. Oleh karena itu, kurangnya
dalam pemberian perawatan paliatif dan kamar pribadi dapat menyebabkan anggota
membantu menjembatani kesenjangan keluarga sering diminta untuk menunggu di
antara spesialis juga generalis penyedia koridor. Perawat yang bekerja di ruang
perawatan paliatif, hal ini sangat penting perawatan intensif tanpa kamar yang
untuk memberikan perubahan yang nyata dirancang khusus untuk perpisahan,
dan berkelanjutan dalam praktek. Sejalan mengalami stres saat pasien telah meninggal
dengan penelitian yang dilakukan oleh karena mereka tahu bahwa pasien lain
Friedenberg, Levy, Ross, dan Evans (2011), menunggu untuk dirawat di ruang tersebut.
yang menyatakan bahwa perlunya pelatihan

40 Volume 2 Nomor 1 April 2014


Meilita Enggune: Persepsi Perawat Neurosurgical Critical Care Unit (NCCU)

Simpulan Friedenberg, A.S., Levy, M.M., Ross, S., &


Evans, L.E. (2011). Barriers to end-of-life
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa care in the Intensive Care Unit: Perceptions
perawat perlu memberikan perawatan yang vary by level of training, discipline, and
membantu pasien meninggal dengan tenang, institution. Journal of Palliative Medicine,
memberikan dukungan untuk keluarga, dan 15(4).
perawat lebih difokuskan untuk memenuhi
kebutuhan spiritual pada pasien, sehingga Fridh, I., Forsberg, A., & Bergbom, I.
diperlukan pengetahuan yang baik tentang (2009). Doing one’s utmost: Nurses’
perawatan pasien menjelang ajal termasuk descriptions of caring for dying patients in
pengetahuan tentang bimbingan spiritual. an Intensive Care Environment. Intensive
Hasil penelitian ini dapat dijadikan and Critical Care Nursing; 25, 233–241.
sebagai data awal untuk penelitian tentang
perawatan paliatif khususnya perawatan Gelinas C., Fillion L., Robitaille M. A., &
menjelang akhir hidup, misalnya kebutuhan Truchon M. (2012). Stressors experienced
perawatan paliatif di ruang intensif dari sisi by nurses providing end-of-life palliative
keluarga pasien ataupun profesi lain seperti care in the Intensive Care Unit. Can J. Nurs
dokter. Res, 44(1), 18–39.

Hudak, C., & Gallo, B. (2010).


Daftar Pustaka Keperawatan kritis pendekatan holistik
(Edisi 6. Vol. 1). Jakarta: Buku Kedokteran
Aslakson, R. A., Wyskiel, R., Thornton, I., EGC.
Copley, C., Shaffer, D., Zyra, M., &
Pronovost, P.J. (2012). Nurse perceived Kongsuwan, W., Keller, K., Touhy, T. &
barriers to effective communication Schoenhofer, S. (2010). Thai buddhist
regarding prognosis and optimal end-of-life Intensive Care Unit nurses’ perspective of a
care for surgical ICU patients: A qualitative peaceful death: An empirical study.
exploration. Journal of Palliative Medicine International Journal of Palliative Nursing.
15 (8), 910–915. 16(5).

Beckstrand, R. L., Callister L. C., & Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder,
Kirchhoff K. T. (2006). Providing a “good S. (2010). Buku ajar fundamental
death”: Critical care nurses’ suggestions for keperawatan. Dalam E.Wahyuningsih, D.
improving end of life care. American Yulianti,
Journal of Critical Care, 15(1), 38–45. Y.Yuningsih & A Lusyana (Eds.), Buku
ajar fundamental keperawatan : Konsep,
Calvin, A.O., Kite-Powell, D.M., & Hickey, proses dan praktik (Vol. 2). New Jersey:
J.V. (2007). The neuroscience ICU nurse’s EGC.
perceptions about end-of-life care. Jurnal of
Neuroscience Nursing; 39 (3). Latour J. M., Fulbrook, P., & Albarran, J.
W. (2009). EfCCNa survey: European
Calvin, A.O., Lindy, C.M., & Clingon, S.L. intensive care nurses’ attitudes and beliefs
(2009). The cardiovascular intensive care towards end-of-life care. Nursing in Critical
unit nurse’s experience with end-of-life Care , 14 (3), 110–121.
care: A qualitative descriptive study.
Intensive and Critical Care Nursing, 25, Li, S., & Ng, J. (2008). End-of-care: Nurses’
214–220. experiences in caring for dying patients with
profound learning disabilities a descriptive
Ferrell, B.R., Virani R., Paice, J.A., Malloy, case study. Palliative Medicine, 22, 949–
P., & Dahlin, C. (2010). Statewide efforts to 955.
improve palliative care. Critical Care
Nurse, 30 (6). Diakses dari McIlfatrick, S., Mawhinney, A., & Gilmour,
http://www.ccnonline. org. F. (2010). Assessing the educational needs
of palliative care link nurses. International
Journal of Palliative Nursing, 16(11).

Volume 2 Nomor 1 April 2014 41


Meilita Enggune: Persepsi Perawat Neurosurgical Critical Care Unit (NCCU)

Milligan, S. (2011). Addressing the Spiritual


Care Needs of People Near the End Of Life.
Nursing Standard / RCN Publishing 26 (4),
47–56.

Potter, P. A., & Perry, A. G. (2010).


Fundamental Keperawatan (Edisi ketujuh).
Penerbit: Salemba Medika.

Schell, H.M. & Puntillo, K.A. (2006).


Critical care nursing secrets (2nd ed.). St.
Louis, Missouri: Mosby Elsevier.

World Health Organization (WHO). (2000).


Definition of palliative care. Diakses dari
http://
www.who.int/cancer/palliative/definition/en.

Wright, B.V., Bourbonnais, F.F., Brajtman,


S., & Gagnon, P. (2011). Caring for patients
and families at end of life: The experiences
of nurses during withdrawal of life-
sustaining treatment. Dynamics, 22 (4), 31–
35.

42 Volume 2 Nomor 1 April 2014

Anda mungkin juga menyukai