Anda di halaman 1dari 42

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK VSD

Dosen Pengampu : Isna Ovari, S.Kp,. M.Kep


Mata Kuliah : Keperawatan Anak II
Oleh : Julia nesti (19010005)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PEKANBARU MEDICAL CENTER
T.A 2021

KATA PENGANTAR

Puji syukur selalu kita panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah kami yang berjudul “Penyelidikan dan Penanggulangan Penyakit
Malaria” dengan lancar dan baik.
Adapun isi laporan makalah ini adalah penyelidikan epidemiologi penyakit
malaria dan penanggulangan penyakit malaria. Kami berharap mudah-mudahan
makalah ini dapat menambah wawasan serta pengetahuan mengenai epidemiologi
kesehatan.
Makalah ini terwujud atas bimbingan, pengarahan, dan bantuan dari berbagai
pihak yang pada kesempatan kali ini tidak dapat kami sebutkan satu persatu
HALAMAN JUDUL.

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

1. Definisi vsd
2. Klasifikasi vsd
3. Etiologi vsd
4. Patofisiologi vsd
5. Manafistasi klinis
6. Askep vsd

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang


Tubuh manusia terdiri dari berbagai system, diantaranya adalah system
kardiovaskuler. System ini menjalankan fungsinya melalui organ jantung
danpembuluh darah. Dimana organ yang memiliki peranan penting dalam hal ini
adalah jantung yang juga merupakan organ besar dalam tubuh. Fungsi utama
jantung adalah untuk memompakan darah ke seluruh tubuh dengan cara
mengembang dan menguncup yang disebabkan oleh karena adanya rangsangan
yang berasal dari susunan saraf otonom. Seperti pada organ-organ yang lain,
jantung juga dapat mengalami kelainan ataupun disfungsi. Sehingga muncullah
penyakit jantung yang dapat dibedakan dalam dua kelompok, yaitu penyakit
jantung didapat dan penyakit jantung bawaan. Penyakit jantung bawaan adalah
kelainan struktural jantung yang kemungkinan terjadi sejak dalam kandungan dan
beberapa waktu setelah bayi dilahirkan. Salah satu jenis penyakit jantung yang
tergolong penyakit jantung bawaan adalah Ventricular Septal Defect (VSD).
VSD adalah kelainan jantung bawaan dimana terdapat lubang
(defek/inkontinuitas) pada septum ventrikel yang terjadi karena kegagalan fusi
septum interventrikel pada masa janin. VSD merupakan kelainan jantung
congenital tersering dengan prevalensi 20-25 % dari seluruh prevalensi jantung
kongenital. Septum ventrikel terbagi menjadi 2 bagian,yaitu pars membranacea
(bagian membran) dan pars muscularis (bagian otot). Sedangkan septum
muscularis dibagi menjadi 3 bagian, yaitu inlet, trabecular, dan outlet
(infundibulum). VSD yang terletak di pars membrane sering kali meluas ke
bagian muscular sehingga sebagian besar ahli menyebut VSD ini dengan istilah
VSD perimembranous (PM). VSD PM merupakan jenis tersering (70%),
selanjutnya trabecular (5-20%), infundibular, dan inlet.
Faktor prenatal yang mungkin berhubungan dengan VSD adalah Rubella
atau infeksi virus lainnya pada ibu hamil, gizi ibu hamil yang buruk, ibu yang
alkoholik, usia ibu diatas 40 tahun, dan ibu penderita diabetes. Pencegahan VSD
dapat dilakukan pada awal masa kehamilan terutama tiga bulan pertama dimana
terjadi pembentukan organ tubuh antara lain jantung, sebaiknya ibu tidak
mengkonsumsi jamu berbahaya dan obat obat yang dijual bebas di pasaran,
menghindari minuman beralkohol, dan memperbanyak asupan makanan bergisi
terutama yang mengandung protein dan zat besi juga asam folat tinggi.
Pencegahan infeksi pada masa hamil dapat dilakukan dengan melakukan
imunisasi MMR untuk mencegah penyakit morbili (campak) dan rubella selama
hamil yang merupakan faktor risiko terjadinya VSD.
Penyakit kelainan jantung bawaan dapat di diagnosa sejak masa kehamilan
yakni memasuki usia kehamilan 16 hingga 20 minggu dengan pemeriksaan USG
kandungan. Semakin dini diagnose dapat di ketahui maka harapan untuk proses
penyembuhan akan semakin besar. Oleh karena itu sebagai perawat harus
berusaha memberikan nasehat terutama pada ibu yang sedang hamil untuk dapat
menghindari hal - hal yang dapat menimbulkan penyakit VSD, sehingga turut
membantu menurunkan prevalensi kejadian VSD di Indonesia pada khususnya,
dan juga perawat harus menerapkan asuhan keperawatan secara tepat kepada
pasien dengan VSD.

B.     Rumusan Masalah


1.      Apakah konsep dari asuhan keperawatan pada penderita ventrikel septum defect
pada anak?

C.    Tujuan
1.      Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana apa saja faktor penyebab dari penyakit jantung
bawaan serta tanda dan gejala yang dapat terlihat sehingga dapat segera dapat
penanganan yang cepat.
2.      Tujuan Khusus
Untuk menambah wawasan baik secara teori maupun penatalaksanaan tenaga
medis terutama perawat agar lebih profesional dalam menangani masalah penyakit
ventrikel septum defect pada bayi baru lahir.
BAB II
PEMBAHASAN
A.      DEFINISI VSD
Vertikel septal defek adalah kelainan jantung bawaan berupa lubang pada
septum interventrikuler, lubang tersebut hanya satu atau lebih yang terjadi akibat
kegagalan fungsi septum interventrikuler sesama janin dalam kandungan.
Sehingga darah bisa menggalir dari ventrikel kiri ke kanan ataupun sebaliknya
(Nanda NIC-NOC, 2015).
VSD adalah kelainan jantung bawaan berupa tidak sempurnanya penutupan
dinding pemisah antar ventrikel. Kelainan ini paling sering ditemukan pada anak-
anak dan bayi dan dapat terjadi secara congenital dan traumatic (I wadyan
Sudarta, 2013: 32).
Defek Septum Ventrikel (DSV) adalah lesi kongenital pada jantung berupa
lubang pada septum yang memisahkan ventrikel sehingga terdapat hubungan
antara antar rongga ventrikel (Ramaswamy,et al. 2009).

B.     KLASIFIKASI VSD


Klasifikasi DSV dibagi berdasarkan letak defek yang terjadi, yaitu :
1. Perimembranase , merupakan lesi yang terletak tepat dibawah katup aorta.
Defek Septum Ventrikel tipe ini terjadi sekitar 80% dari seluruh kasus DSV
(Rao,2005).
2. Muskular , merupakan jenis DSV dengan lesi yang terletak di otot-otot septum
dan terjadi sekitar 5-20% dari seluruh angka kejadian DSV (Ramaswamy,et
al.2009).
3. Suprakistal ,jenis lesi DSV ini terletak dibawah katub pulmonalis dan
berhubungan dengan jalur jalan keluar ventrikel kanan. Presentasi kejadian
jenis DSV ini sekitar 5-7% di negara-negara barat dan 25% di kawasan timur
(Rao,2005).
4. Arterioventrikuler, kekurangan komponen endikardial dari septum
interventrikuler.
Klasifikasi DSV berdasarkan ukurannya :
1. VSD kecil
a. Biasanya asimtomatik
b. Defek kecil 1-5 mm
c. Tidak ada gangguan tumbuh kembang
d. Bunyi jantung normal,terkadang ditemukan suara bising di peristaltik yang
menjalar ke bseluruh tubuh perikardium dan berakhir pada waktu distolik
karna terjadi penutupan VSD.
e. Tidak diperlukan kateterisasi
f. Menutup secara spontan pada umur 3 tahun.
2. VSD sedang
a. Sering terjadi symtom pada bayi
b. Sesak nafas
c. Defek 5-10 mm BB sukar naik sehingga tumbuh kembang terganggu
d. Mudah menderita infeksi
e. Takipneu
f. Retraksi bentuk dada normal
3. VSD besar
a. Sering timbul pada masa neunatus
b. Dipsneu meningkat setelah terjadi peningkatan pirau kiri ke kanan dalam
minggu pertama setelah lahir
c. Pada minggu ke 2 dan 3 simtom mulai timbul
d. Sesak nafas saat tidur, kadang tampak sianosis karena kekurangan oksigen
e. Gangguan tumbuh kembang
C.    ETOLOGI VSD
Sebelum bayi lahir, ventrikel kanan dan kiri belum terpisah, seiring
perkembangan fetus, sebuah dinding/sekat pemisah antara kedua ventrikel
tersebut normalnya terbentuk. Akan tetapi, jika sekat itu tidak terbentuk sempurna
maka timbullah suatu keadaan penyakit jantung bawaan yang disebut defek
septum ventrikel. Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat
diketahui secara pasti (idopatik), tetapi ada beberapa faktor yang diduga
mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian penyakit jantung bawaan
(PJB) yaitu :
1. Faktor prenatal (faktor eksogen):
a. Ibu menderita penyakit infeksi : Rubela
b. Ibu alkoholisme
c. Umur ibu lebih dari 40 tahun
d. Ibu menderita penyakit DM yang memerlukan insulin
e. Ibu meminum obat-obatan penenang
2. Faktor genetik (faktor endogen)
a. Anak yang lahir sebelumnya menderita PJB
b. Ayah/ibu menderita PJB
c. Kelainan kromosom misalnya sindrom down
d. Lahir dengan kelainan bawaan yang lain
e. Kembar identik
(Prema R, 2013)
Perbandingan antara kondisi jantung normal dengan VSD seperti pada gambar di
bawah ini.

Kelainan ini merupakan kelainan terbanyak, yaitu sekitar 30% dari seluruh
kelainan jantung (Kapita Selekta Kedokteran, 2000). Dinding pemisah antara
kedua ventrikel tidak tertutup sempurna. Kelainan ini umumnya congenital, tetapi
dapat pula terjadi karena trauma. Kelainan VSD ini sering bersama-sama dengan
kelainan lain misalnya trunkus arteriosus, Tetralogi Fallot. Kelainan ini lebih
banyak dijumpai pada usia anak-anak, namun pada orang dewasa yang jarang
terjadi merupakan komplikasi serius dari berbagai serangan jantung (Prema R,
2013; AHA, 2014).

D.      PATOFISIOLOGI VSD


Ventricular Septal Defect (VSD) terjadi akibat adanya kebocoran di
septum interventrikular. Kebocoran ini terjadi karena kelambatan dari
pertumbuhannya. Biasanya terjadi di pars muskularis atau di pars membranasea
dari septum. Defek tersebut dapat terletak dimanapun pada septum ventrikel,
dapat tunggal atau banyak dengan bentuk dan ukuran yang bervariasi. Kebocoran
di pars muskularis biasanya kecil. Kebocoran ditempat lainnya mempunyai
ukuran bermacam-macam.
Pada defek yang berukuran tidak lebih dari 1 cm, terdapat perbedaan
tekanan antara ventrikel kanan dan kiri. Tekanan ventrikel kiri yang lebih besar
menyebabkan arus kebocoran berlangsung dari kiri ke kanan (L to R Shunt).
Volume darah dari ventrikel kiri ini setelah melalui defek lalu masuk ke dalam
arteri pulmonalis bersama-sama darah yang berasal dari ventrikel kanan. Biasanya
pada defek yang kecil ini tidak terjadi kebocoran, dengan demikian ventrikel
kanan tidak mengalami beban volume dan tidak menjadi dilatasi. Jumlah darah
yang mengalir melalui arteri pulmonalis akan bertambah, demikian pula vena-
vena pulmonalis isinya akan bertambah dan mengalirkan darah ke atrium kiri.
Kelebihan darah ini menyebabkan dilatasi dari atrium kiri. Ventrikel kiri,
disamping volume darahnya yang bertambah, juga harus bekerja keras sehingga
terjadi hipertrofi. Dengan kata lain arteri pulmonalis, atrium kiri, dan ventrikel kiri
yang mengalami kelainan pada saat ini, sehingga jantung kiri yang membesar.
Bila defek itu makin besar, maka volume darah yang mengalir ke ventrikel kanan
juga bertambah. Dengan bertambahnya volume darah ini, maka ventrikel kanan
manjadi dilatasi, dan arteri pulmonalis juga bertambah lebar. Selama sirkulasi ini
berjalan lancar, tidak ada peningkatan tekanan di dalam arteri pulmonalis.
Selanjutnya seperti pada kelainan ASD, lambat laun pada penderita ini pun
akan terjadi perubahan-perubahan pada pembuluh darah paru-paru, yaitu
penyempitan dari lumen arteri-arteri di perifer. Hipertensi pulmonal lebih cepat
terjadi pada VSD. Dengan adanya hipertensi pulmonal ini, ventrikel kanan
menjadi besar karena darah yang mengalir ke dalam arteri paru-paru mengalami
kesulitan. Dengan adanya resistensi yang besar pada arteri-arteri pulmonalis,
maka atrium kiri yang semula dilatasi kini berkurang isinya dan kembali normal.
Pada saat ini yang berperan dalam kelainan ini adalah ventrikel kanan, arteri
pulmonalis dengan cabang-cabangnya yang melebar terutama bagian sentral. Jadi
sekarang yang membesar terutama adalah jantung kanan. Keadaan ini mirip
dengan kelainan ASD dengan Hipertensi pulmonal.
Defek pada septum yang besar menyebabkan keseimbangan antara
tekanan pada kedua ventrikel. Ada kalanya defek itu sangat besar sehingga kedua
ventrikel itu menjadi satu ruangan (Single Ventricle). Arah kebocoran pada
keadaan ini tergantung pada keadaan dari arteri pulmonalis dan aorta. Bila
tekanan di dalam arteri pulmonalis tinggi karena adanya kelainan pada pembuluh
darah paru maka darah dari ventrikel kanan akan mengalir ke dalam ventrikel kiri.
Bila di dalam aorta terdapat tekanan yang tinggi, kebocoran berlangsung dari
ventrikel kiri ke ventrikel kanan (L to R Shunt).
Darah arterial dari atrium kiri masuk ke atrium kanan. Aliran tidak deras
karena perbedaan tekanan atrium kiri dan kanan tidak besar (tekanan atrium kiri
lebih besar dari tekanan atrium kanan. Beban pada atrium kanan, atrium
pulmonalis kapiler paru, dan atrium kiri meningkat, sehingga tekanannya
meningkat. Tahanan katup pulmonal naik, timbul bising sistolik karena stenosis
relatif katup pulmonal. Juga terjadi stenosis relatif katup trikuspidal, sehingga
terdengar bising diastolik. Penambahan beban atrium pulmonal bertambah,
sehingga tahanan katup pulmonal meningkat dan terjadi kenaikan tekanan
ventrikel kanan yang permanen. Kejadian ini berjalan lambat
E. MANIFESTASI KLINIS VSD
a. Takipneu
b. Dispneu meningkat setelah terjadi peningkatan pirau kiri ke kanan dalam
minggu pertama setelah lahir
c. Adanya sianosis dan clubbing finger
d. Bayi tampak sesak nafas pada saat istirahat, kadang tampak sianosis
karena kekurangan oksigen akibat gangguan pernafasan
e. Bayi mudah lelah saat menyusu, sehingga ketika mulai menyusu bayi
tertidur karena kelelahan.
f. Muntah saat menyusu
g. BB sukar naik sehingga tumbuh kembang terganggu
h. Gangguan tumbuh kembang
i. EKG terdapat peningkatan aktivitas ventrikel kanan dan kiri
j. Radiology: pembesaran jantung nyata dengan conus pulmonalis yang
tampak menonjol pembuluh darah hilus membesar dan peningkatan
vaskularisasi paru perifer
(PDPDI, 2009; Webb GD et al, 2011; Prema R, 2013)
F.     PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK VSD
1. Auskultasi jantung mur-mur pansistolik keras dan kasar, umumnya paling
jelas terdengar pada tepi kiri bawah sternum
2. Pantau tekanan darah
3. Foto rontgen toraks hipertrofi ventrikel kiri
4. Elektrochardiografi
5. Echocardiogram hipertrofi ventrikel kiri
6. MRI
G.      KOMPLIKASI VSD
Ada beberapa komplikasi bronchitis yang dapat dijumpai pada pasien, antara
lain :
a. Gagal jantung
b. Endokarditis
c. Insufisiensi aorta
d. Stenosis pulmonal
e. Hipertensi pulmonal (penyakit pembuluh darah paru yang progresif)
H.   PENATALAKSANAAN VSD
1. Non Farmakologis
a. Pembedahan :
1) Menutup defek dengan dijahit melalui cardio pulmonary bypass
2) Pembedahan pulmonal arteri nunding (pad) atau penutupan defek
untuk mengurangi aliran ke paru.
b. Non pembedahan : menutup defek dengan alat melalui kateterisasi jantung
2. Farmakologi
Pemberian vasopresor atau vasodilator :
a. Dopamin (intropin)
Memiliki efek inotropik positi pada miocard, menyebabkan peningkatan
curah jantung dan peningkatan tekanan sistolik serta tekanan nadi, sedikit
sekali atau tidak ada efeknya pada tekanan distolik, digunakan untuk
gangguan hemodinamika yang disebabkan bedah jantung terbuka (dosis
diatur untuk mempertahankan tekanan darah dan perfusi ginjal)
b. Isopreterenol (isuprel)
Memiliki efek inotropik positif pada miocard, meyebabkan peningkatan
curah jantung : menurunan tekanan distolik dan tekanan rata – rata sambil
meningkatkan tekanan sistolik.
 
J.      ASUHAN KEPERAWATAN VSD
1) Pengkajian Umum
a. Keluhan Utama
Keluhan orang tua pada waktu membawa bayinya ke dokter tergantung
dari jenis  defek yang terjadi baik pada ventrikel maupun atrium, tapi
biasanya terjadi sesak, pembengkakan pada tungkai dan berkeringat
banyak.
b. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
Bayi mengalami sesak nafas berkeringat banyak dan pembengkakan
pada tungkai tapi biasanya tergantung pada derajat dari defek yang
terjadi.
2. Riwayat kesehatan lalu
a. Prenatal History
Diperkirakan adanya keabnormalan pada kehamilan ibu (infeksi
virus Rubella), mungkin ada riwayat pengguanaan alkohol dan
obat-obatan serta penyakit DM pada ibu.
b. Intra natal
Riwayat kehamilan biasanya normal dan diinduksi.
c. Riwayat Neonatus
 Gangguan respirasi biasanya sesak, takipnea
 Bayi rewel dan kesakitan
 Tumbuh kembang anak terhambat
 Terdapat edema pada tungkai dan hepatomegaly
 Sosial ekonomi keluarga yang rendah.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Adanya keluarga apakah itu satu atau dua orang yang mengalami
kelainan defek jantung
b. Penyakit keturunan atau diwariskan
c. Penyakit congenital atau bawaan
c. Sistem yang dikaji :
 Pola Aktivitas dan latihan
 Keletihan/kelelahan
 Dispnea
 Perubahan tanda vital
 Perubahan status mental
 Takipnea
 Kehilangan tonus otot
 Pola persepsi dan pemeriksaan kesehatan
 Riwayat hipertensi
 Endokarditis
 Penyakit katup jantung.    
 Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress
 Ansietas, khawatir, takut
 Stress yang b/d penyakit
 Pola nutrisi dan metabolik
 Anoreksia
 Pembengkakan ekstremitas bawah/edema
 Pola persepsi dan konsep diri
 Kelemahan
 pening
 Pola peran dan hubungan dengan sesama
 Penurunan peran dalam aktivitas sosial dan keluarga
2) Pengkajian Fisik
Dalam diagnosa keperawatan, perlu dilakukan pengkajian data dari hasil :
1. Anamnese
Hal-hal yang perlu diungkapkan dalam melakukan anamnesa adalah :
1) Riwayat perkawinan
Pengkajian apakah bayi ini diinginkan atau tidak, karena apabila bayi
tersebut tidak diinginkan kemungkinan selama hamil ibu telah
menggunakan obat-obat yang bertujuan untuk menggugurkan
kandungannya
2) Riwayat kehamilan
Apakah selama hamil ibu pernah menderita penyakit yang dapat
mempengaruhi proses pertumbuhan janin, seperti hipertensi, diabetus
melitus atau penyakit virus seperti rubella khususnya bila terserang
pada kehamilan trisemester pertama.
3)  Riwayat keperawatan
Respon fisiologis terhadap defek ( sianosisi, aktivitas terbatas )
4) Kaji adanya tanda-tanda gagal jantung: nafas cepat, sesak nafas,
retraksi, bunyi jantung tambahan ( mur-mur ), edema tungkai dan
hepatomegali
5) Kaji adanya tanda-tanda hipoxia kronis : clubbing finger
6) Kaji pola makan, pola pertambahan berat badan
7) Apakah diantara keluarga ada yang menderita penyakit yang sama
8) Apakah ibu atau ayah perokok (terutama selama hamil)
9) Apakah ibu atau ayah pernah menderita penyakit kelamin (seperti
sipilis)
10) Sebelum hamil apakah ibu mengikuti KB dan bentuk KB yang pernah
digunakan
11) Obat-obat apa saja yang pernah dimakan ibu selama hamil
12) Untuk anak sendiri apakah pernah menderita penyakit demam
reumatik
13) Apakah ada kesulitan dalam pemberian makan atau minum khususnya
pada bayi
14) Obat-obat apa saja yang pernah dimakan bayi
2. Inspeksi :
a. Gambarkan gerakan bayi.
b. Gambarkan sikap posisi bayi.
c. Gambarkan adanya perubahan lingkar kepala.
d. Gambarkan respon pupil pada bayi yang usia kehamilannya lebih dari
32 minggu.
3. Palpasi :
Ada nyeri atau tidak saat ditekan pada daerah dada, ekstermitas atas
ataupun bawah. Ada suara krepetasi atau tidak pada persendian.
4. Perkusi :
Normalnya pekak atau sonor.

3) Diagnosa Keperawatan

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan pembesaran atrium.
2. Ketidakefektifan Pola nafas berhubungan dengan peningkatan kerja jantung, hipertensi
pulmonal
3. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan suplay O2 ke jar. perifer
4. Intoleransi aktifitas berhubungan gengan kelemahan otot dan kelelahan

4) Intervensi

Diagnosa Tujuan dan Kriteria


No Intervensi Rasional
Keperawatan Hasil
1. Penurunan curah Setelah dilakukan 1. Observasi kualitas 1. Mengetahui kekuatan
jantung tindakan keperawatan
dan kekuatan denyut otot jantung pasien.
berhubungan selama 2 x 24 jam
dengan diharapkan adanya jantung , nadi perifer, 2. untuk mengetahui
pembesaran tanda-tanda
warna dan kekuatan nadi perifer,
atrium membaiknya curah
jantung dengan kehangatan kulit 3. Mengetahui
kriteria hasil : curah
dalam batas normal. indikator penilaian
jantung adekuat yang
dibuktikan oleh Nadi : 80 - 100 terhadap adanya gagal
TD/nadi dalam
x/menit, dapat jantung dan untuk
rentang normal dan
nadi teraba sama. dilakukan collapsing menentukan intervensi
pluss untuk selanjutnya.
mengetahui kekuatan 4. Mencegah terjadinya
hipoksia.
otot jantung, dan
didapati warna
telapak tangan yang
normalnya
kemerahan dan
hangat ( suhu 36,5 –
37,5 C ).
2. Raba nadi (radial,
femoral, dorsalis
pedis) normalnya
teraba. catat
frekuensi,
keteraturan, dan
amplitudo dan
simetris.
2. Tegakkan derajad
sianosis ( sirkumoral,
membran mukosa,
clubbing finger).
Mukosa bibir sering
berwarna biru atau
belang karena
peningkatan kongesti
vena.
3. Monitor tanda-
tanda CHF ( gelisah,
takikardi, tacipnea,
sesak, periorbotal
edema, oliguri dan
hepatomegali )
4. Berikan oksigen
tambahan dengan
kanula nasal/masker
dan obat sesuai
insikasi (kolaborasi)
2.        Ketidakefektifan Setelah dilakukan 1. Monitor pola dan 1. Memonitor keadaan
Pola nafas
tindakan keperawatan irama pernafasan. pernapasan dan
berhubungan
dengan selama 3 x 24 jam pola nafas : brdypnea, keadekuatan pernapasan
peningkatan kerja
pasien menunjukkan tachypnea, pasien.
jantung,
hipertensi keefektifan pola nafas, hiperventilasi,
pulmonal
dengan kriteria hasil : respirasi kussmaul, 2. Untuk
1. frekuensi, irama, respirasi memaksimalkan potensial
kedalaman pernapasan cheynestokes dll. ventilasi.
dalam batas normal. Dengan rentang
2. Tidak menggunakan normal ( RR : 18 – 3. Melihat apakah ada
otot-otot pernapasan. 24/menit ) dan ritme obstruksi di salah satu
pernafasan teratur. bronkus atau adanya
Irama : takikardi, gangguan pada ventilasi.
bradikardi, disritmia
atrial, disritmia
ventrikel,blok jantung
2. Memposisikan
pasien semi fowler.
3. Catat pergerakan
dada, simetris atau
tidak, menggunakan
otot bantu
pernafasan. Dengan
batasan normal
( bentuk dada :
simetris, tidak
menggunakan otot-
otot pernapasan).

3.        Ketidakefektifan Setelah dilakukan 1.      kaji pucat, sianosis, 1.      kaji pucat, sianosis dan
perfusi jaringan
tindakan keperawatan clubbing finger, dan clubbing finger serta
perifer
berhubungan selama 2 x 24 jam catat kekuatan nadi kekuatan nadi perifer
dengan
didapatkan kriteria perifer untuk mengetahui lancar
penurunan suplay
O2 ke jar. perifer hasil : 2.      kaji keadaan kulit tidaknya suplay O2 ke
1.      Denyut nadi perifer (lembab/tidak,hangat/ jaringan perifer. Jika
teraba dengan kuat, pasien masih terdapat
2.      Warna kulit tidak dingin) tanda-tanda tersebut,
pucat/sianosis mendandakan supay O2
3.      Kulit terasa hangat belum maksimal
2.      kulit yang hangat
menandakan kulit
mendapat kecukupan
suplay O2

4 Intoleransi Setelah dilakukan 1. Bantu pasien 1. Aktivitas yang baik dan


aktifitas
tindakan keperawatan memilih aktivitas sesuai dengan kondisi
berhubungan
gengan selama 3 x 24 jam yang sesuai dengan dapat memperbaiki
kelemahan otot
diharapkan kondisi kondisi. toleransi terhadap latihan.
dan kelelahan
pasien stabil saat 2. Bantu pasien untuk2. Melatih kekuatan dan
aktivitas dengan melakukan irama jantung selama
kriteria hasil : aktivitas/latihan fisik aktivitas.
1. Saturasi O2 saat secara teratur 3. Mencegah timbulnya sesak
aktivitas dalam batas akibat aktivitas fisik yang
3.Anjurkan pasien untuk
normal (95-100%) terlalu berat.
membatasi aktivitas
2. Nadi saat aktivitas 4. Mengetahui sumber
yang cukup berat
dalam batas normal asupan energi pasien.
seperti berjalan jauh,
(60-100x/menit)
berlari dan
3. RR saat aktivitas
mengangkat beban .
dalam batas normal
berat.
(12-24/menit)
4. Tekanan darah
4. Monitor intake nutrisi
systole saat aktivitas
yang adekuat sebagai
dalam batas
sumber energi
normal(60-80mmHg)
5. Tidak nampak
kelelahan,pucat,lesu
dan tidak ada
penurunan nafsu
makan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tubuh manusia terdiri dari berbagai sistem, diantaranya dalah sistem
kardiovaskuler. Sistem ini menjalankan fungsinya melalui organ jantung dan
pembuluh darah. Dimana organ yang memiliki peranan penting dalam hal ini
adalah jantung. Jantung merupakan organ terbesar dalam tubuh. Jantung adalah
organberupa otot berbentuk kerucut. VSD adalah kelainan jantung berupa tidak
sempurnanya penutupan dinding pemisah anatara kedua ventrikel. Kelainan ini
umumnya congenital, tetapi dapat pula terjadi karena trauma. Kelainan ini
merupakan kelainan yang banyak terjadi yaitu sekitar 25%.
B. Saran
Sebagai tenaga profesional tindakan perawat dalam penanganan masalah
keperawatan khususnya thalassemia harus di bekali dengan pengetahuan yang luas
dan tindakan yang di lakukan harus rasional sesuai gejala penyakit.
DAFTAR PUSTAKA

AHA (2014). Ventricular septal defect (VSD).


https://www.heart.org/HEARTORG/Conditions/CongenitalHeartDefects/AboutCo
ngenitalHeartDefects/Ventricular-Septal-Defect- Diakses pada 20 September
2018.

Kapita Selekta Kedokteran (2000). Defek septum ventrikel, Bab VI Ilmu Kesehatan
Anak Ed. III Jilid 2 Editor: Arif Mansjoer, et al. Jakarta: Media Aesculapius FK
UI hal.445-447

Nasution, Akhyar H. 2008. Anestesi pada Ventrikel Septal Defek. Majalah Kedokteran
Nusantara Volume 41 􀁹 No. 2 􀁹 Juni 2008

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.

Sudoyo, Aru W, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 1 edisi IV . Jakarta:
Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI

Prema R (2013). Ventricular septal defect.


http://emedicine.medscape.com/article/892980-overview#aw2aab6b2b2 Diakses
pada Diakses pada 20 September 2018..

Prihatini, Rika Yenny. 2013. Penyakit Jantung Bawaan Pada Anak. Web RSUA

Ramaswamy, Prema. Anbumani, Patturajah. Srinivasan, Kuruchi. 2009. Ventricle


Septal Defect, General Concepts. Diunduh dari:
http://emedicine.medscape.com/article/892980-overview Ramaswamy, P.
Pflieger, Kurt. 2008. Tetralogi of Fallot with Absent Pulmonary Valve . Diunduh
dari: [Diakses April 2011]

Syaifuddin. (2009). Fisiologi Tubuh Manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan. Edisi 2.


Jakarta: Salemba Medika

Sudarta, I Wayan. 2013. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskuler. Yogyakarta: Gosyen Publishing

Webb GD, Smallhorn JF, Therrien J, Redington AN (2011). Congenital heart disease.
In: Bonow RO, Mann DL, Zipes DP, Libby P, eds. Braunwald's Heart Disease: A
Textbook of Cardiovascular Medicine. 9th ed. Philadelphia, Pa: Saunders
Elsevier:chap 65.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK VSD

A. Pengkajian
1. Identitas
a. Anak
Nama = AG

Tanggal Lahir = 1 Juni 2017 (1 tahun)

Jenis Kelamin = Laki-laki

b. Orang tua Ayah Ibu


Nama KY KR

Umur 35 tahun 30 tahun

Pendidikan SMP SMP

Pekerjaan Sopir IRT

Agama Hindu Hindu

Alamat Jl. Raya Sesetan Jl. Raya Sesetan

70 Dps 70 Dps

2. Keadaan anak dalam kandungan


TABEL 1

KEDUDUKAN PASIEN AG

DALAM KELUARGA

Jenis
Keadaan sekarang Keterangan
No Nama Kelamin Umur
L P Sehat Sakit Mati
1 LD  6 th  Anak
kandung
2 AG  1 th  Anak
kandung
3. Alasan dirawat
a. Keluhan utama
1) Saat MRS (tanggal 13 Juni 2018, pukul 08.00 Wita)
Orang tua mengatakan anaknya mengalami sesak napas pada
pagi harinya jam 04.00 sebelum akhirnya dibawa ke rumah
sakit.

2) Saat pengkajian (tanggal 15 Juni 2018, pukul 10.00 Wita)


Ibu pasien mengatakan anaknya masih sesak dan tidak mau
makan bubur.

b. Riwayat penyakit
Orang tua pasien mengatakan anaknya dari dulu memang sering
mengalami sesak napas dan pernah diperiksakan ke Puskesmas
kemudian diberikan beberapa obat (orang tua pasien lupa nama
obatnya). Apabila sesaknya kambuh, obat itu diberikan lagi dan
sesaknya hilang. Tapi sewaktu kambuh tanggal 13 Juni 2018 lalu,
setelah diberikan obat tersebut sesak nafas anaknya tidak mau
hilang. Akhirnya orang tua memutuskan untuk membawa anaknya
ke RS. Setelah dilakukan pemeriksaan di Poli Anak, kemudian
pasien dibawa ke Ruangan untuk mendapatkan perawatan. Di
Ruangan pasien mendapatkan terapi IVFD RL sebanyak 20
tetes/menit dan mendapatkan O2. Selama di RS pasien
mendapatkan beberapa pemeriksaan untuk mendapatkan diagnosa
pasti di antaranya foto thorak dan ekokardiografi didapatkan
diagnosa bahwa pasien mengalami penyakit jantung kongenital
yaitu ventrikel defek.

Terapi tanggal 15 Juni 2018

- Pasien diinstruksikan tirah baring


- Lanoxin 1 ml
- O2
4. Status Imunisasi
Ibu mengatakan bahwa anaknya sudah mendapatkan imunisasi lengkap
sesuai umurnya di puskesmas, namun ibu sudah lupa pada umur
berapa masing-masing imunisasi diberikan, imunisasi yang telah
diberikan adalah BCG 1 kali, hepatitis B 2 kali, polio 3 kali, DPT 3
kali dan campak 1 kali.

5. Riwayat penyakit yang pernah diderita


Ibu mengatakan sebelumnya anaknya sering sakit terutama sesak nafas
dan hanya sekali dibawa ke puskesmas. Setelah itu tidak pernah lagi
diperiksakan ke puskesmas sampai akahirnya dibawa ke RS

6. Riwayat penyakit keluarga


Orang tua mengatakan bahwa anggota keluarga tidak ada yang
menderita penyakit jantung bawaan ataupun penyakit lainnya.

7. Kebutuhan bio-psiko-sosial-spiritual
a. Biologis
1) Bernafas
Ibu mengatakan sebelumnya sering mengalami sesak nafas.
Pada saat pengkajian ibu mengatakan anaknya kesulitan dalam
bernafas.

2) Makan dan minum


Makan : Ibu mengatakan bahwa sebelum sakit anaknya biasa
makan 3x sehari tapi porsinya sedikit, hanya
beberapa sendok makan, dengan menu nasi lembek
dan sedikit lauk. Saat pengkajian ibu mengatakan
anaknya tidak mau makan sama sekali.

Minum : Sebelum sakit, ibu pasien mengatakan anaknya


biasan minum ASI + air putih 4-5 gelas sehari (+
800-1000 cc). Saat pengkajian anaknya hanya
minum air putih 4-5 gelas per hari dengan
menggunakan sendok (+ 800 – 1000 cc).
3) Eliminasi
Buang Air Besar (BAB) : Ibu pasien mengatakan sebelum
sakit dan saat sakit biasa BAB 1
kali sehari dengan konsistensi feces
lembek, warna kuning dan bau khas
feces. Dan pada saat pengkajian ibu
mengatakan anaknya sudah BAB 1
kali dengan konsistensi feces
lembek, warna kuning dan bau khas
feces.

Buang Air Kecil (BAK) : Ibu mengatakan sebelum sakit biasa


BAK 6-7 kali sehari dengan warna
kuning dan bau khas urine. Saat
pengkajian ibu mengatakan
anaknya dari pagi sudah kencing 2
kali dengan volume + 100 cc tiap
kali kencing dengan warna pekat
seperti teh.

4) Gerak dan aktivitas


Ibu mengatakan sebelum sakit anaknya kurang banyak gerak
dan dalam beraktivitas tidak selincah teman-temannya karena
mudah sekali lelah. Dan pada saat pengkajian ibu pasien
mengatakan anaknya sangat lemah dan hanya bisa berbaring di
tempat tidur.

5) Istirahat tidur
Pasien mengatakan bahwa sebelum sakit anaknya biasa tidur
pukul 20.00 Wita dan bangun pagi pukul 06.00 Wita. Pada saat
sakit pasien lebih banyak tidur.

6) Pengaturan suhu tubuh


Ibu mengatakan bawah sebelumnya sakit dan pada saat sakit
anak tidak mengalami gangguan dalam pengaturan suhu tubuh.

7) Kebersihan diri dan berpakaian


Ibu mengatakan sebelum sakit biasanya anaknya mandi 2 kali
sehari, cuci rambut 1 kali seminggu, dan sikat gigi 1 kali sehari.
Saat pengkajian ibu pasien mengatakan anaknya sudah dilap
dan sudah mengganti baju.

b. Data psikologi
1) Rasa aman (orang tua)
Ibu mengatakan sangat mengkhawatirkan keadaan anaknya
karena baru pertama kali ini masuk rumah sakit. Orang tua
mengatakan belum paham tentang penyakit anaknya, baik
penyebab ataupun pengobatannya dan orang tua bertanya-tanya
tentang keadaan anaknya.

2) Rasa nyaman
Orang tua pasien mengatakan anaknya tidak pernah menangis
seperti orang kesakitan.

c. Data sosial
1) Sosial anak
Ibu mengatakan bahwa pasien adalah anak kedua dari 2
bersaudara, sebelum sakit ibu mengatakan anaknya biasa
bemain dengan tetangganya. Tapi saat sakit ibu mengatakan
pasien hanya berinteraksi dengan para pengunjung.

2) Bermain
Ibu pasien mengatakan sebelum sakit anaknya biasa bermain
dengan saudara maupun tetangganya. Tapi saat sakit pasien
hanya bisa bercanda ringan di tempat tidur.

3) Prestasi
Ibu mengatakan saat ini belum ada prestasi dari anaknya.
d. Data spiritual
Ibu pasien mengatakan seluruh keluarganya beragama Hindu dan
keluarga biasa bersembahyang setiap hari.

8. Pengetahuan orang tua tentang kesehatan


a. Pengetahuan tentang kesehatan anak
Orang tua mengatakan belum paham tentang penyakit anaknya,
baik penyebab ataupun cara pengobatan orang tua pasien bertanya-
tanya tentang keadaan anaknya.

b. Pengetahuan tentang perawatan anak


Ibu mengatakan jika anak sakit kadang-kadang dibawa ke dokter,
terkadang juga hanya diberikan obat seadanya di rumah. Ibu
mengatakan belum paham tentang perawatan penyakit anaknya.

c. Pengetahuan tentang nutrisi anak


Ibu mengatakan sampai saat ini masih memberikan ASI pada anak.
Ibu kurang tahu makanan apa yang seharusnya diberikan pada anak
usia 1 tahun.

d. Pengetahuan tentang tumbuh kembang anak


Ibu mengatakan bahwa kurang mengerti tentang masalah
pertumbuhan dan perkembangan anak. Tapi ibu tahu bahwa
pertumbuhan anaknya tidak sesuai dengan anak-anak yang seumur
dengan anaknya.

9. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
1) Kebersihan : cukup bersih
2) Keadaan kulit : turgor kulit elastis, terdapat sianosis, tidak ada
lesi, ikterik (-)
3) Kesadaran : compos mentis
b. Pemeriksaan antopometrik
1) BB sebelum sakit : 8 kg (10 kg 400 gr – 15 kg 800 gr)
BB saat pengkajian : 7 kg

2) Tinggi badan : 40 cm (47-73 cm)


3) Lingkar kepala : 42 cm (46-52 cm)
4) Lingkar dada : 40 cm (43-49 cm)
c. Gejala kardinal
1) Suhu : 36,5oC
2) Nadi : 150 x/menit
3) Respirasi : 44 x/menit
4) Tekanan darah : 80/60 mmHg
d. Keadaan fisik
1) Kepala : Nyeri tekan (-), benjolan (-), lesi (-),
kebersihan cukup
2) Mata : Bentuk simetris, reflek pupil +/+ (isokor),
pergerakan mata baik, konjungtiva pucat,
sklera ikterik (-)
3) Hidung : Sekret (-), nafas cuping hidung (+),
kebersihan cukup, nyeri (-)
4) Telinga : Bentuk simetris, serumen ada, lesi (-),
kebersihan cukup, pendengaran
5) Mulut : Mukosa bibir lembab, lidah bersih, lesi (-),
perdarahan gusi (-), sianosis (+),
pembengkakan tonsil (-)
6) Leher : Pergerakan baik, bendungan vena jugularis
(-), pembesaran kelenjar tiroid (-), lesi (-)
7) Thorak : Bentuk simetris, retraksi otot dada (+),
ronchi +/+, bunyi jantung S1 dan S2
ireguler, adanya bising pensistolik, di bagian
kiri bawah skrotum
8) Abdomen : Distensi abdomen (-), pembesaran limpa (-),
pembesaran hepar (-), turgor kulit elastis,
lesi (-), nyeri tekan (-), asites (-)
9) Ekstremitas :
Atas : Pergerakan terkoordinir, edema (-), sianosis
(+), lesi (-), ikterik (-)

Bawah : Pergerakan terkoordinir, edema (-), sianosis


(+), lesi (-), ikterik (-)
Kekuatan otot : 444 444

444 444

10) Genetalia : Kelainan dan lesi (-), kebersihan cukup


11) Anus : Kelainan dan lesi (-), kebersihan cukup
e. Pemeriksaan penunjang
1) Foto torak : Tampak adanya defek antara ventrikel
kanan dan kiri

B. Analisa Data
No. Data Subyektif Data Obyektif Kesimpulan

1 2 3 4
1 - Ibu mengatakan - TD rendah : 70/50 mmHg - Penurunan
anaknya mengalami - Nadi : 150 x/menit curah
sesak napas (takikardi) jantung
- Sianosis
- Dispnea
3 - Ibu mengatakan - Pasien hanya berbaring di - Intoleransi
anaknya sangat tempat tidur aktivitas
lemah - Pasien tampak lemah
- TD : 70/50 mmHg
- Kekuatan otot
444 444
444 444
4 - Orang tua pasien - Orang tua tampak - Kurang
mengtakan belum bertanya-tanya tentang pengetahu-
paham tentang keadaan anaknya an orang
penyakit anaknya tua

C. Perumusan Masalah
1. P : Penurunan curah jantung
E : Adanya defek struktur jantung

S : Ibu mengatakan anaknya mengalami sesak nafas. Pasien


mengalami tekanan darah rendah yaitu : 70/50 mmHg, nadi :
150 x/menit (takikardi), pasien mengalami sianosis dan dispnea
Proses terjadi :

Dikarenakan adanya defek struktur jantung yang abnormal,


tepatnya di ventrikel kiri dan kanan sehingga aliran darah yang
seharusnya dipompa di ventrikel kiri menuju ke seluruh tubuh
berbalik menuju ke ventrikel kanan sehingga pasokan darah ke
seluruh tubuh berkurang dan menyebabkan curah jantung
menurun

Akibat jika tidak ditanggulangi :

Apabila jika tidak ditanggulangi akan mengakibatkan gagal


jantung

2. P : Intoleransi aktivitas
E : Kelemahan akibat curah jantung menurun

S : Ibu mengatakan anaknya sangat lemah. Pasien hanya berbaring


di tempat tidur. Pasien tampak lemah, TD 70/50 mmHg,
kekuatan otot :

444 444

444 444

Proses terjadi :

Curah jantung menurun mengakibatkan pasokan darah ke


seluruh tubuh juga berkurang sehingga akan berakibat
terjadinya kelemahan fisik

Akibat jika tidak ditanggulangi :

Anak tidak dapat melaksanakan aktivitas.

3. P : Kurang pengetahuan orang tua


E : Informasi yang kurang
S : Orang tua pasien mengatakan belum paham tentang penyakit
anaknya. Orang tua tampak bertanya-tanya tentang keadaan
anaknya

Proses terjadi :

Informasi yang kurang tentang proses penyakit menyebabkan


kurangnya pengetahuan orang tua

Akibat jika tidak ditanggulangi :

Apabila orang tua pasien tidak mengetahui tentang proses


penyakit, orang tua akan mengalami kecemasan, dan tidak
kooperatif.

D. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan adanya defek struktur
jantung ditandai dengan ibu mengatakan anaknya mengalami sesak
nafas. Pasien mengalami tekanan darah rendah yaitu 70/50 mmHg,
nadi 150 x/menit (takikardi), pasien mengalami sianosis dan dispnea.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat curah
jantung menurun ditandai dengan ibu mengatakan anaknya sangat
lemah, pasien hanya berbaring di tempat tidur. Pasien tampak lemah

444 444
TD 70/50 mmHg. Kekuatan otot 444 444
3. Kurang pengetahuan orang tua berhubungan dengan informasi yang
kurang ditandai dengan orang tua pasien mengatakan belum paham
tentang penyakit anaknya, orang tua tampak bertanya-tanya tentang
keadaan anaknya.
E. Perencanaan
1. Prioritas Masalah
Prioritas masalah berdasarkan dengan berat ringannya masalah

a. Penurunan curah jantung


b. Intoleransi aktivitas
c. Kurang pengetahuan orang tua
2. Rencana keperawatan
Hari /
Dx
Tgl / Tujuan Intervensi Rasional
Kep
Pukul

1 2 3 4 5
Minggu, 1 Setelah diberikan 1. Monitor nadi dan 1. Untuk
15-6-18 asuhan keperawatan tekanan darah mengetahui
Pk. 2x24 jam diharapkan adanya
13.00 perbaikan curah perbaikan curah
Wita jantung dengan jantung
kriteria 2. Kaji adanya 2. Untuk
1. Tekanan darah perubahan perfusi mengetahui
nadi normal jaringan perifer apakah pasien
2. Tidak terjadi mengalami
perubahan perfusi sianosis
jaringan 3. Cegah peningkatan 3. Suhu yang
suhu meningkat
menyebabkan
kebutuhan akan
O2 juga
meningkat
4. Delegatif dalam 4. Terapi Lanoxin
pemberian terapi dapat membantu
Lanoxin memperbaiki
curah jantung

2 Selama diberikan 1. Kaji adanya 1. Dengan


asuhan keperawatan kelemahan pada mengetahui
selama 3x24 jam pasien keadaan pasien
aktivitas pasien dapat dapat dinilai
kembali dengan seberapa besar
normal dengan kemampuan
kriteria hasil : beraktivitas
1. Pasien tidak lemah pasien
2. Pasien dapat 2. Untuk
1 2 3 4 5
beraktivitas sesuai 2. Bantu pasien dalam meminimalkan
dengan usia memenuhi aktivitas pasien
3. Kekuatan otot kebutuhan sehari-
555 555 hari 3. Untuk
555 555 3. Kaji kekuatan otot mengetahui
pasien sejauh mana
kemampuan otot
pasien guna
untuk
aktivitasnya
4. Agar pasien
4. Beri motivasi dapat melakukan
keluarga, agar aktivitas secara
pasien melakukan bertahap
aktivitas sesuai
dengan
kemampuan secara
bertahap 5. Mencegah agar
5. Anjurkan keluarga pasien jangan
agar pasien sampai kelelahan
beristirahat yang
cukup
3 Setelah diberikan 1. Kaji tingkat 1. Untuk
asuhan keperawatan pengetahuan orang mengetahui
selama 30 menit tua tentang seberapa besar
orang tua akan penyakit VSD pengetahuan
mengerti tentang orang tua
proses penyakit tentang VSD
dengan kriteria hasil : 2. Jelaskan pada 2. Agar orang tua
1. Orang tua dapat orang tua tentang mengerti tentang
menjelaskan penyakit VSD, proses penyakit
tentang penyakit prognosis dan yang terjadi pada
VSD tindakan yang akan anak
2. Orang tua dapat dilakukan pada
menjelaskan penderita VSD
tentang prognosis 3. Evaluasi kembali 3. Untuk
dan tindakan pada pemahaman orang mengetahui
pasien VSD tua seberapa jauh
pemahaman
orang tua
tentang VSD
F. Implementasi

No Hari/tgl Dx Intervensi Evaluasi Parah


/jam
1 Minggu 1 1. Monitor nadi dan - TD rendah : 70/50 -
/ tekanan darah mmHg
15-6-18 - Nadi : 150 x/menit
/ 16:30 2. Kaji adanya (takikardi)
perubahan perfusi - Sianosis
jaringan perifer - Dispnea

3. Cegah peningkatan
suhu

18:00 2 1. Dorong orang tua


untuk memberikan
aktivitas yang positif
sesuai dengan usia
anak
20:00 3 1. Kaji tingkat - Keluarga tampak -
pengetahuan orang kooperatif dan
tua tentang penyakit antusias dengan
VSD penjelasan yang
diberikan perawat
2. Jelaskan pada orang
tua tentang penyakit
VSD, prognosis dan
tindakan yang akan
dilakukan pada
penderita VSD

3. Evaluasi kembali
pemahaman orang
tua
22:00 1 1. Delegatif dalam - Obat sudah masuk, -
pemberian terapi tidak ada raksi alergi
Lanoxin
No Hari/tg Dx Intervensi Evaluasi Paraf
l/jam
1 Senin / 1 1. Delegatif dalam - Obat sudah masuk,
16-6-18 pemberian terapi tidak ada raksi alergi
/ 07:00 Lanoxin
09:30 3 1. Kaji tingkat - Keluarga tampak
pengetahuan orang kooperatif dan
tua tentang penyakit antusias dengan
VSD penjelasan yang
diberikan perawat
2. Jelaskan pada orang
tua tentang penyakit
VSD, prognosis dan
tindakan yang akan
dilakukan pada
penderita VSD

3. Evaluasi kembali
pemahaman orang
tua
13:00 1 1. Monitor nadi dan - TD : 80/60 mmHg
tekanan darah - Nadi : 150 x/menit
(takikardi)
2. Kaji adanya - Sianosis
perubahan perfusi - Dispnea
jaringan perifer

3. Cegah peningkatan
suhu

15:30 11. Delegatif dalam - Obat sudah masuk,


pemberian terapi tidak ada raksi alergi
Lanoxin
22:00 1 1. Delegatif dalam - Obat sudah masuk,
pemberian terapi tidak ada raksi alergi
Lanoxin
No Hari/tg Dx Intervensi Evaluasi Paraf
l/jam
1 Selasa/ 3 1. Kaji tingkat - Keluarga tampak
17-6-18 pengetahuan orang kooperatif dan
/ 07:30 tua tentang penyakit antusias dengan
VSD penjelasan yang
diberikan perawat
2. Jelaskan pada orang
tua tentang penyakit
VSD, prognosis dan
tindakan yang akan
dilakukan pada
penderita VSD

3. Evaluasi kembali
pemahaman orang
tua
08:30 1 1. Delegatif dalam - Obat sudah masuk,
pemberian terapi tidak ada reaksi
Lanoxin alergi
11:30 1 2. Monitor nadi dan - TD : 90/70 mmHg
tekanan darah - Nadi : 130 x/menit
- Sianosis
3. Kaji adanya
perubahan perfusi
jaringan perifer

4. Cegah peningkatan
suhu

G. Evaluasi

Hari/tgl/jam Diagnose Evaluasi


Keperawatan
Selasa, 17 Juni 2018 1 S : ibu pasien mengatakan sesak
Pukul 14:30 wita nafas anaknya sudah berkurang
O: tidak tampak sianosis,
respirasi 40x/menit, TD =
100/60 mmHg, Nadi = 90
x/menit, suhu= 36,70C
A : Masalah penurunan curah
jantung teratasi
P : pertahankan kondisi pasien

Selasa, 17 Juni 2018 2 S : ibu pasien mengatakan


Pukul 14:30 wita anaknya sudah tidak lemas
O : respirasi 40x/menit, TD =
100/60 mmHg, Nadi = 90
x/menit, suhu= 36,70C
A : Masalah intoleransi aktivitas
P : Pertahankan kondisi pasien
Selasa, 17 Juni 2018 3 S : ibu pasien mengatakan sudah
Pukul 14:30 wita paham mengenai penyakit yang
diderita anaknya
O : ibu tampak mengerti tentang
penjelasan penyakit anaknya
yang sudah dijelaskan perawat
A: Masalah kurang pengetahuan
teratasi
P : Pertahankan pengetahuan
orang tua tentang penyakit
anaknya

Anda mungkin juga menyukai