Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA ANAK DENGAN VENTRICULAR SEPTAL DEFECT

Oleh
Kelompok 3 B14-A
1. Ni Nyoman Ayu Virse Sutrisni (213221194)
2. Ni Ketut Susilawati (213221204)
3. Kadek Dwi Cahyani (213221213)
4. Ni Wayan Gopi Sudharmadi (213221214)
5. I Made Suardana (213221225)
6. I Made Ngara Yasa (213221235)
7. Ni Komang Yuliani (213221237)

PROGRAM ALIH JENJANG S1 KEPERAWATAN


STIKES WIRA MEDIKA DENPASAR
2001
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tubuh rnanusia terdiri dari berbagai system, diantaranya adalah system
kardiovaskuler. System ini menjalankan fungsinya melalui organ jantung
danpembuluh darah. Dimana organ yang memiliki peranan penting dalam hal
ini adalah jantung yang juga merupakan organ besar dalam tubuh. Fungsi
utama jantung adalah untuk memompakan darah ke seluruh tubuh dengan cara
mengembang dan menguncup yang disebabkan oleh karena adanya
rangsangan yang berasal dari susunan saraf otonom. Seperti pada organ-organ
yang lain, jantung juga dapat mengalami kelainan ataupun disfungsi. Sehingga
muncullah penyakit jantung yang dapat dibedakan dalam dua kelompok, yaitu
penyakit jantung didapat dan penyakit jantung bawaan. Penyakit jantung
bawaan adalah kelainan struktural jantung yang kemungkinan terjadi sejak
dalam kandungan dan beberapa waktu setelah bayi dilahirkan. Salah satu jenis
penyakit jantung yang tergolong penyakit jantung bawaan adalah Ventricular
Septal Defect (VSD).
VSD adalah kelainan jantung bawaan dimana terdapat lubang
(defek/inkontinuitas) pada septum ventrikel yang terjadi karena kegagalan fusi
septum interventrikel pada masa janin. VSD merupakan kelainan jantung
congenital tersering dengan prevalensi 20-25 % dari seluruh prevalensi jantung
kongenital. Septum ventrikel terbagi menjadi 2 bagian,yaitu pars membranacea
(bagian membran) dan pars muscularis (bagian otot). Sedangkan septum
muscularis dibagi menjadi 3 bagian, yaitu inlet, trabecular, dan outlet
(infundibulum). VSD yang terletak di pars membrane sering kali meluas ke
bagian muscular sehingga sebagian besar ahli menyebut VSD ini dengan
istilah VSD perimembranous (PM). VSD PM merupakan jenis tersering
(70%), selanjutnya trabecular (5-20%), infundibular, dan inlet.
Faktor prenatal yang mungkin berhubungan dengan VSD adalah
Rubella atau infeksi virus lainnya pada ibu hamil, gizi ibu hamil yang buruk,
ibu yang alkoholik, usia ibu diatas 40 tahun, dan ibu penderita diabetes.
Pencegahan VSD dapat dilakukan pada awal masa kehamilan terutama tiga
bulan pertama dimana
terjadi pembentukan organ tubuh antara lain jantung, sebaiknya ibu tidak
mengkonsumsi jamu berbahaya dan obat obat yang dijual bebas di pasaran,
menghindari minuman beralkohol, dan memperbanyak asupan makanan bergisi
terutama yang mengandung protein dan zat besi juga asam folat tinggi.
Pencegahan infeksi pada masa hamil dapat dilakukan dengan melakukan
imunisasi MMR untuk mencegah penyakit morbili (campak) dan rubella
selama hamil yang merupakan faktor risiko terjadinya VSD.
Penyakit kelainan jantung bawaan dapat di diagnosa sejak masa
kehamilan yakni memasuki usia kehamilan 16 hingga 20 minggu dengan
pemeriksaan USG kandungan. Semakin dint diagnose dapat di ketahui maka
harapan untuk proses penyembuhan akan semakin besar. Oleh karena itu
sebagai perawat harus berusaha memberikan nasehat teiutama pada ibu yang
sedang hamil untuk dapat menghindari hal - hal yang dapat menimbulkan
penyakit VSD, sehingga turut membantu menurunkan prevalensi kejadian VSD
di Indonesia pada khususnya, dan juga perawat harus menerapkan asuhan
keperawatan secara tepat kepada pasien dengan VSD.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah konsep dari asuhan keperawatan pada penderita ventrikel septum defect
pada anak?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetaliui bagaimana apa saja faktor penyebab dari penyakit jantung
bawaan serta tanda dan gejala yang dapat terlihat sehingga dapat segera dapat
penanganan yang cepat.
2. Tujuan Khusus
Untuk menambah wawasan baik secara teori maupun penatalaksanaan tenaga
medis terutama perawat agar lebih profesional dalam menangani masalah
penyakit ventrikel septum defect pada bayi barn lahir.

BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI VSD
Vertikel septal defek adalah kelainan jantung bawaan berupa lubang pada
septum interventrikuler, lubang tersebut hanya satu atau lebih yang te adi akibat
kegagalan fungsi septum interventrikuler sesama janin dalam kandungan.
Sehingga darah bisa menggalir dari ventrikel kiri ke kanan ataupun sebaliknya
(Nanda NIC-NOC, 2015).
VSD adalah kelainan jantung bawaan berupa tidak sempumanya penutupan
dinding pemisah antar ventrikel. Kelainan ini paling sering ditemukan pada anak-
anak dan bayi dan dapat terjadi secara congenital dan traumatic (I wadyan
Sudarta, 2013: 32).
Defek Septum Ventrikel (DSV) adalah lesi kongenital pada jantung berupa
lubang pada septum yang memisahkan ventrikel sehingga terdapat hubungan
antara antar rongga ventrikel (Ramaswamy,et a1. 2009).

B. KLASIFIKASI VSD
Klasifikasi VSD dibagi berdasarkan letak defek yang terjadi, yaitu :
1. Perimembranase , merupakan lesi yang terletak tepat dibawah katup aorta.
Defek Septum Ventrikel tipe ini terjadi sekitar 80% dari seluruh kasus DSV
(Rao,2005).
2. Muskular , merupakan jenis VSD dengan lesi yang terletak di otot-otot septum
dan te adi sekitar 5-20% dari seluruh angka kejadian DSV (Ramaswamy,et
al.2009).
3. Suprakistal jenis lesi VSD ini terletak dibawah katup pulmonalis dan
berhubungan dengan jalur jalan keluar ventrikel kanan. Presentasi kejadian
jenis VSD ini sekitar 5-7% di negara-negara barat dan 25% di kawasan timur
(Rao,2005).
4. Arterioventrikuler, kekurangan komponen endikardial dari septum
interventrikuler.
Klasifikasi VSD berdasarkan ukurannya :
1. VSD kecil
a. Biasanya asimtomatik
b. Defek kecil 1-5 mm
c. Tidak ada gangguan tumbuh kembang
d. Bunyi jantung normal,terkadang ditemukan suara bising di peristaltik
yang menjalar ke bseluruh tubuh perikardium dan berakhir pada waktu
distolik karna terjadi penutupan VSD.
e. Tidak diperlukan kateterisasi
f. Menutup secara spontan pada umur 3 tahun.
2. VSD sedang
a. Sering te adi symtom pada bayi
b. Sesak nafas
c. Defek 5-10 mm BB sukar naik sehingga tumbuh kembang terganggu
d. Mudah menderita infeksi
e. Takipneu
f. Retraksi bentuk dada normal
3. VSD besar
a. Sering timbul pada masa neunatus
b. Dipsneu meningkat setelah te adi peningkatan pirau kiri ke kanan dalam
minggu pertama setelah lahir
c. Pada minggu ke 2 dan 3 simtom mulai timbul
d. Sesak nafas saat tidur, kadang tampak sianosis karena kekurangan oksigen
e. Gangguan tumbuh kembang
C. ETOLOGI VSD
Sebelum bayi lahir, ventrikel kanan dan kiri belum terpisah, seiring
perkembangan fetus, sebuah dinding/sekat pemisah antara kedua ventrikel
tersebut normalnya terbentuk. Akan tetapi, jika sekat itu tidak terbentuk sempurna
maka timbullah suatu keadaan penyakit jantung bawaan yang disebut defek
septum ventrikel. Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat
diketahui secara pasti (idopatik), tetapi ada beberapa faktor yang diduga
mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian penyakit jantung bawaan
(PJB) yaitu :
1. Faktor prenatal (faktor eksogen):
a. Ibn menderita penyakit infeksi : Rubela
b. Ibu alkoholisme
c. Umur ibu lebih dari 40 tahun
d. Ibu menderita penyakit DM yang memerlukan insulin
e. Ibu meminum obat-obatan penenang
2. Faktor genetik (faktor endogen)
a. Anak yang lahir sebelumnya menderita PJB
b. Ayah/ibu menderita PJB
c. Kelainan kromosom misalnya sindrom down
d. Lahir dengan kelainan bawaan yang lain
e. Kembar identik
(Prema R, 2013)

Perbandingan antara kondisi jantung normal dengan VSD seperti pada gambar di
bawah ini.

Kelainan ini merupakan kelainan terbanyak, yaitu sekitar 30% dari seluruh
kelainan jantung (Kapita Selekta Kedokteran, 2000). Dinding pemisah antara
kedua ventrikel tidak tertutup 5empurna. Kelainan ini umumnya congenital, tetapi
dapat pula te adi karena trauma. Kelainan VSD ini sering bersama-sama dengan
kelainan lain rnisalnya trunkus arteriosus, Tetralogi Fallot. Kelainan ini lebih
banyak dijumpai pada usia anak-anak, namun pada orang dewasa yang jarang
terjadi merupakan komplikasi serius dari berbagai serangan jantung (Preina
R, 2013; AHA, 2014).

D. PATOFISIOLOGI VSD
Ventricular Septal Defect (VSD) terjadi akibat adanya kebocoran di
septum interventrikular. Kebocoran ini terjadi karena kelambatan dari
pertumbuhannya. Biasanya terjadi di pars muskularis atau di pars
tnembranasea dari septum. Defek tersebut dapat terletak dirnanapun pada
septum ventrikel, dapat tanggal atau banyak dengan bentuk dan ukuran yang
bervariasi. Kebocoran di pars muskularis biasanya kecil. Kebocoran
ditempat lainnya mempunyai ukuran bermacam-macam.
Pada defek yang berukuran tidak lebih dari I cmm terdapat perbedaan
tekanan antara ventrikel kanan dan kiri. Tekanan ventrikel kiri yang lebih besar
menyebabkan arus kebocoran berlangsung dari kiri ke kanan (L to R Shunt).
Volume darah dari ventrikel kiri ini setelah melalui defek lalu masuk ke dalam
arteri pulmonalis bersama-sama darah yang berasal dari ventrikel kanan.
Biasanya pada defek yang kecil ini tidak terjadi kebocoran, dengan demikian
ventrikel kanan tidak mengalami beban volume dan tidak menjadi dilatasi.
Jumlah darah yang mengalir melalui arteri pulmonalis akan bertambah,
demikian pula vena- vena pulmonalis isinya akan bertambah dan mengalirkan
darah ke atrium kiri. Kelebihan darah ini menyebabkan dilatasi dari atrium kiri.
Ventrikel kiri, disamping volume darahnya yang bertambah, juga harus bekerja
keras sehingga tejadi hipertrofi. Dengan kata lain arteri pulmonalis, atrium kiri,
dan ventrikel kiri yang mengalami kelainan pada saat ini, sehingga jantung kiri
yang membesar. Bila defek itu makin besar, maka volume darah yang mengalir
ke ventrikel kanan juga bertambah. Dengan bertambahnya volume darah ini, maka
ventrikel kanan manjadi dilatasi, dan arteri pulmonalis juga bertambah lebar.
Selama sirkulasi ini berjalan lancar, tidak ada peningkatan tekanan di dalam arteri
pulmonalis.
Selanjutnya seperti pada kelainan ASD, lambat laun pada penderita ini pun
akan terjadi perubahan-perubahan pada pembuluh darah paru-paru, yaitu
penyempitan dari lumen arteri-arteri di perifer. Hipertensi pulmonal lebih cepat
tejadi pada VSD. Dengan adanya hipenensi pulmonal ini, ventrikel kanan
menjadi besar karena darah yang mengalir ke dalam arteri paru-paru mengalami
kesulitan. Dengan adanya resistensi yang besar pada arteri-arteri pulmonalis.
maka atrium kiri yang semula dilatasi kini berkurang isinya dan kembali normal.
Pada saat ini yang berperan dalam kelainan ini adalah ventrikel kanan, arteri
pulmonalis dengan cabang-cabangnya yang melebar terutama bagian sentral. Jadi
sekarang yang membesar terutama adalah jantung kanan. Keadaan ini mirip
dengan kelainan ASD dengan Hipertensi pulmonal.
Defek pada septum yang besar menyebabkan keseimbangan antara
tekanan pada kedua ventrikel. Ada kalanya defek itu sangat besar sehingga kedua
ventrikel itu menjadi satu ruangan (Single Ventricle). Arah kebocoran pada
keadaan ini tergantung pada keadaan dari arteri pulmonalis dan aorta. Bila
tekanan di dalam arteri pulmonalis tinggi karena adanya kelainan pada pembuluh
darah paiu maka darah dari ventrikel kanan akan mengalir ke dalam ventrikel kiri.
Bila di dalam aorta terdapat tekanan yang tinggi, kebocoran berlangsung dari
ventrikel kiri ke ventrikel kanan (L to R Shunt).
Darah arterial dari atrium kiri masuk ke atrium kanan. Aliran tidak deras
karena perbedaan tekanan atrium kiri dan kanan tidak besar (tekanan atrium kiri
lebih besar dari tekanan atrium kanan. Beban pada atrium kanan, atrium
pulmonalis kapiler paru, dan atrium kiri ineningkat, sehingga tekanannya
meningkat. Tahanan katup pulmonal naik, timbul bising sistolik karena stenosis
relatif katup pulmonal. Juga tejadi stenosis relatif katup trikuspidal, sehingga
terdengar bising diastolik. Penambahan beban atrium pulmonal bertambah,
sehingga tahanan katup pulmonal meningkat dan terjadi kenaikan tekanan
ventrikel kanan yang permanen. Kejadian ini bejalan lambat
E. MANIFESTASI KLINIS VSD
a. Takipneu
b. Dispneu meningkat setelah terjadi peningkatan pirau kiri ke kanan dalam
minggu pertama setelah lahir
c. Adanya sianosis dan clubbing finger
d. Bayi tampak sesak nafas pada saat istirahat, kadang tampak sianosis
karena kekurangan oksigen akibat gangguan pernafasan
e. Bayi mudab lelah saat menyusu, sehingga ketika mulai menyusu bayi
tertidur karena kelelahan.
f. Muntah saat menyusu
g. BB sukar naik sehingga tumbuh kembang terganggu
h. Gangguan tumbuh kembang
i. EKG terdapat peningkatan aktivitas ventrikel kanan dan kiri
i. Radiology: pembesaran jantung nyata dengan conus pulmonalis yang
tampak menonjol pembuluh darah hilus membesar dan peningkatan
vaskularisasi paru perifer
(PDPDI, 2009; Webb GD et a1, 2011; Prema R, 2013)
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC VSD
1. Auskultasi jantung mur-mur pansistolik keras dan kasar, umumnya paling
jelas terdengar pada tepi kiri bawah sternum
2. Pantau tekanan darah
3. Foto rontgen toraks hipertrofi ventrikel kiri
4. Elektrochardiografi
5. Echocardiogram hipertrofi ventrikel kiri
6. MRI
o. KOMPLIKASI VSD
Ada beberapa komplikasi bronchitis yang dapat dijumpai pada pasien,
antara lain :
a. Gagal jantung
b. Endokarditis
c. Insufisiensi aorta
d. Stenosis pulmonal
e. Hipertensi pulmonal (penyakit pembuluh darah paiu yang progresif)
H. PENATALAKSANAAN VSD
1. Non Farmakologis
a, Pembedahan :
I) Menutup defek dengan dijahit melalui cardio pulmonary bypass
2) Pembedahan pulmonal arteri nunding (pad) atau penutupan defek
untuk mengurangi aliran ke paru.
b. Non pembedahan : menutup defek dengan alat melalui kateterisasi jantung
2. Farmakologi
Pemberian vasopresor atau vasodilator :
a. Dopamin (intropin)
Memiliki efek inotropik positi pada miocard, menyebabkan peningkatan
curah jantung dan peningkatan tekanan sistolik serta tekanan nadi, sedikit
sekali atau tidak ada efeknya pada tekanan distolik, digunakan untuk
gangguan hemodinamika yang disebabkan bedah jantung terbuka (dosis
diatur untuk mempertahankan tekanan darah dan perfusi ginjal)
b. Isopreterenol (isuprel)
Memiliki efek inotropik positif pada miocard, meyebabkan peningkatan
cuiah jantung : menurunan tekanan distolik dan tekanan rata — rata sambil
meningkatkan tekanan sistolik.
0l8mNmfé
J. ASUHAN KEPERAWATAN VSD
1) Pengkajian Umum
a. Keluhan Utama
Keluhan orang tua pada waktu membawa bayinya ke dokter tergantung
dari jenis defek yang teqadi baik pada ventrikel maupun atrium, tapi
biasanya terjadi sesak, pembengkakan pada tungkai dan berkeringat
banyak.
b. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
Bayi mengalami sesak nafas berkeringat banyak dan pembengkakan
pada tungkai tapi biasanya tergantung pada derajat dari defek yang
terjadi.
2. Riwayat kesehatan lalu
a. Prenatal History
Diperkirakan adanya keabnormalan pada kehamilan ibu
(infeksi virus Rubella), mungkin ada riwayat pengguanaan
alkohol dan obat-obatan serta penyakit DM pada ibu.
b. Intra natal
Riwayat kehamilan biasanya normal dan diinduksi.
c. Riwayat Neonatus
• Gangguan respirasi biasanya sesak, takipnea
• Bayi rewel dan kesakitan
• Tumbuh kembang anak terhambat
• Terdapat edema pada tungkai dan hepatomegaly
• Sosial ekonomi keluarga yang rendah.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Adanya keluarga apakah itu satu atau dua orang yang mengalami
kelainan defek jantung
b. Penyakit keturunan atau diwariskan
c. Penyakit congenital atau bawaan
c. Sistem yang dikaji :
• Pola Aktivitas dan
latihan
Keletihan/kelelahan
Dispnea
Perubahan tanda vital Perubahan
status mental Takipnea
Kehilangan tonus otot
• Pola persepsi dan pemeriksaan kesehatan
Riwayat hipertensi
Endokarditis
Penyakit katup jantung.
• Pola mekanisme koping dan tolernnsi terhadap stress
Ansietas, khawatir, takut
Stress yang b/d penyakit
• Pola nutrisi dan metabolik
Anoreksia
Pembengkakan ekstremitas bawah/edema
• Pola persepsi dan konsep
diri Kelemahan
pening
• Pola peran dan hubungan dengan sesama
Penurunan peian dalam aktivitas sosial dan keluarga
2) Pengkajian Fisik
Dalam diagnose kepernwatan, perlu dilakukan pengkajian data dari hasil :
1. Anamnese
Hal-hal yang perlu diungkapkan dalam melakukan anamnesa adalah :
I) Riwayat perkawinan
Pengkajian apakah bayi ini diinginkan atau tidak, karena apabila bayi
tersebut tidak diinginkan kemungkinan selama hamil ibu telah
menggunakan obat-obat yang bertujuan untuk menggugurkan
kandungannya
2) Riwayat kehamilan
Apakah selama hamil ibu pemah menderita penyakit yang dapat
mempengaruhi proses pertumbuhan janin, seperti hipertensi, diabetus
melitus atau penyakit virus seperti rubella khususnya bila terserang
pada kehamilan trisemester pertama.
3) Riwayat keperawatan
Respon fisiologis terhadap defek ( sianosisi, aktivitas terbatas )
4) Kaji adanya tanda-tanda gagal jantung: nafas cepat, sesak nafas,
retraksi, bunyi jantung tambahan ( mur-mur ), edema tungkai dan
hepatomegali
5) Kaji adanya tanda-tanda hipoxia kronis : clubbing finger
6) Kaji pola makan, pola pertambahan beiat badan
7) Apakah diantara keluarga ada yang menderita penyakit yang sama
8) Apakah ibu atau ayah perokok (terutama selama hamil)
9) Apakah ibu atau ayah pernah menderita penyakit kelamin (seperti
sipilis)
10) Sebelum hamil apakah ibu mengikuti KB dan bentuk KB yang pernah
digunakan
11) Obat-obat apa saja yang pernah dimakan ibu selama hamil
12) Untuk anak sendiri apakah pemah menderita penyakit demam
reumatik
13) Apakah ada kesulitan dalam pemberian makan atau minum khususnya
pada bayi
14) Obat-obat apa saja yang pernah dimakan bayi
2. Inspeksi :
a. Gambarkan gerakan bayi.
b. Gambarkan sikap posisi bayi.
c. Gambarkan adanya perubahan lingkar kepala.
d. Gambarkan respon pupil pada bayi yang usia kehamilannya lebih dari
32 minggu.
3. Palpasi :
Ada nyeri atau tidak saat ditekan pada daerah dada, ekstermitas atas
ataupun bawah. Ada suara krepetasi atau tidak pada persendian.
4. Perkusi :
Normalnya pekak atau sonor.

3) Diagnose Keperawatan

N DIAGNOSA
O KEPERAWATAN
l. Penurunan curah jantung berhubungan dengan pembesaran atrium.
2. Ketidakefektifan Pola nafas berhubungan dengan peningkatan ke a jantung, hipertensi
pulmonal
3. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan suplay O2 ke jar. perifer
4. Intoleransi aktifitas berhubungan gengan kelemahan otot dan kelelahan

4) Intervensi

Diagnosa Tujuan dan


No Criteria Intervensi Ration
Keperawatan al
Hasil
1. Penurunan Setelah dilakukan 1. Observasi kualitas 1. Mengetahui kekuatan
tindakan
curah dan kekuatan denyut otot jantung pasien.
keperawatan selama
jantung 2 x 24 jam jantung , nadi 2. untuk
berhubung diharapkan adanya
an dengan perifer, mengetahui
tanda-tanda
pembesara membaiknya curah kekuatan nadi
n atrium jantung dengan
kehangatan kulit perifer,
kriteria hasil : curah
jantung adekuat dalam batas 3. Mengetahui
yang dibuktikan
normal. Nadi : 80 - indikator penilaian
oleh TD/nadi dalam
tentang normal dan 100 terhadap adanya
nadi teraba sama.
x/menit, dapat gagal jantung dan
dilakukan collapsing untuk
menentukan intervensi
pluss untuk selanjutnya.
mengetahui 4. Mencegah terjadinya
kekuatan hipoksia.
otot jantung, dan
didapati warna
telapak tangan yang
normalnya
kemerahan dan
hangat ( suhu
36,5 37,5 C ).
2. Raba nadi
(radial, femoral,
doisalis pedis)
normalnya teraba.
catat frekuensi,
keteraturan, dan
amplitudo dan
simetris.
2. Tegakkan
derajat sianosis (
sirkumoral,
membran mukosa,
clubbing finger).
Mukosa bibir sering
berwama biru atau
belang karena
peningkatan kongesti
vena.
3. Monitor tanda-
tanda CHF (
gelisah, takikardi,
tacipnea, sesak,
periorbotal edema,
oliguri dan
hepatomegali )
4. Berikan oksigen
tambahan dengan
kanula
nasal/masker dan
obat sesuai
insikasi (kolaborasi)
2. Ketidakefektifan Setelah dilakukan 1. Monitor pola dan Memonitor keadaan
Pola
tindakan keperawatan irama pemafasan. pernapasan dan
nafas
berhubungan
dengan selama 3 x 24 jam pola nafas : keadekuatan pemapasan
peningkatan brdypnea,
kerja jantung,
hipertensi
pulmonal
pasien menunjukkan tachypnea, pasien.
keefektifan pola hiperventilasi,
nafas, Untuk
respirasi kussmaul,
dengan Criteria hasil
:
1. frekuensi, irama, respirasi memaksimalkan
potensial
kedalaman cheynestokes dll. ventilasi.
pemapasan
dalam batas normal. Dengan rentang
2. Tidak normal ( RR : 18 — Melihat apakah ada
menggunakan
otot-otot pemapasan. 24/menit ) dan obstruksi di salah satu
ritme
pemafasan temtur. bronkus atau adanya
Irama : takikardi, gangguan pada
ventilasi.
bradikardi, disritmia
atrial, disritmia
ventrikel,blok
jantung
2. Memposisikan
pasien semi fowler.
3. Catat pergerakan
dada, simetris atau
tidak,
menggunakan
otot bantu
pernafasan. Dengan
batasan normal
(bentuk dada :
simetris, tidak
menggunakan otot-
otot pemapasan).

3. Ketidakefektifa Setelah dilakukan kaji pucat, sianosis, kaji pucat, sianosis dan
n perfusi
tindakan clubbing finger, clubbing finger serta
jaringan kepeiawatan dan catat kekuatan nadi perifer
perifer selama 2 x 24 jam kekuatan nadi untuk mengetahui
berhubungan
dengan didapatkan Criteria perifer lancar
penurunan
suplay
O2 ke jaringan
perifer
hasil : kaji keadaan kulit tidaknya suplay O2 ke
Denyut nadi (lembab/tidak,hangat/ jaringan perifer. Jika
perifer teraba dingin) pasien masih terdapat
dengan kuat, tanda-tanda tersebut,
Wanna kulit tidak mendandakan supay
pucat/sianosis O2 belum maksimal
Kulit terasa hangat kulit yang hangat
menandakan kulit
mendapat kecukupan
suplay O2

4 Intoleransi Setelah dilakukan 1. Bantu pasien Aktivitas yang baik dan


aktifitas
tindakan keperawatan memilih aktivitas sesuai dengan kondisi
berhubungan
gengan selama 3 x 24 jam yang sesuai dapat memperbaiki
kelemahan otot
diharapkan kondisi dengan kondisi. toleransi terhadap latihan.
dan kelelahan
pasien stabil saat 2. Bantu pasien Melatih kekualan dan
aktivitas dengan untuk melakukan irama jantung selama
Criteria hasil : aktivitas/latihan aktivitas.
1. Saturasi O2 saat fisik secara teratur Mencegab timbulnya
aktivitas dalam sesak akibat aktivitas
3. Anjurkan pasien
batas normal (95- fisik yang terlalu berat.
untuk membatasi
100%) Mengetahui sumber
2. Nadi saat aktivitas yang cukup asupan energi pasien.
aktivitas dalam berat seperti berjalan

batas normal (60- jauh,berlari dan

l00x/menit) mengangkat beban


3. RR saat berat.
aktiviia dalam
4.Monitor intake
batas norm«l (12-
nutrisi yang adekuat
24/menit)
sebagai sumber
4. Tekanan darah
energi
systole saat aktivitas
dalam batas
normal(60-80
mmHg) inH
5. Tidak nampak
kelelahan,pucat,lesu
dan tidak ada
penurunan nafsu
makan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tubuh manusia terdiri dari berbagai sistem, diantaranya dalah sistem
kardiovaskuler. Sistem ini menjalankan fungsinya melalui organ jantung dan
pembuluh darah. Dimana organ yang memiliki peranan penting dalam hal ini
adalah jantung. Jantung merupakan organ terbesar dalam tubuh. Jantung adalah
organ berupa otot berbentuk kerucut. VSD adalah kelainan jantung berupa
tidak sempurnanya penutupan dinding pemisah anatara kedua ventrikel.
Kelainan ini umumnya congenital, tetapi dapat pula teradi karena trauma.
Kelainan ini merupakan kelainan yang banyak terjadi yaitu sekitar 25%.
B. Saran
Sebagai tenaga profesional tindakan perawat dalam penanganan
masalah keperawatan khususnya VSD harus di bekali dengan pengetahuan
yang luas dan tindakan yang di lakukan harus rasional sesuai gejala penyakit.
DAFTAR PUSTAKA

AHA (2014). Ventricular septal defect (VSD).


httos //www heart ore/HEARTORG/Conditions/ConoenitalHeartDefects/AboutCo
nzenitalHeartDefects/Ventricular-Septal-Defect- Diakses pada 20 September
2018.

Kapita Selekta Kedokteran (2000). Defek septum ventrikel, Bab VI Ilmu Kesehatan
Anak Ed. III Jilid 2 Editor: Arif Mansjoer, et al. Jakarta: Media Aesculapius FK
UI hal.445-447

Nasution, Akhyar H. 2008. Aiiestesi pada Ventrikel Septal Defek. Majalah Kedokteran
Nusantara Volume 41 No. 2 Juni 2008

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI ASuhan Keperan!atan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.

Sudoyo, Am W, dkk. 2009. Buku Ajar llmu Penyakit Dalam jilid 1 edisi IV . Jakarta:
Pusat Penerbitan llmu Penyakit Dalam FKU1

Prema R (2013) Ventricular septal defert.


.
h //emedici edsca e a icle/892980 ove ew aw2a Diakse
ne co b6b2b2 s
pada Diakses pada 20 September 2018..

Prihatini, Rika Yenny. 2013. Penyakit Jantung Bawaan Pada Aiiak. Web RSUA

Ramaswamy, Prema. Anbumani, Patturajah. Srinivasan, Kuruchi. 2009. Veiiti icle


Seytal Defect, General Concepts. Diunduh dari:
http://emedicine.medscape.com/article/892980-overview
Ramaswamy, P. Pflieger, Kurt. 2008. Tetralogi of Fallot
with Absent Pulmonary Valve . Diunduh dari: [Diakses April 2011]

Syaifuddin. (2009). Fisiologi Tubuh Manusia Untuk Mahasisn’a Keperawatan . Edisi 2.


Jakarta: Salemba Medika

Sudarta, I Wayan. 2013. Asuhan Keperaivatan Klien Dengan Gangguan Sistem


Kar‹liovaskuler. Yogyakarta: Gosyen Publishing

Webb GD. Smallhom JF, Therrien I, Redington AN (2011 ). Congenital hear t disease.
In: Bonow RO, Mann DL, Zipes DP, Libby P, eds. Braiuns!ald’s Heart Disease.
A Textbook o[ Cardiovascular Medicfne. 9th ed. Philadelphia, Pa: Saunders
Elsevier:chap 65.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK
VSD

A. Pengkajian
1. Identitas
a. Anak
Nama = AG

Tanggal Lahir = I Juni 2020 (1 tahun)

Jenis Kelamin Laki-laki

b. Orang tua Ayah Ibu


Nama KY KR

Umur 35 tahun 30 tahun

Pendidikan SMP SMP

Peke aan Buruh IRT

Agama Hindu Hindu

Alamat Jl. Raya Mambal Jl. Raya


Mambal
15 Badung 15 Badung

2. Keadaan anak dalam kandungan


TABEL 1

KEDUDUKAN PASIEN AG DALAM KELUARGA

Jenis
Keadaan sekarang
N Nam Kelam Um Keteranga
o a ln ur n
L P Seha Sahl Mst
t t t
1 LD 6 th Anak
kandung
2 AG 1 th Anak
kandung
3. Alasan dirawat
a. Keluhan utama
1) Saat MRS (tanggal 23 oktober 2021, pukul 08.00 Wita)
Orang tua mengatakan anaknya mengalami sesak napas pada
pagi harinya jam 04.00 sebelum akhimya dibawa ke rumah
sakit.

2) Saat pengkajian (tanggal 25 Oktober 2021, pukul 10.00 Wita)


Ibu pasien mengatakan anaknya masih sesak dan tidak mau
makan bubur.

b. Riwayat penyakit
Orang tua pasien mengatakan anaknya dari dulu memang sering
mengalami sesak napas dan pemah diperiksakan ke Puskesmas
kemudian diberikan beberapa obat (orang tua pasien lupa nama
obatnya). Apabila sesaknya kambuh, obat itu diberikan lagi dan
sesaknya hilang. Tapi sewaktu kambuh tanggal 23 Oktober 2021
lalu, setelah diberikan obat tersebut sesak nafas anaknya tidak mau
hilang. Akhirnya orang tua memutuskan untuk membawa anaknya
ke RS. Setelah dilakukan pemeriksaan di Poli Anak, kemudian
pasien dibawa ke Ruangan untuk mendapatkan pemwatan. Di
Ruangan pasien mendapatkan terapi IVFD RL sebanyak 20
tetes/menit dan menda atkan 0 2. Selama di RS pasien mendapatkan
beberapa pemeriksaan untuk mendapatkan diagnosa pasti di
antaranya foto thorak dan ekokardiografi didapatkan diagnosa
bahwa pasien mengalami penyakit jantung Congenital yaitu
ventrikel defek.

Terapi tanggal 25 Oktober 2021

- Pasien diinstruksikan tirah baring


Lanoxin 1 ml
O2
4. Status Imunisasi
Ibu menyatakan bahwa anaknya sudah mendapatkan imunisasi lengkap
sesuai umumnya di puskesmas, namun ibu sudah lupa pada umur
berapa masing-masing imunisasi diberikan, imunisasi yang telah
diberikan adalah BCG 1 kali, hepatitis B 2 kali, polio 3 kali, DPT 3
kali dan campak 1 kali.

s. Riwayat penyakit yang pemah diderita


Ibn mengatakan sebelumnya anaknya sering sakit terutama sesak nafas
dan hanya sekali dibawa ke puskesmas. Setelah itu tidak pernah lagi
diperiksakan ke puskesmas sampai akahimya dibawa ke RS

6. Riwayat penyakit keluarga


Orang tua menyatakan bahwa anggota keluarga tidak ada yang
menderita penyakit jantung bawaan ataupun penyakit lainnya.

7. Kebutuhan bio-psiko-sosial-spiritual
a. Biologis
1) Bernafas
Ibu mengatakan sebelumnya sering mengalami sesak nafas.
Pada saat pengkajian ibu mengatakan anaknya kesulitan dalam
bemafas.

2) Makan dan minum


Makan : Ibu mengatakan bahwa sebelum sakit anaknya biasa
makan 3x sehari tapi porsinya sedikit, hanya
beberapa sendok makan, dengan menu nasi lembek
dan sedikit lauk. Saat pengkajian ibu mengatakan
anaknya tidak mau makan sama sekali.

Minum : Sebelum sakit, ibu pasien mengatakan anaknya biasan


minum ASI + air putih 4-5 gelas sehari (+ 800-1000
cc). Saat pengkajian anaknya hanya
minum air putih 4-5 gelas per hari dengan
menggunakan sendok (+ 800 — 1000 cc).
3) Eliminasi
Buang Air Besar (BAB) : Ibu pasien menyatakan sebelum
sakit dan saat sakit biasa BAB 1
kali sehari dengan konsistensi feces
lembek, warna kuning dan bau khas
feces. Dan pada saat pengkajian ibu
mengatakan anaknya sudah BAB I
kali dengan konsistensi feces
lembek, wanna kuning dan bau khas
feces.

Buang Air Kecil (BAK) : Ibu menyatakan sebelum sakit biasa


BAK 6-7 kali sehari dengan warna
kuning dan bau khas urine. Saat
pengkajian ibu mengatakan
anaknya dari pagi sudah kencing 2
kali dengan volume + 100 cc tiap
kali kencing dengan warna pekat
seperti teh.

4) Gerak dan aktivitas


Ibu mengatakan sebelum sakit anaknya kurang banyak gerak
dan dalam beraktivitas tidak selincah teman-temannya karena
mudah sekali lelah. Dan pada saat pengkajian ibu pasien
menyatakan anaknya sangat lemah dan hanya bisa berbaring di
tempat tidur.

5) Istirahat tidur
Pasien mengatakan bahwa sebelum sakit anaknya biasa tidur
pukul 20.00 Wita dan bangun pagi pukul 06.00 Wita. Pada saat
sakit pasien lebih banyak tidur.

6) Pengaturnn suhu tubuh


Ibu mengatakan bawah sebelumnya sakit dan pada saat sakit
anak tidak mengalami gangguan dalam pengaturan suhu tubuh.

7) Kebersihan diri dan berpakaian


Ibu mengatakan sebelum sakit biasanya anaknya mandi 2 kali
sehari, cuci rambut l kali seminggu, dan sikat gigi 1 kali sehari.
Saat pengkajian ibu pasien mengatakan anaknya sudah dilap
dan sudah mengganti baju.

b. Data psikologi
1) Rasa aman (orang tua)
Ibu mengatakan sangat mengkhawatirkan keadaan anaknya
karena baru pertama kali ini masuk rumah sakit. Orang tua
mengatakan belum paham tentang penyakit anaknya, baik
penyebab ataupun pengobatannya dan orang tua bertanya-tanya
tentang keadaan anaknya.

2) Rasa nyaman
Orang tua pasien mengatakan anaknya tidak pemah menangis
seperti orang kesakitan.

c. Data sosial
1) Sosial anak
Ibu mengatakan bahwa pasien adalah anak kedua dari 2
bersaudara, sebelum sakit ibu mengatakan anaknya biasa
bemain dengan tetangganya. Tapi saat sakit ibu mengatakan
pasien hanya berinteraksi dengan para pengunjung.

2) Bermain
Ibu pasien mengatakan sebelum sakit anaknya biasa bermain
dengan saudara maupun tetangganya. Tapi saat sakit pasien
hanya bisa bercanda ringan di tempat tidur.

3) Prestasi
Ibu mengatakan saat ini belum ada prestasi dari anaknya.
d. Data spiritual
Ibu pasien mengatakan seluruh keluarganya baragama Hindu dan
keluarga biasa bersembahyang setiap hari.

8. Pengetahuan orang tua tentang kesehatan


a. Pengetahuan tentang kesehatan anak
Orang tua menyatakan belum paham tentang penyakit anaknya,
baik penyebab ataupun cara pengobatan orang tua pasien bertanya-
tanya tentang keadaan anaknya.

b. Pengetahuan tentang perawatan anak


Ibu mengatakan jika anak sakit kadang-kadang dibawa ke dokter,
terkadang juga hanya diberikan obat seadanya di rumah. Ibu
mengatakan belum paham tentang perawatan penyakit anaknya.

c. Pengetahuan tentang nutrisi anak


Ibu menyatakan sampai saat ini masih memberikan ASI pada anak.
Ibu kurang tahu makanan apa yang seharusnya diberikan pada anak
usia 1 tahun.

d. Pengetahuan tentang tumbuh kembang anak


Ibu mengatakan bahwa kurang mengerti tentang masalah
pertumbuhan dan perkembangan anak. Tapi ibu tahu bahwa
pertumbuhan anaknya tidak sesuai dengan anak-anak yang seumur
dengan anaknya.

9. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
1) Kebersihan : cukup bersih
2) Keadaan kulit : turgor kulit elastic, terdapat sianosis, tidak ada
lesi, ikterik (-)
3) Kesadaran : compos mentis
b. Pemeriksaan antopometrik
1) BB sebelum sakit : 8 kg (10 kg 400 gr — 15 kg 800
gr) BB saat pengkajian : 7 kg

2) Tinggi badan : 40 cm (47-73 cm)


3) Lingkar kepala : 42 cm (46-52 cm)
4) Lingkar dada : 40 cm (43-49 cm)
c. Gejala Cardinal
1) Suhu
36 ,5 OC
2) Nadi
150 x/menit
3) Respirasi
44 x/menit
4) Tekanan darah
80/60 mmHg
d. Keadaan fisik
1) Kepala
Nyeri tekan (-), benjolan (-), lesi (-),
kebersihan cukup
2) Mata
Bentuk simetris, reflek pupil +/+ (isokor),
pergerakan mata baik, konjungtiva pucat,
sklera ikterik (-)
3) Hidung
Sekret (-), nafas cuping hidung (+),
kebersihan cukup, nyeri (-)
4) Telinga
Bentuk simetris, serumen ada, lesi (-),
kebersihan cukup, pendengaran
5) Mulut
Mukosa bibir lembab, lidah bersih, lesi (-),
perdarahan gust (-), sianosis (+),

6) Leher pembengkakan tonsil (-)


Pergerakan baik, bendungan vena jugularis
7) Thorak (-), pembesarnn kelenjar tiroid (-), lesi (-)
Bentuk simetris, retraksi otot dada (+),
ronchi +/+, bunyi jantung S1 dan 52
ireguler, adanya bising pensistolik, di bagian
8) Abdomen kiri bawah skrotum
: Distensi abdomen (-), pembesaran limpa (-),
pembesaran hepar (-), turgor kulit elastis,
9) Ekstremitas
lesi (-), nyeri tekan (-), asites (-)
Atas
Pergerakan terkoordinir, edema (-), sianosis
(+), lesi (-), ikterik (-)
Bawah
Pergerakan terkoordinir, edema (-), sianosis
(+), lesi (-), ikterik (-)
Kekuatan otot

10) Genetalia : Kelainan dan lesi (-), kebersihan cukup


11) Anus : Kelainan dan lesi (-), kebersihan cukup
e. Pemeriksaan penunjang
1) Foto thorak : Tampak adanya defek antara ventrikel
kanan dan kiri

B. Analisa Data

N Data Subyektlf Data Obyekttf Keslmpnlan


o.

1 2 5 4
1 lbu mengatakan - TD rendah : 70/50 mmHg Penurunan
anaknya mengalami - Nadi : 150 curah
sesak napas x/menit jantung
(takikardi)
- Sianosi
s
Dispne
a
3 Ibu mengatakan - Pasien hanya berbaring di Intoleransi
anaknya sangat tempat tidur aktivitas
lemah - Pasien tampak lemah
- TD : 70/50
mmHg
Kekuatan otot

4 Orang tua pasien - Orang tua tampak bertanya- - Kurang


mengtakan belum tanya tentang keadaan pengetahu-
paham tentang anaknya an orang
penyakit anaknya tua

C. Perumusan Masalah
1. P : Penurunan curah jantung
E : Adanya defek struktur jantung

S : Ibn mengatakan anaknya mengalami sesak nafas. Pasien


mengalami tekanan darah rendah yaitu : 70/50 mmHg, nadi 150
x/menit (takikardi), pasien mengalami sianosis dan dispnea
Proses terjadi :

Dikarenakan adanya defek struktur jantung yang abnormal,


tepatnya di ventrikel kiri dan kanan sehingga aliran darah yang
seharusnya dipompa di ventrikel kiri menuju ke seluruh tubuh
berbalik menuju ke ventrikel kanan sehingga pasokan darah ke
seluruh tubuh berkurang dan menyebabkan cumh jantung
menurun

Akibat jika tidak ditanggulangi :

Apabila jika tidak ditanggulangi akan mengakibatkan gagal


jantung

2. P : Intoleransi aktivitas
E : Kelemahan akibat curah jantung menurun

S : Ibn mengatakan anaknya sangat lemah. Pasien hanya berbaring


di tempat tidur. Pasien tampak lemah, TD 70/50 mmHg,
kekuatan otot :

Proses terjadi :

Curah jantung menurun mengakibatkan pasokan darah ke


seluruh tubuh juga berkurang sehingga akan berakibat
te adinya kelemahan fisik

Akibat jika tidak ditanggulangi :

Anak tidak dapat melaksanakan aktivitas.

3. P : Kurang pengetahuan orang tua


E : Informasi yang kurang
S : Ornng tua pasien mengatakan belum paham tentang penyakit
anaknya. Orang tua tampak bertanya-tanya tentang keadaan
anaknya

Proses terjadi :

Informasi yang kurang tentang proses penyakit menyebabkan


kurangnya pengetahuan orang tua

Akibat jika tidak ditanggulangi :

Apabila orang tua pasien tidak mengetahui tentang proses


penyakit, orang tua akan mengalami kecemasan, dan tidak
kooperatif.

D. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan cwah jantung berhubungan dengan adanya defek struktur
jantung ditandai dengan ibu menyatakan anaknya mengalami sesak
nafas. Pasien mengalami tekanan darah rendah yaitu 70/50 mmHg,
nadi 150 x/menit (takikardi), pasien mengalami sianosis dan dispnea.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat curah
jantung menurun ditandai dengan ibu mengataban anaknya sangat
lemah, pasien hanya berbaring di tempat tidur. Pasien tampak lemah

TD 70/50 mmHg. Kekuatan otot 444 444


444 444
3. Kurang pengetahuan orang tua berhubungan dengan informasi yang
kurang ditandai dengan orang tua pasien mengatakan belum paham
tentang penyakit anaknya, orang tua tampak bertanya-tanya tentang
keadaan anaknya.
E. Perencanaan
I. Prioritas Masalah
Prioritas masalah berdasarkan dengan berat ringannya masalah

a. Penurunan curah jantung


b. Intoleransi aktivitas
c. Kurang pengetahuan orang tua
2. Rencana keperawatan

Hart /
D
Tgl / x Tujuan Intervensi Rational
Pukul K
ep

1 2 3 4 5
Senin, 1 Setelah diberikan 1. Monitor nadi dan 1. Untuk
25-10- asuhan keperawatan tekanan darah mengetahui
21 2x24 jam diharapkan adanya
Pk. perbaikan curah perbaikan curah
13.00 jantung dengan jantung
Criteria 2. Kaji adanya 2. Untuk
Wita
1. Tekanan darah perubahan mengetahui
nadi normal perfusi jaringan apakah pasien
2. Tidak te adi perifer mengalami
perubahan sianosis
perfusi jaringan 3. Suhu yang
3. Cegah meningkat
peningkatan suhu menyebabkan
kebutuhan akan
O2 juga
meningkat
4. Delegatif dalam 4. Terapi
pemberian Lanoxin dapat
terapi Lanoxin membantu
memperbaiki
curah jantung

2 Selama diberikan 1. Kaji adanya 1. Dengan


asuhan kepeiawatan kelemahan pada mengetahui
selama 3x24 jam pasien keadaan
aktivitas pasien dapat pasien dapat
kembali dengan dinilai
normal dengan seberapa
Criteria hasil : besar
1. Pasien tidak kemampuan
lemah beraktifitas
2. Pasien dapat pasien
2. Untuk
] 2 3 4 5
beraktivitas sesuai 2. Bantu pasien meminimalkan
dengan usia dalam aktivitas pasien
3. Kekuatan memenuhi
otot kebutuhan 3. Untuk
555 555 sehari- hari mengetahui
555 555 3. Kaji kekuatan otot sejauh mana
pasien kemampuan
otot pasien
guna untuk
aktivitasnya
4. Agar pasien
dapat
4. Bert melakukan
motivasi aktivitas secara
keluarga,
agar
pasien melakukan bertahap
aktivitas sesuai
dengan
kemampuan
secara
bertahap 5. Mencegah agar
5. Anjurkan keluarga pasien jangan
agar pasien sampai
kelelahan
beristirahat yang
cukup
3 Setelah diberikan 1. Kaji tingkat 1. Untuk
asuhan keperawatan pengetahuan mengetahui
selama 30 menit orang tua tentang seberapa besar
orang tua akan penyakit VSD pengetahuan
mengerti tentang orang tua
proses penyakit tentang VSD
dengan kriteria 2. Jelaskan pada 2. Agar orang tua
hasil : orang tua tentang mengerti
l. Orang tua dapat penyakit VSD, tentang proses
menjelaskan prognosis dan penyakit yang
tentang penyakit tindakan yang terjadi pada
VSD akan dilakukan anak
2. Orang tua dapat pada penderita
menjelaskan VSD
tentang 3. Evaluasi
3. Untuk
prognosis dan kembali
mengetahui
tindakan pada pemahaman
seberapa jauh
pasien VSD orang tua
pemahaman
orang tua
tentang
VSD
F. Implementasi

N Hari/t D Intervensi Evaluasi Parah


o gl x
1 Senein 1 1. Monitor nadi dan - TD rendah : 70/50 -
/ tekanan darah mmHg
25-10- - Nadi : 150
21 2. Kaji adanya x/menit
/ perubahan (takikardi)
16:30 perfusi jaringan - Sianosis
perifer - Dispnea

3. Cegah
peningkatan suhu
18:00 2 1. Dorong orang tua
untuk memberikan
aktivitas yang
positif sesuai
dengan usia
20:00 3 1. Kaji tingkat - Keluarga tampak -
pengetahuan orang koopemtif dan
tua tentang antusias dengan
penyakit VSD penjelasan yang
diberikan perawat
2. Jelaskan pada orang
tua tentang
penyakit VSD,
prognosis dan
tindakan yang akan
dilakukan pada
penderita VSD
3. Evaluasi kembali
pemahaman orang
tua
22:00 1 1. Delegatif dalam Obat sudah masuk,
pemberian terapi tidak ada raksi
Lanoxin alergi
N Hari/t D Intervened Evaluasi Paraf
o g x
1 Selasa 1 1. Delegatif dalam Obat sudah masuk,
/ pemberian terapi tidak ada raksi
26-10- Lanoxin alergi
21
/
07:00
09:30 3 1. Kaji tingkat - Keluarga tampak
pengetahuan orang kooperatif dan
tua tentang penyakit antusias dengan
VSD penjelasan yang
diberikan perawat
2. Jelaskan pada orang
tua tentang penyakit
VSD, prognosis dan
tindakan yang
akan dilakukan
pada penderita
VSD
3. Evaluasi kembali
pemahaman
orang
13:00 1 1. Monitor nadi dan TD : 80/60 mmHg
tekanan darah - Nadi : 150
x/menit
2. Kaji adanya (takikardi)
perubahan perfusi - Sianosis
jaringan perifer Dispnea

3. Cegah peningkatan
suhu

15:30 1 1. Delegatif dalam - Obat sudah masuk,


pemberian terapi tidak ada raksi
Lanoxin alergi
22:00 1 1. Delegatif dalam Obat sudah masuk,
pemberian terapi tidak ada raksi
Lanoxin alergi
N Hari/t D Intervened Evaluasi Paraf
o g x
I Rabu/ 3 1. Kaji tingkat - Keluarga tampak
27-10- pengetahuan orang kooperatif dan
21 tua tentang penyakit antusias dengan
/ VSD penjelasan yang
07:30 diberikan perawat
2. Jelaskan pada
orang tua tentang
penyakit VSD,
prognosis dan
tindakan yang
akan dilakukan
pada penderita
VSD

3. Evaluasi
kembali
pemahaman
orang
08:30 1 1. Delegatif dalam Obat sudah masuk,
pemberian terapi tidak ada reaksi
Lanoxin alergi
11:30 1 2. Monitor nadi dan - TD : 90/70
tekanan darah mmHg
Nadi : 130 x/menit
3. Kaji adanya - Sianosis
perubahan
perfusi jaringan
perifer

4. Cegah peningkatan
suhu

G. Evaluasi

Evaluas
Hari/Tgl/Jam Diagnosa i
Keperawatan
Rabu, 27 Oktober 1 S : ibu pasien mengatakan sesak
2021 nafas anaknya sudah berkurang
Pukul 14:30 wita O: tidak tampak sianosis,
respirasi 40x/menit, TD =
100/60 mmHg, Nadi = 90
x/menit, suhu= 36, C
A : Masalah penurunan curah
jantung teiatasi
P : pertahankan kondisi pasien
Rabu, 27 Oktober 2 S : ibu pasien mengatakan
2021 anaknya sudah tidak lemas
Pukul 14:30 wita O : respirasi 40x/menit, TD
= 100/60 mmHg, Nadi = 90
x/menit, suhu= 3fi,7 C
A : Masalah intoleransi aktivitas
P : Pertahankan kondisi pasien
Rabu, 27 Oktober 3 S : ibu pasien mengatakan sudah
2021 paham mengenai penyakit
Pukul 14:30 wita yang diderita anaknya
O : ibu tampak mengerti tentang
penjelasan penyakit anaknya
yang sudah dijelaskan perawat
A: Masalah kurang pengetahuan
teratasi
P : Pertahankan
pengetahuan orang tua
tentang penyakit anaknya

Anda mungkin juga menyukai