Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh:
KELAS II A
JURUSAN KEPERAWATAN
JAKARTA I
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas anugerah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah tentang “Masalah Infeksi dan Non
Infeksi pada bayi dan anak: Ventrikular Septum Defect dan Atrium Septal Defect”.
Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada dosen pengampu mata kuliah Keperawatan
anak, rekan rekan, serta semua pihak yang membantu dalam proses pembuatan makalah ini.
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini selain untuk menyelesaikan
tugas yang diberikan oleh Dosen pengajar, juga untuk lebih memperluas pengetahuan serta
memberi pemahaman kepada para mahasiswa mengenai Masalah Infeksi dan Non Infeksi
pada Bayi dan Anak: VSD dan ASD beserta khususnya bagi kami sebagai penulis.
Kami telah berusaha untuk menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya, namun
kami menyadari bahwa kami memiliki banyak keterbatasan dikarenakan pengetahuan kami
yang masih minim dan terbatas. Oleh karena itu kesalahan-kesalahan baik dari segi teknik
penulisan, maupun dari isi makalah, kami memohon maaf. Kritik dan saran dari berbagai
pihak sangat kami harapkan demi perbaikan kami dalam tugas selanjutya.
Kelompok 2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit jantung bawaan (PJB) merupakan kelainan kongenital yang paling
umum dan sebagai jenis penyakit jantung tersering pada anak. PJB disebut juga
defek jantung bawaan, merupakan istilah yang umum untuk kelainan struktur
jantung dan pembuluh darah besar yang muncul sejak lahir.
Penyakit jantung bawaan dapat diklasifikasikan menjadi 2 kelompok, yakni
penyakit jantung bawaan non-sianotik dan sianotik.3 Pada penyakit jantung
bawaan non-sianotik mencakup lesi dengan pirau kiri ke kanan yang
menyebabkan peningkatan aliran darah pulmonal (duktus arteriosus paten atau
patent ductus arteriosus), defek septum ventrikel atau ventricular septal defect
(VSD), defek septum arium atau atrial septal defect (ASD), dan lesi obstruktif
(stenosis aortic, stenosis pulmonal, koarktasio aorta), yang umumnya disertai
aliran darah pulmnal yang normal.
Studi di Eropa membuktikan, prevalensi total kelahiran penyakit jantung
bawaan adalah 8,2 per 1000 kelahiran hidup yang lebih tinggi dari prevalensi
kelahiran hidup yang dilaporkan di Amerika Serikat (6,9 per 1000 kelahiran
hidup) sementara penyakit jantung bawaan pada anak di Indonesia cukup banyak,
dimana sekitar 6 sampai 10 dari 1000 bayi lahir, mengidap PJB. Sekitar 2-5
persen kelainan ini erat kaitannya dengan abnormalitas kromosom. Misalnya pada
penderita sindrom Down, sekitar 60% selalu disertai kelainan jantung kongenital
seperti defek septum ventrikel, tetralogi fallot, duktus arteriosus persisten, dan
defek septum atrium
Penelitian dari Maramis et al.3 di RSUP Prof. Dr. R. D Kandou Manado
menunjuk-kan 53 anak penderita PJB, dimana yang terbanyak berumur 1-6 tahun.
Jenis PJB terbanyak ialah ASD (34%) dan VSD (28,3%).
B. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Anak mencakup
materi asuhan keperawatan pada pasien dengan atrium septum defek dan
ventrikel septum defek.
b. Tujuan Khusus
Konsep dan Asuhan Keperawatan Anak dengan ASD Atrial Septal Defect (ASD) dan
VSD (Ventrikel Septal Defect)
A. Definisi ASD dan VSD
Atrial Septal Defect (ASD) adalah terdapatnya hubungan atrium kanan
dengan atrium kiri yang tidak ditutup oleh katup (Markum, 1991). ASD adalah
defek pada sekat yang memisahkan atrium kiri dan kanan (Sudigdo
Sastroasmoro, 1994). Atrial septal defect atau defek septum atrium merupakan
jenis penyakit jantung bawaan tipe asianostik dimana terdapat suatu
abnormalitas pada septum yang membatasi atrium kanan dan atrium kiri.
Ketika janin berkembang dalam Rahim, sebuah septum terbentuk untuk
membagi ruang atrium menjadi atrium kiri dan kanan. Namun, apabila septum
tidak terbentuk sempurna atau ada kerusakan, maka akan menyebabkan
kelainan saat lahir yaitu ASD (Liegeois,2018).
Atrial Septal Defect (ASD) adalah lubang abnormal pada sekat antara
kedua atrium sehingga terjadi pengaliran darah dari atrium Kiri yang
bertekanan tinggi ke atrium yang bertekanan rendah. Lubang abnormal
diantara dua atrium dapat diakibatkan dari aliran darah menetap melalui
foramentum ovale fetal (ottium sekundum) atau defek pada septum intracranial
(septum bawah disebut ASD ostium primum dan sering dihubungkan oleh
celah katup mitral), mengakibatkan beberapa derajat pirau darah kiri ke kanan.
Pada keadaan normal pada peredaran darah janin terdapat lubang diantara
atrium kiri ke atrium kanan sehingga tidak perlu melewati paru paru. Pada
saat bayi lubang ini biasanya menutup. Jika lubang ini terbuka, darah terus
mengalir dari atrium kiri ke atrium kanan maka darah bersih dan kotor akan
bercampur.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa Atrial Septal Defect (ASD) penyakit jantung bawaan dimana terdapat
lubang (defek) pada sekat atau septum intertrial yang memisahkan atrium kiri
dan kanan yang terjadi karena kegagalan fusi septum intertial seamasa janin.
Kelainan ini dibedakan dalam 3 bentuk anatomis yaitu :
a) Defek sinus venosus atau defek pada vena kava superior
b) Defek fosa ovalis atau DSA sekundum
c) Defek septum atrium premium
b) Ventrikel (bilik)
Permukaan dalam ventrikel memperlihatkan alur-alur otot yang disebut
trabekula. Beberapa alur tampak menonjol, yang disebut muskulus papilaris.
Ujung muskulus papilaris dihubungkan 10 dengan tepi daun katup
atrioventrikuler oleh serat-serat yang disebut korda tendinae.
1) Ventrikel kanan, menerima darah dari atrium kanan dan dipompakan ke
paru-paru melalui arteri pulmonalis.
2) Ventrikel kiri, menerima darah dari atrium kiri dan dipompakan ke seluruh
tubuh melalui aorta. Kedua ventrikel ini dipisahkan oleh sekat yang disebut
septum ventrikel. Untuk menghubungkan antara ruang satu dengan yang lain,
jantung dilengkapi dengan katup-katup, diantaranya : a) Katup
atrioventrikuler.
Oleh karena letaknya antara atrium dan ventrikel, maka disebut katup atrio-
ventrikuler, yaitu :
1) Katup trikuspidalis. Merupakan katup yang terletak di antara atrium kanan
dan ventrikel kanan, serta mempunyai 3 buah daun katup. Katup mitral/ atau
bikuspidalis. Merupakan katup yang terletak di antara atrium kiri dan ventrikel
kiri, serta mempunyai 2 buah katup. Selain itu katup atrioventrikuler berfungsi
untuk memungkinkan darah mengalir dari masing-masing atrium ke ventrikel
pada fase diastole ventrikel, dan mencegah aliran balik pada saat sistole
ventrikel (kontraksi).
b) Katup semilunar.
1) Katup pulmonal. Terletak pada arteri pulmonalis, memisahkan pembuluh
ini dari ventrikel kanan.
2) Katup aorta. Terletak antara ventrikel kiri dan aorta. Kedua katup semilunar
ini mempunyai bentuk yang sama, yakni terdiri dari 3 daun katup yang
simetris disertai penonjolan menyerupai corong yang dikaitkan dengan sebuah
cincin serabut. Adapun katup semilunar memungkinkan darah mengalir dari
masingmasing ventrikel ke arteri pulmonalis atau aorta selama sistole
ventrikel, dan mencegah aliran balik waktu diastole ventrikel. (Ulfah dan
Tulandi, 2001)
2. Persyarafan jantung Jantung dipersyarafi oleh serabut simpatis,
parasimpatis, dan sistem syaraf autonom melalui pleksus kardiakus. Syaraf
simpatis berasal dari trunkus simpatikus bagian servical dan torakal bagian
atas dan syaraf parasimpatis berasal dari nervous vagus. Sistem persyarafan
jantung banyak dipersyarafi oleh serabut sistem syaraf otonom (parasimpatis
dan simpatis) dengan efek yang saling berlawanan dan bekerja bertolak
belakang untuk mempengaruhi perubahan pada denyut jantung, yang dapat
mempertinggi ketelitian pengaturan syaraf oleh sistem syaraf otot.
H. Pemeriksaan Diagnostik
1. Foto Ronsen Dada
Rontgen thorax untuk mengetahui gambaran paru dan jantung Pada
defek kecil gambaran foto dada masih dalam batas normal. Bila defek
bermakna mungkin tampak kardiomegali akibat penbesaran jantung
kanan Pembesaran ventrikel ini lebih nyata terlihat pada foto lateral.
2. Elektrokardiografi
Menilai irama, heart rate, gangguan konduksindan perubahan pola.
Pada ASD I. gambaran EKG sangat karakterstk dan patognomis. yaitu
sumbu jantung frontal selalu kekiri Sedangkan pada ASD II jarang
sekali dengan sumbu Frontal kekiri.
3. Katerisasi Jantung
Katerisasi jantung diakukan defek intra pad ekodiograf tidak jelas
terlihat atau bila terdapat hipertensi pulmonal pada kateterisasi jantung
terdapat peningkatan saturasi 02 di atrium kanan dengan peningkatan
ringan tekanan ventrikel kanan dan kiri bila terjadi penyakit vaskuler
paru tekanan arteri pulmonalis, sangat meningkat sehingga perlu
dilakukan tes dengan pemberian 02 100% untuk menilai responsibilitas
vasakuler paru puda Syndrome ersen menger saturasi 02 di atrium kiri
menurun,
4. Eko kardiogram
Ekokardiogram memperlihatkan dilatasi ventrikel kanan dan septum
interventrikuler yang bergerak paradoks. Ekokardiografi dua dimensi
dapat memperlihatkan lokasi dan besarnya defect interatrial pandangan
subsifoid yang paling terpercaya prolaps katup netral dan regugitasi
sering tampak pada defect septum atrium yang besar. Dari pemeriksaan
ini maka akan dapat dilihat adanya kebocoran aliran darah dari atrium
kiri ke atrium kanan.
5. Radiologi Tanda - tanda penting pada foto radiologi thoraks ialah:
Corak pembuh darah bertambah
Ventrikel kan dan atrium kanan membesar
Batang arteri pulmonalis membesar sehingga poda hilus
tampak denyutan ( pada fluoroskopi dan disebut sebagai hilam
dance)
I. Penatalaksanaan Medis
ASD kecil tidak perlu operasi karena tidak menyebabkan gangguan
hemodinamik atau bahaya endocarditis infektif. ASD besar perlu tindakan
bedah yang dianjurkan dilakukan dibawah umur 6 tahun (pra sekolah).
Walaupun setelah operasi kemungkinan ventrikel kanan masih menunjukkan
dilatasi. Hal ini karena komplien otot jantung sudah berkurang. Pada
penutupan spontan ASD sangat kecil kemungkinannya sehingga operasi
sangat berarti. Defek fosa ovalis atau defek atrioventrikular dengan komplikasi
ditutup dengan bantuan mesin jantung paru.
Pasien dengan DSV besar perlu ditolong dengan obat-obatan untuk
mengatasi gagal jantung. Biasanya diberikan diuretik, misalnya Lasix. Bila
obat dapat memperbaiki keadaan, yang dilihat dengan membaiknya
pernapasan dan pertambahan berat badan, maka operasi ditunda sampai usia 2
– 3 tahun. Operasi bila perlu dilakukan pada umur muda jika pengobatan
medis untuk mengatasi gagal jantung tidak berhasil.
Seiring dengan perkembangan teknologi, para ilmuan menemukan
alternative baru penutupan ASD dengan tindakan intervensi non bedah (tanpa
bedah jantung terbuka), yaitu dengan pemasangan alat Amplatzer Septal
Occluder (ASO) dan Amplatzer Ventrikel Occluder (AVO). ASO dan AVO
adalah alat khusus yang dibuat untuk menutup ASD tipe sekundum secara non
bedah yang dipasang melalui kateter secara perkutaneus lewat pembuluh darah
di lipat paha (vena femoralis). AVO sebagai penutup sekat di ventrikel,
dilakukan melalui pembuluh darah kaki.
Tambah penjelasan tentang ASO/AVO
J. Komplikasi
Komplikasi yang bisa terjadi pada ASD bisa juga terjadi ketika
penatalaksanaannya dapat terjadi komplikasi hipertensi pulmonal (walaupun
lambat) sementara pada VSD besar dapat terjadi gagal jantung, begitu juga
dengan ASD.
K. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan.
Diperlukan pengkajian cermat untuk mengenal masalah pasien, agar
dapat memberikan tindakan keperawatan. Keberhasilan proses
keperawatan sangat tergantung pada kecermatan dan ketelitian dalam
tahap pengkajian (Muttaqin, 2008).
1) Pengkajian umum
a) Keluhan utama
Keluhan orang tua pada waktu membawa anaknya ke
dokter tergantung dari jenis defek yang terjadi baik pada
ventrikel maupun atrium, tapi biasanya terjadi sesak,
pembengkakan pada tungkai dan berkeringat banyak.
b) Riwayat kesehatan
i. Riwayat kesehatan sekarang
Anak mengalami sesak napas berkeringat banyak dan
pembekakan pada tungkai tapi biasanya bergantung
pada derajat dari defek yang terjadi.
ii. Riwayat kesehatan lalu
Prenatal History
Diperkirakan adanya keabnormalan pada kehamilan
ibu (inksi virus rubella), mungkin ada riwayat
pengguanaan alcohol dan obat-obatan erta penyakit
DM pada ibu.
Intra natal
Riwayat kehamilan biasanya normal dan diinduksi
Riwayat Neonatus
• Gangguan respirasi biasanya sesak, takipnea
• Anak rewel dan kesakitan
• Tumbuh kembang anak terhambat
• Terdapat edema pada tungkai dan
hepatomegaly
• Sosial ekonomi keluarga yang rendah
Riwayat Kesehatan Keluarga
• Adanya keluarga apakah itu satu atau dua orang
yang mengalami kelanan defek jantung
• Penyakit keturunan atau diwariskan
• Penyakit congenital atau bawaan
c) System yang dikaji :
Pola aktivitas dan latihan
• Keletihan/kelelahan
• Dyspnea
Pola persepsi dan pemeriksaan kesehatan
• Perubahan tanda vital
• Perubahan status mental
• Takipnea
• Kehilangan tonus otot
Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap
stress
• Ansietas, khawatir, takut
• Stress yang b/d penyakit
Pola nurisi dan metabolic
• Anoreksia
• Pembengkakan ekstremitas bawah/edema
Pola persepsi dan konsep diri
• Kelemahan
• Pening
Pola peran dan hubungan dengan sesama
• Penurunan peran dalam aktiitas sosial dan
keluarga
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya
baik yang berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis
keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respon klien individu,
keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan
kesehatan (PPNI, 2017).
1) Penurunan curah jantung b.d pirau darah ke ventrikel kanan,
penurunan volume sekuncup
2) Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
3) Gangguan tumbuh kembang b.d efek ketidakmampuan fisik
4) Resiko Pendarahan b.d tindakan pembedahan
+ dx risk perdarahan post tindakan
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan Keperawatan
Penurunan curah Setelah dilakukan Observasi
jantung b.d pirau tindakan keperawatan a. Monitor tekanan
darah ke ventrikel selama 3x24 jam klien darah
kanan, penurunan memperlihatkan b. Monitor intake
volume sekuncup peningkatan curah dan output cairan
jantung dengan kriteria c.Monitor berat badan
hasil : setiap hari pada
a. Takikardia meburun waktu yang sama
b. Edema menurun d. Monitor
c. Berat badan saturasi oksigen
membaik e.Periksa tekanan
d. Central venous darah dan frekuensi
pressure (CVP) nadi sebelum dan
sesudah aktivitas
Terapeutik
a. Berikan diet
jantung yang sesuai
b. Berikan
dukungan
emosional dan
spiritual
Edukasi
a. Anjurkan berhenti
merokok
b. Ajarkan pasien dan
keluarga mengukur
intake dan output
cairan harian
Kolaborasi
a. Kolaborasi
pemberian
antiritmia
Intoleransi Setelah dilakukan Observasi
aktivitas b.d tindakan keperawatan a. Identifikasi
ketidakseimbanga selama 3x24 jam klien tingkat aktivitas
n antara suplai memperlihatkan b. Identifikasi
dan kebutuhan perbaikan curah jantung sumber daya
oksigen yang terlihat dari untuk aktivitas
aktivitas klien dengan yang diinginkan
kriteria hasil : Terapeutik
a. Keluhan Lelah a. Sepakati
menurun komitmen untuk
b.Tekanan darah meningkatkan
membaik frekuensi dan
c. Saturasi oksigen rentang aktivitas
membaik b. Koordinasikan
pemilihan
aktivitas sesuai
usia
c. Jadwalkan
aktivitas dalam
rutinitas sehari-
hari
Edukasi
a. Ajarkan cara
melakukan
aktivitas yang
dipilih
b. Anjurkan
melakukan
aktivitas fisik,
sosial, spiritual,
dan kognitif
dalam menjaga
fungsi dan
kesehatan
c. Anjurkan keluarga
untuk memberi
penguatan positif
atas partisipasi
dalam aktivitas
kolaborasi
Kolaborasi
a. Kolaboraai
dengan terapis
okupasi dalam
merencanakan dan
memonitor
program aktivitas,
jika sesuai
Gangguan Setelah dilakukan Observasi
tumbuh kembang tindakan keperawatan a. Identifikasi
b.d efek selama 3x24 jam klien pencapaian tugas
ketidakmampuan tidak mengalami perkembangan
fisik gangguan tumbuh anak
kembang dengan kriteria b. Identifikasi isyarat
hasil : perilaku dan
a. Keterampilan/perilak fisiologis yang
u sesuai usia ditunjukkan bayi
meningkat Terapeutik
b. Kemampuan a. Minimalkan
melakukan perawatan kebisingan
diri meningkat ruangan
c. Pola tidur membaik b. Pertahankan
lingkungan yang
mendukung
perkembangan
optimal
c. Pertahankan
kenyamanan anak
Edukasi
a. Ajarkan orang tua
berinteraksi
dengan anaknya
b. Ajarkan anak
keteramilan
berinteraksi
c. Ajarkan anak
teknik asertif
Resiko Setelah dilakukan Observasi
Pendarahan b.d tindakan keperawatan a. Monitor tanda dan
tindakan selama 1x24 jam klien gejala pendarahan
pembedahan tidak ada pendarahan b. Monitor nilai
dengan kriteria hasil : hematocrit/hemog
a. Membrane lobin
mukosa lembap c. Monitor koagulasi
meningkat Terapeutik
b. Kelembapan kulit a. Pendarahan bed
meningkat rest selama
c. Hemoglobin pendarahan
membaik b. Gunakan kasur
pencegahan
decubitus
Edukasi
a. Jelaskan tanda
dan gejala
pendarahan
b. Anjurkan
meningkatkan
asupan cairan
utuk menghindari
konstipasi
c. Anjurkan segera
melapor jika
terjadi pendarahan
Kolaborasi
a. Kolaborasi
pemberian obat
pengontrol
pendarahan, jika
perlu
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Atrial septal defect atau defek septum atrium merupakan jenis penyakit
jantung bawaan tipe asianostik dimana terdapat suatu abnormalitas pada septum
yang membatasi atrium kanan dan atrium kiri. Ketika janin berkembang dalam
Rahim, sebuah septum terbentuk untuk membagi ruang atrium menjadi atrium kiri
dan kanan. Namun, apabila septum tidak terbentuk sempurna atau ada kerusakan,
maka akan menyebabkan kelainan saat lahir yaitu ASD (Liegeois,2018).
Kelainan ini dibedakan dalam 3 bentuk anatois yaitu :
1. Defek sinus venosus atau defek pada vena kava superior
2. Defek fosa ovalis atau DSA sekundum
3. Defek septum atrium premium
Sementara untuk VSD, klasifikasinya dibagi berdasarkan besar defeknya,
yaitu : kecil, sedang, dan besar. Kewaspadaan terhadap VSD adalah ketika VSD
yang diderita berukuran besar dan perlu tindakan medis intensif untuk mencegah
terjadinya gagal jantung permanen pada anak.
B. Saran
Bagi pembaca di sarankan untuk memahami hal-hal yang berkaitan dengan
jantung ASD/ VSD, sehingga dapat di lakukan upaya-upaya yang bermanfaat
untuk menanganinya secara efektif dan efisien .
Mahasiswa kesehatan sebaiknya memahami dan megetahui konsep Atrium septum
defek dan askep nya guna unttuk mengaplikasikan dalam memberikan pelayanan
kepada pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Lembar Konsultasi
Kelompok : 2
Kelas : 2A
Dosen Pembimbing : Bara Wiradwiyana, SKp, MKM
Mata Kuliah : Keperawatan Anak
Judul : KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN MASALAH INFEKSI DAN
NON INFEKSI PADA BAYI DAN ANAK: ASD dan VSD