Anda di halaman 1dari 31

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN MASALAH INFEKSI DAN NON INFEKSI

PADA BAYI DAN ANAK: ASD dan VSD

Dosen Pembimbing :

Bara Wiradwiyana, SKp, MKM

Disusun Oleh:

Aji Muminun P17120019001

Destika Anggita Y P17120019010

Faradilah Shafa P17120019015

Imas Fitriana R P17120019019

Isna Nur Ramadani P17120019021

Marlina Ashfariani P17120019023

Tia Ramadhanti P17120019036

KELAS II A

JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN

JAKARTA I

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas anugerah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah tentang “Masalah Infeksi dan Non
Infeksi pada bayi dan anak: Ventrikular Septum Defect dan Atrium Septal Defect”.
Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada dosen pengampu mata kuliah Keperawatan
anak, rekan rekan, serta semua pihak yang membantu dalam proses pembuatan makalah ini.

Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini selain untuk menyelesaikan
tugas yang diberikan oleh Dosen pengajar, juga untuk lebih memperluas pengetahuan serta
memberi pemahaman kepada para mahasiswa mengenai Masalah Infeksi dan Non Infeksi
pada Bayi dan Anak: VSD dan ASD beserta khususnya bagi kami sebagai penulis.

Kami telah berusaha untuk menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya, namun
kami menyadari bahwa kami memiliki banyak keterbatasan dikarenakan pengetahuan kami
yang masih minim dan terbatas. Oleh karena itu kesalahan-kesalahan baik dari segi teknik
penulisan, maupun dari isi makalah, kami memohon maaf. Kritik dan saran dari berbagai
pihak sangat kami harapkan demi perbaikan kami dalam tugas selanjutya.

Jakarta, Januari 2021

Kelompok 2
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penyakit jantung bawaan (PJB) merupakan kelainan kongenital yang paling
umum dan sebagai jenis penyakit jantung tersering pada anak. PJB disebut juga
defek jantung bawaan, merupakan istilah yang umum untuk kelainan struktur
jantung dan pembuluh darah besar yang muncul sejak lahir.
Penyakit jantung bawaan dapat diklasifikasikan menjadi 2 kelompok, yakni
penyakit jantung bawaan non-sianotik dan sianotik.3 Pada penyakit jantung
bawaan non-sianotik mencakup lesi dengan pirau kiri ke kanan yang
menyebabkan peningkatan aliran darah pulmonal (duktus arteriosus paten atau
patent ductus arteriosus), defek septum ventrikel atau ventricular septal defect
(VSD), defek septum arium atau atrial septal defect (ASD), dan lesi obstruktif
(stenosis aortic, stenosis pulmonal, koarktasio aorta), yang umumnya disertai
aliran darah pulmnal yang normal.
Studi di Eropa membuktikan, prevalensi total kelahiran penyakit jantung
bawaan adalah 8,2 per 1000 kelahiran hidup yang lebih tinggi dari prevalensi
kelahiran hidup yang dilaporkan di Amerika Serikat (6,9 per 1000 kelahiran
hidup) sementara penyakit jantung bawaan pada anak di Indonesia cukup banyak,
dimana sekitar 6 sampai 10 dari 1000 bayi lahir, mengidap PJB. Sekitar 2-5
persen kelainan ini erat kaitannya dengan abnormalitas kromosom. Misalnya pada
penderita sindrom Down, sekitar 60% selalu disertai kelainan jantung kongenital
seperti defek septum ventrikel, tetralogi fallot, duktus arteriosus persisten, dan
defek septum atrium
Penelitian dari Maramis et al.3 di RSUP Prof. Dr. R. D Kandou Manado
menunjuk-kan 53 anak penderita PJB, dimana yang terbanyak berumur 1-6 tahun.
Jenis PJB terbanyak ialah ASD (34%) dan VSD (28,3%).
B. TUJUAN
a. Tujuan Umum

Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Anak mencakup
materi asuhan keperawatan pada pasien dengan atrium septum defek dan
ventrikel septum defek.

b. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui Penyakit ASD (Atrial Septal Defect)

2. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan ASD (Atrial Septal Defect)

3. Untuk mengetahui Penyakit VSD (Ventricular Septal Defect)

4. Untuk mengetahui Konsep Asuhan Keperawatan VSD (Ventricular Septal


Defect)
BAB II

Konsep dan Asuhan Keperawatan Anak dengan ASD Atrial Septal Defect (ASD) dan
VSD (Ventrikel Septal Defect)
A. Definisi ASD dan VSD
Atrial Septal Defect (ASD) adalah terdapatnya hubungan atrium kanan
dengan atrium kiri yang tidak ditutup oleh katup (Markum, 1991). ASD adalah
defek pada sekat yang memisahkan atrium kiri dan kanan (Sudigdo
Sastroasmoro, 1994). Atrial septal defect atau defek septum atrium merupakan
jenis penyakit jantung bawaan tipe asianostik dimana terdapat suatu
abnormalitas pada septum yang membatasi atrium kanan dan atrium kiri.
Ketika janin berkembang dalam Rahim, sebuah septum terbentuk untuk
membagi ruang atrium menjadi atrium kiri dan kanan. Namun, apabila septum
tidak terbentuk sempurna atau ada kerusakan, maka akan menyebabkan
kelainan saat lahir yaitu ASD (Liegeois,2018).
Atrial Septal Defect (ASD) adalah lubang abnormal pada sekat antara
kedua atrium sehingga terjadi pengaliran darah dari atrium Kiri yang
bertekanan tinggi ke atrium yang bertekanan rendah. Lubang abnormal
diantara dua atrium dapat diakibatkan dari aliran darah menetap melalui
foramentum ovale fetal (ottium sekundum) atau defek pada septum intracranial
(septum bawah disebut ASD ostium primum dan sering dihubungkan oleh
celah katup mitral), mengakibatkan beberapa derajat pirau darah kiri ke kanan.
Pada keadaan normal pada peredaran darah janin terdapat lubang diantara
atrium kiri ke atrium kanan sehingga tidak perlu melewati paru paru. Pada
saat bayi lubang ini biasanya menutup. Jika lubang ini terbuka, darah terus
mengalir dari atrium kiri ke atrium kanan maka darah bersih dan kotor akan
bercampur.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa Atrial Septal Defect (ASD) penyakit jantung bawaan dimana terdapat
lubang (defek) pada sekat atau septum intertrial yang memisahkan atrium kiri
dan kanan yang terjadi karena kegagalan fusi septum intertial seamasa janin.
Kelainan ini dibedakan dalam 3 bentuk anatomis yaitu :
a) Defek sinus venosus atau defek pada vena kava superior
b) Defek fosa ovalis atau DSA sekundum
c) Defek septum atrium premium

Sementara VSD merupakan lubang abnormal pada sekat yang memisahkan


ventrikel kanan dan kiri. Malformasi jantung yang paling sering, meliputi 25%
penyakit jantung kongiental. Defek dapat terjadi pada setiap bagian sekat ventrikel,
namun sebagian besar adalah tipe membranosa. Defek ini ada pada posisi
posteroinferior anterior dari daun katup sekat katup trikuspidal. Defek pada bagian
tengah atau daerah apeks sekat ventrikel adalah tipe muskuler dapat tunggal atau
multipel (sekat swiss-cheese).
VSD dapat diklarifikasikan menurut lokasi defeknya : membranosa atau
muskuliaris. Ukuran VSD dapat bervariasi dari ukuran jarum kecil hingga keadaan
tanpa adanya septum atau sekat sehingga kedua ventrikel menjadi satu. VSD sering
disertai dengan defek lainnya seperti stenosis pulmonalis, transposisi pembuluh darah
besar, paten duktus arteriorisus, defek antrium dan koarktasio aorta. Banyak kasus
VSD diperkirakan akan menutup secara spontan. Penutupan secara spontan paling
besar kemungkinannya terjadi pada anak-anak pada usia 0 – 1 tahun defek kecil
hingga defek sedang.
B. Etiologi
Secara umum, terjadinya kelainan PBJ belum dapat dideteksi secara pasti,
tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka
kejadian penyakit jantung bawaan (PBJ) yaitu :
1. Faktor prenatal (faktor eksogen)
- Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella
- Ibu alkoholisme
- Usia ibu lebih dari 40 tahun
- Ibu menderita penyakit DM yang memerlukan insulin
- Ibu pengkonsumsi obat-obatan penenang
2. Faktor genetik (faktor endogen)
- Anak yang lahir sebelumnya menderita PBJ
- Ayah atau ibu menderita PBJ
- Kelainan kromosom misalnya down syndrom
- Lahir dengan kelainan bawaan yang lain misalnya
C. Klasifikasi ASD dan VSD

ASD dibedakan dalam 3 bentuk anatomis yaitu :


a) Defek sinus venosus atau defek pada vena kava superior
b) Defek fosa ovalis atau DSA sekundum
c) Defek septum atrium primium
d) Inferior sinus venosus
Sementara untuk VSD, dibedakan berdasarkan diameter defek sebagai berikut :
1. VSD Kecil
Defek berdiameter sekitar 1 – 5 mm. Pertumbuhan anak normal
walaupun ada kecenderungan terjadi infeksi saluran pernapasan. Toleransi
latihan normal ; hanya pada latihan yang lama dan berat pasien cenderung
lebih lelah dibandingkan dengan teman sebayanya. VSD kecil tidak
memerlukan tindakan pembedahan karena tidak menyebabkan gangguan
hemodinamik, dan resiko operasi lebih besar daripada resiko terjadi
endokarditis.
Anak dengan VSD kecil memiliki prognosis baik dan dapat hidup
normal. Tidak perlu pengobatan. Bahaya yang mungkin bisa timbul adalah
endokarditis infektif. Operasi penutupan dapat dilakukan bila dikehendaki
orang tua. Pasien dengan VSD kecil diperlakukan seperti anak normal dengan
pengecualian bahwa pada pasien harus diberikan pencegahan terhadap
endokarditis. Pasien tidak memiliki gejala dan murmur jantung yang
didapatkan pada pemeriksaan rutin. Tujuh puluh lima persen menutup pada
usia 10 tahun pertama (mayoritas pada 2 tahun) namun pada penutupan juga
bisa terjadi pada masa dewasa dan terdapat resiko endokarditis bakteri.
2. Defek Sedang
Defek dengan ukuran sedang menyebabkan timbulnya gejala pada
bayi. Gagal jantung akan anak akan sulit makan dan berat badan sulit untuk
naik. Gejala muncul pada bulan pertama periode kehidupan, seringkali
dicetuskan oleh infeksi dada. Perbaikan terjadi dengan pemberian terapi medis
yang tepat. Defek sendiri relatif mengecil bersamaan dengan pertumbuhan
anak dengan berkurangnya gejala, dan terjadi peningkatan berat badan
sehingga terjadi penutupan defek.
3. Defek besar
Gejala muncul pada periode pertama kehidupan. Gagal jantung sulit dikontrol
dan dibutuhkan pemberian makanan dengan menggunakan selang. Sebagian
kecil menutup namun sebagian besar membutuhkan operasi. Pada bayi, aliran
darah pulmonal yang tetap tinggi menyebabkan peningkatan resistensi
pembuluh darah pulmonal. Volume pirau kiri ke kanan berkurang dan gagal
jantung membaik. Namun jangan terkecoh oleh perbaikan ini karena jika tidak
menutup di usia 2 tahun, perubahan pulmonal pada pembuluh darah pulmonal
akan menjadi permanen. Tanpa pembedahan, penyakit pembuluh darah
pulmonal akan memburuk, pirau kembali terjadi, pasien menjadi sianotik dan
sesak, dan meninggal pada dekade kedua atau ketiga. Satu-satunya
penatalaksanaan penyakit pembuluh darah pulmonal adalah pencegahan
dengan pembedahan dini.
D. Anatomi dan Fisiologi Jantung
Jantung adalah sebuah organ berotot dengan empat buah ruang yang
terletak di rongga dada, di bawah perlindungan tulang iga, sedikit ke sebelah
kiri sternum. Ruang jantung terdiri atas dua ruang yang berdinding tipis
disebut atrium (serambi) dan dua ruang yang berdinding tebal disebut
ventrikel (bilik) (Muttaqin, 2009).
Jantung memiliki berat sekitar 300 gr, meskipun berat dan ukurannya
dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, berat badan, beratnya aktifitas fisik, dll.
Jantung dewasa normal berdetak sekitar 60 sampai 80 kali per menit,
menyemburkan sekitar 70 ml darah dari kedua ventrikel per detakan, dan
keluaran totalnya sekitar 5 L/ menit (Smeltzer dan Bare, 2002).
Jantung terletak di dalam rongga mediastinum dari rongga dada
(thoraks), diantara kedua paru. Selaput yang mengitari jantung disebut
pericardium, yang terdiri atas 2 lapisan, yauitu pericardium parietalis,
merupakan lapisan luar yang melekat pada tulang dada dan selaput paru. dan
pericardium viseralis, yaitu lapisan permukaan dari jantung itu sendiri, yang
juga disebut epikardium.
Di dalam lapisan jantung tersebut terdapat cairan pericardium, yang
berfungsi untuk mengurangi gesekan yang timbul akibat gerak jantung saat
memompa. Dinding jantung terdiri dari 3 lapisan, yaitu lapisan luar yang
disebut pericardium, lapisan tengah atau miokardium merupakan lapisan
berotot, dan lapisan dalam disebut endokardium.
Organ jantung terdiri atas 4 ruang, yaitu 2 ruang yang berdinding tipis,
disebut atrium, dan 2 ruang yang berdinding tebal disebut ventrikel.
a) Atrium
1) Atrium kanan, berfungsi sebagai tempat penampungan darah yang rendah
oksigen dari seluruh tubuh. Darah tersebut mengalir melalui vena cava
superior, vena cava inferior, serta sinus koronarius yang berasal dari jantung
sendiri. Kemudian darah dipompakan ke ventrikel kanan dan selanjutnya ke
paru.
2) Atrium kiri, berfungsi sebagai penerima darah yang kaya oksigen dari
kedua paru melalui 4 buah vena pulmonalis. Kemudian darah mengalir ke
ventrikel kiri, dan selanjutnya ke seluruh tubuh melalui aorta.

b) Ventrikel (bilik)
Permukaan dalam ventrikel memperlihatkan alur-alur otot yang disebut
trabekula. Beberapa alur tampak menonjol, yang disebut muskulus papilaris.
Ujung muskulus papilaris dihubungkan 10 dengan tepi daun katup
atrioventrikuler oleh serat-serat yang disebut korda tendinae.
1) Ventrikel kanan, menerima darah dari atrium kanan dan dipompakan ke
paru-paru melalui arteri pulmonalis.
2) Ventrikel kiri, menerima darah dari atrium kiri dan dipompakan ke seluruh
tubuh melalui aorta. Kedua ventrikel ini dipisahkan oleh sekat yang disebut
septum ventrikel. Untuk menghubungkan antara ruang satu dengan yang lain,
jantung dilengkapi dengan katup-katup, diantaranya : a) Katup
atrioventrikuler.

Oleh karena letaknya antara atrium dan ventrikel, maka disebut katup atrio-
ventrikuler, yaitu :
1) Katup trikuspidalis. Merupakan katup yang terletak di antara atrium kanan
dan ventrikel kanan, serta mempunyai 3 buah daun katup. Katup mitral/ atau
bikuspidalis. Merupakan katup yang terletak di antara atrium kiri dan ventrikel
kiri, serta mempunyai 2 buah katup. Selain itu katup atrioventrikuler berfungsi
untuk memungkinkan darah mengalir dari masing-masing atrium ke ventrikel
pada fase diastole ventrikel, dan mencegah aliran balik pada saat sistole
ventrikel (kontraksi).
b) Katup semilunar.
1) Katup pulmonal. Terletak pada arteri pulmonalis, memisahkan pembuluh
ini dari ventrikel kanan.
2) Katup aorta. Terletak antara ventrikel kiri dan aorta. Kedua katup semilunar
ini mempunyai bentuk yang sama, yakni terdiri dari 3 daun katup yang
simetris disertai penonjolan menyerupai corong yang dikaitkan dengan sebuah
cincin serabut. Adapun katup semilunar memungkinkan darah mengalir dari
masingmasing ventrikel ke arteri pulmonalis atau aorta selama sistole
ventrikel, dan mencegah aliran balik waktu diastole ventrikel. (Ulfah dan
Tulandi, 2001)
2. Persyarafan jantung Jantung dipersyarafi oleh serabut simpatis,
parasimpatis, dan sistem syaraf autonom melalui pleksus kardiakus. Syaraf
simpatis berasal dari trunkus simpatikus bagian servical dan torakal bagian
atas dan syaraf parasimpatis berasal dari nervous vagus. Sistem persyarafan
jantung banyak dipersyarafi oleh serabut sistem syaraf otonom (parasimpatis
dan simpatis) dengan efek yang saling berlawanan dan bekerja bertolak
belakang untuk mempengaruhi perubahan pada denyut jantung, yang dapat
mempertinggi ketelitian pengaturan syaraf oleh sistem syaraf otot.

Serabut parasimpatis mempersyarafi nodus SA, otot-otot atrium, dan


nodus AV melalui nervus vagus. serabut simpatis menyebar keseluruh sistem
konduksi dan miokardium. Stimulasi simpatis (adregenic) juga menyebabkan
melepasnya epinefrin dan beberapa norepinefrin dari medulla adrenal. Respon
jantung terhadap stimulasi simpatis diperantai oleh pengikatan norepinefrin
dan epinefrin ke reseptor adregenic tertentu; reseptor α terletak pada sel-sel
otot polos pembuluh darah, menyebabkan terjadinya vasokonstriksi, dan
reseptor β yang terletak pada nodus AV, nodus SA, dan miokardium,
menyebabkan peningkatan denyut jantung, peningkatan kecepatan hantaran
melewati nodus AV, dan peningkatan kontraksi miokardium (stimulasi
reseptor ini menyebabkan vasodilatasi). 13 Hubungan sistem syaraf simpatis
dan parasimpatis bekerja untuk menstabilkan tekanan darah arteri dan curah
jantung untuk mengatur aliran darah sesuai kebutuhan tubuh. (Kasron, 2011)
3. Elektrofisiologi jantung
Di dalam otot jantung, terdapat jaringan khusus yang menghantarkan aliran
listrik. Jaringan tersebut mempunyai sifat-sifat yang khusus, yaitu :
a) Otomatisasi : kemampuan untuk menimbulkan impuls secara spontan.
b) Irama : pembentukan impuls yang teratur.
c) Daya konduksi : kemampuan untuk menyalurkan impuls.
d) Daya rangsang : kemampuan untuk bereaksi terhadap rangsang.
Berdasarkan sifat-sifat tersebut diatas, maka secara spontan dan teratur jantung
akan menghasilkan impuls-impuls yang disalurkan melalui sistem hantar
untuk merangsang otot jantung dan dapat menimbulkan kontraksi otot.
Perjalanan impuls dimulai dari nodus SA, nodus AV, sampai ke serabut
purkinye.

a) SA Node Disebut pemacu alami karena secara teratur mengeluarkan aliran


listrik impuls yang kemudian menggerakkan jantung secara otomatis. Pada
keadaan normal, impuls yang dikeluarkan frekuensinya 60-100 kali/ menit.
Respons dari impuls SA memberikan dampak pada aktivitas atrium. SA node
dapat menghasilkan impuls karena adanya sel-sel pacemaker yang
mengeluarkan impuls secara otomatis. Sel ini dipengarungi oleh saraf simpatis
dan parasimpatis. Stimulasi SA yang menjalar melintasi permukaan atrium
menuju nodus AV memberikan respons terhadap adanya kontraksi dari
dinding atrium untuk melakukan kontraksi.
Bachman bundle menghantarkan impuls dari nodus SA ke atrium kiri.
Waktu yang diperlukan pada penyebaran impuls SA ke AV berkisar 0,05 atau
50 ml/ detik. b) Traktus Internodal Berfungsi sebagai penghantar impuls dari
nodus SA ke Nodus AV. Traktus internodal terdiri dari :
1) Anterior Tract.
2) Middle Tract.
3) Posterior Tract.
c) Bachman Bundle Berfungsi untuk menghantarkan impuls dari nodus SA ke
atrium kiri. d) AV Node AV node terletak di dalam dinding septum (sekat)
atrium sebelah kanan, tepat diatas katup trikuspid dekat muara sinus
koronarius.
AV node mempunyai dua fungsi penting, yaitu :
1) Impuls jantung ditahan selama 0,1 atau 100 ml/ detik, untuk memungkinkan
pengisisan ventrikel selama atrium berkontraksi.
2) Mengatur jumlah impuls atrium yang mencapai ventrikel. AV node dapat
menghasilkan impuls dengan frekuensi 40-60 kali/ menit.
e) Bundle His Berfungsi untuk menghantarkan impuls dari nodus AV ke
sistem bundle branch.
f) Bundle Branch Merupakan lanjutan dari bundle of his yang bercabang
menjadi dua bagian, yaitu : 1) Righ bundle branch (RBB/ cabang kanan),
untuk mengirim impuls ke otot jantung ventrikel kanan.
2) Left bundle branch (LBB/ cabang kiri) yang terbagi dua, yaitu deviasi ke
belakang (left posterior vesicle), menghantarkan impuls ke endokardium
ventrikel kiri bagian posterior dan inferior, dan deviasi ke depan (left anterior
vesicle), menghantarkan impuls ke endokardium ventrikel kiri bagian anterior
dan superior.
g) Sistem Purkinye Merupakan bagian ujung dari bundle branch. Berfungsi
untuk menghantarkan/ mengirimkan impuls menuju lapisan sub-endokard
pada kedua ventrikel, sehingga terjadi depolarisasi yang diikuti oleh kontraksi
ventrikel. Sel-sel pacemaker di subendokard ventrikel dapat menghasilkan
impuls dengan frekuensi 20-40 kali/ menit. pemacu cadangan ini mempunyai
fungsi sangat penting, yaitu untuk mencegah berhentinya denyut jantung pada
waktu pemacu alami (SA node) tidak berfungsi. Depolarisasi yang dimulai
pada SA node disebarkan secara radial ke seluruh atrium, kemudian semuanya
bertemu di AV node. Seluruh depolarisasi atrium berlangsung selama kira-kira
0,1 detik. Oleh 17 karena hantaran di AV node lambat, maka terjadi
perlambatan kirakira 0,1 detik (perlambatan AV node) sebelum eksitasi
menyebar ke ventrikel. Pelambatan ini diperpendek oleh perangsangan saraf
simpatis yang menuju jantung dan akan memanjang akibat perangsangan
vagus.
Dari puncak septum, gelombang depolarisasi menyebar secara cepat di dalam
serat penghantar purkinye ke semua bagian ventrikel dalam waktu 0,08-0,1
detik. (Ulfah dan Tulandi, 2001; Muttaqin, 2009)
4. Siklus jantung Siklus jantung adalah periode dimulainya satu denyutan
jantung dan awal dari denyutan selanjutnya. Siklus jantung terdiri dari periode
sistole, dan diastole. Sistole adalah periode kontraksi dari ventrikel, dimana
darah dikeluarkan dari jantung. Diastole adalah periode relaksasi dari ventrikel
dan kontraksi atrium, dimana terjadi pengisian darah dari atrium ke ventrikel.
a) Periode sistole (periode kontriksi) Periode sistole adalah suatu keadaan
jantung dimana bagian ventrikel dalam keadaan menguncup. Katup
bikuspidalis dan trikuspidalis dalam keadaan tertutup, dan valvula semilunaris
aorta dan valvula semilunaris arteri pulmonalis terbuka, sehingga darah dari
ventrikel kanan mengalir ke arteri pulmonalis, dan masuk kedalam paru-paru
kiri dan kanan. 18 Darah dari ventrikel kiri mengalir ke aorta dan selanjutnya
beredar keseluruh tubuh. b) Periode diastole (periode dilatasi) Periode diastole
adalah suatu keadaan dimana jantung mengembang. Katup bikuspidalis dan
trikuspidalis dalam keadaan terbuka sehingga darah dari atrium kiri masuk ke
ventrikel kiri, dan darah dari atrium kanan masuk ke ventrikel kanan.
Selanjutnya darah yang datang dari paru-paru kiri kanan melalua vena
pulmonal kemudian masuk ke atrium kiri. Darah dari seluruh tubuh melalui
vena cava superior dan inferior masuk ke atrium kanan.
c) Periode istirahat Adalah waktu antara periode diastole dengan periode
sistole dimana jantung berhenti kira-kira sepersepuluh detik (Kasron, 2011).
5. Sistem peredaran darah Dalam memenuhi kebutuhan nutrisi dalam setiap
organ ataupun jaringan maupun sel tubuh melalui sistem peredaran darah.
Sistem aliran darah tubuh, secara garis besar terdiri dari tiga sistem, yaitu :
a) Sistem peredaran darah kecil. Dimulai dari ventrikel kanan, darah mengalir
ke paru-paru melalui arteri pulmonal untuk mengambil oksigen dan
melepaskan karbon dioksida kemudian masuk ke atrium kiri.
Sistem peredaran darah kecil ini berfungsi untuk membersihkan darah
yang setelah beredar ke seluruh tubuh memasuki atrium kanan dengan kadar
oksigen yang rendah antara 60-70% serta kadar karbon dioksida tinggi antara
40-45%. Setelah beredar melalui kedua paru-paru, kadar zat oksigen
meningkat menjadi sekitar 96% dan sebaliknya kadar zat karbon dioksida
menurun.
Proses pembersihan gas dalam jaringan paru-paru berlangsung di
alveoli, dimana gas oksigen disadap oleh komponen Hb. Sebaliknya gas
karbon dioksida dikeluarkan sebagian melalui udara pernafasan.
b) Sistem peredaran darah besar.
Darah yang kaya oksigen dari atrium kiri memasuki ventrikel kiri melalui
katup mitral/ atau bikuspidal, untuk kemudian dipompakan ke seluruh tubuh
melalui katup aorta, dimana darah tersebut membawakan zat oksigen serta
nutrisi yang diperlukan oleh tubuh melewati pembuluh darah besar/ atau arteri,
yang kemudian di supplai ke seluruh tubuh.
c) Sistem peredaran darah koroner.
Sistem peredaran darah koroner berbeda dengan sistem peredaran darah kecil
maupun besar. Artinya khusus untuk menyuplai darah ke otot jantung, yaitu
melalui pembuluh koroner dan kembali melalui pembuluh balik yang
kemudian menyatu serta bermuara langsung ke dalam ventrikel kanan. 20
Melalui sistem peredaran darah koroner ini, jantung mendapatkan oksigen,
nutrisi, serta zat-zat lain agar dapat menggerakkan jantung sesuai dengan
fungsinya (Soeharto, 2002).
E. Patofisiologi ASD dan VSD
Pada ASD, darah memintas dari atrium kiri ke atrium kanan karena
tekanan atrium kiri secara normal sedikit lebih tiggi dari pada tekanan atrium
kanan. Perbedaan tekanan ini memaksa sejumlah besar darah mengalir melalui
dalam jantung kanan sehingga mempengaruhi atrium kanan, ventrikel kanan,
dan arteri pulmonalis.
Pada akhirnya, atrium Kanan akan membesar dan ventrikel kanan
berdilatasi untuk menampung volume darah yang bertambah itu. Jika terjadi
hipertensi arteri pulmonalis, maka peningkatan resistensi vaskuler paru dan
hipertrofi ventrikel kanan akan mengkuti. Pada sebagian pasien dewasa,
hipertensi arteri pulmonalis yang tidak reversible menyebabkan pembalikan
arah pintasan sehingga darah kotor masuk ke dalam sirkulasi sistemik dan
menyebabkan sianosis.
Defek Septum Ventrikel (DSV) terjadi bila sekat septum ventrikel
tidak terbentuk sempurna. Akibatnya darah dari bilik kiri mengalir ke bilik
kanan pada saat sistol. Besarnya defek bervariasi dari hanya berapa mm
sampai beberapa cm. Pada defek dengan resistensi vaskular paru meninggi
tekanan balik kanan akan sama dengan bilik kiri hingga pirau kiri ke kanan
hanya sedikit. Bila semakin besar defek dan makin tinggi tekanan bilik kanan
akan terjadi pirau kanan ke kiri. Berkurangnya darah yang beredar ke dalam
tubuh menyebabkan anak sering menderita infeksi saluran pernapasan. Pada
DSV kecil pertumbuhan anak tidak terganggu; sedangkan pada DSV besar
dapat terjadi gagal jantung dini yang memerlukan pengobatan medis yang
intensif bahkan operasi (Ngastiyah, 2005 : 94).
F. Pathway ASD dan VSD
G. Manifestasi Klinik

Sebagian besar penderita ASD tidak menampakkan gejala (asimptomatik)


pada masa kecilnya, kecuali pada ASD besar yang dapat menyebabkan kondisi
gagal jantung di tahun pertama kehidupan pada sekitar 5% penderita. Kejadian
gagal jantung meningkat pada dekade ke-4 dan ke-5. dengan disertai adanya
gangguan aktivitas listrik jantung (aritmia). Gejala yang muncul pada masa
bayi dan kanak-kanak adalah adanya infeksi saluran nafas bagian bawah
berulang, Yang ditandai dengan keluhan batuk dan panas hilang timbul
(tanpapilek). Selain itu gejala gagal jantung pada ASD besar) dapat berupa
sesak napas, kesulitan menyusu. gagal tumbuh kembang pada bayi atau cepat
capai saat aktivitas fisik pada anak yang lebih besar. Selanjutnya dengan
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang seperti elektrokardiografi
(EKG), rontgent dada dan echocardiografi, diagnosis ASD dapat ditegakkan.
Gejalanya bisa berupa :
a) Sering mengalami infeksi saluran pernafasan
b) Dispnea (kesulitan dalam bernafas)
c) Sesak nafas ketika melakukan aktivitas
d) Jantung berdebar-debar (palpitasi)
e) Pada kelainan yang sifatnya ringan sampai sedang mungkin san sekali
f) Tidak ditemukan gejala atau gejalanya baru timbul pada usia
pertengahan Aritmia.
Sementara dengan gambaran klinis DVS, pada pemeriksaan selain
didapatkan pertumbuhan terhambat, anak terlihat pucat, banyak keringat
bercucuran, ujung-ujung jari hiperemik. Diameter dada bertambah,
sering terlihat penonjolan dada kiri. Tanda yang menonjol ialah napas
pendek dan retraksi pada jugulum, sela interkosta, dan region
epigastrium.
Pada anak yang kurus, terlihat impuls jantung yang hiperdinamik. Selain
kelainan tersebut pada palpasi dan auskultasi masih terdapatnya tekanan
arteria pulmonalis yang tinggi, dan penutupan katup pulmonalis teraba
jelas pada sela iga III kiri dekat sternum, dan mungkin teraba getaran
bising pada dinding dada (Ngastiyah, 2005 : 98).

H. Pemeriksaan Diagnostik
1. Foto Ronsen Dada
Rontgen thorax untuk mengetahui gambaran paru dan jantung Pada
defek kecil gambaran foto dada masih dalam batas normal. Bila defek
bermakna mungkin tampak kardiomegali akibat penbesaran jantung
kanan Pembesaran ventrikel ini lebih nyata terlihat pada foto lateral.
2. Elektrokardiografi
Menilai irama, heart rate, gangguan konduksindan perubahan pola.
Pada ASD I. gambaran EKG sangat karakterstk dan patognomis. yaitu
sumbu jantung frontal selalu kekiri Sedangkan pada ASD II jarang
sekali dengan sumbu Frontal kekiri.
3. Katerisasi Jantung
Katerisasi jantung diakukan defek intra pad ekodiograf tidak jelas
terlihat atau bila terdapat hipertensi pulmonal pada kateterisasi jantung
terdapat peningkatan saturasi 02 di atrium kanan dengan peningkatan
ringan tekanan ventrikel kanan dan kiri bila terjadi penyakit vaskuler
paru tekanan arteri pulmonalis, sangat meningkat sehingga perlu
dilakukan tes dengan pemberian 02 100% untuk menilai responsibilitas
vasakuler paru puda Syndrome ersen menger saturasi 02 di atrium kiri
menurun,
4. Eko kardiogram
Ekokardiogram memperlihatkan dilatasi ventrikel kanan dan septum
interventrikuler yang bergerak paradoks. Ekokardiografi dua dimensi
dapat memperlihatkan lokasi dan besarnya defect interatrial pandangan
subsifoid yang paling terpercaya prolaps katup netral dan regugitasi
sering tampak pada defect septum atrium yang besar. Dari pemeriksaan
ini maka akan dapat dilihat adanya kebocoran aliran darah dari atrium
kiri ke atrium kanan.
5. Radiologi Tanda - tanda penting pada foto radiologi thoraks ialah:
 Corak pembuh darah bertambah
 Ventrikel kan dan atrium kanan membesar
 Batang arteri pulmonalis membesar sehingga poda hilus
tampak denyutan ( pada fluoroskopi dan disebut sebagai hilam
dance)
I. Penatalaksanaan Medis
ASD kecil tidak perlu operasi karena tidak menyebabkan gangguan
hemodinamik atau bahaya endocarditis infektif. ASD besar perlu tindakan
bedah yang dianjurkan dilakukan dibawah umur 6 tahun (pra sekolah).
Walaupun setelah operasi kemungkinan ventrikel kanan masih menunjukkan
dilatasi. Hal ini karena komplien otot jantung sudah berkurang. Pada
penutupan spontan ASD sangat kecil kemungkinannya sehingga operasi
sangat berarti. Defek fosa ovalis atau defek atrioventrikular dengan komplikasi
ditutup dengan bantuan mesin jantung paru.
Pasien dengan DSV besar perlu ditolong dengan obat-obatan untuk
mengatasi gagal jantung. Biasanya diberikan diuretik, misalnya Lasix. Bila
obat dapat memperbaiki keadaan, yang dilihat dengan membaiknya
pernapasan dan pertambahan berat badan, maka operasi ditunda sampai usia 2
– 3 tahun. Operasi bila perlu dilakukan pada umur muda jika pengobatan
medis untuk mengatasi gagal jantung tidak berhasil.
Seiring dengan perkembangan teknologi, para ilmuan menemukan
alternative baru penutupan ASD dengan tindakan intervensi non bedah (tanpa
bedah jantung terbuka), yaitu dengan pemasangan alat Amplatzer Septal
Occluder (ASO) dan Amplatzer Ventrikel Occluder (AVO). ASO dan AVO
adalah alat khusus yang dibuat untuk menutup ASD tipe sekundum secara non
bedah yang dipasang melalui kateter secara perkutaneus lewat pembuluh darah
di lipat paha (vena femoralis). AVO sebagai penutup sekat di ventrikel,
dilakukan melalui pembuluh darah kaki.
Tambah penjelasan tentang ASO/AVO
J. Komplikasi
Komplikasi yang bisa terjadi pada ASD bisa juga terjadi ketika
penatalaksanaannya dapat terjadi komplikasi hipertensi pulmonal (walaupun
lambat) sementara pada VSD besar dapat terjadi gagal jantung, begitu juga
dengan ASD.
K. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan.
Diperlukan pengkajian cermat untuk mengenal masalah pasien, agar
dapat memberikan tindakan keperawatan. Keberhasilan proses
keperawatan sangat tergantung pada kecermatan dan ketelitian dalam
tahap pengkajian (Muttaqin, 2008).
1) Pengkajian umum
a) Keluhan utama
Keluhan orang tua pada waktu membawa anaknya ke
dokter tergantung dari jenis defek yang terjadi baik pada
ventrikel maupun atrium, tapi biasanya terjadi sesak,
pembengkakan pada tungkai dan berkeringat banyak.
b) Riwayat kesehatan
i. Riwayat kesehatan sekarang
Anak mengalami sesak napas berkeringat banyak dan
pembekakan pada tungkai tapi biasanya bergantung
pada derajat dari defek yang terjadi.
ii. Riwayat kesehatan lalu
 Prenatal History
Diperkirakan adanya keabnormalan pada kehamilan
ibu (inksi virus rubella), mungkin ada riwayat
pengguanaan alcohol dan obat-obatan erta penyakit
DM pada ibu.
 Intra natal
Riwayat kehamilan biasanya normal dan diinduksi
 Riwayat Neonatus
• Gangguan respirasi biasanya sesak, takipnea
• Anak rewel dan kesakitan
• Tumbuh kembang anak terhambat
• Terdapat edema pada tungkai dan
hepatomegaly
• Sosial ekonomi keluarga yang rendah
 Riwayat Kesehatan Keluarga
• Adanya keluarga apakah itu satu atau dua orang
yang mengalami kelanan defek jantung
• Penyakit keturunan atau diwariskan
• Penyakit congenital atau bawaan
c) System yang dikaji :
 Pola aktivitas dan latihan
• Keletihan/kelelahan
• Dyspnea
 Pola persepsi dan pemeriksaan kesehatan
• Perubahan tanda vital
• Perubahan status mental
• Takipnea
• Kehilangan tonus otot
 Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap
stress
• Ansietas, khawatir, takut
• Stress yang b/d penyakit
 Pola nurisi dan metabolic
• Anoreksia
• Pembengkakan ekstremitas bawah/edema
 Pola persepsi dan konsep diri
• Kelemahan
• Pening
 Pola peran dan hubungan dengan sesama
• Penurunan peran dalam aktiitas sosial dan
keluarga
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya
baik yang berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis
keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respon klien individu,
keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan
kesehatan (PPNI, 2017).
1) Penurunan curah jantung b.d pirau darah ke ventrikel kanan,
penurunan volume sekuncup
2) Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
3) Gangguan tumbuh kembang b.d efek ketidakmampuan fisik
4) Resiko Pendarahan b.d tindakan pembedahan
+ dx risk perdarahan post tindakan
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan Keperawatan
Penurunan curah Setelah dilakukan Observasi
jantung b.d pirau tindakan keperawatan a. Monitor tekanan
darah ke ventrikel selama 3x24 jam klien darah
kanan, penurunan memperlihatkan b. Monitor intake
volume sekuncup peningkatan curah dan output cairan
jantung dengan kriteria c.Monitor berat badan
hasil : setiap hari pada
a. Takikardia meburun waktu yang sama
b. Edema menurun d. Monitor
c. Berat badan saturasi oksigen
membaik e.Periksa tekanan
d. Central venous darah dan frekuensi
pressure (CVP) nadi sebelum dan
sesudah aktivitas
Terapeutik
a. Berikan diet
jantung yang sesuai
b. Berikan
dukungan
emosional dan
spiritual
Edukasi
a. Anjurkan berhenti
merokok
b. Ajarkan pasien dan
keluarga mengukur
intake dan output
cairan harian
Kolaborasi
a. Kolaborasi
pemberian
antiritmia
Intoleransi Setelah dilakukan Observasi
aktivitas b.d tindakan keperawatan a. Identifikasi
ketidakseimbanga selama 3x24 jam klien tingkat aktivitas
n antara suplai memperlihatkan b. Identifikasi
dan kebutuhan perbaikan curah jantung sumber daya
oksigen yang terlihat dari untuk aktivitas
aktivitas klien dengan yang diinginkan
kriteria hasil : Terapeutik
a. Keluhan Lelah a. Sepakati
menurun komitmen untuk
b.Tekanan darah meningkatkan
membaik frekuensi dan
c. Saturasi oksigen rentang aktivitas
membaik b. Koordinasikan
pemilihan
aktivitas sesuai
usia
c. Jadwalkan
aktivitas dalam
rutinitas sehari-
hari
Edukasi
a. Ajarkan cara
melakukan
aktivitas yang
dipilih
b. Anjurkan
melakukan
aktivitas fisik,
sosial, spiritual,
dan kognitif
dalam menjaga
fungsi dan
kesehatan
c. Anjurkan keluarga
untuk memberi
penguatan positif
atas partisipasi
dalam aktivitas
kolaborasi
Kolaborasi
a. Kolaboraai
dengan terapis
okupasi dalam
merencanakan dan
memonitor
program aktivitas,
jika sesuai
Gangguan Setelah dilakukan Observasi
tumbuh kembang tindakan keperawatan a. Identifikasi
b.d efek selama 3x24 jam klien pencapaian tugas
ketidakmampuan tidak mengalami perkembangan
fisik gangguan tumbuh anak
kembang dengan kriteria b. Identifikasi isyarat
hasil : perilaku dan
a. Keterampilan/perilak fisiologis yang
u sesuai usia ditunjukkan bayi
meningkat Terapeutik
b. Kemampuan a. Minimalkan
melakukan perawatan kebisingan
diri meningkat ruangan
c. Pola tidur membaik b. Pertahankan
lingkungan yang
mendukung
perkembangan
optimal
c. Pertahankan
kenyamanan anak
Edukasi
a. Ajarkan orang tua
berinteraksi
dengan anaknya
b. Ajarkan anak
keteramilan
berinteraksi
c. Ajarkan anak
teknik asertif
Resiko Setelah dilakukan Observasi
Pendarahan b.d tindakan keperawatan a. Monitor tanda dan
tindakan selama 1x24 jam klien gejala pendarahan
pembedahan tidak ada pendarahan b. Monitor nilai
dengan kriteria hasil : hematocrit/hemog
a. Membrane lobin
mukosa lembap c. Monitor koagulasi
meningkat Terapeutik
b. Kelembapan kulit a. Pendarahan bed
meningkat rest selama
c. Hemoglobin pendarahan
membaik b. Gunakan kasur
pencegahan
decubitus
Edukasi
a. Jelaskan tanda
dan gejala
pendarahan
b. Anjurkan
meningkatkan
asupan cairan
utuk menghindari
konstipasi
c. Anjurkan segera
melapor jika
terjadi pendarahan
Kolaborasi
a. Kolaborasi
pemberian obat
pengontrol
pendarahan, jika
perlu

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Atrial septal defect atau defek septum atrium merupakan jenis penyakit
jantung bawaan tipe asianostik dimana terdapat suatu abnormalitas pada septum
yang membatasi atrium kanan dan atrium kiri. Ketika janin berkembang dalam
Rahim, sebuah septum terbentuk untuk membagi ruang atrium menjadi atrium kiri
dan kanan. Namun, apabila septum tidak terbentuk sempurna atau ada kerusakan,
maka akan menyebabkan kelainan saat lahir yaitu ASD (Liegeois,2018).
Kelainan ini dibedakan dalam 3 bentuk anatois yaitu :
1. Defek sinus venosus atau defek pada vena kava superior
2. Defek fosa ovalis atau DSA sekundum
3. Defek septum atrium premium
Sementara untuk VSD, klasifikasinya dibagi berdasarkan besar defeknya,
yaitu : kecil, sedang, dan besar. Kewaspadaan terhadap VSD adalah ketika VSD
yang diderita berukuran besar dan perlu tindakan medis intensif untuk mencegah
terjadinya gagal jantung permanen pada anak.

Diagnosis merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon klien terhadap


masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung
aktual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk
mengidentifikasi respon klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi
yang berkaitan dengan kesehatan (PPNI, 2017).
1. Penurunan curah jantung b.d pirau darah ke ventrikel kanan, penurunan
volume sekuncup
2. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
3. Gangguan tumbuh kembang b.d efek ketidakmampuan fisik
4. Resiko Pendarahan b.d tindakan pembedahan

B. Saran
Bagi pembaca di sarankan untuk memahami hal-hal yang berkaitan dengan
jantung ASD/ VSD, sehingga dapat di lakukan upaya-upaya yang bermanfaat
untuk menanganinya secara efektif dan efisien .
Mahasiswa kesehatan sebaiknya memahami dan megetahui konsep Atrium septum
defek dan askep nya guna unttuk mengaplikasikan dalam memberikan pelayanan
kepada pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Aubrey, Leatham dkk. (2003). Kardiologi. Jakarta : Erlangga


Kowalak, welsh, dkk. (2011). Buku Ajar Patofsiologi Jakarta : EGC
Muttaqin, Arif. (2009). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika.
Meadow, Roy & Simon Newell. (2005). Pediatrika. Jakarta : Erlangga
Ngastiyah. (2005). Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Kalalo, D. Natalia, Vivekenanda Pateda, & Praevillia Salendu. (2016). Gambaran
Pertumbuhan pada anak dengan penyakit jantung bawaan di RSUP Prof. Dr.R. D.
Kandou Manado. Jurnal e-Clinic (eCi), 4(2), -
Lampiran

Lembar Konsultasi
Kelompok : 2
Kelas : 2A
Dosen Pembimbing : Bara Wiradwiyana, SKp, MKM
Mata Kuliah : Keperawatan Anak
Judul : KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN MASALAH INFEKSI DAN
NON INFEKSI PADA BAYI DAN ANAK: ASD dan VSD

No. Tanggal Catatan Pembimbing Paraf


 Tambahkan gambar pada klasifikasi
Bara
ASD
Wiradwiyana,
1 25 Januari 2021  Tambah penjelasan ASO/AVO
SKp, MKM
 Tambah Diagnosis resiko pendarahan
post tindakan

Anda mungkin juga menyukai