Anda di halaman 1dari 24

Makalah Asuhan Keperawatan Defek septum ventrikel

(DSV)

Di susun unutuk memenuhi tugas kuliah keperawatan anak II

Disusun Oleh:

- Ni Luh Putu Adinda Candra Pratiwi ( 18C10134 )

- Ni Putu Dyah Venia Lestari Dewi ( 18C10159 )

- Ni Ketut Elis Susanti ( 18C10160 )

- Ni Kadek Eni Saputri ( 18C10161 )

- Ni Wayan Gangga Diastini ( 18C10163 )

- I Gusti Putu Kusuma Dewi ( 18C10170 )

- Putu Mahendra ( 18C10172 )

- Ni Putu Mega Lestari ( 18C10174 )

- Ni Made Moni Melia Santi ( 18C10176 )

- I Putu Restu Widiyana ( 18C10182 )

- Ni Luh Putu Sapitri Handayani ( 18C10185 )

- Ni Putu Sri Ardini ( 18C10188 )

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATN


INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
TAHUN AJARAN 2021

1
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Defek septum ventrikel (DSV) adalah salah satu bentuk penyakit jantung bawaan (PJB) yang
paling sering ditemukan. Prevalensi DSV ini berkisar 1,6 sampai 2,6 per 1000 kelahiran
hidup, kurang lebih mencapai 40% dari semua kelainan jantung bawaan.Sejak tahun 1950-an
telah ada laporan hubung- an humoral antara jantung dan ginjal di mana dilatasi atrium kanan
jantung menimbulkan natriuresis dan diuresis. Sudoh dkkpada tahun 1988 mendapatkan
Brain natriuretic peptide (BNP) dari otak babi yang ditemukan pula pada miosit ventrikel
jantung. Brain natriuretic peptide dan prekursor inaktifnya berupa N-terminal pro-brain
natriuretic peptide (NT- proBNP) merupakan hormon yang dilepaskan ke dalam sirkulasi
sewaktu terjadi after pressure overload, ekspansi volume jantung dan meningkatnya stress
dinding miokardium.Bentuk aktif dari BNP ini mempunyai efek natriuretic, vasodilatasi dan
diuresis. Hormon ini telah terbukti kemampuannya untuk deteksi gangguan jantung pada
pasien dengan gagal jantung.

Meskipun NT-proBNP telah terbukti efektif sebagai marker pada penyakit jantung
didapat, peran mereka sebagai penunjang diagnosis dan tindakan klinis pada pasien PJB,
terutama DSV masih belum jelas. Penyebab utama kematian pada defek septum ventrikel
adalah gagal jantung kronik dan hipertensi pulmonal ireversibel. Diagnosis pasti dari DSV
ini adalah dengan menggunakan ekokardiografi. Dokter anak konsultan jantung anak sampai
saat ini masih terbatas, sehingga pemeriksaan ekokardiografi ini belum rutin dilakukan.
Diharapkan pemeriksaan NT-proBNP ini dapat menunjang pemeriksaan ekokardiografi
untuk deteksi dini terjadinya komplikasi pada anak dengan DSV. dengan penyakit penyerta
seperti penyakit susunan saraf pusat, sindroma neftrotik, glumerulonefritis akut, penyakit
paru kronik, sindrom Eisenmenger di eksklusi dalam penelitian ini. Jumlah subjek dalam
penelitian ini 38 anak yang datang ke RS untuk kontrol DSV dan dilakukan ekokardiografi
untuk menilai besar defek, massa ventrikel kiri (MVK) dan fraksi ejeksi (FE). Setelah
persetujuan informed consent, dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk
menyingkirkan faktor perancu, dan pemeriksaan NT-proBNP. Penelitian dilaksanakan di
bawah persetujuan komite etik penelitian RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou, Manado.

Data yang dikumpulkan adalah jenis kelamin, usia, BB, TB, besar defek DSV, MVK dan
FE. Analisa data deskriptif digunakan untuk menganalisis karakteristik anak dan dilaporkan
dalam bentuk tabel distributif. Data parametrik dinyatakan dalam rerata, simpangan baku
(SB) dan indeks kepercayaan (IK) 95%. Analisis korelasi antara kadar NT-proBNP dengan

2
besar defek DSV, massa dan fungsi ventrikel kiri menggunakan uji Pearson dan regresi linier
sederhana. Secara statistik signifikan bila nilai p<0,05. Digunakan SPSS versi 22 untuk
analisis data.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Medis

2.1 Definisi

Ventrikel septum defek (VSD) merupakan penyakit jantung bawaan yangpaling sering
ditemukan, yaitu kelainan jantung bawaan berupa lubang padaseptum interventrikuler, dapat
hanya satu atau lebih yang terjadi akibat kegagalanfungsi septum interventrikuler semasa janin
dalam kandungan, sehingga darahbisa mengalir dari ventrikel kiri ke kanan ataupun sebaliknya.
Kelainan iniumumnya congenital, tetapi dapat pula terjadi karena trauma.

Defek Septum Ventrikel (VSD,Ventricular Septal Defect) adalah suatu lubang pada
septum ventrikel yaitu suatu dinding yang memisahkan jantung bagianbawah (memisahkan
ventrikel kiri dan ventrikel kanan). Ventricular septal defect (VSD) merupakan suatu kelainan
dimana terdapat adanya lubang atau “defect” pada didinding pemisah antara ventrikel kiri dan
kanan. Darah kaya oksigenbercampur dengan darah miskin oksigen. Sehingga jantung memompa
sebagiandarah miskin oksigen ke tubuh dan juga darah kaya oksigen dipompa jantung keparu. Ini
berarti kerja jantung tidak efisien Kadangkala VSD dapat menutupsendiri. Jika VSD besar
biasanya selalu harus dioperasi..VSD ini tergolongPenyakit Jantung bawaan (PJB) non sianotik
dengan vaskularisasi parubertambah. VSD ini memiliki sifat khusus, yaitu: shunt pada daerah
ventrikel;aliran darah pada arteri pulmonalis lebih banyak; tidak ada sianosis. Defek septum
ventrikel biasa sebagai defek terisolasi dan sebagai komponen anomaligabungan. Lubang
biasanya tunggal dan terletak pada bagian membranosaseptum. Gangguan fungsional lebih
tergantung pada ukurannya dan keadaan bantalan vaskuler paru, daripada lokasi defek

2.2 Etilogi

Kelainan ini merupakan kelainan terbanyak, yaitu sekitar 25% dari seluruhkelainan
jantung. Dinding pemisah antara kedua ventrikel tidak tertutupsempurna. Kelainan ini umumnya
congenital, tetapi dapat pula terjadi karenatrauma.

4
VSD lebih sering ditemukan pada anak-anak dan seringkali merupakan suatukelainan
jantung bawaan. Pada anak-anak, lubangnya sangat kecil, tidak menimbulkan gejala dan
seringkali menutup dengan sendirinya sebelum anak berumur 18 tahun. Pada kasus yang lebih
berat, bisa terjadi kelainan fungsiventrikel dan gagal jantung. VSD bisa ditemukan bersamaan
dengan kelainan jantung lainnya.

.Faktor prenatal yang mungkin berhubungan dengan VSD.

1. Rubella atau infeksi virus lainnya pada ibu hamil

2. Gizi ibu hamil yang buruk

3. Ibu yang alkoholik

4. Usia ibu diatas 40 tahun

5. Ibu menderita diabetes

Lebih dari 90% kasus penyakit jantung bawaan penyebabnya adalah multi faktor.Faktor yang
berpengaruh adalah :

1. Faktor eksogen : berbagai jenis obat, penyakit ibu (rubella,IDDM ), ibu hamildengan
alkoholik.

2. Faktor endogen : penyakit genetik (dowm sindrom ).

2.3 Patofisiologi

Gangguan hemodinamik pada penderita DSV tergantung pada ukuran defek dan tahanan
vaskular pulmonal. Pada janin normal, tahanan arteri pulmonalis tinggi, dan akan menurun
dengan cepat pada saat setelah lahir hingga tahanan vaskular pulmonal sama dengan tahanan
vaskular sistemik. Pada usia 4 – 6 minggu, penurunan tahanan vaskular pulmonal berlanjut
pelan-pelan sampai mencapai tahanan setingkat dewasa, yang mencapai puncaknya pada umur 3
– 6 bulan.

Pada penderita DSV adanya defek septum interventrikular akan menyebabkan darah
mengalir melalui defek dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan (left-to-right shunt) karena
pengaruh perbedaan tekanan. Bunyi bising disebabkan oleh derasnya aliran darah. Darah di

5
ventrikel kanan didorong ke arteri pulmonalis sehingga terjadi peningkatan aliran darah
melalui arteri pulmonalis yang berlanjut sebagai peningkatan tahanan vaskular pulmonal.
Resistensi relatif antara 2 sirkulasi bersifat dinamis dan berubah dengan waktu:

1. Periode neonatus:

a) TVP (tahanan vaskular pulmonal) tinggi

b) TVki = TVka (tahanan ventrikel kiri sama dengan tahanan ventrikel kanan)

c) Minimal atau tidak ada shunt

2. Bayi (3 – 4 minggu)

a) TVP menurun b. TVki>TVka

b) Shunt dari kiri ke kanan

2.4 Pathway VSD

6
7
2.5 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis yang ditimbulkan tergantung ukuran defek saat ditemukan. Pada VSD
kecil terdengar bising peristolik. Defek kecil bersifat benigna, dan dapat menutup spontan
tergantung tipenya, dan biasanya tidak mengganggu pertumbuhan anak. Pada VSD besar dapat
dijumpai sesak napas dan gangguan pertumbuhan oleh karena meningkatnya aliran pulmonal.

1 VSD kecil

a) Biasanya asiptomatik b. Defek kecil 1-5 mm

b) Tidak ada gangguan tumbuh kembang

c) Bunyi jantung normal, kadang ditemukan bising peristaltic yang menjalar ke seluruh
tubuh pericardium dan berakhir pada waktu distolik karena terjadi penutupan VSD
d) Pada EKG dalam batas normal atau terdapat sedikit peningkatan aktivitas ventrikel
kiri
e) Pada radiologi ukuran jantung normal, vaskularisasi paru normal atau sedikit
meningkat.
f) Menutup secara spontan pada waktu umur 3 tahun.
2 VSD sedang

a) Sering terjadi simptom pada masa bayi

b) Sesak nafas pada waktu aktivitas terutama waktu minum, memerlukan waktu lebih
lama untuk makan dan minum
c) Defek 5-10 mm

d) Berat badan sukar naik sehingga tumbuh kembang anak terganggu

e) Mudah menderita infeksi pada paru-paru dan biasanya memerlukan waktu lama untuk
sembuh tetapi umumnya responsive terhadap pengobatan
f) Takipnea
g) Retraksi pada jugulum, sela intercostal, region epigastrium

h) Bentuk dada normal

i) Pada EKG terdapat peningkatan aktivtas ventrikel kiri maupun kanan, tetapi
ventrikel kiri yang lebih meningkat.
j) Pada radiologi terdapat pembesaran jantung derajat sedang, conus pulmonalis
menonjol, peningkatan vaskularisasi paru dan pembesaran pembuluh darah di hilus.

8
3 VSD besar

a) Sering timbul gejala pada masa neonatus


b) Dispnea meningkat setelah terjadi peningkatan pirau kiri ke kanan dalam minggu
pertama setelah lahir
c) Pada minggu ke-2 atau ke-3 simptom mulai timbul akan tetapi gagal jantung
biasanya baru timbul setelah minggu ke-6 dan sering didahului infeksi saluran nafas
bagian bawah
d) Bayi tampak sesak nafas pada saat istirahat, kadang tampak sianosis karena
kekurangan aksigen akibat gangguan pernafasan.
e) Terdapat gangguan tumbuh kembang

f) Pada hasil EKG terdapat peningkatan aktivitas ventrikel kanan dan kiri
g) Pada radiologi pembesaran jantung nyata dengan conus pulmonalis yang tampak
menonjol pembuluh darah hilus membesar dan peningkatan vaskularisasi paru ke
perifer.
Manifestasi

PEMERIKSAAN PENUNJANG DAN DIAGNOSTIK

Pemeriksaan diagnosis penyakit jantung bawaan dapat berupa :

Ekokardiografi (ECHO)

Pemeriksaan ekokardiografi pada penyakit jantung bawaan berfungsi untuk menilai ruang
jantung dan mengukur ukuran defek yang terjadi. Ekokardiografi dengan Doppler dapat
menilai arah aliran darah maupun refluks. Selain itu, ekokardiografi dapat menilai ukuran
pangkal aorta dan pembuluh darah besar lain. Ekokardiografi transesofageal biasanya
dilakukan selama prosedur operasi untuk menilai hasil tindakan operasi.

Rontgen Torak

Pada rontgen toraks dapat terlihat bentuk dan ukuran jantung yang normal pada penyakit
jantung bawaan yang minor dengan lesi yang kecil. Pada kelainan yang lebih mayor
gambaran rontgen toraks dapat bervariasi.

9
Salah satu gambaran rontgen toraks yang dapat ditemukan adalah kardiomegali dan
peningkatan corakan arteri pulmonal yang menggambarkan peningkatan aliran darah
pulmonal yang lebih tinggi dari aliran darah sistemik. Bisa juga ditemukan gambaran
ventrikel kanan yang membesar dan arteri pulmonal sentral yang besar tetapi sempit di
perifer (tree in winter appearance). Keadaan ini biasa terlihat pada resistensi pembuluh
darah pulmonal yang tinggi ataupun pada VSD. Pada koarktasio aorta dapat ditemukan
gambaran dilatasi pada aorta asendens dan konstriksi pada area yang mengalami
koarktasio (hourglass). Sedangkan pada tetralogi Fallot bisa ditemukan gambaran boot-
shape.

Elektrokardiografi

Elektrokardiografi (EKG) untuk merekam dan memeriksa aktivitas listrik jantung.


Gambaran sadapan elektrokardiografi (EKG) pada penyakit jantung bawaan dapat
tampak normal, tetapi bisa juga menunjukkan deviasi aksis QRS karena kelainan arah
listrik jantung akibat struktur jantung yang mengalami kelainan.

Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium hematologi dan biokimia dapat dilakukan pada pasien dengan
hipertensi pulmonal akibat penyakit jantung bawaan. Pada pemeriksaan hematologi dapat
ditemukan peningkatan hematokrit dan eritrositosis. Selain itu, dapat juga ditemukan
penurunan kadar glukosa akibat meningkatnya eritrosit.

Kateterisasi Jantung

Kateterisasi jantung untuk memerika kondisi jantung langsung dari dalam. Kateterisasi
jantung menunjukan adanya hubungan abnormal pada ventrikel. Selama kateterisasi
jantung, tabung tipis dan lentur yang disebut kateter dimasukkan ke pembuluh darah di
lengan, selangkangan (paha atas), atau leher. Tabung itu diteruskan ke jantung.

Pewarna khusus disuntikkan melalui kateter ke pembuluh darah atau salah satu ruang
jantung. Pewarna memungkinkan dokter untuk melihat darah yang mengalir melalui

10
jantung dan pembuluh darah pada gambar sinar-x. Kateterisasi jantung juga digunakan
untuk mengukur tekanan dan tingkat oksigen di dalam ruang jantung dan pembuluh
darah. Ini dapat membantu mengetahui apakah darah bercampur di antara kedua sisi
jantung.

Pemeriksaan lain yang juga diperlukan yaitu fungsi ginjal dan fungsi hati untuk menentukan
apakah terdapat kegagalan organ akibat penyakit jantung bawaan.

Komplikasi

Gagal jantung kronik

Endokarditis infektif

Terjadinya insufisiensi aorta atau stenosis pulmonary

Penyakit vaskular paru progresif

Kerusakan sistem konduksi ventrikel, Ro toraks memperlihatkan kardiomegali dengan


pembesaran LA, LV, dan kemungkinan RV. Terdapat peningkatan PVM. Derajat
kardiomegali dan peningkatan PVM sesuai dengan bertambahnya besar defek VSD. Bila
telah terjadi PVOD maka gambaran lapangan paru akan iskemik dan segmen PA akan
membesar

Kelainan fungsi ventrikel

Gagal jantung

2.6 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Umum

Tirah baring, posisi setengah duduk.

11
Pengurangan aktivitas fisik merupakan sandaran utama pengobatan gagal jantung
dewasa, namun sukar pada anak. Olahraga kompetitif, yang memerlukan banyak
tenaga atau isometrik harus dihindari, namun tingkat kepatuhan anak dalam hal ini
sangat rendah. Jika terjadi gagal jantung berat, aktivitas fisik harus sangat dibatasi.
Saat masa tirah baring seharian, sebaiknya menyibukkan mereka dengan kegiatan
ringan yang mereka sukai yang dapat dikerjakan diatas tempat tidur (menghindari
anak berteriak-teriak tidak terkendali).Sedasi kadang diperlukan: luminal 2-3
mg/kgBB/dosis tiap 8 jam selama 1-2 hari.

Penggunaan oksigen.

Penggunaan oksigen mungkin sangat membantu untuk penderita gagal jantung


dengan udem paru-paru, terutama jika terdapat pirau dari kanan ke kiri yang
mendasari dengan hipoksemia kronik. Diberikan oksigen 30-50% dengan kelembaban
tinggi supaya jalan nafas tidak kering dan memudahkan sekresi saluran nafas keluar.
Namun, oksigen tidak mempunyai peran pada pengobatan gagal jantung kronik.

Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.

Pembatasan cairan dan garam. Dianjurkan pemberian cairan sekitar 70-80% (2/3) dari
kebutuhan. Sebelum ada agen diuretik kuat, pembatasan diet natrium memainkan peran
penting dalam penatalaksanaan gagal jantung. Makanan rendah garam hampir selalu
tidak sedap, lebih baik untuk mempertahankan diet adekuat dengan menambah dosis
diuretik jika diperlukan. Sebaiknya tidak menyarankan untuk membatasi konsumsi air
kecuali pada gagal jantung yang parah

Diet makanan berkalori tinggi

Bayi yang sedang menderita gagal jantung kongestif banyak kekurangan kalori
karena kebutuhan metabolisme bertambah dan pemasukan kalori berkurang. Oleh
karena itu, perlu menambah kalori harian. Sebaiknya memakai makanan berkalori
tinggi, bukan makanan dengan volume yang besar karena anak ini ususnya terganggu.
Juga sebaiknya makanannya dalam bentuk yang agak cair untuk membantu ginjal
mempertahankan natrium dan keseimbangan cairan yang cukup

12
Pemantauan hemodinamik yang ketat

Pengamatan dan pencatatan secara teratur terhadap denyut jantung, napas, nadi,
tekanan darah, berat badan, hepar, desakan vena sentralis, kelainan paru, derajat
edema, sianosis, kesadaran dan keseimbangan asam basa.

g. Hilangkan faktor yang memperberat (misalnya demam, anemia, infeksi) jika ada.

Peningkatan temperatur, seperti yang terjadi saat seorang menderita demam, akan sangat
meningkatkan frekuensi denyut jantung, kadang-kadang dua kali dari frekuensi denyut
normal. Penyebab pengaruh ini kemungkinan karena panas meningkatkan permeabilitas
membran otot ion yang menghasilkan peningkatan perangsangan sendiri. Anemia dapat
memperburuk gagal jantung, jika Hb < 7 gr % berikan transfusi PRC. Antibiotika sering

diberikan sebagai upaya pencegahan terhadap miokarditis/ endokarditis, mengingat


tingginya frekuensi ISPA (Bronkopneumoni) akibat udem paru pada bayi/ anak yg
mengalami gagal jantung kiri.12 Pemberian antibiotika tersebut boleh dihentikan jika
udem paru sudah teratasi. Selain itu, antibiotika profilaksis tersebut juga diberikan jika
akan dilakukan tindakan-tindakan

khusus misalnya mencabut gigi dan operasi. Jika seorang anak dengan gagal jantung atau
kelainan jantung akan dilakukan operasi, maka tiga hari sebelumnya di berikan
antibiotika profilaksi dan boleh dihentikan tiga hari setelah operasi.

h. Penatalaksanaan diit pada penderita yang disertai malnutrisi,

Memberikan gambaran perbaikan pertumbuhan tanpa memperburuk gagal jantung bila


diberikan makanan pipa yang terus-menerus. Karena penyebab gagal jantung begitu
bervariasi pada anak, maka sukar untuk membuat generalisasi mengenai penatalaksanaan
medikamentosa. Walaupun demikian, dipegang beberapa prinsip umum. Secara
farmakologis, pengobatan adalah pendekatan tiga tingkat, yaitu:

1. Memperbaiki kinerja pompa jantung

13
2. Mengendalikan retensi garam dan air yang berlebihan

3. Mengurangi beban kerja

Pendekatan pertama adalah memperbaiki kinerja pompa dengan menggunakan digitalis,


jika gagal jantung tetap tidak terkendali maka digunakan diuretik (pegurangan prabeban)
untuk mengendalikan retensi garam dan air yang berlebihan. Jika kedua cara tersebut
tidak efektif, biasanya dicoba pengurangan beban kerja jantung dengan vasodilator
sistemik (pengurangan beban pasca). Jika pendekatan ini tidak efektif, upaya lebih lanjut
memperbaiki kinerja pompa jantung dapat dicoba dengan agen simpatomimetik atau agen
inotropik positif lain. Jika tidak ada dari cara-cara tersebut yang efektif, mungkin
diperlukan transplantasi jantung. Untuk menilai hasilnya harus ada pencatatan yang teliti
dan berulangkali terhadap denyut jantung, napas, nadi, tekanan darah, berat badan, hepar,
desakan vena sentralis, kelainan paru, derajat edema, sianosis dan kesadaran.

2. Penatalaksanaan Medis

a. Pembedahan

Pada VSD besar dengan hipertensi pulmonal yang belum permanen: biasanya pada keadaan
menderita gagal jantung sehingga dalam pengobatannya menggunakan digitalis. Bila ada anemia
diberi transfusi eritrosit terpampat selanjutnya diteruskan terapi besi. Operasi dapat ditunda
sambil menunggu penutupan spontan atau bila ada gangguan dapat dilakukan setelah berumur 6
bulan.

Pada VSD besar dengan hipertensi pulmonal permanen: operasi paliatif atau operasi koreksi total
sudah tidak mungkin karena a.pulmonalis mengalami arteriosklerosis. Bila defek ditutup,
ventrikel kanan akan diberi beban yang berat sekali dan akhirnya akan mengalami
dekompensasi. Bila defek tidak ditutup, kelebihan tekanan pada ventrikel kanan dapat disalurkan
ke ventrikel kiri melalui defek.

1)Antibiotic profilaksis → mencegah endokarditis pada tindakan tertentu

2)Penanganan gagal jantung jika terjadi operasi pada umur 2-5 tahun

14
3)Prognosis operasi baik jika tahanan vascular paru rendah, pasien dalam keadaan baik, BB 15
kg. Bila sudah terjadi sindrom Ei senmenger → tidak dapat dioperasi. Sindrom Eisenmenger
diderita pada penderita dengan VSD yang berat, yaitu ketika tekanan ventrikel kanan sama
dengan ventrikel kiri, sehingga shuntnya sebagian atau seluruhnya telah menjadi dari kanan ke
kiri sebagai akibat terjadinya penyakit vaskuler pulmonal

4)Penatalaksanaan Bedah: Perbaikan defek septum ventricular

Perbaikan dini lebih disukai jika defeknya besar. Bayi dengan gagal jantung kronik
mungkin smemerlukan pembedahan lengkap atau paliatif dalam bentuk pengikatan atau
penyatuan arteri pulmoner jika mereka tidak dapat distabilkan secara medis. Karena kerusakan
yang ireversibel akibat penyakit vaskular paru, pembedahan hendaknya tidak ditunda sampai
melewati usia pra sekolah atau jika terdapat resistensi vaskular pulmoner progresif.

Dilakukan sternotomi median dan bypass kardiopulmoner, dengan penggunaan


hipotermia pada beberapa bayi. Untuk defek membranosa pada bagian atas septum, insisi atrium
kanan memungkinkan dokter bedahnya memperbaiki defek itu dengan bekerja melalui katup
trikuspid. Jika tidak, diperlukan ventrikulotomi kanan atau kiri. Umumnya Dacron atau
penambal perikard diletakkan di atas lesi, meskipun penjahitan langsung juga dapat digunakan
jika defek tersebut minimal. Pengikatan yang dilakukan tadi diangkat dan setiap defornitas
karenanya diperbaiki.

Respon bedah harus mencakup jantung yang secara hemodinamik normal, meskipun
kerusakan yang disebabkan hipertensi pulmoner itu bersifat ireversibel. Berikut ini adalah
komplikasi dari gangguan tersebut :

a) Kemungkinan insufisiensi aorta (terutama jika sudah ada sebelum pembedahan )

b) Aritmia

Blok cabang ikatan kanan (ventrikulotomi kanan)

Blok jantung

c) Gagal jantung kronik, terutama pada anak dengan hipertensi pulmoner dan ventrikulotomi kiri

d)Perdarahan

15
e)Disfungsi ventrikel kiri

f)Curah jantung rendah

g)Kerusakan miokardium

h)Edema pulmoner

Defek septum ventrikular residual jika perbaikannya tidak menyeluruh karena adanya defek
septum ventrikular multiple

b. Farmakologi

1) Vasopresor atau vasodilator adalah obat-obat yang dipakai untuk anak dengan defek septum
ventrikular dan gagal jantung kronik berat.

2) Dopamin (intropin) memiliki efek inotropik positif pada miokard, menyebabkan peningkatan
curah jantung dan peningkatan tekanan sistolik serta tekanan nadi, sedikit sekali atau tidak ada
efeknya pada tekanan diastolik, digunakan untuk mengobati gangguan hemodinamika yang
disebabkan bedah jantung terbuka (dosis diatur untuk mempertahankan tekanan darah dan
perfusi ginjal).

3) Isoproterenol (isuprel) memiliki efek inotropik positif pada miokard, menyebabkan


peningkatan curah jantung dan kerja jantung, menurunkan tekanan diastolik dan tekanan rata-rata
sambil meningkatkan tekanan sistolik.

B. Konsep Dasar Keperawatan

Pengkajian
Biodata
Nama, umur, alamat, pekerjaan, pendidikan, agama, tanggal lahir dll.
Riwayat kesehatan
Keluhan utama
Keluhan orang tua pada waktu membawa anaknya ke dokter tergantung dari
jenis defek yang terjadi baik pada ventrikel maupun atrium, tapi biasanya terjadi

16
sesak, pembengkakan pada tungkai dan berkeringat banyak.
Riwayat penyakit sekarang
Biasanya mengalami sesak nafas berkeringat banyak dan pembengkakan pada
tungkai tapi biasanya tergantung pada derajat dari defek yang terjadi.
Riwayat penyakit dahulu
Prenatal history
Diperkirakan adanya keabnormalan pada kehamilan ibu (infeksi virus
Rubella), mungkin ada riwayat penggunaan alkohol dan obat-obatan serta
penyakit DM pada ibu.
Intra natal
Riwayat kehamilan biasanya normal dan diinduksi
Riwayat neonatus :
a. Gangguan respirasi biasanya sesak, takipneu
b. Anak rewel dan kesakitan
c. Tumbuh kembang anak terhambat
d. Terdapat edema pada tungkai dan hepatomegaly
e. Social ekonomi keluarga yang rendah
Riwayat penyakit keluarga
a). Adanya keluarga apakah itu satu atau dua orang yang mengalami kelainan
defek jantung
b). Penyakit keturunan atau yang di wariskan
c). Penyakit kongenital atau bawaan
Pola aktivitas dan latihan
a). Keletihan / kelelahan
b). Dipsneu
c). Perubahan status mental
d). Takipneu
e). Kehilangan tonus otot
Pola persepsi dan pemeriksaan kesehatan
a). Riwayat hipertensi
b). Endocarditis

17
c). Penyakit katup jantung
Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress
a). Ansietas, khawatir, takut
b). Stress yang b.d penyakit
Pola nutrisi dan metabolic
a). Anoreksia
b). Pembengkakan ekstremitas bawah/edema
Pola persepsi dan konsep diri
a). Kelemahan
b). Pening
Pola peran dan hubungan dengan sesame
Penurunan peran dalam aktivitas social dan keluarga
Pemeriksaan fisik
1). VSD kecil
a). Palpasi : impuls ventrikel kiri jelas pada apeks kordis. Biasanya teraba
getaran bising pada SIC III dan IV kiri.
b). Auskultasi : bunyi jantung biasanya normal dan untuk defek sedang bunyi
jantung II agak keras. Intesitas bising derajat III s/d IV
2). VSD besar
a). Inspeksi : pertumbuhan badan jelas terhambat, pucat dan banyak keringat
berucucuran. Ujung-ujung jadi hiperemik. Gejala yang menonjol ialah
nafas pendek dan relaksasi padajugulum, sela intercostal dan region
epigastrium.
b). Palpasi : impuls jantung hiperdinamik kuat. Teraba getaran bising pada
dinding dada.
c). Auskultasi : bunyi jantung pertama mengeras terutama pada apeks dan
sering diikuti ‘click’ sebagai akibat terbukanya katup pulmonal dengan
kekuatan pada pangkal arteria pulmonalis yang melebar. Bunyi jantung
kedua mengeras terutama pada sela iga II kiri.
2. Diagnosa
1. Penurunan curah jantung yang b.d malformasi jantung

18
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kelelahan pada saat makan
dan meningkatkan kebutuhan anak
3. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara pemakaian oksigen oleh
tubuh
4. dan suplai oksigen ke sel.

DiagnosaKep Tujuan Intervensi Implementasi Evaluasi


erawatan dan
Kriteria
Hasil

Penurunan Setalah Observasi kualitas Mengobservasi S: Keluarga px


curah jantung dilakuka dan kekuatan kualitas dan mengatakan
yang b.d n denyut kekuatan denyut anaknya sesak
jantung, nadi jantung, nadi dan mudah lelah
Malformasi Tindaka perifer, warna dan perifer, warna dan anak sering pilek
jantung n kehangatan kulit. kehangatan kulit. dan batuk
keperaw berulang kali,
atan Tegakkan dejarat Menegakkan
selama sianosis dejarat sianosis O: px tampak
(sirkumolar,membr (sirkumolar,membr lemas dan sesak,
3x24 jam anemukosa, anemukosa, aktivias dibantu
diharapk clubbing). clubbing). oleh keluarga.
an tidak Monitor tanda- Memonitor tanda
terjadi tanda CHF -tanda CHF TTV:
(gelisah, (gelisah, TD :
Penurun 100/80M
an curah takikardi,takipneu, takikardi,takipneu,
sesak, periorbital sesak, periorbital mmhg
jantungd N: 110x/
engan edema, oliguria) edema, oliguria)
Berikan Memberikan mnt
kriteriah R :
asil : pengobatan untuk pengobatan untuk
menurunkan after menurunkan after 25x/mnt
1.Tanda- load {Hidralazin load {Hidralazin S: 36
tanda (apresoline), (apresoline), derajat.
vital monoksidil monoksidil A: Masalah
dalam (loniten)} (loniten)} belum teratasi
batas Berikan diuretika Memberikan

19
normal sesuai indikasi diuretika sesuai
(seperti Lasix) indikasi (seperti
P : Lanjutkan
Lasix)
Intervensi

Nutrisi Setelah Kaji adanya alergi Mengkaji adanya S: keluarga


kurang dari dilakuka makanan alergi makanan pasien
kebutuhan n Kolaborasi dengan Mengkolaborasika mengatakan
ahli gizi untuk n dengan ahli gizi pasien mau
b.d dengan tindakan menentukan untuk menentukan makan tapi
keperaw jumlah kalori dan jumlah kalori dan sedikit, keluarga
anoreksia atansela nutrisi nutrisi px mengatakan
ma Monitor adanya Memonitor adanya px tidak
1x24 penurunan berat penurunan berat memiliki alergi
jamdihar badan badan makanan,
apkannut Monitor adanya Memonitor adanya
risi mual, muntah mual, muntah
Monitor turgor Memonitor turgor O: px tampak
terpenuh kulit, kulit kering, kulit, kulit kering, makan sedikit,
idengank rambut patah dll rambut patah dll px tidak
riteriahas Monitor kadae Memonitor kadar memiliki alergi
il : albumin, Hb dan albumin, Hb dan makanan, px
Ht Ht tidak tampak ada
1.Tidaka
Monitor intake Memonitor intake mual dan
datanda-
nutrisi nutrisi muntah.
tandamal
Monitor makanan Memonitor
nutrisi
kesukaan makanan kesukaan
2.Tidakt Berikan makan sedikit Memberikan makan
A: Masalah
erjadipen dengan frekuensi sedikit dengan
nutrisi belum
urunanbe sering. frekuensi sering.
teratasi
rat badan

3.Adany
a P: lanjutkan
intervensi
peningka
tanberat
badan

4.Mamp
u

20
mengide
ntifikasi
kan

kebutuha
nnutrisi

Intoleransi Setelah Periksa tanda Memeeriksa tanda S: keluarga


dilakuka vital sebelum vital sebelum pasien
Aktivitas b.d n dan selama dan selama mengatakan px
ketidakseimb Tindaka aktivitas, terutama aktivitas, terutama mudah sesak dan
n bila pasien bila pasien mudah lelah dan
angan antara keperaw menggunakan menggunakan anak sering pilek
atan vasodilator atau vasodilator atau dan batuk
pemakaian
selama diuretic diuretic berulang kali,
oksigen oleh
Ijinkan anak untuk Mengijinkan anak
1x24 jam beristirahat, dan untuk beristirahat, O: px tampak
tubuh dan
diharapk hindarkan dan hindarkan lemas dan sesak,
suplai
an dapat gangguan pada gangguan pada saat aktivias dibantu
oksigen saattidur tidur oleh keluarga.
Mempert
keseluruh Anjurkan untuk Menganjurkan
ahankan TTV:
tubuh melakukan untuk melakukan
aktivitas TD :
yang permainan dan permainan dan 100/80M
adekuat aktivitas ringan aktivitas ringan mmhg
dengan Berikan periode Memberikan N: 110x/
istirahat setelah periode istirahat mnt
Criteria melakukan setelah melakukan R :
hasil : aktivitas aktivitas 25x/mnt
Hindarkan suhu Mengindarkan S: 36
Pasien
lingkungan yang suhu lingkungan derajat.
mampu
terlalu panas yang terlalu panas A: Masalah
melakuk
ataudingin. atau dingin. belum teratasi
anaktivit
asmandir
i
P : Lanjutkan
Intervensi

21
Contoh kasus :

Seorang anak perempuan 6 tahun datang dengan keluhan sering terlihat sesak dan mudah capek bila
bermain. Hal ini sudah dialami sejak bayi. Anak tidak pernah terlihat biru. Anak sering menderita batuk-
pilek berulang dan berkeringat banyak. Pada pemeriksaan fisik ditemukan : perawatan kecil, kurus,
sianonis(-). Nadi dan tekanan darah normal. Pemeriksaan Thorax : voussure cardiac 9 (+), aktivitas
ventrikel kiri dan kanan meningkat, arteri pulmonalis teraba normal. Tidak terdapat jari tabu.

22
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Ventrikel septum defek (VSD) merupakan penyakit jantung bawaan yang paling sering
ditemukan, yaitu kalainan jantung bawaan berupa lubang pada septum interventrikuler, kelainan ini
adalah kelainan yang terbanyak, yaitu sekitar 25% dari seluruh kelainan jantung. Dinding pemisah antara
2 ventrikel yang tidak tertutup sempurna. Kelainan ini bisa bersifat kogengital tetapi dapat pula karena
trauma. Kemungkinan diagnosa keperawatan yang terjadi pada pasien yang mengalami VSD adalah

1. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan malformasi jantung.

2. nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan anoreksia

3. intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan ketidakseimbangan dengan antara pemakaian


oleh tubuh dan suplai oksigen keseluruh tubuh.

3.2. Saran

Untuk mahasiswa perawat dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan kita tentang VSD
( Ventrikel Septum Defek). Pada makalah ini juga dijelaskan tentang asuhan keperawatan dan diagnogsa
yang mungkin timbul pada kasus VSD sehingga dapat menjadi solusi dalam pemberian re ncana dan
tindakan keperawatan kedepannya. Dalam penulisan makalah ini kami menyadari, makalah ini tidak
luput dari kesalahan sehingga kami menginginkan pembaca memberikan kritik dan saran yang
membangun agar kedepannya makalah ini dapat menjadi lebih baik.

Daftar Pustaka

23
- https://id.scribd.com/doc/87105659/makalah-VSD.

- https://www.smarterhealth.id/penyakit/cacat-jantung-bawaan/

-https://www.scribd.com/document/155326016/Asuhan-Keperawatan-Ventricular-Septal-Defect

- https://www.alomedika.com/penyakit/kardiologi/penyakit-jantung-kongenital/diagnosis

http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/11571/Fulltext.pdf?
sequence=1&isAllowed=y

- https://www.scribd.com/document/348814965/Pathway-Vsd

24

Anda mungkin juga menyukai