Anda di halaman 1dari 11

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tubuh manusia terdiri dari berbagai system, diantaranya adalah system

kardiovaskuler. System ini menjalankan fungsinya melalui organ jantung dan pembuluh

darah. Dimana organ yang memiliki peranan penting dalam hal ini adalah jantung

yangjuga merupakan organ besar dalam tubuh. Jantung adalah organ berupa otot

berbentuk kerucut. Fungsi utama jantung adalah untuk memompakan darah ke seluruh

tubuh dengan cara mengembang dan menguncup yang disebabkan oleh karena adanya

rangsangan yang berasal dari susunan saraf otonom. Seperti pada organorgan yang lain,

jantung juga dapat mengalami kelainan ataupun disfungsi. Sehingga muncullah penyakit

jantung yang dapat dibedakan dalam dua kelompok, yaitu penyakit jantung didapat dan

penyakit jantung bawaan. Penyakit jantung bawaan adalah kelainan struktural jantung

yang kemungkinan terjadi sejak lahir dan beberapa waktu setelah bayi dilahirkan. Salah

satu jenis penyakit jantung yang tergolong penyakit jantung bawaan adalah VSD yang

paling sering ditemukan, yaitu 30% dari semua jenis penyakit jantung bawaan. Pada

sebagian kasus, diagnosis kelainan ini ditegakkan setelah melewati masa neonatus, karena

pada minggu-minggu pertama bising yang bermakna biasanya belum terdengar oleh

karena resistensi vascular paru masih tinggi dan akan menurun setelah 8-10 minggu.

Untuk menghindari atau mencegah penyebab dari penyakit ini semaksimal mungkin

perawat harus berusaha memberikan nasehat terutama pada ibu yang sedang hamil untuk

tidak mengkonsumsi alcohol ataupun pengobatan sembarangan (Jerry & Marbun, 2022)

B. Tujuan

1. Mampu mengetahui pengertian VSD.

2. Mampu mengetahui penyebab VSD.


3. Mampu mengetahui perjalanan VSD.

4. Mampu mengetahui gejala VSD.

5. Mampu mengetahui komplikasi VSD.

6. Mampu mengetahui pemeriksaan penunjang VSD.

7. Mampu mengetahui penanganan VSD.


TINJAUAN TEORI

1. Konsep Medis

A. Definisi

Ventricular septal defect atau defek septum ventrikel merupakan salah satu jenis

penyakit jantung bawaan. Kondisi ini dapat terjadi sejak usia kehamilan 8 minggu, yaitu

pada saat proses pembentukan jantung janin berlangsung (Jerry & Marbun, 2022)

Pada awal pembentukan jantung, bilik kiri dan kanan jantung masih menyatu,

tetapi seiring pertumbuhan janin, dinding pemisah (septum) antara kedua bilik tersebut

akan terbentuk. Namun, pada beberapa kondisi, septum tidak terbentuk sempurna

sehingga meninggalkan sebuah lubang.Defek septum ventrikel menyebabkan bilik kiri

jantung bekerja lebih keras sehingga menimbulkan gangguan katup dan gagal jantung

(Jerry & Marbun, 2022)

B. Etiologi

Defek septum ventrikel (VSD) disebabkan oleh gangguan dalam proses

pembentukan jantung di dalam kandungan. Gangguan ini menyebabkan dinding pemisah

antara bilik kanan dan bilik kiri jantung tidak menutup dengan sempurna Belum

diketahui secara pasti pemicu terjadinya gangguan tersebut. Namun, faktor kelainan

genetik dan lingkungan diduga menjadi faktor utama yang menyebabkan seseorang

menderita kondisi ini Meski jarang, defek septum ventrikel juga berisiko dialami oleh

orang dewasa. Kondisi ini dapat terjadi pada penderita serangan jantung atau orang yang

mengalami cedera hebat di bagian dada, misalnya akibat kecelakaan (Hidayat & Zuraida,

2021)
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena VSD,

antara lain:

1) Memiliki keluarga dengan riwayat penyakit jantung bawaan

2) Menderita kelainan genetik, seperti Down Syndrome (Hidayat & Zuraida, 2021)

C. Gejala Ventricular Septal Defect (VSD)

Gejala VSD bervariasi, tergantung ukuran dan lokasi celah pada jantung, serta

ada tidaknya kondisi cacat jantung lain yang mendasarinya. Gejala ini sering kali sulit

terdeteksi saat bayi lahir, terutama jika lubangnya berukuran kecil.

Pada beberapa kasus, kelainan ini terkadang tidak menunjukkan gejala sama

sekali dan baru muncul setelah bayi mulai memasuki usia anak-anak.Secara umum,

gejala VSD pada bayi dan anak-anak meliputi:

1) Mudah lelah ketika sedang makan atau bermain

2) Banyak mengeluarkan keringat, terutama ketika makan

3) Tidak nafsu makan

4) Berat badan sulit naik

5) Napas cepat dan terdengat berat

6) Kulit terlihat pucat (Khotimah et al., 2022)

D. Patofisiologi

Ventrikel Septum Defek (VSD) ditandai dengan adanya hubungan septal yang

memungkinkan darah mengalir langsung antar ventrikel, biasanya dari kiri ke kanan.

Diameter defek ini bervariasi dari 0,5-33,0 cm. perubahan fisiologi yang terjadi dapat

di jelaskan sebagai berikut :


1. Tekanan lebih tinggi pada ventrikel kiri dan meningkatkan aliran darah kaya

oksigen melalui defek tersebut ke ventrikel kanan.

2. Volume darah yang meningkat dipompa ke dalam paru, yang akhirnya dipenuhi

darah, dan dapat menyebabkan naiknya tekanan darah vascular pulmoner.

3. Jika tahana pulmoner ini besar, tekanan ventrikal kanan meningkat, menyebabkan

piarau terbalik (Khotimah et al., 2022)

Keseriusan gangguan ini tergantung pada ukuran dan derajat hipertensi

pulmoner. Jika anak asimptomatik tidak diperlukan pengobatan; tetapi jika timbul

gagal jantung kronik atau anak beresiko mengalami perubahan vascular paru atau

menunjukkan adanya pirau yang hebat diindikasikan untuk penutupan defek tersebut.

Resiko bedah 3% dan usia ideal untuk pembedahan adalah 3 sampai 5 tahun

(Khotimah et al., 2022)

Perubahan fisiologis yang terjadi akibat adanya defek di septum ventriculare

adalah tergantung ukuran defek dan tahanan vaskular paru. Aliran darah ke paru-paru

akan meningkat setelah kelahiran sebagai respon menurunnya tahanan vskular paru

akibat mengembangnya paru-paru dan terpaparnya alveoli oleh oksigen. Jika

defeknya berukuran besar, aliran darah ke paru-paru akan meningkat dibandingkan

aliran darah sistemik diikuti regresi sel otot polos arteriintrapulmonalis. Perubahan ini

berhubungan dengan munculnya gejala setelah kelahiran bayi aterm berumur 4-6

minggu atau awal dua minggu pertama pada kelahiran bayi prematur (Khotimah et al.,

2022)

Darah di ventriculus dextra didorong ke arteria pulmonalis, resistensi relatif

antara dua sirkulasi bersifat dinamis dan berubah dengan waktu (Gumilar & Ratih

Pradnyani, 2020)
1. Periode neonatus:

a. Tahanan vaskular paru tinggi

b. Tahanan ventriculus sinistra sama dengan ventriculus dextra

c. Minimal atau tidak ada shunt

2. Bayi (3-4 minggu):

a. Tahanan vaskular paru menurun

b. Tahanan ventriculus sinistra lebih besar dibandingkan tahanan ventriculus

dextra

c. Adanya shunt dari kiri ke kanan

Jika defek berukuran kecil, akan terjadi perubahan hemodinamik yang

terbatas, yang juga membatasi terjadinya shunting dari kiri ke kanan. Defek yang

besar akan menyebabkan terjadinya shunting dari kiri ke kanan. Tekanan pada

arteri pumonalis akan meningkat yang menyebabkan terjadinya hipertensi

pulmonal. Meningkatnya tekanan dan volume darah pada arteri pulmonalis akan

menyebabkan kerusakan pada sel endotel dan perubahan permanen pada tahanan

vaskular paru. Jika tahanan vaskular paru melebihi tahan vaskular sistemik maka

akan terjadi perubahan aliran darah dari ventriculus sinistra menuju dextra melalui

defek tersebut (left to right shunt) (Gumilar & Ratih Pradnyani, 2020)

E. Komplikasi

1) Gagal jantung

2) Endkarditis

3) Insufisiensi

4) Stenosis pulmonal

5) Hipertensi pulmonal (penyakit pembuluh darah paru yang progresif) (Gumilar &

Ratih Pradnyani, 2020)


F. Pemeriksaan Diagnostik

1) Kateteriasasi jantung menunjukkan adanya hubungan abnormal antar ventrikel

2) EKG dan foto thoraks menunjukkan adanya hipertrofi ventrikel kiri

3) Hitung darah lengkap untuk uji prabedah rutin

4) Uji masa protombin (PT) dan masa tromboplastin parsial (PTT) yang dilakukan

sebelum pembedahan dapat mengungkapkan kecenderungan pendarahan

(biasanya normal) (Irwanto, 2019)

G. Penatalaksanaan Medis

1) Atasi gizi, infeksi dan kegagalan jantung. Pada kasus dengan defek kecil (1-5mm)

dan perkembangan baik tidak memerlukan operasi.

2) Pembedahan:

a. Menutup defek dengan dijahit melalui cardiopulmonary bypass

b. Pembedahan pulmonal arteri buding (PAB) atau penutupan defek untuk

mengurangi aliran ke paru

3) Non pembedahan: menutup defek dengan alat melalui kateterisasi jantung

4) Pemberian vasopressor atau vasodilator:

a. Dopamin (intropin)

Memiliki efek inotropic positif pada miocard menyebabkan peningkatan curah

jantung dan peningkatan tekanan sistolik serta tekanan nadi sedikit sekali atau

tidak ada efeknya pada tekanan diastolic digunakan untuk gangguan

hemodinamika yang disebabkan bedah jantung terbuka (dosis diatur untuk

mempertahankan tekanan darah dan perfusi ginjal) (Irwanto, 2019)

b. Isopretenol
Memiliki efek inotropic positif pada miocard menyebabkan peningkatan curah

jantung, menurunkan tekanan diastolic dan tekanan rata-rata sambil

meningkatkan tekanan sistolik (Irwanto, 2019)

2. Konsep Asuhan Keperawatan

1) Pengkajian

a. Identitas Pasien

b. Riwayat keperawatan : respon fisiologis thdp defek (sianosis, aktivitas terbatas )

c. Kaji adanya tanda-tanda gagal jantung : napas cepat, sesak nafas, retraksi, bunyi

jantung tambahan (murmur), edema tungkai, hepatomegaly

d. Kaji adanya tanda hipoxia kronis : Clubing finger

e. Kaji pola makan, pola pertambahan berat badan

2) Diagnosa Keperawatan

a. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan malformasi jantung

b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti pulmonal

c. Tidak toleransi terhadap aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara

pemakain oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke sel (Ariani et al., 2020)

3) Rencana Keperawatan

a. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan malformasi jantung

 Akan menunjukkan tanda-tanda membaiknya curah jantung

b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti pulmonal

2) Anak akan menunjukkan tanda-tanda tidak adanya peningkatan restensi

pembuluh paru

c. Tidak toleransi terhadap aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara

pemakain oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke sel.


 Anak akan mempertahankan tingkat aktivitas yang adekuat dan anak akan

berpastisipasi dalam aktivitas yang dilakukan oleh anak yang seusianya (Ariani

et al., 2020)
PENUTUP

A. Kesimpulan

Penutupan VSD memakai metode minimally invasive transthoracic dengan panduan

TEE melalui mini sternotomi merupakan prosedur yang sangat aman dan efektif. Metode

tersebut meminimalkan efek samping akibat pemakaian pintas jantung paru, luka operasi

dan nyeri pascaoperasi yang minimal, waktu perawatan lebih singkat, serta terhindar dari

penggunaan radiasi seperti pada penutupan defek yang menggunakan metode

perkutaneus. Penggunaan TEE memberikan informasi yang sangat berguna selama

prosedur berlangsung, selain memberikan visualisasi secara terus menerus selama

prosedur berlangsung, TEE juga mengevaluasi ada tidaknya residual pintasan, gangguan

yang mungkin terjadi pada katup aorta, serta menilai penempatan device (Ariani et al.,

2020)
DAFTAR PUSTAKA

Ariani, Permadi, P. I., & Suryanto. (2020). OPTIMALISASI TUMBUH KEMBANG ANAK

DENGAN PENYAKIT JANTUNG BAWAAN (1st ed.). UB Press.

Gumilar, khanisya erza, & Ratih Pradnyani, N. N. ayu. (2020). KEHAMILAN DENGAN

PENYAKIT JANTUNG (1st ed.). AIRLANGGA UNIVERSITY PRESS.

Hidayat, T., & Zuraida, E. (2021). TERAPI CARVEDILOL UNTUK GAGAL JANTUNG

PADA ANAK DENGAN PENYAKIT JANTUNG BAWAAN (M. Ulfah (ed.); 1st ed.). CV.

Amerta Media.

Irwanto. (2019). AZ Sindrom Down (1st ed.). AIRLANGGA UNIVERSITY PRESS.

Jerry, & Marbun. (2022). PENYAKIT JANTUNG BAWAAN KRITIS (1st ed.). Nas Media

Utama.

Khotimah, Jaya KK, I. F., Limbong, M., & Purnamasari, N. (2022). PENYAKIT

GANGGUAN SISTEM TUBUH (A. Karim (ed.); 1st ed.). yayasan kita menulis.

Anda mungkin juga menyukai