Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

DI RUANG HCU RSUD dr. SAIFUL ANWAR MALANG

Disusun untuk Melengkapi Tugas Profesi Ners


Departemen Pediatri

Disusun Oleh :
Eritia Ekky Wahyuningtias

PROGRAM PROFESI NERS


JURUSAN ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
HALAMAN PENGESAHAN PENGAMBILAN KASUS
DEPARTEMEN PEDIATRIK

LAPORAN PENDAHULUAN, ASUHAN KEPERAWATAN An. A DENGAN PENYAKIT


JANTUNG BAWAAN DAN RESUME KEPERAWATAN PADA ANAK

Disusun untuk Memenuhi Tugas Profesi Ners Departemen Pediatrik


Di Ruang HCU RS Dr. Saiful Anwar Malang

Oleh :
Eritia Ekky wahyuningtias
NIM. 190070300111045

Telah diperiksa kelengkapannya pada:


Hari :
Tanggal :
Dan dinyatakan memenuhi kompetensi

Preseptor Akademik Preseptor Klinik P


A. Definisi

Penyakit jantung bawaan adalah penyakit yg dibawa oleh anak sejak ia dilahirkan

akibat proses pembentukan jantung yg kurang sempurna. Proses pembentukan

jantung ini terjadi pada awal pembuahan (konsepsi). Pada waktu jantung mengalami

proses pertumbuhan di dalam kandungan, ada kemungkinan mengalami gangguan.

Gangguan pertumbuhan jantung pada janin ini terjadi pada saat janin berusia 4 bulan

(Dhania dalam Ali, 2012).

Penyakit jantung congenital atau penyakit jantung bawaan (PJB) adalah

sekumpulan malformasi struktur jantung atau pembuluh darah besar yg telah ada sejak

(Muttaqin, 2009).

PJB (Penyakit Jantung Bawaan) Asianotik adalah kelainan struktur & fungsi jantung

yg dibawa lahir yg tidak ditandai dengan sianosis; misalnya lubang di sekat jantung

sehingga terjadi pirau dari kiri ke kanan, kelainan salah satu katup jantung &

penyempitan alur keluar ventrikel atau pembuluh darah besar tanpa adanya lubang di

sekat jantung. Masing2 mempunyai spectrum presentasi klinis yg bervarasi dari ringan

sampai berat tergantung pada jenis & beratnya kelainan serta tahanan vaskuler paru

(Roebiono dalam Ali, 2012).

A. Faktor Presdiposisi

Faktor-faktor predisposisi penyakit jantung bawaan diantaranya:

1. Faktor prenatal

 Ibu menderita penyakit infeksi: rubella

 Ibu alkoholisme

 Umur ibu >40 tahun

 Ibu menderita penyakit diabetes yg memerlukan insulin

 Ibu meminum obat2an penenang atau jamu


2. Faktor genetic

 Anak yg lahir sebelumnya menderita PJB

 Ayah/ibu menderita PJB

 Kelainan kromosom misalnya sindrom Down

 Lahir dengan kelainan bawaan yg lain

B. Klasifikasi

Menurut Muttaqin (2009), penyakit jantung bawaan non sianotik dapat dibagi menjadi:

1. Defek septum atrium (atrial Septal Defek-ASD)

Defek septum atrium merupakan suatu keadaan

dimana adanya hubungan (lubang) abnormal pada

sekat yang memisahkan atrium kanan dan atrium kiri

(Muttaqin, 2009). Definisi lain menyebutkan defek

septum atrium merupakan lubang abnormal di antara

dua atrium; dapat diakibatkan dari aliran darah

menetap melalui foramen ovale fetal (ostium sekundum) atau defek pada septum

intraartrial, mengakibatkan beberapa derajat pirau darah kiri ke kanan (Tucker, 1999).

Manifestasi Klinis
Menurut Muttaqin (2009) aliran darah pintas kiri ke kanan pada tipe atrium

sekundum & tipe sinus venosus akan menyebabkan keluhan kelemahan & sesak

nafas, umumnya timbul pada usia dewasa muda. Kegagalan jantung kanan serta

disritmia supraventrikular dapat pula terjadi pada stadium lanjut. Gejala yg sama

ditemukan pada tipe atrium primum.

Menurut Tucker (1999) gejala sangat bervariasi sesuai ukuran defek.

Kebanyakan anak asimtomatik, pertumbuhan & perkembangan normal, toleransi

latihan normal, murmur ejeksi sistolik lunak diatas antar ruang ke-2 sampai ke-3

sepanjang batas sterna terdengar pada pemeriksaan, DSA ostium primum

dihubungkan dengan abnormalitas katup.

Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Tucker (1999), pemeriksaan diagnostic yg dapat dilakukan untuk

menegakkan diagnose ASD adalah:

a. EKG  hipertrofi ventrikel kanan (HVKa); kemungkinan perpanjangan interval PR;

kemungkinan blok jantung berbagai derajat

b. Radiologi  pembesaran atrium kanan, ventrikel kanan & arteri pulmonaris

c. Ekokardiogram  lokasi dari gangguan, ukuran pirau, pembesaran ventrikel

kanan

d. Katerisasi jantung  menunjukkan diagnosa & lokasi dari gangguan, volume

oksigen dari atrium kanan lebih tinggi dari vena kava superior. Muttaqin (2009)

mengungkapkan ekokardiografi dengan kontras dapat menunjukkan defek aliran

darah kiri ke kanan atau aliran darah kanan ke kiri.

Penatalaksanaan Medis

Dalam Muttaqin (2009) dikatakan besarnya aliran pintas darah ialah

perbandingan aliran darah melalui sirkulasi pulmonary dibandingkan dengan sirkulasi

sistemis (QP/QS), dan hal ini sangat erat hubungannya dengan timbulnya kelainan

pada dinding kapiler paru di kemudian hari. Karena itu jika perbandingannya

mencapai >1,5 dianjurkan untuk dilakukan operasi karena resistensi kapiler paru
sangat tinggi. Penutupan defek intraarterial dapat dilakukan dengan jahitan langsung

atau penempelan patch (tambahan). Operasi dianjurkan pada saat berumur 5-10

tahun.

Klien dengan resistensi kapiler paru yg sangat tinggi & tidak dapat dioperasi

dapat dibantu dengan obat vasodilator, antagonis kalsium, dll. Sedangkan untuk

gagal jantung dapat diberikan pengobatan sama seperti gagal jantung lainnya.

2. Defek septum ventricular (Ventricular septal defect-VSD)

Masalah ini merupakan suatu keadaan adanya

hubungan (lubang) abnormal pada sekat yang

memisahkan ventrikel kanan & ventrikel kiri (Muttaqin,

2009). Perjalanan alami VSD tergantung pada ukuran

defek, perubahan yg terjadi seiring pertumbuhan &

sirkulasi pulmonal (Meadow, 2005). VSD dibagi

menjadi 3:

a. VSD kecil

VSD kecil tanpa aliran darah pintas & gangguan hemodinamika yg berarti

tekanan arteri pulmonal pada VSD kecil normal & memperlihatkan perbandingan

aliran pulmoner dengan aliran sistemis <1,5:1. Sebagian jenis VSD ini akan

menutup secara alamiah pada umur 3 tahun (Muttaqin, 2009). Pasien tidak

memiliki gejala dan murmur jantung didapatkan pada pemeriksaan rutin (Meadow,

2005).

b. VSD sedang

VSD sedang dengan kelainan vascular paru obstruktif & sianosis. Pada VSD

sedang, aliran sirkulasi paru dibandingkan aliran sirkulasi sistemis antara 1,5:1

dan 2:1. Alliran darah pintas pada VSD sedang, cukup besar, sehingga bising

pansistolik pada garis sterna kiri bawah sering disertai bising mid-diastolik di

daerah katup mitral & gallop protodiastolik di daerah apeks. Foto rontgen toraks
menunjukkan kardiomegali & vaskularisasi yg bertambah, sedangkan EKG

menunjukkan hipertrofi ventrikel kiri (Muttaqin, 2009).

Defek dengan ukuran sedang menyebabkan timbulnya gejala pada bayi.

gagal jantung akan menyebabkan anak sulit makan & berat badan sulit naik.

Gejala mulai muncul pada bulan pertama kehidupan, seringkali dicetuskan oleh

infeksi dada (Meadow, 2005)

c. VSD besar

Aliran sirkulasi sistemis 2:1 aliran pintas yg besar seperti ini akan

mengakibatkan gagal jantung pada 2-3 bulan (Muttaqin, 2009). Gejala muncul

pada minggu pertama kehidupan. Gagal jantung sulit dikontrol & dibutuhkan

pemberian makanan dengan menggunakan selang. Sebagian besar

membutuhkan operasi (Meadow, 2005).

3. Duktus arteriosus paten (patent ductus arteriosus-PDA)

Kondisi ini merupakan suatu keadaan adanya

pembuluh darah yg menghubungkan aorta dan arteri

pulmonal. Duktus arteriosus ini normal pada saat bayi

dalam kandungan, namun akan segera menutup secara

fungsional setelah bayi lahir (Muttaqin, 2009 dan Behrman,

2000).

Manifestasi Klinis

Gambaran klinis umumnya muncul dalam 3 bentuk, yakni (Muttaqin, 2009):

a. PDA kecil tanpa gangguan hemodinamika yg berarti. Terdapat bising kontinu di

garis sterna kiri atas. Foto rontgen paru dan EKG normal. Resiko tinggi yg mungkin

terjadi adalah endokarditis, klasifikasi duktus, & gagal jantung kiri.

b. PDA sedang umumnya klien asimtomatik, kecuali pada anak kecil dapat

ditemukan dispnea & gagal jantung kiri. Bising kontinu, bising machinery, sama
seperti PDA kecil, tetapi foto rontgen thorak memperlihatkan adanya pembesaran

ventrikel kiri, atrium kiri, knob aorta, & vaskularisasi paru yg meningkat.

c. PDA besar akan mengakibatkan gagal jantung kiri pada minggu pertama bayi

premature atau usia 2 atau 3 bulan pada bayi lahir cukup bulan

Menurut Madow (2005) tanda gejala yg muncul adalah denyut nadi melemah karena

kebocoran mendadak aliran darah dari aorta ke arteri pulmonalis. Temuan yg khas

adalah murmur ‘mesin’ (sistolik & diastolik) kontinu di bawah klavikula kiri.

Penatalaksanaan Medis

Gagal jantung diterapi dengan obat-obatan. Penutupan dengan pembedahan

diindikasikan jika duktus tetap persisten. Duktus bisa di ligasi atau dioklusi dengan

suatu alat ‘payung ganda’ kecil yg diletakkan dalam duktus melalui kateter jantung.

4. Stenosis pulmoner (pulmonary stenosis-SP)

Defek: dengan adanya penyempitan atau

obstruksi pada muara arteri pulmonalis. Stenosis

pulmoner dapat berbentuk valvular, subvalvular

(infundibular), dan supravalvular (pheryperal pulmonary

arteri stenosis atau coarctatio aorta). Stenosis pulmoner

dapat berdiri sendiri, tetapi lebih sering merupakan

bagian sindrom lain, seperti tetralogi fallot (Muttaqin, 2009). Tucker (1999)

menyebutkan stenosis pulmoner adalah lesi obstruksi yg mengganggu aliran darah

dari ventrikel kanan.

Manifestasi Klinis

Keluhan yg terjadi biasanya menimbulkan cepat lelah, dispnea, angina, sinkop, &

disfungsi serebral. Gangguan hemodinamika oleh adanya obstruksi, maka aliran

darah ke paru-paru berkurang & lama2 akan menjadi hipertrofi ventrikel kanan.

Penatalaksanaan Medis
Hasil operasi jangka panjang dan mortalitas pada PS biasanya baik, sehingga ada

kecenderungan untuk melakukan operasi pada kasus2 dengan gradient katup

pulmonal >50 mmHg atau tekanan ventrikel >100 mmHg.

5. Koarktasio Aorta (Coarctatio Aorta-CA)

Koarktasio aorta merupakan suatu defek

penyempitan katup aorta setempat. Bisa preduktal, juksta-

duktus, atau post-duktus.

Manifestasi Klinis

Pada bayi, tanda yg tampak adalah gejala gagal

jantung kanan/kiri karena bentrikel kanan berfungsi sebagai

ventrikel sistemis yg memompa darah ke aorta distal melalui PDA. Bising sistolik

mungkin ada atau mungkin tidak. Kram otot bisa terjadi akibat peningkatan aktivitas

dari jaringan yg tidak terorganisasi. Anak mengalami pening, sakit kepala, pingsan,

& mimisan akibat dari hipertensi.

Pemeriksaan Penunjang

 EKG pada bayi mungkin menunjukkan RVH, mungkin terjadi biventrikulat hipertrofi.

EKG juga dapat menunjukkan hipertrofi ventrikel kiri.

 Foto rontgen thoraks biasanya normal, tetapi dapat ditemukan iregularitas &

notching pada batas inferior atau iga belakang.

 Hasil pemeriksaan katerisasi dan angiografi dapat meyakinkan adanya

penyempitan pembuluh aorta

Penatalaksanaan Medis

Koarktasio aorta merupakan indikasi untuk operasi walalupun asimptomatis.

Usia ideal operasi adalah 5-10 tahun. Operasi tidak dianjurkan pada usia yg lebih

muda, kearena kemungkinan re-stenosis lebih besar. Terapi medis hanya dianjurkan

sebagai pengobatan sementara untuk mengendalikan gangguan hemodinamika.

Kontrol hipertensi & pencegahan terhadap endokarditis.


Reseksi bagian yg menyempit & menyambung ujung ke ujung atau

pemasangan graft pada daerah itu.

C. Manifestasi Klinis

Dalam Insley (2003) diungkapkan gambaran klinis penyakit jantung congenital

asianotik dapat dibagi dalam 3 kelompok umur:

1. Pada periode awal bayi baru lahir

Gagal jantung & kesulitan bernapas biasanya disebabkan oleh lesi obstruktif

jantung kiri, misalnya koarktasio aorta, sindrom hipoplasia jantung kiri & kadang

stenosis aorta. Nadi femoral & brakial harus teraba untuk menyingkirkan obstruksi

jantung kiri. Nadi dapat menghilang setelah beberapa hari bila duktus arteriosus

menutup sehingga kasus yg dicurigai harus dinilai ulang. Mungkin terjadi syok disertai

asidosis metabolic & hepatomegali, biasanya ada riwayat kesulitan makan selama 6-

12 jam.

2. Setelah beberapa minggu

Pirau dari kiri ke kanan dapat mengakibatkan gejala sulit makan, takipnea

dengan retraksi subkostal & gagal jantung disertai hepatomegali. Dapat juga terjadi

peningkatan BB yg tidak proporsional akibat retensi cairan. Kardiomegali (paling baik

dilihat dari hasil foto dada) selalu terjadi pada kedua kelompok.

3. Pada bayi premature

Terutama yg lahir dengan umur kehamilan <36 minggu, kemungkinan duktus

arteriosus gagal menutup-terutama bila terjadi system sindrom distress respirasi

idiopatik. Biasanya terdengar bising sistolik & denyut nadi tidak teraba.

D. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yg dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosa PJB antara

lain:

1. Pemeriksaan laboratorium
2. Radiologis

3. Elektrokardiografi

4. Ekokardiogram

5. Katerisasi

E. Komplikasi

Pasien dengan penyakit jantung congenital teramcam mengalami berbagai komplikasi

antara lain:

1. Gagal jantung kongestif

2. Renjatan kardiogenik, Henti Jantung

3. Aritmia

4. Endokarditis bakterialistis

5. Hipertensi

6. Hipertensi pulmonal

7. Tromboemboli dan abses otak


F. Pathways

Terpapar faktor endogen & eksogen selama kehamilan trimester I & II

Kelainan jantung congenital

Defek septum ventrikel

Pirau kiri ke kanan

Aliran darah Beban Hipertrofi


& O2 ke paru volume ventrikel kiri
meningkat ventrikel kiri
meningkat Penurunan
Edema paru kemampuan
Gagal kontraktilitas
Difusi PaCO2 jantung
oksegen meningkat & Resiko
menurun PaO2 menurun O2 dalam penurunan
jaringan cardiac
Kontriksi Hiperventilasi menurun output
arteriol paru
Ketidakefektif Hipoksia & Aliran darah Aktivasi Penurunan
Gangguan an pola nafas laktat ke jaringan system suplai O2 ke
pertukaran meningkat tidak rennin miokardium
gas adekuat Angiotensin-
Asidosis Aldosteron Hipoksia Perubahan
metabolic Gangguan miokardium metabolisme
Sesak Perfusi Vasokontriksi miokardium
Jaringan sistemis Iskemia
Kemampuan miokardium Nyeri
menghisap Menurunkan dada
menurun GFR nefron, Infark
vasokontriksi miokardium
Intake nutrisi ginjal
tidak adekuat Syok
Retensi Na+ kardiogenik
Ketidakseim danH2O
bangan Kematian
nutrisi Urine output
kurang dari menurun,
kebutuhan volume
plasma
meningkat

Kelebihan
Volume
Cairan
DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. 2012. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25847/4/Chapter%-20II.pdf

Corwin, Elizabeth J., 2001. Buku Saku PatofisiologI. Jakarta: Penerbit Buku.

Herdman, T.H. & KIMAtsuru, S. 2014. NANDA International Nursing Diagnosis: Definitions

& Clasification, 2015-2017. Oxford: Wiley Blackwell

Morhead, Sue, Johnson, Marion, Maas, Meriden L., et al. 2012. Nursing Outcomes

Classification (NOC) Fifth Edition. Missouri: Mosby

Morhead, Sue, Johnson, Marion, Maas, Meriden L., et al. 2012. Nursing Intervention

Classification (NIC) Fifth Edition. Missouri: Mosby

Muttaqin, A. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular.

Jakarta. Salemba Medika.

Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan

Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC Edisi Revisi Jilid 1. Jogjakarta: Mediaction.

Sudoyo, Aru., dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 1,2,3 Edisi Keempat. Jakarta:

Internal Publishing

Anda mungkin juga menyukai