Anda di halaman 1dari 7

BAB I

Konsep Dasar Penyakit

A. Definisi
Atrial Septal Defect (ASD) adalah terdapatnya hubungan antara atrium
kanan dengan atrium kiri yang tidak ditutup oleh katup. ASD adalah defek
pada sekat yang memisahkan atrium kiri dan kanan. (Sudigdo, 2004). Atrial
Septal Defect (ASD) adalah penyakit jantung bawaan berupa lubang (defek)
pada septum interatrial yang terjadi karena kegagalan fusi septum interatrial
semasa janin.
Atrial Septal Defect adalah adanya hubungan (lubang) abnormal pada
sekat yang memisahkan atrium kanan dan atrium kiri. Kelainan jantung
bawaan yang memerlukan pembedahan jantung terbuka adalah defek sekat
atrium. Defek sekat atrium adalah hubungan langsung antara serambi jantung
kanan dan kiri melalui sekatnya karena kegagalan pembentukan sekat.
(Mutaqin, 2009).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat dirumuskan
bahwa Atrial Septal Defect ( ASD ) penyakit jantung bawaan dimana terdapat
lubang ( defek ) pada sekat atau septum interatrial yang memisahkan atrium
kiri dan kanan yang terjadi karena kegagalan fusi septum interatial semasa
janin.

B. Etiologi
Penyebabnya belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor
yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian ASD.
Faktor-faktor tersebut diantaranya :
1. Faktor Prenatal
a. Ibu menderita infeksi Rubella
b. Ibu alkoholisme
c. Umur ibu lebih dari 40 tahun.
d. Ibu menderita IDDM
e. Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu
2. Faktor genetik
a. Anak yang lahir sebelumnya menderita PJB
b. Ayah atau ibu menderita PJB
c. Kelainan kromosom misalnya Sindroma Down
d. Lahir dengan kelainan bawaan lain
(Mutaqin, 2009)

C. Patofisiologi
Penyakit dari penyakit jantung kongentinal ASD ini belum dapat
dipastikan banyak kasus mungkin terjadi akibat aksi trotogen yang tidak
diketahui dalam trisemester pertama kehamilan saat terjadi perkembangan
jantung janin. Pertama kehidupan status, saat struktur kardiovaskuler
terbentuk kecuali duktus arteriosis paten yaitu saluran normal untuk status
yang harus menututp dalam beberapa hari pertama. (Samik, 2009).
Darah artenal dari atrium kiri dapat masuk ke atrium kanan melalui
defek sekat ini. Aliran ini tidak deras karena perbedaan tekanan pada atrium
kiri dan kanan tidak begitu besar (tekanan pada atrium kiri 6 mmHg sedang
pada atrium kanan 5 mmHg) . Adanya aliran darah menyebabkan penambahan
beban pada ventrikel kanan, arteri pulmonalis, kapiler paru-paru dan atrium
kiri. Bila shunt besar, maka volume darah yang melalui arteri pulmonalis
dapat 3-5 kali dari darah yang melalui aorta. (Samik, 2009).
Dengan bertambahnya volume aliran darah pada ventrikel kanan dan
arteri pulmonalis. Maka tekanan pada alat–alat tersebut naik., dengan adanya
kenaikan tekanan, maka tahanan katup arteri pulmonalis naik, sehingga
adanya perbedaan tekanan sekitar 15 -25 mmHg. Akibat adanya perbedaan
tekanan ini, timbul suatu bising sistolik ( jadi bising sistolik pada ASD
merupakan bising dari stenosis relatif katup pulmonal ). Pada valvula
trikuspidalis juga ada perbedaan tekanan, sehingga disini juga terjadi stenosis
relatif katup trikuspidalis sehingga terdengar bising diastolik.
Karena adanya penambahan beban yang terus menerus pada arteri
pulmonalis, maka lama kelamaan akan terjadi kenaikan tahanan pada arteri
pulmunalis dan akibatnya akan terjadi kenaikan tekanan ventrikel kanan yang
permanen. Tapi kejadian ini pada ASD terjadinya sangat lambat ASD I
sebagian sama dengan ASD II. Hanya bila ada defek pada katup mitral atau
katup trikuspidal, sehingga darah dari ventrikel kiri atau ventrikel kanan
mengalir kembali ke atrium kiri dan atrium kanan pada waktu systole.
Keadaan ini tidak pernah terjadi pada ASD II. (Smeltzer, 2001).
Arah shunt pun bisa berubah menjadi dari kanan kekiri sehingga
sirkulasi darah sistemik banyak mengandung darah yang rendah oksigen
akibatnya terjadi hipoksemi dan sianosis. (Samik, 2009).

D. Klasifikasi
Berdasarkan bentuk anatomisnya Atrial Septal Defect dapat dibedakan
menjadi 3 , yaitu:
1. Defek Sinus Venosus, yaitu defek yang terletak di bagian superior dan
posterior sekat, sangat dekat dengan vena kava superior dan juga dekat
dengan salah satu muara vena pulmonalis.
2. Defek Sekat Sekundum, yaitu defek ini terletak di tengah sekat atrium.
Defek ini juga terletak pada foramen ovale.
3. Defek Sekat Primum, yaitu defek ini terletak dibagian bawah sekat
primum, dibagian bawah hanya di batasi oleh sekat ventrikel, dan terjadi
karena gagal pertumbuhan sekat primum. Defek sekat primum dikenal
dengan ASD I, Defek sinus Venosus dan defek sekat sekundum dikenal
dengan ASD II
(Samik, 2009)
E. Manifestasi Klinis
1. Sianosis umum, khususnya membran mukosa, bibir dan lidah,
kunjungtiva, area vaskularisasi tinggi, dispnea, khususnya setelah kerja
fisik seperti makan, menangis dan mengejan.
2. Kerusakan pertumbuhan dan perkembangan.
3. Tubuh lemah, keletihan.
4. Nafas tersengal – tersengal dan dipsnea saat aktivitas.
5. Kardiomegali.
6. Diastolik meningkat.
7. Sistolik Rendah

F. Komplikasi
1. Gagal jantung.
2. Penyakit pembuluh darah paru.
3. Endokardititis.
4. Aritmia.

G. Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Fisik
Banyak anak-anak atau remaja dengan ASD tidak menunjukan gejala
apa apa bahkan dengan shunt yang besar sekalipun. Adanya gejala gagal
jantung kogenstif biasanya berhubungan dengan kelahiran yang lain,
seperti obstruksi pada jantung sebelah kiri, atrium tunggal, atau defek
pada bantalan endokardium yang komplit. Berat dan tinggi pasien
biasanya dibawah normal. Pada pasien yang kurus pulsasi jantung
mungkin dapat terlihat atau dipalpasi pada dinding dada. Pada auskultasi,
suara jantung I diperbesar sebanding dengan ukuran shunt. Suara jantung
II membelah lebar selama 0,05 detik atau lebih secara konstan (tak
berubah dengan respirasi). Ini adalah khas untuk kelainan defek seekat
atrium yang cukup besar, pembelahan lebar itu disebabkan oleh
pengosongan beban berlebihan ventrikel kanan yang tertunda. (Samik,
2009).

2. Pemeriksaan Penunjang
a. Foto torak : Pada kasus lanjut dengan hipertensi pulmonal, gambaran
vaskularisasi paru mengurang di daerah tepi (pruned tree). Dan
menunjukan adanya komplikasi atau tidak.
b. Ekokardiogram: Ekokardiografi kontras dikerjakan bila Doppler tak
mampu memperlihatkan adanya aliran interatrial.
c. Angiogram : Angiogram pada vena pulmonalis kanan atas dapat
memperlihatkan besarnya defek septum atrium.
d. EKG : deviasi aksis ke kiri pada ASD primum dan deviasi aksis ke
kanan pada ASD secundum, RBBB, RVH.
e. Kateterisasi jantung : prosedur diagnostic dimana kateter radiopaque
dimasukan kedalam atrium jantung melalui pembuluh darah perifer,
diobservasi dengan fluoroskopi atau intensifikasi pencitraan;
pengukuran tekanan darah dan sampel darah memberikan sumber-
sumber informasi tambahan. (samik, 2009).

H. Penatalaksanaan
Kebanyakan pasien ASD tidak menunjukkan keluhan. Pada bayi
sebelum usia 3 bulan, defek berukuran < 3 mm umumnya akan menutup
spontan. Bagaimanapun juga apabila lubang tersebut besar maka operasi
untuk menutup lubang tersebut dianjurkan. Indikasi operasi adalah mencegah
penyakit vaskuler pulmonal obstruktif. Operasi harus segera dilakukan bila
terdapat;
1. Jantung yang sangat membesar
2. Dyspneu yang berat
3. Gagal jantung kanan
4. Kenaikan tekanan arteri pulmonalis bukan karena penambahan volume
melainkan karena kenaikan tekanan pada sirkulasi kecil. (Samik, 2009).
I. Diagnosa Keperawatan
Menurut Doengoes (2014), diagnosa keperawatan yang sering muncu
pada pasien dengan ASD adalah:
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan volume
sekuncup jantung
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi, deformitas
dada yang ditandai dengan dispnea ( sesak nafas ), penyimpangan dada.
3. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan kerusakan
transport oksigen ditandai dengan sianosis, warna kulit pucat, dispnea,
perubahan temperatur kulit.
4. Intoleransi Aktifitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan
antara kebutuhan dan suplai oksigen.

J. Perencaan Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA

Wahab Samik .2009. Kardiologi Anak Penyakit Jantung Kongenital Yang Tidak
Sianotik. Jakarta:EGC
Doengoes, E.M,dkk.2014.Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta :
EGC.
Mutaqin, Arief. 2009. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler.Jakarta: Salemba Medika
Smeltzer, Suzanne C dan Bare , Brenda. G.2001. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi
8. Vol.3. Jakarta :EGC

Anda mungkin juga menyukai