Anda di halaman 1dari 18

Referat

* Program Pendidikan Profesi Dokter/ G1A218047 / Mei 2020

** Pembimbing : dr. David Ramli, Sp.JP

STENOSIS AORTA

Oleh :

Radi Prawira Darma, S.Ked*

G1A218047

Pembimbing :

dr. David Ramli, Sp.JP **

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI DOKTER

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RADEN MATTAHER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JAMBI

2020
BAB I
PENDAHULUAN

Katup jantung adalah pintu satu arah yang terdapat pada jantung, tepatnya di antara
empat ruangan pada jantung dan pembuluh darah. Katup jantung berfungsi menjaga aliran
darah yang berasal dari seluruh tubuh yang berada di dalam jantung maupun yang keluar dari
jantung berjalan dengan benar. Ada empat katup jantung yang masing-masing terletak, di
antara atrium kanan dengan ventrikel kanan, bernama katup trikuspid. Di antara atrium kiri
dengan ventrikel kiri, bernama katup mitral. Di antara atrium kanan dengan arteri pulmonaris
(pembuluh yang membawa darah menuju paru-paru untuk memperoleh oksigen), bernama
katup pulmonal. Di antara ventrikel kiri dengan aorta (pembuluh yang membawa darah berisi
oksigen dari jantung ke seluruh tubuh), bernama katup aorta.
Penyakit katup jantung adalah penyakit yang muncul akibat adanya kelainan atau
gangguan pada salah satu atau lebih dari keempat katup jantung, sehingga menyebabkan
kelainan pada aliran darah yang melintasi katup jantung. Katup yang terserang penyakit dapat
mengalami dua jenis gangguan fungsional regurgitasi-daun katup tidak dapat menutup rapat
sehingga darah dapat mengalir balik (isufisiensi katup ) dan stenosis katup-lubang katup
mengalami penyempitan sehingga aliran darah mengalami hambatan.
Stenosis katup aorta adalah penyempitan lumen antara ventrikel kiri dan aorta. Pada
orang dewasa stenosis bisa merupakan kelainan bawaan atau dapat sebagai akibat dari
endokarditis rematik atau kalsifikasi kuspis dengan penyebab yang tidak
diketahui.vPenyempitan terjadi secara progresif selama beberapa tahun atau beberapa puluh
tahun. Bilah–bilah katup aorta saling menempel dan menutup sebagian lumen diantara
jantung dan aorta. Ventrikel kiri mengatasi hambatan sirkulasi ini dengan berkontraksi lebih
lambat tapi dengan energi yang lebih besar dari normal, mendorong darah melalui lumen
yang sangat sempit. Mekanisme kompesansi jantung mulai gagal dan munculah tanda-tanda
klinis.

Page | 2
Obstruksi jalur aliran aorta tersebut menambahkan beban tekanan ke ventrikel kiri,
yang mengakibatkan penebalan dinding otot. Otot jantung menebal (hipertrofi) sebagai
respons terhadap besarnya obstruksi ; terjadilah gagal jantung bila obstruksinya terlalu berat.

Page | 3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi
Stenosis Katup Aorta (Aortic Stenosis) adalah penyempitan pada lubang katup aorta,
yang menyebabkan meningkatnya tahanan terhadap aliran darah dari ventrikel kiri ke
aorta.
Penyempitan pada Katup aorta ini mencegah katup aorta membuka secara maksimal
sehingga menghalangi aliran darah mengalir dari jantung menuju aorta. Dalam keadaan
normal, katup aorta terdiri dari 3 kuncup yang akan menutup dan membuka sehingga
darah bisa melewatinya.1
Pada stenosis katup aorta, biasanya katup hanya terdiri dari 2 kuncup sehingga

lubangnya lebih sempit dan bisa menghambat aliran darah. Akibatnya ventrikel kiri harus
memompa lebih kuat agar darah bisa melewati katup aorta.1

Page | 4
2. Etiologi
Pada orang dewasa stenosis aorta terjadi karena kalsifikasi dari katup aorta yang pada
umumnya sering terjadi, kelainan kongenital katup aorta (bikuspid) yang mempunyai 2
daun dan inflamasi rematik sebelumnya. Studi di AS menunjukkan bahwa 53% terjadi
karena katup aorta bikuspid dan 4% katup aorta unikuspid. Proses terjadinya perburukan
dan kalsifikasi pada katup aorta bukan merupakan proses yang pasif, melainkan terjadi
karena proses aktif yang melibatkan banyak faktor seperti aterosklerosis vaskular
,disfungsi endotel, akumulasi lipid, aktifasi sel-sel inflamasi, dan pelepasan sitokin.2
Beberapa faktor penyebab aterosklerosis juga berhubungan dengan perkembangan
dan progresi dari kalsifikasi pada stenosis aorta seperti LDL, kolesterol, lipoprotein,
diabetes mellitus, merokok, penyakit ginjal kronis dan sindrom metabolik. Terjadinya
sklerosis katup aorta (penebalan fokal dan kalsifikasi katup belum cukup untuk
menyebabkan obstruksi yang berat) berhubungan dengan meningkatnya resiko kematian
kardiovaskular dan infark miokard pada orang berumur lebih dari 65 tahun.2

Seiring usia katup pada jantung dapat mengalami akumulasi kalsium (kalsifikasi
katup aorta). Kalsium merupakan mineral yang dapat ditemukan pada darah. Seiring
dengan aliran darah yang melewati katup aorta maka menimbulkan akumulasi kalsium
pada katup jantung yang kemudian dapat menimbulkan penyempitan pada katup aorta
jantung. Oleh karena itulah stenosis aorta yang berasal dari proses kalsifikasi banyak
terjadi pada lansia di atas 65 tahun.

Penyakit rematik pada katup aorta menghasilkan penggabungan komisural, yang


terkadang membuat katup menjadi bikuspid. Kondisi ini menjadikan katup lebih rentan
terkena trauma dan dapat mengarah pada terjadinya fibrosis, kalsifikasi, dan penyempitan
lebih jauh. Ketika obstruksi aliran ventrikel kiri menyebabkan kecacatan klinis yang
serius, daun katup biasanya sudah tampak seperti massa berkalsifikasi yang kaku, dan
pada keadaan ini sangat sult untuk menentukan etiologi dari kelainan yang
mendasarinya.2

Page | 5
Komplikasi dari demam rematik adalah adanya sepsis atau menyebarnya kuman atau
bakteri melalui aliran darah ke seluruh tubuh sehingga menyebabkan sampainya kuman datau
bakteri tersebut ke jantung. Saat kuman tersebut mencapai katup aorta maka terjadilah
kematian jaringan pada katup aorta. Jaringan yang mati ini dapat menyebabkan penumpukan
kalsium yang dikemudian hari dapat menyebabkan stenosis aorta. Demam reumatik dapat
menyebabkan kerusakan pada lebih dari satu katup jantung dalam berbegai cara. Kerusakan
katup jantung dapat berupa ketidakmampuan katup untuk membuka atau menutup bahkan
keduanya.

3. Epidemiologi
Stenosis aorta adalah penyakit jantung ketiga yang paling umum terjadi di negara
berkembang setelah hipertensi dan penyakit jantung koroner. Stenosis aorta adalah salah
satu indikasi terbanyak untuk tindakan penggantian katup aorta, terhitung di Eropa
sebanyak 40.000 tindakan dan 95.000 tindakan di Amerika Serikat per tahunnya. Banyak
studi melaporkan bahwa stenosis aorta adalah masalah kesehatan dunia di negara
berkembang dan memberi masalah kesehatan yang siginifikan terutama pada pasien usia
lanjut.3

Page | 6
4. Diagnosis
Pada tahap asimtomatik, stenosis aorta ditandai oleh murmur sistolik ejeksi di basis
jantung yang menyebar ke leher, paling keras di daerah aorta dan apeks. Pada awalnya
karena curah jantung masih baik, murmur ini keras dan kasar puncak mid sistol dan
disertai thrill. Pada perkembangannya di mana curah jantung mulai menurun, murmur ini
menjadi lebih halus dengan puncak di akhir sistole. Pada stenosis aorta kongenital,
murmur ini biasanya didahului oleh klik sistolik.4
Perabaan amplitude nadi menurun (pulsus parvus et tardus). Bunyi jantung kedua
melemah atau terdengar hanya satu komponen saja. Bila disertai regurgitasi aorta akan
ditemukan early diastolik murmur. Foto toraks dapat normal tahap awal karena hipertrofi
konsentrik ventrikel kiri. Kalsifikasi aorta dapat terlihat pada flouroskopi. Pada tahap
lanjut akan ditemukan dilatasi post stenotik aorta desendens, dilatas ventrikel kiri,
kongesti paru, pembesaran atrium kiri dan rongga jantung kanan.4
Elektrokardiografi menunjukkan pembesaran ventrikel kiri. Pada kasus lanjut akan
ditemukan depresi segmen ST dan inversi gelombang T (LV strain) di sadapan I, AVL
dan prekordial. Namun beratnya AS tidak bisa disingkirkan walaupun tanpa hipertrofi
ventrikel kiri pada EKG. Elektrokardiografi sangat membantu untuk menunjukkan
penebalan dan kalsifikasi daun katup aorta.4
Pemeriksaan baku emas untuk mendiagnosis aorta stenosis adalah Doppler-
Ekokardiografi non-invasif 2 dimensi. Temuan pada pemeriksaan fisik dan Doppler-
ekokardiografi dapat menunjukkan perluasan dan keparahan dari stenosis aorta.
Kateterisasi jantung menggunakan cara invasif untuk menilai secara langsung tekanan
intrakardiak dan aorta. Kateterisasi diperlukan apabila hasil pemeriksaan non-invasif
kurang mendukung temuan secara klinis dan sebelum pembedahan katup aorta pada
pasien yang beresiko terkena penyakit jantung koroner. Indikasi kateterisasi adalah:
pasien dengan 1) AS serta tanda iskemia miokard untuk memastikan keterlibatan arteri
koronaria, 2) Kelainan multivalvular untuk memastikan kelainan di masing-masing katup,
3) Pasien AS muda asimtomatik dan non-kalsifikasi dimana tindakan valvotomi balon
masih dapat dilakukan, 4) Kecurigaan obstruksi infra valvular seperti kardiomiopati
hipertrofi obstruktif.5
Excersise Stress Test dikontraindikasikan pada pasien dengan stenosis aorta
simptomatik tetapi dapat dipertimbangkan pada pasien asimptomatik untuk menilai
adanya tanda dan gejala dari kelainan yang mendasari. Banyak pasien mengeluhkan
bahwa mereka yang sebelumnya asimptomatik menjadi simptomatik setelah melakukan
Page | 7
test ini. Excersise Stress Test ini harus dilakukan dengan supervisi oleh praktisi yang
berpengalaman sambil melakukan observasi ketat terhadap EKG dan tekanan darah.
Ketika melakukan tes ini, pasien akan mengalami tanda dan gejala seperti hipotensi atau
kegagalan dalam mencapai tekanan darah normal. Respon hemodinamik yang abnormal
menandakan perubahan status pasien dari asimptomatik menjadi simtompmatik.5
Brain natriuretic peptide (BNP) adalah hormon peptida yang dihasilkan oleh ventrikel
sebagai respon dari peningkatan tekanan ventrikel. BNP serum meningkat pada pasien
dengan stenosis aorta asimptomatik beberapa saat sebelum munculnya tanda dan gejala,
dan kadar yang tinggi berhubungan dengan derajat keparahan dari tanda dan gejalanya.
Pasien dengan BNP serum lebih dari 130 pg/mL cenderung menjadi simptomatik dalam
waktu 6 bulan, dan BNP yang lebih dari 550 pg/mL memiliki outcome yang buruk. 5

5. Gejala Klinis
AS jarang menunjukkan tanda-tanda secara klinis sampai orifisium katup menyempit
kira-kira 1cm2. Bahkan AS yang berat pun dapat bertahan selama bertahun-tahun tanpa
menunjukkan gejala apapun karena kemampuan ventrikel kiri yang hipertrofi untuk
menghasilkan tekanan intraventrikular yang diperlukan untuk menjaga stroke volume
yang normal. Ketika gejala muncul, maka perlu dilakukan penggantian katup. 2
Pada kebanyakan pasien dengan AS memiliki peningkatan obstruksi secara perlahan
yang berlangsung selama bertahun-tahun, tetapi tidak menjadi simtomatik sampai dekade
ke-enam dan ke-delapan. Pada pasien dewasa dengan kelainan BAV mengalami disfungsi
katup dan gejala yang signifikan dalam waktu satu sampai dua dekade lebih awal.
Dispnea, angina pectoris dan sinkop adalah tiga tanda gejala utama. 2
Dispnea terjadi karena peningkatan dari tekanan kapiler pulmoner yang disebabkan
oleh peningkatan tekanan diastolik ventrikel kiri akibat berkurangnya kemampuan
ventrikel kiri untuk meregang dan berelaksasi. Angina pectoris biasanya terjadi
kemudian dan menunjukkan ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen miokardial
dengan ketersediaan oksigen. PJK dapat/ tidak ditemukan, tetapi umumnya terjadi pada
pasien dengan usia lebih dari 65 tahun. Sinkop terjadi karena penurunan tekanan arterial
akibat vasodilatasi pada otot yang digunakan dan vasokonstriksi yang inadekuat pada otot
yang tidak digunakan karena curah jantung yang menetap atau dari penurunan tiba-tiba
pada curah jantung akibat aritmia.2
Curah jantung pada istirahat biasanya terjaga dengan baik sampai pada tahap lanjut
yang ditandai dengan kelelahan, kelemahan, sianosis perifer, kakeksia, dan manifestasi
Page | 8
klinis lain akibat penurunan curah jantung biasanya tidak tampak sampai tahap ini
dicapai. Orthopnea, paroxysmal nocturnal dyspnea, dan edema pulmo, simptom
kegagalan ventrikel kiri juga terjadi pada tahap lanjut. Hipertensi pulmonal berat yang
mengarah pada kegagalan ventrikel kanan dan hipertensi vena sistemik, hepatomegali,
fibrilasi atrium dan regurgitasi trikuspid biasanya merupakan gejala lanjut yang
ditemukan pada pasien dengan stenosis aorta berat.

Klasifikasi Stenosis Aorta


Stenosis aorta diklasifikasikan sebagai ringan, sedang atau berat. Sistem klasifikasi
didasarkan pada parameter hemodinamik yang diukur dengan menggunakan
ekokardiografi Doppler; aortic jet velocity, mean aortic valve gradient, dan aortic valve
area. Aortic jet velocity adalah aliran darah yang diukur pada bagian tersempit dari
orifisium aorta pada sat sistol. Aortic jet velocity adalah pengukuran langsung terhadap
tingkat keparahan dari stenosis dan prediktor terkuat terhadap hasil temuan klinis.
Orifisium yang sempit menghasilkan efek seperti mulut pipa ketika aliran darah melewati
katup yang membuka, makin sempit orifisium, makin besar kecepatannya. 5
Mean aortic valve pressure gradien adalah perbedaan antara tekanan ventrikel kiri
yang lebih tinggi dan tekanan aorta yang lebih rendah, yang diukur tepat di atas katup
aorta pada saat sistol. Gradien ini menandakan derajat resistensi valvular terhadap ejeksi
ventrikel kiri.
Aortic valve area didapat berdasarkan pengukuran sepanjang katup aorta. Parameter
ini lebih peka terhadap kesalahan pengukuran dibandingkan jet velocity dan pressure
gradient. 5
Walaupun sistem klasifikasi stenosis aorta berpegang pada pengukuran dari aortic jet
velocity, pressure gradient, dan aortic valve area, tidak satupun menunjukkan keparahan
dan progresifitas dari stenosis aorta. Area katup aorta yang normal adalah 3.0 sampai 4.0
cm2. Stenosis aorta dianggap penting secara hemodinamik ketika luas katup kurang dari
1.0 cm2, tetapi derajat dari obstruksi yang berdampak pada tanda dan gejala sangat
bervariasi. 5

Page | 9
Klasifikasi Stenosis Aorta
Tingkat Aortic jet velocity, Mean aortic valve Aortic valve area,
m/s pressure gradient, cm2
mmHg
Ringan < 3.0 < 25 1.5
Sedang 3-4 25-40 1.0-1.5
Berat >4 >40 <1.0

Tabel 1. Klasifikasi Stenosis Aorta5

6. Patofisiologi
Stenosis aorta menghalangi aliran darah dari ventrikel kiri ke aorta pada waktu
sistolik ventrikel. Dengan meningkatnya resistensi terhadap ejeksi ventrikel, maka beban
tekanan ventrikel kiri meningkat. Sebagai akibatnya, ventrikel kiri menjadi hipertrofi agar
dapat menghasilkan tekanan yang lebih tinggi untuk mempertahankan perfusi perifer; hal
ini menyebabkan timbulnya selisih tekanan yang mencolok antara ventrikel kiri dan aorta.
Hipertrofi mengurangi daya regang dinding ventrikel, dan dinding relatif menjadi kaku.
Jadi meskipun curah jantung dan volume ventrikel dapat dipertahankan dalam batas
normal, tekanan terakhir diastolik ventrikel akan sedikit meningkat. 6
Ventrikel kiri mempunyai cadangan daya pompa yang cukup besar. Untuk
mengompensasi dan mempertahankan curah jantung, ventrikel kiri tidak hanya
memperbesar tekanan tetapi juga memperpanjang waktu ejeksi. Oleh karena itu,
meskipun terjadi penyempitan progresif pada orifisium aorta yang menyebabkan
peningkatan kerja ventrikel, efisiensi mekanis jantung masih dapat dipertahankan dalam
waktu lama. Namun, akhirnya kemampuan ventrikel kiri untuk menyesuaikan diri
terlampaui. Timbul gejala-gejala progresif yang mendahului titik kritis dalam perjalanan
stenosis aorta. Titik kritis pada stenosis aorta adalah bila lumen katup aorta mengecil dari
ukuran 3-4 cm2 menjadi kurang dari 0,8 cm2. Biasanya tidak terdapat perbedaan tekanan
pada kedua sisi katup sampai ukuran lumen berkurang menjadi 50%.6

Page | 10
7. Penatalaksanaan
1. Pengelolaan Medika mentosa
a. Penyekat kalsium: (hati-hati tensi terlalu turun)sebaiknya gunakan non
dihidropiridin: verapamil 3x 40-80 mg, diltiazem 3x 30-60mg Vasodilator
(bila gagal jantung): ACE-I: captopril 3 x6.25–50mg
ARB : valsartan1-2 x 20– 160 mg
b. Diuretik (pada kasus dengan gagal jantung)
Furosemid : drip IV sampai 20mg/jam atau sampai 3 x 2 tab (oral)
Kalium sparing diuretik; spironolakton sampai 1 x 100mg
c. Anti aritmia
Amiodaron; dari 3x 400mg sampai 1x 100 mg
Digoksin oral: 1 x 0,125-0.25mg tab
d. Beta blocker: metoprolol sampai 2x100mg atau bisoprolol sampai 1 x 1,25-
10mg
e. Suplemen elektrolit :
Kalium Chloridaoral sampai 3 x 2 tabl,
KCl drip intravena (sesuai rumus koreksi– tidak boleh >20 mEq/jam)
f. Antikoagulan / antitrombositoral:
Warfarin: 1- 6 mg /hari (target kadar INR 2- 3)
Aspirin: 1x 80-160mg (AF usia <65 tahun tanpa riwayat hipertensi atau gagal
jantung)
g. Oksigen terapi

2. Pencegahan
a. Pencegahan sekunder reaktivasi rematik diberikan seumur hidup bila penyebabnya
rematik. Obat dan dosis dibawah ini untuk BB >30kg.
- Penisilin Benzatin Ginjeksi 1,2 juta IUim setiap 4 minggu sekali
- Penisilin V / Phenoxy Methyl Penicilineoral (Ospen) 2x 250mg setiap hari atau
- Sulfadiazine 1 gr (oral) sekali sehari

b. Pencegahan primer terhadap EI ( Endokarditis Infektif )


Penggantian katup aorta adalah satu-satunya cara yang efektif untuk keadaan stenosis
aorta yang berpengaruh secara hemodinamik. Pembedahan tersebut memiliki rata-rata
angka kematian sebesar 4% dan resiko kegagalan penggantian katup sekitar 1% per
tahun.7
Tidak ada terapi medis yang terbukti mengurangi progresifitas dari penyakit katup
aorta atau untuk meningkatkan kelangsungan hidup. Tetapi banyak pasien dengan
stenosis aorta asimptomatis memiliki kelainan jantung yang bersamaan, seperti hipertensi,
atrial fibrilasi dan PJK, kondisi-kondisi seperti ini harus dikendalikan secara hati-hati. 7

Page | 11
Pasien Simtompmatik
Angka mortalitas meningkat secara drastis ketika stenosis aorta sudah menimbukan
gejala. Rata-rata angka kehidupan pada pasien simptomatik tanpa pembedahan adalah 2
sampai 3 tahun. Walaupun tidak ada penelitian teracak yang membandingkan antara
penggantian katup aorta dengan pengobatan medis , studi observasi retrospektif telah
menunjukkan bahwa pembedahan memberikan peningkatan angka kelangsungan hidup
secara signifikan. 7
Walaupun mungkin studi observasional ini memiliki keterbatasan, penanganan pada
pasien simptomatik dengan pembedahan menunjukkan perbedaan sebanyak empat kali
lipat dalam hal peningkatan angka kelangsungan hidup dibandingkan dengan pasien yang
diberikan pengobatan secara medis, itulah sebabnya mengapa prosedur pembedahan
sangat dianjurkan untuk dilakukan sesegera mungkin pada pasien simptomatik. 7
Apabila hasil pemeriksaan ekokardiografi pada pasien simptomatik menunjukkan
gejala stenosis aorta yang berat, gejala – gejala yang terdapat pada pasien harus
dipastikan berasal dari stenosis aorta, meskipun mungkin terdapat kausa potensial lain
seperti CAD. Tetapi, jika hasil ekokardiografi menunjukkan stenosis aorta yang sedang,
pemeriksaan diagnostik lain yang lebih lanjut( angiografi koroner, tes fungsi paru-paru,
evaluasi aritmia) mungkin diperlukan. 7
Walaupun informasi tentang pengobatan medis sangat sedikit, untuk mengatasi angina
dapat dilakukan dengan tirah baring, terapi oksigen, pengunaan β-blocker untuk
mengurangi konsumsi oksigen dan pengobatan dengan nitrat untuk meningkatkan
penyaluran oksigen lewat dilatasi dari arteri koronaria. β-blocker dan nitrat harus
digunakan dengan hati-hati karena resiko terhadap penurunan preload dan tekanan darah
sistemik pada pasien yang rentan. Nitrogliserin intravena dosis rendah atau nitrogliserin
sub lingual dosis rendah dapat menjadi pilihan.5
Sinkop biasanya terjadi saat latihan dan tidak ditangani secara spesifik setelah
kejadian selesai. Jika sinkip berhubungan dengan kejadia taki/bradi- aritmia, medikasi
anti aritmia atau implantasi untuk pacemaker dan/atau defibrillasi kardiak interna dapat
diberikan. 5
Kongesti pulmonar yang disebabkan oleh gagal jantung diobati dengan digitalis,
diuretik dan ace- inhibitor atau angiotensin receptor blocker, dengan observasi yang ketat

Page | 12
terhadap terjadinya reduksi preload yang dapat memicu terjadinya hipotensi dan
penurunan cardiac output. 5

Intervensi Bedah untuk Stenosis Aorta


Prosedur Indikasi Deskripsi

Penggantian katup aorta Stenosis aorta bergejala Katup aorta diangkat dan
berat katup baru (mekanik atau
Stenosis aorta berat dengan biologis) dijahit ke annulus
fraksi ejeksi <50% dari katup aslinya.
Stenosis aorta berat dan
keperluan untuk operasi
jantung lain

Baloon aortic valvuloplasty Awal penggantian katup Balon diletakkan sepanjang


aorta pada pasien yang tidak katup aorta dan dipompa
stabil dan dikempiskan beberapa
Terapi paliatif untuk kali per detik untuk
mengurangi gejala jika melebarkan annulus dan
pembedahan beresiko tinggi mengurangi derajat stenosis.

Transcatheter aortic vlave Pasien dengan gejala yang Penggantian katup di dalam
implantation lebih serius dan tidak bisa stent yang diletakkan di atas
diatasi dengan menggunakan annulus katup aorta secara
pembedahan biasa transapikal atau transkateter

Guideline dari The European Society of Cardiology/ European Association for


Cardio-Thoracic Surgery 2012 menyatakan bahwa Indikasi kelas 1 untuk AVR (Aortic
Valve Replacement) adalah 1) stenosis aorta dengan simptom yang berat, 2) pasien
asimtompmatik dengan stenosis aorta berat yang sedang menjalani operasi CABG;
operasi aorta asendens, atau operasi katup lain, 3) pasien asimptomatik dengan stenosis
aorta berat dengan fraksi ejeksi ventrikel kiri kurang dari 50% dan 4) stenosis aorta berat
asimptomatik dengan exercise test yang abnormal dan menunjukkan gejala yang
berhubungan dengan stenosis aorta.
Indikasi kelas 2a untuk AVR adalah 1) pasien beresiko tinggi dengan stenosis aorta
berat asimptomatik yang memenuhi syarat untuk AVR transapikal setelah dinilai profil
Page | 13
anatominya, 2) stenosis aorta berat asimptomatik dengan excercise test abnormal yang
menunjukkan penurunan tekanan darah dibawah batas normal, 3) stenosis aorta sedang
pada pasien yang menjalani CABG, operasi aorta asendens atau operasi katup lain, 4)
pasien stenosis aorta berat simptomatik dengan fraksi ejeksi ventrikel yang normal dan
gradien ynag rendah ( kurang dari 40mmHg), 5) pasien stenosis aorta berat simptomatik,
berkurangnya fraksi ejeksi ventrikel kiri, gradien yang rendah dan 6) pasien stenosis aorta
berat asimptomatik tanpa semua ketentuan di atas jika resiko operasi kecil dan peak
transvalvular velocity lebih besar dari 5,5 m/s atau terdapat kalsifikasi yang berat pada
katup aorta dan rata-rata progresi transvalvular velocity ≥ 0,3m/s per tahun.
Transapikal AVR harus dipertimbangkan pada pasien dengan stenosis aorta berat
simptomatik yang tidak dapat menjalani operasi AVR karena komorbiditas yang berat.

Pasien Asimptomatik
Penggantian katup aorta juga direkomendasikan untuk pasien asimptomatik dengan
stenosis aorta berat disertai dengan disfungsi sistolik ventrikel kiri ( fraksi ejeksi < 50%).
Ketika stenosis aorta berat menjadi kelainan utama, penggantian katup aorta adalah terapi
life-saving dan dapat memperbaiki fungsi ventrikel kiri.7
Tetapi, observasi ketat juga direkomendasikan pada kasus pasien dengan stenosis
aorta asimptomatik, termasuk mereka dengan penyakit berat. Pembedahan pada pasien
asimptomatik memiliki resiko sudden death sebanyak 1% per tahunnya. Pembedahan
dilakukan pada pasien yang memiliki outcome buruk apabila tidak dilakukan penggantian
katup aorta secepatnya. 7
Pasien dengan stenosis aorta berat ( area katup aorta < 0,6cm2 atau aortic jet velocity
≥ 5m/s), peningkatan aortic jet velocity yang cepat sepanjang waktu, atau kalsifikasi
katup yang parah memiliki resiko tinggi untuk menjadi simptomatik dan membutuhkan
operasi penggantian katup aorta dalam waktu satu atau dua tahun selanjutnya. 7
Pasien beresiko tinggi, termasuk pasien yang tinggal berjauhan dengan fasilitas
kesehatan, mungkin memerlukan observasi yang lebih ketat atau mempertimbangkan
untuk melalukan operasi penggantian katup secepatnya jika prediksi kematian operasi 1
% atau kurang ( untuk pasien usia 70 tahun atau lebih muda tanpa komorbiditas yang
berarti). 7
Ketika status simptom tidak jelas, ACC/AHA merekomendasikan bahwa excersise
stress testing dilakukan dibawah pengawasan langsung oleh kardiologis yang
berpengalaman. Penggantian katup aorta harus dipertimbangkan apabila simptom terjadi
Page | 14
ketika pasien memiliki rata –rata denyut jantung maksimum < 80% dari nilai yang
diprediksi atau jika pasien memiliki respon tekanan darah yang abnormal.7
Pedoman untuk terapi medikasi sangat terbatas dan terapi medis saat ini didasarkan
pada konsensus dari para ahli. Dalam beberapa penelitian, terapi statin dinilai dapat
memperlambat progresifitas dari stenosis aorta, tetapi dalam beberapa penelitian yang
lebih besar, tidak mendukung hal itu. Pedoman saat ini merekomendasikan terapi statin
untuk pasien dengan stenosis aorta dan hiperkolesterolemia untuk mengurangi kejadian
kardiovaskular. 5
Antibiotik profilaksis sebelum tindakan dental dan prosedur invasif lainnya adalah
terapi standar pada pasien dengan stenosis aorta. Saat ini, antibiotik profilaksis diberikan
pada pasien dengan stenosis aorta rematik, untuk mencegah terjadinya demam rematik
berulang. Bukti terbaru menunjukkan bahwa bakteremia lebih sering terjadi pada
kegiatan sehari-hari seperti menyikat gigi, flossing, dan mengunyah dibandingkan dengan
tindakan prosedur dental. Oleh karena itu, menjaga higiene dan kesehatan oral yang
maksimal dapat menurunkan resiko kejadian yang lebih besar. 5
Prevalensi pasien dengan hipertensi dan stenosis aorta cukup tinggi. Studi dari 1873
pasien menunjukkan 50% diantaranya memiliki hipertensi. Hipertensi pada pasien dengan
stenosis aorta berpengaruh pada peningkatan afterload yang menambah beban kerja dari
ventrikel kiri yang sudah hipertrofi. 5

8. Komplikasi

Komplikasi utama yang terjadi pada stenosis aorta jangka panjang adalah gagal
jantung pada usia lanjut. Sedangkan komplikasi yang dapat ditimbulkan pada bayi dan
anak-anak adalah gagal tumbuh hingga kegagalan jantung di usia dewasa.

9. Prognosis

Survival rate 10 tahun pasien pasca operasi ganti katup aorta adalah sekitar 60% dan
rata-rata 30% katup artifisial bioprotesis mengalami gangguan setelah 10 tahun dan
memerlukan operasi ulang. Katup metal artifisial harus dilindungi dengan antikoagulan
untuk mencegah trombus dan embolisasi. Sebanyak 30% pasien ini akan mengalami
komplikasi perdarahan ringan- berat akibat dari terapi tersebut. Valvuloplasti aorta
perkutan dengan balon dapat dilakukan pada pasien anak atau anak muda dengan AS
kongenital-non kalsifikasi. Pada orang dewasa dengan kalsifikasi, tindakan ini
menimbulkan restenosis yang tinggi.4

Page | 15
BAB III

KESIMPULAN

 Stenosis Katup Aorta (Aortic Stenosis) adalah penyempitan pada lubang katup
aorta, yang menyebabkan meningkatnya tahanan terhadap aliran darah dari
ventrikel kiri ke aorta. Penyempitan pada Katup aorta ini mencegah katup aorta
membuka secara maksimal sehingga menghalangi aliran darah mengalir dari
jantung menuju aorta.
 Pada orang dewasa stenosis aorta terjadi karena kalsifikasi dari katup aorta yang
pada umumnya sering terjadi pada kelainan kongenital katup aorta bikuspid dan
inflamasi rematik sebelumnya.
 Stenosis aorta adalah penyakit jantung ketiga yang paling umum terjadi di negara
berkembang setelah hipertensi dan penyakit jantung koroner.
 Pemeriksaan baku emas untuk mendiagnosis aorta stenosis adalah Doppler-
Ekokardiografi non-invasif 2 dimensi. Temuan pada pemeriksaan fisik dan
Doppler-ekokardiografi dapat menunjukkan perluasan dan keparahan dari stenosis
aorta.
 Stenosis aorta bisa tampak asimptomatik, bisa juga tampak simptomatik. Tiga
gejala utama yang timbul pada stenosis aorta adalah dispnea, angina dan sinkop.
Stenosis aorta diklasifikasikan berdasarkan aortic jet velocity, mean gradien
pressure dan aortic valve area menjadi ringan, sedang dan berat.
 Stenosis aorta menghalangi aliran darah dari ventrikel kiri ke aorta pada waktu
sistolik ventrikel. Dengan meningkatnya resistensi terhadap ejeksi ventrikel, maka
beban tekanan ventrikel kiri meningkat. Sebagai akibatnya, ventrikel kiri menjadi
hipertrofi agar dapat menghasilkan tekanan yang lebih tinggi untuk
mempertahankan perfusi perifer; hal ini menyebabkan timbulnya selisih tekanan
yang mencolok antara ventrikel kiri dan aorta.
 Penggantian katup aorta adalah satu-satunya cara yang efektif untuk keadaan
stenosis aorta yang berpengaruh secara hemodinamik. Pembedahan tersebut
memiliki rata-rata angka kematian sebesar 4% dan resiko kegagalan penggantian
katup sekitar 1% per tahun.

Page | 16
 Survival rate 10 tahun pasien pasca operasi ganti katup aorta adalah sekitar 60%
dan rata-rata 30% katup artifisial bioprotesis mengalami gangguan setelah 10
tahun dan memerlukan operasi ulang.

Page | 17
DAFTAR PUSTAKA

1. Muttaqin, Arif. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.
2. Longo, Fauci, Kasper, Hauser, Jameson, Loscalzo. Harrison’s principles of internal
medicine. 18th Ed. Vol 1. New York: McGraw Hill; 2012. P. 1938-9
3. Aggeli C, Lampropoulos K, Stefanadis C. Aortic stenosis and hypertension: is there
any relationship?. Hellenic J Cardiol. 2009; 50(1-2); 1.
4. Sudoyo WA, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata MK, Setiati S. Buku ajar ilmu
penyakit dalam. Edisi 5. Jilid 2. Jakarta: Interna Publishing; 2009. H. 1686-7.
5. Cary T, Pearce J. Aortic stenosis: pathophysiology, diagnosis, and medical
management of nonsurgical patients. Critical Care Nurse. April 2013; 33(2). 63-9.
6. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi 6.
Jakarta: EGC; 2005.h. 620-1.
7. Grimard BH, Larson JM. Aortic stenosis: diagnosis and treatment. Am Fam
Physician. 2008; 78(6): 720-2.
8. Aronow WS. Indications for surgical aortic valve replacement. J Cardiovasc Dis
Diagn. 2013; 1(4). 1.

Page | 18

Anda mungkin juga menyukai