Khemchand Netaram Moorani, Harnam Moolchand Hotchandani, Aasia Mohammad Zubair, Neelesh
Chander Lohana and Nanga Ram Veerwani
Abstrak
Latar belakang: Mayoritas anak-anak dengan sindrom nefrotik sensitif terhadap
steroid, tetapi pengobatan sindrom nefrotik yang sulit diobati (sering kambuh,
tergantung steroid, dan resisten terhadap steroid) masih merupakan tantangan. Steroid,
levamisol, siklofosfamid (CPM) dosis rendah, mikofenolat mofetil (MMF) dan inhibitor
kalsineurin (CNI) adalah pilihan pengobatan yang umum diberikan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan respon terhadap steroid dan agen
imunosupresif alternatif (Immunisuppressive agents / ISA) pada anak-anak dengan
sindrom nefrotik sulit (DNS).
Metode: Ini adalah studi kohort retrospektif dari 176 anak-anak dengan DNS, yang
dikelola lebih dari 12 tahun di Pelatihan PascaSarjana The Kidney Center-Institut,
Karachi-Pakistan dari tahun 2005 hingga 2017. Episode awal diobati dengan
prednisolon oral harian (OP) selama 4-8 minggu diikuti oleh OP berselang hari selama
12-24 minggu. Selanjutnya OP dosis rendah, levamisole (Leva) dan cyclophosphamide
digunakan untuk relaps (FR) / steroid dependen (SD). Semua anak dengan resistensi
steroid awal dan non-responden terhadap leva dan atau siklofosfamid dibiopsi dan
diobati dengan CNI dan MMF. Data dianalisis menggunakan statistik deskriptif.
Hasil: Ada 130 (73,86%) anak-anak dengan FR / SD dan 46 (26,13%) dengan SRNS.
Semua anak dengan SR (46) dan 86 dengan FR / SD dibiopsi. Penyakit perubahan
minimal / Minimal change disease (60,60%) dan glomerulosklerosis segmental fokal
(FSGS 23%) adalah dua lesi yang umum ditemukan. Mayoritas (73,86%) menerima OP
tunggal sedangkan OP dosis terbagi diberikan dalam 26,13% kasus. OP harian
digunakan selama 4, 6 dan 8 minggu masing-masing dalam 61,36,28,4 dan 10,22%.
Steroid diturunkan selama 3 (31,81%), 4 (52,27%) dan 6 bulan (15,90%). Levamisole,
CPM, cyclosporin (CS) dan MMF digunakan secara berurutan masing-masing dalam
45, 54,23, 50 dan 20%. Kombinasi MMF dan CS digunakan pada 11,29% kasus.
Levamisole efektif dalam 80% kasus, CPM menginduksi remisi lengkap (CR, 57,77%)
atau remisi parsial (PR, 22,22%), CS menginduksi CR 46,59% dan PR 39,77%. MMF
menunjukkan PR dan CR sebesar 69 dan 12,82% masing-masing nya. Pada tindak
lanjut terakhir, 46% anak mempertahankan remisi ketika tidak lagi menjalani
pengobatan, sedangkan 35% mempertahankan remisi penyakit dengan terapi, 10,23%
tidak dapat diikuti, 5,68% berkembang menjadi penyakit ginjal kronis. Kematian terjadi
sebanyak 2,84% dan hal tersebut disebabkan oleh infeksi dan uremia.
Kesimpulan: Mayoritas pasien memiliki MCD yang sensitif steroid. Levamisole dan
siklofosfamid efektif dalam mempertahankan remisi pada FR / SD.
FSGS bertanggung jawab pada kejadian resistensi steroid dan diperlukannya ISA
alternatif. Siklosporin efektif dalam menginduksi remisi pada SRNS. Kematian terjadi
kurang dari 3%.
Kata kunci: Sindrom nefrotik, Penyakit perubahan minimal / Minimal Change
Disease, Prednisolon oral, Levamisole, Siklofosfamid, Siklosporin, Mycophenolate
mofitil
Latar Belakang
Sekitar 60-80% dari steroid responder mengalami relaps dan 40-60% akan
sering relaps (frequent relapser / FR) dan 30% menjadi ketergantungan steroid (SD).
Pasien dengan FR, SD dan SR dikenal sebagai sindrom nefrotik yang sulit (difficult
nephrotic syndrome / DNS) karena membutuhkan strategi imunosupresif alternatif
untuk menghindari toksisitas steroid, infeksi berat, hipertensi dan cedera ginjal akut atau
penyakit ginjal kronis (CKD). Itulah sebabnya sindrom nefrotik yang sulit dengan
proteinuria rentang nefrotik berulang atau persisten telah dianggap sebagai CKD.
Manajemen DNS menantang. Ada beberapa strategi untuk manajemen anak-
anak dengan FR / SDNS, termasuk penggunaan dosis rendah OP selang sehari untuk
durasi yang lama, penggunaan levamisole (LEVA) bersama dengan dosis tendah OP
selang sehari, cyclophosphamide (CPM) selama 2-3 bulan, mycophenolate mofetil
(MMF) dan inhibitor kalsineurin (CNI) seperti cyclosporine atau tacrolimus. CNI
adalah pengobatan pilihan untuk SRNS dan MMF adalah alternatif jika kreatinin serum
meningkat. Rituximab (anti-CD 20) telah menjadi senjata terakhir untuk SD yang sulit
dan jarang digunakan pada anak-anak dengan SR. Anak-anak dengan SR dan SD harus
menjalani biopsi ginjal untuk diagnosis, sebelum memulai CNI dan menetapkan
prognosis jangka panjang; dua temuan biopsi yang paling umum adalah penyakit
perubahan minimal (minimal change disease / MCD) pada 85% steroid sensitif dan
glomerulosklerosis fokal segmental (focal segmental glomerulosclerosis / FSGS) dalam
SRNS.
Metode
Penelitian ini adalah kohort retrospektif yang terdiri dari 176 pasien dengan
DNS yang dirawat secara berurutan dengan ISA selama 12 tahun dari 2005 hingga 2017
di Institut Pelatihan Pascasarjana Pusat Ginjal (The Kidney Center Postgraduate
Training Institute/TKC-PGTI), Karachi-Pakistan. TKC-PGTI adalah pusat perawatan
tersier swasta dengan fasilitas layanan nefrologi, urologi, dan dialisis dengan dukungan
kesejahteraan lebih dari 50%. Persetujuan etis institusional telah diambil dan
persetujuan dari pasien individu atau keluarga tidak diperlukan.
Semua anak-anak dengan episode pertama penyakit diobati dengan OP pada
dosis 60 mg / m2 / hari selama 4-6 minggu diikuti dengan penurunan dosis secara
lambat selama 3-6 bulan. Dua relaps awal diperlakukan seperti episode pertama
penyakit. Kategorisasi lebih lanjut dilakukan berdasarkan jumlah relaps selama 6-12
bulan dan kebutuhan akan steroid dosis tinggi, menjadi relapser jarang, FR, SD atau SR
dan diterapi dengan agen imunosupresif berurutan sebagaimana didefinisikan dalam
definisi operasional dan sesuai dengan diagram alur (Gbr. 1 Alur grafik Sequential
Immunosuppressive Agents dalam DNS). Anak-anak yang jarang relaps dikeluarkan
dari analisis.
Semua pasien dengan SR awal dibiopsi dan diobati sesuai dengan diagnosis
histopatologis. MCD pada SRNS juga diobati dengan siklofosfamid pada tahun-tahun
awal karena masalah biaya. Namun, CS digunakan sebagai CNI pilihan pertama, dalam
dosis 5 mg / kg / hari dalam dua dosis terbagi dengan pemantauan terjadinya edema
klinis, rasio protein kreatinin urin spot (suPCR) dan kreatinin serum (Cr) selama 12
bulan pada SDNS dan kemudian 3 mg / kg / hari sebagai dosis pemeliharaan untuk 12-
36 bulan lebih lanjut pada responden CS. Dosis dikurangi 25% jika Cr serum meningkat
di atas 1mg / dl atau dihentikan jika Cr tetap tinggi setelah satu minggu pengurangan
dosis CS. Tacrolimus dan MMF digunakan dalam kasus-kasus yangmenunjukkan
toksisitas atau resisten terhadap CS. MMF dan CS dikombinasikan jika salah satu obat
saja tidak efektif setelah 3-6 bulan. Hitung darah lengkap dan Cr serum dimonitor untuk
kemungkinan toksisitas MMF dan CS / Tacrolimus. Respon terhadap ISA dinilai
dengan edema klinis dan rasio kreatinin protein urin spot (suPCR) dan dikategorikan
sebagai definisi dalam definisi operasional.
Pasien ditindaklanjuti oleh nephrologist pediatrik tunggal dan timnya.
Data yang didapat termasuk data demografi, rincian terapi steroid awal, jenis NS
menurut respons steroid (SD atau SR), indikasi dan hasil biopsi, respons terhadap
berbagai ISA dan efek samping utama yang dikumpulkan dari catatan kasus rumah sakit
dan dianalisis dengan SPSS-16. Variabel kualitatif seperti jenis kelamin, jenis NS dan
hasil pengobatan diwakili oleh frekuensi dan persentase sedangkan variabel kuantitatif
seperti usia diwakili oleh rata-rata ± standar deviasi
Definisi Operasional.
Hasil
Kohort penelitian kami terdiri dari 176 pasien dengan DNS (FR, SD dan SR)
yang dikelola secara berurutan dengan ISA yang berbeda setelah induksi remisi awal
dengan OP. Usia rata-rata adalah 4,78 ± 3,23 tahun. Ada 100 (56,81%) pria dan 76
wanita. Demografi garis dasar, karakteristik klinis, biokimia dan karakteristik urin dari
populasi penelitian ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 2. Pola terapi kortikosteroid dan keluaran yang mengikutinya pada DNS (n=176)
Tabel 3 menunjukkan spektrum diagnosis histopatologis pada anak-anak dengan
DNS. Empat puluh enam anak dengan SRNS dan 86 anak dengan FR / SD menjalani
biopsi ginjal selama periode penelitian. MCD dan FSGS adalah diagnosis histopatologis
yang paling umum ditemukan pada FR / SD dan SRNS; ditemukan di 79,06% dan di
45,65% masing-masing nya. Secara keseluruhan, diagnosis histopatologis yang paling
umum dalam 132 kasus dengan DNS adalah MCD (60,60%) diikuti oleh FSGS
(22,72%) dan lain-lain (16,68%). Rincian terapi imunosupresif berurutan dan hasilnya
terhadap DNS ditunjukkan pada Tabel 4. Secara berurutan, LEVA, CPM, CS dan MMF
digunakan pada 55 (31,25%), 90 (51,13%), CS 88 (50%) dan 39 (22) %) anak pada
masing-masing kasus. Kombinasi CS dan MMF digunakan dalam 20 kasus (11,29%)
sedangkan tacrolimus dengan atau tanpa kombinasi MMF digunakan dalam 11 kasus.
Lima belas anak menerima dua atau lebih dari dua program CS.
Tabel 4. Keluaran dari terapi imunosupresif alternative pada anak dengan DNS
MMF efektif dalam induksi PR pada 69,23% kasus, CR sebanyak 13 dan 33%
resisten terhadap MMF. Demikian pula, MMF menginduksi PR sebanyak 60% ketika
dikombinasikan dengan CS. Formulasi salut enterik ditoleransi dengan baik.
Tabel 5. Keluaran jangka panjang terapi imunosupresif pada anak dengan DNS (n=176)
Diskusi
Ini adalah studi jangka panjang pertama di satu pusat yang menggambarkan
variasi praktik pribadi dalam pengelolaan sindrom nefrotik yang sulit pada anak-anak
selama lebih dari 12 tahun (2005-2017) dari Pakistan. Studi ini menjelaskan berbagai
aspek manajemen DNS termasuk karakteristik klinis dan biokimia, berbagai protokol
steroid (dosis, waktu dan jadwal pemberian, durasi terapi steroid harian dan selingan),
perilaku awal dan lanjutan pasien terhadap steroid dan frekuensi relaps berdasarkan
keluaran dalam bentuk FR / SD atau resistensi steroid pada perjalanan penyakit awal
atau lambat. Selain itu, spektrum diagnosis histopatologis pada 132 anak-anak dengan
DNS dan penggunaan terapi imunosupresif alternatif, terkait efek samping dan hasil
jangka panjang termasuk kematian terlihat dengan nyata.
Levamisole, obat imunomodulator yang menjadi fokus penelitian saat ini dalam
FR dan SD, ditemukan efektif dalam mempertahankan remisi pada hampir 80% pada
pasien FR / SD. Banyak penelitian baru-baru ini termasuk multicenter RCT telah
menunjukkan hasil yang sama (77% di FR / SD. Meskipun sebagian besar penelitian
telah menggunakan levamisole selang sehari tetapi kami telah menggunakan dosis
tunggal atau dosis harian selama lebih dari 2 tahun tanpa toksisitas yang signifikan. Itu
lebih efektif bagi FR daripada pada SD seperti yang ditunjukkan oleh penelitian lain.
CNI adalah agen imunosupresif yang paling umum digunakan baik dalam FR /
SD dan SR dan telah direkomendasikan oleh KDIGO sebagai pengobatan lini pertama
di SRNS. CNI terbukti efektif dalam induksi dan pemeliharaan remisi CR atau PR pada
40-80%, lebih banyak jadi di FR / SD. Kami menemukan bahwa CS efektif dalam
menginduksi CR dan PR masing-masing pada 61 dan 36,73% pada 49 anak-anak
dengan FR / SD. Tingkat respons yang serupa telah dilaporkan dalam penelitian terbaru.
CS menginduksi CR dan PR di 28 dan 43,5% pada 46 anak-anak kami dengan SR.
Respons serupa (41%) telah didokumentasikan oleh kami di FR / SD dan SR-FSGS dan
dalam penelitian terbaru dari Tiongkok. Namun, dalam penelitian lain yang
membandingkan CPM dengan CS di SRNS, tingkat keberhasilan yang lebih tinggi
(70,8%) dibandingkan dengan CPM (51,6%) telah dilaporkan dan lebih lagi pada anak-
anak dengan MCD. Efek samping dari CNI dalam penelitian kami adalah hiperplasia
gusi (5,6%), hipertrikosis (6,8%), disfungsi ginjal (8%) dan ketulian (1%) kurang dari
yang dilaporkan dalam literatur. Namun, satu pasien mengembangkan ESRD setelah
penggunaan CS tanpa pemantauan.
Kekuatan dan keterbatasan studi: Meskipun, penelitian ini terdiri dari kohort
besar dengan tindak lanjut jangka panjang (12 tahun), dikelola oleh nefrologis tunggal
di satu pusat tetapi hal tersebut retrospektif dan tidak membandingkan respon ISA
berdasarkan tipe histologis. Perbandingan langsung CPM dengan levamisole atau CS
dengan MMF tidak dicoba. Diperlukan studi perbandingan di masa depan tentang
efektivitas levamisole, CPM, MMF, dan CS berdasarkan diagnosis histopatologis baik
dalam FR / SD dan SRNS.
Kesimpulan
PICO
1. Patient of Problem
- Mayoritas anak-anak dengan sindrom nefrotik sensitif terhadap steroid, tetapi
pengobatan sindrom nefrotik yang sulit diobati (sering kambuh, tergantung
steroid, dan resisten terhadap steroid) masih merupakan tantangan
- Uji coba terkontrol acak yang lebih baru menunjukkan bahwa pengobatan
jangka pendek (2-3 bulan) dengan OP (Prednisolon Oral) tidak kalah dengan
OP jangka panjang (4-6 bulan) atau bahkan terkait dengan peningkatan risiko
kambuh dan ketergantungan steroid.
- Lebih dari 85-90% anak-anak sensitif steroid dini dan mencapai remisi dalam
4-6 minggu dan 10-15% berperilaku menjadi resistan terhadap steroid awal
(Steroid Resistant / SR). Sekitar 60-80% dari steroid responder mengalami
relaps dan 40-60% akan sering relaps (frequent relapser / FR) dan 30%
menjadi ketergantungan steroid (Steroid dependent / SD). Pasien dengan FR,
SD dan SR dikenal sebagai sindrom nefrotik yang sulit (difficult nephrotic
syndrome / DNS) karena membutuhkan strategi imunosupresif alternatif untuk
menghindari toksisitas steroid, infeksi berat, hipertensi dan cedera ginjal akut
atau penyakit ginjal kronis (CKD).
- Ada beberapa strategi untuk manajemen anak-anak dengan FR / SDNS,
termasuk penggunaan dosis rendah OP selang sehari untuk durasi yang lama,
penggunaan levamisole (LEVA) bersama dengan dosis tendah OP selang
sehari, cyclophosphamide (CPM) selama 2-3 bulan, mycophenolate mofetil
(MMF) dan inhibitor kalsineurin (CNI) seperti cyclosporine atau tacrolimus
- Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan respon terhadap steroid
dan agen imunosupresif alternatif (Immunisuppressive agents / ISA) pada
anak-anak dengan sindrom nefrotik sulit (DNS).
2. Intervention
Penelitian ini adalah kohort retrospektif yang terdiri dari 176 pasien dengan
DNS yang dirawat secara berurutan dengan ISA selama 12 tahun dari 2005 hingga
2017 di Institut Pelatihan Pascasarjana Pusat Ginjal (The Kidney Center
Postgraduate Training Institute/TKC-PGTI), Karachi-Pakistan.
Semua anak-anak dengan episode pertama penyakit diobati dengan OP pada
dosis 60 mg / m2 / hari selama 4-6 minggu diikuti dengan penurunan dosis secara
lambat selama 3-6 bulan. Dua relaps awal diperlakukan seperti episode pertama
penyakit. Kategorisasi lebih lanjut dilakukan berdasarkan jumlah relaps selama 6-
12 bulan dan kebutuhan akan steroid dosis tinggi, menjadi relapser jarang, FR, SD
atau SR dan diterapi dengan agen imunosupresif berurutan sebagaimana
didefinisikan dalam definisi operasional.
Pasien dengan FR / SD awalnya dirawat dengan LEVA 2,5 mg / kg selang
sehari dalam dua dosis terbagi selama tahun-tahun awal dan dengan dosis harian
2-2,5 mg / kg selama 6-24 bulan bersama dengan dosis rendah OP selang sehari
(0,25- 0,5 mg / kg). Jika tidak ada respons terhadap LEVA, maka CPM 2–3 mg /
kg / hari selama 2–3 bulan dengan dosis kumulatif 168 mg / kg / pemberian
setelah remisi awal dengan steroid harian. Jika pasien masih berperilaku sebagai
FR / SD setelah menggunakan CPM, pasien kemudian dibiopsi, dan ditempatkan
pada terapi CS atau MMF tergantung dari fungsi ginjal dan toksisitas obat. Semua
anak dengan resistensi steroid awal dan non-responden terhadap leva dan atau
siklofosfamid dibiopsi dan diobati dengan CNI dan MMF.
Data yang didapat dikumpulkan dari catatan kasus rumah sakit dan dianalisis
dengan SPSS-16. Data dianalisis menggunakan statistik deskriptif. Variabel
kualitatif seperti jenis kelamin, jenis NS dan hasil pengobatan diwakili oleh
frekuensi dan persentase sedangkan variabel kuantitatif seperti usia diwakili oleh
rata-rata ± standar deviasi
3. Compare
Ini adalah studi kohort retrospektif dari 176 anak-anak dengan DNS, yang
dikelola lebih dari 12 tahun di Pelatihan PascaSarjana The Kidney Center-Institut,
Karachi-Pakistan dari tahun 2005 hingga 2017 dan dengan analisis statistic
deskriptif sehingga tidak membandingkan perlakuan antara subjek penelitiannya.
Meskipun, penelitian ini terdiri dari kohort besar dengan tindak lanjut jangka
panjang (12 tahun), dikelola oleh nefrologis tunggal di satu pusat tetapi hal
tersebut retrospektif dan tidak membandingkan respon ISA berdasarkan tipe
histologis.
4. Outcome
Ada 130 (73,86%) anak-anak dengan FR / SD dan 46 (26,13%) dengan
SRNS. Semua anak dengan SR (46) dan 86 dengan FR / SD dibiopsi. Penyakit
perubahan minimal / Minimal change disease (60,60%) dan glomerulosklerosis
segmental fokal (FSGS 23%) adalah dua lesi yang umum ditemukan. Mayoritas
(73,86%) menerima OP tunggal sedangkan OP dosis terbagi diberikan dalam
26,13% kasus. OP harian digunakan selama 4, 6 dan 8 minggu masing-masing
dalam 61,36,28,4 dan 10,22%. Steroid diturunkan selama 3 (31,81%), 4 (52,27%)
dan 6 bulan (15,90%). Levamisole, CPM, cyclosporin (CS) dan MMF digunakan
secara berurutan masing-masing dalam 45, 54,23, 50 dan 20%. Kombinasi MMF
dan CS digunakan pada 11,29% kasus.
Levamisole efektif dalam 80% kasus, CPM menginduksi remisi lengkap
(CR, 57,77%) atau remisi parsial (PR, 22,22%), CS menginduksi CR 46,59% dan
PR 39,77%. MMF menunjukkan PR dan CR sebesar 69 dan 12,82% masing-
masing nya. Pada tindak lanjut terakhir, 46% anak mempertahankan remisi ketika
tidak lagi menjalani pengobatan, sedangkan 35% mempertahankan remisi
penyakit dengan terapi, 10,23% tidak dapat diikuti, 5,68% berkembang menjadi
penyakit ginjal kronis. Kematian terjadi sebanyak 2,84% dan hal tersebut
disebabkan oleh infeksi dan uremia.
VIA
1. Validity
- Apakah penelitian ini valid?
Penelitian ini bisa dinyatakan valid karena
a. Kualitas Data
Penelitian ini dilakukan di The Kidney Center Postgraduate Training
Institute / TKC-PGTI, Karachi-Pakistan. Persetujuan etis institusional telah
diambil dan persetujuan dari pasien individu atau keluarga tidak diperlukan
karena menggunakan data dari catatan kasus rumah sakit selama kurun waktu
12 tahun dari 2005 hingga 2017
b. Sampel Penelitian
Penelitian ini terdiri dari 176 pasien dengan DNS yang dirawat secara
berurutan dengan immunosuppressive agents / ISA selama 12 tahun dari
2005 hingga 2017 di TKC-PGTI, Karachi-Pakistan. Episode awal diobati
dengan prednisolon oral harian (OP) selama 4-8 minggu diikuti oleh OP
berselang hari selama 12-24 minggu. Selanjutnya OP dosis rendah,
levamisole (Leva) dan cyclophosphamide digunakan untuk relaps (FR) /
steroid dependen (SD). Semua anak dengan resistensi steroid awal dan non-
responden terhadap leva dan atau siklofosfamid dibiopsi dan diobati dengan
CNI dan MMF. Respon terhadap ISA dinilai dengan edema klinis dan rasio
kreatinin protein urin spot (suPCR). Anak-anak yang jarang relaps
dikeluarkan dari analisis.
c. Metode Penelitian
Studi ini menggunakan desain penelitian kohort retrospektif yang dikelola
lebih dari 12 tahun di Pelatihan PascaSarjana The Kidney Center-Institut,
Karachi-Pakistan dari tahun 2005 hingga 2017
d. Analisis penelitian
Pada penelitian ini, Data dianalisis menggunakan statistik deskriptif.
2. Important
Apakah hasil penelitian ini penting?
Hasil dari penelitian ini penting bagi kita karena dapat memberikan
informasi mengenai karakteristik klinis, respon pengobatan terapi steroid serta
terapi imunosupresif agent / ISA lain dan histopatologi sindrom nefrotik anak.
Mengingat, kejadian sindrom nefrotik pada anak masih sering ditemukan
sehingga peningkatan pengetahuan mengenai sindroma nefrotik ini dapat menjadi
acuan dalam diagnosa dan penggunaan terapi steroid serta terapi ISA dan
memberikan hasil dan outcome yang baik.
3. Applicable
Apakah penelitian ini bisa digunakan di RSUD Raden Mattaher?
Pemberian terapi steroid untuk penanganan anak dengan sindroma nefrotik
serta responds terapi terhadap steroid bisa dilakukan di RSUD Raden Mattaher,
akan tetapi untuk agen imunosupresif alternatif (Immunisuppressive agents / ISA)
pada anak-anak dengan sindrom nefrotik sulit (DNS) mungkin masih sulit
digunakan karena keterbatasan obat-obatan ISA yang ada di RSUD Raden
Mattaher. Kedepannya, dengan semakin tersedianya sarana dan prasarana
pengobatan sindroma nefrotik, diharapkan jurnal ini mampu menjadi literature
dalam penanganan pasien sindroma nefrotik yang sulit (DNS).