Anda di halaman 1dari 13

Mempelajari Efektivitas Azitromisin Oral yang Dibandingkan dengan

Ceftriaxone parenteral dalam Pengobatan Demam enterik tanpa komplikasi

Poornima Nagaraj, Shobhana Sivathanu, kumar Manickam, satheesh Kumar, Sunder Kumar, Sowmya
Sampath

Abstrak

Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efektivitas azitromisin


oral dan ceftriaxone intravena dalam pengobatan demam enterik tanpa komplikasi
pada anak berusia antara 2 dan 12 tahun.

Metode : penelitian ini menggunakan metode random sampling yang dilakukan di


Departemen Pediatrics sebuah perguruan tinggi kesehatan India Selatan. Sampel
yang digunakan Sebanyak 126 anak-anak yang terdiagnosa demam enterik yang
dibagi menjadi dua kelompok. Yang pertama kelompok yang menerima
tatalaksana azitromisin oral (20 mg / kg / d) dan kelompok lainnya yang
menerima ceftriaxone parenteral (75 mg / kg / d), dan masing-masing kelompok
diberikan durasi selama 7 hari. Populasi penelitian yang diamati adalah fase
penurunan suhu badan demam sampai yg normal, fase rawat inap di rumah sakit,
dan fase kekambuhan.

Hasil : Waktu yang dibutuhkan untuk kelompok azitromisin pada saat fase
demam sampai suhu badan normal adalah 3,68 ± 2,109 sedangkan kelompok
ceftriaxon adalah 4,08 ± 1,903 hari. Untuk fase rawat inap di rumah sakit adalah
7,35 ± 2,604 hari pada kelompok azitromisin dan 9.44 ± 0,249 hari pada
kelompok ceftriaxone. Pada kelompok azitromisin tiga anak mengalami
kegagalan pengobatan dan untuk kelompok ceftriaxone ada empat anak
mengalami kegagalan pengobatab. Di antara empat kegagalan pengobatan
tersebut, ada dua anak mengalami fase kekambuhan pada follow-up ke 4 minggu.
Sedangkan pada kelompok azitromisin tidak ada anak mengalami fase kambuh.

Kesimpulan : Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa


azitromisin oral memiliki efektifitas yang sama dengan ceftriaxone intravena
dalam mengobati demam tifoid tanpa komplikasi pada anak
Baik pada fase demam sampai penurunan suhu badan normal, fase rawat inap di
rumah sakit, hingga fase kekambuhan.

Kata Kunci : Random sampling, demam enterik/tifoid , azitromisin, ceftriaxone


Pendahuluan

Angka morbiditas demam tifoid pada anak-anak masih memiliki nilai


signifikan yang cukup tinggi di negara kita. Hal ini mungkin disebabkan oleh
kendala ekonomi yang dihadapi, mulai dari kendala biaya awal masuk rumah sakit
dan pendapatan yang kurang memadai serta dari faktor saat pemberian obat
melalui Intravena (IV) yang kurang dipahami. Baru baru ini banyak dijumpai
kasus multidrug-resistant Salmonella typhi ( MDRST) dan nalidiksat tahan asam
S. Typhi (NARST) yang menyebabkan kekhawatiran bagi dokter dan hal tersebut
telah mendorong pihak medis untuk melakukan riset lebih lanjut untuk mencari
obat-obat baru. Dengan meningkatnya perkembangan resistensi S. Typhi terhadap
asam nalidiksat (kuinolon),maka pengelolaan MDRST menggunakan sefalosporin
generasi ketiga . Penggunaan ceftriaxone intravena selalu dikaitkan dengan biaya
yang relatif mahal, proses rawat inap yang berkepanjangan, dan rasa kesakitan
akibat penggunaan obat melalui IV. 1 – 3

Baru-baru ini,berbagai belahan dunia dan salah satunya India melaporkan


beberapa kasus resistant terhadap ceftriaxone. Dalam pandangan munculnya
MDRST dan NARST, beberapa studi sedang dilakukan diseluruh dunia untuk
mempelajari gejala klinis,Banyak institusi memilih untuk menggunakan larutan
deksametason yang diinjeksikan daripada menggunakan deksametason oral yang
tersedia secara komersial. Alasan untuk praktik ini mungkin merupakan atas
keinginan pasien sendiri, hal tersebut boleh dilakukan dengan syarat
menggunakan dosis kecil untuk pasien, dan penghematan biaya.

Baru-baru ini, Toledo et al melakukan analisis farmakokinetik


deksametason yang diberikan secara injeksi dibandingkan dengan konsentrat
deksametason yang diberikan secara oral pada orang dewasa yang sehat. Dalam
penelitian ini, rata-rata ± SD AUC0-∞ dari dosis 8 mg deksametason injeksi yang
diberikan secara oral dan konsentrat oral deksametason adalah 5591 ± 3075 dan
6136 ± 2577 ng / dL / hr, masing-masing, dengan tingkat kepercayaan 90% dari
79,0 % hingga 105,2%. Rata-rata Cmax ± SD untuk deksametason injeksi diberikan
secara oral dan konsentrat dexamethasone oral adalah 790 ± 229 dan 942 ± 151
mg/dL, masing-masing, dengan tingkat kepercayaan 90% dari 76,8% menjadi
91,7%. Kedua rentang ini yang diterima food and drug administration di Amerika
Serikat untuk bioekivalensi 80% sampai 125%. Para penulis menyimpulkan
bahwa 2 formulasi deksametason yang diberikan secara oral tidak bioekuivalen.

Meskipun perbedaan farmakokinetik potensial antara formulasi ini,


penyerapan keseluruhan dan paparan sistemik dari deksametason injeksi yang
diberikan secara oral dapat dipercaya efeknya secara klinis, dan banyak sistem
kesehatan dan praktisi memiliki pengalaman menggunakannya dengan cara ini.
Data tersedia menunjukkan efektivitas deksametason injeksi yang diberikan
secara oral untuk pasien anak dengan bronchiolitis, tetapi data tersebut saat ini
tidak ada untuk asma eksaserbasi pada pasien anak yang datang ke UGD. Oleh
karena itu kami melakukan penelitian ini untuk mengevaluasi efektivitas
formulasi deksametason ini pada populasi akhir-akhir ini.

Bahan dan Metode

Pasien dan Desain Penelitian. Pasien yang dilibatkan jika mereka berusia
antara 0 hingga 18 tahun dan datang ataupun langsung pulang dari UGD di
Rumah Sakit Moses H. Cone Memorial, yang merupakan bagian dari Cone
Health, antara 1 September 2012, dan 30 September 2015, untuk diagnosis asma
atau asma eksaserbasi. Pasien dipulangkan jika mereka dinyatakan dengan
codiagnosis croup, infeksi pernapasan virus, pneumonia yang didapat masyarakat,
migrain, mual / muntah, radang usus buntu, atau bronkospasme, karena kondisi
klinis ini dapat mengacaukan hasil penelitian ini. Pasien juga dikecualikan jika
mereka menerima terapi steroid tambahan (yaitu, prednison atau prednisolon)
pada hari kedatangan atau saat pulang. Karena penelitian ini secara khusus
menguji penggunaan deksametason injeksi yang diberikan secara oral, pasien
yang telah menerima formulasi oral yang tersedia secara komersial atau formulasi
intravena yang diberikan secara parenteral atau intramuskular dipulangkan.
Tujuan utama dari penelitian retrospektif ini adalah untuk menilai
efektivitas deksametason injeksi yang diberikan secara oral pada pasien anak yang
datang ke UGD dengan eksaserbasi asma. Resolusi gejala asma dianggap berhasil
jika kekambuhan tidak didokumentasikan dalam 30 hari pemberian obat. Relaps
didefinisikan sebagai pasien yang datang ke klinik rawat jalan atau UGD atau
yang dirawat di rumah sakit karena gejala terkait asma dalam 30 hari itu.
Penelitian ini juga mengevaluasi dosis rata-rata dexamethasone untuk menentukan
apakah pasien menerima dosis yang cukup dari obat ini sebelum pulang.

Pengumpulan data. Setelah mendapatkan persetujuan dari Institutional


Review Board, sebuah laporan dibuat melalui rekam medis elektronik, daftar
semua pasien yang telah menerima semua formulasi deksametason di UGD.
Sebuah tinjauan grafik retrospektif dilakukan pada pasien yang telah memenuhi
kriteria inklusi. Demografi dasar, dosis dan rute obat dexamethasone, dan tingkat
kekambuhan didokumentasikan.

Karakteristik Dasar
Karakteristik Hasil
-Usia, tahun
Rata-rata ± SD (range) 8.4 ± 3.8 (2-18)
-Laki-laki, No (%) 54 (54,5)
-Berat, kg
Rata-rata ± SD (range) 40.2 ± 23.7 (11-122,5)
-Ras , No (%)
Amerika afrika 73 (73.7)
Kaukasia 22 (22.2)
Lainnya 4 (4.04)
-Dosis total, mg
Rata-rata ± SD (range) 10.6 ± 1.9 (5-16)
<10, No 10
10,No 64
>10 and <16,No 18
16, No 7
-Dosis berdasarkan BB, mg/kg
Rata-rata ± SD (range) 0.35 ± 0.18 (0.08-0.62)
<0.3,No 42
0.3, No 5
>0.3 dan <0.6, No 32
0.6,No 14

Tindak lanjut untuk relaps asma dalam periode 30 hari juga didokumentasikan
(yaitu klinik rawat jalan, UGD, dan masuk rumah sakit).

Analisis statistik. Statistik STATA / Analisis Data, Rilis 12.1 (College


Station, TX) adalah perangkat lunak statistik yang digunakan dalam analisis data
dari penelitian ini. Karena tidak ada kelompok pembanding, mean, median, range,
dan standar deviasi yang dilaporkan untuk karakteristik dasar. Untuk hasil utama,
frekuensi dihitung dan persentase kejadian dicatat. Kecuali dinyatakan sebaliknya,
data disajikan sebagai rata-rata ± SD.

Hasil

Dari September 2012 hingga September 2015, total pasien anak yang
datang ke UGD di institusi kami adalah 1754 dan menerima dexamethasone untuk
eksaserbasi asma. Dari pasien tersebut, 1655 dikeluarkan karena mereka tidak
memenuhi kriteria inklusi; sebagian besar pasien ini didiagnosis dengan
bronchiolitis atau croup. Akibatnya, 99 pasien dimasukkan dalam kelompok ini.
Karakteristik dasar dari populasi penelitian dicatat dalam Tabel. Usia rata-rata
adalah 8.35 ± 3.82 tahun dan berat rata-rata adalah 40.21 ± 23.66 kg. Sebagian
besar pasien adalah orang Amerika Afrika. Dosis rata-rata berdasarkan dosis
deksametason di 93 pasien adalah 0,35 ± 0,18 mg / kg. Lima pasien diberi dosis
0,3 mg / kg, sementara 14 pasien diberi dosis 0,6 mg / kg. Dosis yang sebenarnya
adalah 10,58 ± 1,92 mg. Tujuh pasien menerima dosis maksimum yang
direkomendasikan 16 mg, sedangkan 64 pasien menerima 10 mg. Dosis dalam mg
/ kg tidak dihitung pada 6 pasien karena berat badan mereka tidak dicatat pada
saat pemberian. Hasil untuk 6 pasien ini dimasukkan dalam analisis hasil primer.

Selama 30-hari masa observasi, 6 pasien (6%) memiliki 1 kunjungan UGD


berulang (tidak ada yang dirawat di rumah sakit), 6 pasien (6%) dirawat di rumah
sakit, dan 3 pasien (3%) datang ke klinik rawat jalan untuk gejala terkait asma.
Dari pasien dengan kunjungan UGD berulang, tidak ada yang menerima dosis
maksimum 0,6 mg / kg tetapi salah satu dari mereka menerima dosis 16-mg
(kisaran, 0,12-0,53 mg / kg dan 6-16 mg). Hanya 1 pasien yang dirawat di rumah
sakit dan 1 pasien yang datang ke klinik rawat jalan menerima 0,6-mg / kg dosis
yang direkomendasikan (kisaran 0,17-0,6 mg / kg dan 7-16 mg; 0,11-0,6 mg / kg
dan 9 –12 mg, masing-masing).

Secara umum, pasien menerima dosis maksimum 10 mg daripada yang


direkomendasikan 16 mg. Waktu relaps berkisar antara 3 hingga 30 hari untuk
kunjungan berulang, 1 hingga 20 hari untuk masuk ke rumah sakit, dan 2 hingga
10 hari untuk kunjungan klinik rawat jalan. Dari pasien yang mengalami
kunjungan karena kambuh, tidak tampak bahwa tingkat kekambuhan terkait
dengan dosis berdasarkan berat badan yang diberikan pada kedatangan awal di
UGD; Namun, ini tidak dapat disimpulkan karena penelitian ini tidak didukung
untuk mengidentifikasi dosis obat yang optimal.

Diskusi

Untuk pengetahuan kita, ini adalah penelitian pertama yang melihat


efektifitas penggunaan deksametason injeksi yang diberikan secara oral di UGD
untuk pengobatan eksaserbasi asma pada anak-anak. Hasilnya menunjukkan
bahwa tingkat kegagalan dari formulasi deksametason ini rendah, karena ada
sejumlah kecil kunjungan ulang ke UGD, kunjungan klinik, dan rawat inap dalam
30 hari pemberian obat. Meskipun data farmakokinetik untuk deksametason
injeksi yang diberikan secara oral menunjukkan bahwa itu mungkin tidak
bioekuivalen dengan konsentrat oral yang tersedia secara komersial pada dosis
yang sama pada pasien dewasa, tampaknya efektif secara klinis ketika diberikan
sebagai dosis tunggal untuk pasien anak yang datang ke UGD dengan eksaserbasi
asma di penelitian ini. Karena studi farmakokinetik seperti ini hanya pada orang
dewasa, akan menarik untuk melihat apakah hasil yang sama dapat diamati pada
populasi anak-anak.

Sementara prednison dan prednisolon telah digunakan secara historis


sebagai steroid oral pilihan untuk mengobati eksaserbasi asma pada anak,
penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa deksametason menawarkan
efektifitas yang sebanding. Altamimi et al melakukan prospektif, double-blind
study dari 110 pasien anak yang datang ke UGD dengan eksaserbasi asma.
Penelitian ini menunjukkan bahwa dosis tunggal dexamethasone oral (0,6 mg /
kg) tidak kalah dengan prednison oral 2 kali sehari, 5 hari (2 mg / kg / hari) dalam
jumlah waktu untuk pasien yang dinilai bernapas kembali normal dan peningkatan
skor peak expiratory flow. Cronin et al diikuti 245 pasien anak yang datang ke
UGD untuk eksaserbasi asma. Penelitian ini menemukan bahwa hasil terkait
dengan gejala asma yang dinilai oleh dokter 4 hari setelah datang ke UGD tidak
lebih buruk ketika membandingkan dosis tunggal dexamethasone oral (0,3 mg /
kg) dengan prednisolon oral 3 hari (1 mg / kg /dhari). Pada tahun 2001, Qureshi
dkk membandingkan dexamethasone 2 hari (0,6 mg / kg / hari) dengan prednison
selama 5 hari (1 mg / kg / hari) untuk mengobati eksaserbasi asma akut pada 533
anak-anak. Tidak ada perbedaan signifikan yang diamati antara 2 kelompok dalam
hal tingkat kekambuhan, tingkat rawat inap, dan persistensi gejala selama 10 hari
dari kedatangan awal. Juga, kelompok dexamethasone secara signifikan
mengurangi muntah dan ketidakpatuhan serta memiliki tingkat yang lebih rendah
dari anak-anak yang > 2 hari tidak sekolah karena penyakit eksaserbasi. Rehrer et
al baru-baru ini membandingkan dosis tunggal dexamethasone 12 mg ditambah
plasebo hingga 5 hari prednison 60 mg pada orang dewasa dengan eksaserbasi
asma ringan sampai sedang. Tidak rendah untuk tidak dapat dibuktikan antara
dosis tunggal deksametason dan prednison 5 hari untuk tingkat kekambuhan;
Namun, jika dibandingkan dengan tingkat nasional riwayat kekambuhan,
deksametason dilakukan secara substansial lebih baik daripada prednison dan
ditemukan lebih unggul daripada prednisone. Demikian pula, Meyer et al
melakukan meta-analisis dari 6 penelitian dan menemukan bahwa 5 hari
prednison tidak lebih unggul dari dexamethasone 1-2 hari dalam merawat anak
dengan eksaserbasi asma ringan sampai sedang.

Efektifitas dexamethasone untuk eksaserbasi asma dapat diartikan untuk


penghematan biaya juga. Sebuah penelitian cost-effectiveness tahun 2012
menunjukkan bahwa penggunaan dexamethasone selama 2 hari dapat menghemat
uang, dengan penggunaan prednisolon/prednisolone standar 5 hari dengan
mengurangi ketidakpatuhan obat dan kekambuhan serta rawat inap. Ketika
keduanya kambuh dan tingkat rawat inap dihitung, diperkirakan $7000 dapat
dihemat per 100 pasien dengan pemberian 2 hari dexamethasone dibandingkan
dengan 5 hari prednison atau prednisolon.

Meskipun deksametason memberikan efektifitas yang sama, manfaat


mungkin ada dengan penggunaannya bila dibandingkan dengan prednison dan
prednisolon. Dosis tunggal atau dua kali deksametason dapat berpotensi
mencegah ketidakpatuhan dan mengurangi tingkat kekambuhan, karena orang tua
tidak perlu mendapatkan resep tambahan setelah pulang. Durasi terapi yang lebih
singkat adalah karena efek farmakodinamik / metabolik dexamethasone dari 36
hingga 72 jam dan sekitar 6 kali lipat potensi lebih tinggi dibandingkan prednison.
Dan juga formulasi suspensi oral dari prednison dan prednisolon kurang enak,
yang dapat menyebabkan ketidakpatuhan pada pasien anak. Tes rasa single-blind
oleh 39 anak-anak (usia rata-rata 7,1 tahun) menunjukkan bahwa anak-anak lebih
menyukai konsentrasi deksametason dibandingkan cairan prednisolon secara
keseluruhan dengan memberi penilaian secara visual pada skala 10-cm. Skor rata-
rata untuk deksametason adalah 8 cm, sedangkan untuk prednisolon adalah 5 cm.

Deksametason dapat menjadi alternatif yang efektif untuk prednison atau


prednisolon untuk eksaserbasi asma pada anak, tetapi hambatan potensial ada
dalam hal pemberian formulasi oral deksametason saat ini untuk pasien anak.
Solusi injeksi campuran untuk penggunaan oral dapat membantu mengatasi
hambatan ini. Konsentrat 1-mg / mL Intensol yang tersedia secara komersial
mengandung 30% w / w alkohol, yang dapat mempengaruhi rasa dan tolerabilitas
pada bayi dan anak-anak dan membuatnya sulit untuk diolah meski diencerkan
dengan makanan atau minuman semipadat seperti yang direkomendasikan oleh
produsen. Sebaliknya, solusi untuk injeksi telah berhasil ditingkatkan menjadi
suspensi 1-mg / mL dengan menggunakan tambahan rasa manis yang tersedia
secara komersial yang sesuai, dan institusi seperti kami memiliki pengalaman
dalam mencampur larutan deksametason injeksi dengan sejumlah kecil jus untuk
memberikan dosis yang diperlukan. Metode-metode ini dapat membantu
menutupi rasa obat dan meningkatkan tolerabilitas. Volume dosis adalah masalah
lain saat memberikan obat cair untuk anak-anak. Untuk memberikan dosis
deksametason 10 mg dari elixir oral 0,5 mg / 5 mL, volume 100 mL diperlukan.
Formulasi yang diperbanyak secara ekstensif dengan menggunakan larutan injeksi
10 mg / mL akan membutuhkan hanya 1 mL, pengurangan 100 kali lipat dalam
volume pemberian dosis. Karena anak-anak biasanya sulit untuk diberikan obat
oral, volume yang lebih kecil ini dapat memberikan manfaat besar dengan
memastikan bahwa mereka menerima seluruh dosis. Manfaat lain menggunakan
larutan deksametason injeksi sebagai pengganti ramuan yang tersedia secara
komersial atau konsentrat Intensol adalah biaya. Deksametason oral secara
komersial tersedia sebagai elixir (0,5 mg / 5 mL, Morton Grove Pharmaceuticals,
Morton Grove, IL) dan konsentrat Intensol (1 mg / mL, Roxane Laboratories,
Columbus, OH). Formulasi ini biaya $ 63,69 per 240 mL dan $ 28,98 per 30 mL,
masing-masing, biaya rata-rata $ 0,53 / mg dan $ 1,04 / mg, masing-masing.
Larutan sodium fosfat Dexamethasone secara komersial tersedia dalam 2
konsentrasi: 4 mg / mL (American Reagent Inc, Shirley, NY) dan 10 mg / mL
(West-Ward Pharmaceutical Corp, Eatontown, New Jersey), yang terakhir adalah
konsentrasi yang lebih sering diberikan secara oral. Vial 10-mg / mL dapat dibeli
dengan harga sekitar $ 4,99 masing-masing, harga rata-rata sekitar $ 0,05 / mg. Ini
adalah 10 hingga 20 kali lipat lebih murah daripada salah satu formulasi oral yang
tersedia secara komersial dan berpotensi memberikan penghematan biaya yang
signifikan yang akan menguntungkan banyak institusi, meskipun harus dicatat
bahwa biaya rata-rata untuk formulasi yang berbeda dapat bervariasi berdasarkan
kontrak akuisisi.

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Dari 6 pasien yang telah


berulang kali melakukan kunjungan UGD dalam 30 hari sejak kunjungan pertama,
5 menerima dosis deksametason yang berada di bawah dosis yang
direkomendasikan yaitu 0,6 mg / kg untuk eksaserbasi asma. Hanya 14 pasien
yang secara keseluruhan menerima setidaknya dosis yang dianjurkan 0,6 mg / kg
(maksimum: 16 mg / dosis), dengan sebagian besar pasien menerima dosis 10 mg
sekali pakai tanpa menghiraukan berat badan mereka. 7 pasien yang menerima 16
mg dexamethasone menerima dosis maksimum berdasarkan berat badan. Jumlah
signifikan pasien yang menerima hanya 10 mg mungkin disebabkan oleh fakta
bahwa deksametason 10 mg adalah dosis maksimum yang direkomendasikan
untuk indikasi lain seperti edema saluran napas pada populasi anak, dan itu juga
merupakan dosis tunggal tunggal yang umum untuk orang dewasa. Para dokter
mungkin tidak tahu bahwa dosis maksimum tunggal bisa naik hingga 16 mg /
dosis untuk eksaserbasi asma. Karena saat ini tidak ada uji coba terkontrol secara
acak yang membandingkan efikasi 10 mg / dosis dengan dexamethasone 16 mg /
dosis untuk eksaserbasi asma, yang sebelumnya mungkin merupakan dosis yang
adekuat secara klinis untuk indikasi ini. Meskipun demikian, perbedaan dalam
dosis ini dapat membuat interpretasi hasil kami menjadi sulit. Meskipun, penting
untuk dicatat bahwa karena dosis ini secara universal rendah, tingkat kekambuhan
kita mungkin lebih tinggi secara artifisial dibandingkan jika semua pasien telah
menerima dosis deksametason yang direkomendasikan. Seperti halnya penelitian
retrospektif, penelitian kami tidak dapat mengontrol untuk intervensi lain yang
mungkin terjadi antara waktu pasien meninggalkan UGD dan waktu evaluasi
kambuh. Penelitian ini tidak mengevaluasi faktor lingkungan yang mungkin
berdampak pada pengendalian asma, seperti penghilangan paparan asap atau bulu
hewan peliharaan, juga tidak mempertimbangkan kesesuaian obat asma pasien;
Namun, studi asma sebelumnya juga tidak mempertimbangkan faktor-faktor ini.
Di fasilitas kami, konseling tentang penghindaran faktor lingkungan merupakan
bagian utama dari pendidikan standar asma, sehingga ada kemungkinan bahwa
pasien yang termasuk dalam penelitian ini memiliki perubahan gaya hidup yang
mencegah mereka mengalami eksaserbasi lebih lanjut.

Keterbatasan lain dari penelitian ini adalah ketidakmampuan untuk


merekam kunjungan klinik berulang, kunjungan UGD, dan penerimaan rumah
sakit di luar sistem Cone Health. Cone Health terdiri dari jaringan besar dokter
rawat jalan yang juga menggunakan EPIC sebagai rekam medis elektronik dan
pasien kami yang termasuk sebagian besar mendapat perawatan dalam jaringan
ini. Dengan kata lain, jika pasien yang dimasukkan memiliki kunjungan tindak
lanjut di kantor dokter perawatan primer mereka, sebagian besar kasus-kasus
tersebut akan diambil karena dokter tersebut menggunakan sistem rekam medis
yang sama. Namun, pasien yang datang ke tempat lain 30 hari setelah kunjungan
awal tidak akan dipertanggungjawabkan. Ini berpotensi salah menurunkan tingkat
titik akhir primer dalam analisis kami. Keterbatasan potensial terakhir adalah
ukuran sampel yang kecil dari penelitian ini. Meskipun kelompok kami hanya
memiliki 99 pasien, kami memperhitungkan faktor pembaur potensial dengan
mengecualikan pasien dengan diagnosa croup dan infeksi saluran pernafasan
untuk memastikan bahwa tingkat kekambuhan tidak terpengaruh oleh infeksi yang
tidak diobati atau salah didiagnosis dan kondisi klinis lainnya.

Sementara tingkat rendah secara keseluruhan dari kunjungan UGD yang


berulang, penerimaan rumah sakit, dan kunjungan klinik menunjukkan keefektifan
pemberian deksametason injeksi secara oral untuk eksaserbasi asma pada anak,
sulit untuk menentukan efektifitas relatif tanpa pembanding. Percobaan acak
head-to-head membandingkan deksametason injeksi yang diberikan secara oral
dengan larutan oral deksametason, formulasi tablet deksametason, dan
dexamethasone intravena / intramuskular menggunakan titik akhir yang sama
akan bermanfaat dalam menilai lebih lanjut kesesuaian bertukar formulasi ini
untuk pasien anak dengan eksaserbasi asma yang harus pulangkan dari UGD.
Kesimpulan

Meskipun penelitian farmakokinetik sebelumnya dari deksametason


injeksi yang diberikan secara oral pada orang dewasa mempertanyakan perbedaan
dalam bioavailabilitasnya, penelitian retrospektif kami menunjukkan bahwa
deksametason injeksi diberikan secara oral sebagai dosis sekali pakai untuk
eksaserbasi asma pada pasien anak yang datang ke UGD tampaknya efektif dalam
mencegah kekambuhan dalam waktu 30 hari pemberian obat. Sebuah uji coba
terkontrol secara acak membandingkan deksametason injeksi yang diberikan
secara oral ke formulasi / rute administrasi lainnya harus dilakukan untuk menilai
bioekivalen dan keefektifan perawatan untuk eksaserbasi asma pada populasi ini.

Anda mungkin juga menyukai