Disusun Oleh :
Diajeng Salsabila Kanae
16711115
Pembimbing :
dr. Agus Tusino, M.Sc., Sp.A.
PICO :
Patient / Problems : Anak dengan demam typhoid
Intervention : Amoksisilin
Comparison : Cefixime
Outcome : Keadaan klinis membaik
Apakah pemberian amoksisilin pada anak
Pertanyaan Klinis : dengan demam typhoid sama efektif dengan
pemberian cefixime?
Resume Jurnal :
A. Latar Belakang / Pendahuluan
Demam tifoid terus menjadi masalah kesehatan global yang menyebabkan
morbiditas dan mortalitas yang sangat besar di negara berkembang. Lebih dari
90% kasus demam tifoid diperkirakan terjadi di wilayah Asia dan juga
merupakan penyakit demam umum di Bangladesh. Tetapi pilihan pengobatan
yang tersedia menghadapi beberapa kesulitan seperti meningkatnya strain S.
typhi yang resisten terhadap banyak obat, biaya terapi yang tinggi, kesulitan
dalam pemberian obat dan profil keamanan pada populasi anak. Oleh karena itu,
ketersediaan obat pilihan oral yang efektif, aman dan lebih murah sangat
diharapkan. Sebagian besar kasus demam tifoid dapat dikelola secara efektif
dengan kloramfenikol, amoksisilin, ampisilin, atau kotrimoksazol. Namun, dalam
beberapa tahun terakhir, strain S. typhi ditemukan resisten terhadap tiga
antibiotik oral utama yaitu ampisilin, kotrimoksazol dan kloramfenikol sehingga
menjadi perhatian utama dari kesehatan masyarakat.
Sefalosporin generasi ketiga dan turunan kuinolon ditemukan efektif
melawan galur MDR dari S. typhi. Keterbatasan utama sefalosporin generasi
ketiga adalah biaya tinggi dan kebutuhan untuk pemberian parenteral. Cefixime,
sefalosporin generasi ketiga oral telah diklaim memiliki aktivitas antibakteri yang
baik terhadap Enterobacteriaceae termasuk Salmonella typhi. Ceftriaxone dan
cefixime oral telah menunjukkan bahwa mereka sama-sama efektif melawan
demam tifoid. Amoksisilin adalah obat pilihan oral yang aman dan lebih murah
serta efektif digunakan melawan demam tifoid. Jadi, Amoksisilin bisa menjadi
pilihan yang lebih baik untuk pengobatan demam typhoid pada anak.
86 kasus (70 dari rawat inap dan 16 dari departemen rawat jalan) awalnya
terdaftar dalam penelitian berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Setelah
evaluasi laboratorium, 66 kasus didaftarkan untuk pengobatan. Dari 66 kasus
tersebut, 6 tidak melanjutkan pengobatan dan tindak lanjut. Sehingga, hanya
60 pasien yang menyelesaikan penelitian.
Karakteristik demografi (usia, jenis kelamin, status gizi, serta tipe demam)
anak-anak tidak berbeda secara statistik antara kedua kelompok.
Penelitian ini menyatakan bahwa amoksisilin adalah obat yang efektif dan aman
dalam pengobatan demam typhoid pada anak. Kemanjurannya sebanding
dengan cefixime.
Amoksisilin adalah obat pilihan oral yang aman dan lebih murah serta efektif
digunakan melawan demam tifoid. Jadi, Amoksisilin bisa menjadi pilihan yang
lebih baik untuk pengobatan demam typhoid pada anak.
KESIMPULAN
Telaah uji klinis secara khusus meliputi 3 aspek, yaitu validity, importance
dan applicability. Ditinjau dari segi validitasnya, penelitian ini memaparkan
mengenai patient, intervention, comparison, dan outcome dengan jelas. Dalam
penelitian ini terdapat dua kelompok perlakuan yang masing-masing mendapatkan
perlakuan yang sama. Namun, pada penelitian ini tidak dijelaskan terkait randomisasi
dari kelompok perlakuan.
Aspek kedua, importance, dapat dilihat pada bagian hasil penelitian.
Penelitian ini menunjukan bahwa pemberian amoksisilin pada anak dengan demam
typhoid sama efektif dengan pemberian cefixime. Tidak didapatkan adanya efek
samping yang serius pada pemberian amoksisilin maupun cefixime pada anak dengan
demam typhoid.
Aspek ketiga dalam telaah uji klinis adalah applicability. Hasil penelitian
dapat diaplikasikan apabila pasien memiliki karakteristik yang mirip dengan subyek
penelitian. Amoksisilin juga merupakan terapi yang murah dan aman sehingga dapat
diterapkan untuk pengobatan demam typhoid pada anak.