PEMBAHASAN
Pada studi kasus ini penulis akan membandingkan membahas tentang kesenjangan
antara teori dan hasil dari asuhan kebidanan Tanda Gejala yang berkenaan pneumonia yg
berbeda atau yang sama serta Perbandingan penanganan menurut berbagai jurnal dan rsu
yang berbeda dijelaksan dan dasar teori pada anak Ny. R di ruang Tom RSUD.. tanggal …. .
yang penulis lakukan dengan manajemen asuhan pada anak sakit dengan pembahasan
sebagai berikut:
ebagian besar komponen protektif pada ASI dapat berinteraksi sinergis satu sama
lain dan dengan faktor yang berkaitan dengan mukosa ataupun respons imun sistemik.
Dalam ASI terdapat IgA dengan konsentrasi yang lebih tinggi dari konsentrasi IgA yang
terdapat pada bayi yang baru lahir (10 gram/L pada kolostrum dan 1 gram/L pada ASI
matur). Sedangkan IgG dan IgM pada ASI tersedia bagi bayi dalam konsentrasi yang lebih
rendah, yaitu 10-100 mg/hari.9 Antibodi spesifik termasuk subkelas IgG di dalam ASI dapat
mengkompensasi kurangnya transfer antibodi transplasental, termasuk antibodi yang
berperan melawan pneumokokus, yaitu virus pneumonia,
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Alfi Sulistianingsih (2022)
dimana hasil penelitiannya menunjukan terdapat hubungan antara pemberian ASI dengan
kejadian pneumonia yaitu dengan nilai p value 0,014 dengan keeratan hubungan lemah
yaitu 0,265. Selain itu hasil OR 3,095, dimana balita yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif
mempunyai risiko terkena pneumonia sebesar 3,095 kali lebih tinggi dibandingkan balita
yang mendapat ASI eksklusif.
Secara umum gambaran klinis pneumonia pada anak adalah Gejala infeksi umum,
yaitu demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan nafsu makan, keluhan
gastrointestinal (mual, muntah, diare), gangguan pernapasan, terdiri dari batuk,
sesak napas, retraksi dada, takipnea, napas cuping hidung, air hunger, merintih, dan
sianosis tanda dari pemeriksaan fisik, ditemukan suara ronchi, pada pemeriksaan
rontgen thorak pada paru (WHO 2018).
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh, Christian T Kaunang 2018,
Dari hasil penelitian terhadap anak yang didiagnosis dengan pneumonia dapat
disimpulkan bahwa gambaran foto toraks adanya infiltrat,gejala yang tersering yaitu
sesak, adanya retraksi di bagian subkostal, adanya ronki, tanpa wheezing disertai dengan
pemeriksaan fisik tanda–tanda vital dengan rerata denyut nadi 194,75 kali/menit,. laju
pernapasan >40/menit, suhu badan >37,8 ºC.
Pengobatan yang telah di Berikan IVFD Asering 12 tpm PCT 110 mg/6 jam
Cefotaxime 530 mg/8 jam, Gentamisin 85 mg / 24 jam, Puyer batuk pilek 3x1, Lasal 4x1/2
sendok teh, Nebulizer Ventolin + Nacl 0,9 % / 6 jam, serta Pemberian diet yang bernutrisi
tinggi.
Penumonia pada anak bersifat akut dan mempunyai angka kematian yang tinggi
sehingga memerlukan pengobatan dan perawatan segera di rumah sakit. Cara pengobatan
pneumonia pada anak dapat berupa Oksigen tambahan harus segera diberikan pada anak
yang mengalami sesak napas hebat, tampak kebiruan, dan lemas Cairan diberikan untuk
mencukupi kebutuhan cairan pada anak. Dapat dilakukan dengan obat oral (diminum) atau
diberikan melalui infus obat-obatan harus diberikan untuk mengurangi gejala pneumonia
seperti batuk, demam, dan sumbatan jalan napas oleh lendir antibiotik harus diberikan
dengan secara empiris sesuai dengan perkiraan mikroorganisme
penyebab pneumonia pada anak ahmad muhlisin (2019).
Hal ini sejalan dengan penelitan Musdalipah dkk tahun 2018, Efektivitas terapi
penggunaan antiobitik cefotaxime dan gentamisin pada penderita Pneumonia di RSUD
Kabupaten Bombana yaitu obat cefotaxime 81,25%. Juga penelitian yang dilakukan oleh
made virgo tahun 2017 di RSUD Buleleng, obat yang direkomendasikan oleh WHO dan
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) yaitu ampicillin dan amoxicillin dalam penelitian tersebut
didapatkan memilki sensitivitas yang rendah terhadap gabungan bakteri penyebab
community acquired pneumonia. Sedangkan cefotaxime dan ceftriaxone yang merupakan
jenis antibiotika yang dipakai oleh tenaga kesehatan di RSUD Buleleng didapatkan memilki
sensitivitas yang jauh lebih tinggi.