Anda di halaman 1dari 6

Identitas jurnal :

1. Judul : Etiologi bakteri pneumonia yang didapat masyarakat pada pasien rawat inap
imunokompeten dan kesesuaian rekomendasi pengobatan empiris: studi titik-prevalensi
internasional
2. Nama Author : Manuela Carugati1,2 & S. Aliberti3,4 & G. Sotgiu5 & F. Blasi3,4 & A. Gori1,3,6 &
R. Menendez7 & M. Encheva8 & M. Gallego9 & P. Leuschner10 & S. Ruiz-Buitrago11 & S.
Battaglia12 & R. Fantini13 & S. Pascual-Guardia14 & J. Marin-Corral15 & M. I. Restrepo16 &
GLIMP Collaborators
3. Nama jurnal : European Journal of Clinical Microbiology & Infectious Diseases (2020) 39:1513–
1525 https://doi.org/10.1007/s10096-020-03870-3 / Published online: 3 April 2020
4. Tahun terbit : 2020

PICO :

Problem (P) : Dalam jurnal ini pasien penderita pneumonia yang didapat oleh masyarakat (CAP) tetap
merupakan penyakit yang umum dan serius walaupun ada agen anti-mikroba dan vaksin efektif yang
potensial. potensial. Perawat Perawat perlu mengetahui mengetahui faktor prognostik prognostik yang
relevan mungkin berguna untuk identifikasi dini pasien dengan risiko tinggi yang memerlukan perawatan
intensif.
Intervensi (I) : Dalam jurnal ini menggunakan 200 sampel dengan berbagai kriteria yang telah
ditentukan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui berapa besar faktor yang mempengaruhi
kematian pada kasus pneumonia. Penelitian ini juga menunjukkan gambaran tanda dan gejala serta
faktor resiko yang dapat terjadi pada pasien pneumonia. pneumonia. Semua pasien yang dirawat
dirawat di dept. obat memenuhi memenuhi kriteria inklusi untuk penelitian diambil persetujuan untuk
dilakukan penelitian. Yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah riwayat rinci mengenai adanya
demam, batuk, produksi dahak purulen purulen dan nyeri dada pleura. pleura. Sampel darah untuk
pemeriksaan pemeriksaan hemogram lengkap, tes fungsi ginjal dan hati, elektrolit dan gula darah
acak/cepat, albumin serum, protein total dikirim pada saat masuk. Foto toraks P/A, EKG, BGA. Koleksi
sputum dilakukan untuk pewarnaan gram, pewarnaan AFB dan budaya/sensitivitas. Kultur darah dan
kepekaan, budaya menepis tenggorokan.

Comparison (C) :

 Sebagian besar kasus CAP terjadi pada kelompok usia 50-59 tahun (26%) diikuti oleh 60-69
tahun (24%) dan 40-49 tahun (17,5%). Jumlah pasien paling sedikit pada kelompok usia <20
tahun (2,5%).
 Usia rata-rata pasien dihitung menjadi 51,7 ± 14,809 tahun. (Mean ± S.D) 60% kasus berusia ≥ 50
tahun. 63,5% kasus adalah laki-laki dan 36,5% kasus adalah perempuan. Laki laki: Perempuan =
1.73: 1 Usia rata-rata pasien laki-laki menderita CAP = 51,060 ± 14,606 tahun.

Outcome (O) : CAP adalah salah satu infeksi saluran pernapasan yang umum. Ini terjadi pada semua
kelompok usia, namun kejadiannya lebih banyak banyak seiring seiring bertambahnya bertambahnya
usia dan faktor risiko terkait terkait seperti seperti merokok, COPD dan alkoholisme. Identifikasi patogen
spesifik pada pneumonia pneumonia bakteri bakteri akut diperlukan diperlukan untuk terapi antibiotik
antibiotik yang rasional dan tepat. Agen etiologi tidak dapat diidentifikasi dalam banyak kasus karena
penggunaan antibiotik sebelumnya, produksi sputum produksi sputum yang tidak yang tidak tepat dan
tepat dan batuk tidak batuk tidak produktif. Kasus produktif. Kasus CAP yang tidak terdiagnosis dapat
didiagnosis dengan menerapkan metode serologis jika tersedia, sehingga pengobatan yang tepat dapat
diberikan untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas pada pasien pasien ini. Perlakuan Perlakuan
empiris empiris harus dimulai dimulai untuk semua kasus CAP, sampai laporan budaya tiba. Terapi
empiris harus didasarkan pada diagnosis pada diagnosis etiologi presumptif etiologi presumptif yang
dikembangkan dari yang dikembangkan dari semua data epidemiologis, klinis dan laboratorium yang
ada. Begitu laporan budaya tersedia, pengobatan harus didasarkan pada obat yang paling rentan
terhadap organisme.
Identitas jurnal

1. Judul : PENGARUH STEAM INHALATION TERHADAP USAHA BERNAPAS PADA BALITA DENGAN
PNEUMONIA DI PUSKESMAS KABUPATEN SUBANG PROPINSI JAWA BARAT
2. Nama Author : Ade Nuraeni 1 , Dessie Wanda 2 , Fajar Tri Waluyanti
3. Nama Jurnal : Jurnal Ilmiah Ilmu dan Teknologi Rekayasa
4. Tahun terbit : 2019

PICO :
Problem (P) :

Pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan yang optimal dengan
menurunkan angka kematian khususnya angka kematian bayi, angka kematian balita, dan angka
kematian ibu. Selain itu perlu ditargetkan pula upaya meningkatkan kualitas kesehatan lingkungan dan
perilaku sehat pada masyarakat serta memperluas dan mendekatkan cakupan pelayanan kesehatan
pelayanan kesehatan dengan mutu dengan mutu yang baik yang baik dan biaya dan biaya yang
terjangkau. yang terjangkau. Pada dasarnya Pada dasarnya penyakit penyakit infeksi yang terjadi pada
anak-anak dapat dicegah dengan imunisasi. Salah satu strategi pencegahan pencegahan untuk
mengurangi mengurangi kesakitan kesakitan dan kematian kematian akibat pneumonia pneumonia
adalah dengan pemberian pemberian imunisasi. imunisasi. Melalui Melalui imunisasi imunisasi
diharapkan diharapkan dapat menurunkan menurunkan angka kesakitan kesakitan dan kematian yang
disebabkan oleh penyakit, pemberian imunisasi yang berhubungan dengan kejadian penyakit
pneumonia adalah imunisasi pertusis (DTP), campak, haemophilus influenza, dan pneumokokus.
Pneumonia ini sering terjadi pada masa bayi dan masa kanak-kanak, dan biasanya biasanya terjadi
selama terjadi selama musim dingin musim dingin serta lebih serta lebih sering terjadi sering terjadi di
lingkungan di lingkungan yang berpenghuni berpenghuni padat.

Saat ini tata laksana pneumonia untuk mengatasi gejala yang muncul terkait pneumonia
menurut Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah dengan pemberian antibiotik yang sesuai yaitu
kotrimoks yaitu kotrimoksazole. Kotrimoks azole. Kotrimoksazole adalah azole adalah antibiotik pilihan
utama yang utama yang diberikan pada anak dengan pneumonia. pneumonia. Selain an Selain
antibiotik, perlu tibiotik, perlu diperhatikan p diperhatikan pula pen ula pengaturan gaturan pola makan
pola makan karena pada anak dengan pneumonia akan menurun nafsu makannya. Pemberian nutrisi
disesuaikan dengan umur anak, bila masih menyusui lanjutkan pemberian ASI. Bila anak demam
biasanya biasanya diberikan diberikan antipiretik antipiretik dan anak dianjurkan dianjurkan untuk
banyak istirahat. istirahat. Untuk meredakan meredakan batuk dan melegakan melegakan tenggorokan,
tenggorokan, orang tua diajarkan diajarkan membuat membuat obat dari bahan yang aman yaitu kecap
manis atau madu dicampur dengan jeruk nipis. Selai is. Selain tata laksana yang telah disebutkan di
utkan di atas, ditemuk atas, ditemukan alternatif tindakan lain natif tindakan lain untuk mengatas untuk
mengatasi masalah yang terkait dengan gangguan pernapasan yaitu dengan pemberian steam inhalation
(menghirup uap air panas)

Intervensi (I) :

Penelitian ini menggu ini menggunakan desain quasi experimental dengan jenis rancangan pre-
posttest posttest non equivalent equivalent control control group design. design. Metode Quasi
Experimental ada lah m etode penelitian penelitian eksperimen eksperimen dengan menggunakan
menggunakan kelompok kelompok kontrol, kontrol, tetapi tidak sepenuhnya sepenuhnya mengontrol
variabel-variabel luar yang mempengaruhi penelitian. Pengambilan sampel dalam penelitian penelitian
ini berdasarkan berdasarkan cara non probability probability sampling sampling jenis consecutive
consecutive sampling, sampling, yaitu dengan menetapkan subyek yang memenuhi kriteria penelitian.
Subyek ini dimasukkan dalam penelitian penelitian sampai kurun waktu tertentu, tertentu, sehingga
sehingga jumlah responden responden yang diperlukan diperlukan terpenuhi. terpenuhi. Populasi dalam
penelitian ini adalah semua anak balita penderita pneumonia. Sampel dalam penelitian penelitian ini
adalah anak balita dengan pneumonia pneumonia yang datang berobat berobat ke Puskesmas
Puskesmas Sukarahayu dan Puskesmas Cikalapa pada saat dilakukan kegiatan pengumpulan data
penelitian selama bulan Mei-Juni 2012. Dimana jumlah sampel terdapat 28 balita pneumonia terdiri dari
14 responden sebagai kelompok kontrol dan 14 responden sebagai kelompok intervensi. Penelitian ini
mengukur rerata frekuensi napas balita pada pemeriksaan kelompok kontrol dan rerata frekuensi napas
balita sesudah steam inhalation pada kelompok intervensi.

Data dikumpulkan dengan kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan terkait dengan identitas
responden, meliputi umur, status gizi, status imunisasi, pemberian ASI ekslusif, dan keadaan lingkung
keadaan lingkungan. Alat an. Alat pengumpulan data pulan data yang digunakan dalam yang digunakan
dalam penelitian ini tian ini meliputi alat puti alat tulis, alat penghitung waktu (timer), perlengkapan
steam inhalation, lembar observasi pelaksanaan pelaksanaan steam inhalation inhalation dan lembar
observasi observasi menghitung menghitung frekuensi frekuensi napas dan adanya pernapasan
pernapasan cuping hidung untuk kelompok kelompok kontrol kontrol dan kelompok kelompok
intervensi. intervensi. Lembar observasi observasi pelaksanaan pelaksanaan steam inhalation
inhalation disusun disusun untuk menyamakan menyamakan persepsi persepsi tindakan tindakan
dengan asisten asisten peneliti yang dilakukan kepada responden.

Comparison (C) :

Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan data rerata frekuensi napas pemeriksaan pertama
pertama pada kelompok kelompok kontrol kontrol adalah 46,00 kali per menit dan rerata frekuensi
frekuensi napas pemeriksaan kedua adalah 45,64.kali per menit. Hal ini menujukkan perbedaan ini
menujukkan perbedaan rerata dan adanya rerata dan adanya penurunan tetapi tidak penurunan tetapi
tidak bermakna dengan p bermakna dengan p value >0,05. Begitu value >0,05. Begitu pula dengan
kelompok pula dengan kelompok intervensi intervensi dimana rerata frekuensi napas sebelum steam
ensi napas sebelum steam inhalation adalah 47,07 ation adalah 47,07 kali per kali per menit dan menit
dan rerata frekuensi napas sesudah steam inhalation adalah 46,50 kali per menit. Hal ini menunjukkan
adanya perbedaan dan penurunan rerata tetapi tidak bermakna dengan p value >0,05.

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa pemberian steam inhalation dapat menurunkan
frekuensi napas walaupun tidak bermakna dengan p value >0,05. Hal ini dikarenakan pelaksanaan
pelaksanaan steam inhalation inhalation dalam penelitian penelitian ini dilakukan dilakukan hanya satu
kali selama 10 menit sedangkan penelitian oleh Singh (2004) dilakukan sebanyak 4 kali sehari selama 10-
15 menit. Hal ini juga sesuai dengan yang dijelaskan dalam panduan inhalasi (Wong, 2008). Penelitian
terbaru dengan menggunakan arformoterol inhalation solution pada jenis nebulizer jet standar,
menemukan total waktu optimal yang dibutuhkan untuk nebulizasi adalah 6 menit (Cipla, 2010). Hal lain
yang membuat pemberian steam inhalation ini menjadi tidak bermakna yaitu dapat disebabkan oleh
karena alat, tempat yang digunakan dan prosedur yang dilakukan kurang tepat.

Outcome (C) :

Berdasarkan intervens arkan intervensi yang diberikan pemberian steam inhalati steam
inhalation yang bertujuan untuk mengencerkan lendir di saluran hidung dan sinus serta di bawah
saluran pernapasan. Hal ini dilakukan karena pada anak dengan pneumonia akan mengalami sesak
napas dan dapat diatasi dengan steam inhalation. Tindakan ini sangat mudah dilakukan dan alat yang
digunakan sederhana sehingga dapat terjangkau oleh seluruh masyarakat dapat dilakukan di rumah.
Selain itu Tindakan steam inhalation ini dapat digunakan untuk meningkatkan rasa nyaman pada anak
balita yang menderita pneumonia. Hal ini dilakukan karena pada anak pneumonia akan mengalami sesak
napas. Keadaan sesak ini akan menimbulkan rasa tidak nyaman pada anak.

Anda mungkin juga menyukai