Anda di halaman 1dari 4

MAKALAH KEPERAWATAN PSIKIATRI

“Asuhan Keperawatan Pada Klien Resiko Perilaku Kekerasan”

Dosen Pengampu :

Ns. Feri Fernandes, M. Kep. Sp.Kep.J

Oleh Kelompok : 7

1 Dhea Junia Meyanti 2111311012


2 Desi Wulan Sari 2111311018

Kelas A3 2021 3 Natasha Lidia Putri 2111311036


4 Fitri Furqoni Ali 2111311054
PROGRAM STUDI ILMU
5 Gea Amanda Ramadhani 2111312060
KEPERWATAN
6 Melia Atifa 2111313009
FAKULTAS 7 Annisa Prihastiwi 2111313042 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2023

Faktor presdiposisi dan presipitasi

A. Faktor predisposisi

Masalah perilaku kekerasan dapat disebabkan oleh adanya faktor predisposisi (faktor yang
melatarbelakangi) munculnya masalah dan faktor presipitasi (faktor yang memicu adanya
masalah).(Stuart, 2013)
Di dalam faktor predisposisi, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya masalah
perilaku kekerasan, seperti faktor biologis, psikologis, dan sosiokultural.

1. Faktor Biologis
a) Teori dorongan naluri (Instinctual Drive Theory)
Teori ini menyatakan bahwa perilaku kekerasan disebabkan oleh suatu
dorongan kebutuhan dasar yang kuat.
b) Teori Psikomatík (Psycomatic Theory)
Pengalaman marah dapat diakibatkan oleh respon psikologi terhadap stimulus
eksternal maupun internal, sehingga sistem limbik memiliki peran sebagai
pusat untuk mengekspresikan maupun menghambat rasa marah

2. Faktor Psikologis
a) Teori Agresif Frustasi (Frustasion Agrresion Theory)
Teori perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil akumulasi frustasi. Hal ini dapat
terjadi apabila keinginan individu untuk mencapai sesuatu gagal atau
terhambat. Keadaan frustasi dapat mendorong individu untuk berperilaku
agresif karena perasaan frustasi akan berkurang melalui perilaku kekerasan.
b) Teori Perilaku (Behavioral Theory)
Kemarahan merupakan bagian dari proses belajar. Hal ini dapat dicapai
apabila tersedia fasilitas atau situasi yang mendukung. Reinforcement yang
diterima saat melakukan kekerasan sering menimbulkan kekerasan di dalam
maupun di luar rumah.
c) Teori Eksistensi (Existential Theory)
Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah bertindak sesuai perilaku. Apabila
kebutuhan tersebut tidak dipenuhi melalui perilaku konstruktif, maka individu
akan memenuhi kebutuhannya melalui perilaku destruktif.

3. Faktor Sosiokultural

Agresi dapat dipelajari melalui observasi atau imitasi, dan semakin sering mendapatkan
penguatan, maka semakin besar kemungkinan untuk terjadi. Jadi seseorang akan
berespon terhadap keterbangkitan emosiolnalnya secara agresif sesuai dengan respon
yang dipelajarinya. Pembelajaran ini dapat terbagi menjadi dua yaitu internal dan
eksternal. Contoh internal: seorang anak yang marah karena tidak boleh beli es kemudian
ibunya memberikannya es agar si anak berhenti marah. Anak tersebut akan belajar bahwa
bila ia marah, maka ia akan mendapatkan apa yang ia inginkan. Contoh eksternal:
seseorang anak menunjukan perilaku agresif setelah melihat orang dewasa
mengekspresikan bentuk perilaku agresif terhadap sebuah boneka. Kultural dapat
memengaruhi perilaku kekerasan, adanya norma dapat membantu mendefenisikan
ekspresi agresif mana yang dapat diterima dan tidak dapat diterima sehingga dapat
membantu individu untuk mengekspresikan marah dengan cara yang asertif. (Muhith,
2015)

B. Faktor Presipitasi

Secara umum, seseorang akan mengeluarkan respon marah apabila merasa dirinya terancam.
Ancaman tersebut dapat berupa luka secara psikis, atau lebih dikenal dengan adanya ancaman
terhadap konsep diri seseorang. Ancaman dapat berupa internal ataupun eksternal. Contoh
stresor eksternal: serangan secara psikis, kehilangan hubungan yang dianggap bermakna, dan
adanya kritikan dari orang lain. Sedangkan contoh stresor eksternal: merasa gagal dalam bekerja,
merasa kehilangan orang yang dicintai, dan ketakutan terhadap penyakit yang dideritanya. Faktor
yang dapat mencetuskan terjadinya perilaku kekerasan terbagi menjadi dua, yaitu: 1) Klien:
kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, kurang percaya diri: 2) Lingkungan: ribut,
kehilanganorang atau objek yang berharga, konflik interaksi sosial.(Muhith, 2015)

C. Faktor Risiko

Nanda (2016) menyatakan faktor-faktor risiko dari risiko perilaku kekerasan terhadap diri
sendiri (risk for self-directed violence) dan risiko perilaku kekerasan terhadap orang lain (risk for
other-directed violence) (Herdman & Shigemi, 2016)

1. Risiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri (risk for self-directed violence)
a. Usia ≥ 45 tahun
b. Usia 15-19 tahun
c. Isyarat tingkah laku
d. Konflik mengenai orientasi seksual
e. Konflik dalam hubungan interpersonal
f. Pengangguran atau kehilangan pekerjaan atau mempunyai masalah pekerjaan
g. Terlibat dalam tindakan seksual autoerotik
h. Sumber daya personal yang tidak memadai
i. Status perkawinan (sendiri, bercerai)
j. Isu kesehatan mental (depresi, psikosis, gangguan kepribadian.
penyalahgunaan zat)
k. Pekerjaan (profesional, eksekutif, administrator, pembisnis dsb)
l. Pola kesulitan dalam keluarga
m. Isu kesehatan fisik
n. Gangguan psikologis
o. Isolasi social
p. Ide bunuh diri
q. Rencana bunuh diri
r. Riwayat bunuh diri berulang
s. Isyarat verbal (membicarakan kematian, menanyakan tentang dosis obat yang
mematikan dsb)

2. Risiko perilaku kekerasan terhadap orang lain (risk for other-directed violence)
a. Riwayat kekerasan masa kecil, baik secara fisik, psikologis, maupun seksual
b. Riwayat menyaksikan kekerasan dalam keluarga
c. Impulsif
d. Perlakuan kejam terhadap binatang
e. Gangguan fungsi kognitif
f. Riwayat penyalahgunaan zat
g. Bahasa tubuh negatif (mengepalkan tangan, hiperaktivitas dsb)
h. Gangguan neurologis (trauma kepala, kejang dsb) i. Intoksikasi patologis
i. Riwayat melakukan kekerasan tidak langsung (memecahkan kaca.
membanting pintu, melempar barang dsb)
j. Pola perilaku kekerasan terhadap orang lain (menendang, memukul,
menggigit, pelecehan seksual dsb) Pola ancaman kekerasan fancaman secara
verbal dsb)
k. Pola perilaku kekerasan terhadap orang lain (menendang, memukul,
menggigit, pelecehan seksual dsb)
l. Pola ancaman kekerasan (ancaman secara verbal dsb) m. Pola perilaku
kekerasan antisosial (mencuri, meminjam dengan memaksa dsb)
m. Gangguan psikosis o. Perilaku bunuh diri

Sumber:

Dyah Widodo., dkk. Keperawatan Jiwa, Yayasan Kita Menulis, 2022. xvi; 198 hlm; 16 x 23 cm

ISBN: 978-623-342-380-9, Cetakan 1, Januari 2022

https://www.google.co.id/books/edition/Keperawatan_Jiwa/mHJbEAAAQBAJ?
hl=id&gbpv=1&dq=faktor+presipitasi+dan+predisposisi+resiko+perilaku+kekerasan&printsec=f
rontcover

Anda mungkin juga menyukai