Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

PERILAKU KEKERASAN

Disusun Oleh :
INDRA FARID
NIM. 1490123037

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS GALUH
2024
LAPORAN PENDAHULUAN

I. KASUS (DIAGNOSA UTAMA)


Perilaku Kekerasan
II. PROSES TERJADINYA MASALAH
a. Definisi
Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri
sendiri, orang lain, maupun lingkungan (Fitria, 2009).
Menurut Yoseph (2007) Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana
seseorang melakukan tindakan yang membahayakan secara fisik, baik kepada diri
sendiri, maupun orang lain. Ancaman atau kebutuhan yang tidak terpenuhi
mengakibatkan seseorang stress berat, membuat orang marah bahkan kehilangan
kontrol kesadaran diri, misalkan: memaki-maki orang disekitarnya, membanting-
banting barang, menciderai diri dan orang lain, bahkan membakar rumah.
Kekerasan (violence) merupakan suatu bentuk perilaku agresi (aggressive
behaviour) yang menyebabkan atau dimaksudkan untuk menyebabkan penderitaan
atau menyakiti orang lain, termasuk terhadap hewan atau benda-benda. Ada
perbedaan antara agresi sebagai suatu bentuk pikiran maupun perasaan dengan
agresi sebagai bentuk perilaku. Agresi adalah suatu respon terhadap kemarahan,
kekecewaan, perasaan dendam atau ancaman yang memancing amarah yang dapat
membangkitkan suatu perilaku kekerasan sebagai suatu cara untuk melawan atau
menghukum yang berupa tindakan menyerang, merusak, hingga membunuh.
Agresi tidak selalu diekspresikan berupa tindak kekerasan menyerang orang lain,
agresivitas terhadap diri sendiri, serta penyalahgunaan narkoba hingga tindakan
bunuh diri juga merupakan suatu bentuk perilaku agresi. Perilaku kekerasan atau
agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang
secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan definisi ini, maka perilaku kekerasan
dapat dibagi menjadi dua menjadi perilaku kekerasan verbal dan fisik (Stuart dan
Sundeen, 1995).
b. Faktor Predisposisi
1) Faktor Psikologis
Psyschoanalytical Theory : Teori ini mendukung bahwa perilaku
agresif merupakan akibat dari instinctual drives. Freud berpendapat bahwa
perilaku manusia dipengaruhi oleh dua insting. Pertama, insting hidup yang
diekspresikan dengan seksualitas dan kedua, insting kematian yang
diekspresikan dengan agresivitas.
Frustation-agression Theory : Teori yang dikembangkan oleh pengikut
Freud ini berawal dari asumsi bahwa bila usaha seseorang untuk mencapai
suatu tujuan mengalami hambatan, maka akan timbul dorongan agresif yang
pada gilirannya akan memotivasi prilaku yang dirancang untuk melukai orang
atau objek yang menyebabkan frustasi. Jadi, hampir semua orang melakukan
tindakan agresif mempunyai riwayat perilaku agresif.
Pandangan psikologi lainnya mengenai perilaku agresif : mendukung
pentingnya peran dari perkembangan predisposisi atau pengalaman hidup. Ini
menggunakan pendekatan bahwa manusia mampu memilih mekanisme koping
yang sifatnya tidak merusak. Beberapa contoh dari pengalaman tersebut :
 Kerusakan otak organik dan retardasi mental sehingga tidak mampu untuk
menyelesaikan secara efektif
 Severe emotional deprivation atau rejeksi yang berlebihan pada masa
kanak-kanak atau seduction parental yang mungkin telah merusak
hubungan saling percaya dan harga diri
 Terpapar kekerasan selama masa perkembangan, termasuk child abuse
atau mengobservasi kekerasan dalam keluarga, sehingga membentuk pola
pertahanan atau koping.
2) Faktor Sosial Budaya
Sosial Learning Theory, teori ini mengemukakan bahwa agresi tidak
berbeda dengan respon-respon yang lain. Agresi dapat dipelajari melalui
observasi atau imitasi, dan semakin sering mendapatkan penguatan, maka
semakin besar kemungkinan untuk terjadi. Jadi, seseorang akan berespon
terhadap keterbangkitan emosionalnya secara agresif sesuai dengan respon
yang dipelajarinya. Pembelajaran ini bisa internal atau eksternal. Contoh
internal : orang yang mengalami keterbangkitan seksual karena menonton film
erotis menjadi lebih agresif dibandingkan mereka yang tidak menonton,
seorang anak yang marah karena tidak boleh beli es krim kemudian ibunya
memberinya es agar si anak berhenti marah. Anak tersebut akan belajar bahwa
bila ia marah, maka ia akan mendapatkan apa yang ia inginkan. Contoh
eksternal : seorang anak menunjukkan prilaku agresif setelah melihat
seseorang dewasa mengekspresikan berbagai bentuk perilaku agresif terhadap
sebuah boneka. Kultural dapat pula mempengaruhi perilaku kekerasan.
Adanya norma membantu mendefinisikan ekspresi agresif mana yang dapat
diterima atau tidak dapat diterima sehingga dapat membantu individu untuk
mengekspresikan marah dengan cara yang asertif.
3) Faktor Biologis
Penelitian neurobiology mendapatkan bahwa adanya pemberian
stimulus elektris ringan pada hipotalamus binatang ternyata menimbulkan
prilaku agresif. Perangsangan yang diberikan terutama pada impuls periforniks
hipotalamus dapat menyebabkan seekor kucing mengeluarkan cakarnya,
mengangkat ekornya, mendesis, mengeram, dan hendak menerkam tikus atau
objek yang ada disekitarnya. Jadi, terjadi kerusakan fungsi sistim limbic
(untuk emosi dan perilaku), lobus frontal (untuk pemikiran rasional), dan
lobus temporal (untuk interprestasi indra penciuman dan memori).
Neurotransmiter yang sering dikaitkan dengan perilaku agresif: serotonin,
dolpamin, norepinefrin, asetilkoin, dan asam amino GABA. Factor-factor yang
mendukung adalah : 1) masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan, 2)
sering mengalami kegagalan, 3) kehidupan yang penuh tindakan agresif, dan
4) lingkungan yang tidak kondusif (bising, padat).
4) Faktor Perilaku
Reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan dan
sering mengobservasi kekerasan di rumah atau di luar rumah, semua aspek ini
menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan (Keliat, 1996).
c. Faktor Presipitasi
Secara umum, seseorang akan mengeluarkan respon marah apabila merasa
dirinya terancam. Ketika seseorang merasa terancam, mungkin dia tidak menyadari
sama sekali apa yang menjadi sumber kemarahannya. Oleh karena itu, baik perawat
maupun klien harus bersama-sama mengidentifikasinya. Ancaman dapat berupa
internal ataupun eksternal. Contoh stressor eksternal : serangan secara fisik,
kehilangan hubungan yang dianggap bermakna, dan adanya kritikan dari orang lain.
Sedangkan contoh dari stressor eksternal : gagal dalam bekerja, merasa kehilangan
orang yang dicintai, dan ketakutan terhadap penyakit yang diderita. Bila dilihat dari
sudut perawat klien, maka factor yang mencetuskan terjadinya perilaku kekerasan
terbagi dua, yakni:
 Klien : kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, kurang percaya diri.
 Lingkungan : ribut, kehilangan orang atau objek yang berharga, konflik
interaksi sosial.
Faktor presipitasi bersumber dari klien, lingkungan, atau interaksi dengan
orang lain. Kondisi klien seperti kelemahan fisik (penyakit fisik), keputusasaan,
ketidakberdayaan, percaya diri yang kurang dapat menjadi penyebab perilaku
kekerasan. Demikian pula dengan situasi lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang
mengarah pada penghinaan, kehilangan orang yang dicintai atau pekerjaan dan
kekerasan merupakan factor penyebab lain. Interaksi social yang provokatif dan
konflik dapat pula pemicu perilaku kekerasan (Keliat, 1996).
d. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala perilaku kekerasan dapat dinilai dari ungkapan pasien dan
didukung dengan hasil observasi.

1. Data Subjektif :
a. Ungkapan berupa ancaman
b. Ungkapan kata-kata kasar
c. Ungkapan ingin memukul / melukai
2. Data Objektif :
a. Wajah memerah dan tegang
b. Pandangan tajam
c. Otot tegang
d. Mengatup rahang dengan kuat
e. Mengepalkan tangan
f. Bicara kasar
g. Suara tinggi, menjerit atau berteriak
h. Berdebat
i. Mondar-mandir
j. Memaksakan kehendak
k. Memukul jika tidak senang
l. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap
penyakit
m. Halusinasi dengar dengan perilaku kekerasan tetapi tidak semua pasien
berada pada risiko tinggi
n. Memperlihatkan permusuhan
o. Melempar atau memukul benda atau orang lain.
Keliat (2002) mengemukakan bahwa tanda-tanda marah adalah sebagai berikut :
a. Emosi : tidak adekuat, tidak aman, rasa terganggu, marah (dendam),
jengkel.
b. Fisik : muka merah, pandangan tajam, napas pendek, keringat, sakit fisik,
penyalahgunaan obat dan tekanan darah.
c. Intelektual : mendominasi, bawel, sarkasme, berdebat, meremehkan.
d. Spiritual : kemahakuasaan, kebajikan / kebenaran diri, keraguan, tidak
bermoral, kebejatan, kreativitas terhambat
e. Social : menarik diri, pengasingan , penolakan, kekerasan, ejekan, dan
humor.
III. POHON MASALAH DAN MASALAH KEPERAWATAN
a. Pohon Masalah

b. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji


 Masalah keperawatan : Perilaku Kekerasan
 Data yang perlu dikaji:

Diagnosa
No Deskripsi Data Mayor Data Minor
Keperawatan
1. Perilaku Kemarahan yang Subjektif Subjektif
Kekerasan diekspresikan  Mengatakan
secara berlebihan  Mengancam ada yang
dan tidak  Mengumpat mengejek,
terkendali baik  Bicara keras dan mengancam
secara verbal kasar  Mendengar
maupun tindakan Objektif suara yang
dengan mencederai  Agitasi mengjelekka
diri, orang lain dan  Meninju n
merusak
 Menusuk/melukai  Merasa
lingkungan. orang lain
dengan senjata
tajam mengancam
dirinya
 Memukul kepala
sendiri  Mengeluh
kesal dan
 Membentur-
marah
benturkan kepala
dengan
ke dinding
orang lain
 Membanting
Objektif
 Melempar
 Menjauh
 Mendobrak pintu
dari orang
 Merusak alat
lain
tenun
 Katatonia
 Berteriak-teriak
 Muka
tegang
 Mata
melotot
 Mondar-
mandir

2. Risiko Perilaku Suatu keadaan Subjektif Subjektif


Kekerasan dimana pasien  Mengatakan  Mendengar
dapat melakukan pernah suara-suara
suatu tindakan melakukan  Merasa
yang dapat tindakan orang lain
membahayakan kekerasan mengancam
secara fisik baik  Informasi dari  Mengancam
pada diri sendiri, keluarga pasien orang lain
orang lain maupun pernah jahat
merusak melakukan tindak Objektif
lingkungan. kekerasan di  Muka
rumah tegang saat
Objektif bercerita
 Ada tanda/jejas  Pembicaraan
perilaku kasar jika
kekerasan pada menceritaka
amggota tubuh n marahnya
 Mudah  Afek labil
tersinggung (mudah
 Mudah berubah)
marah/irritable  Mondar-
mandir/
hipermotori
k
 Rangsangan
katatonik

IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN


Perilaku Kekerasan
V. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

PERENCANAAN
Tgl DX
Tujuan Kriteria Evaluasi Interview
1 2 3 4 5
Perilaku Pasien mampu: Setelah ........ pertemuan, pasien mampu: SP.1 (Tgl ......................................................)
kekerasan
 Mengidentifikasi penyebab  Menyebutkan penyebab, tanda, gejala,  Identifikasi penyebab, tanda dan gejala
dan tanda perilaku dan akibat perilaku kekerasan serta akibat perilaku kekerasan
kekerasan  Memperagakan cara fisik 1 untuk  Latih cara fisik 1
 Menyebutkan jenis mengontrol perilaku kekerasan  Tarik napas dalam
perilaku kekerasan yang  Masukkan dalam jadwal harian pasien
pernah dilakukan
 Menyebutkan akibat dari
perilaku kekerasan yang
dilakukan
 Menyebutkan cara
mengontrol perilaku
kekerasan
 Mengontrol perilaku
kekerasannya secara:
 Fisik
PERENCANAAN
Tgl DX
Tujuan Kriteria Evaluasi Interview
1 2 3 4 5
 Sosial/ Verbal
 Spiritual
 Terapi Psikofarmaka
(patah obat)

Setelah ......... pertemuan, pasien mampu: SP.2 (Tgl ......................................................)

 Menyebutkan kegiatan yang sudah  Evaluasi kegiatan yang lalu (SP.1)


dilakukan  Latih cara fisik 2
 Memperagakan cara fisik untuk  Pukul kasur/ bantal
mengontrol perilaku kekerasan  Masukkan dalam jadwal harian pasien

Setelah ......... pertemuan, pasien mampu: SP.3 (Tgl .....................................................)

 Menyebutkan kegiatan yang sudah  Evaluasi kegiatan yang lalu (SP.1 & 2)
dilakukan  Latih secara sosial/ verbal
 Memperagakan cara sosial/ verbal  Menolak dengan baik
untuk mengontrol perilaku kekerasan  Meminta dengan baik
PERENCANAAN
Tgl DX
Tujuan Kriteria Evaluasi Interview
1 2 3 4 5
 Mengungkapkan dengan baik
 Masukkan dalam jadwal harian pasien
Setelah ......... pertemuan, pasien mampu: SP.4 (Tgl ....................................................)

 Menyebutkan kegiatan yang sudah  Evaluasi kegiatan yang lalu (SP.1 2, & 3)
dilakukan  Latih secara spiritual:
 Memperagakan cara spiritual - Berdoa

- Sholat

 Masukkan dalam jadwal harian pasien


Setelah ......... pertemuan, pasien mampu: SP.5 (Tgl ......................................................)

 Evaluasi kegiatan yang lalu (SP.1, 2, 3 &


4)
 Latih patuh obat
 Minum obat secara teratur dengan
prinsip 5B
 Susun jadwal minum obat secara
teratur
PERENCANAAN
Tgl DX
Tujuan Kriteria Evaluasi Interview
1 2 3 4 5
 Masukkan dalam jadwal harian pasien
Keluarga mampu: Setelah ......... pertemuan, pasien mampu: SP.1 (Tgl ......................................................)

Merawat pasien dirumah  Menjelaskan penyebab, tanda/ gejala,  Identifikasi masalah yang dirasakan
akibat serta mampu memperagakan keluarga dalam merawat pasien
cara merawat.  Jelaskan tentang P-K dari:
 Penyebab
 Akibat
 Cara merawat
 Latih 2 cara merawat
 RTL keluarga/ jadwal untuk merawat
pasien
Setelah ......... pertemuan, pasien mampu: SP.2 (Tgl ....................................................)

 Menyebutkan kegiatan yang sudah  Evaluasi kegiatan yang lalu (SP.1)


dilakukan dan mampu merawat serta  Latih (simulasi) 2 cara lain untuk
dapat membuat RTL. merawat pasien
 Latih langsung ke pasien
 RTL keluarga/jadwal keluarga untuk
PERENCANAAN
Tgl DX
Tujuan Kriteria Evaluasi Interview
1 2 3 4 5
merawat pasien
Setelah ......... pertemuan, pasien mampu: SP.3 (Tgl .....................................................)

 Menyebutkan kegiatan yang sudah  Evaluasi kegiatan yang lalu (SP.1 & 2)
dilakukan dan mampu merawat serta  Latih langsung ke pasien
dapat membuat RTL.  RTL keluarga/ jadwal keluarga untuk
merawat pasien
Setelah ......... pertemuan, pasien mampu: SP.4 (Tgl ....................................................)

 Melaksanakan Follow Up dan rujukan  Evaluasi kegiatan yang lalu (SP.1 2, & 3)
serta mampu menyebutkan kegiatan  Latih langsung ke pasien
yang sudah dilakukan.  RTL keluarga
 Follow Up
 Rujukan
Setelah ......... pertemuan, pasien mampu: SP.2 (Tgl ....................................................)

 Menjelaskan.  Evaluasi kegiatan yang lalu (SP.1)


SP.3 (Tgl ....................................................)

 Evaluasi kegiatan yang lalu (SP.1 & 2)


PERENCANAAN
Tgl DX
Tujuan Kriteria Evaluasi Interview
1 2 3 4 5
SP.4 (Tgl ....................................................)

Evaluasi kegiatan yang lalu (SP.1 2, & 3)

SP.5 (Tgl .....................................................)

 Evaluasi kegiatan yang lalu (SP.1, 2, 3 &


4)
DAFTAR PUSTAKA

Candra, I Wayan, dkk. 2017. Modul Praktikum Jiwa Mahasiswa Semester V Prodi D-IV
Keperawatan Politeknik Kesehatan Denpasar. Denpasar : Jurusan Keperawatan
Poltekkes Denpasar
Direja, Ade Herman Surya. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Fitria, Nita. 2011. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) untuk 7 Diagnosis Keperawatan
Jiwa Berat bagi Program S-1 Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Keliat Budi Anna, 1996, Marah Akibat Penyakit yang Diderita, penerbit buku kedokteran
EGC ; Jakarta.
Keliat Budi Anna, 2002, Asuhan Keperawatan Perilaku Kekerasan, FIK, UI : Jakarta.
Muhith, Abdul. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa Teori dan Aplikasi. Yogyakarta : Andi
Pello, Agnes. 2017. Terapi Aktivitas Kelompok (Tak) Pada Pasien Dengan Resiko Perilaku
Kekerasan. Diunduh pada tanggal 1 Oktober 2018 dari:

https://www.academia.edu/35272180/TERAPI_AKTIVITAS_KELOMPOK_TAK_P
ADA_PASIEN_DENGAN_RESIKO_PERILAKU_KEKERASAN
Stuart, GW dan SJ Sundeen. 1995. Principles and Practice of Psychiatric Nursing. St Louis :
Mosby Year Book
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi 1.
Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Yusuf, Ah. dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Diunduh pada tanggal 13
September 2018 dari :
https://www.ners.unair.ac.id/materikuliah/buku%20ajar%20keperawatan
%20kesehatan%20jiwa.pdf

Anda mungkin juga menyukai