Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN RESIKO PERILAKU


KEKERASAN
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan Jiwa

Disusun Oleh :
ISSABELA YUMNA
P1337420119121
3A2 REGULER

DIPLOMA III KEPERAWATAN SEMARANG


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG
2022
A. Konsep Risiko Perilaku Kekerasan
1. Definisi
Perilaku kekerasan merupakan respon maladaptif dari marah,
apabila diungkapkan secara tidak tepat dapat menimbulkan permusuhan
dan agresi yang tidak mampu diungkapkan secara asertif, dapat
memanjang hingga respon yang paling maladaptif (Pangestika &
Rochmawati, 2016).
Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk ekspresi kemarahan
yang tidak sesuai dimana seseorang melakukan tindakan-tindakan yang
dapat membayangkan atau mencederai diri sendiri, orang lain bahkan
merusak lingkungan (Eko Prabowo ,2017).
Risiko perilaku kekerasan merupakan perilaku seseorang yang
menunjukan bahwa ia dapat membahayakan diri sendiri, orang lain atau
lingkungan, baik secara fisik, emosional, seksual, dan verbal. Sutejo,
(2017). Risiko perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana
seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik,
baik pada dirinya sendiri, maupun orang lain, disertai dengan amuk dan
gaduh gelisah yang tak terkontrol (Kusnadi, 2015).

2. Etiologi
Menurut Sutejo (2017) masalah risiko perilaku kekerasan disebabkan
adanya faktor predisposisi dan presipitasi yaitu sebagai berikut :
a. Faktor Predisposisi
1) Faktor Biologis
a) Teory dorongan naluri (Instictual drive theory)
Teori ini menyatakan bahwa risiko perilaku kekerasan
disebakan oleh suatu dorongan kebutuhan dasar yang kuat.
b) Teori Psikomatik (Psycomatic theory)
Pengalaman marah dapat diakibatkan oleh respon
psikologi terhadap stimulus eksternal maupun internal.
2) Faktor Psikologis
a) Teori agresif frustasi (Frustation aggression theory)
Klien mengalami kegagalan sehingga mengalami
harga diri rendah. Keadaan frustasi dapat mendorong individu
untuk berperilaku agresif karena perasaan frustasi akan
berkurang melalui perilaku kekerasan.
b) Teori Perilaku (Behavioral theory)
Kemarahan merupakan bagian dari proses belajar. Hal
ini dapat dicapai apabila tersedia fasilitas yang mendukung.
reinvorcement yang diterima saat melakukan kekerasan sering
menimbulkan kekerasan didalam maupun diluar rumah.
3) Faktor Sosioal Budaya
a) Latar belakang budaya
Budaya permissive: control social yang tidak pasti
terhadap perilaku kekerasan akan mencipatakan seolah-olah
perilaku kekerasan.
b) Agama dan keyakinan
Keluarga yang tidak solid antara nilai keyakinan dan
praktek, serta tidak kuat terhadap nilai-nilai baru yang rusak.
Keyakinan yang salah terhadap nilai dan kepercayaan tentang
marah dalam kehidupan. Seperti meyakini bahwa penyakit
merupakan hukuman dari Tuhan.
c) Keikutsertaan dalam politik
- Terlibat dalam politik yang tidak sehat.
- Tidak siap menerima kekalahan dalam pertarungan politik
d) Pengalaman sosial
- Sering mengalami kritikan yang mengarah pada
penghinaan.
- Kehilangan sesuatu yang dicintai (orang atau pekerjaan).
- Interaksi sosial yang provaktif dan konflik.
e) Peran sosial
- Jarang beradaptasi dan bersosialisasi.
- Perasaan tidak berarti di masyarakat.
- Perubahan status dari mandiri ketergantungan, pada
(lansia).
f) Adanya budaya atau norma yang menerima suatu ekspetasi
marah.
b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi merupakan pengaruh stressor yang
mencetuskan risiko perilaku kekerasan bagi setiap individu. Stressor
dapat disebabkan dari luar maupun dari dalam. Stressor yang berasal
dari luar dapat berupa serangan fisik, kehilangan, kematian dan lain-
lain. Stressor yang dari dalam dapat berupa, kehilangan keluarga atau
sahabat yang dicintai, ketakutan terhadap penyakit fisik, penyakit
dalam. .Selain itu, lingkungan yang kurang kondusif, seperti penuh
penghinaan, tindak kekerasan, dapat memicu risiko perilaku
kekerasan.

3. Mekanisme Koping
Menurut Halimah (2018) mekanisme koping adalah upaya
penyelesaian masalah secara langsung dan mekanisme pertahanan yang
digunakan untuk melindungi diri. Perawat perlu mempelajari mekanisme
koping yang sering digunakan secara umum, antara lain :
a. Sublimasi, yaitu menerima sasaran pengganti saat marah dengan
penyaluran ke aran lain. Misalnya klien melampiaskan kemarahannya
pada obyek lain seperti pukul bantal dengan tujuan untuk mengurangi
ketegangan akibat rasa marah.
b. Proyeksi, yaitu menyalahkan orang lain mengenai keinginannya yang
tidak baik. Misalnya klien yang menyangkal bahwa iya mempunyai
perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa
temannya tersebut mencoba merayu.
c. Represi, yaitu mencegah pikiran yang menyakitkan atau
membahayakan masuk kealam sadar. Misalnya klien benci pada orang
tuanya, tetapi menurut ajaran yang diterimanya sejak kecil bahwa
membenci orang tua merupakan hal yang durhaka, sehingga perasaan
benci itu mulai dihilangkan dan melupakannya.
d. Reaksi formasi, yaitu mencegah keinginan klien yang berbahaya bila
diekspresikan dengan perilaku yang berlawanan. Misalnya klien
tertarik pada teman suaminya, akan memperlakukan orang tersebut
dengan kasar.
e. Displacement, yaitu melepaskan perasaan tertekan dan melampiaskan
pada obyek yang tidak berbahaya. Misalnya klien menggambar di
dinding kamarnya dan mendapat hukuman dari ayahnya sehingga klien
marah dengan melapiaskan bermain robot dengan temannya.

4. Tanda dan Gejala


Menurut Azizah, Zainuri, & Akbar (2016) perawat dapat mengidentifikasi
dan mengobservasi tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan:
a. Fisik
1) Muka merah dan tegang
2) Mata melotot atau pandangan tajam
3) Tangan mengepal
4) Rahang mengatup dengan kuat
5) Postur tubuh kaku
6) Jalan mondar-mandir
b. Verbal
1) Bicara kasar
2) Suara tinggi, membentak atau berteriak
3) Mengancam secara verbal atau fisik
4) Mengumpat dengan kata-kata kotor
5) Ketus
c. Perilaku
1) Melempar atau memukul benda/orang lain
2) Menyerang orang lain
3) Melukai diri sendiri/orang lain
4) Merusak lingkungan
5) Amuk atau agresif
d. Emosi
Tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam dan jengkel,
bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi dan menyalahkan.
e. Intelektual
Cerewet, kasar, berdebat, dan suka meremehkan.
f. Spiritual
Merasa berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang lain,
menyinggung perasaan orang lain
g. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran.
h. Perhatian
Bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual.

5. Rentang respon
Kemarahan yang tidak dilampiaskan akan mempersulit diri sendiri
dan menganggu hubungan interpersonal, mengungkapkan kemarahan
sangat wajar dan akan melegakan individu sehingga membantu orang lain
untuk mengerti perasaan yang sebenarnya (Stuart dan Sundeen dalam
Muhith, 2015). Perasaan marah normal bagi tiap individu, namun perilaku
yang dimanifestasikan oleh perasaan marah dapat berpengaruh dengan
rentang respon adaptif dan maladaptif (Muhith, 2015).

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Perilaku


Kekerasan
Gambar 2.1 Rentang Respon Marah (Keliat dalam Muhith, 2015).
Kegagalan yang menimbulkan frustasi dapat menimbulkan respon
pasif dan melarikan diri atau respon melawan dan menentang sampai
respon maladaptive yaitu agresif kekerasan.
a. Asertif: Mengungkapkan marah tanpa menyakiti, melukai perasaan,
dan tanpa merendahkan harga diri orang lain.
b. Frustasi: Respon yang timbul akibat gagal mencapai tujuan atau
keinginan
c. Pasif: Respon dimana individu tidak mampu mengungkapkan
perasaan yang dialami, tidak berani mengungkapkan
keinginan dan pendapat sendiri, tidak ingin konflik karena
takut akan tidak disukai atau menyakiti perasaan orang.
d. Agresif: Sikap membela diri dengan cara melanggar hak milik
orang lain.
e. Kekerasan: Sering juga disebut dengan gaduh gelisah atau amuk.
6. Pohon Masalah
Dibawah ini merupakan pohon masalah dari masalah keperawatan yang
muncul pada klien dengan risiko perilaku kekerasan.

Risiko perilaku kekerasan (pada


diri sendiri, orang lain,
lingkungan, dan verbal)

Effect

Risiko Perilaku Kekerasan

Core Problem

Harga Diri Rendah Halusinasi Koping maladaptif

Causa causa causa

Isolasi sosial

Causa

(Keliat & Akemat 2010)


Gambar 2.2 Pohon Masalah
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien yang mengalami risiko
perilaku kekerasan dapat dilakukan dengan menggunakan terapi secara
farmakologi dan non farmakologi sebagai berikut:
a. Terapi Farmakologi
Secara umum, terapi farmakologi dibagi menjadi tiga tahap yakni
terapi akut, terapi stabilisasi dan terapi pemeliharaan. Terapi akut
dilakukan pada tujuh hari pertama dengan tujuan mengurangi agitasi,
agresi, ansietas. Benzodiazepin biasanya digunakan dalam terapi akut.
Penggunaan benzodiazepin akan mengurangi dosis penggunaan obat
antipsikotik. Terapi stabilisasi dimulai pada minggu kedua atau ketiga
yang bertujuan untuk meningkatkan sosialisasi serta perbaikan
kebiasaan dan perasaan dengan obat-obat antipsikotik. Terapi
pemeliharaan bertujuan untuk mencegah kekambuhan antara lain obat
klozapin (Priyanto B & Imam permana, 2019)
b. Terapi Non Farmakologi
Terapi non farmakologi lebih aman digunakan karena tidak
menimbulkan efek samping seperti obat-obatan, karena terapi
nonfarmakologi menggunakan proses fisiologis. Pilihan pendekatan
dan intervensi psikososial didasarkan pada kebutuhan pasien sesuai
dengan keparahan penyakitnya.(Priyanto B & Imam permana, 2019).

B. Asuhan Keperawatan pada Klien Risiko Perilaku Kekerasan


1. Pengkajian

a. Identitas klien
Tanyakan nama,umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan, pendidikan,
alamat, suku bangsa. Identitas penanggung jawab meliputi nama, umur,
pendidikan, pekerjaan, alamat, suku bangsa, agama, hubungan dengan
klien.
b. Alasan masuk
Tanyakan kepada keluarga :
1) Apa alasannya kenapa klien dibawa kerumah sakit jiwa?
2) Bagaimana perilaku klien kenapa di bawa kerumah sakit jiwa?
3) Sudah berapa kali klien melakukan risiko perilaku kekerasan
selama di rumah atau di lingkungan?
4) Sejak kapan klien melakukan tindakan risiko perilaku kekerasan?
c. Faktor Predisposisi
1). adakah anggota keluarga lainnya yang mengalami gangguan jiwa?

Faktor presipitasi

1) Apakah klien pernah mengalami tindakan yang tidak menyenangkan


pada masa lalu?
d. Pemeriksaan Fisik
Pengkajian fisik difokuskan pada pasien dan fungsi organ.
1) Observasi tanda-tanda vital
2) Kaji pengukuran tinggi dan berat badan
3) Tanyakan apakah ada keluhan fisik yang dirasakan oleh pasien.
4) Lakukan pengkajian lebih lanjut sistem dan jelaskan sesuai dengan
keluhan yang ada.
5) Dokumentasikan masalah keperawatan, tulis sesuai dengan data yang
ada.
e. Psikososial
1) Genogram
a) Buatlah genogram yang menggambarkan hubungan klien dan
keluarga.
2) Konsep Diri
a) Gambaran Diri
Tanyakan persepsi pasien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang
disukai dan tidak disukai.
b) Identitas Diri
Tanyakan kepuasan pasien terhadap statusnya sebagai laki-laki atau
perempuan.
c) Peran
Tanyakan tugas atau peran yang diemban dalam keluarga atau
masyarakat.
d) Ideal Diri

(1) Tanyakan harapan pasien terhadap lingkungan (keluarga,


tempat kerja dan masyarakat)
(2) Tanyakan harapan pasien terhadap penyakitnya

e) Harga Diri
Tanyakan hubungan pasien dengan orang lain sesuai dengan
kondisi gambaran diri, identitas diri, peran dan ideal diri
3) Hubungan Sosial
a) Tanyakan pada pasien siapa orang yang berarti dalam kehidupannya,
dan tempat bicara.
b) Tanyakan kepada pasien, kelompok apa saja yang diikuti dalam
masyarakat.
4) Spiritual
a) Nilai dan keyakinan

(1) Tanyakan pandangan dan keyakinan agama yang dianut.


(2) Tanyakan pandangan masyarakat setempat tentang gangguan jiwa.

b) Kegiatan Ibadah

(1) Tanyakan pendapat pasien atau keluarga tentang kegiatan ibadah


(2) Dokumentasikan masalah keperawatan, tulis sesuai dengan data

f. Status mental
Hal-hal yang perlu dikaji pada status mental, antara lain :
1) Penampilan
Data ini didapatkan melalui hasil observasi perawat atau keluarga :
a) Penggunaan pakaian tidak sesuai misalnya, pakaian dalam dipakai
di luar, kancing baju tidak tepat.
b) Dokumentasikan masalah keperawatan, tulis sesuai dengan data.
2) Pembicaraan
a) Amati cara bicara klien (cepat, keras, gagap, membisu, lambat atau
inkoheren).
b) Dokumentasikan masalah keperawatan, tulis sesuai dengan data.
3) Aktivitas motorik
Hal-hal yang perlu diobservasi, antara lain :
a) Lesu, tegang, atau gelisah
b) Agitasi, gerakan motorik yang menunjukkan kegelisahan
c) Tik, yaitu gerakan kecil pada otot muka yang tidak terkontrol
d) Grimasen, yaitu gerakan otot muka yang berubah-ubah
e) Tremor, yaitu lengan atau jari-jari tangan gemetar
f) Kompulsif, yaitu kegiatan yang dilakukan berulang-ulang,
misalnya berulang kali mencucui tangan
g) Dokumentasikan masalah keperawatan, tulis sesuai dengan data
4) Alam perasaan
Hal-hal yang perlu diobservasi, antara lain :
a) Sedih dan gembira yang berlebihan
b) Ekspresi ketakutan pada pasien
c) Kecemasan klien karena penyebab yang belum jelas
d) Dokumentasikan masalah keperawatan, tulis sesuai data
5) Afek
Hal-hal yang perlu diobservasi, antara lain :
a) Datar, tidak ada perubahan raut muka saat ada rangsangan
menyenangkan atau menyedihkan
b) Tumpul, hanya bereaksi bila ada rangsangan emosi yang kuat
c) Labil, emosi cepat berubah-ubah
d) Tidak sesuai, bertentangan dengan rangsangan yang ada
e) Dokumentasikan masalah keperawatan, tulis sesuai dengan data
6) Interaksi selama wawancara
Hal-hal yang perlu diobservasi, antara lain :
a) Tidak kooperatif dan mudah tersinggung
b) Tidak mau menatap mata lawan bicara
c) Defensif, selalu berusaha mempertahankan pendapatnya sendiri
d) Curiga, menunjukkan sikap tidak percaya pada orang lain
e) Dokumentasikan masalah keperawatan, tulis sesuai dengan data
7) Persepsi
a) Menjelaskan,tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan dan
bagaimana cara menanganinya
b) Dokumentasikan masalah keperawatan, tulis sesuai dengan data
8) Proses pikir
Hal-hal yang perlu diobservasi, antara lain :
a) Sirkumtansial, pembicaraan berbelit-belit, namun sampai pada
tujuan
b) Tangensial, pembicaraan berbelit-belit, dan tidak sampai pada
tujuan
c) Flight of ideas, pembicaraan melompat dari satu topik ke topik
lainnya, tidak berurutan
d) Blocking, pembicaraan terhenti tiba-tiba tanpa gangguan dari luar
lalu dilanjutkan kembali
e) Kehilangan asosiasi, pembicaraan tidak ada hubungan antara satu
kalimat dan kalimat lainnya dan pasien tidak menyadarinya
f) Perseverasi, pembicaraan diulang-ulang
g) Dokumentasikan masalah keperawatan, tulis sesui dengan data.
9) Isi pikir
Hal-hal yang perlu diobservasi, antara lain :
a) Obsesi, pikiran yang selalu muncul walaupun pasien berusaha
menghilangkannya
b) Fobia, ketakutan pada objek tertentu
c) Hipokondria, keyakinan adanya gangguan organ dalam tubuh yang
sebenarnya tidak ada
d) Depersonalisasi, perasaan pasien yang asing terhadap diri sendiri,
orang atau lingkungan
e) Ide yang terkait, keyakinan pasien pada kejadian yang terjadi di
lingkungan yang bermakna dan terkait dengan dirinya
f) Pikiran magis, keyakinan pasien tentang kemampuannya
melakukan hal-hal yang mustahil
g) Waham
(1)Agama, pasien meyakini agama secara berlebihan dan
diucapkan berulang-ulang, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan
(2)Somatik, pasien meyakini tentang keadaan tubuhnya dan
dilaksanakan secara berulang yang tidak sesuai dengan
kenyataan
(3)Kebesaran, pasien berbicara berlebihan terhadap
kemampuannya yang tidak sesuai dengan kenyataan
(4)Curiga, pasien memiliki keyakinan ada seseorang yang berusaha
mencederai dirinya yang disampaikan secara berulang
(5)Nihilistik, pasien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia
atau sudah meninggal.
10) Tingkat kesadaran
a) Konfusi atau bingung, klien terlihat bingung
b) Sedasi, klien mengatakan merasa melayang-layang antara sadar
dan tidak sadar
c) Stupor, gangguan motorik tetapi klien mengerti semua yang
terjadi di lingkungannya
d) Tanyakan pada klien mengenai waktu saat ini, tempat dan orang
yang sering berinteraksi dengan klien
e) Dokumentasikan masalah keperawatan, tulis sesuai dengan data
11) Memori
a) Tanyakan pada klien tentang kejadian yang baru saja terjadi
b) Tanyakan pada klien tentang pengalaman yang terjadi di minggu
terakhir
c) Tanyakan pada klien tentang pengalaman yang terjadi lebih dari
satu bulan
d) Konfabulasi, klien menceritakan hal yang tidak benar untuk
menutupi gangguan daya ingatnya
e) Dokumentasikan masalah keperawatan, tulis sesuai dengan data
12) Tingkat konsentrasi dan berhitung
Hal-hal yang perlu diobservasi, antara lain :
a) Mudah dialihkan, perhatian klien mudah berganti dari satu objek
ke objek lainnya
b) Tidak mampu berkonsentrasi, klien selalu minta agar pertanyaan
diulang atau tidak dapat menjelaskan kembali pembicaraan
c) Tidak mampu berhitung, klien tidak dapat melakukan
penjumlahan atau pengurangan
d) Dokumentasikan masalah keperawatan, tulis sesuai dengan data
13) Daya tilik diri
a) Tanyakan Apakah klien mengingkari penyakit yang diderita, yatu
ketika klien tidak menyadari gejala penyakit pada dirinya dan
merasa tidak perlu pertolongan
b) Tanyakan apakah klien kerap menyalahkan orang lain atau
lingkungan terkait dengan kondisinya saat ini
c) Dokumentasikan masalah keperawatan, tulis sesuai dengan data.
2. Diagnosa Keperawatan

a. Risiko perilaku kekerasan


b. Halusinasi pendengaran dan penglihatan
c. Isolasi sosial
d. Harga diri rendah

3. Rencana Keperawatan

a. Diagnosa : Risiko Perilaku Kekerasan.

b.Tujuan dan Kriteria Hasil


1).Klien mampu mengidentifikasi penyebab, tanda dan gejala risiko
perilaku kekerasan.

2) Klien mampu mengontrol risiko perilaku kekerasan dengan cara


fisik.
3) Klien mampu mengontrol risiko perilaku kekerasan dengan cara
minum obat secara teratur.

4) Klien mampu mengontrol risiko perilaku kekerasan dengan cara


verbal atau bicara baik-baik.
5) Klien mampu mengontrol risiko perilaku kekerasan dengan cara
spiritual.
c. Intervensi:
a) Bina hubungan saling percaya

Tindakan yang harus perawat lakukan dalam rangka membina


hubungan saling percaya adalah :

(1) Mengucapkan salam


(2) Berjabat tangan
(3) Menjelaskan tujuan interaksi
(4) Membuat topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien

b) Diskusikan dengan klien tentang penyebab, akibat, tanda dan gejala


resiko perilaku kekerasan

c) Diskusikan dengan klien cara menangani risiko perilaku kekerasan


dengan cara sebagai berikut :

Intervensi keperawatan untuk klien

1) SP 1 Klien: Membina hubungan saling percaya, identifikasi


perasaan marah, tanda dan gejala yang dirasakan, risiko perilaku
kekerasan yang dilakukan, akibatnya serta mengontrol secara
fisik.
2) SP 2 Klien: Latihan mengontrol risiko perilaku kekerasan secara
fisik 1 dan 2 dengan cara:
a) Latih cara fisik ke-1: tarik nafas dalam
b) Latih cara fisik ke-2: pukul kasur dan bantal.
c) Susun jadwal latihan kegiatan harian cara kedua.
3) SP 3 Klien : Latihan mengontrol risiko perilaku kekerasan
dengan meminum obat.
a) Melatih klien minum obat secara teratur (prinsip 5 benar :
nama klien, nama obat, cara minum obat, waktu minum obat,
dan dosis obat).
b) Mendiskusikan manfaat minum obat dan kerugian tidak
minum obat dengan klien.
c) Melatih klien memasukkan kegiatan minum obat secara teratur
kedalam jadwal kegiatan harian.
4) SP 4 Klien: Latihan mengontrol risiko perilaku kekerasan secara
verbal atau bicara baik-baik
a) Latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak
dan meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan
baik.
b) Melatih klien memasukkan kegiatan verbal kedalam jadwal
kegiatan harian.
5) SP 5 Klien: Latihan mengontrol risiko perilaku kekerasan dengan
cara spiritual
a) Menjelaskan cara mengontrol risiko perilaku kekerasan
dengan spiritual
b) Latihan beribadah atau berdoa
c) Susun jadwal kegiatan spiritual secara teratur kedalam jadwal
harian.
Intervensi keperawatan untuk keluarga
1) SP 1 Keluarga: memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang
cara merawat klien risiko perilaku kekerasan di rumah, dengan
cara:
a) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat
klien.
b) Diskusikan bersama keluarga tentang risiko perilaku
kekerasan (penyebab, tanda dan gejala, perilaku yang muncul
dan akibat dari perilaku tersebut).
c) Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi klien yang
perlu segera dilaporkan kepada perawat, seperti berteriak dan
marah.
2) SP 2 Keluarga : melatih keluarga melakukan cara-cara
mengontrol kemarahan.
a) Evaluasi pengetahuan keluarga tentang marah.
b) Anjurkan keluarga untuk memotivasi klien melakukan
tindakan yang telah diajarkan oleh perawat.
c) Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada klien bila
klien dapat melakukan kegiatan tersebut secara tepat.
d) Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus dilakukan
bila klien menunjukkan gejala-gejala risiko perilaku
kekerasan.
3) SP 3 Keluarga : membuat perencanaan pulang bersama keluarga

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan dilakukan sesuai dengan yang telah
direncanakan pada intervensi.

5. Evaluasi Keperawatan (Catatan Perkembangan)

a. Klien :
1).Apakah klien mampu mengidentifikasi penyebab, tanda dan
gejala risiko perilaku kekerasan ?

2) Apakah klien mampu mengontrol risiko perilaku kekerasan


dengan cara fisik ?

3) Apakah klien mampu mengontrol risiko perilaku kekerasan


dengan cara minum obat secara teratur ?

4) Apakah klien mampu mengontrol risiko perilaku kekerasan


dengan cara verbal atau bicara baik-baik ?
5) Apakah klien mampu mengontrol risiko perilaku kekerasan
dengan cara spiritual ?
b. Keluarga :

1) Apakah keluarga mampu menyebutkan pengertian risiko


perilaku kekerasan , tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan,
dan proses terjadi risiko perilaku kekerasan yang dialami klien?
2) Apakah keluarga mampu memperagakan cara merawat klien
dengan risiko perilaku kekerasan langsung di hadapan klien ?
3) Apakah keluarga dapat memantau aktivitas klien (termasuk
minum obat) sesuai jadwal aktivitas.
DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti, Mukhripah dan Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung :


Refika Aditama.
Eko Prabowo. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Fitria, Nita. (2009). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan. Jakarta : Salemba Medika.
Herman, Ade. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha
Medika.
Kusumawati, Farida dan Yudi Hartono. (2010). Buku Ajaran Keperawatan Jiwa.
Jakarta : Salemba Medika.
Mukhripah Damaiyanti. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Samarinda: Refka
Aditama.
Nuraenah. (2012). Hubungan Dukungan Keluarga dan Beban Keluarga dalam
Merawat Anggota dengan Riwayat Perilaku Kekerasan di RS. Jiwa Islam
Klender Jakarta Timur, 29-37.
Sari, K. (2015). Panduan Lengkap Praktik Klinik Keperawatan Jiwa. Jakarta: Trans
Info Media.

Anda mungkin juga menyukai