Anda di halaman 1dari 68

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PERILAKU KEKERASAN

Dosen Pembimbing :
Amar Akbar, S.Kep.Ns., M.Kes

Disusun Oleh :

1. Phika Pricilia lepith 2022132534


2. Devi Ayu Febrilia 2022132535
3. Khori Aini Sha' Diyah 2022132536
4. Dilla Najmi Amelia 2022132679
5. Hendra Saputra Wahyu 2022132572

UNIVERSITAS BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO


TAHUN AJARAN 2022/2023
1. DEFINISI PERILAKU KEKERASAN
Perilaku kekerasan merupakan respons terhadap stresor yang dihadapi oleh
seseorang, yang ditunjukkan dengan perilaku aktual melakukan kekerasan,baik
pada diri sendiri maupun orang lain,secara verbal maupun non verbal,bertujuan
untuk melukai orang secara fisik maupun psikologis (Berkowitz, 2000). Perilaku
kekerasan merupakan salah satu respons marah yang diekspresikan dengan
melakukan ancaman, mencederai orang lain, dan atau merusak lingkungan.
Respons ini dapat menimbulkan kerugian baik pada diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan.

Kemarahan adalah suatu perasaan atau emosi yang timbul sebagai reaksi
terhadap kecemasan yang meningkat dan dirasakan sebagai ancaman.
Pengungkapan marah yang konstruktif dapat membuat perasaan lega. Perilaku
kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan definisi ini maka
perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal dan fisik. Sedangkan marah tidak
harus memiliki tujuan khusus. Marah lebih merujuk kepada suatu perangkat
perasaan-perasaan tertentu yang biasa disebut dengan perasaan marah. Dengan kata
lain kemarahan adalah perasaan jengkel yang muncul sebagai respon terhadap
kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman oleh individu (Sujono,2009).

Perilaku kekerasan dianggap sebagai suatu akibat yang ekstrim dari marah atau
ketakutan (panik). Perilaku agresif dan perilaku kekerasan itu sendiri sering
dipandang sebagai suatu rentang, dimana agresif verbal disuatu sisi dan perilaku
kekerasan (violence) di sisi lain. (Yosep, 2007). Perilaku kekerasan adalah suatu
bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun
psikologis dan dapat membahayakan klien sendiri, lingkungan termasuk orang lain
dan barang- barang Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk, yaitu saat
sedang berlangsung perilaku kekerasan atau riwayat perilaku kekerasan.

2. FUNGSI MARAH
1) Energizing function/anger energizer behaviour.
Menambah atau meningkatkan tenaga seseorang, misalnya orang yang
mengamuk pada umumnya tenaganya sangat kuat.
2) Expressive function.
Ekspresi kemarahan yang terbuka menandakan hubungan yang sehat. Misalnya:
ekspresi perasaan kecewa/tidak puas akan diperlihatkan dengan kemarahan.
3) Self promotion function
Kemarahan dapat dipakai untuk memproyeksikan konsep diri yang positif/untuk
meningkatkan harga diri. Misalnya: orang akan marah karena merasa dihina.
4) Defensive function.
Kemarahan merupakan pertahanan ego dalam menanggapi kecemasan yang
meninggi, karena konflik eksternal, misalnya: seseorang melampiaskan
kemarahannya, kemudian setelah terlampiaskan orang tersebut akan merasa
lega.
5) Potentiating function.
Kemarahan dapat meningkatkan kemampuan, misalnya: orang yang merasa
dihina kemudian berusaha meningkatkan kemampuannya dalam berbagai segi,
misalnya: orang yang bersaing tidak sehat.
6) Discriminative function.
Membedakan seseorang dalam berbagai keadaan alam perasaan, misalnya:
gembira, sedih, jengkel dan sebagainya.

3. PROSES TERJADINYA MASALAH


a. Rentang Respon Marah
Perilaku kekerasan merupakan suatu rentang emosi dan ungkapan kemarahan
yang di manifestasikan dalam bentuk fisik. Kemarahan tersebut merupakan
suatu bentuk komunikasi dan proses penyampaian pesan dari individu. Orang
yang mengalami kemarahan sebenarnya ingin menyampaikan pesan bahwa “ ia”
tidak setuju, tersinggung, merasa tidak di anggap, merasa tidak di turut atau
diremehkan”. Rentang respon kemarahan individu di mulai dari respon normal
(assertif) sampai pada respon yang tidak normal (maladaptif).

Respons
respon
Adaptif
maladaptif

Asertif frustasi pasif agresif


perilaku
Keke
rasan
Keterangan:
Kegagalan yang menimbulkan frustasi dapat menimbulkan respon pasif dan
melarikan diri/respon melawan dan menentang sampai respon maladaptif yaitu
agresif –kekerasan.
(a) Asertif: Individu dapat mengungkapkan marah tanpa menyalahkan
orang lain dan memberikan orang lain dan ketenangan .
(b) Frustasi: Individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah dan tidak
dapat menemukan alternative.
(c) Pasif: Perilaku dimana seseorang tidak mampu mengungkapkan
perasaan sebagai suatu usaha dalam mempertahankan haknya.
(d) Agresif: Memperlihatkan permusuhan, keras dan menuntut, mendekati
orang lain dengan ancaman memberi kata-kata ancaman tanpa niat
melukai orang lain. Umumnya klien masih dapat mengontrol perilaku
untuk tidak melukai orang lain. e) Kekerasan: Sering juga disebut
dengan gaduh gelisah atau amuk. Prilaku kekerasan ditandai dengan
menyentuh orang lain secara menakutkan, memberi kata-kata ancaman
melukai disertai melukai pada tingkat ringan, dan yang paling berat
adalah melukai/merusak secara serius. Klien tidak mampu
mengendalikan diri atau hilang kontrol.
b. Faktor-Faktor Terjadinya Perilaku Kekerasan
1. Faktor Predisposisi
A. Factor biologis
(a) Neurologic factor
Beragam komponen dari sistem syaraf seperti synap,
neurotransmitter, dendrite, axon terminalis mempunyai peran
memfasilitasi atau menghambat rangsangan dan pesan-pesan yang
mempengaruhi sifat agresif. Sistem limbic sangat terlibat dalam
menstimulasi timbulnya perilaku bermusuhan dan respons agresif.
(b) Faktor Genetik
Adanya faktor gen yang diturunkan melalui orang tua, menjadi
potensi perilaku agresif.
(c) Faktor Biokimia
Faktor biokimia tubuh seperti neurotransmitter di otak (epinephrin,
norepinephrin, dopamin, asetilkolin, dan serotonin). Peningkatan
hormone androgen dan norepinephrin serta penurunan serotonin dan
GABA pada cairan cerebrospinal vertebra dapat menjadi factor
predisposisi terjadinya perilaku agresif.
(d) Instinctual drive theory (teori dorongan naluri)
Teori ini menyatakan bahwa perilaku kekerasan disebabkan oleh
suatu dorongan kebutuhan dasar yang kuat.
B. Factor psikologis
(a) Teori Psikoanalisa;
Agresivitas dan kekerasan dapat dipengaruhi oleh riwayat tumbuh
kembang seseorang (life span hystori). Teori ini menjelaskan bahwa
adanya ketidakpuasan fase oral antara usia 0-2 tahun dimana anak
tidak mendapat kasih saying dan pemenuhan kebutuhan air susu yang
cukup cenderung mengembangkan sikap agresif dan bermusuhan
setelah dewasa sebagai kompensasi adanya ketidakpercayaan pada
lingkungan.
(b) Imitation, modeling, and information processing theory
Menurut teori ini perilaku kekerasan biasa berkembang dalam
lingkungan yang monolelir kekerasan. Adanya contoh, model dan
perilaku yang ditiru dari media atau lingkungan sekitar
memungkinkan individu meniru perilaku tersebut.
(c) Learning theory
Perilaku kekerasan merupakan hasil belajar individu terhadap
lingkungan terdekatnya. Ia mengamati bagaimana respons ayah saat
menerima kekecewaan dan mengamati bagaimana respons ibu saat
marah atau sebaliknya. Ia juga belajar bahwa agresivitas lingkungan
sekitar menjadi peduli, bertanya, menanggapi, dan menganggap
bahwa dirinya eksis dan patut untuk diperhitungkan.
(d) Existensi theory (teori eksistensi)
Bertindak sesuai perilaku adalah kebutuhan dasar manusia apabila
kebutuhan tersebut tidak dapat di penuhi melalui perilaku konstruksi
maka individu akan memenuhi kebutuhan melalui perilaku destruktif.
C. Factor social cultural
(a) Social environment theory (theory lingkungan)
Lingkungan social akan mempengaruhi sikap individu dalam
mengekspresikan marah.budaya tertutup dan membalas secara diam
(pasif agresif) dan control social yang tidak pasti terhadap perilaku
kekerasan akan menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan
diterima.
(b) Social learning theory (theory balajar social)
Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung maupun melalui
proses sosialisasi.

2. Faktor Presipitasi
Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan seringkali
berkaitan dengan:
1) Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau symbol solidaritas
seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah,
perkelahian massal dan sebagainya.
2) Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi social
ekonomi.
3) Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak
kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
4) Ketidaksiapan membiasakan dialog untuk memecahkan masalah
cenderung melakukan seorang ibu dalam merawat anaknya dan
ketidakmampuan menempatkan dirinya sebagai seorang dewasa.
5) Adanya riwayat perilaku anti social meliputi penyalahgunaan obat,
alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat
menghadapi rasa frustasi.
6) Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan,
perubahan tahap perkembangan keluarga.

3. Penilaian terhadap stressor


Penilaian stessor melibatkan makna dan pemahaman dampak dari situasi
stres bagi individu. itu mencakup kognitif, afektif, fisiologis, perilaku, dan
respon sosial. Penilaian adalah evaluasi tentang pentingnya sebuah peristiwa
dalam kaitannya dengan kesejahteraan seseorang. Stressor mengasumsikan
makna, intensitas, dan pentingnya sebagai konsekuensi dari interpretasi yang
unik dan makna yang diberikan kepada orang yang berisiko (Stuart &
Laraia, 2005).

Respon perilaku adalah hasil dari respons emosional dan fisiologis, serta
analisis kognitif seseorang tentang situasi stres.  Caplan (1981, dalam Stuart
& Laraia, 2005) menggambarkan empat fase dari respon perilaku individu
untuk menghadapi stress, yaitu:
1) Perilaku yang mengubah lingkungan stres atau memungkinkan individu
untuk melarikan diri dari itu.
2) Perilaku yang memungkinkan individu untuk mengubah keadaan
eksternal dan setelah mereka.
3) Perilaku intrapsikis yang berfungsi untuk mempertahankan rangsangan
emosional yang tidak menyenangkan.
4) Perilaku intrapsikis yang membantu  untuk berdamai dengan masalah
dan gejala sisa dengan penyesuaian internal.

4. Sumber koping
Menurut Stuart & Laraia (2005), sumber koping dapat berupa aset ekonomi,
kemampuan dan keterampilan, teknik defensif, dukungan sosial, dan
motivasi. Hubungan antara individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
sangat berperan penting pada saat ini. Sumber koping lainnya termasuk
kesehatan dan energi, dukungan spiritual, keyakinan positif, keterampilan
menyelesaikan masalah dan sosial, sumber daya sosial dan material, dan
kesejahteraan fisik.

Keyakinan spiritual dan melihat diri positif dapat berfungsi sebagai dasar
harapan dan dapat mempertahankan usaha seseorang mengatasi hal yang
paling buruk. Keterampilan pemecahan masalah termasuk kemampuan untuk
mencari informasi, mengidentifikasi masalah, menimbang alternatif, dan
melaksanakan rencana tindakan. keterampilan sosial memfasilitasi
penyelesaian masalah yang melibatkan orang lain, meningkatkan
kemungkinan untuk mendapatkan kerjasama dan dukungan dari orang lain,
dan memberikan kontrol sosial individu yang lebih besar. akhirnya, aset
materi berupa barang dan jasa yang bisa dibeli dengan uang.

5. Mekanisme koping
Menurut Stuart & Laraia (2005), mekanisme koping yang dipakai pada klien
marah untuk melindungi diri antara lain:
1) Sublimasi, yaitu menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya di
mata masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan
penyalurannya secara normal. Misalnya seseorang yang sedang marah
melampiaskan kemarahannya pada obyek lain seperti meremas adonan
kue, meninju tembok dan sebagainya, tujuannya adalah untuk
mengurangi ketegangan akibat rasa marah.
2) Proyeksi, yaitu menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau
keinginannya yang tidak baik. Misalnya seseorang wanita muda yang
menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan seksual terhadap rekan
sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya tersebut mencoba
merayu, mencumbunya.
3) Represi, yaitu mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan
masuk ke alam sadar. Misalnya seseorang anak yang sangat benci pada
orang tuanya yang tidak disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau
didikan yang diterimanya sejak kecil bahwa membenci orang tua
merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh Tuhan, sehingga
perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya ia dapat melupakannya.
4) Reaksi formasi, yaitu mencegah keinginan yang berbahaya bila
diekspresikan, dengan melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang
berlawanan dan menggunakannya sebagai rintangan. Misalnya seorang
yang tertarik pada teman suaminya, akan memperlakukan orang tersebut
dengan kasar.
5) Displacement, yaitu melepaskan perasaan yang tertekan biasanya
bermusuhan, pada obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada
mulanya yang membangkitkan emosi itu. Misalnya anak berusia 4 tahun
marah karena ia baru saja mendapat hukuman dari ibunya karena
menggambar di dinding kamarnya. Dia mulai bermain perang-perangan
dengan temannya.

4. PATHWAY

Ancaman terhadap kebutuhan


stres

cemas

Mengungkapkan secara verbal


Merasa kuat Merasa tidak kuat
( HDR )

menantang Menjaga kebutuhan


orang lain Menarik diri

Masalah tidak
lega Mengingkari
selesai
marah

Masalah Ketegangan menurun


berkepanjangan Marah tidak
terungkap

Rasa marah teratasi

Marah pada diri


sendiri

Muncul rasa Marah pada


permusuhan orang lain
Depresi
( psikosomatik )

Rasa Agresif /
bermusuhan amuk
menahun

5. TANDA DAN GEJALA


Perawat dapat mengidentifikasi dan mengobservasi tanda dan gejala perilaku
kekerasan:
1) Fisik
a. Muka merah dan tegang
b. Mata melotot/pandangan tajam
c. Tangan mengepal
d. Rahang mengatup
e. Wajah memerah dan tegang
f. Postur tubuh kaku
g. Pandangan tajam
h. Mengatupkan rahang dengan kuat
i. Mengepalkan tangan
j. Jalan mondar-mandir
2) Verbal
a. Bicara kasar
b. Suara tinggi, membentak atau berteriak
c. Mengancam secara verbal atau fisik
d. Mengumpat dengan kata-kata kotor
e. Suara keras
f. Ketus
3) Perilaku
a. Melempar atau memukul benda/orang lain
b. Menyerang orang lain
c. Melukai diri sendiri/orang lain
d. Merusak lingkungan
e. Amuk/agresif
4) Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam dan jengkel,
tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan, dan
menuntut.
5) Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, sarkasme.
6) Spiritual
Perasaan orang lain, tidak peduli dan kasar.
7) Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran
8) Perhatian
Bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PERILAKU KEKERASAN

A. Pengkajian
Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri
dari pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data yang
dikumpulkan melalui data biologis , psikologis, social dan spiritual. (Keliat, Budi
Ana, 1998: 3).
1) Identitas klien
Melakukan perkenalan BHSP dan kontrak dengan klien tentang: nama
mahasiswa, nama panggilan, lalu dilanjut melakuka pengkajian dengan nama
klien, nama panggilan klien, tujuan, waktu, tempat pertemuan, topik yang akan
dibicarakan. Tanyakan dan catat usia klien dan No RM, tanggal pengkajian dan
sumber data yang didapat.
2) Alasan masuk
Penyebabkan klien atau keluarga datang, apa yang menyebabkan klien
melakukan kekerasan, apa yang klien lakukan dirumah, apa yang sudah
dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah.
3) Faktor predisposisi
Menanyakan apakah keluarga mengalami gangguan jiwa, bagaimana hasil
pengobatan sebelumnya, apakah pernah melakukan atau mengalami
penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam
keluarga, dan tindakan kriminal. Menanyakan kepada klien dan keluarga
apakah ada yang mengalami gangguan jiwa, menanyakan kepada klien tentang
pengalaman yang tidak menyenangkan. Pada klien dengan perilaku kekerasan
faktor predisposisi, faktor presipitasi klien dari pengalaman masa lalu yang
tidak menyenangkan, adanya riwayat anggota keluarga yang gangguan jiwa dan
adanya riwayat penganiayaan.
4) Pemeriksaan fisik
Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan, dan tanyakan apakah
ada keluhan fisik yang dirasakan klien. Pada klien dengan perilaku kekerasan
tekanan darah meningkat, RR meningkat, nafas dangkat, muka memerah, tonus
otot meningkat, dan dilatasi pupil.
5) Psikososial
a. Genogram
Genogram menggambarkan klien dengan keluarga, dilihat dari pola
komunikasi, pengambilan keputusan, dan pola asuh. Pada klien perilaku
kekerasan perlu dikaji pola asuh keluarga dalam menghadapi klien.
b. Konsep diri
a. Gambaran diri
Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang
disukai, reaksi klien terhadap bagian tubuh yang tidak disukai dan
bagian yang disukai. Klien dengan perilaku kekerasan mengenai
gambaran dirinya ialah pandangan tajam, tangan mengepal, muka
memerah
b. Identitas diri
Status dan posisi klien sebelum klien dirawat, kepuasan klien terhadap
status posisinya, kepuasan klien sebagai laki – laki atau perempuan,
keunikan yang dimiliki sesuai dengan jenis kelaminnya dan posisinya.
Klien dengan PK biasanya identitas dirinya ialah moral yang kurang
karena menunjukkan pendendam, pemarah, dan bermusuhan
c. Fungsi peran
Tugas atau peran klien dalam keluarga/pekerjaan/kelompok
masyarakat, kemampuan klien dalam melaksanakan fungsi atau
perannya, perubahan yang terjadi saat klien sakit dan dirawat,
bagaimana perasaan klien akibat perubahan tersebut. Fungsi peran
pada klien perilaku kekerasan terganggu karena adanya perilaku yang
menciderai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.
d. Ideal diri
Klien dengan PK jika kenyataannya tidak sesuai dengan kenyataan
maka ia cenderung menunjukkan amarahnya, serta untuk pengkajian
PK mengenai ideal diri harus dilakukan pengkajian yang berhubungan
dengan harapan klien terhadap keadaan tubuh yang ideal, posisi, tugas,
peran dalam keluarga, pekerjaan atau sekolah, harapan klien terhadap
lingkungan, harapan klien terhadap penyakitnya, bagaimana jika
kenyataan tidak sesuai dengan harapannya.
e. Harga diri
Harga diri yaitu penilaian tentang nilai personal yang diperoleh dengan
menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal
dirinya. Harga diri tinggi merupakan perasaan yang berakar dalam
menerima dirinya tanpa syarat, meskipun telah melakukan kesalahan,
kekalahan dan kegagalan, ia tetap merasa sebagai orang yang penting
dan berharga. Harga diri yang dimiliki klien perilaku kekerasan ialah
harga diri rendah karena penyebab awal klien PK marah yang tidak
bisa menerima kenyataan dan memiliki sifat labil yang tidak terkontrol
beranggapan dirinya tidak berharga.
c. Hubungan sosial
Hubungan social pada perilaku kekerasan terganggu karena adanya resiko
menciderai diri sendiri, orang lain , dan lingkungan serta memiliki amarah
yang tidak dapat terkontrol, selanjutnya dalam pengkajian dilakukan
observasi mengenai adanya hubungan kelompok apa saja yang diikuti
dalam masyarakat, keterlibatan atau peran serta dalam kegiatan
kelompok/masyarakat, hambatan dalam berhubungan dengan orang lain,
minat dalam berinteraksi dengan orang lain.
d. Spiritual
Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah/menjalankan keyakinan, kepuasan
dalam menjalankan keyakinan.

6) Status mental
1) Penampilan
Melihat penampilan klien dari ujung rambut sampai ujung kaki tidak rapi,
penggunaan pakaian tidak sesuai, cara berpakaian tidak seperti biasanya,
kemampuan klien dalam berpakaian kurang, dampak ketidakmampuan
berpenampilan baik/berpakaian terhadap status psikologis klien (deficit
perawatan diri). Pada klien dengan perilaku kekerasan biasanya klien tidak
mampu merawat penampilannya, biasanya penampilan tidak rapi,
penggunaan pakaian tidak sesuai, cara berpakaian tidak seperti biasanya,
rambut kotor, rambut seperti tidak pernah disisr, gigi kotor dan kuning,
kuku panjang dan hitam.
2) Pembicaraan
Amati pembicaraan klien apakah cepat, keras, terburu-buru, gagap, sering
terhenti/bloking, apatis, lambat, membisu, menghindar, tidak mampu
memulai pembicaraan. Pada klien perilaku kekerasan cara bicara klien
kasar, suara tinggi, membentak, ketus, berbicara dengan kata – kata kotor.
3) Aktivitas motorik
Agresif, menyerang diri sendiri orang lain maupun menyerang objek yang
ada disekitarnya. Klien perilaku kekerasan terlihat tegang dan gelisah,
muka merah, jalan mondar-mandir.
4) Afek dan Emosi
Untuk klien perilaku kekerasan efek dan emosinya labil, emosi klien cepat
berubah-ubah cenderung mudah mengamuk, membanting barang-barang/
melukai diri sendiri, orang lain maupun objek sekitar, dan berteriak-teriak
5) Interaksi
Selama wawancara Klien perilaku kekerasan selama interaksi wawancara
biasanya mudah marah, defensive bahwa pendapatnya paling benar, curiga,
sinis, dan menolak dengan kasar. Bermusuhan:dengan kata-kata atau
pandangan yang tidak bersahabat atau tidak ramah. Curiga dengan
menunjukan sikap atau peran tidak percaya kepada pewawancara atau
orang lain.
6) Persepsi/Sensori
Pada klien perilaku kekerasan resiko untuk mengalami persepsi sensori
sebagai penyebabnya.
7) Proses Pikir
a. Proses pikir (arus dan bentuk pikir).
Otistik (autisme): bentuk pemikiran yang berupa fantasi atau lamunan
untuk memuaskan keinginan untuk memuaskan keinginan yang tidak
dapat dicapainya. Hidup dalam pikirannya sendiri, hanya memuaskan
keinginannya tanpa peduli sekitarnya, menandakan ada distorsi arus
asosiasi dalam diri klien yang dimanifestasikan dengan lamunan,
fantasi, waham dan halusinasinya yang cenderung menyenangkan
dirinya.
b. Isi pikir.
Pada klien dengan perilaku kekerasan klien memiliki pemikiran curiga,
dan tidak percaya kepada orang lain dan merasa dirinya tidak aman.
8) Tingkat Kesadaran
Tidak sadar, bingung, dan apatis. Terjadi disorientasi orang, tempat, dan
waktu. Klien perilaku kekerasan tingkat kesadarannya bingung sendiri
untuk menghadapi kenyataan dan mengalami kegelisahan.
9) Memori
Klien dengan perilaku kekerasan masih dapat mengingat kejadian jangka
pendek maupun panjang.
10) Tingkat konsentrasi
Tingkat konsentrasi klien perilaku kekerasan mudah beralih dari satu objek
ke objek lainnya. Klien selalu menatap penuh kecemasan tegang dan
gelisahan.
11) Kemampuan Penilain/Pengambilan keputusan
Klien perilaku kekerasan tidak mampu mengambil keputusan yang
konstruktif dan adaptif.
12) Daya Tilik
Mengingkari penyakit yang diderita: klien tidak menyadari gejala penyakit
(perubahan fisik dan emosi) pada dirinya dan merasa tidak perlu minta
pertolongan/klien menyangkal keadaan penyakitnya. Menyalahkan hal-hal
diluar dirinya yang menyebabkan timbulnya penyakit atau masalah
sekarang.
13) Mekanisme Koping
Klien dengan HDR menghadapi suatu permasalahan, apakah menggunakan
cara-cara yang adaptif seperti bicara dengan orang lain, mampu
menyelesaikan masalah, teknik relaksasi, aktivitas konstruktif, olah raga,
dll ataukah menggunakan cara-cara yang maladaptif seperti minum
alkohol, merokok, reaksi lambat/berlebihan, menghindar, mencederai diri
atau lainnya.

B. Pohon Masalah
Resiko mencederai diri ( efek )

Perilaku kekerasan ( core promblem )

Ganggan harga diri : ( causa )


Harga diri rendah

Koping individu tidak efektif Koping keluarga tidak efektif


C. Diagnosa Keperawatan
Yang biasa muncul pada pasien dengan perilaku kekearasan, antara lain:
1) Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
2) Perilaku Kekerasan
3) Perubahan persepsi sensori: Halusinasi
4) Gangguan Harga Diri: Harga Diri Rendah
5) Koping Individu tidak efektif

D. Nursing care plan ( NCP )


Perencanaan Keperawatan Klien dengan Gangguan Perilaku Kekerasan

TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI


TUM: 1.1 Klien mau membalas 1. Beri salam/panggil nama.
Klien tidak salam a. Sebutkan nama
mencederai diri 1.2 Klien mau menjabat perawat
TUK: tangan b. Jelaskan maksud
1.Klien dapat 1.3 Klien mau hubungan interaksi
membina hubungan menyebutkan nama c. Jelaskan akan kontrak
saling percaya 1.4 Klien mau tersenyum yang akan dibuat
1.5 Klien mau kontak mata d. Beri rasa aman dan
1.6 Klien mau mengetahui sikap empati
nama perawat e. Lakukan kontak
singkat tapi sering

2. Klien dapat 2.1 Klien dapat 2.1 Berikan kesempatan untuk


mengidentifikasi mengungkapkan mengungkapkan
menyebab perilaku perasaannya. perasaannya
kekerasan 2.2 Klien dapat 2.2 Bantu klien untuk
mengungkapkan mengungkapkan penyebab
penyebab perasaan perasaan jengkel/kesal
jengkel/kesal (dari diri
sendiri)

3. Klien dapat 3.1 Klien dapat 3.1.1 Anjurkan klien


mengidentifikasi mengungkapkan mengungkapkan apa
tanda dan gejala perasaan jengkel/kesal yang dialami dan
perilaku kekerasan dirasakan saat
3.2 Klien dapat marah/jengkel
menyimpulkan tanda 3.1.2 Observasi tanda dan
dan gejala jengkel/kesal gejala perilaku
yang dialaminya kekerasan pada klien
3.2.1 Simpulkan bersama
klien tanda dan gejala
jengkel/kesal yang
akan dialami
4. Klien dapat 4.1 Klien dapat 4.1.1 Anjurkan klien untuk
mengidentifikasi mengungkapkan mengungkapkan
perilaku kekerasan perilaku kekerasan perilaku kekerasan
yang biasa dilakukan yang biasa dilakukan yang biasa dilakukan
4.2 Klien dapat bermain klien (verbal, pada
peran sesuai perilaku orang lain, pada
kekerasan yang biasa lingkungan dan pada
dilakukan diri sendiri)
4.3 Klien dapat mengetahui 4.2.1 Bantu klien bermain
cara yang biasa peran sesuai dengan
dilakukan untuk perilaku kekerasan
menyelesaikan masalah yang biasa dilakukan
4.3.1 Bicarakan dengan
klien, apakah dengan
cara yang klien
lakukan masalahnya
selesai

5. Klien dapat 5.1 Klien dapat 5.1.1. Bicarakan


mengidentifikasi menjelaskan akibat dari akibat/kerugian dari
akibat perilaku cara yang digunakan cara yang digunakan
kekerasan klien: klien
a. Akibat pada klien 5.1.2. Bersama klien
sendiri menyimpulkan akibat
b. Akibat pada dari cara yang
orang lain dilakukan klien
c. Akibat pada 5.1.3. tanyakan kepeda klien
lingkungan “ Apakah ia ingin
mempelajari cara baru
yang sehat”.
6. Klien dapat 6.1 Klien dapat 6.1.1 Diskusikan kegiatan
mendemonstrasikan menyebutkan contoh fisik yang biasa
cara fisik untuk pencegahan perilaku dilakukan klien
mencegah perilaku kekerasan secara fisik: 6.1.2 Beri pujian atas
kekerasan a. Tarik nafas dalam kegiatan fisik klien
b. Pukul kasur atau yang biasa dilakukan
bantal 6.1.3 Diskusikan dua cara
c. Kegiatan fisik lain fisik yang palingt
mudah dilakukan
untuk mencegah
perilaku kekerasan,
yaitu: tarik nafas
6.2 Klien dapat dalam dan pukul kasur
mengidentifikasikan serta bantal.
cara fisik untuk 6.2.1 Diskusikan cara
mencegah perilaku melakukan nafas
kekerasan dalam bersama klien
6.2.2 Beri contoh klien
tentang cara menarik
nafas dalam
6.2.3 Minta klien mengikuiti
contoh yang diberikan
sebanyak 5 kali
6.2.4 Beri pujian positif atas
kemampuan klien
mendemonstrasikan
cara menarik nafas
dalam
6.2.5 Tanyakan perasaan
klien setelah selesai
6.2.6 Anjurkan klien
menggunakan cara
yang telah dipelajari
6.3. Klien mempunyai saat marah/jengkel
jadwal untuk melatih cara 6.2.7 Lakukan hal yang
pencegahan fisik yang sama dengan 6.2.1.
telah dipelajari sampai 6.2.6. untuk
sebelumnya. fisik lain dipertemuan
yang lain.
6.3.1 Diskusikan dengan
klien mengenai
frekuensi latihan yang
6.4. Klien mengevaluasi akan dilakukan sendiri
kemampuan dalam oleh klien
melakukan cara fisik sesuai 6.3.2 Susun jadwal kegiatan
jadwal yang telah disusun untuk melatih cara
yang telah dipelajari.
6.4.1 Klien mengevaluasi
pelaksanaan latihan,
cara pencegahan
perilaku kekerasan
yang telah dilakukan
dengan mengisi
jadwakl kegiatan
harian (self-
evaluation)
6.4.2 Validasi kemampuan
klien dalam
melaksanakan latihan
6.4.3 Berikan pujian atas
keberhasilan klien
6.4.4 Tanyakan kepada klien
“apakah kegiatan cara
pencegahan perilaku
kekerasan dapat
mengurangi perasaan
marah”.
7. Klien dapat 7.1 Klien dapat 7.1.1 Diskusikan cara bicara
mendemonstrasikan menyebutkan cara yang baik dengan klien
cara sosial untu bicara (verbal) yang 7.1.2 Beri contoh cara
mencegah perilaku baik dalam mencegah bicara yang baik:
kekerasan perilaku kekerasan. a. Meminta dengan
a. Meminta dengan baik
baik b. Menolak dengan
b. Menolak dengan baik
baik c. Mengungkapkan
c. Mengungkapkan perasaan dengan baik
perasaan dengan baik. 7.2.1 Meminta klien
mengikuti contoh cara
7.2 Klien dapat bicara yang baik
mendemonstrasikan a. Meminta dengan
cara verbal yang baik baik “Saya minta uang
untuk beli makan”
b. Menolak dengan
baik “ Maaf, saya tidak
bisa melakukan karena
ada kegiatan lain”.
c. Mengungkapkan
perasaan dengan baik “
Saya kesal karena
permintaan saya tidak
dikabulkan” disertai
dengan suara nada
rendah.
7.3. Klien mempunyai 7.2.2 Minta klien
jadwal untuk melatih cara mengulang sendiri
bicara yang baik 7.2.3 Beri pujian atas
keberhasilan klien.
7.3.1 Diskusikan dengan
klien tentang waktu
dan kondisi cara bicara
yang dapat dilatih di
ruangan, misalnya:
meminta obat, baju,
dll; menolak ajakan
7.4. Klien melakukan merokok, tidur tidak
evaluasi terhadap tepat pada waktunya,
kemampuan cara bicara menceritakan
yang sessuai dengan jadwal kekesalan pada
yang telah disusun perawat.
7.3.2 Susun jadwal kegiatan
untuk melatih cara
yang telah dipelajari.
7.4.1 Klien mengevaluasi
pelaksanaan latihan
cara bicra yang baik
dengan mengisi jadwal
kegiatan (self-
evaluation).
7.4.2 Validasi kemampuan
klien dalam
melaksankan latihan.
7.4.3 Berikan pujian atas
keberhasilan klien
7.4.4 Tanyakan kepeda klien
“ bagaimana perasaan
imam setelah latihan
bicara yang baik?
Apakah keinginan
merah berkurang?”..

8. Klien dapat 8.1 Klien dapat 8.1.1 Diskusikan dengan


mendemonstrasikan menyebutkan cara klien kegiatan ibadah
cara sosial untu bicara (verbal) yang yang pernah
mencegah perilaku baik dalam mencegah dilakukan.
kekerasan perilaku kekerasan.a. 8.1.2 Bantu klien menilai
rasikan cara verbal Meminta dengan baik kegiatan ibadah yang
yang baik b. Menolak dengan dapat dilakukan di
baikc. Mengungkapkan ruang perawat.
perasaan dengan baik. 8.1.3 Bantu klien memilih
kegiatan ibadah yang
akan dilakukan
8.2 klien dapat 8.2.1 Minta klien
mendemonstrasikan mendemonstrasikan
cara verbal yang baik kegiatan ibadah yang
dipilih.
8.2.2 Beri pujian atas
keberhasilan klien.
8.2.3 Klien mengevaluasi
pelksanaan kegiatan
ibadah dengan mengisi
8.3 Klien mempunyai jadwal kegiatan
jadwal untuk melatih 8.3.1 Susun jadwal kegiatan
cara bicara yang baik untuk melatihb
8.4 Klien melakukan kegiatan ibadah.
evaluasi terhadap 8.4.1 Klien mengevaluasi
kemampuan cara bicara pelaksanaan kegiatan
yang sessuai dengan ibadah dengan mengisi
jadwal yang telah jadwal kegiatan harian
disusun 8.4.2 Validasi kemampuan
klien dalam
melakukan validasi
8.4.3 Berikan pujian atas
keberhasilan klien
8.4.4 Tanyakan kepeda klien
“ bagaimana perasaan
imam setelah teratur
melaksanakan ibadah?
Apakah keinginan
merah berkurang?”.

9. Klien 9.1 Klien dapat 9.1.1 Diskusikan dengan


mendemonstrasiakan menyebutkan jenis, klien tentang jenis obat
kepatuhan minum dosis, dan waktu yang diminumnya
obat untuk minum obat serta (nama, warna,
mencegah perilaku manfaat dari obat itu besarnya); waktu
kekerasan (prinsip 5 benar: benar minum obat (jika 3
orang, dosis, waktu dan kali: pkl 07.00), 13.00,
cara pemberian) 19.00; cara minum
obat)
9.2 Klien 9.1.2 Diskusikan dengan
mendemonstrasikan klien manfaat minum
kepatuhan minum obat obat secara teratur:
sesuai jadwal yang a. Beda perasaan
ditetapkan. sebelum minum obat
dan sesudah minum
obat.
9.3 Klien mengevaluasi b. Jelaskan bahwa
kemampuannya dalam jenis obat hanya boleh
mematuhi minum obat. diubah oleh dokter.
9.2.1 Diskusikan tentang
proses minum obat:
a. Klien meninta
kepada perawat (jika
di RS) kepada
keluarga (jika di
Rumah).
b. Klien memeriksa
obat sesuai dosisnya.
C.Klien meminum
obat pada waktu yang
tepat.
9.2.2 susun jadwal minum
obat bersama klien.
9.3.1 Klien mengevaluasi
pelaksanaan minum
obta dengan mengisi
jadwal kegiatan harian
9.3.2 Validasi pelaksanaan
minum obat klien
9.3.3 Beri pujian atas
keberhasilan klien
9.3.4 Tanyakan kepada klien
“ bagaimana perasaan
Imam dengan minum
obat secara teratur?
apakah keinginan
untuk marah
berkurang?”.

10. Klien dapat 10.1 Klien yang 10.1.1 Anjurkan klien untuk
mengikuti TAK: mengikuti TAK: ikut TAK: stimulasi
stimulasi persepsi stimulasi persepsi persepsi pencegahan
pencegahan perilaku pencegahan perilaku perilaku kekerasan.
kekerasan kekerasan 10.1.2 Klien mengikuti TAK:
stimulasi persepsi
pencegahan perilaku
kekerasan (kegiatan
mandiri)
10.1.3 Diskusikan dengan
klien tentang kegiatan
selama TAK
10.1.4 Fasilitasi klien untuk
mepraktikkan hasil
kegiatan TAK dan beri
pujian atas
10.2 Klien keberhasilannya.
mempunyai jadwal, 10.2.1 Diskusiakn dengan
klien melakukan klien tentang jadwal
evaluasi terhadap TAK
pelaksanaan TAK. 10.2.2 Masukkan jadwal
TAK dalam jadwal
kegiatan harian.
10.2.3 Beri pujian atas
kemampuan mengikuti
TAK.
10.2.4 Tanyakan klien:
bagaimana perasan
setelah ikut TAK?”,

11. Klien mendapat 11.1 Keluarga dapat 11.1.1 Identifikasi


dukungan keluarga mendemonstrasikan kemampuan keluarga
dalam melakukan cara merawat klien dalam merawat klien
cara pencegahan sesuai dengan yang
perilaku kekerasan telah dilakukan
keluarga terhadap
klien selama ini
11.1.2 Jelaskan keuntungan
peran serta keluarga
dalam merawat klien.
11.1.3 Jelaskan cara-cara
merawat klien.
a. Terkait dengan cara
mengontrol perilaku
marah secra
konstruktif.
b.Sikap dan cara
bicara.
c. Membantu klien
mengenal penyebab
marah dan pelksanaan
cara pencegahan
perilaku kekerasan

6. STRATEGI PELAKSANAAN (SP) BERDASARKAN PERTEMUAN


PASIEN KELUARGA
SP 1 Pasien: SP 1 Keluarga:
1) Menyebutkan penyebab perilaku 1) Mengidentifikasi masalah yang
kekerasan. dirasakan keluarga dalam merawat
2) Menyebutkan tanda dan gejala pasien
perilaku kekerasan. 2) Menjelaskan PK, penyebab, tanda
3) Menyebutkan perilaku kekerasan dan gejala
yang dilakukan. 3) Menjelaskan Cara merawat PK
4) Menyebutkan akibat perilaku 4) Latih (simulasi) 2 cara merawat
kekerasan. 5) RTL keluarga/jadwal keluarga
5) Menyebutkan cara mengontrol untuk merawat
perilaku kekerasan.
6) Mempraktikkan latihan cara
mengontrol fisik
7) Masuk jadwal kegiatan pasien

SP 2 Pasien: SP 2 Keluarga:
1) Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1) 1) Evaluasi SP 1
2) Mempraktikkan latihan cara 2) Latih (simulasi) 2 cara lain untuk
mengontrol fisik 2 Latih verbal (3 merawat
macam) 3) Latih (langsung) ke pasien
3) Masuk jadwal kegiatan pasien 4) RTL keluarga/jadwal keluarga
untuk merawat

SP 3 Pasien: SP 3 Keluarga:
1) Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1) 1) Evaluasi kemampuan keluarga (SP
2) Mempraktikkan latihan cara 1,2)
verbal/sosial (3 macam) 2) Evaluasi kemampuan pasien ·
3) Masuk jadwal kegiatan pasien RTL keluarga dengan Follow Up
dan Rujukan

SP 4 Pasien:
1) Evaluasi kegiatan yang lalu (SP
1,2) dan verbal
2) Latih cara spiritual
3) Masuk jadwal kegiatan pasien

SP 5 Pasien:
1) Evaluasi kegiatan yang lalu
(F1,2) ,verbal (SP 3), Spiritual
2) Latihan patuh obat
3) Masuk jadwal kegiatan pasien

7. EVALUASI
PENILAIAN KEMAMPUAN PASIEN DAN KELUARGA
DENGAN MASALAH PERILAKU KEKERASAN
Nama pasien : .................
Nama ruangan : ...................
Nama perawat : ...................
Petunjuk pengisian:
1. Berilah tanda (V) jika pasien dan keluarga mampu melakukan kemampuan di
bawah ini.
2. Tuliskan tanggal setiap dilakukan penilaian

Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl


No Kemamp
uan
A Pasien
Sp 1
1 Menyebutkan penyebab PK
2 Menyebutkan tanda dan gejala PK
3 Menyebutkan PK yang dilakukan
4 Menyebutkan akibat PK
5 Menyebutkan cara mengontrol PK
6 Mempraktekkan latihan cara
mengontrol fisik I
SP2
7 Mempraktekkan latihan cara
fisik II dan memasukkan
dalam jadual
SP3
8 Mempraktekkan latihan cara
verbal dan memasukkan dalam
jadual
SP 4
9 Mempraktekkan latihan cara
spiritual dan memasukkan dalam
jadual
SP 5
10 Mempraktekkan latihan cara minum
obat dan memasukkan dalam jadual
B Keluarga
SP 1
1 Menyebutkan pengertian PK
dan proses terjadinya masalah
PK
2 Menyebutkan cara merawat pasien
dengan PK
SP2
3 Mempraktekkan cara merawat pasien
dengan PK
SP3
4 Membuat jadual aktivitas dan minum
obat klien di rumah (discharge
planning)

DAFTAR PUSTAKA

Azizah, Lilik Ma’rifatul. (2011) .Keperawatan Jiwa Aplikasi Praktik Klinik.


Yogyakarta. Graha Ilmu
Iyus Yosep, 2009, Keperawatan Jiwa, Bandung : Rafika Aditama
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan pada Klien dengan Perilaku Kekerasan


Masalah Keperawatan: Perilaku Kekerasan
Pertemuan : Ke 1
Hari/Tanggal : Senin, 1 Agustus 2020
Jam : 07.30
Nama : Hendra
Proses Keperawatan
A. Pra Interaksi
1. Kondisi klien: klien tampak jengkel, merasa dirinya terancam, tidak berguna, dan dendam.
Saat marah klien selalu membanting barang–barang yang ada disekitarnya.
2. Diagnosa keperawatan: Perilaku Kekerasan
3. Tujuan Keperawatan
Tujuan Khusus :
TUK 1: Klien dapat membina hubungan saling percaya.
TUK 2: Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan.
TUK 3: Klien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan.
TUK4: Klien dapat megidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
TUK 5: Klien dapat mengidentifikasi akibat dari perilaku kekerasan.
TUK 6: Klien dapat mendemonstasikan cara fisik untuk mencegah perilaku kekerasan
4. Rencana Tindakan Keperawatan: (SP 1 pasien)
 Menyebutkan penyebab perilaku kekerasan
 Menyebutkan tanda dan gejala perilaku kekerasan
 Menyebutkan perilaku kekerasan yang dilakukan
 Menyebutkan akibat perilaku kekerasan
 Menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasan
 Mempratikkan latihan cara mengontrol fisik 1
 Masukkan kegiatan jadwal pasien
B. Strategi Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Assalamualaikum, selamat pagi bu? Perkenalkan nama saya perawat D, ibu bisa panggil
saya suster D. Saya mahasiswa dari STIKes Bina Sehat PPNI Mojokerto yang hari ini
bertugas dari pukul 07.00-13.30. Kalau boleh tahu, ibu namanya siapa? Dan senang
dipanggil siapa?”
b. Evaluasi/Validasi
“Bagaimanakah perasaan ibu pagi ini? Apakah saya boleh duduk di samping ibu? Apakah
saat ini masih ada perasaan kesal atau marah dalam diri ibu? Apa yang terjadi di rumah?
c. Kontrak
Topik:“Bagaimana kalau kita ngobrol-ngobrol tentang perasaan yang ibu alami selama
ini?”
Tempat:“Ibu mau ngobrol-ngobrol dengan saya dimana? Bagaimana kalau didepan saja
sambil duduk-duduk?”
Waktu:“Ibu mau ngobrol dengan saya berapa lama? Bagaimana kalau 15 menit?”
2. Fase Kerja
“Permisi bu... bagaimanakah perasaan ibu pagi ini?”
“Apa yang menyebabkan Ibu A marah? Apakah sebelumnya Ibu A pernah marah? Lalu,
penyebabnya apa? Samakah dengan yang sekarang? O...iya, jadi ada 2 penyebab marah
pada Ibu A. Kira-kira ada penyebab lain? Misalnya punya masalah dengan teman ibu?”
“Pada saat penyebab marah itu muncul, seperti saat teringat dengan kejadian yang menimpa
suami ibu, apa yang ibu rasakan?” Apakah ibu merasakan kesal kemudian dada ibu
berdebar-debar, mata melotot, dan tangan mengepal, mudah marah? Setelah itu apa yang ibu
lakukan?”
“Jadi jika Ibu A mengamuk dengan cara marah-marah. Apakah dengan cara ini masalah ibu
A akan terselesaikan? Iya, tentu tidak. Apa kerugian dari cara yang ibu lakukan tersebut?
Betul, keluarga ibu jadi ketakutan. Menurut ibu adakah cara lain yang lebih baik? Maukah
ibu belajar cara mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?”
“Saya punya beberapa cara untuk mengendalikan kemarahan, salah satunya adalah dengan
cara fisik. Jadi, melalui kegiatan fisik, ibu bisa meluapkan rasa marah ibu. Bagaimana kalau
kita belajar 1 cara dulu?”
“Begini bu, kalau tanda-tanda marah sudah ibu rasakan, ibu berdiri, lalu tarik napas dari
hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiup perlahan-lahan melalui mulut seperti
mengelurkan kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup melalui
mulut. Nah, lakukan 5 kali. Bagus sekali, Ibu A sudah bisa melakukannya. Bagaimana
perasan ibu sekarang?”
“Nah, sebaiknya latihan ini ibu lakukan secara rutin sehingga bila sewaktu-waktu rasa
marah itu muncul Ibu A sudah terbiasa melakukannya”.
3. Terminasi
a. Evaluasi
 Evaluasi Subjektif :
“Bagaimana perasaan ibu sekarang, setelah menceritakan masalah ibu kepada saya, dan
berbincang-bincang dengan saya?”
 Evaluasi Obyektif :
“Setelah kita ngobrol-ngobrol apakah ibu masih ingat apa saja yang membuat ibu sering
marah dan kesal? Iya, jadi ada dua penyebab ibu marah….(sebutkan) dan yang ibu
rasakan …..(sebutkan) setelah itu apa yang ibu lakukan...(sebutkan) lalu akibatnya...
(sebutkan)”
b. Rencana tindak lanjut
“Setelah ini coba ibu ingat-ingat lagi penyebab ibu marah dan apa yang ibu lakukan saat
marah. Dan kalau ada keinginan marah sewaktu-waktu gunakan cara yang kita pelajari tadi
ya, bu”
“Sekarang kita buat jadwal latihannya ya bu, ibu mau berapa kali sehari latihan napas
dalamnya dan jam berapa?”
c. Kontrak
 Topik:
“Ibu besok kita akan ngobrol-ngobrol lagi mengenai latihan cara yang lain untuk
mencegah atau mengontrol marah”.
 Waktu :
“Besok kita ketemu lagi jam 16.00 WIB ya bu, bagaimana?”
 Tempat :
“Besok ibu ingin ngobrol-ngobrol dengan saya dimana? Bagaimana kalau disini lagi
saja?”
“Baiklah kalau begitu perbincangan kita sekarang, kita sudahi dulu ya? Nanti saya akan
kembali lagi 3 jam mulai dari sekarang ya untuklatihan napas dalamnya. Terima kasih
dan sampai jumpa lagi ya, bu. Assalamu’alaikum....!”
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan pada Klien dengan Perilaku Kekerasan
Masalah Keperawatan: Perilaku Kekerasan
Pertemuan : Ke 2
Hari/Tanggal : Selasa, 2 Agustus 2020
Jam : 16.00
Nama : Devi
Proses Keperawatan
A. Pra Interaksi
1. Kondisi klien: klien mampu melakukan latihan tarik nafas dalam ketika klien mulai marah,
namun klien masih tampak jengkel, klien masih berbicara kasar saat di kaji.
2. Diagnosa keperawatan: Perilaku Kekerasan
3. Tujuan keperawatan
Tujuan khusus :
TUK 2 : Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan.
4. Rencana Tindakan Keperawatan : (SP 2)
 Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1)
 Mempratikkan latihan cara mengontrol fisik 2 latih verbal
 Masuk jadwal kegiatan pasien
B. Strategi Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“Assalamu’alaikum, selamat sore bu? Sesuai janji saya kemarin, sekarang kita bertemu
lagi ya”.
b. Validasi data
“Bagaimana perasaan ibu hari ini? Bagaimana ibu, apakah ibu sudah melakukan latihan
tarik nafas dalam? Apa yang ibu rasakan setelah melakukan latihan secara teratur?”
“Coba saya lihat jadwal kegiatan hariannya”.
“Bagus. Nah kalau tarik napas dalamnya dilakukan sendiri tulis M, artinya mandiri; kalau
diingatkan suster baru dilakukan tulis B, artinya dibantu atau diingatkan. Nah kalau tidak
dilakukan tulis T, artinya belum bisa dilakukan.’’
c. Kontrak
Topik: “Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara mengontrol perasaan marah dengan
kegiatan fisik untuk cara yang kedua?”
Tempat:“Dimana kita mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau di teras depan kamar
ibu saja?”
Waktu:“Mau berapa lama, bu ?? apakah 20 menit cukup ?”
2. Fase kerja
“Sekarang kita latihan cara yang baik untuk mencegah marah. Kalau ada yang menyebabkan
ibu marah dan muncul perasaan kesal, berdebar-debar, selain tarik napas dalam ibu juga
dapat melakukan pukul kasur dan bantal.”
“Sekarang mari kita latihan memukul kasur dan bantal. Mana kamar ibu? Jadi kalau nanti
ibu kesal dan ingin marah, langsung ke kamar dan lampiaskan kemarahan tersebut dengan
memukul kasur dan bantal. Nah, coba ibu lakukan, pukul kasur dan bantal ya, bagus sekali
ibu melakukannya”
“Nah cara ini dapat bapak lakukan secara rutin jika ada perasaan marah. Kemudian hal yang
penting jangan lupa merapikan kamar tidurnya kembali ya bu”
3. Terminasi
a. Evaluasi
 Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara mengontrol marah
dengan cara memukul kasur dan bantal?”
 Evaluasi Objektif
“Coba ibu ulangi lagi cara melakukan pukul bantal dan kasur yang telah kita pelajari”
Wah bagus sekali, sekarang kita masukkan dalam jadwal ya, bu. Berapa kali sehari ibu
mau latihan memukul kasur dan bantal? Bisa kita buat jadwal?”
“Coba masukkan dalam jadwal latihan sehari-hari, misalnya meminta obat, uang, dan lain
lain. Bagus besok dicoba ya bu!”
b. Rencana Tindak lanjut klien
“Bagaimana kalau besok kita ketemu lagi?”
“Besok kita akan membicarakan cara lain untuk mengatasi rasa marah ibu yaitu dengan
cara ibadah, apakah ibu setuju?”
c. Kontrak
Topik: “Besok pagi kita ketemu lagi kita akan latihan cara mengontrol marah dengan
belajar bicara yang baik.”
Waktu :“Besok kita ketemu lagi jam 09.00 WIB.”
Tempat : “Ibu ingin bercakap-cakap dengan saya dimana? Apakah tetap disini atau
bagaimana?”
“Baiklah kalau begitu kita saya sudahi perbincangan kita saat ini, terima kasih sampai jumpa
dengan saya besok ya bu !! Assalamu’alaikum....!!”

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan pada Klien dengan Perilaku Kekerasan


Masalah Keperawatan: Perilaku Kekerasan
Pertemuan : Ke 3
Hari/Tanggal : Rabu, 3 Agustus 2020
Jam : 09.00
Nama : Khori
Proses Keperawatan
A. Pra Interaksi
1. Kondisi klien: klien sudah berlatih cara menyalurkan marah dengan memukul kasur dan
bantal. Suara klien masih keras, dan terlihat jengkel.
2. Diagnosa keperawatan: Perilaku Kekerasan
3. Tujuan keperawatan
Tujuan khusus :
TUK 4: Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
4. Rencana Tindakan Keperawatan : (SP 3)
 Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1)
 Memilih kemampuan lain yang dapat dilakukan
 Mempraktikkan cara verbal atau sosial
 Masukkan jadwal kegiatan pasien
B. Strategi Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“Assalamu’alaikum, selamat pagi bu? Sesuai janji saya kemarin, sekarang kita ketemu
lagi”
b. Validasi data
“Bagaimana bu dengan latihannya apa sudah dilakukan secara teratur? Apa yang dirasakan
setelah melakukan latihan secara teratur? Bagus sekali.”
c. Kontrak
Topik:“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk mencegah rasa marah pada
ibu?”
Tempat :“Dimana enaknya kita bisa berbincang-bincang? Bagaimana kalau di tempat yang
sama?”
Waktu :“Ibu lama ibu mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?”
2. Fase Kerja
“Sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah. Kalau marah sudah
disalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul kasur dan bantal, dan sudah lega, maka kita
perlu bicara dengan orang yang membuat kita marah” Ada tiga caranya, bu:
“Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta tidak
menggunakan kata-kata kasar. Kemarin ibu bilang penyebab marahnya karena suami nya
meninggal dibunuh oleh rekan kerja. Coba ibu belajar mengikhlaskan atas kepergian suami
ibu”
“Yang kedua adalah menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan ibu tidak ingin
melakukannya, katakan: “maaf saya tidak bisa melakukannya”
“Mengungkapkan perasaan jengkel, jika ada perlakuan orang lain yang membuat jengkel ibu
dapat mengatakan: “saya jadi ingin marah karena perbuatanmu itu”
3. Terminasi
a. Evaluasi
 Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara yang kita pelajari
tadi?” Coba ibu sebutkan cara bicara yang baik yang telah kita pelajari. Bagus sekali”
 Evaluasi Objektif
“Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita pelajari? Bagus.”
“Mari kita masukkan pada jadwal kegiatan ibu. Berapa kali sehari ibu mau latihan bicara
yang baik? Bisa kita buat jadwalnya?”
b. Rencana Tindak lanjut klien
“Setelah ini coba ibu lakukan jadwal latihan sehari-hari sesuai jadwal yang telah kita buat
ya, bu ”
c. Kontrak
Topik:“Baiklah kapan kita bisa bertemu lagi bu? Kita akan membicarakan cara mengatasi
rasa marah dengan cara beribadah ya, bu”
Waktu:“Besok kita ketemu lagi jam 10.00 WIB”
Tempat : Bagaimana kalau besok kita ketemu di ruangan ini saja?”
Baiklah kalau begitu kita sudahi perbincangan kita saat ini, terima kasih sampai jumpa
besok ya, bu!! Assalamu’alaikum....!!! (sambil berjabat tangan)
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan pada Klien dengan Perilaku Kekerasan
Masalah Keperawatan: Perilaku Kekerasan
Pertemuan : Ke 4
Hari/Tanggal : Kamis, 4 Agustus 2020
Jam : 10.00
Nama : Dilla
Proses Keperawatan
A. Pra Interaksi
1. Kondisi klien: kliensudah berlatih mengungkapkan marah dan mengungkapkan perasaan
dengan baik. Suara masih keras.
2. Diagnosa keperawatan: Perilaku Kekerasan
3. Tujuan keperawatan
Tujuan khusus :
TUK 3: Klien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan.
4. Rencana Tindakan Keperawatan : (SP 4)
 Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1,2 ) dan verbal
 Latih cara spiritual
 Masuk jadwal kegiatan pasien
B. Strategi Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“Assalamualaikum bu, sesuai dengan janji saya kemarin hari ini kita bertemu lagi”
b. Validasi data
“Bagaimana bu, latihan apa yang sudah bapak lakukan? Apa yang bapak rasakan setelah
melakukan latihan secara teratur? Bagus sekali, bagaimana rasa marahnya”
c. Kontrak
Topik: “Bagaimana kalau sekarang kita latihan dengan cara lain untuk mencegah rasa
marah yaitu dengan beribadah”
Tempat :“Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di sini saja?
Waktu:“Berapa lama Ibu A mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit cukup?”
2. Fase Kerja
“Coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa ibu lakukan! Bagus. Baik, yang mana mau
dicoba? Ibu kalau sudah marah coba Ibu A langsung duduk dan tarik nafas dalam. Jika tidak
reda juga marahnya rebahkan badan agar rileks. Jika tidak redah juga ambil air wudhu
kemudian sholat!”
“Ibu bisa melakukan sholat secara teratur untuk meredahkan kemarahan”
“Coba ibu sebutkan sholat 5 waktu? Bagus. Mau coba yang mana sebutkan caranya”
“Nah, ibu juga bisa menggunakana cara lain seperti berdzikir dengan membaca
Astaghfilullahal adzim, lalu membaca Al-Qur’an, mendengarkan murotal al-Qur’an, berdo’a
dan masih banyak lagi. Ibu bisa mencobanya sesuai kemampuan ibu ya”
3. Terminasi
a. Evaluasi
 Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara yang ketiga?”
 Evaluasi Objektif
“Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang dapat ibu pelajari? Bagus. Mari kita
masukkan jadwal kegiatan ibadah ibu ya. Baik kita masukkan sholat, dzikir, membaca al-
Qur’an, mendengarkan murotal al-Qur’an dan berdoa ya”
b. Rencana Tindak lanjut klien
“Setelah ini coba lakukan jadwal sholat sesuai jadwal yang telah kita buat”
c. Kontrak
Topik: “Baiklah besok kita bertemu lagi ya bu, nanti kita bicarakan cara ke 4 mengontrol
rasa marah yaitu dengan patuh minum obat. Maunya ibu jam berapa?
Waktu:“Baiklah besok kita ketemu lagi di jam 10.00 WIB”
Tempat:“Bagaimana kalau besok kita ketemu di ruangan ini saja?”
Baiklah kalau begitu kita sudahi perbincangan kita saat ini, terima kasih sampai jumpa
besok ya bu !! Assalamu’alaikum....!!! (sambil berjabat tangan).

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan pada Klien dengan Perilaku Kekerasan


Masalah Keperawatan: Perilaku Kekerasan
Pertemuan : Ke 5
Hari/Tanggal : Jum’at, 5 Agustus 2020
Jam : 10.00
Nama : Phika
Proses Keperawatan
A. Pra Interaksi
1. Kondisi klien: klien sudah mengetahui beberapa cara mengontrol marah melalui ibadah,
meminum obat, memukul kasur dan bantal.
2. Diagnosa keperawatan: Perilaku Kekerasan
3. Tujuan keperawatan
Tujuan khusus :
TUK 5: klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
4. Rencana Tindakan Keperawatan: (SP 5)
 Evaluasi kegiatan yang lalu
 Latih patuh obat
 Masuk jadwal kegiatan pasien
B. Strategi Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi bu, sesuai dengan janji saya kemarin hari ini kita bertemu lagi?”
b. Validasi data
“Bagaimana bu sudah dilakukan latihan sholat dengan baik? Apa yang dirasakan setelah
melakukan latihan sholat? Coba kita lihat cek kegiatannya?”
c. Kontrak
Topik:“Bagaimana kalau sekarang kita latihan tentang sholat?”
Tempat :“Dimana enaknya kita melakukan latihan? Bagaimana kalau di sini saja?”
Waktu:“Berapa lama bapak mau latihan? kalau 15 menit cukup?”
2. Fase Kerja
“Ibu sudah minum obat dari dokter yang sudah disiapkan?”
“Berapa macam obat yang ibu minum? Warnanya apa saja? Bagus! Jam berapa ibu minum?
Bagus!”
“Obatnya ada 3 macam ya bu, yang warnanya orange namanya CPZ gunanya agar pikiran
ibu tenang, yang putih ini namanya THP agar ibu rileks dan tidak tegang, dan yang merah
jambu ini namanya HLP agar pikiran teratur dan rasa marah berkurang, dan semua obat ini
harus ibu minum ya 3 kali sehari pagi jam 7, siang jam 1, dan malam jam 7”
“Bila mata ibu berkunang-kunang, ibu sebaiknya istirahat dan jangan beraktivitas terlebih
dahulu”
“Nanti ibu kalau sudah pulang jangan lupa diminum juga ya obatnya, dan ibu harus
memperhatikan apakah itu benar obat yang harus ibu minum, nama obatnya sudah benar
atau tidak, dosisnya, waktu/jam berapa ibu harus minum. Kalau ibu masih disini ibu jangan
lupa minta obatnya pada suster kemudian ibu juga harus cek lagi seperti yang saya sebutkan
tadi”
“Pesan saya ibu jangan lupa minum obat atau berhenti minum obat tanpa seizin dokter ya,
bu. Karena itu salah satu faktor ibu dapat kambuh lagi” “Sekarang kita masukkan waktu
minum obat kedalam jadwal ya, bu”
Oh iya bu, bagaimana dengan shalat ibu? Berapa kali dalam sehari? Wah bagus sekali. Ibu
harus meningkatkan lagi ya bu, jangan lupa ditambah dzikir dan berdo’a ya, bu”
3. Terminasi
a. Evaluasi
 Evaluasi Subjektif
“Baiklah bu, latihan kita sudah selesai. Bagaimana perasaan ibu setelah kita latihan cara-
cara meminum obat dan melakukan sholat?”
 Evaluasi Objektif
“Bisa ibu sebutkan lagi ada berapa cara mengontrol marah yang tadi sudah kita lakukan”
b. Rencana Tindak lanjut klien
“Baik ,besok kita bertemu kembali untuk latihan cara-cara selanjutnya ya, bu”
c. Kontrak
Topik:“Baiklah kapan kita bisa bertemu lagi bu? Baiklah besok kita akan bertemu untuk
latihan cara lain”
Waktu:“Besok kita ketemu lagi jam 10.00 WIB.”
Tempat:“Bagaimana kalau besok kita ketemu di ruangan ini saja?”
Baiklah kalau begitu kita sudahi perbincangan kita saat ini, terima kasih sampai jumpa
besok ya bu !! Assalamu’alaikum....!!! (sambil berjabat tangan)

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan pada Klien dengan Perilaku Kekerasan


Masalah Keperawatan: Perilaku Kekerasan
Pertemuan : Ke 6
Hari/Tanggal : Kamis, 13 Agustus 2020
Jam : 10.00
Nama : Hendra
Proses Keperawatan
A. Pra Interaksi
1. Kondisi: Keluarga sudah mendapat penjelasan tentang kondisi klien dan cara merawatnya
dirumah.
2. Diagnosa keperawatan: Perilaku Kekerasan
3. Tujuan keperawatan
Tujuan khusus :
TUK 7: Klien mendapat dukungan keluarga dalam melakukan cara pencegahan perilaku
kekerasan
4. Rencana Tindakan Keperawatan:
 Mengidentifikasi masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
 Menjelaskan PK, penyebab, tanda dan gejala
 Menjelaskan cara merawat PK
 Latih (simulasi) 2 cara dan cara lain merawat
 Jadwal keluarga untuk merawat
B. Strategi Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“Assalamualaikum, pak. Perkenalkan nama saya perawat D, bapak bisa panggil saya suster
D. Saya mahasiswa dari STIKes Bina Sehat PPNI Mojokerto yang hari ini bertugas dari
pukul 07.00-13.30 seperti dengan janji kita 2 hari yang lalu sekarang kita bertemu lagi
untuk latihan cara-cara mengontrol rasa marah Ibu A”
b. Validasi data
“Bagaimana, pak? Apakah ada masalah yang bapak hadapi saat merawat Ibu A? Ada yang
mau bapak tanyakan?”
c. Kontrak
Topik:“Bagaimana kalau nanti saya jelaskan kembali dan setelah itu kita latihan tentang
cara lain mengontrol marah secara langsung kepada pasien?”
Tempat:“Dimana enaknya kita latihan? Bagaimana kalau di kamar pasien saja?”
Waktu: “Berapa lama bapak mau latihan? Bagaimana kalau 30 menit cukup?”
2. Fase Kerja
“Nah Ibu A, coba ceritakan lagi kepada Bapak C, latihan yang sudah Ibu A lakukan. Bagus
sekali, coba perlihatkan lagi kepada kakak ibu jadwal harian ibu! Bagus.
“Nanti dirumah, Bapak C bisa membantu Ibu A latihan mengontrol kemarahan seperti saat
Ibu A marah bapak dengan atau tanpa keluarga yang lain harus tetap tenang, tetap bicara
yang lembut tapi tegas, bapak atau keluarga yang lain juga harus tetap jaga jarak, hindarkan
benda tajam dari jangkauan Ibu A. Jauhkan juga anak-anak dari sekitar Ibu. Lalu, marah itu
seperti apa sih? Seperti misalnya Ibu A mukanya memerah, gelisah, tegang, lalu jalan
mondar-mandir, mencoba membanting sesuatu barang atau yang ada disekitarnya,
memukul, bicaranya keras dan kasar. Nah itu, merupakan tanda saat Ibu A marah, dimana
itu adalah marah yang negatif ya, pak. Kalau marah biasa itu artinya seseorang itu mampu
menyalurkan kemarahanya tanpa menyakiti orang lain atau diri sendiri itu adalah marah
biasa atau perasaan yang wajar”
“Nah, kalau marahnya Ibu A tetap dan terus menjadi-jadi maka bapak bisa bawa ibu A ke
puskesmas atau RSJ dengan mengikat Ibu A dengan alasan agar tidak melukai dirinya,
orang lain dan lingkungan sekitar. Bapak minta bantuan juga ya dalam mengikatnya”
“Berhubung disini kami sudah melatih cara mengontrol marahnya ibu A dengan berbagai
cara misalnya, secara fisik, secara verbal, spiritual, dan minum obat yang teratur. Maka saat
ibu A mulai marah bapak bisa ingatkan jadwal latihan cara mengontrol marah tersebut, dan
jangan lupa puji Ibu A jika ia berhasil melakukannya ya, pak. Itu adalah tanda dan cara
mengontrol marahnya Ibu A”
“Nanti dirumah bapak pasti bisa membantu Ibu A mengontrol kemarahannya”
“Sekarang kita akan coba latihan bersama-sama ya, bu, pak?”
“Masih ingat yang tadi ya bu, pak, kalau tanda-tanda marah itu sudah dirasakan Ibu A maka
yang harus Ibu A lakukan adalah…?”
“Ya betul, ibu bisa berdiri dan mengambil napas dari hidung lalu tahan dan dikeluarkan
lewat mulut secara perlahan-lahan sampai 5 kali ya. Bagus lakukan sekali lagi bu. Coba
Bapak C temani ibu A dan bantu untuk menghitung latihannya ya.
Oke bagus sekali, bapak dan ibu masih ingat cara yang kedua?”
“Ya benar sekali, Ibu A bisa meluapkan emosi dengan memukuli kasur dan bantal. Ayo
coba Ibu A lakukan ya, bapak bisa menemani dan memberikan semangat ya pak. Ya bagus
sekali bu”
“Baik, cara yang ketiga adalah berbicara yang baik bila sedang marah. Ada 3 caranya ya bu,
coba ibu praktikan langsung kepada Bapak C:
- Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta tidak
menggunakan kata-kata kasar. Misalnya: Ya Allah, jika ini memang takdirmu, kuatkan
aku, buat aku menerima keadaanku. Coba ibu praktekkan. Bagus bu.
- Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan ibu tidak ingin melakukannya,
katakan: “maaf saya tidak bisa melakukannya”. Coba ibu praktekkan. Bagus sekali bu.
- Mengungkapkan perasaan jengkel, jika ada perlakuan orang lain yang membuat jengkel
ibu dapat mengatakan: “saya jadi ingin marah karena perbuatanmu itu”. Coba ibu
praktekkan. Bagus sekali bu.
“Apa cara selanjutnya yang harus ibu lakukukan jika sedang marah?”
“Bagus ibu masih ingat, ibu bisa tarik napas dalam atau juga bisa merebahkan badan hingga
rileks dan dilanutkan dengan ambil air wudhu lalu shalat. Nah bapak bisa menjadi imam dan
menuntun Ibu A sekarang tunjukkan caranya dengan didampingi oleh Bapak C ya?”
“Selanjutnya, cara terakhir yaitu minum obat secara teratur ya, bu”
“Coba jelaskan berapa macam obatnya ! bagus. Jam berapa minum obat? Bagus. Apa guna
obat? Bagus, apakah boleh mengurangi atau menghentikan obat? Wah bagus sekali “
Dua hari yang lalu sudah saya jelaskan terapi pengobatan yang ibu A dapatkan, bapak
tolong selama dirumah ingatkan Ibu A untuk meminumnya secara teratur dan jangan
dihentikan tanpa sepengetahuan dokter”
“Bagus sekali, ibu sudah melakukannya dengan baik.”
3. Terminasi
a. Evaluasi
 Evaluasi Subjektif
“Baiklah pak latihan kita sudah selesai. Bagaimana perasaan bapak setelah kita latihan
cara-cara mengontrol marah langsung kepada Ibu A ?”
 Evaluasi Objektif
“Bisa ibu sebutkan lagi ada berapa cara mengontrol marah yang tadi sudah kita latih pada
Ibu A?” Selanjutnya tolong pantau dan motivasi ibu A melaksanakan jadwal latihan yang
telah dibuat selama di rumah nanti. Jangan lupa berikan pujian untuk beliau bila dapat
melakukan dengan benar ya pak”
b. Rencana Tindak lanjut klien
“Selanjutnya tolong pantau dan motivasi ibu A melaksanakan jadwal latihan yang telah
dibuat selama di rumah nanti. Jangan lupa berikan pujian untuk beliau bila dapat
melakukan dengan benar ya pak”
c. Kontrak
Topik:“Baiklah besok kita bertemu kembali ya pak? Untuk membicarakan kembali
kegiatan hari ini agar bapak lebih memahami kegiatan ibu dirumah dan sekalian
kita bicarakan kepulangan Ibu A karena besok Ibu A sudah boleh pulang”
Waktu:“Besok kita ketemu lagi jam 10.00 WIB.”
Tempat:“Bagaimana kalau besok kita ketemu di ruangan ini saja?”
Baiklah kalau begitu kita sudahi perbincangan kita saat ini, terima kasih sampai jumpa
besok ya bu, pak!! Assalamu’alaikum....!!! (sambil berjabat tangan)
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan pada Klien dengan Perilaku Kekerasan
Masalah Keperawatan:Perilaku Kekerasan
Pertemuan : Ke 7
Hari/Tanggal : Jum’at, 14 Agustus 2020
Jam : 10.00
Nama : Dilla
Proses Keperawatan
A. Pra Interaksi
1. Kondisi: keluarga sudah mengerti cara merawat klien dirumah dan sudah berlatih beberapa
kali untuk merawat langsung ke klien cara marah yang sehat. Klien sudah terlihat tenang
dan tidak tegang lagi. Klien sudah mampu berbicara dengan baik.
2. Diagnosa keperawatan: Perilaku Kekerasan
3. Tujuan keperawatan
Tujuan khusus :
TUK 7: Klien mendapat dukungan keluarga dalam melakukan cara pencegahan perilaku
kekerasan
4. Rencana Tindakan Keperawatan :
 Evaluasi kemampuan keluarga (SP 1,2)
 Evaluasi kemampuan pasien
 Rencana tindak lanjut keluarga dan rujukan
 Jadwal untuk merawat pasien
B. Strategi Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“Assalamualaikum bapak karena besok ibu A sudah boleh pulang, maka sesuai janji kita
sekarang ketemu untuk membicarakan jadwal ibu A selama di rumah”
b. Validasi data
“Bagaimana bapak selama bapak membesuk apakah sudah terus di latih cara merawat ibu
A? Apakah sudah dipuji keberhasilannya?”
c. Kontrak
Topik:“Bagaimana kalau sekarang kita membicarakan tentang jadwal kegiatan ibu A
selama dirumah”
Tempat:“Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di sini saja?”
Waktu:“Berapa lama ibu mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 30 menit cukup?”
2. Fase Kerja
“Bapak bagaimana setelah pertemuan dengan saya kemarin, apakah bapak masih ingat
dengan yang saya ajarkan pada pertemuan-pertemuan sebelumnya? Jika masih ingat, bisa di
ulang sedikit pada saya?”
“Baik pak, jadwal yang telah dibuat selama ibu A di rumah sakit tolong dilanjutkan di
rumah, baik jadwal aktivitas maupun jadwal minum obatnya, jangan lupa tetap memberikan
apresiasi berupa pujian terhadap Ibu A nantinya. Mari kita lihat jadwal ibu A”
“Menurut bapak ada tidak perbaikan perilaku atau perkembangan yang terjadi pada ibu A
setelah diberikan cara-cara mengontrol kemarahan? Ya tentu saja mengalami
perkembangan, oleh karena itu saya harapkan ibu selalu mengingatkan kegiatan atau cara-
cara yang sudah kita pelajari”
“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh ibu A
selama di rumah. Kalau misalnya menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku
membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi segera hubungi tenaga kesehatan di
Puskesmas terdekat dari rumah ibu , ini nomer telepon puskesmasnya 55438769”
“Jika tidak teratasi tenaga kesehatan akan merujuknya ke BPKJ”.
“Selanjutnya tenaga kesehatan akan memantau perkembangan ibu A selama di rumah”
3. Terminasi
a. Evaluasi
 Evaluasi Subjektif
“Baiklah pak, latihan kita sudah selesai. Bagaimana perasaan bapak setelah kita
membicarakan jadwal di rumah? Apakah ada yang ditanyakan”
 Evaluasi Objektif
“Bisa bapak sebutkan lagi ada apa saja jadwal ibu A dirumah?”
b. Rencana Tindak lanjut klien
“Baik bapak, selanjutnya silahkan menyelesaikan administrasi. Saya akan persiapkan
pakaian dan obatnya”
PROPOSAL TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK

Proposal Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi (TAKSP) Asertive Training pada Klien
Perilaku Kekerasan

A. Topik
Perilaku Kekerasan
B. Tujuan
1. Klien dapat menyebutkan stimulus penyebab kemarahan.
2. Klien dapat menyebutkan respon yang dirasakan saat marah (tanda dan gejala marah)
3. Klien dapat menyebutkan reaksi yang dilakukan saat marah (perilaku kekerasan)
4. Klien dapat menyebutkan akibat perilaku kekerasan.
5. Klien dapat mempraktekkan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik (dengan
latihan nafas dalam)
6. Klien dapat mengungkapkan keinginan dan permintaan tanpa memaksa
7. Klien dapat mengungkapkan penolakan dan rasa sakit hati tanpa kemarahan
8. Klien dapat melakukan kegiatan ibadah secara teratur
C. Landasan Teori
Umumnya klien dengan Perilaku Kekerasan dibawa dengan paksa ke Rumah Sakit Jiwa. Sering
tampak klien diikat secara tidak manusiawi disertai bentakan dan pengawalan oleh sejumlah
anggota keluarga bahkan polisi. Perilaku Kekerasan seperti memukul anggota keluarga atau
orang lain, merusak alat rumah tangga dan marah-marah merupakan alasan utama yang paling
banyak dikemukakan oleh keluarga. Penanganan oleh keluarga belum memadai, keluarga
seharusnya mendapat pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien (manajemen perilaku
kekerasan).
Perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya berduka/kehilangan yang maladaptif sehingga
timbul perasaan tidak bisa menerima sesuatu yang hilang dari dirinya (berduka disfungsional).
Kehilangan akibat dari kematian ini merupakan kehilangan yang paling berat dan sulit diterima,
seperti yang diungkapkan oleh Suntrock (2004) kehilangan dapat datang dalam kehidupan
dengan berbagai bentuknya seperti perceraian, kehilangan pekerjaan, matinya binatang
peliharaan, tetapi tidak ada kehilangan yang lebih besar selain kematian seseorang yang dicintai
dan disayangi seperti orang tua, saudara kandung, pasangan hidup, sanak saudara atau teman.
Kehilangan adalah suatu keadaan dimana seseorang individu berpisah dengan sesuatu yang
sebelumnya ada menjadi tidak ada baik secara keseluruhan maupun sebagian. Dimana
kehilangan dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri atau menyalahkan
diri sendiri atau bahkan menyalahkan orang lain, merasa tidak berguna, depresi, perasaan marah
yang berkepanjangan. Dengan terapy stimulasi persepsi, klien dilatih mempersepsikan stimulus,
yang disediakan atau yang pernah dialami. Kemampuan persepsi klien dievaluasi dan
ditingkatkan pada tiap sesi. Dengan proses ini diharapkan respon klien terhadap berbagai
stimulus dalam kehidupan menjadi adaptif, sehingga mampu untuk membantu klien dengan
perilaku kekerasan dalam mengendalikan amarah.
D. Klien
1. Kriteria
a. Klien yang tidak terlalu gelisah.
b. klien yang bisa kooperatif dan tidak mengganggu berlangsungnya Terapi Aktifitas
Kelompok.
c. Klien tindak kekerasan yang sudah sampai tahap mampu berinteraksi dalam kelompok kecil.
d. Klien tenang dan kooperatif.
e. Kondisi fisik dalam keadaan baik.
f. Mau mengikuti kegiatan terapi aktivitas.
g. Klien yang dapat memegang alat tulis.
h. Klien yang panca inderanya masih memungkinkan.
2. Proses seleksi
a. Berdasarkan observasi klien sehari-hari
b. Berdasarkan informasi dan diskusi dengan perawat ruangan mengenai perilaku klien sehari-
hari
c. Hasil diskusi kelompok
d. Berdasarkan asuhan keperawatan
e. Adanya kesepakatan dengan klien
E. Pengorganisasian
1. Waktu
a. Hari/tanggal : Sabtu, 8 Agustus 2020
b. Jam : 08.00 – 08.45
c. Acara : 45 menit
 Pembukaan : 5 menit
 Perkenalan pada klien : 2 menit
 Perkenalan TAK : 5 menit
 Persiapan : 10 menit
 Pelaksanaan : 20 menit
 Penutup : 3 menit
d. Tempat : Aula
e. Jumlah pasien : 4-6 orang
2. Tim terapis
a. Leader:
Bertugas:
 Memimpin jalannya acara terapi aktivitas kelompok
 Memperkenalkan anggota terapi aktivitas kelompok
 Menetapkan jalannya tata tertib
 Menjelaskan tujuan diskusi
 Dapat mengambil keputusan dengan menyimpulkan hasil diskusi pada kelompok terapi
diskusi tersebut.
 Kontrak waktu
- Menyimpulkan hasil kegiatan
- Menutup acara
b. Co leader
Bertugas:
 Mendampingi leader jika terjadi bloking
 Mengoreksi dan mengingatkan leader jika terjadi kesalahan
 Bersama leader memecahkan penyelesaian masalah
c. Fasilitator
Bertugas:
 Membantu klien meluruskan dan menjelaskan tugas yang harus dilakukan
 Mendampingi peserta TAK
 Memotivasi klien untuk aktif dalam kelompok
 Menjadi contoh bagi klien selama kegiatan
d. Observer
Bertugas:
 Mengobservasi persiapan dan pelaksanaan TAK dari awal sampai akhir
 Mencatat semua aktifitas dalam terapi aktifitas kelompok
 Mengobservasi perilaku pasien
e. Anggota
Bertugas: Menjalankan dan mengikuti kegiatan terapi
3. Metode dan media
a. Metode
1) Dinamika kelompok ini
2) Diskusi dan tanya jawab
3) Permainan
b. Alat:
1) Kertas
2) Spidol
3) Buku catatan dan pulpen
4) Jadwal kegiatan klien
5) Bola
c. Setting
1) Terapis dan klien duduk bersama
2) Ruangan nyaman dan tenang.

Co Leader Leader

Pasein Pasien

Pasien Pasien

Fasilitator Fasilitator

Pasien Pasien
Observer

F. Proses Pelaksanaan
1. Persiapan
a. Memilih klien perilaku kekerasan yang sudah kooperatif
b. Membuat kontrak dengan klien
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
 Salam dari terapis kepada klien.
 Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama)
 Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan nama)
b. Evaluasi validasi
 Menanyakan perasaan klien saat ini
 Menanyakan masalah yang dirasakan.
c. Kontrak
 Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mengenalkan kelompok, harus minta izin pada terapis.
 Menjelaskan aturan main berikut.
 Jika klien ada yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin pada terapis.
 Lama kegiatan 45 menit.
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.
3. Tahap kerja
a. Leader membacakan aturan permainan:
 Salah satu peserta TAK memegang bola, sambil operator memainkan musik.
 Bila musik berhenti, dan ada salah satu peserta TAK yang memegang bola berarti, ia harus
menyebutkan penyebab perilaku kekerasan, tanda gejala yang dirasakan, perilaku
kekerasan yang pernah dilakukan, akibat, serta mempraktekkan cara mengontrol PK
dengan latihan fisik (cara nafas dalam)
 Permainan dimulai. Sampai ditemukan peserta yang tetap berjoget saat musik berhenti.
 Klien dan terapis mendiskusikan penyebab masalah perilaku kekerasan
 Tanyakan pengalaman tiap klien
 Tulis di kertas
b. Mendiskusikan tanda dan gejala yang dirasakan klien saat terpapar oleh penyebab marah
sebelum perilaku kekerasan terjadi.
 Tanyakan perasaan tiap klien saat terpapar oleh penyebab  (tanda dan gejala)
 Tulis di kertas
c. Mendiskusikan perilaku kekerasan yang pernah dilakukan klien (verbal, merusak
lingkungan, mencederai, memukul, orang lain, dan memukul diri sendiri)
 Tanyakan perilaku yang dilakukan saat marah
 Tulis di kertas
d. Mendiskusiksan dampak/akibat perilaku kekerasan.
 Tanyakan akibat perilaku kekerasan.
 Tulis di papan tulis di kertas
e. Meminta pasien mempraktekkan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik
(latihan nafas dalam)
f. Menanyakan perasaan klien setelah selesai bermain paran/stimulasi.
g. Memberikan reinforcement pada peran serta klien.
h. Dalam menjalankan kegiatan TAK upayakan semua klien terlibat.
i. Observer memberi kesimpulan/evaluasi tentang jalannya TAK, mengenai jawaban klien
tentang penyebab, tanda dan gejala, perilaku kekerasan, dan akibat perilaku kekerasan.
Selanjutnya observer memberikan pujian atas peran serta klien dalam pelaksanaan TAK
serta memberi motivasi pada klien untuk meningkatkan kemampuannya dalam berlatih cara
mengontrol perilaku kemarahan.
j. Menanyakan kesediaan klien untuk mempelajari cara baru yang sehat menghadapi
kemarahan.
4. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
 Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
 Memberikan reinformennt positif terhadap perilaku klien positif.
b. Tindak Lanjut
 Menganjurkan klien menilai dan mengevaluasi jika terjadi penyebab marah, yaitu tanda
dan gejala, perilaku kekerasan yang terjadi, serta akibat perilaku kekerasan.
 Menganjurkan klien mengingat penyebab, tanda dan gejala, perilaku kekerasan dan akibat
yang belum diceritakan.
c. Kontrak yang akan datang
 Menyepakati belajar cara baru yang sehat untuk mencegah perilaku kekerasan.
 Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.
5. Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung khususnya pada tahap kerja. Aspek yang
dievaluasi adalah kemampuan klien dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi
perilaku kekerasan Sesi 1, kemampuan yang diharapkan adalah mengetahui perilaku,
mengenal tanda dan gejala, perilaku kekerasan yang dilakukan dan akibat perilaku kekerasan.
Formulir evaluasi sebagai berikut.
Sesi 1 TAK Stimulasi Persepsi Perilaku Kekerasan
Kemampuan Psikologi
Memberi Tanggapan tentang
Penyebab
Tanda dan Akibat
No Nama Klien Perilaku Perilaku
Gejala Perilaku Perilaku
Kekerasan Kekerasan
Kekerasan Kekerasan
1
2
3
4
5
Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan. Beri tanda (+) jika mampu dan beri tanda
(-) jika tidak mampu.
6. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses keperawatan
tiap klien.Contoh: Klien mengikuti Sesi 1, TAK stimulus persepsi perilaku kekerasan. Klien
mampu menyebutkan penyebab perilaku kekerasannya (disalahkan dan tidak diberi uang),
mengenal tanda dan gejala yang dirasakan (”gregeten” dan ”deg-degan”), perilaku kekerasan
yang dilakukan (memukul meja), akibat yang dirasakan (tangan sakit dan dibawa ke rumah
sakit jiwa), dan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan latihan tarik nafas dalam.
Anjurkan klien mengingat dan menyampaikan jika semua dirasakan selama dirumah sakit.
Sesi 2 TAK Stimulasi Persepsi Perilaku Kekerasan
Mencegah Perilaku Kekerasan Fisik
A. Topik
Perilaku Kekerasan
B. Tujuan
1. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang biasa dilakukan klien
2. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku kekerasan.
3. Klien dapat mendemonstrasikan dua kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku kekerasan.
C. Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
2. Ruangan nyaman dan tenang.
D. Alat
1. Kasur / kantong tinju/ gendang
2. Papan tulis/ flipchart/ witheboard
3. Buku catatan dan pulpen
4. Jadwal kegiatan klien
E. Pengorganisasian
1. Leader
2. Co-leader
3. Observer
4. Fasilitator
F. Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran/ stimulasi
G. Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi 1.
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis pada pasien
2) Klien dan terapis pakai papan nama.
b. Evaluasi /validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini
2) Menyanyakan apakah ada kejadian perilaku kekerasan: penyebab; tanda dan gejala;
perilaku kekerasan serta akibatnya.
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu secara fisik untuk mencegah perilaku kekerasan
2) Menjelaskan aturan main berikut :
 Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin kepada terapis.
 Lama kegiatan 45 menit
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap Kerja
a. Mendiskusikan kegiatan fisik yang biasa dilakukan oleh klien
1) Tanyakan kegiatan : rumah tangga, harian, dan olahraga yang biasa dilakukan klien
2) Tulis di papan tulis/ flipchart/whiteboard
b. Menjelaskan kegiatan fisik yang dapat digunakan untuk menyalurkan kemarahan secara
sehat: tarik napas dalam, menjemur/memukul kasur/bantal, menyikat kamar mandi, main
bola, senam, memukul bantal pasir tinju, dan memukul gendang.
c. Membantu klien memilih dua kegiatan yang dapat dilakukan.
d. Bersama klien mempraktikan dua kegiatan yang dipilih
1) Terapis mempraktikan
2) Klien melakukan redemonstrasi
e. Menanyakan perasaan klien setelah mempraktikan cara penyaluran kemarahan
f. Upayakan semua klien berperan aktif
4. Tahap Terminasi
1. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2) Menanyakan ulang cara baru yang sehat mencegah perilaku kekerasan
2. Tindak lanjut
1) Menganjurkan klien menggunakan cara yang telah dipelajari jika stimulus penyebab
perilaku kekerasan
2) Menganjurkan klien melatih secara teratur cara yang telah dipelajari
3) Memasukkan pada jadwal kegiatan harian klien
3. Kontrak yang akan datang
1) Meyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu interaksi sosial yang asertif
2) Meyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.
5. Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang
dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi
persepsi perilaku kekerasan Sesi 2, kemampuan yang di harapkan adalah 2 kemampuan
mencegah perilaku kekerasan secara fisik. Formulir evaluasi sebagai berikut :
Sesi 2 TAK Stimulasi Persepsi Perilaku Kekerasan
Kemampuan Mencegah Perilaku Kekerasan Fisik
Mempraktikan Cara Fisik Mempraktikan Cara
No Nama Klien
yang Pertama Fisik yang Kedua
1
2
Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk setiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mempraktikan duacara fisik untuk
mencegah perilaku kekerasan. Beri tanda (+)jika klien mampu dan tanda (-) jika klien tidak
mampu.

6. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses keperawatan
tiap klien. Contoh: klien mengikuti Sesi 2 TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan, klien
mampu mempraktikkan tarik napas dalam, tetapi belum mampu mempraktikkan pukul kasus
dan bantal. Anjurkan dan bantu klien mempraktikkan di ruang rawat (buat jadwal).

Sesi 3 TAK Stimulasi Persepsi Perilaku Kekerasan


Mencegah Perilaku Kekerasan Sosial
A. Tujuan
1. Klien dapat mengungkapkan keinginan dan permintaan tanpa memaksa.
2. Klien dapat mengungkapkan penolakan dan rasa sakit hati tanpa kemarahan.
B. Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
2. Ruangan nyaman dan tenang.
C. Alat
1. Papan tulis / flipchart/whiteboard dan alat tulis
2. Buku catatan dan pulpen
3. Jadwal kegiatan klien
D. Pengorganisasian
1. Leader
2. Co-leader
3. Observer
4. Fasilitator
E. Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran / simulasi
F. Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut Sesi 2.
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis kepada klien.
2) Klien dan terapis pakai papan nama.
b. Evaluasi / validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini.
2) Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala marah serta perilaku
kekerasan.
3) Tanyakan apakah kegiatan fisik untuk mencegah perilaku kekerasan sudah dilakukan.
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu cara sosial untuk mencegah perilaku kekerasan.
2) Menjelaskan aturan main berikut.
 Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus memintaizin kepada terapis.
 Lama kegiatan 45 menit.
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap kerja
a. Mendiskusikan dengan klien cara bicara jika ingin meminta sesuatudari orang lain.
b. Menuliskan cara-cara yang disampaikan klien.
c. Terapis mendemonstrasikan cara meninta sesuatu tanpa paksaan, yaitu “Saya perlu / ingin/
minta ..., yang akan saya gunakan untuk...”.
d. Memilih dua orang klien secara bergilir mendemonstrasikan ulangcara pada poin c.
e. Ulangi d. sampai semua klien mencoba.
f. Memberikan pujian pada peran serta klien.
g. Terapis mendemonstrasikan cara menolak dan menyampaikan rasasakit hati pada orang lain,
yaitu “Saya tidak dapat melakukan ...” atau “Saya tidak menerima dikatakan ...” atau “Saya
kesal dikatakan seperti ...”.\
h. Memilih dua orang klien secara bergilir mendemonstrasikan ulangcara pada poin d.
i. Ulangi h sampai semua klien mencoba.
j. Memberikan pujian pada peran serta klien.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2) Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang telahdipelajari.
3) Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar.
b. Tindak lanjut
1) Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik dan interaksi sosilyang asertif , jika
stimulus penyebab perilaku kekerasan terjadi.
2) Menganjurkan klien melatih kegiatan fisik dn interaksi sosial yangasertif secara teratur.
3) Memasukkan interaksi sosial yang asertif pada jadwal kegiatanharian klien.
c. Kontrak yang akan datang
1) Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu kegiatan ibadah.
2) Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.
5. Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang
dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi
persepsi perilaku kekerasan Sesi 3, kemampuan klien yang diharapkan adalah mencegah
perilaku kekerasan secara sosial. Formulir evaluasi sebagai berikut.
Sesi 3: TAK Stimulasi Persepsi Perilaku Kekerasan
Kemampuan Mencegah Perilaku Kekerasan Sosial
Memperagakan Memperagakan Memperagakan Cara
No Nama klien Cara Meminta Cara Menolak Mengungkapkan
Tanpa Paksa yang Baik Kekerasan yang Baik
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian akan kemampuan mempraktikan pencegahanperilaku kekerasan
secara social : meminta tanpa paksa, menolak dengan baik, mengungkapkan kekesalan dengan
baik. Beri tanda (+) jika klien mampu dan (-) jika klien tidak mampu.
6. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses keperawatan
tiap klien. Contoh: klien mengikuti sesi 3, TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan. Klien
mampu memperagakan cara meminta tanpa paksa, menolak dengan baik dan mengungkapkan
kekerasan. Anjurkan klien mempraktikan di ruang rawat ( buat jadwal).

Sesi 4 TAK Stimulasi Persepsi Perilaku Kekerasan


Mencegah Perilaku Kekerasan Spiritual

A. Tujuan
Klien dapat melakukan kegiatan ibadah secara teratur.
B. Setting
1. Terapis dan k lien duduk bersama dalam lingkaran.
2. Ruangannyaman dan tenang.
C. Alat
1. Papan tulis/flipchart/whiteboard dan alat tulis
2. Buku catatan dan pulpen
3. Jadwal kegiatan klien
D. Pengorganisasian
1. Leader
2. Co-leader
3. Observer
4. Fasilitator
E. Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan Tanya jawab
3. Bermain peran /simulasi
F. Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi
b. Menyiapkan alat dan tempat
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis kepada klien
2) Klien dan terapis pakai papan nama
b. Evaluasi/validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini
2) Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala marah, serta perilaku
kekerasan
3) Tanyakan apakah kegiatan fisik dan interaksi social yang asertif untuk mencegah perilaku
kekerasan sudah dilakukan.
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu kegiatan ibadah untuk mencegah perilaku kekerasan.
2) Menjelaskan aturan main berikut.
 Jika ada klien yang meninggalkan kelompok, harus meminta izinkepada terapis.
 Lama kegiatan 45 menit
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap kerja
a. Menanyakan agama dan kepercayaan masing masing klien.
b. Mendiskusikan kegiatan ibadah yang biasa dilakukan masing masingklien.
c. Menuliskan kegiatan ibadah masing masing klien.
d. Meminta klien untuk memilih satu kegiatan ibadah.
e. Meminta klien mendemonstrasikan kegiatan ibadah yang dipilih.
f. Memberikan pujian pada penampilan klien.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2) Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang telah dipelajari.
3) Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar.
b. Tindak lanjut
1) Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik, interaksi sosial yang asertif, dan
kegiatan ibadah jika stimulus penyebab perilaku kekerasan terjadi.
2) Menganjurkan klien melatih kegiatan fisik, interaksi social yang asertif, dan kegiatan
ibadah secara teratur.
3) Memasukkan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan harian klien.
c. Kontrak yang akan datang
1) Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu minum obat teratur.
2) Menyepakati waktu dan tempat pertemuan berikutnya.
5. Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek
yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi
persepsi perilaku kekerasan Sesi 4, kemampuan klien yang diharapkan adalah perilaku 2
kegiatan ibadah untuk mencegah kekerasan. Formulir evaluasi sebagai berikut:
Sesi 4 TAK Stimulasi Persepsi Perilaku Kekerasan
Kemampuan Mencegah Perilaku Kekerasan Spiritual
Mempraktikkan Kegiatan Mempraktikkan
No Nama Klien
Ibadah Pertama Kegiatan Ibadah Kedua
1
2
3
4
5
6
7
8
Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mempraktikkan duakegiatan ibadah pada
saat TAK. Beri tanda (+) jika klien mampu dan (-) klien tidak mampu.
6. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimilki klien saat TAK pada catatan proses keperawatan
tiap klien.Contoh : klien mengikuti sesi 4 , TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan. Klien
mampu memperagakan dua cara ibadah. Anjurkan klien melakukannya secara teratur di
ruangan( buat jadwal).

Sesi 5 TAK Stimulasi Persepsi Perilaku Kekerasan


Mencegah Perilaku Kekerasan dengan Patuh Mengkonsumsi Obat

A. Tujuan
1. Umum: Pasien dapat mencegah/mengontrol perilaku kekerasan dengan patuh mengkonsumsi
obat.
2. Khusus :
a. Klien dapat menyebutkan keuntungan patuh minum obat.
b. Klien dapat menyebutkan akibat/kerugian tidak patuh minum obat.
c. Klien dapat menyebutkan lima benar cara minum obat.
B. Setting
1. Terapis dan Klien duduk bersama dalam lingkaran.
2. Ruangan nyaman dan tenang.
C. Alat
1. Papan tulis/flipchart/whiteboard dan alat tulis
2. Buku catatan dan pulpen
3. Jadwal kegiatan klien
4. Beberapa contoh obat
D. Pengorganisasian
1. Leader
2. Co-leader
3. Fasilitator
4. Observer
E. Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
F. Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut Sesi 4
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis kepada klien
2) Klien dan terapis pakai papan nama
b. Evaluasi/validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini
2) Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala marah, serta perilaku
kekerasan.
3) Tanyakan apakah kegiatan fisik, interaksi social yang asertif dan kegiatan ibadah untuk
mencegah perilaku kekerasan sudah dilakukan.
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu patuh minum obat untuk mencegah perilaku kekerasan.
2) Menjelaskan aturan main berikut :
 Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta izin kepada terapis
 Lama kegiatan 45 menit.
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap kerja
a. Mendiskusikan macam obat yang dimakan klien : nama dan warna (upayakan tiap klien
menyampaikan)
b. Mendiskusikan waktu minum obat yang biasa dilakukan klien.
c. Tuliskan di whiteboard hasil A dan B.
d. Menjelaskan lima benar minum obat, yaitu benar obat, benar waktuminum obat, benar orang
yang minum obat, benar cara minum obat, benar dosis obat.
e. Menjelaskan tentang prinsip 5 benar dan meminta klien menyebutkanlima benar cara
minum obat, secara bergiliran.
f. Berikan pujian pada klien yang benar.
g. Mendiskusikan perasaan klien sebelum minum obat (catat di whiteboard)
h. Mendiskusikan peranan klien jika teratur minum obat (catat diwhiteboard).
i. Menjelaskan keuntungan patuh minum obat, yaitu salah satu cara mencegah perilaku
kekerasan/kambuh.
j. Menjelaskan akibat/kerugian jika tidak patuh minum obat, yaitu kejadian perilaku
kekerasan/kambuh.
k. Minta klien menyebutkan kembali keuntungan patuh minum obat dan kerugian tidak patuh
minum obat.
l. Memberi pujian setiap kali klien benar.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menyanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2) Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang telah dipelajari.
3) Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar.
b. Tindak lanjut
1) Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik, interaksi social asertif, kegiatan ibadah,
dan patuh minum obat untuk mencegah perilaku kekerasan.
2) Memasukkan minum obat dalam jadwal kegiatan harian klien.
c. Kontrak yang akan datang
1) Mengakhiri pertemuan untuk TAK perilaku kekerasan, dan disepakati jika klien perlu
TAK yang lain.
5. Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung khususnya pada tahap keraj. Aspek yang
dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi
persepsi perilaku kekerasan sesi 5, kemampuan yang diharapkan adalah mengetahui lima
benar cara minum obat, keuntungan minum obat, dan akibat tidak patuh minum obat.
Formulir evaluasi sebagai berikut :
Sesi 5 TAK Stimulasi Persepsi Perilaku Kekerasan
Kemampuan Mencegah Perilaku Kekerasan dengan Patuh Minum Obat
Menyebutkan Menyebutkan akibat
Menyebutkan lima
No Nama Klien keuntungan minum tidak patuh minum
benar minum obat
Obat obat
1
2
3
4
Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan menyebutkan lima benarcara minum obat,
keuntungan minum obat, dan akibat tidak patuh minum obat. Beri tanda (+) jika klien mampu
dan (-) jika klien tidak mampu.
6. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien pada cartatan proses keperawatan tiap klien.
Contoh : klien mengikuti sesi 5, TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan. Klien mampu
menyebutkan lima benar cara minum obat, belum dapat menyebutkan keuntungan minum
obat dan akibat tidak minum obat. Anjurkan klien mempraktikan lima benar cara minum obat,
bantu klien merasakan keuntungan minum obat, dan akibat tidak minum obat.
NASKAH ROLE PLAY TAK RESIKO PERILAKU KEKERASAN (PK) Sesi 1

Leader : Hendra Saputra


Co-Leader : Dilla Najmi
Observer : Inggid Fatimatuzzahro

Fasilitator : 1. Yasmin Salsabillah


2. Nadiyatul
Chomariyah
3. Ulil Alami
4. Maya Ayu Wandari
5. Ayu Nirmala Sari

6. Margareta dewi
Arum
Narator : Fajar Agustiawan

Pasien : 1. Devi Ayu F


2. Khori Aini
Sha’ Diyah
3. Indah
Nurrahmawati
4. Ainul hanifah
5. Anita Wati

6. Friska Ayu
Krisnawati
Di sebuah Rumah Sakit J, tepatnya di ruang Anggrek yaitu dinurse station tampak
terlihat tim perawat akan melaksanakan terapi aktivitas kelompok kepada kelompok pasien
dengan risiko perilaku kekerasan dengan berbagai macam sebab, Perawat sudah memilah dan
memilih pasien yang sesuai dengan indikasi dan membuat kontrak dengan pasien. Sebelum
perawat memasuki ruangan terapi aktivitas kelompok mereka berdiskusi dahulu mengenai alat
dan bahan apa yang akan dipakai saat terapi aktivitas kelompok tersebut.

Leader : “Selamat pagi semuanya”


Observer dan Fasilitator : “Pagi…”
Leader : “Pada hari ini kita akan melakukan terapi aktivitas kelompok pada
pasien dengan indikasi resiko perilaku kekerasan. Untuk sesi ke-1 kita
lakukan untuk menyebutkan penyebab perilaku kekerasan, tanda dan
gejala yang dirasakan pasien, apa saja yang dilakukan pasien dalam
menghadapi kemarahan tersebut. Untuk pembagiannya yang pertama
leadernya adalah saya sendiri, untuk co-leader ada Dilla, untuk
observer ada Inggid, untuk fasilitator ada yasmin, nadiyatul, ulil,
maya, ayu, margareta.
“Alat dan bahan yang dibutuhkan adalah musik, kita bisa menggunakan
hp saja lalu ada bola.”
“Baik, apa ada yang ingin ditanyakan atau didiskusikan sebelum kita
kepasien?”
Observer dan Fasilitator : “Tidak ada.”
Leader : “Baik, ika tidak ada yang ingin ditanyakan, mari kita langsung
ke pasien.”

Lalu Leader, Co-Leader, Observer dan Fasilitator pergi menuju Lapangan RSJ Limo,
Depok dimana sudah banyak pasien RPK yang berkumpul disana.

Leader : “Assalamu’alaikum.wr.wb. Selamat pagi…”


Pasien : “Wa’alaikumsalam.wr.wb. Pagi...”
Leader : “Bapak-bapak dan ibu-ibu sekalian, pada hari ini kita akan melakukan
terapi aktivitas kelompok, terapi tersebut untuk mengetahui tanda –tanda
yang muncul ketika emosi, apa saja hal yang menyebabkan bapak dan
ibu semua emosi. Lama kegiatan TAK kira-kira kurang lebih 30 menit.
Jika nanti bapak atau ibu sekalian ada yang mau meninggalkan ruangan
diharapkan bapak meminta ijin terlebih dahulu, serta bapak-bapak dan
ibu-ibu sekalian diharapkan mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
apakah bapak dan ibu semua bersedia?”
Pasien : “Bersedia sus…”
Leader : Sebelum memulai terapi, kami akan memperkenalkan diri kami
terlebih dahulu dimulai dari saya yang memimpin jalannya terapi aktivitas kelompok pada hari
ini, nama saya...........
Co-Leader : “Nama saya........saya bertugas sebagai co-leader membantu leader
mengkoordinasi seluruh kegiatan.”
Observer : “Nama saya..........saya bertugas sebagai observer pengamat jalannya
terapi aktivitas kelompok.”
Fasilitator : “Nama saya.....( semua fasilitator memperkenalkan diri).”
Fasilitator (yasmin) :” Kami bertugas sebagai fasilitator memotivasi peserta dalam aktivitas
kelompok serta membantu leader dalam melaksanakan kegiatan.”
Leader : “Lama kegiatan TAK kira-kira kurang lebih 30 menit.
Leader : “Baik…untuk terapinya kita menggunakan media yaitu bermain bola
menggunakan music jadi bola dioper ke bapak dan ibu dan jika music
berhenti maka bapak/ibu yang mendapat bola dapat menyebutkan
nama, menyebutkan penyebab kemarahannya, menyebutkan respons
yang dirasakan saat marah (tanda dan gejala marah), dapat
menyebutkan reaksi yang dilakukan saat marah (perilaku kekerasan)
seperti memecahkan barang dan sebagainya, dan dapat menyebutkan
akibat perilaku kekerasan”
“Dan didalam terapi ini bapak dan ibu semua tidak boleh keluar dan
harus mengikuti dari awal hingga akhir terapi.”
“Sudah jelas bapak dan ibu semua?”
Pasien : “Sudah sus……”
Leader : “Baik, kita mulai ya terapinya. Silahkan musicnya dinyalakan.”

*music dinyalakan sambil bola dioper-oper kepasien terapi*


*lalu music berhenti dan bola ada ditangan Tn. Aldin*

Yasmin : ”Bisa tolong sebutkan nama bapak siapa?”


friska : “Nama saya..... sus.” *dengan nada keras*
Yasmin : “ibu biasanya suka emosi atau tidak pak?”
friska : “Suka..kadang-kadang.” *dengan nada
keras* yasmin : “Biasanya emosi karena apa pak?”
friska : “Karena mengingat kejadian disaat istri saya meninggalkan saya.”
yasmin : “Biasanya kalau bapak mengingat kejadian itu apa yang bapak rasakan?”
friska : “Biasanya dada saya berdebar-debar sus.”
yasmin : “Perilaku kekerasaan apa yang paling sering bapak lakukan dan bapak
bisa untuk bapak peragakkan?”
friska : “Biasanya saya berteriak dan memaki orang sus.”
yasmin : “Apa yang bapak Aldin rasakan setelah berteriak dan memaki-maki
orang?”
friska : “Saya merasa tidak nyaman dan tenggorokan saya sakit
sus.” yasmin : “Baik kita lanjut kembali ya terapinya.”

*music dinyalakan kembali sambil bola dioper-oper kepasien terapi yang lain*
*lalu music berhenti dan bola ada ditangan Ny. Jyhan *

nadiyatul : “Bisa sebutkan nama ibu siapa?”


khori : “Saya ....” *dengan nada keras*
nad : “Ibu suka marah-marah atau tidak?”
khor : “Saya tidak pernah marah-marah sus.”
nad : “Kalau emosi, ibu suka emosi tidak?”
khor : “Kalau emosi saya pernah sus tapi kalau marah-marah tidak pernah.”
nad : “Biasanya ibu emosi karena apa ya bu?”
khor : “Karena saya ingat waktu sekolah pernah dibully teman-teman saya.”
nad : “Dibullynya karena apa bu?”
khor : “Dibully karena saya pernah bilangin temen saya ke wali kelas saya
waktu temen saya kabur dari sekolah jadi setelah kejadian itu saya dibully
hampir setiap hari.”
nad : “Biasanya kalau ibu mengingat kejadian itu apa yang ibu rasakan?”
khor : “Biasanya tangan saya mengepal sus. Muka saya terasa panas,
mulut saya tertutup sus.”
nad : “Perilaku kekerasaan apa yang paling sering ibu lakukan dan ibu
bisa untuk ibu peragakkan?”
khor : “Saya suka melempar barang yang ada didekat saya sus.”
nad : “Apa yang ibu rasakan setelah melakukan hal tersebut?”
khor : “Barang-barang saya pada rusak karena banyak yang saya
lempar.” nad : “Baik, kita lanjut ke terapi ya.”

*music dinyalakan kembali sambil bola dioper-oper kepasien terapi yang lain*
*lalu music berhenti dan bola ada ditangan Ny. Ega*

ulil : “Bisa sebutkan nama ibu siapa?”


indah : “Nama saya ....” *dengan nada keras*
ulil : “Apakah ibu pernah emosi?”
indah : “Pernah sus.” *dengan nada keras*
ulil : “Biasanya ibu emosi karena apa ya bu?”
indah : “Karena suami saya banyak menuntut ini itu sus.”
ulil : “Menuntut bagaimana ya bu?”
indah : “Pokoknya banyak menuntut sus.”
ulil : “Biasanya kalau ibu mengingat kejadian itu apa yang ibu rasakan?”
indah : “Biasanya mata saya melotot dan merah, mulut tertutup sus.”
ulil : “Perilaku kekerasaan apa yang paling sering ibu lakukan dan ibu
bisa untuk ibu peragakkan?”
indah : “Saya suka melempar barang yang ada didekat saya sus.”
ulil : “Apa yang ibu rasakan setelah melakukan hal tersebut?”
indah : “Barang-barang saya pada rusak karena banyak yang saya
lempar.” ulil : “Baik, kita lanjut ke terapi ya.”

Leader : “Nah, hal-hal yang bapak-bapak dan ibu-ibu tadi sebutkan diatas
merupakan tanda-tanda dari emosi seperti dada bapak/ibu berdebar-debar,
mata melotot dan merah, rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal.
Lalu juga akibat yang ditimbulkan karena perasaan marah/emosi yang
tidak dapat terkendali, apakah bapak-bapak dan ibu-ibu semua sekalian
tidak merasa rugi?”
Pasien : “Rugi sus.”
Leader : “*evaluasi dari kegiatan TAK*

Leader : “Kita sudah 30 menit melaksanakan TAK, baiklah bapak-bapak dan ibu-
ibu hari kamis nanti kita akan melakukan kegiatan TAK lagi dengan topic
yang berbeda ya.”
Pasien : “Temanya apa suster?”
Leader : “Temanya yaitu cara mencegah perilaku kekerasan fisik.kegiatannya
akan kita mulai pukul 09.00 WIB diruangan ini lagi selama kurang lebih
30 menit. Baiklah bapak-bapak dan ibu-ibu karena waktunya sudah habis,
sekarang kita tutup kegiatan ini, bapak-bapak dan ibu-ibu bisa
melanjutkan kegiatan yang lain. Terimaksih atas kerja sama bapak-bapak
dan ibu-ibu sekalian, mohon maaf jika kami ada salah kata-kata,
Wasalamualaikum wr.wb selamat pagi semuanya.”

Setelah terapi aktivitas kelompok Leader, Co-Leader, Observer dan Fasilitator kembali ke
nurse station dan membicarakan apa yang harus dievaluasi dari kegiatan TAK tersebut.

*di nurse station*


Leader : “Assalamualaikum.wr.wb.”
Observer & Fasilitator : “Wa’alaikumsalam.wr.wb.”
Leader : “Alhamdulillah TAK pada hari ini sudah selesai ya. Oke, langsung
saja kepada observer suster farha untuk observernya, silahkan.”
Observer : “Disini saya akan mengevaluasi jalannya TAK ya, saya rasa TAK pada
hari ini cukup lancar, untuk pasiennya sangat kooperatif dan tidak ada
yang keluar dari TAK. Menurut saja itu saja evaluasi dari saya pada
TAK sesi 1 hari ini.”
Leader : “Oke terimakasih Observer Farha, apakah ada tambahan?”
Co-Leader : “Yaa tadi TAK nya hari ini berjalan cukup lancar dan untuk TAK
selanjutnya ditingkatkan lagi.”
Leader : “Apakah ada yang ingin disampaikan Fasilitator?”
Fasilitator : “Tidak ada.”
Leader : “Oke baik, jika tidak ada yang ingin disampaikan lagi, kita tutup saya.
Wasalamualaikum wr.wb.”

Anda mungkin juga menyukai