PERILAKU KEKERASAN
AYNUR RISYDA
NIM.1120021063
Keterangan:
Asertif: Kemarahan yang diungkapkan tanpa menyakiti orang lain
Frustasi: Kegagalan mencapai tujuan karena tidak relialitas atau terhambat
Pasif: Respons lanjut klien tidak mampu ungkapkan perasaan
Agresif: Perilaku destruktif masih terkontrol
Kemarahan: Perilaku dekstruktif dan tidak terkontrol
7. Pohon Masalah Perilaku Kekerasan
Perilaku kekerasan
f. Status mental
1) Penampilan
Melihat penampilan klien dari ujung rambut sampai ujung kaki tidak rapi,
penggunaan pakaian tidak sesuai, cara berpakaian tidak seperti biasanya,
kemampuan klien dalam berpakaian kurang, dampak ketidakmampuan
berpenampilan baik/berpakaian terhadap status psikologis klien (deficit
perawatan diri). Pada klien dengan perilaku kekerasan biasanya klien tidak
mampu merawat penampilannya, biasanya penampilan tidak rapi, penggunan
pakaian tidak sesuai, cara berpakaian tidak seperti biasanya, rambut kotor.
rambut seperti tidak pernah disisir, gigi kotor dan kuning, kuku panjang dan
hitam.
2) Pembicaraan
Amati pembicaraan klien apakah cepat, keras, terburu-buru, gagap, sering
terhenti/bloking, apatis, lambat, membisu, menghindar, tidak mampu memulai
pembicaraan. Pada klien perilaku kekerasan cara bicara klien kasar, suara
tinggi, membentak, ketus, berbicara dengan kata – kata kotor.
3) Aktivitas motorik
Agresif, menyerang diri sendiri orang lain maupun menyerang objek yang ada
disekitarnya. Klien perilaku kekerasan terlihat tegang dan gelisah, muka
merah, jalan mondar-mandir.
4) Afek dan emosi
Untuk klien perilaku kekerasan efek dan emosinya labil, emosi klien cepat
berubah-ubah cenderung mudah mengamuk, membanting barang-barang/
melukai diri sendiri, orang lain maupun objek sekitar, dan berteriak-teriak.
5) Interaksi selama wawancara
Klien perilaku kekerasan selama interaksi wawancara biasanya mudah marah,
defensive bahwa pendapatnya paling benar, curiga, sinis, dan menolak dengan
kasar. Bermusuhan: dengan kata-kata atau pandangan yang tidak bersahabat
atau tidak ramah. Curiga dengan menunjukan sikap atau peran tidak percaya
kepada pewawancara atau orang lain.
6) Persepsi atau sensori
Pada klien perilaku kekerasan resiko untuk mengalami persepsi sensori
sebagai penyebabnya.
7) Proses pikir
a) Proses pikir (arus dan bentuk pikir)
Otistik (autisme): bentuk pemikiran yang berupa fantasi atau lamunan
untuk memuaskan keinginan untuk memuaskan keinginan yang tidak
dapat dicapainya. Hidup dalam pikirannya sendiri, hanya memuaskan
keinginannya tanpa peduli sekitarnya, menandakan ada distorsi arus
asosiasi dalam diri klien yang dimanifestasikan dengan lamunan, fantasi,
waham dan halusinasinya yang cenderung menyenangkan dirinya.
b) Isi pikir
Pada klien dengan perilaku kekerasan klien memiliki pemikiran curiga,
dan tidak percaya kepada orang lain dan merasa dirinya tidak aman.
8) Tingkat kesadaran
Tidak sadar, bingung, dan apatis. Terjadi disorientasi orang, tempat, dan
waktu. Klien perilaku kekerasan tingkat kesadarannya bingung sendiri untuk
menghadapi kenyataan dan mengalami kegelisahan.
9) Memori
Klien dengan perilaku kekerasan masih dapat mengingat kejadian jangka
pendek maupun panjang.
10) Tingkat konsentrasi
Tingkat konsentrasi klien perilaku kekerasan mudah beralih dari satu objek
ke objek lainnya. Klien selalu menatap penuh kecemasan tegang dan
gelisahan.
11) Kemampuan penilaian/pengambilan keputusan
Klien perilaku kekerasan tidak mampu mengambil keputusan yang
konstrukue dan adaptif.
12) Daya titik
Mengingkari penyakit yang diderita: klien tidak menyadari gejala penual
(perubahan fisik dan emosi) pada dirinya dan merasa tidak perlu minta
pertolongan/klien menyangkal keadaan penyakitnya. Menyalahkan hal-hal
diluar dirinya yang menyebabkan timbulnya penyakit atau masalah sekarang.
13) Mekanisme koping
Klien dengan HDR menghadapi suatu permasalahan, apakah menggunakan
cara-cara yang adaptif seperti bicara dengan orang lain, mampu
menyelesaikan masalah, teknik relaksasi, aktivitas konstruktif, olah raga, dll
ataukah menggunakan cara-cara yang maladaptif seperti minum alkohol,
merokok. Reaksi lambat/berlebihan, menghindar, mencederai diri atau
lainnya.
2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang bisa muncul pada pasien dengan perilaku kekerasan
antara lain :
a. Risiko mencederai diri sendiri, atau orang lain
b. Risiko Perilaku kekerasan
c. Perilaku perubahan persepsi sensori: halusinasi
d. Gangguan harga diri: harga diri rendah
e. Koping individu tidak efektif
3. Intervensi
Diagnosa Perencanaaan
Keperawatan Tujuan Intervensi Kriteria Evaluasi
Perilaku TUM: Bina hubungan saling percaya: Klien menunjukkan tanda-tanda
Kekerasan Klien dan keluarga mampu a. Mengucapkan salam terapeutik. percaya kepada perawat dengan:
mengatasu atau Sapa klien dengan ramah, baik a. Ekspresi wajah cerah,
mengendalikan perilaku verbal maupun non verbal. tersenyum.
kekerasan. b. Berjabat tangan dengan klien. b. Mau berkenalan
c. Perkenalkan diri dengan sopan c. Ada kontak mata
TUK 1: d. Tanyakan nama lengkap klien dan d. Bersedia menceritakan
Klien dapat membina nama panggilan yang disukai klien. perasaannya.
hubungan saling percaya. e. Jelaskan tujuan pertemuan e. Bersedia mengungkapkan
f. Membuat kontrak topik, waktu, masalah.
dan tempat setiap kali bertemu
klien.
g. Tunjukkan sikap empati dan
menerima apa adanya.
h. Beri perhatian kepada klien dan
perhatian kebutuhan dasar klien.
TUK 2: Bantu klien untuk mengungkapkan a. Menceritakan penyebab
Klien dapat perasaan marahnya: perilaku kekerasan yang
mengidentifikasi penyebab a. Diskusikan bersama klien untuk dilakukannya.
perilaku kekerasan yang menceritakan penyebab rasa kesal b. Menceritakan penyebab
dilakukannya. atau rasa keselnya. perasaan jengkel/kesal, baik
b. Dengarkan penjelasan klien tanpa dari diri sendiri maupun
menyela atau memberi penilaian lingkungannya.
pada setiap ungkapan perasaan
klien.
TUK 3: Membantu klien mengungkapkan Klien dapat menceritakan tanda-
Klien dapat tanda-tanda perilaku kekerasaan yang tanda perlaku kekerasan secara:
mengidentifikasi tanda- dialaminya: a. Fisik: mata merah, tangan
tanda perilaku kekerasan. a. Diskusikan dan motivasi klien mengepal, ekspresi tegang.
untuk menceritakan kondisi fisik b. Emosional: perasaan marah,
saat perilaku kekerasan terjadi. jengkel, bicara kasar
b. Diskusikan dan motivasi klien c. Sosial: bermusuhan yang
untuk menceritakan kondisi dialami saat terjadi perilaku
emosinya saat terjadinya perilaku kekerasan.
kekerasan.
c. Diskusikan dan motivasi klien
untuk menceritakan kondisi
psikologis saat terjadi perilaku
kekerasan.
d. Diskusikan dan motivasi klien
untuk menceritakan kondisi
hubungan dengan orang lain saat
terjadi perilaku kekerasan.
TUK 4: a. Diskusikan dengan klien seputar Klien dapat menjelaskan:
Klien dapat perilaku kekerasan yang a. Jenis-jenis ekspresi
mengidentifikasi jenis dilakukannya selama ini. kemarahan yang selama ini
perilaku kekerasan yang b. Motivasi klien menceritakan jenis- telah dilakukannya.
pernah dilakukannya. jenis tindak kekerasan yang selama b. Persaannya saat melakukan
ini pernah dilakukannya. kekerasan.
c. Motivasi klien menceritakan c. Efektivitas cara yag dipakai
perasaan setelah tindak kekerasan dalam menyelesaikan
tersebut terjadi. masalah.
d. Diskusikan apakah dengan tindak
kekerasan yang dilakukannya,
masalah yang dialami teratasi.
TUK 5: Diskusikan dengan klien akibat negatif Klien dapat menjelaskan akibat
Klien dapat atau kerugian dari cara atau tindakan yang timbul dari tindak
mengidentifikasi akibat dari kekerasan yang dilakukan pada diri kekerasan yang dilakukanya:
perilaku kekersan. sendiri, orang lain/keluarga, dan Diri sendiri (luka, dijauhi teman,
lingkungan. dll), orang lain/keluarga (luka,
tersinggung, ketakutan, dll),
lingkungan (barang atau benda-
benda rusak, dll).
TUK 6: Diskusikan dengan klien: Klien dapat menjelaskan cara-
Klien dapat a. Apakah klien mau mempelajari cara sehat untuk
mengidentifikasi cara cara baru mengungkapkan marah mengungkapkan kemarahannya.
konstruktif atau cara-cara yang sehat.
sehat dalam b. Jelaskan berbagai alternatif pilihan
mengungkapkan kemarahan. untuk mengungkapkan kemarahan
selain perilaku kekerasan yang
diketahui pasien.
c. Jelaskan cara-cara sehat untuk
mengungkapkan kemarahan,
dengan cara:
1) Cara fisik: nafas dalam, pukul
banytal atau kasur, olahraga.
2) Verbal: mengungkapkan bahwa
dirinya sedang kesal pada orang
lain.
3) Sosial: latihan asertif dengan
orang lain.
4) Spiritual: sholat, doa, dzikir,
meditasi sesuai dengan
kenyakinan agamanya masing-
masing.
TUK 7: a. Diskusikan cara yang mungkin Klien dapat memperagakan cara
Klien dapat dipilih serta anjurkan klien mengontrol perilaku kekerasan
mendemonstrasikan cara memilih cara yang mungkin secara fisik, verbal, dan spiritual
mengontrol perilaku diterapkan untuk mengungkapkan dengan cara berikut:
kekerasan. kemarahannya. a. Fisik: tarik nafas dalam,
b. Latih klien memperagakan cara memukul bantal atau kasur
yang dipilih dengan melaksanakan b. Verbal: mengungkapkan
cara yang dipilih. perasaan kesal pada orang
c. Jelaskan manfaat tersebut. lain tanpa menyakiti.
d. Anjurkan klien menirukan c. Spiritual: dzikir, doa,
peragaan yang sudah dilakukan. meditasi sesuai agamanya
e. Beri penguatan pada klien, perbaiki masing-masing
cara yang masih belum sempurna.
f. Anjurkan klien menggunakan cara
yang sudah dilatih saat
marah/jengkel.
TUK 8: a. Diskusikan pentingnya peran Keluarga klien mampu:
Klien mendapatkan keluarga sebagai pendukung klien a. Menjelaskan cara merawat
dukungan keluarga untuk dalam mengatasi perilaku klien dengan risiko perialku
mengontrol risiko perilaku kekerasan. kekerasan.
kekerasan. b. Diskusikan potensi keluarga untuk b. Mengungkapkan rasa puas
membantu klien mengatasi perilaku dalam merawat klien dengan
kekerasan. perilaku kekerasan.
c. Jelaskan pengertian, penyebab,
akibat dan cara merawat klien
perilaku kekerasan yang dapat
dilaksanakan oleh keluarga.
TUK 9: a. Jelaskan manfaat menggunakan a. Klien dapat menjelaskan:
Klien menggunakan obat obat secara teratur dan kerugian b. Manfaat minum obat
sesuai program yang telah jika tidak menggunakan obat. c. Kerugian tidak minum obat
ditetapkan. b. Jelaskan kepada klien: d. Nama obat
1) Jenis obat (nama, warna, dan e. Bentuk dan warna obat
bentuk obat) f. Dosis yang diberikan
2) Dosis yang tepat kepadanya
3) Waktu pemakaian g. Cara pemakaian
4) Cara pemakaian h. Efek yang dirasakan
5) Efek yang dirasakan i. Klien menggunakan obat
c. Anjurkan klien untuk: sesuai program
1) Minta dan menggunakan obat
tepat waktu
2) Lapor ke perawat/dokter jika
mengalami efek yang tidak
biasa
d. Beri pujian terhadap kedisiplinan
klien menggunakan obat.
4. Implementasi
Perilaku Kekerasan
Implementasi pada Pasien Implementasi pada Keluarga
TUK 1 TUK 1
a. Mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan a. Mendiskusikan masalah yang rasakan keluarga dalam merawat
b. Menigentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan pasien.
c. Mengidentifikasi perilaku kekerasan b. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala perilaku kekerasan
d. Mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan yang dialami pasien beserta proses terjadinya perilaku
kekerasan.
e. Menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasan
f. Membantu pasien mempraktekan latihan cara mengontrol
perilaku kekerasan secara fisik 1 : latihan napas dalam
g. Menganjurkan pasien memasukan dalam kegiatan harian
TUK 2 TUK 2
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien a. Melatih keluarga mempraktekan cara merawat pasien
b. Melatih pasien mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik dengan perilaku kekersan
2 : pukul kasur dan bantal b. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung pada
c. Menganjurkan pasien memasukan ke dalam kegiatan harian pasien perilaku kekerasan
TUK 3 TUK 3
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien e. Membantu keluarga membuat jadwal aktifitas dirumah
b. Melatih pasien mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik termasuk minum obat (perencanaan pulang)
2 : pukul kasur dan bantal f. Menjelaskan tindakan tindak lanjut pasien setelah pulang
c. Menganjurkan pasien memasukan ke dalam kegiatan harian
TUK 4
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b. Melatih pasien mengontrol perilaku kekerasan dengan cara
spritual
c. Mengajurkan pasien memasukan ke dalam kegiatan harian
TUK 5
a. Mengevaluasi jadwal harian pasien Melatih pasien mengontrol
perilaku kekerasan dengan minum obat
b. Menganjurkan pasien memasukan kedalam kegiatan harian
1. Evaluasi
Evaluasi merupakan proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada pasien. Evaluasi ada ua macam yaitu:
a. Evaluasi proses atau evaluasi formatif yang dilakukan setiap selesai melakukan
tindakan
b. Evaluasi hasil atau sumatif, yang dilakukan dengan membandingkan respon
pasien pada tujuan khusus dan umum yang telah ditetapkan
Sutejo. 2017. Keperawatan Jiwa : Konsep dan Praktik Asuhan Keperawatan Kesehatan
Jiwa (Gangguan Jiwa dan Psikososial). Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Yusuf, Rizky, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : Salemba
Medika.
Varera, Sonya Maharani. 2017. Asuhan Keperawatan pada Klien Skizofrenia tipe Manik
dengan Gangguan Perilaku Kekerasan di Ruang Flamboyan Rumah Sakit Jiwa
Menur Surabaya (KTI). Jombang: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia
Medika