LAPORAN PENDAHULUAN
Adaptif Maladaptif
1.1.3. Etiologi
1. Faktor Presisposisi
Faktor-faktor yang mendukung terjadinya masalah perilaku kekerasan
adalah faktor biologis, psikologis dan sosiokultural.
a. Faktor biologis
1. Instinctual Drive Theory (Teori Dorongan Naluri).
Teori ini menyatakan bahwa perilaku kekerasan disebakan oleh suatu
dorongan kebutuhan dasar yang sangat kuat.
2. Psychosomatic Theory (teori Psikosomatik)
Pengalaman marah adalah akibat dari respons psikologis terhadap
stimulus eksternal, internal maupun lingkungan. Dalam hal ini
system limbic berperan sebagai pusat untuk mengekspresikan
maupun menghambat rasa marah.
b. Faktor psikologis
1. Frustration Aggression Theory (teori agresif frustasi)
Menurut teori ini perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil dari
akumulasi frustasi. Frustasi terjadi apabila keinginan individu
untuk mencapai sesuatu gagal atau menghambat. Keadaan tersebut
dapat mendorong individu berperilaku agresif karena perasaan
frustasi akan berkurang melalui perilaku kekerasan.
2. Behavior Theory (Teori Perilaku)
Kemarahan adalah proses belajar, hal ini dapat dicapai apabila
tersedia fasilitas/situasi yang mendukung
3. Eksistensial Theory (Teory Eksistensi)
Bertingkah laku adalah kebutuhan dasar manusia, apabila
kebutuhan tersebut tidak dapat terpenuhi melalui berperilaku
konstruktif, maka individu akan memenuhinya melalui berperilaku
destruktif.
c. Faktor sosiokultural
1. Social Environment Theory (Teori Lingkungan Sosial)
Lingkungan sosial akan mempengaruhi sikap individu dalam
mengekspresikan marah. Norma budaya dapat mendukung
individu untuk merespon asertif dan agresif
2. Social Learning Theory (Teori Belajar Sosial)
Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung maupun
melalui proses sosialitas.
2. Faktor Presipitasi
Stressor yang mencetuskan perilaku kekerasan bagi setiap individu bersifat
unik. Stressor tersebut dapat disebabkan dari luar (serangan fisik,
kehilangan, kematian dan lain-lain) maupun dalam (putus hubungan
dengan orang yang berarti, kehilangan rasa cinta, takut terhadap penyakit
fisik, dan lain-lain). Selain itu lingkungan yang terlalu ribut, padat, kritikan
yang mengarah pada penghinaan, tindakan kekerasan dapat memicu
perilaku kekerasan. (Dermawan, Deden, 2013).
1.1.6 Komplikasi
Klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi
mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan
suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai/membahayakan diri, orang
lain dan lingkungan.
2.1.4 Evaluasi
Menurut Direja (2011), evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai
efek dari tindakan keperawatan kepada pasien. Evaluasi dapat dibagi dua yaitu:
Evaluasi proses atau formatif yang dilakukan setiap selesai melaksanakan
tindakan, evaluasi hasil tau sumatif yang dilakukan dengan membandingkan
antara respons pasien dan tujuan khusus serta umum yang telah ditentukan.
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP, sebagai
berikut:
a. S : Respon subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan dapat di ukur dengan menanyakan kepada pasien langsung.
b. O : Respon objektif pasien terhadap tinddakan keperawatan yang telah
dilaksanakan. Dapat diukur dengan mengobservasi perilaku pasien pada
saat tindakan dilakukan.
c. A : Analisis ulang atas data subjektif data subjektif dan objektif untuk
menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru
atau ada data yang kontradiksi dengan masalah yang ada .
d. P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis pada respon
pasien yang terdiri dari tindakan lanjut pasien dan tindakan lanjut oleh
perawat.
DAFTAR PUSTAKA
Ardani, Tristiadi Ardi, (2013). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa; Bandung: Karya Putra
Darwati.
Dermawan, Deden,dkk, (2013). Keperawatan Jiwa Konsep dan Kerangka Kerja
Asuhan Keperawatan Jiwa; penerbit Gosyen Publishing, Yogyakarta.
Efendi, Feri, (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori Dan Praktik Dalam
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Faija & Sidik Abubakar, (2012). Penerapan Strategi Pelaksanaan Keperawatan
Pada Pasien Halusinasi Pendengaran Di Ruang Merpati RS Ernadi Bahar
Provinsi Sumatera Selatan.
Fitria, Nita, (2009). Prinsip Dasar Dan Aplikasi Laporan Pendahuluan Dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan; Jakarta: Salemba Medika.
Fitria,Nita, (2010). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) ; penerbit
Salemba Medika, Jakarta.
Hawari, Dadang, (2009). Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Skizofrenia,
FKUI : Jakarta.
Herdiansyah, Haris, (2013). Wawancara, Observasi, Dan Fokus Groups Sebagai
Instrumen Penggalian Data Kualitatif; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Hidayat A Azis, (2008). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan; Jakarta: Salemba
Medika.
Keliat, Budi Anna & Akemat, (2015). Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas Kelompok;
Jakarta: EGC.
Muhith, Abdul, (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa; Penerbit CV Andi
Offset,Yogyakarta.
Trimelia, (2011). Asuhan keperawatan klien halusinasi; Penerbit CV.Trans Info
Media,Jakarta.
2) Kerja
“Bapak, sekarang kita akan membicarakan tentang perasaan yang bapak
alami selama ini.”
“Apa yang menyebabkan bapak marah? Apakah ada penyebab yang lain?
Samakah dengan yang sekarang? O..iya, jadi..... adalah penyebab marah
bapak. Pada saat penyebab marah itu ada, seperti .....
“Apakah bapak merasakan kesal kemudian dada bapak berdebar-debar, mata
melotot, rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal? Setelah itu apa yang
bapak lakukan? Apa kerugian cara yang bapak lakukan? Menurut bapak
adakah cara lain yang lebih baik? Maukah bapak belajar cara
mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?”
“Baik, sekarang kita akan belajar cara mengontrol perasaan marah dengan
kegiatan fisik. Kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul
perasaan kesal, berdebar-debar, mata melotot, bapak dapat melakukan: tarik
nafas dalam dan pukul kasur dan bantal. Mari kita coba latihan tarik nafas
dalam: berdiri, lalu tarik nafas dari hidung, tahan sebentar, lalu
keluarkan/tiup perlahan —lahan melalui mulut seperti mengeluarkan
kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari hidung, bagus, tahan, dan tiup melalui
mulut. Nah, lakukan 5 kali. Bagus sekali, bapak sudah bisa melakukannya”
“Sekarang kita buat jadwalnya ya pak, mau berapa kali sehari bapak latihan
tarik nafas dalam? Baik pak ini jadwalnya . Kapann bapak mau latihan tarik
nafas dalam ?”
3) Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
“Bagaimana perasaan Bapak setelah berbincang-bincang dengan saya?
Bapak juga tadi sudah mampu mempraktikkan latihan untuk mengontrol
emosi dengan cara tarik napas dalam apabila akan marah.”
b. Tindak lanjut klien
“Sementara cukup di sini dulu ya, pembicaraan kita. Saya senang Bapak
mau mengobrol dengan saya.
”Iya jadi ada 2 penyebab yang membuat bapak marah ........ (sebutkan)
dan bapak rasakan ..... (sebutkan) dan yang bapak lakukan ..(sebutkan)
serta akibatnya (sebutkan). Sudahkah Bapak memasukkan teknik nafas
dalam dalam jadwal kegiatan Bapak?”
c. Kontrak yang akan datang
a) Topik : Bagaimana kalau nanti kita bicarakan tentang cara
menyalurkan marah secara fisik yang lain ?
b) Tempat Di mana enaknya kita bercakap-cakap nanti? Apakah
diruangan Bapak atau diluar ruangan?
c) Waktu : Bagaimana kalau saya datang kembali untuk menemui
Bapak besok? “Jam 13.00 ya, Pak. Kita akan ngobrol kira-kira 15
menit lagi ya. Baik, saya permisi dulu, Bapak bisa melanjutkan
kegiatan yang lainnya terimakasih ya atas waktunya”
2. Strategi Pelaksanaan 2
1) Orientasi
a. Salam terapeutik
“ Selamat Pagi Bapak. Apa kabar hari ini ?”
b. Evaluasi/validasi
“Kemarin kita sudah berkenalan. Bapak masih ingat dengan nama saya?
bagus sekali Bapak masih mengingat nama saya. Apakah Bapak sudah
memikirkan kira-kira bagaimana caranya menyalurkan marah secara fisik
yang lain?”
c. Kontrak
Topik :Apakah Bapak sudah menemukan cara lain dalam
mengontrol marah Bapak secara fisik selain teknik nafaas
dalam?
Waktu : “Kita ngobrol 20 menit hari ini, bagaimana Pak? Jadi, kita
akan ngobrol dari jam 13.00 sampai jam 13.20 nanti ya?”
Tempat :Dimana Bapak mau kita berbincang-bincang, Pak?
2) Kerja
“Penampilan Bapak hari ini bagus, rapi dan bersih. Bagus sekali, Pak. Hal
seperti ini harus dipertahankan”.
“Bapak sudah mandi tadi? Bapak kelihatan segar sekali.”
“Bapak, seperti yang sudah saya sampaikan tadi, saya ingin Bapak
melakukan kembali cara mengontrol marah dengan teknik nafas dalam. ”
“Baik bagus sekali pak. “
“Apakah bapak sudah menemukan cara lain untuk mengontrol emosi secara
fisik selain teknik nafas dalam?” Baik mari kita coba untuk melakukan
teknik memukul bantal atau kasur. Dimana kamar bapak? Jadi kalau nanti
bapak kesal dan ingin marah, langsung ke kamar dan lampiaskan kemarahan
tersebut dengan memukul kasur dan bantal. Nah, coba bapak lakukan, pukul
kasur dan bantal. Ya, bagus sekali bapak melakukannya”.
“Sekarang kita buat jadwalnya ya pak, mau berapa kali sehari bapak latihan
memukul kasur dan bantal? Baik pak ini jadwalnya, kapan bapak mau
latihan tarik nafas dalam dan memukul bantal atau kasur.”
3) Terminasi
a) Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
“Bagaimana perasaan Bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara
menyalurkan marah secara fisik?”
b) Tindak lanjut klien
“Setelah ini coba Bapak lakukan latihan memukul kasur bantal dan tarik
napas dalam sesuai dengan jadwal yang kita buat tadi.”
c) Kontrak yang akan datang
Topik : Nanti kita akan membicarakan tentang cara bicara yang baik
bila sedang marah, setuju?
Waktu : Besok saya akan kembali mengunjungi Bapak ya?
Tempat : Bagaimana kalau waktunya seperti sekarang ini saja, Bapak
setuju?
3. Strategi Pelaksanaan 3
1) Orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat siang Pak, masih ingat dengan saya? Bagaimana kondisi Bapak
sekarang?”
b. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan Bapak sekarang?”
“Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik nafas dalam dan pukul
kasur bantal?”
“Kalau sudah, dipertahankan ya Pak latihannya.”
c. Kontrak
Topik : Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk
menyalurkan marah Bapak, yaitu dengan cara
mengungkapkan sesuatu dengan cara yang baik kepada orang
yang dianggap bermasalah dengan Bapak?
Waktu :Berapa lama Bapak mau kita berbincang-bincang tentang hal
tersebut?
Tempat :Di mana enaknya kita berbincang-bincang tentang hal
tersebut?
2) Kerja
“Sekarang kita latihan cara bicara yang baik bila sedang marah. Ada tiga
caranya pak, yaitu : pertama meminta dengan baik tanpa marah dengan nada
suara yang rendah serta tidak menggunakan kata-kata kasar, misalnya: ‘Bu,
tolong ambilkan saya air minum itu'. Coba bapak praktekkan. Bagus pak”.
“kedua menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak tidak ingin
melakukannya, katakan: ‘Maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang
ada kerjaan'. “ ketiga Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan
orang lain yang membuat kesal, bapak dapat mengatakan:' Saya jadi ingin
marah karena perkataanmu itu'
“Coba bapak praktekkan. Bagus pak”
“Sekarang mari kita masukkan dalam jadwal. Berapa kali bapak dalam
sehari mau latihan bicara yang baik ?”
“Bisa kita buat jadwalnya? Coba masukkan dalam jadwal latihan sehari-hari,
misalnya meminta makan, minta obat atau minta uang, dll. Begitu juga
dengan latihan tarik nafas dalam, latihan pukul bantal/kasur, dan jadwal
minum obat tetap dilanjutkan seperti jadwal sebelumnya”
3) Terminasi
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
“Bagaimana perasaan Bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara
menyalurkan marah dengan mengungkapkan kepada seseorang yang
telah membuat Bapak kesal?”
“Coba Bapak sebutkan lagi cara menyalurkan marah dengan
mengungkapkan kepada seseorang yang telah membuat Bapak kesal!”
2. Tindak lanjut klien
“Setelah ini coba Bapak bertemu dengan seseorang di Rumah Sakit ini
yang pernah membuat Bapak kesal, sesuai dengan jadwal yang telah kita
buat tadi.”
3. Kontrak yang akan datang
Topik : ”Nanti kita akan membicarakan cara lain untuk mengontrol
rasa marah Bapak dengan ibadah, apakah Bapak setuju
Pak?”
Waktu : ”Besok saya akan mengunjungi Bapak lagi ya, seperti hari
ini?”
Tempat : “ Bapak kita ngobrolnya seperti biasa ya Pak, ditempat ini
saja.”
4. Strategi Pelaksanaan 4
1) Orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat siang Bapak, bagaimana keadaannya sekarang ?
b. Evaluasi/validasi
Bagaimana Pak, sudah dilakukan latihan napas dalam, pukul kansur
bantal, dan bicara yang baik? Apa yang dirasakan setelah melakukan
latihan tersebut?
c. Kontrak
Topik : “Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk
mengontrol marah bapak yaitu dengan ibadah
Waktu : ”Bagaimana jika kita berbincang-bincang selama 15 menit,
apakah bapak setuju? “
Tempat: “Dimana sebaiknya kita berbincang-bincang tentang hal
tersebut?”
2) Kerja
“Coba bapak ceritakan kegiatan ibadah yang biasa bapak lakukan” “Bagus”
“Nah, kalau bapak sedang marah coba bapak langsung duduk dan tarik nafas
dalam dan berdoa. Jika tidak reda juga marahnya, rebahkan badan agar
rileks”
“Coba bapak sebutkan lagi cara ibadah yang dapat bapak lakukan bila bapak
merasa marah. Bapak bisa melakukannya ya”
“Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan bapak. Jam
berapa bapak akan sembahyang?
3) Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
“Bagaimana perasaan Bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara
menyalurkan marah melalui melakukan ibadah? Coba Bapak sebutkan
lagi cara ibadah yang dapat Bapak lakukan bila Bapak merasa marah”
b. Tindak lanjut klien
“Setelah ini coba Bapak lakukan Tri Sandya sesuai jadwal yang telah kita
buat tadi.”
c. Kontrak yang akan datang
Topik : “Nanti kita akan membicarakan cara penggunaan obat yang
benar untuk mengontrol rasa marah Bapak, setuju Pak?”
Waktu : ” Bagaimana kalau nanti sore pukul 16.30 kita ngobrol
ngobrol selama 15 menit ya Pak?
Tempat :”Kita betemu disini saja ya ni?” Di teras depan kamar. Kalau
begitu sampai bertemu nanti ya, Pak. Terima kasih.”
5. Strategi Pelaksanaan 5
1) Orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat sore Pak, masih ingat dengan saya?” “Bagus Bapak masih
ingat dengan saya”
b. Evaluasi
“Apa yang Bapak rasakan hari ini? Sudah dilakukan latihan tarik nafas
dalam dan pukul kasur bantal? Latihan bicara dengan baik? Dan latihan
berdoa? Apa yang dirasakan setelah melakukan latihan tersebut? Coba
kita lihat jadwal kegiatannya”. “Apakah selama kita tidak bertemu tadi
ada hal yang membuat bapak marah?” “Apa yang bapak lakukan untuk
mengatasinya? Hasilnya bagaimana pak?”
c. Kontrak
Topik : “Bagaimana kalau sekarang kita bicara tentang pentingnya
minum obat dan latihan tentang cara minum obat yang benar
untuk mengontrol rasa marah?
Waktu : “Ya seperti janji kita tadi kita bicara selama 15 menit
Tempat : “Bagaimana kalau kita ngobrolnya disini saja?”
Sekarang saya akan jelaskan tentang pentingnya minum
obat”.
2) Fase Kerja
“Bapak sudah dapat obat dari dokter ? Pak ini obatnya, bapak perlu minum
obat ini secara teratur agar pikirannya jadi tenang, dan tidurnya juga
menjadi nyenyak. Obatnya ada 1 macam saja pak, namanya clozapine
warnanya kuning dosisnya 100 mg diminum 2 kali sehari setiap pagi dan
sore hari. Bapak perlu secara teratur minum obat dan tidak
menghentikannya tanpa konsultasi dengan dokter. Sekarang kita masukkan
waktu minum obatnya kedalam jadwal ya pak”
3) Fase terminasi
a. Evaluasi
“Setelah ngobrol tadi, apa yang Bapak rasakan? Bapak masih ingat apa
yang kita bicarakan tadi?” “Bagaimana perasaan bapak setelah kita
bercakap- cakap tentang cara mengontrol perasaan marah dengan cara
minum obat yang benar?” “Coba bapak sebutkan lagi cara minum obat
yang benar”
b. Tindak lanjut
“Bapak, sudah 15 menit kita ngobrol — ngobrolnya,sekarang Bapak
bisa beristirahat, nanti kita ngobrol lagi. Terima kasih.”
c. Kontak yang akan datang
“Baik Pak, besok kita ketemu lagi untuk melihat sejauh mana Bapak
melaksanakan kegiatan dan sejauh mana dapat mencegah rasa marah.
Terimakasih sudah mau bekerja sama ya Pak, sampai jumpa.”