A. Konsep Dasar
1. Definisi Risiko Perilaku Kekerasan
Menurut Muhith (2015), kekerasan (violence) merupakan suatu bentuk
perilaku agresi (aggressive behavior) yang menyebabkan atau dimaksudkan untuk
menyebabkan penderitaan atau menyakiti orang lain, termasuk terhadap hewan atau
benda-benda. Ada perbedaan antara agresi sebagai suatu bentuk pikiran maupun
perasaan dengan agresi sebagai bentuk perilaku. Agresi adalah suatu respon terhadap
kemarahan, kekecewaan, perasaan dendam atau ancaman yang memancing amarah
yang dapat membangkitkan suatu perilaku kekerasan sebagai suatu cara untuk
melawan atau menghukum yang berupa tindakan menyerang, merusak hingga
membunuh. Agresi tidak selalu diekspresikan berupa tindak kekerasan menyerang
orang lain (assault), agresivitas terhadap diri sendiri (self aggression) serta
penyalahgunaan narkoba (drugs abuse) untuk melupakan persoalan hingga tindakan
bunuh diri juga merupakan suatu bentuk perilaku agresi.Perilaku kekerasan atau
perilaku agresi merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang secara fisik maupun psikologis.Berdasarkan definisi ini, maka perilaku
kekerasan dapat dibagi dua menjadi perilaku kekerasan secara verbal dan
fisik.Sedangkan marah tidak harus memiliki tujuan khusus.Marah lebih menunjuk
kepada suatu perangkat perasaan tertentu yang biasanya disebut dengan perasaan
marah (Stuart dan Sundeen, 1995). Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul
sebagai respon terhadap kecemasan/kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan
sebagai ancaman (Keliat, 2010). Resiko perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk
perilaku yang berisiko membahayakan secara fisik, emosi dan/atau seksual pada diri
sendiri atau orang lain (SDKI, 2016).
6. Penatalaksanaan Medis
a. Terapi Medis
Psikofarmaka adalah terapi menggunakan obat dengan tujuan untuk
mengurangi atau menghilangkan gejala gangguan jiwa. Jenis obat psikofarmaka
adalah:
1) Clorpromazine (CPZ, Largactile)
Indikasi untuk mensupresi gejala-gejala psikosa :agitasi, ansietas, ketegangan,
kebingungan, insomnia, halusinasi, waham, dan gejala-gejala lain yang biasanya
terdapat pada penderita skizofrenia, mania depresif, gangguan personalitas,
psikosa involution, psikosa masa kecil.
2) Haloperidol (Haldol, Serenace)
Indikasinya yaitu manifestasi dari gangguan psikotik, sindroma gilles de la
toureette pada anak-anak dan dewasa maupun pada gangguan perilaku berat pada
anak-anak. Dosis oral untuk dewasa 1-6 mg sehari yang terbagi 6-15 mg untuk
keadaan berat. Kontraindikasinya depresi sistem saraf pusat atau keadaan koma,
penyakit parkinson, hipersensitif terhadap haloperidol. Efek samping nya sering
mengantuk, kaku, tremor lesu, letih, gelisah.
3) Trihexiphenidyl (TXP, Artane, Tremin)
Indikasi untuk penatalaksanan manifestasi psikosa khususnya gejala skizofrenia.
4) ECT (Electro Convulsive Therapy)
ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmall secara artificial
dengan melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang dipasang satu atau dua
temples.Therapi kejang listrik diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan
denga terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5
joule/detik.
b. Tindakan Keperawatan
Penatalaksanaan pada pasien dengan perilaku kekerasanmeliputi (Videbeck,
2008):
1) Terapi Modalitas
a) Terapi lingkungan
Begitu pentingnya bagi perawat untuk mempertimbangkan lingkungan
bagi semua pasien ketika mencoba mengurangi atau menghilangkan
agresif.Aktivitas atau kelompok yang direncanakan seperti permainan kartu,
menonton dan mendiskusikan sebuah film, atau diskusi informal memberikan
pasien kesempatan untuk membicarakan peristiwa atau isu ketika pasien
tenang. Aktivitas juga melibatkan pasien dalam proses terapeutik dan
meminimalkan kebosanan.
Penjadwalan interaksi satu-satu dengan pasien menunjukkan perhatian
perawat yang tulus terhadap pasien dan kesiapan untuk mendengarkan
masalah pikiran serta perasaan pasien. Mengetahui apa yang diharapkan dapat
meningkatkan rasa aman pasien (Videbeck, 2008).
b) Terapi Kelompok
Pada terapi kelompok, pasien berpartisipasi dalam sesi bersama dalam
kelompok individu. Para anggota kelompok bertujuan sama dan diharapkan
memberi kontribusi kepada kelompok untuk membantu yang lain dan juga
mendapat bantuan dari yang lain. Peraturan kelompok ditetapkan dan harus
dipatuhi oleh semua anggota kelompok. Dengan menjadi anggota kelompok,
pasien dapat mempelajari cara baru memandang masalah atau cara koping atau
menyelesaikan masalah dan juga membantunya mempelajari keterampilan
interpersonal yang penting (Videbeck, 2008).
c) Terapi Keluarga
Terapi keluarga adalah bentuk terapi kelompok yang mengikutsertakan
pasien dan anggota keluarganya. Tujuannya ialah memahami bagaimana
dinamika keluarga memengaruhi psikopatologi pasien, memobilisasi kekuatan
dan sumber fungsional keluarga, merestrukturisasi gaya perilaku keluarga
yang maladaptive, dan menguatkan perilaku penyelesaian masalah keluarga
(Steinglass dalam Videbeck, 2008).
d) Terapi Individual
Psikoterapi individu adalah metode yang menimbulkan perubahan
pada individu dengan cara mengkaji perasaan, sikap, cara pikir, dan
perilakunya. Terapi ini memiliki hubungan personal antara ahli terapi
danpasien .Tujuan dari terapi individu yaitu memahami diri dan perilaku
mereka sendiri, membuat hubungan personal, memperbaiki hubungan
interpersonal, atau berusaha lepas dari sakit hati atau ketidakbahagiaan.
Hubungan antara pasien dan ahli terapi terbina melalui tahap yang
sama dengan tahap hubungan perawat-pasien yaitu introduksi, kerja, dan
terminasi. Upaya pengendalian biaya yang ditetapkan oleh organisasi
pemeliharaan kesehatan dan lembaga asuransi lain mendorong upaya
mempercepat pasien ke fase kerja sehingga memperoleh manfaat maksimal
yang mungkin dari terapi (Videbeck, 2008).
B. Konsep Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Risiko Perilaku Kekerasan
1. Pengkajian
Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa berupa factor presipitasi,
penilaian stressor, suberkoping yang dimiliki pasien. Setiap melakukan pengkajian,
tulis tempat pasien dirawat dan tanggal dirawat isi pengkajian meliputi:
a. Identitas pasien
Meliputi nama pasien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, pekerjaan,
pendidikan, tangggal MRS, informan, tangggal pengkajian, No Rumah pasien dan
alamat pasien.
b. Keluhan utama
Keluhan biasanya berupa menyediri (menghindar dari orang lain) komunikasi
kurang atau tidak ada, berdiam diri dikamar, menolak interaksi dengan orang lain,
tidak melakukan kegiatan sehari – hari, dependen.
c. Faktor predisposisi
Kehilangan, perpisahan, penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak
realistis, kegagalan / frustasi berulang, tekanan dari kelompok sebaya; perubahan
struktur sosial. Terjadi trauma yang tiba tiba misalnya harus dioperasi, kecelakaan
dicerai suami, putus sekolah, PHK, perasaan malu karena sesuatu yang terjadi
(korban perkosaan, tituduh kkn, dipenjara tiba – tiba) perlakuan orang lain yang
tidak menghargai pasien/ perasaan negatif terhadap diri sendiri yang berlangsung
lama.
d. Pemeriksaan Fisik
a. Rambut: Keadaan kesuburan rambut, keadaan rambut yang mudah rontok,
keadaan rambut yang kusam, keadaan tekstur.
b. Kepala: Adanya botak atau alopesia, ketombe, berkutu, kebersihan.
c. Mata: Periksa kebersihan mata, mata gatal atau mata merah
d. Hidung: Lihat kebersihan hidung, membran mukosa
e. Mulut: Lihat keadaan mukosa mulut, kelembabannya, kebersihan
f. Gigi: Lihat adakah karang gigi, adakah karies, kelengkapan gigi
g. Telinga: Lihat adakah kotoran, adakah lesi, adakah infeksi
h. Kulit: Lihat kebersihan, adakah lesi, warna kulit, teksturnya, pertumbuhan bulu.
i. Genetalia: Lihat kebersihan, keadaan kulit, keadaan lubang uretra, keadaan
skrotum, testis pada pria, cairan yang dikeluarkan
e. Aspek fisik/biologis
Hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan, TB, BB) dan keluhan
fisik yang dialami oleh pasien.
f. Aspek Psikososial
1) Genogram yang menggambarkan tiga generasi
2) Konsep diri
a) Citra tubuh
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau tidak
menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang akan terjadi.
Menolak penjelasan perubahan tubuh, persepsi negatif tentang tubuh.
Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang, mengungkapkan
keputusasaan, mengungkapkan ketakutan.
b) Identitas diri
Ketidak pastian memandang diri, sukar menetapkan keinginan dan tidak
mampu mengambil keputusan.
c) Peran
Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit, proses
menua, putus sekolah, PHK.
d) Ideal diri
Mengungkapkan keputusasaan karena penyakitnya : mengungkapkan
keinginan yang terlalu tinggi.
e) Harga diri
Perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri sendiri,
gangguan hubungan sosial, merendahkan martabat, mencederai diri, dan
kurang percaya diri.
3) Hubungan social
Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat, hambatan dalam
berhubungan dengan orang lain.
4) Spiritual
Nilai dan keyakinan, kegiatan beribadah.
g. Status mental
Kontak mata pasien kurang /tidak dapat mepertahankan kontak mata, kurang
dapat memulai pembicaraan, pasien suka menyendiri dan kurang mampu
berhubungan dengan orang lain, adanya perasaan keputusasaan dan kurang
berharga dalam hidup.
h. Kebutuhan persiapan pulang
1) Pasien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan
2) Pasien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC,
membersikan dan merapikan pakaian.
3) Pada observasi mandi dan cara berpakaian pasien terlihat rapi
4) Pasien dapat melakukan istirahat dan tidur , dapat beraktivitas didalam dan
diluar rumah
5) Pasien dapat menjalankan program pengobatan dengan benar.
i. Mekanisme koping
Pasien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakan nya
pada orang orang lain (lebih sering menggunakan koping menarik diri).
j. Masalah psikososial dan lingkungan
Data dapat melalui wawancara pada pasien atau keluarganya. Pada tiap masalah
yang dimilki pasien, beri uraian spesifik, singkat dan jelas.
k. Pengetahuan
Data dapat melalui wawancara pada pasien atau keluarganya. Pada tiap item yang
dimiliki oleh pasien simpulkan dalam masalah.
l. Aspek medik
Terapi yang diterima pasien bisa berupa therapy farmakologi ECT,
Psikomotor, therapy okopasional, TAK, dan rehabilitas.
Analisa Data
Data Fokus Masalah Keperawatan
Data Subjetif : Risiko Perilaku Kekerasan
- Pasien mengatakan pernah
melakukan tindak kekerasan
- Pasien mengatakan sering
merasa marah
- Suara keras dan bicara ketus
- Nada suara tinggi
Data Objektif
- Pasien tampak tegang saat
bercerita
- Pembicaraan pasien kasar jika
menceritakan marahnya
- Mata melotot, Pandangan
tajam
- Nada suara tinggi
- Tangan mengepal
- Berteriak
- Mudah tersinggung
Data Subjektif Isolasi Sosial
- Merasa ingin sendirian.
- Merasa tidak aman ditempat
umum
- Merasa berbeda dengan orang
lain
- Merasa asyik dengan pikiran
sendiri
- Merasa tidak mempunyai
tujuan yang jelas
Data Objektif
- Menarik diri
- Tidak berminat/menolak
berinteraksi dengan orang lain
atau lingkungan
- Afek datar
- Afek sedih
- Riwayat ditolak
- Menunjukan permusuhan
- Tidak mampu memenuhi
harapan orang lain
- Tindakan tidak berarti
- Tidak ada kontak mata
- Tidak bergairah/lesu
Data Subjektif Perilaku Kekerasan
- Mengancam
- Mengumpat dengan kata-kata
kasar
- Suara keras
- Bicara ketus
Data Objektif
- Menyerang orang lain
- Melukai diri sendiri atau orang
lain
- Merusak lingkungan
- Perilaku agresif atau amuk
- Mata melotot/pandangan tajam
- Tangan mengepal
- Rahang mengatup
- Wajah memerah
- Postur tubuh kaku
Pohon Masalah
Perilaku Kekerasan Effect
2. Diagnosa Keperawatan
Risiko Perilaku Kekerasan
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Risiko Setelah diberikan 1. Pasien mau 1. Beri salam panggil 1. Untuk dapat
Perilaku tindakan membalas salam nama membina
Kekerasan keperawatan 2. Pasien mau 2. Sebutkan nama hubungan
selama 1x20 menit menjabat tangan perawat sambil saling
diharapkan pasien: 3. Pasien mau jabat tangan percaya.
TUM: menyebut nama 3. Jelaskan maksud 2. Agar pasien
Pasien dapat 4. Pasien mau hubungan mengenal
mengendalikan tersenyum interaksi perawat.
perilakunya. 5. Pasien mau 4. Jelaskan kontrak 3. Agar pasien
kontak mata yang akan dibahas mengetahui
TUK 1: 6. Pasien mau 5. Beri rasa aman maksud dari
Pasien dapat mengetahui nama dan simpati tindakan yang
membina hubungan perawat 6. Lakukan kontak diberikan.
saling percaya. mata singkat tapi 4. Agar pasien
sering memahami
pembahasan
yang
dibicarakan.
5. Pasien merasa
aman dengan
perawat.
6. Pasien mersa
diperhatikan.
TUK 2:
Pasien dapat 1. Pasien 1. Beri kesempatan 1. Untuk
mengidentifikasi mengungkapkan untuk mengetahui
kemampuan perasaanya mengungkapkan perasan yang
penyebab 2. Pasien dapat perasaan sedang
kekerasan mengungkapkan 2. Bantu pasien dialami
penyebab untuk pasien.
perasaan marah mengungkapkan 2. Untuk dapat
dari lingkungan penyebab mengidentifik
atau orang lain perasaan asi perasaan
jengkel/kesal jengkel/kesal
yang dialami
pasien.
TUK 3 :
Pasien dapat 1. Pasien mampu 1. Anjurkan pasien 1. Untuk dapat
mengidentifikasi mengungkapkan mengungkapka mengetahui
tanda-tanda perasaan saat n apa yang tanda-tanda
perilaku kekerasan marah/jengkel dialami dan perilaku
2. Pasien dapat dirasakan saat kekerasan.
menyimpulkan marah 2. Untuk
tanda-tanda 2. Observasi mengetahui
marah yang tanda-tanda keadaan
dialami. perilaku pasien.
kekerasan pada
pasien
TUK 4:
Pasien dapat 1. Pasien dapat 1. Simpulkan 1. Untuk
mengidentifikasi mengungkapkan bersama pasien mengidentifik
perilaku kekerasan perilaku tanda dan gejala asi perilaku
yang biasa kekerasan yang kesal yang di kekerasan
dilakukan biasa dilakukan alami yang biasa
2. Pasien dapat 2. Anjurkan pasien dilakukan.
bermain peran untuk 2. Mengetahui
dengan perilaku mengungkapkan perilaku
kekerasan yang perilaku kekerasaan
biasa dilakukan kekerasan yang yang
3. Pasien dapat biasa dilakukan dilakukan
mengetahui cara pasien . pasien
yang biasa 3. Bantu pasien 3. Mengetahui
dilakukan untuk bermain peran akibat dari
menyelesaikan sesuai dengan perilaku
masalah perilaku kekerasan
kekerasan yang yang
biasa dilakukan. dilakukan.
TUK 5:
Pasien dapat 1 Pasien dapat 1. Bicarakan 1. Agar pasien
mengidentikasi menjelaskan dengan pasien dapat
akibat perilaku akibat dari cara apakah dengan mengetahui
kekerasan yang digunakan cara yang hasil dari
Akibat pada dilakukan tindakan yang
pasien sendiri pasien dilakukan.
Akibat pada masalahnya 2. Agar pasien
orang lain selesai mengetahui
Akibat pada 2. bicarakan akibat dari
lingkungan akibat dan cara perilaku
yang dilakukan kekerasan
pasien yang sedang
3. bersama pasien dilakukan.
menyimpulkan 3. Agar pasien
akibat cara mengetahui
yang digunakan bahwa
oleh pasien tindakan yang
4. Tanya pada dilakukan
pasien apakah akan
ia ingin berdampak
mempelajari buruk
cara yang baru 4. Mengalihkan
dan yang sehat. pada tindakan
yang lebih
baik.
TUK 6 :
Pasien dapat 1. Agar pasien
mendemonstrasikan 1. Pasien dapat 1. Bantu pasien dapat
cara mengontrol menyebutkan memilih cara melakukan
perilaku kekerasan contoh pencegahan yang paling tindakan yang
perilaku kekerasan tepat untuk lebih baik dan
secara : pasien sehat.
- Fisik: Tarik nafas 2. Bantu pasien 2. Agar pasien
dalam , olah raga, mengidentifikas mengetahui
memukul bantal i manfaat cara manfaat dari
- Verbal: yang telah tindakan yang
Mengatakan dipilih di ajarkan.
secara langsung 3. Bantu pasien 3. Melatih cara
dengan tidak untuk tersebut agar
menyakiti. menstimulasika pasien dapat
2. Pasien dapat n cara tersebut melakukan
mendemonstrasik atau dengan dengan baik.
an cara fisik role play 4. Pujian yang
(memukul bantal) 4. Beri baik dapat
untuk mencegah reinforcement menjadi
perilaku positif atas motivasi bagi
kekerasan. keberhasilan pasien.
pasien 5. Untuk
menstimulasika mencegah
n cara tersebut dampak buruk
5. Anjurkan dari cara
pasien untuk sebelumnya.
menggunakan
cara yang
dipelajari saat
jengkel atau
marah.
TUK 7 :
Pasien dapat 1. Mencegah
menggunakan obat 1. Pasien dapat 1. Jelaskan jenis- terjadinya
dengan benar menyebut kan jenis obat yang keselahan
(sesuai dengan obat – obat yang di minum pada dalam minum
program) di minum dan pasien obat.
Pasien mampu : kegunaanya 2. Diskusikan 2. Mencegah
Mengidentifikasi (jenis, waktu, manfaat minum dampak buruk
penyebab dan dosis, dan efek) obat dan jika pasien
tanda perilaku 2. Pasien dapat kerugian tidak minum
kekerasan minum obat berhenti minum obat.
Menyebutkan sesuai program obat tanpa 3. Agar pasien
jenis perilaku pengobatan seijin dokter dapat minum
kekerasan yang 3. Jelaskan prinsip obat dengan
pernah benar minum dosis, waktu,
dilakukan obat(baca nama dan cara yang
Menyebutkan yg tertera pd benar.
akibat dari botol obat,dosis 4. Mencegah
perilaku obat ,waktu dan terlembatnya
kekerasan yang cara minum) minum obat.
dilakukan 4. Anjurkan 5. Agar pasien
Dermawan, D & Rusdi. 2013. Keperawatan Jiwa: Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan
Muhith, A.2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa: Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: CV Andi
Offset.
Jakarta:DPP PPNI.
Jakarta: EGC.