Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Amarah manusia muncul karena adanya dorongan agresif yang lazim
disebut dengan istilah human aggressive. Dorongan rasa marah ini bisa muncul
karena sesuatu terjadi diluar dugaan atau di luar perhitungan. Harapan yang
tinggi sementara kenyataannya tidak demikian juga bisa menyebabkan
kekecewaan dan dapat memicu rasa marah.
Secara garis besar dorongan marah itu disebabkan oleh dua faktor.
Pertama, faktor internal (dari dalam diri). Ada konflik internal yang tidak bisa
terselesaikan dan akhirnya keluar dalam bentuk marah. Misal Adanya merasa
gusar karena tidak bisa bangun pagi sehingga selalu terlmbat rapat dengan
pasien. Kedua, faktor eksternal, misalnya, ada provokasi dari luar.
Biasanya dorongan untuk marah muncul untuk survival, atau
mempertahankan hidup. Orang tidak akan diam saja ketika dirinya diserang atau
diperlakukan tidak adil oleh pihak lain. Secara reflek akan ditimbulkan sikap
mempertahankan diri, atau yang kita sebut defense mechanism.
Ekpresi marah digolongkan menjadi 3 yaitu: ekspresi marah pada diri
sendiri (anger in), ekspresi marah pada orang lain (anger out), dan ekspresi
marah yang terkontrol (anger can). Siksaan dalam rumah tangga, amukan masa,
kekerasan ditempat kerja, perceraian, dan kecanduan (obat terlarang) hanyalah
sedikit contoh dari apa yang akan terjadi ketika kita salah dalam mengelola
amarah. Yang lebih mengerikan, pengelolaan amarah yang salah ternyata
menjadi salah satu penyebab lahirnya beberapa prnakit.
Didalam darah orang marah tarkandung banyak hormon adrenalin. Hormon
yang diproduksi oleh kelenjar adrenal ini akan dilepaskan didalam darah ketika
ada rangsangan emosi.
Namun, berdasarkan hasil penelitian Institut for Mental Health Initiatives
terungkap bahwa, lebih sehat dibandingkan dengan memendam perasaan
jengkel. Kuncinya pengelolaan secara sehat.

1
Mark Gorkin, seorang konsultan pencegahan stress dan kekerasan uantuk
US Postal service, layanan pos di AS, dalam halini marah terdapat empat jenis.
Ada marah dengan maksud tertentu, spontan, kostruktif dan destruktif.
Dikatakan marah dengan maksud tertentu, ketika ekspreai marah disengaja,
dengan kadar pertimbangan atau perhitungan yang cukup; juga dengan kadar
pengendalian diri yang berat. Dikatakan spontan, ketika ekspresi marah
dilakukan secara tiba-tiba dengan sedikit pemikiran atau perencanaan; dengan
kadar pengendalian diri yang sedikit moderat.
Dikatakan konstrutif ketika ekspresi marah tegas serta menyatakan
intergitas dan batasanprivasi seseorang tanpa secara objektif. Dikatakan
desrukfif ketika ekspresi marah ditumbuhkan tanpa rasa bersalah dan
secarakokoh mempertahankan identitas dan batas privasi seseorang dengan
maksud untuk mengancam atau melanggar intergitas dan batas pribadi orang
lain.ekspresi yang seperti ini dalam keperawatan jiwa dikenal dengan istilah
perilaku kekerasan.

B. TUJUAN
1. Mengetahui definisi dari pasien dengan perilaku kekerasan
2. Mengetahui rentang respon marah
3. Mengetahui etiologi pasien dengan perilaku kekerasan
4. Mengetahui psikopatologi pasien dengan perilaku kekerasan
5. Mengetahui tanda dan gejala pasien dengan perilaku kekerasan
6. Mengetahui akibat pasien dengan perilaku kekerasan
7. Mengetahui respon marah yang maladaptif
8. Mengetahui pengkajian pasien dengan perilaku kekerasan
9. Mengetahui diagnosa keperawatan pasien dengan perilaku kekerasan
10. Mengetahui intervensi dan tindakan keperawatan pasien dengan perilaku
kekerasan
11. Mengetahui strategi pelaksanaan tindakan keperawatan pasien dengan
perilaku kekerasan

2
C. MANFAAT
1. Mahasiswa diharapkan menguasai konsep pasien dengan perilaku kekerasan.
2. Mahasiswa diharapkan mengetahui kronologi pasien dengan perilaku
kekerasan
3. Mahasiswa diharapkan mampu menyusun rencana asuhan keperawatan jiwa
pasien dengan perilaku kekerasan

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

ASKEP PASIEN DENGAN PERILAKU KEKERASAN


A. Definisi
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseoarang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik terhadap diri sendiri,
orang lain maupun lingkungan. Haltersebut dilakukan untuk mengungkap
perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif (towsend, 1998).
Perilaku kekerasan (PK) adalah suatu keadaan dimana seseorang dimana
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya
sendiri maupun orang lain, disertai dengan amuk dan gaduh gelisah yang tidak
terkontrol (Wati, 2010).
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang, baik secara fisik maupun psikologis.Berdasarkan definisi ini,
perilaku kekerasan dapat di lakukan secara verbal di arahkan pada diri sendiri,
orang lain, dan lingkungan.Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk
yaitu perilaku kekrasan saat sedang berlangsung atau perilaku kekerasan
terdahulu (riwayat perilaku kekerasan) (Keliat, 2012).
Perilaku kekerasan merupakan respon terhadap stressor yang di hadapi oleh
seseorang yang di tunjukan dengan perilaku aktual melakukan kekerasan, baik
pada diri sendiri orang lain maupun lingkungan secara verbal maupun nonverbal,
bertujuan untuk melukai orang lain secara fisik maupun psikologis (Menurut
Berkowizt dalam buku Yosep, 2011).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seorang individu
mengalami perilaku yang dapat melukai secara fisik baik terhadap diri sendiri
atau orang lain (Menurut Towsend dalam buku Yosep, 2011).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana klien mengalami perilaku
yang dapat membahayakan di klien sendiri, lingkungan termasuk orang lain dan
barang-barang (Menurut Maramis dalam buku Yosep, 2011).

4
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku kekerasan
merupakan perilaku deskruktif dan tidak terkontrol yang dapat membahayakan
diri sendiri, orang lain, dan lingkuan sebagai akibat perasaan jengkel atau marah
terhadap kecemasan atau kebutuhan yang tidak terpenuhi.

B. Rentang Respon Marah


Respon adaptasi
Respon Maladapsi
Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk

Asertif : kemarahan yang di ungkapkan tanpa mmenyakiti orang lain.


Frustasi : kegagalan mencapai tujuan karena tidak realistis atau terhambat.
Pasif : respon lanjutan, dimana pasien tidak mampu mengungkapkan
perasaan.
Agresif : perilaku destruktif tetapi masih terkontrol.
Amuk : perilaku destruktif dan tidak teerkontrol.

C. Etiologi
Gangguan jiwa pada perilaku kekerasan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti faktor predisposisi dan faktor presipitasi (Yosep, 2010).
1. Faktor Predisposisi
Ada beberapa teori yang berkaitan dengan timbulnya perilaku kekerasan.
a. Faktor Psikologi
Psychoanalytical Theory; Teori ini mendukung bahwa perilaku
agresif merupakan naluri. Freud berpendapat bahwa perilaku manusia
dipengaruhi oleh dua insting. Pertama insting hidup yang diekpresikan
dengan seksualitas, Dan kedua insting kematian yang diekpresikan
dengan agresivitas.
Frustation-aggresion theory; Teori yang dikembangkan pengikut
Freud ini ini berawal dari asumsi, bahwa bila usaha seseorang untuk
mencapai suatu tujuan mengalami hambatan maka akan timbul dorongan

5
agresif yang pada gilirannya akan memotivasi perilaku yang dirancang
untuk melukai orang atau obyek yang menyebabkan frustasi.
b. Faktor Sosial Budaya
Social-Learning Theory; Teori yang dikembangkan oleh Bandura
(1977) ini mengemukakan bahwa agresi tidak berbeda dengan respon-
respon yang lain. Agresi dapat dapat dipelajari melalui observasi atau
imitasi, dan semakin sering mendapatkan penguatan maka semakin besar
kemungkinan untuk terjadi. Jadi seseorang akan berespon terhadap
keterbangkitan emosionalnya secara agresif sesuai dengan respon yang
dipelajari.
Kultural dapat pula mempengaruhi perilaku kekerasan. Adanya
norma dapat membantu mendefinisikan ekpresi agresif mana yang dapat
diterima atau tidak dapat diterima, sehingga dapat membantu individu
untuk mengekpresikan marah dengan cara yang asertif.
c. Faktor Biologis
Neorobilogical Faktor (Montague, 1979) bahwa dalam susunan
persyarafan ada juga yang berubah pada saat orang agresif. Sistem limbik
berperan penting dalam meningkatkan dan menurunkan agresifitas.
Neurotransmitter yang sering dikaitkan dengan perilaku agresif yaitu;
serotonin, dopamim, norepinephrin, acetikolin, dan asam amino GABA
(gamma aminobutiric acid). GABA dapat menurunkan agresifitas,
norepinephrin dapat meningkatkan agresifitas, serotonin dapat
menurunkan agresifitas dan orang yang epilepsi.

2. Faktor Presipitasi
Secara umum, sesorang akan berespon dengan marah apabila merasa
dirinya terancam. Ancaman tersebut dapat berupa injury secara psikis, atau
lebih dikenal dengan adanya ancaman terhadap konsep diri seseorang. Ketika
seseorang marasa terancam, mungkin dia tidak menyadari sama sekali apa
yang menjadi sumber kemarahanya. Ancaman dapat berupa internal ataupun
eksternal. Contoh stressor internal adalah tidak berprestasi kerja, kehilangan

6
orang yang dicintai, respon terhadap penyakit kronis. Contoh stressor
ekternal adalah serangan fisik, putus hubungan, dikritik orang lain. Marah
juga bisa disebabkan perasaan jengkel yang menumpuk di hati atau
kehilangan kontrol terhadap situasi. Marah juga bisa timbul pada orang yang
dirawat inap.

D. Psikopatologi

E. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala marah dilihat dari aspek:
a. Fisik: muka marah pandangan tajam, otot tegang nada suara tinggi, napas
pendek, keringat, sakit fisik, penyalahgunaan zat, tekanan darah meningkat.
b. Emosi: tidak adekuat, tidak aman, rasa terganggu, marah, dendam dan
jengkel.
c. Intelektual: mendominasi, bawel, sarkasme, berdebat, dan meremehkan.
d. Sosial: menarik diri, pengasingan, dan penolakan.
e. Spiritual: keraguan, tidak bermoral, kebejatan, dan kreatifitas teerhambat.

7
F. Akibat
Pasien dengan perilaku kekerasan dapat dapat melakukan tindakan
berbahaya bagi dirinya, orang lain maupun lingkungannya, seperti menyerang
orang lain, memecahkan prabot, membakar rumah dan lain-lain. Sehingga pasein
dengan perilaku kekerasan berisiko untuk mencederai diri, sendiri orang lain dan
lingkungan.

G. Respons Marah yang Maladaptif


1. Pengelakan (epasion), yakni mengingkari bahwa kita marah atau tidak dapat
2. Pemendaman (conaiment), yakni memendam marah meskipun kita tahu
bahwa sedang marah. Ini bukan mengurung amrah, hanya menunda
ekspresinya. Akhirnya, marah mengarah kepada stres atau penyakit yang
berhubungan dengan stres atau ledakan amarah.
3. Pengalihan (displacement). Terjadi ketika kita menumpahkan kemarahan
pada sesuatu yang tidak ada hubungan dengan sasaran amarah kita.
Misalnya, istri memberikan tongkat golf suaminya kepada oranglain lantaran
kesal pada ucapan sang suami. Atau, seorang bawahan yang malas bekerja
karena fasilitas kerja yang tidak sesuai dengan tuntutanya.
4. Pengekspresikan tidak langsung (indirect expression), terjadi jika kita marah
pada sesuatu yang lain, sebagai contoh, kita mungkin marah pada anak kita
karena perilaku belajarnya yang kurang baik, tetapi daripada mengelamatkan
sumber kemarahan kita pada kemampuan belajarnya, kita memarahi dia
karena ia berlama-lama menggunakan telepon.

H. Pengkajian
Pada pengkajian awal dapat diketahui alasan utama pasein dibawa ke RS adalah
perilaku kekerasan di rumah. Kemudian perawat dapat melakukan pengkajian
dengan cara observasi: muka merah, padangan tajam, otot tegang, nada suara
tinggi, berdebat, memaksakan kehendak, memukul dan mengamuk. Secara
klinis, manifestasi dari perilaku kekersan adalah;
1. Data subjektif:

8
a) Pasein mengatakan benci atau kesal pada seseorang
b) Pasein suku membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika
sedang kesal atau marah
c) Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
2. Data objektif :
a) Mata merah, wajah agak merah
b) Nada suara tinggi, dan keras, bicara menguasai
c) Ekspresi marah saat membicarakan orang, padangan tajam
d) Merusak dan melepar barang-barang.
Data yang dapat diperoleh dengan observasi dan wanwancara, antara lain:
a) Muka merah dan tegang
b) Padangan tajam
c) Mengatupkan rahang dengan kuat
d) Menepalkan tanggan
e) Berjalan mondar-mandir
f) Bicara kasar
g) Suara tinggi, menjerit atau berteriak
h) Mengacam secara verbal dan fisik
i) Merusak benda atau barang
j) Tidak mampu mencegah atau mengontrol perilaku kekerasan

I. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko perilaku kekerasan terhadap orang lain (Domain 11.
Keamanan/Perlindungan. Kelas 3. Perilaku Kekerasan. 00138. Risiko
Perilaku Kekerasan Terhadap Orang Lain)
2. Risiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri (Domain 11.
Keamanan/Perlindungan. Kelas 3. Perilaku Kekerasan. 00140. Risiko
Perilaku Kekerasan Terhadap Diri Sendiri)
3. Mutilasi diri b/d ketidakmampuan mengekspresikan ketegangan secara
verbal (Domain 11. Keamanan/Perlindungan. Kelas 3. Perilaku Kekerasan.
00151. Mutilasi Diri)

9
4. Risiko mutilasi diri (Domain 11. Keamanan/Perlindungan. Kelas 3. Perilaku
Kekerasan. 00139. Risiko Mutilasi Diri)

J. Intervensi Dan Tindakan Keperawatan


Metode penanganan umum marah disebutkan ada empat langah nyata untuk
mengelola amarah:
1. Mengidentifikasi kesalahan sikap dan pendirian yang memengaruhi kita
untuk marah secara berkelebihan. Begitu keselahan ini diperbaiki, jika akan
lebih mudanh mengedalikan amarah.
2. Mengidentifikasi faktor dari masa kecil yang menghabat kemampuan
mengekspresikan amarah. Faktor ini termasuk ketakutan, penolakan, ketidak-
tahuan, dan seterusnya.
3. Mempelajari cara cepat untuk mengeskpresikan kemarahan sehingga kita
tetap dapat menguasai situasi yang menimbulkan kemarahan itu, bahkan
secara lebih efektif. Rasa cemas dan depresi, sering sering kali merupakan
dampak dari kemarahan yang ditekan.
4. Menutuk luka-luka yang mungkin tertinggal oleh pengaruh emosional dari
kemarahan yang menghancurkan. Luka amarah yang tinggal dalam diri
kita adalah terhadap mereka uang telah berbuat salah terhadap kita. Jika kita
tidak memutuskan langkah terakhir ini, rasa kesal dan jengkel karena merasa
telah diperlakukan tidak adil akan melekat terus. Sampah amarah dan
kemarahan kita pun akan terbawa terus, sampai akhirnya membusuk dalam
hati kita selamanya.

Adapun dalam pelaksanaan Aasuhan keperawatan pasien dengan perilaku


kekerasan berdasarkan hasil Konferensi Nasional Perawat Jiwa, adalah
sebagai berikut:
1. Tindakan keperawatan untuk pasien
a. Tujuan
1) Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
2) Pasien dapat menidentifikasi tanda perilaku kekerasan

10
3) Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku yang pernah
dilakukannya.
4) Pasein dapat menyebutkan cara mencegah atau mengontrol
perilaku kekerasannya
5) Pasein dapat mencegah atau mengontrol perilaku kekerasannya
secara fisik, spiritual, sosial dan degan psikofarmaka.

b. Tindakan keperawatan:
1) Bina hubungan saling percaya.
a) Mengucapkan salam terapeutik
b) Berjabat tangan
c) Menjelaskan tujuan interaksi
d) Membuka kontak topik, waktu dan tempat setiap kali
bertemu pasein
2) Diskusikan degan pasein penyebab perilaku kekerasan saat ini
dan masa lalu.
3) Diskusikan dengan pasien penyebab perilaku kekerasan: secara
fisik, psikologis, sosial, spiritual dan secara intelektual.
4) Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang biasa
dilakukannya pada saat marah, secara: verbal, terhadap orang
lain, diri sendiri dan terhadap lingkungan.
5) Diskusikan dengan pasien akibat perilakunya.
6) Diskusikan dengan pasien cara mengontrol perilaku kekerasan
secara:
a) Fisik : pukul kasur dan bantal, tarik nafas dalam
b) Medis : obat.
c) Sosial atau verbal : menyampaikan marah secara asertif
d) Spiritual : berdoa sesuai keyakinan.
7) Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara fisik.
a) Latihan bernapas dalam dan memukul bantal atau kasur.

11
b) Susuna jadwal kegiatan latihan napas dalam dan memukul
bantal atau kasur
8) Latih pasien mengontrol prilaku kekerasan sosial atau verbal.
a) Latih mengunkapkan rasa marah secara verbal: menolak
dengan baik, meminta dengan baik, mengunkapkan perasan
dengan baik.
b) Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal.
9) Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual.
a) Latih mengunkapkan marah secara spiritual: berdoa
b) Buat jadwal latihan berdoa.
10) Latih pasien mengontrol perilaku perasaan degan patut minum
obat.
a) Latih pasien minum obat secara teratur degan prinsip lima
benar.
b) Susun jadwal minum obat secara teratur.
11) Ikut sertakan pasein dalam terapi aktivitas kelompok stimulasi
presepsi mengontrol perilaku kekerasan.

2. Tindakan keperawatan untuk keluarga


a. Tujuan
Keluarga dapat merawat pasien di rumah.
b. Tindakan
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat
pasien.
2) Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan:
penyebab, tanda dan gejala, perilaku yang muncul dan akibat dari
perilaku tersebut.
3) Diskusikan bersama keluarga kondisi pasein yang perlu segara
dilaporkan kepada perawat, seperti: melempar, memukul benda
atau orang.
4) Latih keluarga merawat pasien dengan perilaku kekerasan :

12
a) Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien melakukan
tindakan yang telah diajarkan oleh perawat.
b) Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada pasien
jika dapat melakukan kegiatan tersebut secara tepat.
c) Diskusikan bersama keluarga tindakan yang bharus dilakukan
bila pasien menunjukan gejala perilakukekerasan
5) Buat perencanaan pulang bersama keluarga.

K. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


SP 1 Pasien
Membina hubungan saling percaya, identifikasi penyebab perasaan marah, tanda
dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan, akibat perilaku
kekerasan serta latihan cara mengontrol amarah secara fisik-1.
Orientasi
Selamat pagi pak, perkenalkan nama saya AK, panggil saya A saya perawat
yang dinas di ruang soka ini. Hari ini saya dari jam 7 pagi sampai 2 siang. Saya
yang akan merawat bapak di rumah sakit ini.
Nama bapak siapa? Senang di panggil siapa?
Bagaimana perasaan bapak saat ini, masih ada rasa kesal atau marah?
Baiklah, kita akan berbincang-bincang sekarang tentang perasaan marah
bapak.
Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana jika 10
menit?
Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang bincang, Pak? Bagaimana
jika di ruang tamu?

Kerja:
Apa yang menyebabkan bapak marah? Apakah sebelumnya bapak pernah
marah? Apa penyebabnya? Samakah dengan yang sekarang? Ooo.... jadi ada dua
penyebab bapak marah ya...

13
Pada saat bapak sedang marah apa yang bapak rasakan? Misalnya saat
bapak pulang kerumah dan istri bapak belum menyiapkan makanan (Misalnya
ini yang jadi penyebab marah pasien), apa yang bapak rasakan? (Tunggu respon
pasien)
Apakah bapak merasa kesal, terus dada bapak berdebar-debar, mata
melotot, rahang tertutup rapi dan tangan mengepal?
Setelah itu apa yang bapak lakukan? Ooo.... iya... jadi bapak memukul istri
bapak mdan memecahkan piring. Apakah dengan cara seperti ini makanan
terhidang? Iya ...tentu saja tidak.
Apa kerugian dari cara yang bapak lakukan? Betul..... istri jadi sakit dan
ketakutan. Piring-piring pecah. Menurut bapak, adakah cara lain yang lebih
baik? Maukah bapak belajar cara mengungkapakan marah dengan baik tanpa
menimbulkan kerugian?
Ada beberapa cara mengatasi marah,pak. Salah satunya dengan cara fisik.
Jadi menyalurkan menyalurkan marahy lewat kegiatan fisik. Dari beberapa cara
tadi bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu?
Begini pak, jika tanda tanda marah tadi sudah bapak rasakan, maka bapak
berdiri, lalau tarik napas perlahan-lahan melalui mulut sambil membayangkan
bahwa bapak sedang mengeluarkan kemarahan. Silahkan bapak coba
melakukanya. Bagus....coba lakukian sampai lima kali. Bagus sekali bapak
sudah bisa melakukannya. Bagaimana perasaanya?
Nah, sebaiknya blatihan ini bapak lakukan secara rutin, sehingga jika
sewaktu-waktu rasa marahnya muncul, bapak sudah terbiasa melakukanya,

Terminasi
Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang tentang kemarahan
bapak?
Iya jadi ada dua penyebab marahnya bapak (sebutkan dan yang bapak
rasakan, yang bapak lakukan dan apa akibatnya).

14
Coba selama saya tidak ada, bapak coba mengingat lagi penyebab marah
bapak yang lalau apa yang bapak lakukan bila marah, yang belum kita bahas dan
jangan lupa latihan napas dalamnya ya pak.
Baik, bagaimana jika 2 jam lagi saya datang dan kita latihan cara yang lain
un tuk mengontrol marah atau mencegah marah. Tempatnya disini saja pak.
Selamat pagi.

SP 2 Pasien
Latihan cara mengontrol perilaku kekerasan secara fisik-2.
Orientasi
Selamat pagi pak, sesuai janji saya 2 jam yang lalau, sekarang saya datang
lagi untuk berdiskusi dengan bapak tentang mengontrol marah dengan cara fisik,
untuk cara yang kedua,
Bagimana pak? Berapa lama? Disini saja yha?

Kerja:
Jika ada sesuatu yang membuat bapak merasa jengkel, selain dengan napas
dalam. Bapak juga bisa mengontrolnya dengan memukul kasur atau bnatal.
Sekarang mari kita latihan mukul bantal atau kasur. Nah mana kamar
bapak? Jadi, jika nanti bapak merasa kesal ingin marah, langsung ke kamar dan
lampiaskan kemarahan tersebut dengan memeukul bantal atau kasur. Nah, coba
bapak lakukan..... bagus, bapak dapat melakukanya.
Kekesalan dilampiaskan pada kasur dan bantal.
Cara ini pun dapat dilakukan secara rutin jika ada rasa marah. Dan jangan
lupa rapikan kembali tempat tidurnya.

Terminasi:
Bagai mana perasaan bapak setelah menyalurkan amarah?
Ada beberapa cara yang sudah kita latih? Coba sebutkan lagi, Bagus!
Sekarang mari kita masukan jadwal memeukul kasur ini dalam aktivitas
bapak. Mau jam berapa? Bagimana jika setelah bangun tidur dan sore jam 15.00.

15
lalu bila ada keinginan marah sewaktu-waktu segera gunakan cara tadi ya pak.
Besuk pagi kita ketemu lagi u ntuk belajar cara mengontrol amarah dengan
belajar bicara yang baik.
Sampai jumpa.

SP 3 Pasien
Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara sosial atau verbal.
Orientasi:
Selamat pagi pak? Kemarin kita sudah pelajari bahwa jika bapak marah
dan muncul perasaan kesal, berdebar-debar, mata melotot, selain napas dalam
bapak juga bisa memukul bantal atau kasur.
Bagaimana perasaan bapak setelah melakuka nya?
Coba saya lihat jadwal kegiatanya. Bagus! Nah, jika kegiatan napas dalam
dan latihan memeukul bantal dilakukan sendiritulis M/Mandiri. Jika di ingatkan
tulis B atau dengan Bantuan. Jika tidak dilakukan tulis T artinya belum bisa
melakukan.
Sesuai janji saya kemarin, sekarang saya datang untuk untuk berdiskusi
dengan bapak tentang mengontrol amarah dengan belajar bicara yang baik.
Bagaimana pak? Berapa lama? Disini saja ya?

Kerja:
Jika rasa marah sudah di salurkan dengan cara bernapas dalam atau
memukul bantal, setelah lega kita berbicara dengan orang yang telah membuat
kita marah. Ada tiga caranya, yaitu:
1. Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta
tidak menggunakan kata-kata kasar. Kemarin Bapak bilang marahnya karena
mau minta uang kepada istri tetapi tidak diberi. Coba bapak meminta uang
dengan baik. Bu, saya minta uang untuk membeli rokok. Nanti bisa dicoba di
sini untuk membeli baju, embeli obat, dll. Coba Bapak lakukan. Bagus!

16
2. Menolak dengan baik, bila ada yang menyuruh dan Bapak tidak ingin
melakukannya, katakan: Maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang
ada kerjaan. Coba Bapak praktik-praktikan. Bagus, Pak.
3. Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan oranglain yang membuat
kesal, katakan: Saya jadi ingin marah dengan perkataanmu itu, tetapi tidak
dengan nada kasar apalagi mengancam. Coba Bapak praktikan. Bagus, Pak.

Terminasi:
Nah bagaimana perasaan Bapak setelah kita bercakap-cakap tentang
mencegah marah dengan berbicara yang baik?
Coba Bapak sebutkan lagi cara bicara yang baik yang sudah kita pelajari.
Bagus. Sekarang mari kita masukkan jadwal latihan bicara yang baik.bisa kita
buat jadwalnya? Bagus! Nanti dicoba ya Pak.
Bagaimana jika 2 jam kita ketemu lagi untuk membicarakan cara mengatasi
amarah yang lain, yaitu dengan cara berdoa ya Pak? Berapa lama? Di sini saja?
Baik sampai jumpa.

SP 4 Pasien
Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual.
Orientasi:
Selamat pagi Pak. Bagaimana perasaan Bapak hari ini?
Kemarin sudah kita pelajari bahwa jika Bapak akan marah dan muncul
perasaan kesal, berdebar-debar, mata melotot, selain bernapas dalam, maka
Bapak juga bisa memukul bantal atau kasur. Kemudian setelah amarahnya reda,
Bapak bisa berbicara baik-baik kepada orang yang membuat Bapak marah. Nah
bagaimana, sudah dilatih semuanya? Bagus! Bagaimana perasaan marahnya?
Hari ini kita akan bicara mengenai cara mencegah amarah dengan cara
ibadah.
Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Berapa lama? Bagaimana jika 15
menit?

17
Kerja:
Coba ceritakan kegiatan ibadah yang Bapak lakukan. Bagus. Wah banyak
sekali. Yang mana yang mau kita coba?
Noh, jika Bapak sedang marah, coba Bapak langsung duduk dan tarik nafas
dalam, jika tidak reda juga segera rebahkan badan agar rileks. Bila masih tudak
reda juga, segera berdoa lagi.
Bapak bisa berdoa secara teratur untuk mencegah kemarahan jangan lupa
memohon ampun kapada Tuhan dan memohon agar terlindungi dari sifat
pemarah.

Terminasi:
Bagaimana perasaan Bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara
mengontrol amarah dengan beribadah tadi?
Mari kita masukkan jadwal berdoa dan ibadah lainnya ke dalam jadwal
sehari-hari Bapak.
Besok kita ketemu lagi ya, Pak. Kita akan diskusi tentang cara mengontrol
amarah yang lainnya, yaitu dengan minum obat secara teratur. Mau jam berapa
Pak? Di ruang makan lagi?

SP 5 Pasien
Latihan mengontrol perilaku kekerasan dengan obat.
Orientasi:
Selamat pagi Pak, sesuai janji kemarin, hari ini kita bertemu lagi.
Bagaimana Pak, sudah dilatih cara bernapas dalam, memukul kasur,
berbicara yang baik dan berdoa? Apa yang bapak rasakan setelah melatihnya
secara teratur?
Bagaimana jika sekarang kita bicara dan latihan tentang cara minum obat
teratur untuk mengontrol amarah.
Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di tempat
kemarin?
Barapa lama? Bagaimana jika 15 menit?

18
Kerja: (Perawat membawa obat pasien)
Bapak sudah dapat obat dari dokter?
Barapa jenis obat yang Bapak minum? Warnanya apa saja? Bagus! Jam
berapa Bapak minum? Bagus!
Obatnya ada tiga jenis, Pak. Yang orange (CPZ) 3 kali sehari, jam 7 pagi,
jam 1 siang dan jam 7 malam, gunanya untuk menenangkan. Ini yang putih
(THP) 3 kali sehari jamnya sama, gunanya supaya bisa rileks dan tidak kaku.
Sedangkan yang merah jambu (HLP) 3 kali sehari juga, jamnya sama, gunanya
untuk pikiran biar teratur dan tidak mudah marah.
Bila setelah minum obat nanti mulut terasa kering, Bapak bisa mengisap-
isap es batu dan banyak minum air putih.
Bila terasa mata berkunang-kunang. Bapak sebaiknya istrirahat dan jangan
beraktivitas dulu. Juga harus teliti menggunakan obat-obatan ini, pastikan
obatnya benar. Bapak harus memastikan bahwa obat ini benar-benar punya
Bapak. Jangan keliru dengan obat milik oranglain. Baca nama kemasannya.
Pastikan obat diminum pada waktunya dengan cara yang benar. Yaitu diminum
sesudah makan dan tepat jamnya. Bapak juga harus perhatian berapa jumlah obat
sekali minum.
Jangan pernah menghentikan obat sebelum berkonsultasi dengan dokter,
karena bisa menyebabkan kekambuhan.
Sekarang kita masukkan waktu minum obatnya ke dalam jadwal ya Pak.

Terminasi:
Bagaimana perasaan Bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara minum
obat yang benar?
Coba Bapak sebutkan lagi jenis yang Bapak minum. Bagaimana cara
minum obat yang benar.
Sekarang sudah berapa cara menontrol amarah yang Bapak pelajari?
Sekarang kita tambah jadwal kegiatannya dengan minum obat. Jangan lupa
laksanakan semua dengan teratur ya Pak.

19
Baik, Besok kita ketemu lagi untuk melihat sejauh mana Bapak
melaksanakan kegiatan dan sejauh mana dapat mencegah rasa marah. Sampai
Jumpa.

SP1 Keluarga
Memberikan penyuluhan pada keluarga tentang cara merawat pasien perilaku
kekerasan.
Orientasi:
Selamat pagi, Bu. Saya AK dari Ruang Soka yang merawat suami Ibu.
Namun Ibu siapa? Senangnya dipanggil apa?
Bagaimana perasaan Ibu hari ini? Bolehkah kita berbincang-bincang
sekarang tentang masalah apa yang Ibu hadapi?
Kita mau diskusi di mana? Bagaimana jika di ruang perawat? Barapa lama
waktu Ibu? Bagaimana kalau 30 menit?

Kerja:
Apa masalah yang Ibu hadapi dalam merawat Bapak di rumah? Apa yang
sudah dilakukan di rumah dalam menghadapi sikap Bapak yang sering marah-
marah? Apa yang Ibu lakukan?
Saya akan coba menjelaskan tentang amarahnya Bapak dan hal-hal yang
perlu diperhatikan.
Bu, marah adalah perasaan yang wajar, tetapi jika tidak disalurkan dengan
benar dapat membahayakan diri sendiri, oranglain dan lingkungan.
Yang menyebabkan suami Ibu marah dan ngamuk adalah jika merasa
direndahkan, keinginan tidak terpenuhi. Jika menurut Ibu, kira-kira apa
penyebabnya, Bu?
Jika nanti wajah suami Ibu Nampak tegang dan merah, lalu kelihatan
gelisah, itu tandanya suami ibu sedang marah. Dan biasanya setelah itu dia akan
melampiaskannya dengan membanting barang dan perabot rumah tangga,
memukul atau berbicara kasar. Jika yang ibu amati selama ini di rumah, apa

20
perubahan pada suami bila sedang marah? Lalu apa yang biasa dia lakukan jika
sudah marah?
Bila hal itu terjadi, Ibu sebaiknya tetap tenang, bicara lembut tetapi tegas.
Jangan lupa jaga jarak dan jauhkan benda-benda tajam dari Bapak seperti gelas,
pisau. Juga jauhkan anak-anak kecil dari Bapak.
Bila Bapak masih marah-marah dan mengamuk, segera minta bantuan.
Segera bawa Bapak ke puskesmas atau RSJ. Tetapi sebelumnya sudah diikat
dulu. (Ajarkan caranya pada keluarga). Lakukan pengikatan dengna tidak
menyakiti Bapak serta jelaskan alasan mengikat agar Bapak tidak melukai diri,
oranglain dan lingkungan.
Nah jika ibu melihat perubahan yang menunjukkan Bapak sedang marah,
Ibu bisa membantu Bapak mengingatkan cara mengontrol amarah yang sudah
diajarkan, yaitu secara fisik, verbal, spiritual dan obat. Jika Bapak sudah dapat
melakukannya dengan baik, jangan lupa berikan pujian.

Terminasi:
Bagaimana perasaan Bapak dan Ibu setelah kita bercakap-cakap tentang
merawat Bapak?
Coba Ibu sebutkan kembali cara-cara merawat Bapak.
Baiklah, bagaimana jika dua hari lagi Ibu datang kembali ke sini dan kita
akan mencoba melakukan cara yang telah kita bicarakan tadi secara langsung
kepada Bapak.
Jam berapa Ibu bisa kemari?
Baik, saya tunggu. Kita ketemu lagi di tempat ini.

SP 2 Keluarga
Melatih Keluarga melakukan cara-cara mengontrol kemarahan
Orientasi
Selamat pagi Bu, sesuai dengan janji kita dua hari yang lalu, sekarang kita
ketemu lagi untuk melatih cara-cara mengontrol rasa marah Bapak.

21
Bagaimana, Bu? Masih ingat diskusi kita yang lau? Ada yang mau ibu
tanyakan?
Berapa lama Ibu mau kita latih?
Bagaimana jika kita latihan disini saja? Sembentar saya panggil bapak
supaya bisa berlatih bersama.

Kerja:
Nah Pak, coba ceritakan kepada Ibu, latihan yang sudah bapak lakukan.
Bagus sekali.
Sekarang kita akan mmencoba latihan bersama-sama ya, Pak?
Masih ingat jika tanda-tanda marah sudah bapak rasakan, maka yang harus
dilakukan Bapak adalah?
Ya betul, Bapak berdiri, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar lau
keluarkan atau tiup perlahan-lahan melalui mulut, seperti mengeluarkan
kemarahan.
Ayo coba lagi, tarik dari hidung, bagus dan tiup melalui mulut. Nah,
lakukan lima kali, coba ibu menemani dan mebatu bapak menghitung latihan ini
sampai 5 kali.
Bagus sekali, Bapak dan Ibu sudah bisa mmelakukannya dengan baik.
Cara yang kedua masih ingat, Pak?
Ya benar, jika ada yang menyebabkan Bapak marah dan muncul perasaan
kesal, berdebar-debar, mata melotot, disertai napas dalam, bapak dapat
melakukan pukul kasur dan bantal.
Sekarang coba kita latihan memuukul kasur dan bantal. Mana kamar
Bapak? Jadi jika nanti Bapak kesal dan ingin marah, langsung kekamar dan
lampiaskan kemarahan tersebut dengan memukul kasur dan bantal.
Nah, coba Bapak lakukan sambil didampingi Ibu, berikan Bapak semangat
ya, Bu. Ya, bagus sekali bapak telah melakukanya.
Cara yang ketiga adalah bicara yang baik bila sedang marah. Ada tiga cara
ya, Pak, coba praktikan langsung kepada Ibu cara bicara ini:

22
1. Meminta dengan baik tanma marah dengan suara yang reandah serta
tidak menggunakan kata-kata kasar, misalnya:Bu, Saya perlu uang
untuk beli rokok! Coba Bapak praktikan. Bagus Pak.
2. Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak tidak ingin
melakukanya, katakan: Maaf saya tidak melakukannya karena sedang
ada kerja. Coaba Bapak praktikan. Bagus Pak.
3. Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang
membuat kesal, Bapak dapat mengatakan: Saya jadi ingin marah karna
perkataan mu itu. Coba praktikan. Bagus.

Cara berikutnya adalah jika Bapak sedang marah, apa yang harus
dilakukan?
Baik sekali, Bapak mencoba lamgsung duduk dan tarik nafas dalam. Jika
tidak reda juga marahnya rebahkan badan agar rileks. Jika tidak reda juga, segera
berdoa lagi.
Cara terahir adalah minum obat teratur ya Pak, agar pikiran Bapak jadi
tenang. Tidurnya juga tenang, tidak ada rasa marah.
Bapak coba jelaskan berapa jenis obatnya! Bagus. Apakah boleh
mengurangi atau menghentikan obat? Wah bagus sekali!
Dua hari yang lalu suadah saya terapi pengobatan yang bapak dapatkan, dan
Ibu tolong selama dirumah ingat bapak. Untuk meminum obat secara teratur dan
jangan dihentikan tanpa sepengetahuan dokter.

Terminasi
Baiklah Bu, latihan kita sudah selesai. Bagaimana perasaan Ibu setelah kita
latih cara-cara mengontrol amarah langsung kepada Bapak?
Bisa Ibu sebutkan lagi ada beapa cara mengontrol amarah?
Selanjutnya tolong dipantau dan memotivasi Bapak melakukan jadwal
latihan yang telah dibuat selama dirumah nanti. Jangan lupa berikan pujian pada
Bapak bila dapat melakukan dengan benar ya, Bu!

23
Karena Bapak sebentar lagi sudah mau pulang, bagaimana jika dua hari lagi
ibu bertemu saya untuk membicarakan jadwal aktivitas bapak selama dirumah
nati.
Jam 10 seperti hari ini ya Bu. Di ruang ini juga.

SP 3 Keluarga
Membuat perencanaan pulang bersama keluarga.
Orientasi:
Selamat pagi Pak/Bu, karena besok Bapak sudah boleh pulang, maka sesuai
janji kita sekarang bertemu untuk membicarakan jadwal Bapak selama dirumah.
Bagaimana Pak/Bu, selama Ibu membesuk apakah sudah dilatih cara
merawat bapak? Apakah sudah dipuji keberhasilanya?
Nah, bagaimana jika kita bicarakan jadwal di rumah sekarang?
Berapa lama Bapak dan Ibu mau kita bicara? Bagaimana jika 30 menit?

Kerja:
Pak/Bu, jadwal yang dibuat selama Bapak di rumah sakit, tolong dijalankan
di rumah, baik jadwal aktivitas maupun jadwal minum obatnya. Mari kita lihat
jadwal Bapak!
Hal-hal perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan
oleh Bapak selama dirumah. Jika misalnya Bapak menolak minum obat atau
memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain, segera hubungi suster E di
puskesmas Indara Putri, atau puskesmas terdekat dari rumah Ibu, ini nomor
telepon puskesmasnya: (0651)554xxx. Jika tidak teratasi suster E akan
merujuknya ke BPKJ.
Selanjutnya suster E yang akan memantau perkembangan Bapak selama
dirumah.

Terminasi:
Bagaimana Bu? Ada yang ingin ditanyakan? Coba ibu sebutkan apasaja
yang perlu diperhatikan (jadwal kegiatan, tanda atau gejala, follow up ke

24
puskesmas). Baiklah, silahkan menyelesaikan administrasi! Saya akan
persiapkan pakaian dan obatnya.

25
BAB III
PENUTUP

A. SIMPULAN
Perilaku kekerasan merupakan salah satu respon marah yang di ekspresikan
dengan melakukan ancaman mencederai orang lain, dan atau merusak
lingkungan. Respon tersebut biasanya muncul akibat adanya stressor.Respon ini
dapat menimbulkan kerugian baik pada diri sendiri, orang lain, maupun
lingkungan.Melihat dampak dari kerugian yang di timbulkan, maka penanganan
pasien dengan perilaku kekerasan perlu di lakukan secara cepat dan tepat oleh
tenaga-tenaga professional.
Perilaku kekerasan (PK) adalah suatu keadaan dimana seseorang dimana
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya
sendiri maupun orang lain, disertai dengan amuk dan gaduh gelisah yang tidak
terkontrol. Dengan tanda dan gejala meliputi : Muka merah dan tegang,
pandangan tajam, mengatupkan rahang dengan kuat, menegepalkan tangan ,
jalan mondar-mandir, bicara kasar, suara tinggi, menjerit atau berteriak,
mengancam secara verbal atau fisik, melempar atau memukul benda/ orang lain,
merusak barang atau benda, tidak memiliki kemampuan mencegah/
mengendalikan perilaku kekerasan.
.
B. SARAN
Untuk pasien:
1. Hindarkan hal-hal yang bisa menyebabkan marah yaitu mengungkit masalah
tentang keinginan yang tidak terpenuhi, menjauhi hal-hal yang menyebabkan
klien jengkel.
2. Ekspresikan marah dengan menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti
dan diterima tanpa menyakiti orang lain.
3. Anjurkan klien untuk mengikuti kegiatan atau aktivitas sehari-hari baik
didalam ruangan maupun diluar ruangan.
4. Anjurkan klien minum obat secara teratursesuai dengan ketentuan dokter.

26
5. Anjurkan klien kontrol dengan teratur setelah pulang dari rumah sakit

Untuk perawat:
1. Perawat perlu mengeksplorasikan perasaan marah dengan: mengkaji
pengalaman marah masa lalu dan bermain peran dalam mengungkapkan
marah.
2. Perawat perlu mengembangkan tingkah laku asertif bagi klien yaitu
menganjurkan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya secara
berkelompok misal dengan keluarga untuk dapat pemecehan masalahya.
3. Perawat perlu mengembangkan dan menyalurkan nergi kemarahannya
dengan cara yang konstruktif.
4. Melakukan aktivitas fisik seperti olahraga, lari pagi, angkat berat dan
aktivitas lain yang membantu relaksasi otot seperti olahraga.
5. Mengikutsertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok.

Untuk di Rumah Sakit:


1. Dapat memperthankan keperawatan yang komprehensif yang telah dilakukan
selama ini.
2. Pertahankan kerjasama dalam keperawatan kepada pasien, dapat
meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan disetiap sub
keperawatan.

Untuk mahasiswa:
1. Tingkatkan semangat individu dan kerjasama kelompok, mengelola kasus
kelompok agar dapat memberikan asuhan keperawatan secara profesional.
2. Mempersiapkan diri baik fisik maupun materi sebelum praktek khususnya
dalam bidang keperawatan jiwa.

27
DAFTAR PUSTAKA

Direja, A. H. 2011. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha medika.


Keliat, B. A. 2012. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta: EGC.
Keliat, B. A. 2012. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC.
Kusnadi, J. 2015. Keperawatan Jiwa.Tangerang: Binarupa Aksara.
Wati, F. K. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.
Yosep, I. 2011. Keperawatan Jiwa. Jakarta: Revita Aditama.

28

Anda mungkin juga menyukai