Kelompok 7
Chindy Najoan 16061171
Jesika Bandong 16061035
Shelly Saroinsong 16061190
Angelin V. F. Lamogia 16061139
Veronika Maarebia 16061020
Olivia Lumenta 16061178
B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi resiko perilaku kekerasan
2. Untuk mengetahui tanda dan gejala perilaku kekerasan
3. Untuk mengetahui proses terjadinya perilaku kekerasan
4. Untuk mengetahui rencana asuhan keperawatan
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. DEFINISI
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan hilangnya kendali perilaku seseorang
yang diarahkan pada diri sendiri, orang lain, atau lingkungan. Perilaku kekerasan pada
diri sendiri dapat berbentuk melukai diri untuk bunuh diri atau membiarkan diri dalam
bentuk penelantaran diri. Perilaku kekerasan pada orang adalah tindakan agresif yang
ditujukan untuk melukai atau membunuh orang lain. Perilaku kekerasan pada lingkungan
dapat berupa perilaku merusak lingkungan, melempar kaca, genting, dan semua yang ada
di lingkungan. Pasien yang dibawa ke rumah sakit jiwa sebagian besar akibat melakukan
kekerasan di rumah. Perawat harus jeli dalam melakukan pengkajian untuk menggali
penyebab perilaku kekerasan yang dilakukan selama di rumah.
Perilaku kekerasan merupakan bagian dari rentang respons marah yang paling
maladaptif, yaitu amuk. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respons
terhadap kecemasan (kebutuhan yang tidak terpenuhi) yang dirasakan sebagai ancaman.
(Stuart dan Sundeen, 1991). Amuk merupakan respons kemarahan yang paling
maladaptif yang ditandai dengan perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai
hilangnya kontrol, yang individu dapat merusak diri sendiri, orang lain, atau lingkungan
(Keliat, 1991).
1. Rentan perilaku kekerasan
a. Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma sosial budaya yang
berlaku. Dengan kata lain, individu tersebut dalam batas normal jika menghadapi
suatu masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut, respon adaptif (Mukripah
Damaiyanti, 2012: hal 96):
1. Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan
2. Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan
3. Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari pengalaman
4. Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas kewajaran
5. Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan lingkungan
b. Respon Maladaptif
1. Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan walaupun tidak
diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan kenyataan sosial
2. Perilaku kekerasan merupakan status rentang emosi dan ungkapan kemarahan yang
dimanifestasiakn dalam bentuk fisik
3. Kerusakan proses emosi adalah perubahan status yang timbul dari hati
4. Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu perilaku yang tidak teratur (Mukripah
Damaiyanti, 2012: hal 97)
Keterangan:
Pada pengkajian awal dapat dietahui alasan utama klien ke rumah sakit adalah
perilaku kekerasan dirumah. Kemudian perawat dapat melakukan pengkajian dengan
cara :
a. Observasi : muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi,
berdebat. Seringpula tampak klien memaksakan kehendak : merampas makanan,
memukul jika tidak senang.
b. Wawancara : diarahkan pada penyebab marah, perasaan marah, tanda-tanda
marah yang dirasakan klien (Kusumawati, dkk. 2010:83).
C. PATOFISIFIOLOGI
Teori belajar sosial mengatakan bahwa perilaku kekerasan adalah hasil belajar dari
proses sosialisasi dari internal dan eksternal, yakni sebagai berikut.
5. Sosial kultural
a. Norma Norma merupakan kontrol masyarakat pada kekerasan. Hal ini
mendefinisikan ekspresi perilaku kekerasan yang diterima atau tidak
diterima akan menimbulkan sanksi. Kadang kontrol sosial yang sangat
ketat (strict) dapat menghambat ekspresi marah yang sehat dan
menyebabkan individu memilih cara yang maladaptif lainnya
b. Budaya asertif di masyarakat membantu individu untuk berespons
terhadap marah yang sehat. Faktor sosial yang dapat menyebabkan
timbulnya agresivitas atau perilaku kekerasan yang maladaptif antara
lain sebagai berikut.
1. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan hidup.
2. Status dalam perkawinan.
3. Hasil dari orang tua tunggal (single parent).
4. Pengangguran
5. Ketidakmampuan mempertahankan hubungan interpersonal dan
struktur keluarga dalam sosial kultural.
B. Faktor Presipitasi
Semua faktor ancaman antara lain sebagai berikut.
Internal
a. Kelemahan
b. Rasa percaya menurun.
c. Takut sakit.
d. Hilang kontrol.
Eksternal
a. Penganiayaan fisik.
b. Kehilangan orang yang dicintai.
c. Kritik.
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnose keperawatan merupakan suatu pernyataan masalah klien yang
mencakup baik respon sehat adaptif dan maldaptif serta stressor yang menunjang (Stuart
dan Sundeen 1995).
Diagnose keperawatan dapat ditegakkan pada klien perilaku kekerasan menurut
Budi Anna Kelia 2006 adalah sebagai berikut:
a. Resiko perilaku mencederai bunuh diri sendiri orang lain dan lingkungan
berhubungan dengan perilaku kekerasan
b. Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri kronis
c. Gangguan pemeliharaan berhubungan dengan deficit perawatan diri; mandi dan
berhias
d. Ketidakfektifan penatalaksanaan program terapeutik berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat klien di rumah
F. POHON MASALAH
G. EVALUASI
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai tindakan keperawatan
pada klien. Evaluasi ini dilakukan terus-menerus pada respon klien terhadap tindakan
keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu evaluasi
proses atau formatif dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan, evaluasi hasil atau
sumatif dilakukan dengan membandingkan respon klien pada tujuan khusus dan umum
yang telah ditentukan. Evaluasi dapat dilakukan dengan pendekatan SOAP, sebagai pola
pikir.
Adapun hasil tindakan yang ingin dicapai pada pasien dengan perilaku kekerasan
antara lain.
1. Pada pasien
a. Pasien mampu menyebutkan penyebab, tanda dan gejala perilaku
kekerasan, perilaku kekerasan yang biasa dilakukan, serta akibat dari
perilaku kekerasan yang dilakukan.
b. Pasien mampu menggunakan cara mengontrol perilaku kekerasan secara
teratur sesuai jadwal, yang meliputi:
1. secara fisik
2. secara sosial/verbal
3. secara spiritual
4. terapi psikofarmaka.
2. Pada keluarga
a. Keluarga mampu mencegah terjadinya perilaku kekerasan
b. Keluarga mampu menunjukkan sikap yang mendukung dan menghargai
pasien.
c. Keluarga mampu memotivasi pasien dalam melakukan cara mengontrol
perilaku kekerasan.
d. Keluarga mampu mengidentifikasi perilaku pasien yang harus dilaporkan
pada perawat.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Perilaku kekerasan merupakan suatu ekspresi kemarahan yang tidak sesuai
dimana seseorang melakukan tindakan-yindakan yang dapat membayangkan/menciderai
diri sendiri,orang lain, bahkan merusak lingkungan.
B. SARAN
Kita harus mengerti, tahu dan memahami apa itu ”RESIKO GANGGUAN
PERILAKU KEKERASAN ”. Agar tindakan serta penanganan terhadap masalah ini
dapat tercapai sesuai dengan keinginan.
DAFTAR PUSTAKA
Eko Prabowo. (2014). Konsep & Aplikasi ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. Yogyakarta:
Nuha Medika
Sari, K. (2015). Panduan Lengkap Praktik Klinik Keperawatan Jiwa. Jakarta: Trans Info MEdia.
Maramis, W.F. 2010. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press: Surabaya.
Stuart dan Laraia. 2005. Principles and Practice of Psychiatric Nursing. 8th Edition. St.Louis: