PERILAKU KEKERASAN
I. Masalah Utama Keperawatan
Perilaku Kekerasan
2) Cyrcardian Rhytm
Cyrcardian rythm memegang peranan pada individu. Menurut penelitian
pada jam-jam tertentu manusia mengalami peningkatan cortsiol terutama pada jam
-jam sibuk seperti menjelang masuk kerja dan menjelang berakhirnya pekerjaan
sekitar jam 09.00 dan jam 13.00. pada jam tertentu orang lebih mudah terstimulasi
untukbersikap agresif.
3) Biochemistry
Faktor (faktor biokimia tubuh) seperti neurotransmitter di otak
(epinephrine, norephinephrine, asetikolin dan serotonin) sangat berperan dalam
penyampaian informasi melalui system persyarafan dalam tubuh.
2. Faktor Psikologis
Teori psikonalisa
Agresivitas dan kekerasan dapat di pengaruhi oleh riwayat tumbuh kembang
seseorang teori ini menjelaskan bahwa adanya ketidakpuasan fase oral antara usia
0-2 tahun dimana anak tidak mendapat kasih sayang dan pemenuhan kebutuhan
air susu yanag cukup cenderung mengembangkan sikap agresif dan bermusuhan
setelah dewasa sebagai konpensansi ketidakpuasannya. Tidak terpenuhinya
kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan
membuat konsep diri yang rendah.
Imitation
Modeling and information processing theory, menurut teori ini perilaku
kekerasan bisa berkembang dalam lingkungan yang menolerir kekerasan.
Learning theory
Menurut teori ini perilaku kekerasan merupakan hasil belajar dari individu
terhadap lingkungan terdekatnya. Ia mengamati bagaimana respon ibu saat marah.
Pengalaman sosial
a)Sering mengalami kritikan yang mengarah pada penghinaan.
b)Kehilangan sesuatu yang dicintai ( orang atau pekerjaan ).
c)Interaksi sosial yang provaktif dan konflik
d)Hubungan interpersonal yang tidak bermakna
e)Sulit memperhatikan hubungan interpersonal.
5)Peran sosial
a)Jarang beradaptasi dan bersosialisasi.
b)Perasaan tidak berarti di masyarakat.
c)Perubahan status dari mandiri ketergantungan (pada lansia)
d)Praduga negatif.
6)Adanya budaya atau norma yang menerima suatu ekspresi marah.
2.Faktor Presipitasi
Yosep (2011) faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku keerasan
seringkali berkaitan dengan :
a.Ekspresi diri, ingin menunjukan eksistensi diri atau simbol solidaritas seperti
dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian massal dan
sebagainya.
Rentang respon
Adaptif Maldaptif
III. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Jiwa pada Klien dengan Perilaku Kekerasan
A. Pengkajian
Data yang perlu dikaji pada masalah keperawatan perilaku kekerasan
a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
Data Subyektif :
- Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
- Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal
atau marah.
DEA NOVITA WULANDARI / P17210173034
- Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
Data Objektif :
- Mata merah, wajah agak merah.
- Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit, memukul diri
sendiri/orang lain.
- Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
- Merusak dan melempar barang-barang.
b. Perilaku kekerasan / amuk
Data Subyektif:
- Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
- Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal
atau marah.
- Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
Data Obyektif:
- Mata merah, wajah agak merah.
- Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.
- Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
- Merusak dan melempar barang-barang.
B. Diagnosa Keperawatan
Perilaku kekerasan b.d gangguan psikologis d.d bahasa tubuh negatif (mengepalkan
tangan) ketika diajak berbicara
3. Alasan masuk
Tanyakan pada klien atau keluarga:
a. Apa yang menyebabkan klien atau keluarga datang ke rumah sakit?
b. Apa yang sudah dilakukan oleh keluarga untuk mengatasi masalah ini?
c. Bagaimana hasilnya?
4. Tinjau kembali riwayat klien untuk adanya stressor pencetus dan datasignifikan tentang:
a. Kerentanan genetika-biologik (misal, riwayat keluarga)
b. Peristiwa hidup yang menimbulkan stress dan kehilangan yang barudialami
c. Episode-episode perilaku kekerasan di waktu masa lalu
d. Riwayat pengobatan
e. Penyalahgunaan obat dan alkohol
f. Riwayat pendidikan dan pekerjaan
5. Faktor predisposisi
Berbagai pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan
faktor predisposisi, artinya mungkin terjadi / tidak terjadi perilaku kekerasan jika faktor
tersebut dialami oleh individu:
a. Psikologis, kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasiyang kemudian dapat
timbul agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan yaitu
perasaan ditolak, dihina,dianiaya atau saksi penganiayaan.
6. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi dapat bersumber dari klien , lingkungan atau interaksidengan
orang lain. Kondisi klien seperti kelemahan fisik, keputusasaan,ketidakberdayaan,
percaya diri yang kurang dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan. Demikian
pula dengan situasi lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang
mengarah pada penghinaan, kehilangan orang yangdicintai/ pekerjaan dan kekerasan
merupakan faktor penyebab yang lain.Interaksi sosial provokatif dan konflik dapat
memicu perilaku kekeraaan.
7. Tanda dan gejala
Pada pengkajian awal dapat diketahui alasan utama klien dibawakerumah sakit
adalah perilaku kekersan dirumah. Kemudian perawatdapat melakukan pengkajian dengan
cara obsevasi dan wawancara
Data perilaku kekerasan yang diperoleh melalui observasi dan wawancara tentang
perilaku berikut ini:
a. Muka merah dan tegang
b. Pandangan tajam
c. Mengatupkan rahang dengan kuat
d. Mengepalkan tangan
e. Jalan mondar-mandir
f. Bicara kasar
g. Suara tinggi, menjerit atau berteriak
h. Mengancam secara verbal atau fisik
i. Melempar atau memukul benda/ orang lain
j. Merusak barang atau benda
k. Tidak mempunyai kemampuan untuk mencegah perilaku kekerasan.
l. Tanda-tanda kekambuhan serta tindakan perawatan sendiri.
8. Analisa Data
DO : Mata merah, wajah agak merah, nada suara tinggi dank eras, pandangan tajam,
peilaku kekerasan.
9. Diagnosa
Perilaku kekerasan b.d gangguan psikologis d.d bahasa tubuh negatif (mengepalkan tangan)
ketika diajak berbicara
10. Rencana Tindakan Keperawatan
Tujuan Umum : Klien terhindar dari mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
Tujuan Khusus :
1.) Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Tindakan:
Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama perawat dan
jelaskan tujuan interaksi.
Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
2.) Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
Tindakan:
Beri kesempatan mengungkapkan perasaan.
Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel / kesal.
Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien dengan sikap
tenang.
3.) Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program).
Tindakan:
Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek
samping).
Bantu klien mengunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama klien, obat, dosis,
cara dan waktu).
Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.
PERILAKU KEKERASAN
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
Klien tenang, kooperatif, klien mampu menjawab semua pertanyaan yang diajukan.
2. Diagnosa Keperawatan
Perilaku kekerasan b.d gangguan psikologis d.d bahasa tubuh negatif (mengepalkan tangan)
ketika diajak berbicara
3. Tujuan Khusus
4. Tindakan Keperawatan
SP 1 Klien :
Membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi penyebab marah, tanda dan gejala yang
dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan, akibat dan cara mengendalikan perilaku kekerasan
dengan cara fisik pertama ( latihan nafas dalam).
1. Fase Orientasi :
“ Assalamu’alaikum, selamat pagi bu, perkenalkan nama saya Khairil Anwar, saya biaya
dipanggil Anwar. Saya perawat yang dinas diruang Madrim ini, saya dinas diruangan ini selama
3 minggu. Hari ini saya dinas pagi dari jam 7 sampai jam 1 siang, jadi selama 3 minggu ini saya
yang merawat ibu.
“ Baiklah sekarang kita akan berbincang-bincang tentang perasaan marah yang ibu rasakan,”
“ Berapa lama ibu mau kita berbincang-bincang ? bagaimana kalau 10 menit“ “Dimana kita akan
bincang-bincang?
2. Fase Kerja :
Pada saat penyebab marah itu ada, seperti rumah yang berantakan, makanan yang tidak tersedia,
air tak tersedia ( misalnya ini penyebab marah klien), apa yang ibu R rasakan?“
Apakah ibu R merasa kesal, kemudian dada ibu berdebar-debar, mata melotot, rahang terkatup
rapat, dan tangan mengepal?”“ apa yang ibu lakukan selanjutnya”
“ Menurut ibu adakah cara lain yang lebih baik selain marah-marah?
“maukah ibu belajar mengungkapkan marah dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?
” ada beberapa cara fisik untuk mengendalikan rasa marah, hari ini kita belajar satu cara dulu,
“ begini bu, kalau tanda- marah itu sudah ibu rasakan ibu berdiri lalu tarik nafas dari hidung,
tahan sebentar, lalu keluarkan secara perlahan-lahan dari mulut seperti mengeluarkan kemarahan,
coba lagi bu dan lakukan sebanyak 5 kali. Bagus sekali ibu R sudah dapat melakukan nya.
“ nah sebaiknya latihan ini ibu R lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu rasa marah
itu muncul ibu R sudah terbiasa melakukannya”.
3. Fase Terminasi :
“ Coba ibu R sebutkan penyebab ibu marah dan yang ibu rasakan dan apa yang ibu lakukan
serta akibatnya.
“Nanti tolong ibu tulis M, bila ibu melakukannya sendiri, tulis B, bila ibu dibantu dan T, bila ibu
tidak melakukan”
“baik Bu, bagaimana kalau besok kita latihan cara lain untuk mencegah dan mengendalikan
marah ibu R.
”Dimana kita akan latihan, bagaimana kalau tempatnya disini saja ya Bu?”
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
2. Diagnosa Keperawatan
3. Tujuan khusus
4. Tindakan Keperawatan
SP 2 klien :
Membantu klien latihan mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara fisik ke dua (evaluasi
latihan nafas dalam, latihan mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara fisik ke dua : pukul
kasur dan bantal), menyusun jadwal kegiatan harian cara ke dua.
1. Fase Orientasi
“ Assalamu’alaikum Ibu R, masih ingat nama saya” bagus Ibu,,,ya saya Anwar”
“Baik, sekarang kita akan belajar cara mengendalikan perasaan marah dengan kegiatan fisik
untuk cara yang kedua.”
2. Fase Kerja
“ Kalau ada yang menyebabkan ibu marah dan muncul perasaan kesal, selain nafas dalam ibu
dapat memukul kasur dan bantal.”“ Sekarang mari kita latihan memukul bantal dan kasur mari ke
kamar ibu? Jadi kalau nanti ibu kesal atau marah, ibu langsung kekamar dan lampiaskan marah
ibu tersebut dengan memukul bantal dan kasur.Nah coba ibu lakukan memukul bantal dan kasur,
ya bagus sekali ibu melakukannya!”“ Nah cara ini pun dapat dilakukan secara rutin jika ada
perasaan marah, kemudian jangan lupa merapikan tempat tidur Ya!”
3. Fase Terminasi
“ Bagaimana perasaan ibu setelah latihan cara menyalurkan marah tadi?”“ Coba ibu sebutkan ada
berapa cara yang telah kita latih? Bagus!”
“ Mari kita masukkan kedalam jadwal kegiatan sehari-hari ibu. Pukul berapa ibu mau
mempraktikkan memukul kasur/bantal?
Bagai mana kalau setiap bangun tidur? Baik jadi jam 5 pagi dan jam 3 sore, lalu kalau ada
keinginan marah sewaktu-waktu gunakan kedua cara tadi ya Bu.“ sekarang ibu istirahat, 2 jam
lagi kita ketemu ya Bu, kita akan belajar mengendalikan marah dengan belajar bicara yang baik.
Sampai Jumpa!” Assalamu’alaikum
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
Klien kooperatif, tenang, ada kontak mata saat berbicara, sesekali nada bicara agak tinggi.
2. Diagnosa Keperawatan
3. Tujuan khusus
4. Tindakan Keperawatan
SP3 klien :
Membantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara sosial/verbal (evaluasi jadwal
harian tentang dua cara fisik mengendalikan perilaku kekerasan, latihan mengungkapkan rasa
marah secara verbal ( menolak dengan baik, meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan
dengan baik), susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal)
1. Fase Orientasi
“ Assalamu’alaikum Ibu R, masih ingat nama saya” bagus Ibu,,,ya saya Anwar”, sesuai dengan
janji saya 2 jam yang lalu sekarang kita ketemu lagi”
“Bagaimana bu, sudah dilakukan tarik nafas dalam dan pukul kasur bantal? Apa yang dirasakan
setelah melakukan latihan secara teratur?”“Coba saya lihat jadual kegiatan hariannya. “Bagus,
“Bagaiman kalau kita sekarang latihan cara bicara untuk mencegah marah?”
2. Fase Kerja
“Sekarang kita latihan cara bicara ibu baik untuk mencegah marah. Kalau marah sudah
disalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul kasur dan bantal, dan sudah lega, maka kita perlu
bicara dengan orang yang membuat kita marah. Ada tiga caranya bu: 1. Meminta dengan baik
tanpa marah dengan suara yang rendah serta tidak menggunakan kata-kata kasar. Kemarin ibu
mengatakan penyebab marahnya karena makanan tidak tersedia, rumah berantakan, Coba ibu
minta sediakan makan dengan baik:” bu, tolong sediakan makan dan bereskan rumah” Nanti
biasakan dicoba disini untuk meminta baju, minta obat dan lain-lain. Coba ibu praktekkan .
Bagus bu. “
Yang kedua : Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan ibu tidak ingin melakukannya,
katakan: ‘maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang ada kerjaan’. Coba ibu praktekkan .
Bagus bu.”
Yang ketiga Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang membuat kesal
ibu dapat mengatakan:’Saya jadi ingin marah karena perkataan mu itu’. Coba praktekkan.
Bagus.”
“Bagaimana perasaan ibu setelah bercakap-cakap tentang cara mengontrol marah dengan bicara
yang baik?’
“Coba ibu sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita pelajari.”“Bagus sekali, sekarang
mari kita masukkan dalam jadwal. Berapa kali sehari ibu mau latihan bicara yang baik? bisa kita
buat jadwalnya?”
“Coba masukkan dalam jadwal latihan sehari-hari, misalnya meminta obat, makanan dll. Bagus
nanti dicoba ya bu!”
“ besok kita akan membicarakan cara lain untuk mengatasi rasa marah ibu yaitu dengan cara
ibadah, ibu setuju? Mau dimana bu? Disini lagi? Baik sampai nanti ya Ibu…Assalamu’alaikum
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
2. Diagnosa Keperawatan
3. Tujuan khusus
4. Tindakan Keperawatan
SP 4 klien :
Bantu klien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara spiritual (diskusikan hasil
latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara fisik dan sosial/verbal, latihan beribadah dan
berdoa, buat jadwal latihan ibadah/ berdoa)
1. Fase Orientasi
“Bagaiman bu, latihan apa yang sudah dilakukan? Apa yang dirasakan setelah melakukan latihan
secara teratur? Bagus sekali, bagaiman rasa marahnya?”
2. Fase kerja
“Coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa ibu lakukan! Bagus, yang mana yang mau di
coba?”“Nah, kalau ibu sedang marah coba langsung duduk dan langsung tarik nafas dalam. Jika
tidak reda juga marahnya rebahkan badan agar rileks. Jika tidak reda juga, ambil air wudhu
kemudian sholat”.“Ibu bisa melakukan sholat secara teratur untuk meredakan kemarahan.”
“Coba ibu sebutkan sholat 5 waktu? Bagus, mau coba yang mana? Coba sebutkan caranya?”
3. Fase terminasi
“Bagaiman perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara yang ketiga ini?”“ Jadi sudah
berapa cara mengontrol marah yang kita pelajari? Bagus”
“Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan ibu. Mau berapa kali ibu sholat. Baik
kita masukkan sholat …….dan ……(sesuai kesebuatan pasien).”
“Coba ibu sebutkan lagi cara ibadah yang dapat ibu lakukan bila ibu sedang marah”“Setelah ini
coba ibu lakukan sholat sesuai jadwal yang telah kita buat tadi”
“ 2 jam lagi kita ketemu ya bu,nanti kita bicarakan cara keempat mengontrol rasa marah, yaitu
dengan patuh minum obat! “
“Nanti kita akan membicarakan cara penggunaan obat yang benar untuk mengontrol rasa marah
ibu, setuju bu?”….Assalamu’alaikum
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
2. Diagnosa Keperawatan
3. Tujuan khusus
psikofarmaka
4. Tindakan Keperawatan
Membantu klien latihan mengendalikan PK dengan obat ( bantu pasien minum obat secara teratur
dengan prinsip 5 benar ( benar pasien, benar nama obat, benar cara minum obat, benar waktu dan
benar dosis obat) disertai penjelasan guna minum obat dan akibat berhenti minum obat, susun
jadwal minum obat secara teratur)
1. Fase Orientasi
“ Assalamu’alaikum Ibu R, masih ingat nama saya” bagus Ibu,,,ya saya Anwar, “sesuai dengan
janji saya 2 jam yang lalu, sekarang kita ketemu lagi”
“Bagaimana bu, sudah dilakukan latihan tarik nafas dalam, pukul kasur bantal, bicara yang baik
serta sholat? Apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur? Coba kita lihat
kegiatannya”.“Bagaimana kalau sekarang kita bicara dan latihan tentang cara minum obat yang
benar untuk mengontrol rasa marah?”“Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana
kalau ditempat tadi?”
“Ibu sudah dapat obat dari dokter?”“Berapa macam obat yang ibu minum?warnanya apa saja?
Bagus, jam berapa ibu minum?Bagus”“Obatnya ada 3 macam bu, yang warnanya oranye
namanya CPZ gunanya agar pikiran tenang, yang putih namanya THP agar rileks dan tidak
tegang, dan yang merah jambu ini namanya HLP rasa marah berkurang. Semuanya ini harus ibu
minum 3x sehari jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam”“Bila nanti setelah minum obat
mulut ibu terasa kering, untuk membantu mengatasinya ibu bias mengisap-isap es batu”.“Bila
terasa berkunang-kunang, ibu sebaiknya istirahat dan jangan beraktivitas dulu”.
“Nanti dirumah sebelum minum obat ini ibu lihat dulu label di kotak obat apakah benar nama ibu
tertulis disitu, berapa dosis yang harus diminum, jam berapa saja harus diminum, baca juga
apakah nama obatnya sudah benar? Disini minta obatnya pada suster kemudian cek lagi apakah
benar obatnya”.
“Jangan penah menghentikan minum obat sebelum berkonsultasi dengan dokter ya bu, karena
dapat terjadi kekambuhan.”“ Sekarang kita masukkan waktu minum obat kedalam jadwal ya bu”.
3. Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara kita minum obat yang
benar?”“Coba ibu sebutkan lagi jenis jenis obat yang ibu minum! Bagaiman cara minum obat
DEA NOVITA WULANDARI / P17210173034
yang benar?”“Nah, sudah berapa cara mengontrol perasaan marah yang kita pelajari? Sekarang
kita tambahkan jadual kegiatannya dengan minum obat. Jangan lupa laksanakan semua dengan
teratur ya”.“Baik, besok kita ketemu lagi untuk melihat sejauh mana ibu melaksanakan kegiatan
dan sejauh mana dapat mencegah rasa marah. Selamat siang bu, sampai jumpa.”….
Assalamu’alaikum
\
DEA NOVITA WULANDARI / P17210173034
DAFTAR PUSTAKA
Dadang Hawari, 2001. Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Skizoprenia, FKUI : Jakarta.
Keliat Budi Anna, 2002. Asuhan Keperawatan Perilaku Kekerasan. FKUI : Jakarta.
Stuart, GW dan Sunden, S. J, 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3. Buku Kedokteran
EGC : Jakarta.
Nanda. (2018). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2018-2020 Edisi 11 editor T
Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta: EGC.