Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN JIWA
PASIEN PERILAKU KEKERASAN

OLEH:

FADILLAH APRILIANI FIRSAN (210502020)


AFIFAH AFRAH AMATULLAH (210402001)
ANISA MARSANDA (210402011)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PUANGRIMAGGALATUNG

2023
1. Masalah Utama

Perilaku Kekerasan

2. Proses Terjadinya Masalah

A. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan
yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah
yang tidak konstruktif. Pengungkapkan kemarahan secara tidak langsung dan
konstrukstif pada waktu terjadi akan melegakan individu dan membantu orang lain
untuk mengerti perasaan yang sebenarnya. Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak
marah akan mempersulit diri sendiri dan mengganggu hubungan interpersonal.
Sedangkan menurut Carpenito 2000, Perilaku kekerasan adalah keadaan dimana
individu-individu beresiko

menimbulkan bahaya langsung pada dirinya sendiri ataupun orang lain.


Individu melakukan kekerasan akibat adanya frustasi yang dirasakan sebagai
pemicu dan individu tidak mampu berpikir serta mengungkapkan secara verbal sehingga
mendemostrasikan pemecahan masalah dengan cara yang tidak adekuat (Rawlins and
Heacoco, 1998). Sedangkan menurut Keliat (1999), perilaku kekerasan adalah perasaan
marah dan bemusuhan yang kuat disertai dengan hilangnya kontrol diri atau kendali diri.

Tanda dan gejala :

- Muka merah dan tegang - Mengancam secara verbal


- Pandangan tajam atau fisik
- Mengatupkan rahang dengan - Melempar atau memukul
kuat benda atua orang lain
- Mengepalkan tangan - Merusak barang atau benda
- Jalan mondar-mandir - Tidak memiliki kemampuan
- Bicara kasar mencegah atau
- Suara tinggi, menjerit atau mengendalikan perilaku
berteriak kekerasan
B. Penyebab
Perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri
rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga
diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang
kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.

Tanda dan gejala :

- Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri)


- Gangguan hubungan sosial (menarik diri)
- Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)
- Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang
suram.

C. Akibat
Klien dengan perilaku kekerasan dapat melakukan tindakan-tindakan berbahaya
bagi dirinya, orang lain maupun lingkungannya, seperti menyerang orang lain,
memecahkan perabot, membakar rumah dlI. Sehingga klien dengan perilaku
kekerasan beresiko untuk mencederai diri orang lain dan lingkungan.

Tanda dan gejala :

Gejala klinis yang ditemukan pada klien dengan perilaku kekerasan didapatkan

melalui pengkajian meliputi :

- Wawancara : diarahkan penyebab marah, perasaan marah, tanda-tanda marah


diserasakan oleh klien.
- Observasi : muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi,
berdebar dan sering pula tampak klien memaksakan kehendak: merampas
makanan, memukul jika tidak senang.
D. Etiologi

Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan-perubahan

dalam perilaku kekerasan menurut (Deden dan Rusdin, 2013) yaitu:

1. Faktor Predisposisi

1.) Faktor Biologis

a.) Instinctual Driνe Theory ( Teori Dorongan Naluri)

Teori ini menyatakan bahwa perilaku kekerasan

disebabkan oleh suatu dorongan kebutuhan dasar yang

sangat kuat.

b.) Psychosomatic Theory (Teori Psikosomatik)

Pengalaman marah adalah akibat dari respon

psikologi terhadap stimulus eksternal, internal maupun

lingkungan. Dalam hal ini sistim limbik berperan

sebagai pusat untuk mengekspresikan maupun

menghambat rasa marah (Deden dan Rusdin, 2013).

2.) Factor Psikologis


a.) Frustation Aggresion Theory (Teory Agresif-Frustasi)

Menurut teori ini perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil dari

akumulasi frustasi. Frustasi terjadi apabila keinginan individu untuk

mencapai sesuatu gagal atau menghambat. Keadaan tersebut dapat

mendorong individu berprilaku agresif karena perasaan prustasi akan

berkurang melalui perilaku kekerasan.


b.) Behaνior Theory (Teori Perilaku)

Kemarahan adalah proses belajar, hal ini dapat dicapai apabila

tersedia fasilitas/situasi yang mendukung.

c.) Eksistensial Theory ( Teori Eksistensi)

Bertingkah laku adalah kebutuhan dasar manusia, apabila

kebutuhan tersebut tidak dapat terpenuhi melalui berprilaku

konstruktif, maka individu akan memenuhi melalui berprilaku

destruktif.

3.) Faktor Sosiokultural

o.) Sosial Enνironment Theory (Teori Lingkungan Sosial)

Lingkungan sosial akan mempengaruhi sikap individu dalam

mengekspresikan marah. Norma budaya dapat mendukung individu

untuk merespon asertif atau agresif.

`.) Sosial Learning Theory (Teori Belajar Sosial)

Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung maupun

melalui proses sosialisasi(Deden dan Rusdin, 2013)

2. Fahtor Presipitasi
Stressor yang mencetuskan perilaku kekerasan bagi setiap individu bersifat

unik. Stressor tersebut dapat disebabkan dari luar (serangan fisik, kehilangan,

kematian) amaupun dalam (putus hubungan dengan orang yang berarti,

kehilangan rasa cinta, takut terhadap penyakit fisik). Selain itu lingkungan yang

terlalu rebut,
padat, kritikan yang mengaruh pada penghinaan, tindakan kekerasan dapat memicu

perilaku kekerasan(Deden dan Rusdin, 2013)

E. Mekanisme Koping

Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme koping klien sehingga


dapat membantu klien untuk mengembangkan mekanisme koping
yang

kontstruktif dalam mengekspresikan marahnya. Mekanisme koping yang

umum digunakan adalah mekanisme pertahanan ego seperti

“Displancement”, sublimasi, proyeksi, represi, denial dan reaksi

formasi(Deden dan Rusdin, 2013).

F. Perilaku

Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain:

1. Menyerang atau Menghindar (fight or flight)

Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena kegiatan system syaraf

otonom bereaksi terhadap sekresi ephineprin yang menyebabkan TD meningkat,

takikardia, wajah merah, pupil melebar, mual, sekresi Hcl meningkat, peristaltic

gaster menurun, pengeluaran urin dan saliva meningkat, konstipasi, kewaspadaan

juga meningkat disertai ketegangan otot, seperti rahang terkatup, tangan dikepal,

tubuh menjadi kaku disertai reflek yang cepat.

2. Menyatahan secara asertif (assertiveness)

Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam

mengekspresikan kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif, agresif


dan asertif. Perilaku asertif adalah cara yang terbaik untuk

mengekpresikan rasa marah tanpa menyakiti orang lain secara fisik

maupun psikologis. Disamping itu perilaku ini dapat juga untuk

mengembangkan diri klien.

3. Memberontah (acting Out)

Perilaku yang muncul biasanya disertai akibat konflik perilaku

“Acting Out” untuk menarik perhatian orang lain.

4. Perilahu Keherasan

Tindakan kekerasan atau amuk yang ditinjaukan kepada diri

sendiri, orang lain maupun lingkungaa(Deden dan Rusdin, 2013)

G. Rentang respon masalah

Menurut yosep (2010) rentang respon marah dibagi menjadi 5 yaitu:

Respon adaptif Respon

maladaptive

I I I I I

Asertif Frustasi Pasif Agresif Kekerasan

Rentang Respon Kemarahan (Yosep, 2007)

a. Asertif yaitu mengungkapkan rasa marah atau tidak setuju tanpa

menyalahkan atau menyakiti orang lain, hal ini dapat menimbulkan


kelegaan pada individu

b. Frustasi adalah respon yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan

karena yang tidak realistis atau hambatan dalam proses pencapaian

tujuan.

c. Pasif merupakan perilaku individu yang tidak mampu untuk

mengungkapkan perasaan marah yang sekarang dialami, dilakukan

dengan tujuan menghindari suatu tuntunan nyata.

d. Agresif merupakan hasil dari kemarahan yang sangat tinggi atau

ketakutan / panik. Agresif memperlihatkan permusuhan, keras dan

mengamuk dengan ancaman, member kata-kata ancaman tanpa niat

melukai. Umumnya klien dapat mengontrol perilaku untuk tidak

melukai orang lain.

e. Kekerasan sering disebut juga gaduh gelisah atau amuk. Perilaku

kekerasan ditandai dengan menyentuh orang lain secara menakutkan,

memberi kata-kata ancaman, melukai pada tingkat ringan sampai pada

yang paling berat. Klien tidak mampu mengendalikan diri.

H. Tanda dan Gejala Perilaku Kekerasan

Tanda dan gejala, marah, suka marah, pandangan tajam, otot tegang,

nada suara tinggi berdebat, selalu memaksakan kehendak dan memukul bila

tidak sengaja ditandai dengan: Fisik, Mata melotot/ pandangan tajam,

tangan mengepal, rahang mengatup, wajah memerah dan tegang, seta

postur tubuh
kaku. Verbal, mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara

dengan nada keras, kasar dan ketus (Keliat, 2013)

Perilaku, menyerang orang lain, melukai diri sendiri atau orang lain,

merusak lingkungan, amuk atau agresif. Emosi, tidak adekuat, tidak aman

dan nyaman, merasa terganggu, dendam, jengkel, tidak berdaya,

bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan dan menuntut.

Intelektual, mendominasi, cerewet, kasar berdebat, meremehakan dan tidak

jarang mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme. Spiritual, merasa diri

berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak bermoral dan kreativitas

terhambat. Social, menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan,

dan sindiran. Perhatian, bolos, melarikan diri, dan melakukan

penyimpangan seksual (Keliat, 2013)

3. Pohon Masalah

Risiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Perilahu heherasan
Gangguan rendah

4. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji

a. Masalah keperawatan:

• Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

• Perilaku kekerasan

• Gangguan Harga Diri : Harga Diri Rendah


b. Data yang perlu dikaji pada masalah keperawatan perilaku kekerasan

• Resiko mencederai diri, orang lain dan

lingkungan Data Subyektif:

- Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.


- Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal
atau marah.

- Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa

lainnya. Data Objektif :

- Mata merah, wajah agak merah.


- Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit, memukul diri

sendiri/orang lain.
- Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.

- Merusak dan melempar barang-barang.

• Perilaku kekerasan /

amuk Data Subyektif :

- Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.


- Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal
atau marah.
- Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.

Data Obyektif :

- Mata merah, wajah agak merah.

- Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai

- Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.

- Merusak dan melempar barang-barang

• Gangguan harga diri : harga diri rendah


Data Subyektif:

- Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa apa, bodoh,
mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.

Data Obyektif:

- Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan,
ingin mencederai diri/ ingin mengakhiri hidup.

5. Diagnosa Keperawatan

a. Resiko Perilaku Kekerasan


b. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
c. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

6. Rencana Tindakan Keperawatan

Diagnosa 1 : Resiko Perilaku Kekerasan

Tujuan umum

Klien terhindar dari mencederai diri, orang lain dan lingkungan.

Tujuan Khusus

1. Klien dapat membina hubungan saling


percaya Tindakan :
1. Bina hubungan saling percaya : salam terapetik, em[ati, sebut nama perawat dan
jelaskan tujuan interaksi
2. Panggil klien dengan nama panggilan yang di sukai
3. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang
2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku
kekerasan Tindakan :

1. Beri kesempatan mengungkapkan perasaan


2. Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel / kesal
3. Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien dengan sikap tenang
3. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku
kekerasan Tindakan :
1. Anjurkan klien menggungkapkan yang di alami dan di rasakan saat jengkel / kesal
2. Observasi tanda perilaku kekerasan
3. Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel / kesal yang di alami klien
4. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa di lakukan
1. Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
2. Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
3. Tanyakan “apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya selesai ? “
5. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
1. Bicarakan akibat / kerugian dari cara yang dilakukan

2. Bersama klien menyimpulkan akiba dari cara yang digunakan


3. Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat
6. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap
kemarahan Tindakan :
1. Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat
2. Diskusikan cara lain yang sehat. Secara fisik : Tarik nafas dalam jika sedang kesal,
berolah raga, memukul bantal / kasur
3. Secara verbal : katakana bahwa anda sedang marah atau kesal / tersinggung
4. Secara spiritual : berdoa, sembahyang, memohon kepada Tuhan untuk di beri
kesabaran
7. Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku
kekerasan Tindakan
1. Bantu memilih cara yang paling tepat
2. Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih
3. Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih
4. Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam simulasi
5. Anjurkan menggunakan cara yang telah di pilih saat jengkel / marah

8. Klien mendapat dukungan dari keluarga


Tindakan :
1. Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui pertemuan keluarga
2. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga
9. Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai
program) Tindakan :
1. Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek samping)
2. Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar ( nama klien, obat, dosis,
cara, waktu)
3. Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan

Diagnosa II : Gangguan konsep diri : harga diri rendah


Tujuan Umum :
Klien tidak melakukan kekerasan
Tujuan kusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling
percaya Tindakan :
1. Bina hubungan saling percaya : salam trapeutik, empati, sebut nama perawat dan
jelaskan tujuan interaksi
2. Panggil klien dengan nama panggilan yang di sukai
3. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang di
miliki Tindakan :
1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang di miliki
2. Hindari penilaian negative setiap pertemuan klien
3. Utamakan pemberian pujian yang realitas

3. Klien mampu menilai kemampuan yang dapat di gunakan untuk diri sendiri dan keluarga
Tindakan
1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang memiliki
2. Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah.

4. Klien dapat merencanakan kegiatan yang bermanfaat sesuai kemampuan yang di miliki

Tindakan :

1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan

2. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang klien lakukan

3. tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien

5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan

kemampuan Tindakan :

1. Beri klien kesempatan mencoba kegiatan yang telah di rencanakan


2. Beri pujian atas keberhasialan klien
3. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
6. Klien dapat memanfaatkan system pendukung yang
ada Tindakan :
1. Beri pendidikan kesehatan pada keluargan tentang cara merawatklien
2. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien di rawat
3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
4. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga

Diagnose III : Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Tujuan umum :
Pasien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Tujuan khusus :

- Pasien mendapatkan perlindungan dari lingkunganya


- Pasien mampu mengungkapkan perasaanya
- Pasien mampu meningkatkan harga dirinya
- Pasien mampu menggunakan cara penyelesaiaan masalah yang
baik Tindakan :
- Mendiskusikan cara mengatasi keinginan mencederai diri sendiri orang lain dan
lingkungan
Meningkatkkan harga diri pasien dengan cara :
• Memberikan kesempatan pasien mengungkapkan perasaan
• Memberikan pujian jika pasien dapat mengatakan perasaan yang positif

• Meyakinkan pasien bahwa dirinya penting


• Mendiskusikan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh pasien

• Merencanakan yang dapat pasien lakukan


Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah dengan cara :
• Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalahnya

• Mendiskusikan dengan pasien efektifitas masing-masing cara


penyelesaian masalah
• Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaiakan masalah yang lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai