Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh :
FABELLA SAMPOUW
711440119052
B. Etioogi
Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan-perubahan dalam perilaku kekerasan
menurut (Deden dan Rusdin, 2013) yaitu:
1. Faktor Predisposisi
Faktor-faktor yang mendukung terjadinya masalah perilaku kekerasan adalah factor
biologis, psikologis dan sosiokultural.
1) Faktor Biologis
a. Instinctual Drive Theory ( Teori Dorongan Naluri)
Teori ini menyatakan bahwa perilaku kekerasan disebabkan oleh suatu
dorongan kebutuhan dasar yang sangat kuat.
b. Psychosomatic Theory (Teori Psikosomatik)
Pengalaman marah adalah akibat dari respon psikologi terhadap stimulus
eksternal, internal maupun lingkungan. Dalam hal ini sistim limbik berperan
sebagai pusat untuk mengekspresikan maupun menghambat rasa marah
(Deden dan Rusdin, 2013).
2) Faktor Psikologis
a. Frustation Aggresion Theory (Teory Agresif-Frustasi)
Menurut teori ini perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil dari akumulasi
frustasi. Frustasi terjadi apabila keinginan individu untuk mencapai sesuatu
gagal atau menghambat. Keadaan tersebut dapat mendorong individu
berprilaku agresif karena perasaan prustasi akan berkurang melalui perilaku
kekerasan.
b. Behavior Theory (Teori Perilaku)
Kemarahan adalah proses belajar, hal ini dapat dicapai apabila tersedia
fasilitas/situasi yang mendukung.
c. Eksistensial Theory ( Teori Eksistensi)
Bertingkah laku adalah kebutuhan dasar manusia, apabila kebutuhan tersebut
tidak dapat terpenuhi melalui berprilaku konstruktif, maka individu akan
memenuhi melalui berprilaku destruktif
3) Faktor Sosiokultural
a. Sosial Environment Theory (Teori Lingkungan Sosial)
Lingkungan sosial akan mempengaruhi sikap individu dalam mengekspresikan
marah. Norma budaya dapat mendukung individu untuk merespon asertif atau
agresif.
b. Sosial Learning Theory (Teori Belajar Sosial)
Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung maupun melalui proses
sosialisasi(Deden dan Rusdin, 2013).
2. Faktor Presipitasi
Stressor yang mencetuskan perilaku kekerasan bagi setiap individu bersifat unik.
Stressor tersebut dapat disebabkan dari luar (serangan fisik, kehilangan, kematian)
amaupun dalam (putus hubungan dengan orang yang berarti, kehilangan rasa cinta,
takut terhadap penyakit fisik). Selain itu lingkungan yang terlalu rebut, padat, kritikan
yang mengaruh pada penghinaan, tindakan kekerasan dapat memicu perilaku
kekerasan(Deden dan Rusdin, 2013).
3. Mekanisme Koping
Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme koping klien sehingga dapat membantu
klien untuk mengembangkan mekanisme koping yang kontstruktif dalam
mengekspresikan marahnya. Mekanisme koping yang umum digunakan adalah
mekanisme pertahanan ego seperti “Displancement”, sublimasi, proyeksi, represi,
denial dan reaksi formasi(Deden dan Rusdin, 2013).
4. Perilaku
Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain:
1) Menyerang atau Menghindar (Fight or Flight)
Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena kegiatan system syaraf otonom
bereaksi terhadap sekresi ephineprin yang menyebabkan TD meningkat,
takikardia, wajah merah, pupil melebar, mual, sekresi Hcl meningkat, peristaltic
gaster menurun, pengeluaran urin dan saliva meningkat, konstipasi, kewaspadaan
juga meningkat disertai ketegangan otot, seperti rahang terkatup, tangan dikepal,
tubuh menjadi kaku disertai reflek yang cepat.
1. Asertif yaitu mengungkapkan rasa marah atau tidak setuju tanpa menyalahkan atau
menyakiti orang lain, hal ini dapat menimbulkan kelegaan pada individu
2. Frustasi adalah respon yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan karena yang tidak
realistis atau hambatan dalam proses pencapaian tujuan.
3. Pasif merupakan perilaku individu yang tidak mampu untuk mengungkapkan
perasaan marah yang sekarang dialami, dilakukan dengan tujuan menghindari suatu
tuntunan nyata.
4. Agresif merupakan hasil dari kemarahan yang sangat tinggi atau ketakutan / panik.
Agresif memperlihatkan permusuhan, keras dan mengamuk dengan ancaman, member
kata-kata ancaman tanpa niat melukai. Umumnya klien dapat mengontrol perilaku
untuk tidak melukai orang lain.
5. Kekerasan sering disebut juga gaduh gelisah atau amuk. Perilaku kekerasan ditandai
dengan menyentuh orang lain secara menakutkan, memberi kata-kata ancaman,
melukai pada tingkat ringan sampai pada yang paling berat. Klien tidak mampu
mengendalikan diri.
LAPORAN KASUS RESUME
A. DATA UMUM
1. Identitas Klien
Nama : Tn. D.B
Umur : 21 Thn
Tempat/tgl lahir : Remboken, 14 juli 1976
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Bitung
Status : Menikah
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Dosen
Tgl.masuk RSJ : 01 Desember 2021
4. Faktor Presipitasi
Klien datang ke RSJ diantar keponakan klien dengan keluhan pada tanggal 01
Desember 2021 klien marah-marah tanpa sebab dan memecahkan kaca di dirumah.
5. Faktor Predisposisi
Menurut keponakan klien sebelumnya klien pernah masuk RSJ pada 2 tahun yang lalu
dengan keluhan yang sama seperti ini, dan diberikan obat tapi klien tidak
mengkonsumsi obat itu dan hanya membuangnya.
Saat pengkajian keluarga klien mengatakan klien ditinggalkan istrinya sekitar 1 tahun
yang lalu karena masalah keluarga.
Menurut keluarga klien didalam anggota keluarga ada yang mengalami penyakit atau
masalah yang sama dengan klien yaitu ayah kandung klien.
6. Genogram
C
Tn.D.B
Keterangan :
: Perempuan
: Laki-Lakis
: Klien
: Laki-laki meninggal
: Perempuan Meninggal
7. Pemeriksaan Fisik
TTV
TD : 130/90 mmHg RR : 20 x/menit
SB : 36,2 C N : 85 x/menit
Kesadaran : Composmentis
8. Data Fokus
Ds :
Keponakan klien mengatakan klien sejak 3 bulan yang lalu emosi klien tak
terkontrol dan selalu marah-marah, mengamuk dengan membawa barang tajam.
Keponakan klien juga mengatakan bahwa klien mengatakan pada anaknya untuk
tidak datang kerumahnya karena klien takut akan menyakiti anaknya
Keponakan juga mengatakan mendengar bisikan seperti orang memberi salam
yang datang kadang-kadang.
Keponakan mengatakan merasa pusing, sakit pada bagian dada, dan tidak merasa
enak dengan perasaanya.
Do :
9. Analisa Data
No DATA ETIOLOGI MASALAH
1. Ds :
- Keponakan klien Ketidakmampuan Perilaku Kekerasan
mengatakan klien sejak 3 mengendalikan dorongan
bulan yang lalu emosi klien marah
tak terkontrol dan selalu (Putus obat)
marah-marah, mengamuk
dengan membawa barang
tajam.
Do :
Klien selalu mengerutkan wajah
Tatapan mata klien tajam
Klien tampak mengancam
keluarganya
Do :
Klien tampak mondar-mandir
10. PohonMasalah
Perilaku Kekerasan
Ansietas
3. Kamis, 2 Gangguan Persepsi Sensori b.d Memonitor isi halusinasi (mis, kekerasan atau S:
Desember 2021 Ketidakmampuan membahayakan diri) Klien mengatakan suara bisikan itu
mengendalikan dorongan marah Hasil : kadang datang
Klien mengatakan kadang-kadang mendengar
bisikan salam O:
Mendiskusikan perasaan dan respon terhadap Klien dan keluarga tampak
halusinasi binggung
Hasil :
Klien mengatakan merasa binggung dengan A:
bisikan yang terjadi Masalah Gangguan Persepsi Sensori
Anjarkan pasien dan keluarga cara belum teratasi
mengontrol halusinasi.
Hasil : P:
Klien dan keluarga masih binggung cara Lanjutkan intervensi
mengontrol halusinasi.
CATATAN PERKEMBANGAN
Tahap Kerja
- Menjelaskan cara mengontrol
kemarahan
Hasil: Klien mengatakan belum
mengetahui sebelumnya
- Memperagakan cara mengontrol mara
Hasil: Klien tampak meperhatikan saat
diperagakan
- Meminta klien untuk memperagakan
Kembali cara mengontrol marah
Hasil: Klien dapat memperagakan dan
mengulang Kembali cara mengontrol
marah dengan cara memukul bantal
- Memantau penerapan cara mengontrol
marah
Hasil: Klien dapat menerapkan cara
mengontrol marah yang telah
diajarkan
Terminasi
- Menayakan perasaan klien setelah
melakukan cara memukul bantal untuk
menhgatasi saat merasa marah
Hasil: Klien mengatakan perasaan
klien sedikit lebih tenang dan lebih
nyaman
- Membuat jadwal Latihan
Hasil: Klien mengatakan akan
memasukan di dalam jadwal kegiatan
klien
- Memberitahu kepada klien bahwa ada
cara kedua yang dapat mengendalikan
marah klien
Hasil: Klien mau dan stuju untuk
melakukan cara kedua mengontrol
marahd
- Kontak waktu, tempat
Hasil: Klien setuju sekitar 30 menit
lagi melakukan cara kedua dan
dilakukan ditempat ini
SP2
Orientasi
- Mengucapkan salam kepada klien
Hasil : Klien tampak merespon salam
yang diberikan
- Menanyakan apakah masih mngingat
perwat dan menanyakan kontrak
waktu yang sudah disetujui tadi
Hasil: Klien menyebutkan nama
dengan benar, dank lien masih
mengingat kontrak waktu yang telah
disepakati sebelumnya.
- Apakah cara yang dilatih tadi masih
ingat
Hasil: Klien mengatakan klien masih
mengingatnya
- Menyampaikan topik yang akan
dibahas
Hasil: Topik yang akan dibahas yaitu
mengontrol kemarahan dengan
bercakap-cakap tentang tanda dan
gejalanya
- Kontrak waktu
Hasil: Mengontrak waktu dengan klien
kira-kira 10 menit
Tahap Kerja
- Menanyakan bagaimana perasaanya
saat ini.
Hasil : Klien mengatakan bahwa
yang mana klien masih merasa
khawatir
- Menanyakan apa yang menyebabkan
klien marah-marah.
Hasil : Klien mengatakan tidak tau
dan terjadi sendiri sehingga klien
merasa marah.
- Menanyakan apakah klien merasa
dada berdebar-debar
Hasil :Klien mengatakan sakit pada
bagian dada
- Menanyakan apakah klien merasa
kesal? Dan apa yang akan klien
lakukan selanjutnya?
Hasil : Klien mengatakan merasa
kesal pada orang tuanya. embanting
dan memecahkan barang-barang yang
ada disekitar
- Menanyakan apakah klien merasa
tenang setelah membanting dan
memecahkan kaca?
Hasil : Klien mengatakan semakin
kesal dan khawatir
- Menanyakan apakah kerugian dari
membanting dan memecahkan kaca?
Hasil : Klien mengatakakan barang-
barang diwarung sudah tidak bisa
dipakai untuk berjualan
- Menjelaskan bahwa ad acara lain
untuk mengontrol kemarahan klien.
STRATEGI PELAKSANAAN SP 2
A. Kondisi Klien
Kakak klien mengatakan klien sejak 3 bulan yang lalu emosi klien tak terkontrol dan
selalu marah-marah, mengamuk dengan membawa barang tajam.
B. Diagnosa Keperawatan
Perilaku Kekerasan
C. Tujuan Khusus
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
3. Klien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan
4. Klien dapat mengidentifikasi akibat dari perilaku kekerasan
5. Klien dapat menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasan
6. Klien dapat mempraktekkan latihan cara mengontrol fisik 1
D. Tahap Orientasi
1. Salam Terapeutik
Selamat siang bu, perkenalkan saya perawat Weinjely Ponamon mahasiswa Poltekkes
Kemenkes manado yang sedang praktek di RS tepatnya diruangan IGD ini. Bpk bisa
panggil saya perawat Enji. Jadi bu saya dinas disini dari jam 12.00-17.00 wita. Kalau
boleh tau nama Bapak siapa? dan senangnya dipanggil apa nihh?
2. Kontrak waktu
“Jadi Tn.Y saya minta waktu kuranglebih 15 menit ya untuk kita bercakap-cakap.
Apakah Bapak bersedia? Kita bercakap-cakap disini saja ya pak, soalnya diluar panas,
dan mungkin bapak kurang nyaman. bapak juga bisa sambil tiduran kalau bapak
merasa lelah.”
3. Tahap Kerja
“Nah, apakah bapak sudah merasa nyaman saat ini? Kalau begitu apa bapak sudah
bisa cerita tentang apa yang sedang bapak rasakan? Ohh kalau begitu saya berikan
waktu 5 menit lagi agar bapak bisa siap untuk menceritakannya. Baik pak ini sudah
lewat dari 5 menit, bagaimana apakah ibu sudah bisa menceritakan apa yang
sebenarnya bapak rasakan?”
“Kalau boleh tau apa yang membuat bapak marah? Apakah sebelumnya bapak pernah
marah-marah? Apakah sama dengan yang sekarang penyebab bapak menjadi merasa
marah? Apakah bapak merasa kesal? Dada terasa berdebar-debar lebih kencang?
Apakah bapak merasa pusing dan bapak merasa suka mengamuk? Setelah itu apa
yang bapak lakukan? Apakah dengan mengancam orang yang ada disekitar bapak
merasa marah atau kesal bapak lebih baik? Ya tentu tidak, apa kerugian yang bapak
alami? Menurut bapak apakah ad acara lain yang lebih baik? Nah pak, saat ini saya
akan mengajarkan meluapkan kesal/marah bapak tanpa menimbulkan kerugian?
Apakah bapak mau mencobanya? “
“Jadi pak, ada beberapa cara yang untuk mengontrol kemarahan. Salah satunya
dengan cara fisik, jadi melalui kegiatan fisik rasa marah bapak akan tersalurkan atau
berkurang. “
“Nah pal, cara ini namanya Tarik napas dalam, jadi saya contohkan dulu ya pak, nanti
setelah saya mencontohkan bapak bisa lakukan sendiri nanti saya yang akan
meberikan aba-aba. Begitu pak, coba bapak lakukan sendiri. Tarik nafas melalui
hidung….Tahan…keluarkan melalui hidung. Wah baik sekali pak.
Kalau tanda-tanda marah tadi bapak rasakan, bapak bisa melakukan teknik napas
dalam ini bapak bisa mengatur posisi duduk dengan rileks dan melakukan tekink
napas dalam yang sudah kita lakukan tadi.”
“Jadi pak tadi sudah melakukan latihan napas dalam. Jangan lupa untuk melakukan
ini secara rutin atau saat bapak sudah merasakan tanda-tanda kemarahan, agar supaya
bapak tidak akan sampai mengamuk dan bisa mengontrol emosi.”
4. Tahap Terminasi
“Nah pak, bagaiamana perasaan bapak sekarang? Apakah bapak sudah merasa
tenang? Coba bapak sebutkan tanda-tanda saat merasa marah dan bagaimana cara
mengatasinya? Baikkk sekali pak. Nah kalau begitu saya akan buatkan jadwal yah
untuk bapak melakukan latihan yang kita lakukan tadi. “